Kadar Gula Reduksi Nilai pH

CH 2 O dan hidrokarbon CH 2 . Karbohidrat dalam bentuk serat kasar merupakan material organik yang menyumbangkan unsur karbon C pada proses biokonversi zat makanan dalam proses fermentasi yang dilakukan oleh mikroba untuk menghasilkan energi.

4.6 Kadar Gula Reduksi

Kadar gula reduksi dapat dijadikan salah satu indikator terjadinya fermentasi. Selama fermentasi terjadi pemecahan karbohidrat oleh mikroflora feses segar luwak menjadi molekul gula sederhana. Perubahan kadar gula reduksi pada biji kopi robusta yang difermentasi menggunakan mikroflora asal feses luwak dapat dilihat pada Gambar 4.6. Gambar 4.6 Kadar gula reduksi pada biji kopi robusta hasil fermentasi menggunakan mikroflora asal feses luwak Dari Gambar 4.6 dapat dilihat bahwa seiring dengan penambahan lama fermentasi kandungan gula reduksi biji kopi semakin menurun. Penurunan kadar gula reduksi diakibatkan adanya aktifitas mikroflora feses segar luwak yang ditambahkan. Mikroflora feses segar luwak menggunakan glukosa pulp biji kopi dan biji kopi untuk pertumbuhan dan pembentukan asam sehingga menyebabkan penurunan gula reduksi dan peningkatan keasaman biji kopi. 7.01 5.74 5.5 4.57 1 2 3 4 5 6 7 8 8 16 24 K a da r G ula Reduk si Lama Fermentasi Jam Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa penurunan gula reduksi diikuti dengan penurunan nilai pH serta meningkatnya kandungan asam pada biji kopi. Menurut Pramanik 2003, penurunan kadar gula reduksi diikuti oleh penambahan keasaman substrat atau nilai pH semakin menurun dengan bertambahnya waktu fermentasi. Hal ini diperkuat dengan pendapat Katz, 2005 yang menyatakan bahwa kadar gula reduksi selama fermentasi cenderung mengalami penurunan karena mikroflora dapat menggunakan gula sederhana yang ada.

4.7 Nilai pH

Salah satu indikator terjadinya fermentasi adalah adanya perubahan derajat keasaman sebagai akibat metabolisme yang dilakukan oleh bakteri asam laktat yang terdapat pada mikroflora feses segar luwak. Hasil pengujian nilai pH pada biji kopi hasil fermentasi kering dengan penambahan starter mikroflora feses luwak dapat dilihat pada Gambar 4.7. Gambar 4.7 Perubahan nilai pH biji kopi hasil fermentasi menggunakan mikroflora asal feses luwak Dari Gambar 4.7 dapat diketahui terjadi penurunan pH selama biji kopi difermentasi. Penurunan nilai pH disebabkan adanya peningkatan asam-asam organik yang terbentuk selama fermentasi dilakukan. Pembentukan asam-asam organik terjadi akibat adanya aktivitas metabolisme mikroba yang ditambahkan terutama bakteri asam laktat dalam fermentasi tersebut. Pada lama fermentasi 0 jam nilai pH biji kopi lebih tinggi bila dibandingkan dengan sampel waktu 6.5 6.4 6 5.8 1 2 3 4 5 6 7 8 16 24 Nila i pH Lama Fermentasi Jam perlakuan lain. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan inokulum mampu meningkatan aktivitas metabolisme dalam mendegradasi gula pulp seiring dengan perlakuan lama fermentasi. Lama fermentasi cenderung meningkatkan kadar asam biji kopi. Berarti inokulum mikroflora feses segar luwak yang ditambahkan mampu melakukan aktivitas saat fermentasi. Penurunan nilai pH selama fermentasi menunjukkan bahwa jumlah sel mikroba pada mikroflora feses segar luwak mampu mendegradasi gula pada biji kopi sehingga menjadi lebih asam. Hal ini mengindikasikan bahwa mikroflora yang terdapat dalam feses luwak segar mengandung kelompok mikroorganisme yang mampu menghasilkan asam-asam organik. Hal ini diperkuat pendapat Singh et al ., 2003 yang menyatakan bahwa semakin tinggi aktivitas sel mikroorganisme akan diimbangi dengan penurunan pH atau peningkatan akumulasi asam.

4.8 Total Asam Tertitrasi