Asuhan Keperawatan Pada Ny.S dengan Prioritas Masalah Gangguan Psikososial di RSUD. dr. Pirngadi Medan

(1)

Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Prioritas Masalah

Gangguan Kebutuhan Dasar

Psikososial (Gangguan Citra Tubuh)

di RSUD Pirngadi Medan

Karya Tulis Ilmiah (KTI)

Disusun dalam rangka menyelesaikan

Program studi DIII Keperawatan

Oleh

Nopri Amril Damanik

112500069

Program Studi DIII Keperawatan

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

2014


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan

Keperawatan Pada Ny.S dengan Prioritas Masalah Gangguan Psikososial di RSUD. dr.

Pirngadi Medan”. Karya tulis ilmiah ini disusun dalam rangka menyelesaikan program Diploma Keperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2014.

Selama proses pengambilan kasus dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata M.kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan.

2. Cholina Trisa Siregar, M.Kep, Sp.KMB selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, masukan dan nasehat kepada penulis, serta selalu membimbing penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku ketua prodi DIII Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan.

4. Yessi Ariani, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penguji yang telah memberikan waktunya.

5. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

6. Orang tua saya yang tercinta Ayahanda Damrah Damanik dan Almh. Ibunda Jelita atas

do’a, dukungan, motivasi, kesabaran, perhatian dan segala pengorbanannya selama ini sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

7. Abang dan kakak saya Awaluddin damanik, S.kep, NS, Heni, S.kep, Sadli damanik, S, Rina S, Rajapuddin. serta semua keluarga besar yang tidak tersebutkan satu persatu. Terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini.

8. Rizky aprianingsih psb, yang telah banyak membantu dan mendukung saya dalam penyelesaian Tugas Karya Ilmiah.


(4)

9. Serta rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan khususnya Program Studi DIII Keperawatan Stambuk 2011 yang telah mendukung selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Medan, Juni 2014

Penulis


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... iv

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang... 1

B. Tujuan... 2

C. Manfaat ... 2

BAB II PENGELOLAAN KASUS……… 4

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik ... 4

1. Pengkajian ... 10

2. Analisa Data ... 10

3. Rumusan Masalah ... 12

4. Perencanaan ... 13

B. Asuhan Keperawatan Kasus ... … 14

1. Pengkajian ... … 14

2. Analisa Data ... … 24

3. Perumusan Masalah ... … 25

4. Perencanaan ... … 26

5. Implementasi dan Evaluasi... … 30

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN……… 44

A. Kesimpulan ... 44

B. Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 46 LAMPIRAN


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan sistem terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahakan keseimbangan diri dan lingkungannya. Pasien masuk rumah sakit dan dirawat mengalami stres fisik dan mental baik dari diri sendiri, lingkungan, maupun keluarga (Tarwoto dan wartonah, 2003).

Kanker serviks adalah penyakit yang membuat frustasi bagi pasien dan pemberian perawatan kesehatan karena awitannya yang tersembunyi dan tidak adanya gejala pringatan adalah penyebab mengapa penyakit ini telah mencapai tahap lanjut ketika didiagnosa. Kondisi ini merupakan penyebab kematian utama diantara malignansi ginekologis. Penyakit ini mempunyai angka kejadian sekitar 13,8 wanita per 100.000. kondisi ini membawa angka kematian 14.500 setiap tahun dan merupakan penyebab prevalen keenam dari kematian akibat kanker pada wanita. Sebagian kasus mengenai wanita antara usia 50 -59 tahun. Insiden tertingginya adalah dinegara-negara industri kecuali jepang, yang insidennya rendah (Brunner & suddarth, 2001).

Pasien dengan kanker stadium lanjut ini harus menjalani terapi yang dengan waktu yang cukup lama. Proses perjalanan penyakit yang kronik dan bersifat progresif serta efek samping pengobatan pada penyakit ini dapat menimbulkan perubahan pada sistem tubuh sehingga dapat menyebabkan terjadinya gangguan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan antara kondisi sehat dan sakit yang dapat menimbulkan gangguan konsep diri pasien yang berhubungan dengan ketergantungan pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan dasar dan penurunan kemampuan berfungsi (Atkinson, 1999).

Terdapat berbagai macam reaksi psikologis yang dialami oleh penderita kanker pasca terdiagnosis kanker. Penderita kanker akan mengalami tekanan psikologis yang disebabkan informasi kanker yang diceritakan oleh masyarakat. Tekanan yang seringkali muncul adalah kecemasan, insomnia, sulit berkonsentrasi, tidak nafsu makan, dan merasa putus asa yang berlebihan, hingga hilangnya semangat untuk hidup. Bentuk respon emosional yang secara


(7)

umum mungkin muncul pada penderita kanker yaitu penolakan, kecemasan, dan depresi (Lubis, 2009).

Pada hierarki dalam kebutuhan maslow dinyatakan bahwa tingkat yang paling tinggi dalam kebutuhan manusia adalah tercapainya aktualisasi diri. Untuk mencapai aktualisasi diri diperlukan konsep diri yang sehat. Adapun pengertian konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan, dan nilai yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain. Tanda dan gejala seseorang dengan gangguan konsep diri yaitu cenderung kurang percaya diri, malu memandang dirinya sendiri, menganggap dirinya kurang berharga, dan cenderung menarik dirinya dari kontak sosial. Bila hal tersebut tidak segera ditangani akan berdampak pada perilaku yang sangat negatif, seperti malas melakukan aktifitas perawatan diri, resiko mencederai diri sendiri bahkan perilaku bunuh diri (Tarwoto dan wartonah, 2003).

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Mengidentifikasi gangguan Psikososial terutama gangguan citra tubuh yang dialami pasien Ny.S di ruang Tulip II RSU dr. Pirngadi, Medan.

2. Tujuan khusus

a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Ny.S

b. Perawat mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny.S

c. Perawat mampu melakukan perencanaan tindakan keperawatan pada Ny.S

d. Perawat mampu melakukan intervensi keperawatan pada Ny.S

e. Perawat mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada Ny.S

C. Manfaat

1 Institusi

Sebagai bahan bacaan ilmiah, kerangka perbandingan untuk mengembangkan ilmu keperawatan, serta menjadi sumber informasi bagi mereka yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut.


(8)

Sebagai bahan masukan bagi perawat yang ada dirumah sakit untuk mengambil langkah-langkah kebijakan dalam rangka upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya asuhan keperawatan pasien dengan gangguan psikososial

3 Pasien dan Keluarga

Memperoleh pengetahuan tentang ca serviks serta meningkatkan kemandirian dan pengalaman dalam menolong diri sendiri serta sebagai acuan bagi keluarga untuk melakukan perawatan kepada keluarga yang mengalami gangguan psikososial. Dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien gangguan psikososial serta mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan.


(9)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Psikososial

Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan, dan nilai yang diketahui individu tentang dirinya dan memengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Tarwoto dan wartonah, 2003). Konsep diri adalah bagian dari masalah kebutuhan psikososial yang tidak didapat sejak lahir, akan tetapi dapat dipelajari sebagai hasil dari pengalaman seseorang terhadap dirinya. Konsep diri ini berkembang secara bertahap sesuai dengan tahap perkembangan psikososial seseorang (Hidayat, 2012). Konsep diri memberikan kerangka acuan yang memengaruhi manajemen terhadap situasi dan hubungan dengan orang lain. Ketidaksesuaian antara aspek tertentu dari kepribadian dan konsep diri dapat menjadi sumber stress atau konflik. Konsep diri dan persepsi tentang kesehatan sangat berkaitan erat satu sama lain. Pasien yang mempunyai keyakinan tentang kesehatan yang baik akan dapat meningkatkan konsep diri (Potter & perry, 2005).

Konsep diri terdiri dari 5 komponen, yaitu gambaran diri (body image)/citra tubuh, ideal diri, harga diri, peran diri, dan identitas diri.

a. Gambaran Diri (body image)

Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan, dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dikombinasi dengan pengalaman baru pada setiap individu (Stuart & sundeen, 1998). Gambaran diri atau citra tubuh adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dari perasaan tentang ukuran, bentuk, dan fungsi penampilan tubuh saat ini dan masa lalu (Tarwoto dan wartonah, 2003).

b. Ideal Diri

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang akan diinginkan/disukanya atau sejumlah aspirasi, tujuan, dan nilai yang ingin diraih. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita atau pengharapan diri berdasarkan norma-norma sosial dimasyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri (Suliswati, 2005). Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai standar


(10)

perilaku. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi (Tarwoto dan wartonah, 2003).

c. Harga Diri

Harga diri adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan analisis, sejauh mana perilaku memenuhi ideal diri. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain (Tarwoto dan wartonah, 2003). Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Suliswati, 2005). Harga diri dapat diperoleh melalui penghargaan dari diri sendiri maupun dari orang lain. Perkembangan harga diri juga ditentukan oleh perasaan diterima, dicintai, dan dihormati oleh orang lain. Serta keberhasilan yang pernah dicapai individu dalam hidupnya (Hidayat, 2012).

d. Peran diri

Peran adalah serangkaian pola perilaku, nilai, dan tujuan yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu didalam kelompok sosialnya. Peran memberikan sarana untuk menguji identitas dengan memvalidasi pada orang yang berarti (Suliswati, 2005). Peran diri adalah pola sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat (Tarwoto dan wartonah, 2003). Menurut Stuart & Sundeen (1998) penyesuaian individu terhadap perannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kejelasan perilaku yang sesuai dengan perannya serta pengetahuan yang spesifik tentang peran yang diharapkan, konsistensi respon orang yang berarti atau dekat dengan perannya, kejelasan budaya dan harapannya terhadap perilaku perannya, serta pemisahan situasi yang dapat menciptakan ketidakselarasan.

e. Identitas Diri

Identitas diri adalah penilaian individu tentang dirinya sebagai suatu kesatuan yang utuh. Identitas mencakup konsistensi seseorang sepanjang waktu dan dalam berbagai keadaan serta menyiratkan perbedaan atau keunikan dibandingkan dengan orang lain (Hidayat, 2012). Identitas diri merupakan sintetis dari semua konsep diri sebagai kesatuan yang utuh, tidak dipengaruhi oleh pencapaian tujuan, atribut/jabatan dan peran (Suliswati, 2005). Identitas diri adalah kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri (Tarwoto dan wartonah, 2003).


(11)

Faktor-faktor yang memengaruhi konsep diri adalah tingkat perkembangan dan kematangan, budaya, sumber eksternal dan internal, pengalaman sukses dan gagal, stressor, usia, keadaan sakit, dan trauma (Tarwoto dan wartonah, 2003).

a. Tingkat perkembangan dan kematangan

Perkembangan anak seperti dukungan mental, perlakuan, dan pertumbuhan anak akan memengaruhi konsep dirinya.

b. Budaya

Pada usia anak-anak, nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuanya, kelompoknya, dan lingkungannya. Orang tua yang bekerja seharian akan membawa anak lebih dekat pada lingkungannya.

c. Sumber eksternal dan internal

Kekuatan dan perkembangan pada individu sangat berpengaruh terhadap konsep diri. Pada sumber internal misalnya, orang yang humoris koping individunya lebih efektif. Sumber eksternal misalnya adanya dukungan dari masyarakat dan ekonomis yang kuat.

d. Pengalaman sukses dan gagal

Ada kecendrungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri, demikian pula sebaliknya.

e. Stressor

Stressor dalam kehidupan misalnya, perkawinan, pekerjaan baru, ujian, dan ketakutan. Jika koping individu tidak adekuat maka akan menimbulkan depresi, menarik diri, dan cemas.

f. Usia, keadaan sakit, dan trauma

Usia tua dan keadaan sakit akan memengaruhi persepsi dirinya.

Kriteria kepribadian yang sehat menurut Tarwoto dan wartonah (2003) adalah : a. citra tubuh yang positif dan akurat

kesadaran akan diri berdasar atas observasi mandiri dan perhatian yang sesuai akan kesehatan diri. Termasuk persepsi saat ini dan masa lalu.

b. Ideal dan realistis

Individu mempunyai ideal diri yang realitas dan mempunyai tujuan hidup yang ingin dicapai.


(12)

Konsep diri yang positif menunjukkan bahwa individu akan sesuai dalam kehidupannya sehari-hari.

d. Harga diri tinggi

Seseorang yang mempunyai harga diri tinggi akan memandang dirinya sebagai seseorang yang berarti dan bermanfaat. Ia memandang dirinya sama dengan apa yang ia inginkan.

e. Kepuasan penampilan peran

Individu yang mempunyai kepribadian sehat akan dapat berhubungan dengan orang lain secara intim dan mendapat kepuasan serta dapat mempercayai dan terbuka pada orang lain serta membina hubungan interdependen.

f. Identitas jelas

Individu merasakan keunikan dirinya yang memberi arah kehidupan dalam mencapai tujuan.

Karakteristik konsep diri rendah antara lain, menghindari sentuhan atau melihat bagian tubuh tertentu, tidak mau berkaca, menghindari diskusi tentang topic dirinya, menolak usaha rehabilitasi, melakukan usaha sendiri dengan tidak tepat, mengingkari perubahan pada dirinya, peningkatan ketergantungan pada yang lain, tanda dari keresahan seperti marah, keputusasaan, dan menangis, menolak berpartisipasi dalam perawatan dirinya, tingkah laku yang merusak seperti penggunaan obat-obatan terlarang dan alcohol, menghindari kontak sosial, kurang bertanggung jawab (Tarwoto dan wartonah, 2003).

Faktor resiko gangguan konsep diri : gangguan identitas diri (perubahan perkembangan, trauma, jenis kelamin yang tidak sesuai, budaya yang tidak sesuai), gangguan citra tubuh (hilangnya bagian tubuh, perubahan perkembangan, kecacatan), gangguan harga diri (hubungan interpersonal yang tidak harmonis, kegagalan perkembangan, kegagalan mencapai tujuan hidup, kegagalan dalam mengikuti aturan moral), gangguan peran (kehilangan peran, peran ganda, konflik peran, ketidakmampuan menampilkan peran) (Tarwoto dan wartonah, 2003).

Stres merupakan bagian dari kehidupan yang mempunyai efek positif dan negatif yang disebabkan karena perubahan lingkungan. Secara sederhana stres adalah kondisi dimana adanya respon tubuh terhadap perubahan untuk mencapai keadaan normal. Sedangkan stressor adalah sesuatu yang dapat menyebabkan seseorang mengalami stress. Stressor dapat berasal dari internal (misalnya, perubahan hormone, sakit) maupun eksternal (misalnya, temperature dan pencemaran). Ketika seseorang mengalami situasi bahaya, maka respon akan


(13)

muncul. Respon yang tidak disadari pada saat tertentu disebut respon koping. Perubahan dari suatu keadaan dari respon akibat stressor disebut adaptasi. Adaptasi sesungguhnya terjadi apabila adanya keseimbangan antara lingkungan internal dan eksternal (Tarwoto dan wartonah, 2003).

Respon psikologis terhadap stress dapat berupa depresi, marah, dan kecemasan. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian. Ada empat tingkatan cemas yaitu, cemas ringan, cemas sedang, cemas berat, hingga panik (Tarwoto dan wartonah, 2003).

a. Cemas Ringan

Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini, lahan persepsi melebar dan akan berhati-hati dan waspada, tetapi individu masih mampu untuk memecahkan masalah. Gejala-gejala yang ditemui pada kecemasan tingkat ringan ini adalah sesekali napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar, lapangan persepsi meluas, mampu menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah, penyelesaian masalah secara efektif, tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang-kadang meninggi (Tarwoto dan wartonah, 2003).

b. Cemas Sedang

Kecemasan tingkat sedang pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Ditandai dengan sesekali napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia, diare dan konstipasi, gelisah, lapangan persepsi menyempit seperti penglihatan, pendengaran dan gerakan menggenggam berkurang, tidak mampu menerima rangsangan dari luar, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya, tidak mampu bersikap rileks, banyak bicara disertai suara yang keras dan lebih cepat (Tarwoto dan wartonah, 2003).

c. Cemas Berat

Kecemasan tingkat berat biasanya seseorang akan mengalami lapangan persepsi yang menyempit. Seorang cenderung untuk memusatkan sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak memikirkan hal yang lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak bimbingan untuk memperhatikan keadaannya. Ditandai


(14)

dengan napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan, tidak mampu menyelesaikan masalah, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya, gerakan tersentak-sentak atau meremas tangan, kecewa, tidak berdaya, bicara cepat, bloking, perasaan tidak nyaman (Tarwoto dan wartonah, 2003)

d. Panik

Kecemasan tingkat panik pada tahap ini lahan persepsi sudah terganggu, sehingga individu sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa -apa walaupun sudah diberi pengarahan dan tuntunan ditandai dengan napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit kepala, pucat, hipotensi, koordinasi motorik rendah, lapangan persepsi sangat sempit, tidak dapat berpikir logis, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya, agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak dan bloking, kehilangan kendali kontrol diri, persepsi kacau (Tarwoto dan wartonah, 2003).

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu (pasien). Oleh karena itu, pengkajian yang benar, akurat, lengkap, dan sesuai dengan kenyataan sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respon individu, sebagaimana yang telah ditentukan dalam standar praktik keperawatan dari American Nursing Association (ANA) (Nursalam, 2009).

Pengkajian pada pasien dengan gangguan psikososial adalah status emosional (apakah emosi sesuai perilaku? apakah pasien dapat mengendalikan emosi? Bagaimana perasaan pasien yang tampil seperti biasanya, apakah perasaan hati sekarang merupakan cirri khas pasien? Apa yang pasien lakukan saat marah atau sedih?). konsep diri (bagaimana pasien menilai dirinya sebagai manusia? Bagaimana orang lain menilai pasien? Apakah pasien menyukai dirinya?). Cara komunikasi (apakah pasien mudah berespon? Apakah spontanitas atau hanya jika ditanya? Bagaimana perilaku nonverbal pasien dalam berkomunikasi?). Pola interaksi (kepada siapa pasien berinteraksi? Siapa yang paling penting/berpengaruh pada pasien? Bagaimana sifat asli pasien? Mendominasi sikap negatif atau positif?) (Tarwoto dan wartonah, 2003).


(15)

2. Analisis data

Setelah semua data telah diperoleh dan telah diidentifikasi maka dapat ditegakkan diagnosa keperawatannya. Penegakan diagnose keperawatan harus melalui klasifikasi dan analisa data, interpretasi data, dan validasi data. Selanjutnya setelah semua langkah dilakukan maka diagnosa keperawatan bisa ditegakkan (Nursalam, 2009).

Tipe data :

Data Subjektif meliputi Riwayat sensasi yang tidak biasa seperti Palpitasi, kesemutan, dispnea, mulut kering, mual, diaphoresis. Faktor prepitasi, frekuensi, durasi, waktu rutin gejala tersebut muncul, deskripsi menurut individu (Carpenito, 2009).

Kaji perasaan (Sedih dan perasaan tidak berharga yang ekstrem, perasaan bersalah tentang tindakan yang lalu, khawatir, penolakan/isolasi, hidup didunia yang tidak nyata, ketidakpercayaan atau kecurigaan orang lain, manipulasi oleh orang lain, bahaya dari orang lain, pikiran dikontrol oleh agens eksternal, tidak mampu melakukan koping, kehilangan kapasitas koping, pikiran yang berlomba-lomba, merasa dibatasi) (Carpenito, 2009).

Data objektif observasi tanda dan gejala yang ditemukan pada : a. Fisiologis

Gejala fisiologis yang timbul antara lain, peningkatan frekuensi jantung, peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi pernafasan, diaphoresis, dilatasi pupil, tremor suara (perubahan nada suara), gemetaran, menggigil, palpitasi, mual atau muntah, berkemih ser ing, diare, insomnia, keletihan dan kelemahan, kemerahan atau pucat, mulut kering, sakit dan nyeri dibagian tubuh (terutama dada, punggung, leher), kegelisahan, pingsan/pening, parastesia, dan anoreksia(Carpenito, 2009).

b. Emosional

Individu menyatakan bahwa ia merasa ketakutan, tidak berdaya, gugup, kurang percaya diri, kehilangan kendali, ketegangan meningkat, tidak mampu rileks, individu menampakkan iritabilitas/tidak sabar, marah yang meledak, menangis, cenderung menyalahkan orang lain, reaksi mengagetkan, mengkritik diri dan orang lain, menarik diri, inisiatif rendah, celaan terhadap diri, kontak mata buruk (Carpenito, 2009).


(16)

Ketidakmampuan berkonsentrasi, rendahnya kesadaran terhadap sekitar, pelupa, merenung, orientasi terhadap masa lalu daripada sekarang atau masa depan, bloking saat berpikir, menurunnya kemampuan belajar, dan konfusi (Carpenito, 2009).

Kaji Faktor yang berhubungan : a. Situasional (indvidu, lingkungan)

Berhubungan dengan ancaman yang dirasakan atau ancaman actual terhadap konsep diri sebagai akibat dari perubahan status dan perstise, rendahnya pengakuan dari orang lain, kegagalan, kehilangan berharga dan dilemma etik. Berhubungan dengan kehilangan orang terdekat sebagai akibat dari kematian, perceraian, tekanan budaya, pindah,berpisah sementara atau selamanya. Berhubungan dengan ancaman yang dirasakan terhadap intergitas biologis sebagai akibat proses menjelang ajal, penyerangan, prosedur invasif, penyakit. Berhubungan dengan perubahan lingkungan yang actual sebagai akibat dari hospitalisasi, pindah, pension, bahaya keamanan. Berhubungan dengan perubahan lingkungann yang actual dalam status sosioekonomi sebagai akibat dari pengangguran pekerjaan baru (Carpenito, 2009).

b. Maturasional

Padi bayi/anak-anak (berhubungan dengan perpisahan, lingkungan atau orang yang tidak di kenal, perubahan dalam hubungan teman sebaya), remaja (berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri), Dewasa (berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat kehamilan menjadi orang tua, perubahan karir dan efek penuaan), lanjut usia (berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat penurunan sensorik, penurunan motorik, masalah keuangan, perubahan pada masa pension) (Carpenito, 2009).

3. Rumusan masalah

Menurut Wilkinson dan ahern (2011) dalam intervensi dan implementasi NICNOC Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada masalah gangguan kebutuhan dasar psikososial antara lain :

1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan kesehatan

2. Gangguan konsep diri : body image berhubungan dengan hilangnya bagian tubuh

3. Gangguan konsep diri : perubahan peran berhubungan dengan kesehatan


(17)

4. Perencanaan

Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi, atau mengoreksi masalah-masalah yang telah identifikasi pada diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi. Secara sederhana rencana keperawatan dapat diartikan sebagai suatu dokumen tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan, dan intervensi keperawatan (Nursalam, 2009).

Intervensi perawat untuk diagnosa gangguan konsep diri : body image berhubungan dengan hilangnya bagian tubuh (Carpenito, 2009).

Kriteria Hasil :

1. Pasien menyukai anggota tubuhnya.

2. Pasien tidak merasa malu.

3. Pasien mau berinteraksi dengan orang lain

4. Pasien dapat menerima keadaan tubuhnya secara proporsional 5. Pasien dapat beradaptasi dengan keadaan tubuhnya.

Intervensi Keperawatan

a. Binalah hubungan saling percaya

b. Kajilah penyebab gangguan body image

c. Kajilah kemampuan yang dimiliki pasien

d. Eksplorasi aktifitas baru yang dapat dilakukan pasien

e. Berikan dukungan yang positif dan dukungan emosi

f. Gunakan sentuhan tangan jika diterima Rasional

a. Dasar mengembangkan tindakan keperawatan

b. Merencanakan intervensi lebih lanjut

c. Alternatif memanfaatkan kemampuan dengan menutupi kekurangan


(18)

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI

RUMAH SAKIT UMUM DR.PIRNGADI MEDAN

I. BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 45 Tahun

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pedagang

Alamat : Jl. Pahlawan gg. Sardi Medan

Tanggal Masuk RS : 02 Juni 2014

No. Register : 00.92.53.02

Ruangan/kamar : Tulip II/615

Golongan Darah : O

Tanggal Pengkajian : 02 Juni 2014

Tanggal Operasi : 24 Maret 2014

Diagnosa Medis : Ca. Serviks post histerektomi

II. KELUHAN UTAMA

Pasien mengatakan tidak dapat menjadi wanita seutuhnya dan Pasien merasa sedih karena tidak dapat memiliki keturunan karena rahimnya sudah di angkat, pasien juga mengeluhkan rambutnya rontok dan malu kepalanya botak sebagian, pasien juga mengatakan banyak pikiran dan ditambah lagi pasien memikirkan penyakitnya yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit, pasien juga mengeluhkan nyeri di bagian abdomen khususnya pada daerah rahim diregio supra pubik.


(19)

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG A. Provocative/palliative

1. Apa penyebabnya

Penyebab nyeri adalah karena adanya Ca. serviks

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan

Pasien mengatakan mengatasi nyeri dengan beristirahat (tidur), namun nyeri tetap saja muncul.

B. Quantity/Quality

1. Bagaimana dirasakan

Pasien mengatakan terasa berdenyut pada abdomen khususnya pada daerah rahim

2. Bagaimana dilihat

Pasien dalam keadaan berbaring, pasien tampak lemah, sesekali pasien mendesis, pasien tampak memegang abdomen, namun pasien masih dapat berkomunikasi dan mendeskripsikan nyerinya dengan baik.

C. Region

1. Dimana lokasinya

Pasien mengatakan di daerah abdomen region supra pubik

2. Apakah menyebar

Pasien mengatakan menyebar hingga ke pinggang yaitu abdomen region lumbal kiri

D. Severity

Pasien mengatakan Skala nyeri yang dirasakan pasien 3 setelah perawat menunjukkan skala nyeri 1-10

E. Time

Pasien mengatakan nyeri timbul saat selesai melakukan kemoterapi dan pada malam hari

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

A. Penyakit yang pernah dialami

Pasien mengatakan pernah mengalami sakit perut ±1 tahun yang lalu

B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan


(20)

C. Pernah dirawat/dioperasi

Pasien mengatakan belum pernah dirawat sebelumnya

D. Lama dirawat

-

E. Alergi

Pasien tidak memiliki alergi terhadap obat maupun makanan

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

A. Orang tua :

Pasien mengatakan orang tua dalam keadaan sehat

B. Saudara kandung :

Pasien mengatakan semua saudara kandung dalam keadaan sehat

C. Penyakit keturunan yang ada :

Tidak ada penyakit keturunan

D. Anggota keluarga yang meninggal :

Pasien mengatakan ada 5 orang saudara kandung pasien yang meninggal dunia

E. Penyebab meninggalnya :

Pasien mengatakan penyebab meninggal karena demam tetanus, demam tinggi (step), dan meninggal saat baru dilahirkan.

VI. RIWAYAT OBSTETRIK

G : 0 P : 0 A : 0

VII. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL

A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Pasien mengatakan yakin bahwa penyakitnya akan segera sembuh, namun pasien tidak yakin dapat menghasilkan keturunan

B. Konsep diri

No Umur Komplikasi/masalah Kondisi anak penolong

kehamilan persalinan Nifas


(21)

- Gambaran diri : Pasien mengatakan tidak dapat menjadi wanita seutuhnya, dan pasien mengatakan malu karena kepalanya botak setelah kemoterapi, pasien selalu saja menanyakan apakah rambutnya dapat tumbuh kembali atau tidak

- Ideal diri : Pasien mengatakan ingin segera mempunyai

keturunan

- Harga diri : Pasien merasa sedih karena tidak dapat memiliki

keturunan

- Peran diri : Pasien mengatakan ingin menjadi seorang ibu

- Identitas : pasien merasa tidak dapat menjadi wanita

seutuhnya

C. Keadaan emosi

Pasien mengatakan Stres karena terlalu banyak masalah dihidupnya.

D. Hubungan sosiala

- Orang yang berarti :

Suami

- Hubungan dengan keluarga :

Baik

- Hubungan dengan orang lain :

Baik

- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :

Tidak ada

E. Spiritual

- Nilai dan keyakinan :

Pasien memeluk agama islam karena keyakinannya sendiri

- Kegiatan ibadah :

Pasien melaksanakan sholat 5 waktu.

VIII. STATUS MENTAL

- Tingkat kesadaran : Composmentis


(22)

- Pembicaraan : Tidak ada masalah

- Alam perasaan : Putus asa

- Afek : Tidak ada masalah

- Intraksi selama wawancara : Kontak mata kurang

- Persepsi : Tidak ada masalah

- Proses pikir : Tidak ada masalah

- Isi pikir : Berorientasi pada masalah

- Waham : Tidak ada

- Memori : Tidak ada masalah

- Kontak mata : Buruk

IX. PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE

A. Keadaan umum

Pasien terlihat sadar penuh/composmentis

B. Tanda-tanda vital

- Suhu tubuh : 37,5 ˚C

- Tekanan darah : 120/80 mmHg

- Nadi : 90 x/menit

- Pernafasan : 20 x/menit

- Skala nyeri : 3

- TB : 150 cm

- BB : 49 kg

C. Pemeriksaan Head To Toe

Kepala dan rambut

- Bentuk : Simetris dan oval

- Ubun-ubun : tepat ditengah, tertutup, dan datar

- Kulit kepala : bersih

Rambut

- Penyebaran dan keadaan rambut : rambut pasien rontok, kepala terlihat

botak sebagian

- Bau : Tidak ada bau


(23)

Wajah

- Warna kulit : Sawo matang

- Struktur wajah : oval, Simetris

Mata

- Kelengkapan dan kesimetrisan : Lengkap, Normal, Simetris

- Palpebra : Tidak Ptosis

- Konjungtiva dan sclera : Konjungtiva (tidak Anemis) dan

Sklera (tidak Icterus)

- Pupil : Ishokor reflek terhadap cahaya

- Cornea dan Iris : Tidak ada Katarak dan Peradangan

Hidung

- Tulang Hidung dan posisi septum nasi: Normal dan Simetris

- Lubang Hidung : Bersih

- Cuping Hidung : Tidak ada gerakan cuping hidung

Telinga

- Bentuk telinga : Normal dan Simetris

- Ukuran telinga : Simetris

- Lubang telinga : Bersih

Mulut dan faring

- Keadaan bibir : Mukosa kering

- Keadaan Gusi dan Gigi : Tidak ada stomatitis

- Keadaan Lidah : Baik

Leher

- Posisi Trachea : Tepat pada garis sumbu tubuh

- Thyroid : Tidak ada pembesaran thyroid

- Suara : Jelas

- Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran


(24)

- Denyut nadi karotis : Teraba Pemeriksaan Integumen

- Kebersihan : Bersih

- Kehangatan : Kulit teraba hangat

- Warna : Sawo matang

- Turgor : < 2 detik

- Kelembaban : Kering

- Kelainan pada kulit : tidak ada kelainan

Pemeriksaan payudara dan ketiak

- Ukuran dan bentuk

- Warna payudara dan areola Pasien tidak bersedia dilakukan

pemeriksaan

- Kondisis payudara dan putting

Pemeriksaan thoraks/dada

- Inspeksi thoraks : Normal

- Pernafasan (Frekueensi, Irama) : 20 x/menit, Irama reguler

- Tanda kesulitan bernafas : Tidak ada tanda kesulitan bernafas

Pemeriksaan Paru

- Palpasi getaran suara : Sama kuat dikedua lapang paru

- Perkusi

Pasien tidak bersedia dilakukan pemeriksaan

- Auskultasi

Pemeriksaan Jantung

- Inspeksi

- Palpasi Pasien tidak bersedia dilakukan


(25)

- Perkusi

- Auskultasi

Pemeriksaan Abdomen

- Inspeksi : Simetris, tidak terdapat benjolan

- Auskultasi : peristaltic usus 24 x/menit

- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada

hepatomegali Pemeriksaan musculoskeletal/ekstremitas

- Kesimetrisan : Otot simetris, atropi (-)

- Kekuatan otot : 5 pada lengan kanan, lengan kiri,

tungkai kanan, dan tungkai kiri

- Edema : tidak terdapat edema

Pemeriksaan Neurologi

- Nervus Olfaktorius /N I

Pasien mampu membedakan aroma parfum dan kopi

- Nervus Optikus /N I

Tidak ada masalah ketajaman penglihatan

- Nervus okulomotorius/N III, trochlearis/NIV, Abdusen/NVI

Ptosis (-), pupil ishokor, gerakan bola mata kesegala arah

- Nervus Trigeminus/N V

Pasien mampu merasakan sentuhan, membedakan tajam-tumpul, panas-dingin, dan merasakan getaran

- Nervus Fasialis/N VII

Pasien mampu membedakan rasa manis, asam, asin, dan pahit

- Nervus Vestibulocochlearis/N VIII

Tidak ada masalah dengan ketajaman pendengaran pasien

- Nervus Glossoparingeus/N IX, Vagus/N X

Tidak ada gangguan menelan, suara pengucapan huruf jelas

- Nervus Asesorius/N XI


(26)

- Nervus Hipoglossus/N XII

Tidak ada masalah pada otot lidah pasien

X. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

a.Pola Makan dan Minum

Frekuensi makan/hari : 4-5 x/hari

Nafsu dan selera makan : Meningkat

Nyeri ulu hati : -

Alergi : Tidak ada alergi

Mual dan Muntah : Tidak ada mual dan muntah

Waktu pemberian Makan : Tidak menentu

Jumlah dan jenis makanan : 1 porsi dan jenis makanan MB (makan biasa)

Waktu pemberian caira/minum: Sesuai dengan kebutuhan pasien Masalah makanan dan minum : Tidak ada masalah

b. Perawatan diri/Personal hygine

- Kebersihan tubuh : Tubuh pasien terlihat bersih

- Kebersihan gigi dan mulut : Gigi pasien terlihat bersih

- Pemeliharaan kuku : Kuku pasien terlihat sedikit panjang

c. Pola Aktivitas/istirahat

Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Pasien mengatakan jika malam sulit tidur dan sering terbangun tengah malam. Pasien juga mengatakan ia sering termenung dan melamun karena banyak pikiran, dan sering terasa kebas pada kaki, mulut terasa kering, dan terkadang pasien merasa lemah tiba-tiba. Pasien mengatakan apabila banyak pikiran nafsu makan meningkat.

Kegiatan Mandiri Sebahagian Total

Mandi

Makan

BAB

BAK


(27)

d. Pola Eliminasi

1. BAB

- Pola BAB : 1 x/hari

- Karakter feses : Padat, berwarna kuning

kecoklatan

2. BAK

- Pola BAK : 4-5 x/hari

- Karakter urin : Cair, berwarna kuning pucat

- Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : Tidak ada

- Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : Tidak ada

ANALISA DATA

No. Data Penyebab Masalah keperawatan

1. DS :

Pasien mengatakan tidak dapat menjadi wanita seutuhnya, dan pasien mengatakan malu karena kepalanya botak setelah kemoterapi, pasien selalu saja menanyakan apakah

rambutnya dapat tumbuh kembali atau tidak dan pasien mengatakan sedih tidak dapat memiliki keturunan

DO :

rambut pasien rontok, kepala terlihat botak sebagian. Pasien post histerektomi

Ancaman terhadap Konsep diri


(28)

2. DS :

Pasien mengatakan terasa nyeri pada daerah abdomen, khususnya pada daerah rahim, Pasien mengatakan mengatasi nyeri dengan beristirahat (tidur), namun nyeri tetap saja muncul. Pasien mengatakan Skala nyeri yang dirasakan pasien 3 setelah perawat menunjukkan skala nyeri 1-10

DO :

Pasien dalam keadaan berbaring, skala nyeri 3, Pasien dalam keadaan berbaring, pasien tampak lemah, sesekali pasien mendesis, pasien tampak memegang abdomen, namun pasien masih dapat

berkomunikasi dan

mendeskripsikan nyerinya dengan baik.

Pembedahan Nyeri akut

MASALAH KEPERAWATAN

1. Gangguan Citra Tubuh

2. Nyeri Akut

DIAGNOSA KEPERWATAN (PRIORITAS)

1. Gangguan Citra Tubuh b/d Ancaman terhadap Konsep diri d/d Pasien mengatakan tidak dapat menjadi wanita seutuhnya, dan pasien mengatakan malu karena kepalanya botak setelah kemoterapi, pasien selalu saja menanyakan apakah rambutnya dapat tumbuh


(29)

kembali atau tidak dan pasien mengatakan sedih tidak dapat memiliki keturunan, rambut pasien rontok, kepala terlihat botak sebagian. Pasien post histerektomi

2. Nyeri akut b/d pembedahan d/d Pasien mengatakan terasa nyeri pada daerah abdomen, khususnya pada daerah rahim, Pasien mengatakan mengatasi nyeri dengan beristirahat (tidur), namun nyeri tetap saja muncul. Pasien mengatakan Skala nyeri yang dirasakan pasien 3 setelah perawat menunjukkan skala nyeri 1-10, Pasien dalam keadaan berbaring, skala nyeri 3, Pasien dalam keadaan berbaring, pasien tampak lemah, sesekali pasien mendesis, pasien tampak memegang abdomen, namun pasien masih dapat berkomunikasi dan mendeskripsikan nyerinya dengan baik.

PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL Hari/

Tanggal

No. Dx Perencanaan keperawatan

rabu/ 04-06-2014

1 Tujuan/kriteria hasil :

1. Gangguan citra tubuh berkurang yang di buktikan oleh penyesuain psikososial, perubahan, hidup, citra tubuh positif,tidak mengalami, keterlambatan dalam

perkembangan anak, harga diri positif.

2. Menunjukkan citra tubuh, yang dibuktikan oleh kesesuain antara realitas tubuh, ideal tubuh, dan perwujudan

tubuh,kepuasan terhadap penampilan dan fungsi tubuh,keinginan untuk menyentuh bagian tubuh yang mengalami gangguan

Rencana Tindakan Rasional

1. Kaji dan dokumentasikan respons

verbal dan nonverbal pasien terhadap tubuh pasien

1.Mengumpulkan dan Menganalisa Data

2. Indetifikasi mekanisme koping yang biasa di gunakan pasien

2.Mengumpulkan dan Menganalisa Data

3. Dengarkan pasien dan keluarga secara aktif dan akui realitas kekhawatiran terhadap perawatan, kemajuaan, dan

3.Menganalisis faktor pontesial , menetapkan resiko kesehatan


(30)

prognosis. risiko untuk individu atau kelompok

4. Beri dorongan kepada paasien dan keluarga untuk menggukapkan perasaan untuk berduka jika perlu.

4.Menganalisis faktor pontesial , menetapkan resiko kesehatan

memprioritaskan strategi menurunkan risiko untuk individu atau kelompok

5. Dukungan mekanisme koping yang

biasa digunakan pasien, sebagai contoh tidak meminta pasien untuk mengeksplorasi perasaannya jika pasien tampak enggan melakukannya

5.Membantu pasien untuk beradaptasi dengan persepsi stersor, perubahan, atau ancaman yang menghambat pemenuhan tuntutan dan peran hidup

6. Bantu pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi kekuatan dan mengenali keterbatasan mereka ,berikan perawatan dengan cara yang tidak menghakimi, juga privasi dan martabat pasien

6.Menganalisis faktor pontesial , menetapkan resiko kesehatan

memprioritaskan strategi menurunkan risiko untuk individu atau kelompok

7. Peningkatan citra tubuh (NIC), identifikasi cara mengurangi dampak,kecacatan melalui pakaian, gunakan latihan pengukapkan diri dengan kelompok remaja atau pengukapan atas kareteristik fisik normal lain

7.Meningkatkan persepsi sadar dan taksadar pasien serta sikap terhadap tubuh pasien


(31)

Hari/ Tanggal

No. Dx Perencanaan keperawatan

Selasa/

03-06-2014

2. Tujuan/kriteria hasil :

1. Memperlihatkan pengendalian nyeri.

2. Menujukan tingkat nyeri yang berkurang/tidak ada nyeri.

Rencana Tindakan Rasional

1. Mengkaji tingkat nyeri pasien. 1.Mengumpulkan dan menganalisa data

2. Lakukan pengkajian nyeri yang

komprehensif meliputi lokasi, karateristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intesitas atau keparahan nyeri, dan faktor presipitasinya

2.Mengumpulkan dan menganalisa data

3. Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka yang tidak mampu

berkomunikasi efektif

3.Mengumpulkan dan menganalisa data

4. Bantu pasien mengidentifikasi

tindakan kenyamanan yang efektif di masa lalu, seperti, distraksi, relaksasi, atau kompres hangat/dingin

4.Mengumpulkan dan menganalisa data

5. Hadir di dekat pasien untuk memenuhi

kebutuhan rasa nyaman dan aktivitas

lain untuk membantu relaksasi,

meliputi, tindakan sebagai berikut, lakukan perubahan posisi ,masase punggung, dan relaksasi ganti linen tempat tidur, bila diperlukan. berikan perawatan dengan tidak terburu-buru, dengan sikapnya yang mendukung

5.Meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien


(32)

libatkan pasien dalam pengambilan keputusan yang menyangkut aktivitas perawatan

6. Manajemen nyeri (NIC), berikan

informasi tentang nyeri, seperti

penyebab nyeri, berapa lama akan

berlangsung, dan antisipasi

ketidaknyamana akibat prosedur

6.Meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien

7. Ajarkan penggunaan teknik

nonfarmokologi misalnya,

umpan-balik, relaksasi, kompres hangat atau dingin, dan masase

7.Meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien


(33)

PELAKSANAAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI Hari/ Tanggal No. Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP) Senin/ 02-6-2014 1 2 Mengkaji dan mendokumentasikan respons verbal dan nonverbal pasien terhadap tubuh pasien

memberi dorongan kepada pasien dan keluarga untuk mendukung pasien

meningkatkan rasa percaya diri pasien bahwa pasien dapat menutupi

kekurangannya tersebut dengan menggunakan songkok atau jilbab

Mengkaji tingkat nyeri pasien meliputi lokasi,

S :

Pasien mengatakan tidak dapat menjadi wanita seutuhnya dan Pasien merasa sedih karena tidak dapat memiliki keturunan, pasien telah menjalani operasi histerektomi. Pasien mengatakan malu

karena kepalanya botak setelah

kemoterapi, pasien selalu saja

menanyakan apakah rambutnya dapat tumbuh kembali atau tidak

O :

T: 37,5 ˚C, TD : 120/80 mmHg, HR : 90 x/menit, RR: 20x/menit, Skala nyeri: 3 rambut pasien rontok, kepala terlihat botak sebagian.

A :

Masalah belum teratasi P :

Intervensi dilanjutkan : meningkatkan rasa percaya diri pasien bahwa pasien dapat menutupi kekurangannya tersebut dengan menggunakan songkok atau jilbab

dan intervensi ditambahkan : Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit kanker serviks dan efek samping kemoterapi

S :


(34)

karateristik, dan durasi, frekuensi, kualitas, intesitas atau keparahan nyeri, dan faktor

presipitasinya

mengobservasi isyarat nonverbal

ketidaknyamanan.

Mengukur Tanda-tanda vital (TD, RR, HR, T, dan skala nyeri),

memberikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung, dan antisipasi

ketidaknyamanan akibat prosedur dengan cara masase

daerah abdomen, khususnya pada daerah rahim, Pasien mengatakan mengatasi nyeri dengan beristirahat (tidur), namun

nyeri tetap saja muncul. Pasien

mengatakan Skala nyeri yang dirasakan pasien 3 setelah perawat menunjukkan skala nyeri 1-10, pasien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti berdenyut. O :

Pasien dalam keadaan berbaring, pasien tampak lemah, sesekali pasien mendesis, pasien tampak memegang abdomen, namun pasien masih dapat berkomunikasi dan mendeskripsikan nyerinya dengan baik. T: 37,5 ˚C, TD : 120/80 mmHg, HR : 90 x/menit, RR: 20x/menit, Skala nyeri: 3

A :

Masalah belum teratasi P :

Intervensi dilanjutkan dan ditambahkan : menganjurkan suami untuk masase area abdomen, jika tidak berkurang juga anjurkan suami mengompres abdomen dengan kompres hangat


(35)

HARI KE-2 Hari/ Tanggal No. Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP) Selasa/ 03-6-2014 1 2 memberi dorongan kepada pasien dan keluarga untuk mendukung pasien

meningkatkan rasa percaya diri pasien bahwa pasien dapat menutupi

kekurangannya tersebut dengan menggunakan songkok atau jilbab

Memberikan

pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit kanker serviks dan efek samping kemoterapi

Mengkaji tingkat nyeri pasien meliputi lokasi,

S :

Pasien mengatakan perasaan khawatir telah berkurang, namun pasien bingung menemukan solusi yang tepat untuk mempunyai keturunan. Pasien

mengatakan sudah merasa tidak malu lagi dengan keadaannya karena suami telah menerima dan memaklumi keadaan pasien sehingga, rasa percaya diri pasien meningkat.

O :

rambut pasien rontok, kepala terlihat botak sebagian. Dan pasien telah menggunakan songkok.

A :

Masalah belum teratasi P :

Intervensi dilanjutkan dan intervensi ditambahkan : Mengalihkan perhatian pasien dengan menganjurkan pasien untuk beribadah meminta jalan keluar dari Allah, menganjurkan pasien berdzikir

Menganjurkan pasien mengalihkan perhatiannya dengan cara mendengarkan musik

S :


(36)

karateristik, dan durasi, frekuensi, kualitas, intesitas atau keparahan nyeri, dan faktor

presipitasinya

mengobservasi isyarat nonverbal

ketidaknyamanan. Mengukur Tanda-tanda vital (TD, RR, HR, T, dan skala nyeri), memberikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung, dan menganjurkan suami untuk masase area abdomen, jika tidak berkurang juga anjurkan suami

mengompres abdomen dengan kompres hangat

Pasien mengatakan Skala nyeri yang dirasakan saat ini adalah 2 setelah perawat menunjukkan skala nyeri 1-10. O :

Pasien terlihat lebih baik, pasien sedang berbicara dengan suaminya dengan posisi duduk, T: 37,1 ˚C, TD : 120/80 mmHg, HR : 88 x/menit, RR: 20x/menit, Skala nyeri: 2

A :

Masalah teratasi sebagian P :

Intervensi dilanjutkan : menganjurkan suami untuk masase area abdomen, jika tidak berkurang juga anjurkan suami mengompres abdomen dengan kompres hangat


(37)

HARI KE-3 Rabu/ 04-6-2014 1 2 Mengukur Tanda-tanda vital pasien (TD, RR, HR, T, dan skala nyeri) Mengalihkan perhatian pasien dengan menganjurkan pasien untuk beribadah meminta jalan keluar dari Allah, menganjurkan pasien berdzikir Menganjurkan pasien mengalihkan perhatiannya dengan cara mendengarkan musik

Mengkaji tingkat nyeri pasien,

mengobservasi isyarat nonverbal

ketidaknyamanan. Mengukur Tanda-tanda vital (TD, RR, HR, T, dan skala nyeri), memberikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan

S :

Pasien mengatakan perasaan khawatir telah berkurang, namun pasien bingung

menemukan solusi yang tepat untuk mempunyai keturunan.

O :

T: 37,1 ˚C, TD : 120/80 mmHg, HR : 88 x/menit, RR: 20x/menit, Skala nyeri: 0 Pasien terlihat lebih tenang

A :

Masalah belum teratasi P :

Intervensi dilanjutkan : Menganjurkan pasien mengalihkan perhatiannya dengan cara mendengarkan musik

S :

Pasien mengatakan nyeri sudah tidak ada dirasakan, Pasien mengatakan Skala nyeri yang dirasakan saat ini adalah 0 setelah perawat menunjukkan skala nyeri 1-10. O :

Pasien terlihat lebih sehat, tidak ada perillaku yang menunjukkan

ketidaknyamanan (tidak ada suara mengerang, mendesis, dan pasien sudah tidak lagi memegang abdomennya) T:

37,1 ˚C, TD : 120/80 mmHg, HR : 88 x/menit, RR: 20x/menit, Skala nyeri: 0


(38)

berlangsung, dan menganjurkan suami untuk masase area abdomen, jika tidak berkurang juga anjurkan suami

mengompres abdomen dengan kompres hangat

A :

Masalah teratasi P :

Intervensi dihentikan

HARI KE-4 Hari/

Tanggal

No. Dx

Implementasi Keperawatan

Evaluasi (SOAP) Kamis/

05 juni 2014

1 Mengukur

Tanda-tanda vital pasien (TD, RR, HR, T, dan skala nyeri)

Mengajarkan pasien teknik relaksasi dengan cara tarik nafas dalam.

S :

Pasien mengatakan perasaan khawatir telah berkurang, dan pasien telah dapat

menemukan jalan keluar masalah yang dihadapi

O :

Kontak mata Baik, pasien kooperatif, T:

37,1 ˚C, TD : 120/80 mmHg, HR : 88 x/menit, RR: 20x/menit, Skala nyeri: 0 A :

Masalah teratasi P :

Intervensi dihentikan

Hari jum’at tidak dilakukan implementasi karena pasien pindah ke ruang Tanjung I pada hari kamis 16.00


(39)

CATATAN PERKEMBANGAN

No. Dx

Implementasi dan Evaluasi

Kepererawatan Tindakan

keperawatan Evaluasi

Hari/ tanggal

Pukul

1 Senin /

02-06-2014 14.10 14.15 Mengkaji dan mendokumentasikan respons verbal dan nonverbal pasien terhadap tubuh pasien memberi dorongan kepada pasien dan keluarga untuk mendukung pasien meningkatkan rasa percaya diri pasien bahwa pasien dapat menutupi

kekurangannya tersebut dengan menggunakan songkok atau jilbab

S : Pasien mengatakan tidak dapat menjadi wanita

seutuhnya dan Pasien merasa sedih karena tidak dapat memiliki keturunan, pasien telah menjalani operasi histerektomi. Pasien mengatakan malu karena kepalanya botak setelah kemoterapi, pasien selalu saja menanyakan apakah

rambutnya dapat tumbuh kembali atau tidak

O : T: 37,5 ˚C, TD : 120/80 mmHg, HR : 90 x/menit, RR: 20x/menit, Skala nyeri: 3, rambut pasien rontok, kepala terlihat botak sebagian. A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dan intervensi ditambahkan : Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit kanker serviks dan efek samping kemoterapi

2 Senin /

02-06-2013

18.30 Mengkaji tingkat

nyeri pasien meliputi

S : Pasien mengatakan terasa nyeri pada daerah abdomen,


(40)

18.33

18.35

lokasi, karateristik, dan durasi, frekuensi, kualitas, intesitas atau keparahan nyeri, dan faktor presipitasinya mengobservasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan. Mengukur Tanda-tanda vital (TD, RR, HR, T, dan skala nyeri)

memberikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung, dan antisipasi

ketidaknyamanan akibat prosedur dengan cara masase

khususnya pada daerah rahim, Pasien mengatakan mengatasi nyeri dengan beristirahat (tidur), namun nyeri tetap saja muncul. Pasien mengatakan Skala nyeri yang dirasakan pasien 3 setelah perawat menunjukkan skala nyeri 1-10, pasien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti berdenyut. O : Pasien dalam keadaan berbaring, pasien tampak lemah, sesekali pasien mendesis, pasien tampak memegang abdomen, namun pasien masih dapat

berkomunikasi dan

mendeskripsikan nyerinya dengan baik. T: 37,5 ˚C, TD : 120/80 mmHg, HR : 90 x/menit, RR: 20x/menit, Skala nyeri: 3

A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dan ditambahkan : menganjurkan suami untuk masase area

abdomen, jika tidak

berkurang juga anjurkan

suami mengompres abdomen dengan kompres hangat


(41)

No. Dx

Implementasi dan Evaluasi

Kepererawatan Tindakan

keperawatan Evaluasi

Hari/ tanggal

Pukul

1 Selasa /

03-06-2014 14.15 14.20 18.00 Mengkaji dan mendokumentasikan respons verbal dan nonverbal pasien terhadap tubuh pasien memberi dorongan kepada pasien dan keluarga untuk mendukung pasien meningkatkan rasa percaya diri pasien bahwa pasien dapat menutupi

kekurangannya tersebut dengan menggunakan songkok atau jilbab Memberikan

pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit kanker serviks dan efek samping kemoterapi

S : Pasien mengatakan perasaan khawatir telah berkurang, namun pasien bingung menemukan solusi yang tepat untuk mempunyai keturunan. Pasien

mengatakan sudah merasa tidak malu lagi dengan keadaannya karena suami telah menerima dan

memaklumi keadaan pasien sehingga, rasa percaya diri pasien meningkat.

O : rambut pasien rontok,

kepala terlihat botak

sebagian. Dan pasien telah menggunakan songkok. A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan dan intervensi ditambahkan : Mengalihkan perhatian pasien dengan menganjurkan pasien untuk beribadah meminta jalan keluar dari Allah, menganjurkan pasien berdzikir

Menganjurkan pasien mengalihkan perhatiannya


(42)

dengan cara mendengarkan musik

2 Selasa /

03-06-2014 18.30 18.33 18.35 18.45

Mengkaji tingkat nyeri pasien meliputi lokasi, karateristik, dan durasi, frekuensi, kualitas, intesitas atau keparahan nyeri, dan faktor presipitasinya mengobservasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan. Mengukur Tanda-tanda vital (TD, RR, HR, T, dan skala nyeri),

memberikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung, dan menganjurkan suami untuk masase area abdomen, jika tidak berkurang juga anjurkan suami mengompres abdomen dengan kompres hangat

S : Pasien mengatakan nyeri berkurang, Pasien

mengatakan Skala nyeri yang dirasakan saat ini adalah 2 setelah perawat menunjukkan skala nyeri 1-10.

O : Pasien terlihat lebih baik, pasien sedang berbicara dengan suaminya dengan posisi duduk, T: 37,1 ˚C, TD : 120/80 mmHg, HR : 88 x/menit, RR: 20x/menit, Skala nyeri: 2

A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan : menganjurkan suami untuk masase area abdomen, jika tidak berkurang juga anjurkan suami mengompres abdomen dengan kompres hangat


(43)

No. Dx

Implementasi dan Evaluasi

Kepererawatan Tindakan

keperawatan Evaluasi

Hari/ tanggal

Pukul

1 Rabu /

04-06-2014 08.00 10.00 11.00 12.00 Mengukur Tanda-tanda vital pasien (TD, RR, HR, T, dan skala nyeri) Mengalihkan perhatian pasien dengan menganjurkan pasien untuk beribadah meminta jalan keluar dari Allah, menganjurkan pasien berdzikir Menganjurkan pasien mengalihkan perhatiannya dengan cara mendengarkan musik

S : Pasien mengatakan perasaan khawatir telah berkurang, namun pasien bingung menemukan solusi yang tepat untuk mempunyai keturunan.

O : T: 37,1 ˚C, TD : 120/80 mmHg, HR : 88 x/menit, RR: 20x/menit, Skala nyeri: 0, Pasien terlihat lebih tenang A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan : Menganjurkan pasien mengalihkan perhatiannya dengan cara mendengarkan musik

2 Rabu /

04-06-2014

08.00

10.00

Mengkaji tingkat nyeri pasien, mengobservasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan. Mengukur Tanda-tanda vital (TD, RR, HR, T, dan skala

S : Pasien mengatakan nyeri sudah tidak ada dirasakan, Pasien mengatakan Skala nyeri yang dirasakan saat ini adalah 0 setelah perawat menunjukkan skala nyeri 1-10.

O : Pasien terlihat lebih sehat, tidak ada perillaku yang


(44)

11.00 12.35 nyeri), memberikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung, dan menganjurkan suami untuk masase area abdomen, jika tidak berkurang juga anjurkan suami mengompres abdomen dengan kompres hangat menunjukkan

ketidaknyamanan (tidak ada suara mengerang, mendesis, dan pasien sudah tidak lagi memegang abdomennya) T:

37,1 ˚C, TD : 120/80 mmHg, HR : 88 x/menit, RR:

20x/menit, Skala nyeri: 0 A : Masalah teratasi P : Intervensi dihentikan

No. Dx

Implementasi dan Evaluasi

Kepererawatan Tindakan

keperawatan Evaluasi

Hari/ tanggal

Pukul

1 Kamis /

04-06-2014

08.00

10.00

Mengukur Tanda-tanda vital pasien (TD, RR, HR, T, dan skala nyeri)

Mengajarkan pasien teknik relaksasi dengan cara tarik nafas dalam.

S : Pasien mengatakan telah dapat menemukan jalan keluar masalah yang dihadapi O : Kontak mata Baik, pasien kooperatif, T: 37,1 ˚C, TD : 120/80 mmHg, HR : 88 x/menit, RR: 20x/menit, Skala nyeri: 0

A : Masalah teratasi P : Intervensi dihentikan


(45)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan, dan nilai yang diketahui individu tentang dirinya dan memengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Tarwoto dan wartonah, 2003). Konsep diri adalah bagian dari masalah kebutuhan psikososial yang tidak didapat sejak lahir, akan tetapi dapat dipelajari sebagai hasil dari pengalaman seseorang terhadap dirinya. Konsep diri ini berkembang secara bertahap sesuai dengan tahap perkembangan psikososial seseorang (Hidayat, 2012). Konsep diri memberikan kerangka acuan yang memengaruhi manajemen terhadap situasi dan hubungan dengan orang lain. Ketidaksesuaian antara aspek tertentu dari kepribadian dan konsep diri dapat menjadi sumber stress atau konflik. Konsep diri dan persepsi tentang kesehatan sangat berkaitan erat satu sama lain. Pasien yang mempunyai keyakinan tentang kesehatan yang baik akan dapat meningkatkan konsep diri (Potter & perry, 2005).

Dari pengelolaan kasus Ny.S dan dari data yang dikaji dapat saya simpulkan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah :

1. Gangguan Citra Tubuh b/d Ancaman terhadap Konsep diri d/d Pasien mengatakan tidak dapat menjadi wanita seutuhnya, dan pasien mengatakan malu karena kepalanya botak setelah kemoterapi, pasien selalu saja menanyakan apakah rambutnya dapat tumbuh kembali atau tidak dan pasien mengatakan sedih tidak dapat memiliki keturunan, rambut pasien rontok, kepala terlihat botak sebagian. Pasien post histerektomi

2. Nyeri akut b/d pembedahan d/d Pasien mengatakan terasa nyeri pada daerah abdomen, khususnya pada daerah rahim, Pasien mengatakan mengatasi nyeri dengan beristirahat (tidur), namun nyeri tetap saja muncul. Pasien mengatakan Skala nyeri yang dirasakan pasien 3 setelah perawat menunjukkan skala nyeri 1-10, Pasien dalam keadaan berbaring, skala nyeri 3, Pasien dalam keadaan berbaring, pasien tampak lemah, sesekali pasien mendesis, pasien tampak memegang abdomen, namun pasien masih dapat berkomunikasi dan mendeskripsikan nyerinya dengan baik.


(46)

B. Saran

Sebaiknya pelayanan kesehatan dapat memperbaiki sistem pemberian asuhan keperawatan kepada pasien, dan sebaiknya setiap pelayanan kesehatan memiliki dokumentasi asuhan keperawatan yang jelas dan konkret agar kesinambungan antara perawat shif diruangan terlihat berkesinambungan.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson R.L. (1999), Pengantar Psikologi II, Edisi II, Batam : Interaksa.

Carpenito, Lynda Juall.(2009). Diagnosis keperawatan aplikasi pada praktik klinis. Edisi 9. Jakarta : EGC

Doenges, M.E, dkk.(2000). Rencana asuhan keperawatan pedoman untuk

perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta :

EGC

Lubis, Namora Lumongga.(2009).Depresi Tinjauan Psikologis. Jakarta : Prenada Media Group.

Nursalam.(2009). Proses dan dokumentasi keperawatan: konsep dan praktik. Jakarta: Salemba Medika.

Smeltzer, S.(2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth. Volume 3 Edisi 8. Jakarta : EGC.

Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Tarwoto dan wartonah dan wartonah, Wartonah.(2003). Kebutuhan dasar manusia

dan proses keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Wilkinson, Judith.M, & Ahern, Nancy.R.(2011). Buku saku diagnosis keperawatan


(1)

dengan cara mendengarkan musik

2 Selasa /

03-06-2014

18.30

18.33

18.35

18.45

Mengkaji tingkat nyeri pasien meliputi lokasi, karateristik, dan durasi, frekuensi, kualitas, intesitas atau keparahan nyeri, dan faktor presipitasinya mengobservasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan. Mengukur Tanda-tanda vital (TD, RR, HR, T, dan skala nyeri),

memberikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung, dan menganjurkan suami untuk masase area abdomen, jika tidak berkurang juga anjurkan suami mengompres abdomen dengan kompres hangat

S : Pasien mengatakan nyeri berkurang, Pasien

mengatakan Skala nyeri yang dirasakan saat ini adalah 2 setelah perawat menunjukkan skala nyeri 1-10.

O : Pasien terlihat lebih baik, pasien sedang berbicara dengan suaminya dengan posisi duduk, T: 37,1 ˚C, TD : 120/80 mmHg, HR : 88 x/menit, RR: 20x/menit, Skala nyeri: 2

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan : menganjurkan suami untuk masase area abdomen, jika tidak berkurang juga anjurkan suami mengompres abdomen dengan kompres hangat


(2)

No. Dx

Implementasi dan Evaluasi

Kepererawatan Tindakan

keperawatan Evaluasi

Hari/ tanggal

Pukul

1 Rabu / 04-06-2014 08.00 10.00 11.00 12.00 Mengukur Tanda-tanda vital pasien (TD, RR, HR, T, dan skala nyeri) Mengalihkan perhatian pasien dengan menganjurkan pasien untuk beribadah meminta jalan keluar dari Allah, menganjurkan pasien berdzikir Menganjurkan pasien mengalihkan perhatiannya dengan cara mendengarkan musik

S : Pasien mengatakan perasaan khawatir telah berkurang, namun pasien bingung menemukan solusi yang tepat untuk mempunyai keturunan.

O : T: 37,1 ˚C, TD : 120/80 mmHg, HR : 88 x/menit, RR: 20x/menit, Skala nyeri: 0, Pasien terlihat lebih tenang A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan : Menganjurkan pasien mengalihkan perhatiannya dengan cara mendengarkan musik

2 Rabu /

04-06-2014

08.00

10.00

Mengkaji tingkat nyeri pasien, mengobservasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan. Mengukur Tanda-tanda vital (TD, RR, HR, T, dan skala

S : Pasien mengatakan nyeri sudah tidak ada dirasakan, Pasien mengatakan Skala nyeri yang dirasakan saat ini adalah 0 setelah perawat menunjukkan skala nyeri 1-10.

O : Pasien terlihat lebih sehat, tidak ada perillaku yang


(3)

11.00

12.35

nyeri), memberikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung, dan menganjurkan suami untuk masase area abdomen, jika tidak berkurang juga anjurkan suami mengompres abdomen dengan kompres hangat

menunjukkan

ketidaknyamanan (tidak ada suara mengerang, mendesis, dan pasien sudah tidak lagi memegang abdomennya) T: 37,1 ˚C, TD : 120/80 mmHg, HR : 88 x/menit, RR:

20x/menit, Skala nyeri: 0 A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

No. Dx

Implementasi dan Evaluasi

Kepererawatan Tindakan

keperawatan Evaluasi

Hari/ tanggal

Pukul

1 Kamis /

04-06-2014

08.00

10.00

Mengukur Tanda-tanda vital pasien (TD, RR, HR, T, dan skala nyeri)

Mengajarkan pasien teknik relaksasi dengan cara tarik nafas dalam.

S : Pasien mengatakan telah dapat menemukan jalan keluar masalah yang dihadapi O : Kontak mata Baik, pasien kooperatif, T: 37,1 ˚C, TD : 120/80 mmHg, HR : 88 x/menit, RR: 20x/menit, Skala nyeri: 0

A : Masalah teratasi P : Intervensi dihentikan


(4)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan, dan nilai yang diketahui individu tentang dirinya dan memengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Tarwoto dan wartonah, 2003). Konsep diri adalah bagian dari masalah kebutuhan psikososial yang tidak didapat sejak lahir, akan tetapi dapat dipelajari sebagai hasil dari pengalaman seseorang terhadap dirinya. Konsep diri ini berkembang secara bertahap sesuai dengan tahap perkembangan psikososial seseorang (Hidayat, 2012). Konsep diri memberikan kerangka acuan yang memengaruhi manajemen terhadap situasi dan hubungan dengan orang lain. Ketidaksesuaian antara aspek tertentu dari kepribadian dan konsep diri dapat menjadi sumber stress atau konflik. Konsep diri dan persepsi tentang kesehatan sangat berkaitan erat satu sama lain. Pasien yang mempunyai keyakinan tentang kesehatan yang baik akan dapat meningkatkan konsep diri (Potter & perry, 2005).

Dari pengelolaan kasus Ny.S dan dari data yang dikaji dapat saya simpulkan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah :

1. Gangguan Citra Tubuh b/d Ancaman terhadap Konsep diri d/d Pasien mengatakan tidak dapat menjadi wanita seutuhnya, dan pasien mengatakan malu karena kepalanya botak setelah kemoterapi, pasien selalu saja menanyakan apakah rambutnya dapat tumbuh kembali atau tidak dan pasien mengatakan sedih tidak dapat memiliki keturunan, rambut pasien rontok, kepala terlihat botak sebagian. Pasien post histerektomi

2. Nyeri akut b/d pembedahan d/d Pasien mengatakan terasa nyeri pada daerah abdomen, khususnya pada daerah rahim, Pasien mengatakan mengatasi nyeri dengan beristirahat (tidur), namun nyeri tetap saja muncul. Pasien mengatakan Skala nyeri yang dirasakan pasien 3 setelah perawat menunjukkan skala nyeri 1-10, Pasien dalam keadaan berbaring, skala nyeri 3, Pasien dalam keadaan berbaring, pasien tampak lemah, sesekali pasien mendesis, pasien tampak memegang abdomen, namun pasien masih dapat berkomunikasi dan mendeskripsikan nyerinya dengan baik.


(5)

B. Saran

Sebaiknya pelayanan kesehatan dapat memperbaiki sistem pemberian asuhan keperawatan kepada pasien, dan sebaiknya setiap pelayanan kesehatan memiliki dokumentasi asuhan keperawatan yang jelas dan konkret agar kesinambungan antara perawat shif diruangan terlihat berkesinambungan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson R.L. (1999), Pengantar Psikologi II, Edisi II, Batam : Interaksa.

Carpenito, Lynda Juall.(2009). Diagnosis keperawatan aplikasi pada praktik klinis. Edisi 9. Jakarta : EGC

Doenges, M.E, dkk.(2000). Rencana asuhan keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC

Lubis, Namora Lumongga.(2009).Depresi Tinjauan Psikologis. Jakarta : Prenada Media Group.

Nursalam.(2009). Proses dan dokumentasi keperawatan: konsep dan praktik. Jakarta: Salemba Medika.

Smeltzer, S.(2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth. Volume 3 Edisi 8. Jakarta : EGC.

Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Tarwoto dan wartonah dan wartonah, Wartonah.(2003). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Wilkinson, Judith.M, & Ahern, Nancy.R.(2011). Buku saku diagnosis keperawatan NANDA intervensi NIC dan ktriteria hasil NOC. Edisi 9. Jakarta : EGC