Konsep Perilaku TINJAUAN PUSTAKA

18

2.6 Konsep Perilaku

Perilaku dari segi biologis, adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme mahluk hidup yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua mahluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, membaca dan lain-lain. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang disebut dengan perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat dialami langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Sedangkan perilaku kesehatan merupakan suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman, serta lingkungan. Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu perilaku pemeliharaan kesehatan health maintanance dimana terkait dengan perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit, perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan health seeking behavior , perilaku kesehatan lingkungan dimana seseorang merespons lingkungan baik lingkungan fisik maupun sosial budaya sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya Notoatmodjo, 2003. Skiner, dalam Notoatmodjo 2003, merumuskan bahwa perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus rangsangan dari luar. Karena perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan organisme merespon, maka teori ini disebut teori S-O-R atau Stimulus-Organisme-Respon. Dalam hal ini ada 2 respon, yaitu: 19 a. Respondent respons atau reflexive Respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan stimulus tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation karena menimbulkan respon- respon yang relative tetap. b. Operant respons atau instrumental respon Respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Menurut Lawrence Green mengemukakan bahwa ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya perilaku antara lain faktor predisposing ialah faktor yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan dan nilai-nilai. Faktor enabling ialah faktor yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Faktor reinforcing, ialah faktor yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau yang lain, yang merupakan kelompok referensin dari perilaku masyarakat. Menurut Benyamin Bloom 1908 dalam Notoatmodjo 2003 membagi perilaku manusia dalam 3 domain yaitu : 1 Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga Notoadmodjo Soekidjo, 2003. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang over behavior meliputi : a. Proses Adopsi Perilaku Menurut penelitian Rogers 1974 dalam Notoatmodjo mengungkapkan bahwa sebelum orang megadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu awareness kesadaranadalah jika orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus obyek terlebih dahulu, interest adalah orang mulai merasa tertarik pada stimulus, 20 evaluation menimbang-nimbang baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, trial orang telah mencoba perilaku baru,adoption yaitu subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kedsadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng long lasting. Sebaiknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama Notoatmodjo, 2003. b. Tingkat Pengetahuan di Dalam Kognitif Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu tahu know memahami, comprehension, aplikasi aplication, analisis analysis, sintesis syntesisi, evaluasi evaluation Notoatmodjo, 2003. Sebelum seseorang mengadopsi perilaku, ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarga. Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran, dapat dikelompokan menjadi pengetahuan tentang sakit dan penyakit, pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat, pengetahuan tentang kesehatan lingkungan. 2 Sikap Sikap merupakan suatu reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi antara stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari- hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial dalam Notoatmodjo 2003, menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi sikap itu adalah hanya sebagai reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap 21 sebagai suatu penghayatan terhadap obyek. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut. Oleh sebab itu indikator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan meliputi sikap terhadap sakit dan penyakit, sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat, sikap terhadap kesehatan lingkungan. Allaport dalam Notoatmodjo 2003, sikap itu mempunyai tiga komponen pokok yaitu kepercayaan keyakinan, kehidupan emosional atau evaluasi, kecenderungan untuk bertindak trend to behave. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh total attitude . Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni menerima receiving, merespons responding, menghargai valuing, bertanggung jawab responsible . Setelah seseorang mengetahui stimulus atau obyek, proses selanjutnta akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau obyek kesehatan. Oleh sebab itu indikator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan, yaitu sikap terhadap sakit dan penyakit yang merupakan bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap gajala atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit, cara pencegahan penyakit dan sebagainya kemudian sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat yang merupakan penilaian atau pendapat seseoarang terhadap cara-cara memelihara dan cara-cara berperilaku hidup sehat serta sikap terhadap kesehatan lingkungan dimana pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya terhadap kesehatan. 3 Praktek atau tindakan Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan overt behavior. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Di samping faktor fasilitas, juga diperlikan faktor pendukung support dari 22 pihak lain. Adapun beberapa tingkatan dari praktek yaitu persepsi perception, respon terpimpin guided response, mekanisme mecanism, adopsi adoption. Inilah yang disebut praktek practice kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan over behavior. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya. Hal inilah yang disebut kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan. Oleh sebab itu indikator praktek kesehatan ini juga mencakup tindakan sehubungan dengan penyakit, tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, tindakan kesehatan lingkungan Notoatmodjo 2003. 23 1. Jentik nyamuk 2. Nyamuk dewasa Agent Virus dengue

2.8 Kerangka Konseptual Penelitian

Dokumen yang terkait

Hubungan Kondisi Perumahan dengan Angka Kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan Keritang Kabupaten Inderagiri Hilir Riau Tahun 2012

1 59 132

Kepadatan Jentik Penular Demam Berdarah Dengue (DBD) Antara Desa Endemis Dan Non Endemis Serta Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka Tahun 2000

0 32 97

FAKTOR-FAKTOR PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI DESA BALUNG LOR KECAMATAN BALUNG KABUPATEN JEMBER

11 93 15

FAKTOR-FAKTOR PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI DESA BALUNG LOR KECAMATAN BALUNG KABUPATEN JEMBER

0 12 15

FAKTOR-FAKTOR PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI DESA BALUNG LOR KECAMATAN BALUNG KABUPATEN JEMBER

0 7 16

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN GROGOL Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.

0 2 16

PENDAHULUAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.

0 2 5

HASIL PENELITIAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.

0 0 7

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN GROGOL Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.

1 1 13

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KAB. JENEPONTO ipi165800

0 0 6