I
t
= Panjang spesimen setelah diberi beban mm
Besaran kemuluran ini berguna juga untuk mengamati sifat plastis dari bahan polimer Wirjosentono,1993.
2.9. Analisis Spekstroskopi Infra Merah
Dua variasi instrumental dari spektroskopi infra merah yaitu metode dispersif yang lebih tua, dimana prisma atau kisi dipakai untuk mendispersikan radiasi infra merah,
dan metode Frourier Transform FT yang lebih akhir, yang menggunakan prinsip interferometri.
Kelebihan-kelebihan dari FT-IR mencakup persyaratan ukuran sampel yang kecil,perkembanagan spektrum yang cepat, dan karena instrumen ini memiliki
komputer yang terdedikasi, kemampuan untuk menyimpan dan memanipulasi spektrum Stevens,2001.
Pada saat ini spektrofotometer infra merah sering digunakan untuk keperluan analisakuantitatif, akan tetap sering juga digunakan untuk analiasa kualitatif dengan
spektrofotometer ultra-lembayung dan sinar tampak. Penggunaan spektrofotometer infra merah dimaksudkan untuk analisa yang lebih baik banyak ditujukan untuk
identifikasi senyawa organik. Analisa infra merah menyangkut penentuan gugus fungsi dari molekul yang
memberikan regangan pada daerah serapan infra merah. Dimana daerah serapan infra merah terletak antara spektrum elektromagnetik sinar tampak dan spektrum radio
yaitu 400-4000 cm
-1
. Ahli kimia organik pada tahun 1930 secara serius mulai memikirkan spekra infra merah sebagai salah satu yang memungkinkan untuk
mengidentifikasikan senyawa mulalui gugus fungsi. Analisis infra merah memberikan informasi tentang kandungan aditif, panjang
rantai, struktur polimer. Di samping itu analisis mengenai bahan polimer yang terdegradasi oksidatif dengan munculnya gugus karbonil dan pembentukan ikatan
rangkap rantai polimer. Gugus lain yang menunjukkan terjadinya degradasi oksidatif adalah gugus karbonil dan karboksilat. Umumnya pita serapan polimer pada spektrum
infra merah adalah adanya ikatan C-H regangan pada daerah 2880 cm
-1
sd 2900 cm
-1
dan regangan dari gugus lain yang mendukung suatu analisa mineral .
2.10. Analisis Termal Deferensial DTA
Analisi termal deferensial adalah metode yang digunakan untuk memeriksa pengaruh termal meliputi perubahan sifat fisika dan kimia dalam suatu sampel dimana
Universitas Sumatera Utara
temperaturnya divariasikan sampai terjadi transisi atau reaksi. Hal ini dilengkapi
batasan-batasan proses pemanasan ataupun pendinginan Cheremisinoff.N.P,1990.
Dengan analisis termal deferensial, sampel dan referensi keduanya dipanaskan oleh sumber pemanasan yang sama, dan dicatat perbedaan temperatur
ΔT antara keduanya. Ketika terjadi suatu transisi dalam suatu sampel tersebut, misalnya transisi gelas atau ikat silang, temperatur sampel akan tertinggal di
belakang temperatur referensi jika transisi tersebut endotermik, dan akan mendahului jika transisi tersebut eksotermik.
Analisi termal deferensial atau lebih dikenal dengan istilah DTA merupakan salah satu metode yang dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan sifat termal suatu
bahan polimer. Metode analisis ini merupakan salah satu cara untuk mengetahui perbedaan temperatur lebur antara sampel dan senyawa pembanding, baik
pembanding itu dilakukan terhadap waktu ataupun terhadap temperatur. Dengan analisis termal deferensial, sampel dan referensi keduanya dipanaskan
oleh sumber pemanasan yang sama, dan dicatat perbedaan temperaturnya antara keduanya. Ketika terjadi suatu transisi dalam suatu sampel tersebut, misalnya transisi
glass atau ikat silang, temperatur sampel akan tertinggal di belakang temperatur referensi jika transisi tersebut endotermik, dan akan mendahului jika transisi tersebut
eksotermik.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1. Bahan - bahan