Rasio Solvabilitas TOPIK PENELITIAN

xxxv Tabel 3.3 Rasio Kas atas Aktiva Lancar Komponen Laporan Keuangan 2010 2011 Kas 1.297.227.157.273 1.962.513.602.760 Total Aktiva Lancar 1.707.554.451.751 2.388.855.261.533 Rasio Kas atas Aktiva Lancar Tahun 2010 = 1.297.227.157.273 1.707.554.451.751 = 0,76 kali Rasio Kas atas Aktiva Lancar Tahun 2011 = 1.962.513.602.760 2.388.855.261.533 = 0,82 kali Melalui perhitungan di atas maka dapat dilihat bahwa rasio kas atas aktiva lancar diperoleh yang diperoleh pada tahun 2010 sebesar 0,76 kali yang berarti setiap Rupiah aktiva lancar dijamin Rp 0,76,- rasio kas. Sedangkan tahun 2011 rasio kas atas aktiva lancar diperoleh sebesar 0,82 kali yang berarti setiap Rupiah aktiva lancar dijamin dengan Rp0,82,- rasio kas. Jika dibandingkan rasio kas atas aktiva lancar pada tahun 2010 dan 2011 terjadi kenaikan rasio cepat sebesar 0,06. Hal ini terjadi karena kenaikan kas. Maka dapat disimpulkan bahwa selama dua tahun walaupun kas mengalami peningkatan, namun belum mampu untuk menutupi besarnya hutang jangka pendek perusahaan.

B. Rasio Solvabilitas

Menurut Harahap 2008:303 “Rasio solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban- kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi.” Rasio ini dapat dihitung dari pos- pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan utang jangka panjang. xxxvi Kondisi keuangan yang baik dalam jangka pendek tidak menjamin kondisi keuangan yang baik pula dalam jangka panjang. Jadi rasio solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya, untuk melunasi seluruh hutangnya yang ada dengan menggunakan seluruh aset yang dimilikinya apabila sekiranya perusahaan dilikuidasi. Dengan demikian rasio solvabilitas berpengaruh dengan kinerja keuangan perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan harga saham perusahaan. 1. Total Debt to Assets Ratio Total Debt to Total Assets Ratio adalah perbandingan Hutang dengan Total Aktiva. Rasio ini menunjukkan berapa total aktiva yang tersedia untuk menjamin hutang perusahaan. Semakin tinggi Debt Ratio semakin besar pinjaman yang digunakan dalam menghasikan keuntungan perusahaan. Rumus untuk menghitung Total Debt to Assets Ratio dapat digunakan sebagai berikut : Total Debt to Assets Ratio = Total Debt Total Assets Tabel 3.4 Total Debt to Assets Ratio Komponen Laporan Keuangan 2010 2011 Total Debt 3.628.473.275.921 4.519.035.644.418 Total Assets 7.201.591.422.486 9.081.357.260.004 Total Debt to Assets Ratio Tahun 2010 = 3.628.473.275.921 7.201.591.422.486 = 0,50 kali xxxvii Total Debt to Assets Ratio Tahun 2011 = 4.519.035.644.418 9.081.357.260.004 = 0,49 kali Dari perhitungan dapat dilihat rasio hutang pada tahun 2010 sebesar 0,50 kali yang berarti bahwa setiap Rupiah kewajiban perusahaan dibiayai oleh aktiva sebesar Rp 0,50,-. Sedangkan pada tahun 2011 sebesar 0,49 kali yang berarti setiap Rupiah kewajiban perusahaan dibiayai oleh aktiva sebesar Rp 0,49,-. Jika dibandingkan tahun 2010 dengan tahun 2011 terjadi penurunan rasio sebesar 0,01 di mana memberikan indikasi baik bagi perusahaan sebab perusahaan dinilai dapat memenuhi kewajibannya dan dapat memperbesar laba. 2. Debt to Equity Ratio Menurut Kasmir 2008:157 “Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas.” Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh hutang, termasuk hutang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang. Rumus untuk menghitung Total Debt to Equity Ratio dapat digunakan sebagai berikut : Total Debt to Equity Ratio= Total Hutang Debt Ekuitas Equity xxxviii Tabel 3.5 Total Debt to Equity Ratio Komponen Laporan Keuangan 2010 2011 Total Debt 3.628.473.275.921 4.519.035.644.418 Equity 3.573.118.146.565 4.499.321.615.586 Total Debt to Equity Ratio Tahun 2010 = 3.628.473.275.921 3.573.118.146.565 = 1,02 kali Total Debt to Equity Ratio Tahun 2010 = 4.519.035.644.418 4.499.321.615.586 = 1,01 kali Dari perhitungan di atas dapat dilihat rasio hutang pada tahun 2010 sebesar 1,02 kali yang berarti bahwa setiap Rupiah modal sendiri dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang perusahaan sebesar Rp 1,02,-. Sedangkan pada tahun 2011 sebesar 0,01 kali yang berarti setiap Rupiah modal sendiri dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang perusahaan sebesar Rp 1,01,-. Jika dibandingkan tahun 2010 dengan tahun 2011 terjadi penurunan rasio sebesar 0,01 yang disebabkan oleh terjadinya kenaikan total hutang. 3. Long Term Debt to Equity Ratio Menurut Kasmir 2008:159 “ Long Term Debt to Equity Ratio merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri.” Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan. xxxix Rumus untuk menghitung Long Term Debt to Equity Ratio dapat digunakan sebagai berikut: Long Term Debt to Equity Ratio = Long Term Debt Equity Tabel 3.6 Long Term Debt to Equity Ratio Komponen Laporan Keuangan 2010 2011 Total Long Term Debt 2.250.328.862.302 2.436.145.492.836 Equity 3.573.118.146.565 4.499.321.615.586 Long Term Debt to Equity Ratio Tahun 2010 = 2.250.328.862.302 3.573.118.146.565 = 0,63 kali Long Term Debt to Equity Ratio Tahun 2010 = 2.436.145.492.836 4.499.321.615.586 = 0,54 kali Dari perhitungan di atas dapat dilihat rasio hutang jangka panjang pada tahun 2010 sebesar 0,63 kali yang berarti bahwa setiap Rupiah modal sendiri dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang perusahaan sebesar Rp 0,63,-. Sedangkan pada tahun 2011 sebesar 0,54 kali yang berarti setiap Rupiah modal sendiri dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang perusahaan sebesar Rp 0,54,-. Jika dibandingkan tahun 2010 dengan tahun 2011 terjadi penurunan rasio sebesar 0,09. 4. Timed Interest Earned Timed Interest Earned merupakan rasio untuk mengukur sejauh mana pendapatan dapat menurun tanpa membuat perusahaan merasa malu karena tidak xl mampu membayar biaya bunga tahunannya. Apabila perusahaan tidak mampu membayar bunga, dalam jangka panjang akan menghilangkan kepercayaan dari kreditur. Semakin tinggi rasio ini semakin besar kemungkinan perusahaan dapat membayar bunga pinjaman dan dapat menjadi ukuran untuk memperoleh tambahan pinjaman baru pada kreditur, demikian pula sebaliknya. Rumus untuk menghitung Times Interest Earned dapat digunakan sebagai berikut : Times Interest Earned = Earned Before Interest and Tax EBIT Biaya Bunga Interest Tabel 3.7 Times Interest Earned Komponen Laporan Keuangan 2010 2011 Earning Before Interest and Tax 1.366.220.739.893 1.680.764.119.663 Interest 165.636.888.145 166.887.548.333 Times Interest Earned Tahun 2010 = 1.366.220.739.893 165.636.888.145 = 8,25 kali Times Interest Earned Tahun 2011 = 1.680.764.119.663 166.887.548.333 = 10,07 kali Dari perhitungan di atas dapat dilihat Times Interest Earned pada tahun 2010 sebesar 8,25 kali yang berarti bahwa setiap Rupiah laba bersih perusahaan dijadikan jaminan untuk membayar bunga sebesar Rp 8,25,-. Sedangkan pada tahun 2011 sebesar 10,07 kali yang berarti setiap Rupiah modal sendiri dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang perusahaan sebesar Rp 10,07,-. Jika xli dibandingkan tahun 2010 dengan tahun 2011 terjadi kenaikan rasio sebesar 1,82 yang disebabkan oleh terjadinya kenaikan laba bersih sebelum pajak perusahaan.

C. Rasio Aktivitas