Asas-Asas Eksekusi TINJAUAN UMUM TENTANG EKSEKUSI

riil, Pasal 1033 RV. 21

C. Asas-Asas Eksekusi

Asas-Asas eksekusi meliputi: 1. Putusan hakim yang akan dieksekusi haruslah putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap. Putusan pengadilan tidak semuanya mempunyai kekuatan hukum eksekutorial, sehingga tidak semua putusan pengadilan dapat dieksekusi. Meski dalam kasus-kasus tertentu undang-undang memperbolehkan eksekusi terhadap putusan yang belum memperoleh kekuatan hukum tetap. Dalam konteks ini ekskusi dilaksanakan bukan sebagai tindakan menjalankan putusan pengadilan, tetapi menjalankan eksekusi terhadap bentuk-bentuk hukum yang dipersamakan undang-undang sebagai putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Beberapa bentuk pengecualian eksekusi yang dibenarkan undang-undang tersebut meliputi : pelaksanaan putusan terlebih dahulu, pelaksanaan putusan provisi, akta perdamaian, dan eksekusi terhadap grose akta. 2. Putusan hakim yang akan dieksekusi harus bersifat menghukum condemnatoir Eksekusi dapat dijalankan hanya untuk putusan yang bersifat condemnatoir, yakni putusan yang amar atau diktumnya mengandung unsur penghukuman. Adapun ciri yang dijadikan indikator menentukan suatu 21 Tartib, Op.Cit, hal. 148. putusan bersifat condemnatoir, dalam amar atau diktum putusan terdapat perintah yang menghukum pihak yang kalah, yang dirumuskan dalam kalimat sebagai berikut: a. Menghukum atau memerintahkan “menyerahkan” suatu barang. b. Menghukum atau memerintahkan “pengosongan” sebidang tanah dan rumah. c. Menghukum atau memerintahkan “melakukan” suatu perbuatan tertentu. d. Menghukum atau memerintahkan “penghentian” suatu perbuatan atau keadaan. 22 3. Putusan tidak dijalankan secara sukarela Pelaksanaan isi putusan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan jalan sukarela dan dengan jalan eksekusi. Pada prinsipnya eksekusi sebagai tindakan paksa menjalankan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, baru merupakan pilihan hukum apabila pihak yang kalah tergugat tidak mau menjalankan atau memenuhi isi putusan secara sukarela. Jika tergugat bersedia memenuhi dan menaati putusan secara sukarela, tindakan eksekusi tidak perlu dilakukan. Bentuk menjalankan putusan secara sukarela, pihak yang kalah memenuhi sendiri dengan sempurna isi putusan pengadilan. Tergugat tanpa paksaan dari pihak manapun menjalankan pemenuhan hubungan hukum yang dijatuhkan padanya. Eksekusi dalam suatu perkara baru tampil dan berfungsi 22 Ibid, hal. 16. apabila pihak tergugat tidak bersedia menaati dan menjalankan putusan secara sukarela. Keengganan tergugat menjalankan pemenuhan putusan secara sukarela akan menimbulkan konsekuensi hukum berupa tindakan paksa yang disebut “eksekusi”. 23 4. Eksekusi atas perintah dan dibawah pimpinan Ketua Pengadilan yang dilaksanakan oleh Panitera dan Jurusita pengadilan yang bersangkutan. Kewenangan menjalankan eksekusi terhadap putusan pengadilan mutlak hanya diberikan kepada instansi peradilan tingkat pertama. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 195 ayat 1 HIR atau Pasal 206 Ayat 1 RBg. Menurut ketentuan Pasal 195 Ayat 1 HIR disebutkan : “hal menjalankan putusan hakim oleh pengadilan dalam perkara yang mula-mula diperiksa oleh Pengadilan Negeri, dilakukan atas perintah dan dengan pimpinan Ketua Pengadilan Negeri yang mula-mula memeriksa perkara itu”. Kewenangan Ketua Pengadilan Negeri memerintahkan dan memimpin eksekusi merupakan kewenangan formal secara ex officio. Kewenangan Ketua secara ex officio meliputi : sejak melakukan sita eksekusi dan pelaksanaan lelang, yaitu sejak dari proses pertama sampai dengan tindakan pengosongan dan penjualan barang yang dilelang kepada pembeli atau sampai penyerahan dan penguasaan barang kepada para penggugatpemohon eksekusi pada eksekusi riil. Kewenangan secara ex officio dapat dibaca dalam Pasal 197 Ayat HIR atau Pasal 209 RBg. Gambaran konstruksi hukum kewenangan menjalankan 23 Ibid, hal. 12. eksekusi dengan singkat adalah sebagai berikut: 24 1 Ketua Pengadilan Negeri memerintahkan dan memimpin jalannya eksekusi ; 2 Kewenangan memerintahkan dan memimpin eksekusi yang ada pada Ketua Pengadilan Negeri adalah secara ox officio; 3 Perintah eksekusi dikeluarkan Ketua Pengadilan Negeri berbentuk surat penetapan ; 4 Yang diperintahkan menjalankan eksekusi ialah panitera atau jurusita Pengadilan Negeri. 5. Eksekusi harus sesuai dengan amar putusan Eksekusi tidak boleh menyimpang dari amar putusan, karena jika terjadi penyimpangan dari amar putusan, maka ada hak tereksekusi untuk menolak pelaksanaannya. Keberhasilan eksekusi antara lain salah satunya ditentukan oleh kesempurnaan dan kelengkapan amar putusan yang baiksempurna dapat dilihat dari pertimbangan-pertimbangan hukum yang kuat dan hasil pemeriksaan yang lengkap dan teliti terhadap bukti-bukti, saksisaksi serta pihak berdasarkan gugatan yang baik. 24 Ibid, hal. 21.

D. Eksekusi Hak Tanggungan