Latar Belakang Kriteria sertifikasi makanan halal dalam perspektif Ibnu Hazm dan MUI

5 sertifikat halal pada setiap produk makanan di Indonesia. bagi produsen yang mengajukan permohonan. Terlepas dari latar belakang, LP POM Majelis Ulama Indonesia MUI telah membuktikan kepercayaannya kepada umat Islam, dan yang paling penting adalah kepada produsen makanan yang mengajukan permohonan sertifikat halal. LP POM Majelis Ulama Indonesia MUI mempercayakan kepada berbagai pakar yang berbeda latar belakangnya, yaitu: kalangan ulama, para fukoha, ahli pangan dan ahli kesehatan.dalam mekanisme kerjanya, para pakar tersebut akan mengadakan pemeriksaan terhadap bahan dan proses produksi bahan-bahan makanan, minuman dan kosmetik yang meliputi: penelitian jenis-jenis bahan dan substansi bahan yang mengandung unsur haram, termasuk didalamnya membahas status hukum bahan-bahan yang akan diteliti karena proses kimiawi dan biologi strukturnya berubah. Majelis Ulama Indonesia MUI dalam menentukan hukum halal dan haramnya suatu permasalahan, dilakukan melalui proses ijtihad yang panjang dengan segala perangkat hukum yang ada. Sudah barang tentu konsep penerapannya pun berbeda. Hanya saja yang jadi permasalahan ini adalah bagaimana Majelis Ulama Indonesia MUI dalam mencetuskan hukum suatu masalah dapat diketahui secara transparan dan dapat dipertanggung jawabkan secara moral maupun hukum. 6 Dalam syari’at Islam, Allah SWT menghalalkan semua makanan yang mengandung mashlahat dan manfaat, baik yang kembalinya kepada ruh maupun jasad, baik kepada individu maupun masyarakat. Demikian pula sebaliknya Allah SWT mengharapkan semua makanan yang memudharatkan atau lebih besar mudharat daripada manfaatnya. Terkait dengan makanan yang haram dalam Islam ada dua jenis: 1. Ada yang diharamkan karena dzatnya. Maksudnya asal dari makanan tersebut memang sudah haram, seperti: bangkai, darah, babi, anjing dan selainnya. 2. Ada yang diharamkan karena suatu sebab yang tidak berhubungan dengan dzatnya. Maksudnya asal makanannya adalah halal, akan tetapi dia menjadi haram karena adanya sebab yang tidak berkaitan dengan makanan tersebut. Misalnya: makanan dari hasil mencuri, upah perzinaan dan lain sebagainya. Berkenaan dengan makanan halal dan haram dalam Islam, ulama juga banyak yang mengomentarinya. Salah satunya adalah pernyataan Ibnu Hazm dalam kitabnya al-Muhalla “Setiap binatang yang diperintahkan oleh Rasulullah supaya dibunuh maka tidak ada sembelihan baginya, karena Rasul 7 melarang dari menyia-nyiakan harta dan tidak halal membunuh binatang yang dimakan”. 1 Ibnu Hazm adalah ulama yang kebetulan minhaj yang ditempuhnya sama dengan minhaj yang ditempuh oleh Daud al-Dzahiri yang di dalam meletakkan hukum banyak berbeda dengan ulama pada umumnya. Hal ini disebabkan karena Ibnu Hazm mempunyai metode tersendiri dalam memahami nash al-Qur’an maupun al-Hadis, yaitu minhaj al-Dzahiri yang jauh berbeda dengan kebanyakan Ushuliyin. 2 Ringkasnya dalam menetapkan hukum, beliau berpegang kepada Kitabullah, Sunah Rasul dan ijma’ harus semua sepakat. 3 Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan di atas dan untuk meneliti tentang perilaku konsumsi yang baik dalam pandangan Islam dan secara khusus dalam pandangan Ibnu Hazm, maka dari itu penulis tertarik untuk menulis skripsi yang berjudul “Kriteria Sertifikasi Makanan Halal dalam Perspektif Ibnu Hazm dan MUI”. 1 Abu Muhammad Ali bin Ahmad bin Said bin Hazm al-Andalusi, al-Muhalla bi al- Atsar, Beyrut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, TT, h. 63. 2 H. M. Al-Hamid al-Husaini, Riwayat Sembilan Imam Fiqh, Bandung: Pustaka Hidayah, 2000, H. 562 3 M. Ali Hasan, Perbandingan Mazhab, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, h. 237-238 8

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam penulisan skripsi ini, penulis membatasi masalah dalam skripsi ini berkisar tentang perilaku konsumsi makanan dan minuman yang halal berhubungan dengan sertifikasi halal dalam Majelis Ulama Indonesia MUI dan pandangan Ibnu Hazm tentang sertifikasi halal dalam konsumsi, serta kajian persamaan dan perbedaan sertifikasi halal menurut MUI dan Ibnu Hazm. Berdasarkan latar belakang yang telah di jelaskan sebelumnya, penulis membatasi pembahasannya dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pandangan dan metode istinbath hukum Majelis Ulama Indonesia MUI tentang sertifikasi makanan halal? 2. Bagaimanakah pandangan dan metode istinbath hukum Ibnu Hazm tentang sertifikasi makanan halal? 3. Bagaimanakah perbedaan pandangan dan metode istinbath hukum Ibnu Hazm dan Majelis Ulama Indonesia MUI tentang sertifikasi makanan halal?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dari pembatasan dan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 9 1. Untuk mengetahui pandangan dan metode istinbath hukum Majelis Ulama Indonesia MUI tentang sertifikasi halal. 2. Untuk mengetahui pandangan dan metode istinbath hukum Ibnu Hazm tentang sertifikasi halal. 3. Untuk mengetahui perbedaan pandangan dan metode istinbath hukum Ibnu Hazm dan Majelis Ulama Indonesia MUI tentang sertifikasi halal. Penulis pun berharap, dengan penulisan skripsi ini maka akan mampu memberi manfaat, yakni: 1. Secara teoritis yaitu untuk menambah wawasan sekaligus pengembangan ilmu pengetahuan mengenai pemikiran Ibnu Hazm tentang sertifikasi halal dan juga metode-metode istinbath hukum yang digunakan oleh Majelis Ulama Indonesia MUI. 2. Secara praktis, dapat dijadikan sebagai dasar atau bandingan bagi para peminat studi ini untuk mengkajinya lebih mendalam lagi dan menambah khazanah kepustakaan.

D. Kajian pustaka

Dalam penelitian yang telah lalu, ada penulisan skripsi yang terkesan mirip dengan penulisan skripsi yang dipilih oleh penulis yakni: 10 1. Skripsi yang ditulis oleh Nopianto, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Syariah Dan Hukum, Jurusan Perbandingan Madzhab Dan Hukum Tahun 2006 yang berjudul “Penerapan Fatwa MUI Dalam Melahirkan Produk Halal Studi Kasus McDonald Indonesia”. Pada penulisan skripsi ini, penulis membahas tentang lahirnya label halal yang dikeluarkan MUI terhadap McDonald, sehingga objek dari penelitian ini adalah McDonald yang ada di Indonesia. 2. Tinjauan Hukum Islam Tentang Penggunaan Formalin Sebagai Pengawet Bahan Makanan, skripsi ini ditulis oleh Kholid Hidayatullah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Syariah Dan Hukum, Jurusan Perbandingan Madzhab Dan Hukum Tahun 2006. Dalam skripsi ini, penulis lebih membahas kepada hukum Islam secara keseluruhan tentang penggunaan formalin sebagai bahan pengawet makanan. Berbeda dengan skripsi-skripsi tersebut, dalam penulisan skripsi penulis “Kriteria Sertifikasi Makanan Halal Dalam Perspektif Ibnu Hazm dan MUI.” penulis lebih mendiskripsikan tentang metode istinbath hukum yang digunakan oleh Ibnu Hazm dan MUI dalam menetapkan hukum, khususnya berkenaan dengan sertifikasi halal dalam makanan. 11

E. Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan di gunakan oleh penulis dalam menyelesaikan skripsi ini adalah metode-metode yang dapat mempermudah dan berlaku dalam penelitian, yaitu: 1. Jenis penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang di maksudkan data yang setiliti mungkin. 4 2. Pendekatan Penelitian Mengingat penelitian yang bersifat kualitatif, maka pendekatan yang akan di gunakan adalah pendekatan doktrinal atau normatif. Pendekatan hukum normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka. 3. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah data sekunder, yaitu data-data yang memberikan penjelasan yang mengenai data primer yang mencakup buku-buku, literatur-literatur yang berhubungan dengan sertifikasi makanan halal menurut pandangan Ibnu Hazm dan Majelis Ulama Indonesia MUI. 4 Sudarman Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif Bandung: Pusaka Setia, 2002, h. 51 12 4. Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah study dokumen Library Research. Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara menelusuri buku-buku dan literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas. 5. Pengelolaan dan Analisa data Setelah data tersebut diolah dengan cara dikumpulkan, dibaca, dikaji, dan dikelompokkan, lalu penulis menganalisanya dengan metode-metode sebagai berikut: a. Metode induktif; yaitu suatu cara dalam menganalisa yang bertitik tolak dari data yang bersifat khusus kemudian ditarik atau diambil kesimpulan yang bersifat umum. b. Metode deduktif; yaitu logika yang bertitik tolak dari pengetahuan yang bersifat umum, kemudian dijadikan titik tolak dalam menilai suatu fakta yang bersifat khusus dan konkrit. 6. Teknik Penulisan Sedangkan teknik yang digunakan dalam menyusun skripsi ini, penulis memakai acuan dari ”Pedoman menulis skripsi, yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.