Fisiologi Nyeri Klasifikasi Nyeri Teori Nyeri

2.3 Fisiologi Nyeri

Nyeri selalu dikaitkan dengan adanya stimulus rangsang nyeri dan reseptor. Reseptor yang dimaksud adalah nosiseptor, yaitu ujung-ujung saraf bebas pada kulit yang berespon terhadap stimulus yang kuat. Munculnya nyeri dimulai dengan adanya stimulus nyeri. Stimulus-stimulus tersebut dapat berupa biologis, zat kimia, panas, listrik, serta mekanik Sigit, 2010. Sendi, otot skelet, fasia, tendon, dan kornea juga mempunyai reseptor nyeri yang mempunyai potensi untuk mentransmit stimulus yang menyebabkan nyeri. Namun demikian, organ-organ internal yang besar visera tidak mengandung ujung saraf yang berespon hanya pada stimulus nyeri. Nyeri yang berasal dari organ ini diakibatkan dari stimulus reseptor yang kuat yang mempunyai tujuan lain. Sebagai contoh, inflamasi, regangan, iskemia, dilatasi, dan spasme organ-organ internal semua menyebabkan respons yang kuat pada serabut multi tujuan ini dan secara potensial menyebabkan nyeri hebat Suzanne, 2001.

2.4 Klasifikasi Nyeri

Nyeri diklasifikasikan atas dua bagian, yaitu 1 nyeri akut dan 2 nyeri kronis. Nyeri akut terjadi setelah terjadinya cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat dengan intensitas yang bervariatif ringan sampai berat dan berlangsung untuk waktu singkat. Fungsi nyeri akut adalah untuk memberi peringatan akan cedera atau penyakit yang akan dating. Nyeri akut biasanya akan menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah area yang rusak pulih kembali. Nyeri akut berdurasi singkat kurang dari 6 bulan, memiliki onset yang tiba-tiba, dan terlokalisir. Nyeri ini biasanya diakibatkan oleh trauma, bedah, atau inflamasi. Sedangkan nyeri kronik berlangsung lebih lama daripada nyeri akut, intensitasnya bervariasi ringan samapi berat dan biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan. Penderita kanker maligna yang tidak terkontrol biasanya akan merasakan nyeri kronis terus-menerus yang dapat berlangsung sampai kematian Sigit, 2010.

2.5 Teori Nyeri

Dari beberapa hasil penelitian, mekanisme respons nyeri yang tepat masih merupakan misteri. Namun ada tiga teori yang dikemukakan, yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Teori Spesifik Teori spesifik menyatakan bahwa adanya ujung-ujung saraf bebas pada perifer bertindak sebagai reseptor nyeri, dimana saraf-saraf ini diyakini mampu untuk menerima stimulus nyeri dan menghantarkan impuls nyeri ke susunan saraf pusat. Impuls kemudian ditransmisikan melalui dorsal horn akar belakang dan substansia gelatinosa ke thalamus dan terakhir pada area kortek. 2. Teori Pattern Teori pattern menyatakan bahwa terdapat dua serabut nyeri utama yaitu serabut yang menghantarkan nyeri secara cepat dan serabut yang menghantarkan nyeri secara lambat serabut A-delta dan serabut C. Stimulus dari serabut saraf ini membentuk sebuah “patternpola”. Teori ini juga mengenalkan konsep “Central Summation” dimana impuls perifer dari kedua saraf disatukan di spinal cord dan dari sana hasil penyatuan impuls diteruskan ke otak untuk diinterprestasikan. 3. Teori Pengontrolan Nyeri Gate Control Teori ini menyatakan bahwa nyeri dan persepsi nyeri dipengaruhi oleh interaksi dari dua sistem. Dua sistem tersebut adalah: 1. Substansia gelatinosa pada dorsal horn di medulla spinalis. 2. Sistem yang berfungsi sebagai inhibitor penghambat yang terdapat pada batang otak Sigit, 2010.

2.6 Faktor yang Mempengaruhi Nyeri