PENINGKATAN PEMBELAJARAN LOMPAT TINGGI MELALUI LATIHAN NAIK TURUN BANGKU SWEDIA PADA SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SEPANG JAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012.

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN PEMBELAJARAN LOMPAT TINGGI MELALUI LATIHAN NAIK TURUN BANGKU SWEDIA PADA SISWA

KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SEPANG JAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN

2011/2012.

Oleh LINDA

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses

pembelajaran gerak dasar lompat tinggi pada siswa kelas VI SDN Sepang Jaya Tahun Pelajaran 2011/2012, dengan latihan naik turun bangku swedia.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), dengan menggunakan 3 siklus. Dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VI yang berjumlah 32 siswa, dengan jumlah 12 laki-laki dan 20 perempuan. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan menggunakan instrumen penilaian tes gerak dasar lompat tinggi.

Hasil penelitian menunjukkan: Pada siklus pertama dengan latihan skiping nilai rata-rata 58,66, presentasi keberhasilan meningkat sebessar 20%. Pada siklus kedua dengan latihan naik turun bangku nilai rata-rata kelas sebesar 66,92, tingkat keberhasilan meningkat 20,66%. Pada siklus ketiga dengan latihan lari, Menolak lmpat keatas meraih bola yang digantung setinggi 2 m nilai rata-rata 75,49 dan keberhasilan meningkat sebesar 21,53%. Hal ini berarti proses pembelajaran telah mencapai ketuntasan. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa

pembelajaran gerak dasar lompat tinggi dengan latiahan naik turun bangku swedia dapat memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar lompat tinggi pada siswa-siswi kelas VI SDN Sepang Jaya Tahun Pelajaran 2011/2012.


(2)

PENINGKATAN PEMBELAJARAN LOMPAT TINGGI MELALUI LATIHAN NAIK TURUN BANGKU SWEDIA PADA SISWA

KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SEPANG JAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN

2011/2012.

Oleh LINDA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(3)

Judul Skripsi : PENINGKATAN PEMBELAJARAN LOMPAT TINGGI MELALUI LATIHAN NAIK TURUN BANGKU SWEDIA PADA SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SEPANGJAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012.

Nama Mahasiswa : Linda Nomor Pokok Mahasiswa : 1013068029 Program Studi : Penjaskes

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

Pembimbing Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Drs. Wiyono, M.Pd. Drs. Baharrudin Risyak, M.Pd. NIP 19570111 198303 1 002 NIP 19510507 198103 1 002


(4)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Wiyono, M.Kes …………

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Ade Jubaedi, M.Pd …………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(5)

PERNYATAAN

Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Linda

NPM : 1013068029

Tempat tanggal lahir : Kedondong, 10 Oktober 1978

Alamat : Jl. RA. Basyid Gg. Kemuning Bandar Lampung.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “PENINGKATAN

PEMBELAJARAN LOMPAT TINGGI MELALUI LATIHAN NAIK TURUN BANGKU SWEDIA PADA SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SEPANG JAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012” adalah benar hasil karya penulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada tangg 3 Maret s.d 17 Maret 2012. Skripsi ini bukan hasil menjiplak, dan atau hasil karya orang lain.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Bandar Lampung, Mei 2012


(6)

PENINGKATAN PEMBELAJARAN LOMPAT TINGGI MELALUI LATIHAN NAIK TURUN BANGKU SWEDIA PADA SISWA

KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SEPANG JAYA BANDAR LAMPUNG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN

PENINGKATAN PEMBELAJARAN LOMPAT TINGGI MELALUI LATIHAN NAIK TURUN BANGKU SWEDIA PADA SISWA

KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SEPANG JAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN

2011/2012.

(Skripsi)

Oleh LINDA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2012

PENINGKATAN PEMBELAJARAN LOMPAT TINGGI MELALUI LATIHAN NAIK TURUN BANGKU SWEDIA PADA SISWA

KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SEPANG JAYA TAHUN PELAJARAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN


(7)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada kurikulum 1994 dan GGPP 1999, lompat tinggi merupakan pelajaran yang wajib diberikan di sekolah pada mata pelajaran pendidikan jasmani dan olahraga, mulai dari sekolah dasar sampai tingkat Sekolah Menegah Atas (SMA).

Lompat tinggi adalah salah satu jenis keterampilan gerak untuk melewati mistar berada di antara kedua tiang (dasar –dasar keterampilan Atletik , 2001:57). Menurut Tamsir Riyadi ( 1985 bahwa lompat tinggi adalah melakukan rangkaian gerak melompat setinggi-tingginya yang mulai dengan awalan, tolakan, melewati mistar dan mendarat . demikian pula dalam kamus besar bahasa Indonesia ( 1976:531)bahwa lompat tinggi adalah melompat keatas dengan tolakan pada satu kiri untuk mencapai suatu ketinggian tertentu.

Berdasarkan uaraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian lompat tinggi adalah gerakan melompat ke atas yang di mulai dengan awalan , menolak melewati mistar di akhiri dengan sikap mendarat. Demikian pula dalam kamus besar bahasa Indonesia (1976:531 )bahwa lompat tinggi adalah melompat ke atas dengan bertolak pada satu kaki untuk mencapai situasi ketinggian tertentu.

Berdasarkan uraian di atas dapat kami simpulkan, bahwa pengertian lompat tinggi adalah gerakan melompat ke atas yang dimulai dengan awalan, menolak melalui mistar dan di akhiri dengan sikap mendarat.Dengan demikian lompat tinggi merupakan nomor dari


(8)

cabang atletik yang tergolong agak rumit di bandingkan dengan nomor lainnya . karena selain di tuntut kecepatan, juga daya ledak dan kekuatan maksimal dari otot tungkai untuk melakukan gerak vertikal sehingga bisa melewati mistar setinggi-tingginya.Oleh karena itu, lompat tinggi, selain di tuntut aspek fisik yang maksimal, juga aspek

keberanian atau psikis yang maksimal pula. Apabila sarana untuk menunjang lompat tinggi kuarang memadai, seperti matras, bak pasir, maupun tempat yang kurang mendukung akan mentebalkan kurangnya keberanian siswa untuk melakukan

pembelajaran lompat tinggi pada siswa terutama pada siswa putrid dengan demikian ketarampilan pun tidak maksimal.

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis selama mengajar di SDN SEPANG JAYA ternyata pembelajaran ketrampilan lompat tinggi menunjukkan hal yang sama yaitu sulit dari pembelajaran gerak pada nomor VI, hal ini selain kelas tersebut paling rendah penguasaan keterampilan lompat tinggi bila di bandingkan dengan kelas lainya , disamping itu kelas yang paling rendah tingkat keberanianya, dan juga paling kurang minat belajarnya terutama pembelajaran lompat tinggi.Oleh karena itu berdasarkan uraian tersebut diatas, penelitian berminat untuk melakukan penelitian tentang penigkatan kaji tidak melalui pemberian latihan skiping, naik turun bangku dan melompatt ke atas meraih bola.

B. Identifikasi Masalah

Agar masalah yang akan dipecahkan melalui penelitian ini tidak terlalu luas maka perlu ada identifikasi masalah. Adapun identifikasi masalahnya sebagai berikut,:

1. Minimnya sarana penunjang untuk pembelajaran keterapilan.lompat tinggi. 2. Rendahnya tingkat keberanian para siswa dalam melakukan lompat tinggi


(9)

3. Minimnya kemampuan fisik para siswa kelas VI seperti kecepatan dan daya ledak, otot tungkai yang menjadi factor rendahnya kemampuan melompat pada lompat tinggi.

C. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di ats maka masalh yang tepat di rumuskan dalam penelitian adalah :

Apakah dengan pembelajaran naik turun bangku swedia dapat meningkatkan pembelajaran lompat tinggi pada siswa SDN SEPANG JAYA.

D. Tujuan Penelitian .

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Meningkatkan pembelajaran lompat tinggi pemberian latihan naik turun bangku. 2. Meningkatkan pembelajaran keterampilan lompat tinggi melalui pemberian latihan

lompat naik turun bangku

3. Meningkatkan pembelajaran keterampilan lompat tinggi melalui pemberian lompat ke atas meraih bola.

E. Manfaat Penelitian . 1. Bagi Siswa .

Dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya keterampilan lompat tinggi 2. Bagi Guru Penjaskes


(10)

Sebagai bahan atau acuan untukmengajar penjaskes dengan baik dan efektif di SDN SEPANJANG JAYA.

3. Bagi Sekolah SDN SEPANJANG JAYA

Hasil penelitian ini dapat menjadi model atau acuan dalam memperbaiki pembelajaran penjaskes, khususnya keterampilan lompat tinggi.

F. Hipotesis

Jika pembelajaran melalui latihan naik turun bangku swedia maka pembelajaran lompat tinggi siswa SDN SEPAG JAYA dapat meningkat.

G. TINJAUAN PUSTAKA

A. Lompat Tinggi

1. Tahap-Tahap Gerakan Dalam Lompat Tinggi

Untuk mencapai hasil ketinggian lompatan ditentukan empat tahap gerakan yang satu dengan yang lainya tidak dapat dipisahkan yaitu :

 Awalan  Tumpuan  Melayang  Pendaratan


(11)

Hans Themer (1996) menyatakan teknik pada lompat tinggi terbatas atas beberapa gerakan yang meliputi:awalan, tolakan, saat melewati mistar dan yang tidak kalah pentingnya adalah mendarat. Berdasarkan kutipan diatas dijelaskan sebagai berikut .

a. Awalan

Awalan merupakan kunci pertama bagi pelompat tinggidalam usahanya dan melampawi suatu ketinggian. Untuk menguasai dengan baik cara melakukan awalan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Titik awalan dan sudut awalan harus tepat, yang dimaksud dengan titik awalan adalah tempat berpijak atau berdiri permulaan sebelum pelompat mulai

melakukan lari awalan. Oleh sebab itu awalan harus tepat dan tetap, agar banyaknya langkah dalam setiap lompatan juga selalu tepat. mengenai besar kecilnya sudut awalan tergantung dari masing-maing gaya misalnya :  Gaya scots sekitar 30-35 derajat.

 Gaya gunting sekitar 40-50 derajat

 Gaya guling sisi dana straddle sekitar 40 derajat

Gaya flop sekitar 70-85 derajat, walaupun pada tiga langkah terakhir mengecil sekitar 35-40derajat .

2. Arah awalan tergantung dari kaki tumpuan.secara teknis kaki kiri kanan yang dipakai untuk bertumpu akan menentukan dari arah mana pelompat harus mengawali awalan, ini pun tergantung pula dari gaya yang dipakai.

3. Langkah kaki dari pelan semakin dipercepat,dilakukan secara wajar dan lancar. Kecepatan lari pada akhir awalan tidak perlu dilakukan dengan kecepatan penuh (full speed-100%),karena awalan pada tingkat tinggi yang dilakukan secara full


(12)

speed akan mempersulit atau menguarangi timbulnya daya tolakan kaki untuk membawa badan melambung keatas.

4. Banyaknya langkah tidak ada ketentuan yang pasti. Namun pada umumnya banyaknya langkah berkaisar 9-15 langkah

b. Tumpuan

Tumpuan dilakukan dengan kaki yang kaut,. Saat bertumpu harus tepat pada titik tumpu. Titik tumpu adalah tempat berpijaknya kaki tumpu pada saat melakukan lompatan, untuk memperoleh titik tumpu yang tepat harus dicari dengan cara

mencoba berulang kali kaki sejak dari menentukan awalan,sudut awalan, irama serta banyaknya langkah. Titik awalan dikatakan tepat, apabila saat badan melayang di udara titik ketinggian maksimal benar-benar tepat di atas dan di tengah-tengah mistar.

Apabila titik tumpuan terlelu dekat, akibatnya mistar akan tersentuh badan saat pelompat masih begerak melambung ke atas .sebaliknya apabila titik tumpukan terlalu jauh, akan berakibat mistar tersentuh badan saat pelompat sudah bergerak turun. Disamping itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan tumpukan .

1. Menurunkan titik berat badan dengan cara menekuk lutut kaki tumpuan sedemikian rupa (130-160) sehingga menimbulkan daya tolakan yang besar. 2. Saat akan bertumpu posisi badan agak dicondongkan ka belakang (kecuali gaya

flop kecondongan kebelakang ini relative sangat kecil atau dihindari sama sekali.


(13)

4. Menapak pada bagian tumit, terlebih dahulu seluruh tapak kaki-ujung kaki, akhir tumpauan, kaki tumpuan harus lurus pada bagian lutut sampai pada ujung kaki.

5. Saat bertumpu kedua lengan bisa diayuhkan serentak atau ayunan secara wajar (sepihak) saja.

c. Melayang

Gerakan melayang di luar udara terjadi saat kaki tumpu lepas dari tanah. Sikap badan gerakan kaki maupun lengan saat melayang melewati mistar tergantung dari masing-masing gaya. Jadi gerakan dan posisi badan saat melayang inilah yang memberikan ciri-ciri khusu dan membedakan gaya yang satu dengan yang lainya. Tiga prinsip yang perlu diperhatikan pada saat melayang :

1. Saat melewati kedudukan titik berat badan sebaiknya sedekat mungkin dengan mistar. Dalam kinesiology dikatakan bahwa titik berat badan manusia terletak di depan dataran tulang sacrum (panggul) bagian atas sekitar di bagian belakang pusat.

2. Titik ketinggian labung maksimal harus tepat diatas den ditengah-tengah mistar. 3. Dilakukan dengan tenaga yang sedikit mungkin secara sadar, agar menghindari

gerekan-gerakan yang tidak perlu.

d. Pendaratan

Pendataran merupakan tahap terakhir dari gerakan beruntun suatu lompatan. Cara melakukan dan sikap badan saat mendarat tergantung pada masing-masing gaya, disini ada dua prinsip yang perlu diperhatikan

a. Dilakukan secara sadar.

b. Posisi badan harus sedemikain rupa sehingga tidak mengakibatkan rasa sakit atau cidera.


(14)

2. Gaya Lompat Tinggi

Dalam lompat tingi terdapat beberapa gaya diantaranya : a. Gaya Gunting Perut .

Awalan harus dilakukan dengan cepat dan menikung atau agak melingkar dengan langkah untuk awalan tersebut kira-kira 7-9 langkah

Tolakan kaki kuat dengan bantuan ayunan kedua tangan untuk membantu mengangkat seluruh badan. Bila kaki tolakan memadai ke kanan, maka awalan harus dilakukan di sebelah kiri mistar. Pada waktu menolak kaki, bersama dengan ayunan kedua tangan disampingkepala, dimana badan melompat ke atas, dan membuat putaran 180 derajat dan dilakukan bersamaan atau serentak.

Sikap badan diatas terlentang dengan kedua kaki tergantung lemas, dagu agak ditarik ke dekat dada, serta punggung berada di atas mistar yang merupakan busur yang melenting

Mendarat pada karet busa ( ukuran x5 m) dengan tinggi 60 cm (lebih) diatasnya ditutup dengan matras yang tebalnya 10-20 cm dan yang mendarat pertama kali adalah punggung, dan bagian belakang kepala. (pendidikan jasmani dan kesehatan, 1 994 : 189)

b. Gaya guling sisi

Awalan dari samping atau seorang sekitar 35-40 derajat. Bila bertumpu dengan kaki kanan, awalan dari serong kanan bertumpu dengan kaki kiri, awalan dari serong kiri. Tumpuan dengan kaki yang terdapat dengan mistar (kaki dalam). Kaki bebas di ayun kedepan atas menyilang mistar. Melayang diatas mistar sikap badan


(15)

miring dan sejajar dengan mistar. Saat itu pula kepala segera diturunkan, sehingga posisi kepala lebih rendah dari pinggul, terus berguling meluncur kebawah. Setelah berkembang beberapa lama, saat diatas mistar posisi badan tidak sejajar dengan mistar, tetapi kepala, badan dan kedua lengan melintasi mistar terlebih dahulu terus menukik kebawah seperti menyelam, sehingga gaya ini disebut juga “dive

western”.Pendaratan dengan salah satu tangan dan kaki tumpu hampir bersamaan, atau dengan kedua tangan terlebih dahulu terus berguling menjadi mistar. (petunjuk atletik, 1985 : 97).

c. Gaya Guling

 awalan dilakukan dari depan, tegak lurus terhadap letak mistar Awalan daridepan menuju mistar tanpa merubah arah.

 bila bertumpu dengan kaki kiri, bertumpu dengan kuat dan tungkai serta kaki kanan diayunkan tinggi dimana masih menghadap mistar.

 melewati mistar setelah mencapai ketinggian maksimal. Kaki tumpu

digerakkan dari badan ini gerakan seperti gerakan gunting. Pada waktu itu juga badan berputer kepala dirundukkan. Ayunan kaki dan tungkai kiri ke atas disertai dengan badan diputar kekiri, ini sebenarnya merupakan gerakan pinggul yang mengangkat titik berat badan lebih tinggi.

 mendarat, setelah kaki kiri melewati mistar, lalu diturunkan untuk digunakan mendarat sedangkan tungkai dan kaki kanan masih menjulur diudara.

Pelompat mendarat dipasir atau kasur busa menghadap mistar, yang berarti pelompat berputar atau telah berbalik arah 180 derajat dengan arah awalan. (petunjuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar atletik, 198 : 24).


(16)

 awalan langkah panjang dan cepat, dengan posisi sikap tegak. Kaki tolakan adalah kaki dominan atau yang bisa digunakan untuk menumpu. Jarak antara kai tolakan dengan mistar kira – kira 22-35cm. Dimulai dengan melakukan awalan, jalan, lari, melangkah. Kemudian kaki menekan untu melewati ketinggian mistar. Sudut awalan, dari tempat tolakan ketempat permulaan melakukan awalan, kira – kira 45-50 derajat. Langkah dari tempat awalan ketempat tolakan harus cepat.

 tolakan, gerakan kai tumpu yang kokoh dan pada saat menolak gunakan salah satu kaki dengan posisi badan agak condong kebelakang. Setelah melakukan tolakan, kaki diluruskan, kedua tangan selalu berada disamping untuk menjaga keseimbangan.

sikap badan diatas mistar, lentingan pinggang sehingga benar – benar sejajar punggung dengan mistar. Kedua kaki semula berada dibawah badan, tetapi saat badan melewati mistar kedua kaki harus cepat diangkat, seiring dengan posisi badan yang turun kepermukaan matras.

 mendarat jatuh seluruh anggota badan dari mulai punggung, kedua kaki hingga lengan pada matras, jatuhan harus dalam posisi terlentang. (dasar-dasar keterampilan atletik, 2001:65).

B. Unsur - Unsur Fisik

Unsur - unsur tersebut antara lain :

Daya ledak, kecepatan, kekuatan, koordinasi, kelenturan, keberanian (petunjuk atletik, 1985:71).


(17)

Power adalah hasil dari kekuatan dan kecepatan. Power adalah kemampuan otot untuk menggerakkan kekuatan maksimal dalam waktu yang amat singkat.

2. Kecepatan

Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan – gerakan yang sejenis secara berturut – turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya atau kemampuan untuk menempuh sesuatu jarak dalam waktu yang cepat.

3. kekuatan

Kekuatan (strength) adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tekanan.

4. Kelincahan

Kelincahan (agilitas) adalah kemampuan untuk mengubah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran posisi tubuhnya.

5. Koordinasi

Koordinasi adalah rangkaian gerakan dari unsur gerakan kekuatan, kecepatan dan kelincahan.

6. Kelentukan

Kelentukan (fleksibilitas) adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang gerak sendiri.

7. Keberanian

Keberanian adalah keinginan melakukan melalui gerak sendi yang ditentukan.

C. Prinsip Dasar Latihan

Selain memperhatikan aspek – aspek latihan, mengingat pengertian latihan adalah proses yang sistematis dari pada yang dilakukan secara berulang – ulang maka perlu


(18)

diperhatikan prinsip-prinsip dasar latihan. Dengan mengetahui prinsip-prinsip dasar latihan, maka bentuk latihan yang diberikan terisi kegiatan yang bermanfaat dan jelas arah tujuannya. Seshingga tujuan dari latihan dapat dicapai. Lebih lanjut prinsip-prinsip umum latihan tersebut menurut harsono (1988:102-121) meliputi : prinsip beban lebih, prinsip perkembangan menyeluruh, prinsip spesialisasi, prinsip individualisasi, prinsip intensitas latihan prinsip kualitas latihan, variasi dalam latihan dan lama latihan. 1. Prinsip beban lebih

Prinsip beban lebih ini merupakan prinsip yang paling mendasar. Beban yang

diberikan kepada atlit harus cukup berat serta diberikan secara berulang-ulang dengan intensitas yang cukup tinggi. Beban latihan harus merupakan stimulasi terhadap adaptasi atlit. Penambah beban latihan harus dilakukan secara teratur dan ... dalam olahraga, agar prestasi dapat meningkat, atlit harus berusaha untuk berlatih dengan beban kerja yang lebih berat dari pada yang mampu dilakukan pada saat itu, dengan kata lain, dia bekerja atau berlatih dengan beban kerja yang ada diatas ambang rangsang kepekaan. Kalau beban kerja terlalu ringan dan tidak ditambah maka peningkatan prestasi akan sulit dicapai. Dan sebaiknya jika beban berat diberikan secara terus menerus, maka akan menghentikan prestasi. Pada awal latihan dengan beban latihan yang lebih berat pasti atit akan menemui kesulitan-kseulitan karena tubuh belum dapat menyesuaikan diri dengan beban yang lebih berat tersebut. Akan tetapi apabila latihan dilakukan secara terus menerus dan berulang-ulang maka beban latihan yang lebih berat dapat diatasi, malah akan terasa ringan. Hal ini berarti prestasi atlit mengalami peningkatan. Maka kini tiba saatnya untuk meningkatkan beban latihan.


(19)

Prinsip perkembangan memyeluruh merupakan prinsip yang diterima secara umum dalam dunia pendidikan. Meskipun seseorang pada akhirnya mempunyai satu spesialis keterampilan, pada permulaan belajar sebaiknya dilibatkan dalam berbagai aspek kegiatan agar memiliki dasar-dasar yang lebih kuat untuk menunjang

keterampilan spesialisasinya. Prestasi yang dicapai oleh atlit selain didukung dengan bakat juga karena mereka dilibatkan kedalam berbagai aktivitas sehingga mengalami perkembangan yang komperhensif, yang menyeluruh terutama kondisi fisiknya seperti kekuatan, kelincahan, koordinasi gerak dan sebagainya.

Prinsip perkembangan menyeluruh ini merupakan salah satu syarat memungkinkan tercapainya perkembangan fisik dan penguasaan yang sempurna dari cabang olahraga. Metode latihan ini merupakan dasar menuju spesialisasi dalam cabang olahraga tertentu. Gambar di menggambarkan jenjang utama dalam latihan olahraga.

Prestasi Puncak Spesialisasi Perkembangan

Multi lateral

Gambar 1. Jenjang latihan olahraga

Perkembangan multirateral merupakan dasar program latihan setiap setiap cabang olahraga yang berisi latihan-latihan untuk perkembangan menyeluruh, misalnya fisik. Apabila latihan ini sudah mencapai suatu tingkat yang memuaskan. Atlit kemudiam memasuki jenjang yang kedua yaitu spesialisasi cabang olahraga yang dianutnya. Setelah itu atlit kemudian memasuki jenjang yang kedua yaitu spesialisasi cabang


(20)

olahraga yang dianutnya. Setelah itu atlit memasuki jenjang latihan untuk prestasi optimal.

3. Prinsip spesialisasi

Untuk mendapatkan sukses dan prestasi yang menonjol seorang atlit harus melakukan spesialisasi dalam cabang olahraga. Spesialisasi berarti mencurahkan segala

kemampuan fisik dan psikis pada suatu cabang olahraga tertentu. Sehingga

perhatiannya hanya terpusat pada cabang olahraga tertentu. Sehingga perhatiannya hanya terpusat pada cabang olahraga yang ditekuninya. Tentang spesialisasi ini ozalin dalam bompa (1983:110) menganjurkan sebagai berikut :

Agar aktivitas-aktivitas motoric yang khusus mempunyai pengaruh yang baik terhadap latihan, maka latihan harus didasarkan pada 2 hal yaitu :

a) Melakukan latihan-latihan yang khas dicabang olahraga spesialisasi tersebut misalnya permainan bola voli melakukan latihan yang khas untuk

meningkatkan keterampilan bermain bolavoli.

b) Melakukan latihan untuk mengembangkan kemampuan biomotorik yang dibutuhkan cabang olahraga tersebut misalnya latihan fisik yang khas dari cabang olahraga tertentu.

4. Prinsip individualisasi

Tidak ada orang yang secara fisiologis maupun psikologis persis sama, orang mempunyai perbedaan individu masing-masing. Demikian pula setiap atlit berbeda dalam kemampuan, potensi dan karakteristiknya. Oleh karena itu, prinsip

individualisasi merupakan syarat yang penting dalam latihan kontemporer, yang diterapkan kepada setiap atlit. Agar tujuan dari latlihan dapat tercapai, maka dalam menyusun program latihan harus memperhatikan faktor-faktor seperti umur, bentuk tubuh, kedewasaan, latar belakang pendidikan.


(21)

5. Kualitas latihan

Latihan yang bermutu adalah latihan yang diberikan memang sesuai dengan

kebutuhan atlit dan juga koreksi-koreksi yang diberikan. Jika pengawasan dilakukan dengan detail sampai dengan tingkat dan prinsip overkload diterapkan maka latihan dapat bermutu.kecuali, faktor-faktor pelatih ada faktor lain yang mendukung dan ikut menentukan kualitas yakni hasil latihan, fasilitas dan peralatan latihan. Hasil-hasil evaluasi dari setiap pertandingan serta kemampuan atlit. Dengan kualitas latihan yang baik yang didukung oleh kemampuan atlit, alat dan fasilitas latihan, evaluasi hasil pertandingan dan kemampuan serta kepribadian pelatih maka prestasi atlit akan tercapai.

Prestasi atlit

Kemampuan dan hasil dari riset

kepribadian atlit

fasilitas dan peralatan kualitas latihan pertandingan


(22)

Gambar 2. Kualitas latihan dan faktor-faktor pendukung (harsono, 1988:119)

6. Prinsip variasi dalam latihan

Latihan yang diberikan secara bertahap dan berulang-ulang memerlukan waktu yang lama dan tenaga dari atlit, maka kadang-kadang menimbulkan rasa bosan pada diri atlit. Untuk mencegah timbulnya kebosanan dalam berlatih, misalnya latihan keterampilan passing bawah bisa divariasi dengan bentuk-bentuk permainan yang selalu menggunakan teknis pass bawah. Dengan demikian diharapkan faktor kebosanan latihan dapat dihindari dan tujuan latihan tetap dapat tercapai.

7. Prinsip lama latihan

Bisaanya seorang pelatih lebih menekankan lamanya latihan dari pada

penambahanbeban latihan .waktu latihan sebaiknya pendek akan tetapi padat dan berisi dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Latihan harus dilakukan dengan usaha yang sebaik-baiknya dan dengan kualitas atau mutu yang tinggi.dan jika atlit mengalami kesalahan segera latihan dihentikan dan koreksi karena kalau berulang-ulang mengalami kesalahan yang sama akan mudah membentuk kebisaaan-kebisaaan yang salah.suatu keuntungan melakukan latihan dalam waktu pendek adalah bahwa hal ini akan terus membawa atlit berfikir tentang latihanya,artinya segala sesuatu yang diberikan dalam latihan akan dapat teringat dalam alam pikiranya.apabila waktu latihan terlalu lama dan terlalu melelahkan maka atlit akan memandang setiap latihan sebagai suatu siksaan.

8. Prinsip latihan rileksasi

Relaxation adalah hilangnya atau mengurangya ketegangan,baik ketegangan fisik maupun mental. Relaxation merupakan alat mengendalikan diri dan untuk


(23)

mempertahan sikap dan untuk mempertahankan sikap dan keseimbangan selama pertandingan berlangsung baik fisik maupun mental.relaxation juga merupakan alat yang efektif untuk menghindari kekakuan,ketegangan terutama pada saat terakhir atau sudah dapat dikembangkan,maka lama kelamaan relaksasi akan datang secara

otomatis.

D. Sarana dan Prasarana

Sarana prasarana merupakan unsur penting dalam setiap aktifitas manusia begitu juga pada setiap aktifitas olahraga yang dilakukan.karena betapapun baiknya program yang disusun tidak akan berjalan lancar jika tidak didukung sarana dan prasarana yang baik. Sarana dan prasarana tersebut dapat berupa :tempat latihan dan alat-alat olahraga sesuai dengan cabangnya.

E. Alat dan Fasilitas

Dalam cabang olahraga naik turun bangku diperlukan beberapa jenis alat dan fasilitas diantaranya:

 Lapangan lompat tinggi

a. Bak lompatan dengan ukuran 5X5 m dilengkapi dengan busa dan tingginya 80-100cm.

b. Tempat awalan kira-kira 15-18m.  Alat dan fasilitas

a. Tiang lompat b. Bilah lompat tinggi

c. Perata pasir (cangkul ) untuk sekolah yang belum menggunakan busa.(pendidikan jasmani dan kesehatan ,1994:97).


(24)

F. Pengertian Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematis bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organic, neuromuscular, perceptual, kognitif, dan emosional dalam kerangka sistem pendidikan nasional (Kurikulum 2004:1).

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang baik sebagai perorangan maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan, dan pembentukan watak (Abdul Ghofur, yang dikutip oleh Arma Abdullah dan Agus Munadji 1994:5).

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berpikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran, dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga. (Kurikulum 2004:1)

G. Pengertian Pembelajaran

Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. “Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman”. Menurut pengertian ini, belajar merupakan salah satu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan (Oemar Hamalik:2003).


(25)

Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lain tentang belajar yang menyatakan bahwa adalah memperoleh pengetahuan: belajar adalah latihan-latihan pembentukan kebisaaan secara otomatis dan seterusnya. Sejalan dengan perumusan di atas, ada pula tafsiran lain tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Dibandingkan dengan pengertian pertama, maka jelas tujuan belajar itu prinsipnya sama, yakni perubahan tingkah laku, hanya berbeda cara atau usaha pencapaian (Oemar

Hamalik:2003). Pengertian ini menitikberatkan pada interaksi antarindividu dengan lingkungan. Di dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman belajar.

Definisi belajar dapat juga diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respon utama, dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah laku baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara karena semua hal. (Oemar Hamalik:2003)

Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Guru berperan tidak hanya sekedar menyampaikan informasi kepada siswa saja tetapi juga guru harus berusaha agar siswa mau belajar. Karena mengajar sebagai upaya yang disengaja, maka guru terlebih dahulu harus mempersiapkan bahan yang akan disajikan kepada siswa. (Husdarta dan Saputra 2002:2).

Upaya yang guru lakukan ini dimaksudkan agar tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai. Oleh karena itu, disamping guru harus menguasai materi pelajarannya guru juga dituntut memiliki kesabaran dan kecintaan dalam memahami dan mengelola proses pembelajaran. Hal inilah yang menjadi kata kunci suksesnya proses belajar mengajar di sekolah.


(26)

H. Gerak Dasar

Keterampilan adalah sesuatu yang dimiliki oleh seseorang berupa bakat atau kemampuan untuk melakukan sesuatu yang dapat menghasilkan, baik berupa gerak atau kerajinan yang dapat dimanfaatkan (www.yahoo.co.id, selasa 29 Juli 2008 21.30). Sedangkan keterampilan gerak adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang didapat melalui latihan. (Eddy Suparman 1996:61)

Gerak dasar adalah gerak yang berkembangnya sejalan dengan pertumbuhan dan tingkat kematangan.Keterampilan gerak dasar merupakan pola gerak yang menjadi dasar untuk ketangkasan yang lebih kompleks. Pangrazi (1995) membagi tiga gerak dasar yang melekat pada individu, yaitu: 1) gerak lokomotor, 2) gerak non-lokomotor, 3) manipulative.

Pangrazi (1995) mendefinisikan gerak lokomotor adalah “gerak yang digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain atau memproyeksikan tubuh ke atas, misalnya jalan, lompat, dan berguling”. Gerak non-lokomotor adalah keterampilan yang dilakukan tanpa memindahkan tubuh dari tempatnya, misalnya membungkukkan badan, memutar badan, mendorong dan menarik. Sedangkan gerak manipulative adalah

keterampilan memainkan suatu proyek baik yang dilakukan dengan kaki maupun tangan atau bagian tubuh yang lain. Gerak manipulative ini bertujuan untuk mengkoordinasi mata kaki, mata tangan, misalnya melempar, menangkap, dan menendang.

I. Keterampilan Dasar Dominan

Yang dimaksud dengan keterampilan dasar dominan (KDD) dalam sepak takraw adalah sejumlah keterampilan dasar yang dipandang paling menentukan untuk mendukung


(27)

pencapaian keberhasilan dalam memainkan teknik-teknik dasar dalam sepak takraw. Penguasaan keterampilan pada setiap cabang olahraga berlandaskan pada penguasaan keterampilan dasar. Keterampilan dasar ini, secara umum terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu (1) keterampilan lokomotor, (2) keterampilan non lokomotor, dan (3) keterampilan manipulatif. Peragaan satu teknik dasar suatu cabang olahraga, seperti dalam sepak takraw misalnya, didukung oleh kombinasi beberapa keterampilan dasar. Karena itu untuk mampu melakukan lompat tinggi dengan benar, dalam pengertian mampu memperagakan teknik-tekniknya dengan baik, keterampilan dasar merupakan landasan yang harus dibina sejak awal. Rangkaian latihannya, secara bertahap dalam tata urut yang logis menuju pembelajaran teknik-teknik dasar dalam lompat tinggi.

1. Keterampilan Non Lokomotor

Keterampilan non lokomotor adalah jenis keterampilan yang dilakukan dengan

menggerakkan anggota badan yang melibatkan sendi dan otot dalam keadaan badan si pelaku menetap, statis, kaki tetap menumpu pada bidang tumpu atau tangan tetap berpegang pada pegangan.

Yang termasuk ke dalam jenis gerakan non lokomotor adalah, berdiri tegak dengan salah satu kaki diangkat, keterampilan dasar ini termasuk kemampuan keseimbangan (balance). Makin tinggi titik berat badan dari bidang tumpu, makin labil keseimbangan seseorang. Makin kecil bidang tumpu juga makin labil posisi keseimbangan.

Untuk dapat mempertahankan titik keseimbangan, seorang pemain berusaha

merendahkan titik berat badannya dengan menekukkan sedikit lututnya. Keterampilan ini juga perlu didukung oleh kekuatan otot tungkai yang dipakai sebagai penumpu. Karena gerakan teknik dasar sepak takraw yang dominan berupa menyepak bola anyaman dilakukan dengan salah satu kaki, maka kaki tumpu harus memiliki kekuatan


(28)

otot yang memadai untuk mempertahankan keseimbangan. Tentu saja, bukan hanya satu kaki yang dilatih, sebaiknya kedua kaki, kanan dan kiri sama-sama dilatih walaupun dalam praktiknya satu kaki lebih dominan sesuai dengan kebisaaan seseorang.

2. Keterampilan Lokomotor

Yang dimaksud dengan keterampilan lokomotor adalah keterampilan untuk menggerakkan anggota badan dalam keadaan titik berat badan berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Karena permainan sepak takraw berlangsung dalam sebuah petak lapangan datar dengan keterampilan dominan memainkan bola dengan kaki, maka bentuk keterampilan dasar dominan adalah :berpindah tempat berupa gerakan melangkah;lari beberapa langkah;melompat dengan kedua kaki (misal untuk menanduk bola dalam teknik

serangan di atas jaring);melompat dengan satu kaki (misal ketika melakukan serangan akrobatik di depan jaring).Keterampilan dasar dominan jenis lokomotor ini harus didukung oleh kekuatan dan kecepatan, dan bahkan power seperti untuk gerakan melompat.

3. Keterampilan Manipulatif

Keterampilan manipulatif adalah keterampilan menggunakan anggota badan, tangan atau kaki, untuk mengontrol bola. Karena dalam sepak takraw, bola terutama

dimainkan dengan kaki, tidak boleh dengan tangan, maka keterampilan manipulatif dominan adalah menyepak bola dengan kaki. Kaki berperan untuk ”memukul” bola layaknya bermain bola voli (dengan tangan).


(29)

Keterampilan dasar itu tentunya tidak berdiri sendiri-sendiri. Dalam satu teknik dasar sepak takraw, misal sepak mula (servis), maka di situ dibutuhkan kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan (non-lokomotor) dan keterampilan manipulatif. Koordinasi anggota tubuh dibutuhkan untuk menampilkan gerak dengan (force) dan alur gerak (flow) yang selaras, terutama ayunan kaki penyepak. Kemampuan untuk mengantisipasi arah bola yang disajikan temannya juga sangat dibutuhkan, sehingga keterampilan dalam sepak takraw seperti pada fenomena PerspektifPerception-Action yang berbunyi, ”Perspektif ekologis memahami fenomena gerak berdasarkan efek lingkungan terhadap peragaan keterampilan. Menurut perspektif persepsi-aksi

(perception-action) yang diteorikan oleh J.J Gibson (1979) bahwa ada hubungan yang erat antara sistem perseptual dan sistem motorik, dan keduanya itu terjadi pada hewan dan manusia. Karena itu, kita tidak dapat mempelajari masalah persepsi secara terpisah dengan fenomena gerak itu sendiri. Gibson menggunakan istilah ketersediaan kondisi lingkungan untuk menjelaskan fungsi objek lingkungan berupa ukuran dan bentuk dalam tata latar tertentu yang kemudian ditanggapi oleh seseorang. Sebuah bidang datar memberikan kesan kepada seseorang sebagai tempat duduk, dan tidak akan ada yang duduk di sebuah bidang yang miring, kecuali ditanggapi sebagai tempat bersandar. Teori ini berimplikasi terhadap praktik nyata bahwa seseorang mempersepsi objek lingkungannya dalam kaitannya dengan diri mereka, bukan dalam standar objektif”.

Dalam cabang olahraga yang memerlukan keterampilan manipulatif yang dominan, seperti sepak takraw, teori ini berimplikasi terhadap kemampuan pemain untuk membuat keputusan untuk menentukan tindakan (teknik yang tidak melanggar

peraturan) berdasarkan persepsinya tentang daya, kecepatan, alur (lurus, melambung) bola yang datang dari teman seregu atau pemain lawan. (Sudrajat Prawirasaputra, 1999:19).


(30)

(31)

A. TINJAUAN PUSTAKA

A. Lompat Tinggi

1. Tahap-Tahap Gerakan Dalam Lompat Tinggi

Untuk mencapai hasil ketinggian lompatan ditentukan empat tahap gerakan yang satu dengan yang lainya tidak dapat dipisahkan yaitu :

 Awalan  Tumpuan  Melayang  Pendaratan

(Petunjuk atletik,1985:69)

Hans Themer (1996) menyatakan teknik pada lompat tinggi terbatas atas beberapa gerakan yang meliputi:awalan, tolakan, saat melewati mistar dan yang tidak kalah pentingnya adalah mendarat. Berdasarkan kutipan diatas dijelaskan sebagai berikut .

a. Awalan

Awalan merupakan kunci pertama bagi pelompat tinggidalam usahanya dan melampawi suatu ketinggian. Untuk menguasai dengan baik cara melakukan awalan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Titik awalan dan sudut awalan harus tepat, yang dimaksud dengan titik awalan adalah tempat berpijak atau berdiri permulaan sebelum pelompat mulai


(32)

banyaknya langkah dalam setiap lompatan juga selalu tepat. mengenai besar kecilnya sudut awalan tergantung dari masing-maing gaya misalnya :  Gaya scots sekitar 30-35 derajat.

 Gaya gunting sekitar 40-50 derajat

 Gaya guling sisi dana straddle sekitar 40 derajat

 Gaya flop sekitar 70-85 derajat, walaupun pada tiga langkah terakhir mengecil sekitar 35-40derajat .

2. Arah awalan tergantung dari kaki tumpuan.secara teknis kaki kiri kanan yang dipakai untuk bertumpu akan menentukan dari arah mana pelompat harus mengawali awalan, ini pun tergantung pula dari gaya yang dipakai.

3. Langkah kaki dari pelan semakin dipercepat,dilakukan secara wajar dan lancar. Kecepatan lari pada akhir awalan tidak perlu dilakukan dengan kecepatan penuh (full speed-100%),karena awalan pada tingkat tinggi yang dilakukan secara full speed akan mempersulit atau menguarangi timbulnya daya tolakan kaki untuk membawa badan melambung keatas.

4. Banyaknya langkah tidak ada ketentuan yang pasti. Namun pada umumnya banyaknya langkah berkaisar 9-15 langkah

b. Tumpuan

Tumpuan dilakukan dengan kaki yang kaut,. Saat bertumpu harus tepat pada titik tumpu. Titik tumpu adalah tempat berpijaknya kaki tumpu pada saat melakukan lompatan, untuk memperoleh titik tumpu yang tepat harus dicari dengan cara

mencoba berulang kali kaki sejak dari menentukan awalan,sudut awalan, irama serta banyaknya langkah. Titik awalan dikatakan tepat, apabila saat badan melayang di


(33)

udara titik ketinggian maksimal benar-benar tepat di atas dan di tengah-tengah mistar.

Apabila titik tumpuan terlelu dekat, akibatnya mistar akan tersentuh badan saat pelompat masih begerak melambung ke atas .sebaliknya apabila titik tumpukan terlalu jauh, akan berakibat mistar tersentuh badan saat pelompat sudah bergerak turun. Disamping itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan tumpukan .

1. Menurunkan titik berat badan dengan cara menekuk lutut kaki tumpuan sedemikian rupa (130-160) sehingga menimbulkan daya tolakan yang besar. 2. Saat akan bertumpu posisi badan agak dicondongkan ka belakang (kecuali gaya

flop kecondongan kebelakang ini relative sangat kecil atau dihindari sama sekali.

3. Tumpuan dilakukan dengan kuatsehingga, cepat dan meledak ( explosive) 4. Menapak pada bagian tumit, terlebih dahulu seluruh tapak kaki-ujung kaki,

akhir tumpauan, kaki tumpuan harus lurus pada bagian lutut sampai pada ujung kaki.

5. Saat bertumpu kedua lengan bisa diayuhkan serentak atau ayunan secara wajar (sepihak) saja.

c. Melayang

Gerakan melayang di luar udara terjadi saat kaki tumpu lepas dari tanah. Sikap badan gerakan kaki maupun lengan saat melayang melewati mistar tergantung dari masing-masing gaya. Jadi gerakan dan posisi badan saat melayang inilah yang memberikan ciri-ciri khusu dan membedakan gaya yang satu dengan yang lainya. Tiga prinsip yang perlu diperhatikan pada saat melayang :


(34)

1. Saat melewati kedudukan titik berat badan sebaiknya sedekat mungkin dengan mistar. Dalam kinesiology dikatakan bahwa titik berat badan manusia terletak di depan dataran tulang sacrum (panggul) bagian atas sekitar di bagian belakang pusat.

2. Titik ketinggian labung maksimal harus tepat diatas den ditengah-tengah mistar. 3. Dilakukan dengan tenaga yang sedikit mungkin secara sadar, agar menghindari

gerekan-gerakan yang tidak perlu.

d. Pendaratan

Pendataran merupakan tahap terakhir dari gerakan beruntun suatu lompatan. Cara melakukan dan sikap badan saat mendarat tergantung pada masing-masing gaya, disini ada dua prinsip yang perlu diperhatikan

a. Dilakukan secara sadar.

b. Posisi badan harus sedemikain rupa sehingga tidak mengakibatkan rasa sakit atau cidera.

2. Gaya Lompat Tinggi

Dalam lompat tingi terdapat beberapa gaya diantaranya : a. Gaya Gunting Perut .

Awalan harus dilakukan dengan cepat dan menikung atau agak melingkar dengan langkah untuk awalan tersebut kira-kira 7-9 langkah

Tolakan kaki kuat dengan bantuan ayunan kedua tangan untuk membantu mengangkat seluruh badan. Bila kaki tolakan memadai ke kanan, maka awalan harus dilakukan di sebelah kiri mistar. Pada waktu menolak kaki, bersama dengan ayunan kedua tangan disampingkepala, dimana badan melompat ke atas, dan membuat putaran 180 derajat dan dilakukan bersamaan atau serentak.


(35)

Sikap badan diatas terlentang dengan kedua kaki tergantung lemas, dagu agak ditarik ke dekat dada, serta punggung berada di atas mistar yang merupakan busur yang melenting

Mendarat pada karet busa ( ukuran x5 m) dengan tinggi 60 cm (lebih) diatasnya ditutup dengan matras yang tebalnya 10-20 cm dan yang mendarat pertama kali adalah punggung, dan bagian belakang kepala. (pendidikan jasmani dan kesehatan, 1 994 : 189)

b. Gaya guling sisi

Awalan dari samping atau seorang sekitar 35-40 derajat. Bila bertumpu dengan kaki kanan, awalan dari serong kanan bertumpu dengan kaki kiri, awalan dari serong kiri. Tumpuan dengan kaki yang terdapat dengan mistar (kaki dalam). Kaki bebas di ayun kedepan atas menyilang mistar. Melayang diatas mistar sikap badan miring dan sejajar dengan mistar. Saat itu pula kepala segera diturunkan, sehingga posisi kepala lebih rendah dari pinggul, terus berguling meluncur kebawah. Setelah berkembang beberapa lama, saat diatas mistar posisi badan tidak sejajar dengan mistar, tetapi kepala, badan dan kedua lengan melintasi mistar terlebih dahulu terus menukik kebawah seperti menyelam, sehingga gaya ini disebut juga “dive

western”.Pendaratan dengan salah satu tangan dan kaki tumpu hampir bersamaan, atau dengan kedua tangan terlebih dahulu terus berguling menjadi mistar. (petunjuk atletik, 1985 : 97).


(36)

 awalan dilakukan dari depan, tegak lurus terhadap letak mistar Awalan daridepan menuju mistar tanpa merubah arah.

 bila bertumpu dengan kaki kiri, bertumpu dengan kuat dan tungkai serta kaki kanan diayunkan tinggi dimana masih menghadap mistar.

 melewati mistar setelah mencapai ketinggian maksimal. Kaki tumpu

digerakkan dari badan ini gerakan seperti gerakan gunting. Pada waktu itu juga badan berputer kepala dirundukkan. Ayunan kaki dan tungkai kiri ke atas disertai dengan badan diputar kekiri, ini sebenarnya merupakan gerakan pinggul yang mengangkat titik berat badan lebih tinggi.

 mendarat, setelah kaki kiri melewati mistar, lalu diturunkan untuk digunakan mendarat sedangkan tungkai dan kaki kanan masih menjulur diudara.

Pelompat mendarat dipasir atau kasur busa menghadap mistar, yang berarti pelompat berputar atau telah berbalik arah 180 derajat dengan arah awalan. (petunjuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar atletik, 198 : 24).

d. Gaya guling punggung (flop)

 awalan langkah panjang dan cepat, dengan posisi sikap tegak. Kaki tolakan adalah kaki dominan atau yang bisa digunakan untuk menumpu. Jarak antara kai tolakan dengan mistar kira – kira 22-35cm. Dimulai dengan melakukan awalan, jalan, lari, melangkah. Kemudian kaki menekan untu melewati ketinggian mistar. Sudut awalan, dari tempat tolakan ketempat permulaan melakukan awalan, kira – kira 45-50 derajat. Langkah dari tempat awalan ketempat tolakan harus cepat.

 tolakan, gerakan kai tumpu yang kokoh dan pada saat menolak gunakan salah satu kaki dengan posisi badan agak condong kebelakang. Setelah melakukan


(37)

tolakan, kaki diluruskan, kedua tangan selalu berada disamping untuk menjaga keseimbangan.

 sikap badan diatas mistar, lentingan pinggang sehingga benar – benar sejajar punggung dengan mistar. Kedua kaki semula berada dibawah badan, tetapi saat badan melewati mistar kedua kaki harus cepat diangkat, seiring dengan posisi badan yang turun kepermukaan matras.

mendarat jatuh seluruh anggota badan dari mulai punggung, kedua kaki hingga lengan pada matras, jatuhan harus dalam posisi terlentang. (dasar-dasar keterampilan atletik, 2001:65).

B. Unsur - Unsur Fisik

Unsur - unsur tersebut antara lain :

Daya ledak, kecepatan, kekuatan, koordinasi, kelenturan, keberanian (petunjuk atletik, 1985:71).

1. Daya ledak (power)

Power adalah hasil dari kekuatan dan kecepatan. Power adalah kemampuan otot untuk menggerakkan kekuatan maksimal dalam waktu yang amat singkat.

2. Kecepatan

Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan – gerakan yang sejenis secara berturut – turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya atau kemampuan untuk menempuh sesuatu jarak dalam waktu yang cepat.

3. kekuatan

Kekuatan (strength) adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tekanan.


(38)

Kelincahan (agilitas) adalah kemampuan untuk mengubah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran posisi tubuhnya.

5. Koordinasi

Koordinasi adalah rangkaian gerakan dari unsur gerakan kekuatan, kecepatan dan kelincahan.

6. Kelentukan

Kelentukan (fleksibilitas) adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang gerak sendiri.

7. Keberanian

Keberanian adalah keinginan melakukan melalui gerak sendi yang ditentukan.

C. Prinsip Dasar Latihan

Selain memperhatikan aspek – aspek latihan, mengingat pengertian latihan adalah proses yang sistematis dari pada yang dilakukan secara berulang – ulang maka perlu

diperhatikan prinsip-prinsip dasar latihan. Dengan mengetahui prinsip-prinsip dasar latihan, maka bentuk latihan yang diberikan terisi kegiatan yang bermanfaat dan jelas arah tujuannya. Seshingga tujuan dari latihan dapat dicapai. Lebih lanjut prinsip-prinsip umum latihan tersebut menurut harsono (1988:102-121) meliputi : prinsip beban lebih, prinsip perkembangan menyeluruh, prinsip spesialisasi, prinsip individualisasi, prinsip intensitas latihan prinsip kualitas latihan, variasi dalam latihan dan lama latihan. 1. Prinsip beban lebih

Prinsip beban lebih ini merupakan prinsip yang paling mendasar. Beban yang

diberikan kepada atlit harus cukup berat serta diberikan secara berulang-ulang dengan intensitas yang cukup tinggi. Beban latihan harus merupakan stimulasi terhadap


(39)

adaptasi atlit. Penambah beban latihan harus dilakukan secara teratur dan ... dalam olahraga, agar prestasi dapat meningkat, atlit harus berusaha untuk berlatih dengan beban kerja yang lebih berat dari pada yang mampu dilakukan pada saat itu, dengan kata lain, dia bekerja atau berlatih dengan beban kerja yang ada diatas ambang rangsang kepekaan. Kalau beban kerja terlalu ringan dan tidak ditambah maka peningkatan prestasi akan sulit dicapai. Dan sebaiknya jika beban berat diberikan secara terus menerus, maka akan menghentikan prestasi. Pada awal latihan dengan beban latihan yang lebih berat pasti atit akan menemui kesulitan-kseulitan karena tubuh belum dapat menyesuaikan diri dengan beban yang lebih berat tersebut. Akan tetapi apabila latihan dilakukan secara terus menerus dan berulang-ulang maka beban latihan yang lebih berat dapat diatasi, malah akan terasa ringan. Hal ini berarti prestasi atlit mengalami peningkatan. Maka kini tiba saatnya untuk meningkatkan beban latihan.

2. Prisip perkembangan menyeluruh

Prinsip perkembangan memyeluruh merupakan prinsip yang diterima secara umum dalam dunia pendidikan. Meskipun seseorang pada akhirnya mempunyai satu spesialis keterampilan, pada permulaan belajar sebaiknya dilibatkan dalam berbagai aspek kegiatan agar memiliki dasar-dasar yang lebih kuat untuk menunjang

keterampilan spesialisasinya. Prestasi yang dicapai oleh atlit selain didukung dengan bakat juga karena mereka dilibatkan kedalam berbagai aktivitas sehingga mengalami perkembangan yang komperhensif, yang menyeluruh terutama kondisi fisiknya seperti kekuatan, kelincahan, koordinasi gerak dan sebagainya.

Prinsip perkembangan menyeluruh ini merupakan salah satu syarat memungkinkan tercapainya perkembangan fisik dan penguasaan yang sempurna dari cabang olahraga.


(40)

Metode latihan ini merupakan dasar menuju spesialisasi dalam cabang olahraga tertentu. Gambar di menggambarkan jenjang utama dalam latihan olahraga.

Prestasi Puncak Spesialisasi Perkembangan

Multi lateral

Gambar 1. Jenjang latihan olahraga

Perkembangan multirateral merupakan dasar program latihan setiap setiap cabang olahraga yang berisi latihan-latihan untuk perkembangan menyeluruh, misalnya fisik. Apabila latihan ini sudah mencapai suatu tingkat yang memuaskan. Atlit kemudiam memasuki jenjang yang kedua yaitu spesialisasi cabang olahraga yang dianutnya. Setelah itu atlit kemudian memasuki jenjang yang kedua yaitu spesialisasi cabang olahraga yang dianutnya. Setelah itu atlit memasuki jenjang latihan untuk prestasi optimal.

3. Prinsip spesialisasi

Untuk mendapatkan sukses dan prestasi yang menonjol seorang atlit harus melakukan spesialisasi dalam cabang olahraga. Spesialisasi berarti mencurahkan segala

kemampuan fisik dan psikis pada suatu cabang olahraga tertentu. Sehingga

perhatiannya hanya terpusat pada cabang olahraga tertentu. Sehingga perhatiannya hanya terpusat pada cabang olahraga yang ditekuninya. Tentang spesialisasi ini ozalin dalam bompa (1983:110) menganjurkan sebagai berikut :


(41)

Agar aktivitas-aktivitas motoric yang khusus mempunyai pengaruh yang baik terhadap latihan, maka latihan harus didasarkan pada 2 hal yaitu :

a) Melakukan latihan-latihan yang khas dicabang olahraga spesialisasi tersebut misalnya permainan bola voli melakukan latihan yang khas untuk

meningkatkan keterampilan bermain bolavoli.

b) Melakukan latihan untuk mengembangkan kemampuan biomotorik yang dibutuhkan cabang olahraga tersebut misalnya latihan fisik yang khas dari cabang olahraga tertentu.

4. Prinsip individualisasi

Tidak ada orang yang secara fisiologis maupun psikologis persis sama, orang mempunyai perbedaan individu masing-masing. Demikian pula setiap atlit berbeda dalam kemampuan, potensi dan karakteristiknya. Oleh karena itu, prinsip

individualisasi merupakan syarat yang penting dalam latihan kontemporer, yang diterapkan kepada setiap atlit. Agar tujuan dari latlihan dapat tercapai, maka dalam menyusun program latihan harus memperhatikan faktor-faktor seperti umur, bentuk tubuh, kedewasaan, latar belakang pendidikan.

5. Kualitas latihan

Latihan yang bermutu adalah latihan yang diberikan memang sesuai dengan

kebutuhan atlit dan juga koreksi-koreksi yang diberikan. Jika pengawasan dilakukan dengan detail sampai dengan tingkat dan prinsip overkload diterapkan maka latihan dapat bermutu.kecuali, faktor-faktor pelatih ada faktor lain yang mendukung dan ikut menentukan kualitas yakni hasil latihan, fasilitas dan peralatan latihan. Hasil-hasil evaluasi dari setiap pertandingan serta kemampuan atlit. Dengan kualitas latihan yang baik yang didukung oleh kemampuan atlit, alat dan fasilitas latihan, evaluasi hasil


(42)

pertandingan dan kemampuan serta kepribadian pelatih maka prestasi atlit akan tercapai.

Prestasi atlit

Kemampuan dan hasil dari riset

kepribadian atlit

fasilitas dan peralatan kualitas latihan pertandingan

bakat kemampuan atlit motivasi

Gambar 2. Kualitas latihan dan faktor-faktor pendukung (harsono, 1988:119)

6. Prinsip variasi dalam latihan

Latihan yang diberikan secara bertahap dan berulang-ulang memerlukan waktu yang lama dan tenaga dari atlit, maka kadang-kadang menimbulkan rasa bosan pada diri atlit. Untuk mencegah timbulnya kebosanan dalam berlatih, misalnya latihan keterampilan passing bawah bisa divariasi dengan bentuk-bentuk permainan yang


(43)

selalu menggunakan teknis pass bawah. Dengan demikian diharapkan faktor kebosanan latihan dapat dihindari dan tujuan latihan tetap dapat tercapai.

7. Prinsip lama latihan

Bisaanya seorang pelatih lebih menekankan lamanya latihan dari pada

penambahanbeban latihan .waktu latihan sebaiknya pendek akan tetapi padat dan berisi dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Latihan harus dilakukan dengan usaha yang sebaik-baiknya dan dengan kualitas atau mutu yang tinggi.dan jika atlit mengalami kesalahan segera latihan dihentikan dan koreksi karena kalau berulang-ulang mengalami kesalahan yang sama akan mudah membentuk kebisaaan-kebisaaan yang salah.suatu keuntungan melakukan latihan dalam waktu pendek adalah bahwa hal ini akan terus membawa atlit berfikir tentang latihanya,artinya segala sesuatu yang diberikan dalam latihan akan dapat teringat dalam alam pikiranya.apabila waktu latihan terlalu lama dan terlalu melelahkan maka atlit akan memandang setiap latihan sebagai suatu siksaan.

8. Prinsip latihan rileksasi

Relaxation adalah hilangnya atau mengurangya ketegangan,baik ketegangan fisik maupun mental. Relaxation merupakan alat mengendalikan diri dan untuk

mempertahan sikap dan untuk mempertahankan sikap dan keseimbangan selama pertandingan berlangsung baik fisik maupun mental.relaxation juga merupakan alat yang efektif untuk menghindari kekakuan,ketegangan terutama pada saat terakhir atau sudah dapat dikembangkan,maka lama kelamaan relaksasi akan datang secara

otomatis.


(44)

Sarana prasarana merupakan unsur penting dalam setiap aktifitas manusia begitu juga pada setiap aktifitas olahraga yang dilakukan.karena betapapun baiknya program yang disusun tidak akan berjalan lancar jika tidak didukung sarana dan prasarana yang baik. Sarana dan prasarana tersebut dapat berupa :tempat latihan dan alat-alat olahraga sesuai dengan cabangnya.

E. Alat dan Fasilitas

Dalam cabang olahraga naik turun bangku diperlukan beberapa jenis alat dan fasilitas diantaranya:

 Lapangan lompat tinggi

a. Bak lompatan dengan ukuran 5X5 m dilengkapi dengan busa dan tingginya 80-100cm.

b. Tempat awalan kira-kira 15-18m.  Alat dan fasilitas

a. Tiang lompat b. Bilah lompat tinggi

c. Perata pasir (cangkul ) untuk sekolah yang belum menggunakan busa.(pendidikan jasmani dan kesehatan ,1994:97).

F. Pengertian Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematis bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organic, neuromuscular, perceptual, kognitif, dan emosional dalam kerangka sistem pendidikan nasional (Kurikulum 2004:1).


(45)

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang baik sebagai perorangan maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan, dan pembentukan watak (Abdul Ghofur, yang dikutip oleh Arma Abdullah dan Agus Munadji 1994:5).

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berpikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran, dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga. (Kurikulum 2004:1)

G. Pengertian Pembelajaran

Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. “Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman”. Menurut pengertian ini, belajar merupakan salah satu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan (Oemar Hamalik:2003).

Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lain tentang belajar yang menyatakan bahwa adalah memperoleh pengetahuan: belajar adalah latihan-latihan pembentukan kebisaaan secara otomatis dan seterusnya. Sejalan dengan perumusan di atas, ada pula tafsiran lain tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Dibandingkan dengan pengertian pertama, maka jelas tujuan belajar itu prinsipnya sama, yakni


(46)

perubahan tingkah laku, hanya berbeda cara atau usaha pencapaian (Oemar

Hamalik:2003). Pengertian ini menitikberatkan pada interaksi antarindividu dengan lingkungan. Di dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman belajar.

Definisi belajar dapat juga diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respon utama, dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah laku baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara karena semua hal. (Oemar Hamalik:2003)

Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Guru berperan tidak hanya sekedar menyampaikan informasi kepada siswa saja tetapi juga guru harus berusaha agar siswa mau belajar. Karena mengajar sebagai upaya yang disengaja, maka guru terlebih dahulu harus mempersiapkan bahan yang akan disajikan kepada siswa. (Husdarta dan Saputra 2002:2).

Upaya yang guru lakukan ini dimaksudkan agar tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai. Oleh karena itu, disamping guru harus menguasai materi pelajarannya guru juga dituntut memiliki kesabaran dan kecintaan dalam memahami dan mengelola proses pembelajaran. Hal inilah yang menjadi kata kunci suksesnya proses belajar mengajar di sekolah.

H. Gerak Dasar

Keterampilan adalah sesuatu yang dimiliki oleh seseorang berupa bakat atau kemampuan untuk melakukan sesuatu yang dapat menghasilkan, baik berupa gerak atau kerajinan yang dapat dimanfaatkan (www.yahoo.co.id, selasa 29 Juli 2008 21.30). Sedangkan


(47)

keterampilan gerak adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang didapat melalui latihan. (Eddy Suparman 1996:61)

Gerak dasar adalah gerak yang berkembangnya sejalan dengan pertumbuhan dan tingkat kematangan.Keterampilan gerak dasar merupakan pola gerak yang menjadi dasar untuk ketangkasan yang lebih kompleks. Pangrazi (1995) membagi tiga gerak dasar yang melekat pada individu, yaitu: 1) gerak lokomotor, 2) gerak non-lokomotor, 3) manipulative.

Pangrazi (1995) mendefinisikan gerak lokomotor adalah “gerak yang digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain atau memproyeksikan tubuh ke atas, misalnya jalan, lompat, dan berguling”. Gerak non-lokomotor adalah keterampilan yang dilakukan tanpa memindahkan tubuh dari tempatnya, misalnya membungkukkan badan, memutar badan, mendorong dan menarik. Sedangkan gerak manipulative adalah

keterampilan memainkan suatu proyek baik yang dilakukan dengan kaki maupun tangan atau bagian tubuh yang lain. Gerak manipulative ini bertujuan untuk mengkoordinasi mata kaki, mata tangan, misalnya melempar, menangkap, dan menendang.

I. Keterampilan Dasar Dominan

Yang dimaksud dengan keterampilan dasar dominan (KDD) dalam sepak takraw adalah sejumlah keterampilan dasar yang dipandang paling menentukan untuk mendukung pencapaian keberhasilan dalam memainkan teknik-teknik dasar dalam sepak takraw. Penguasaan keterampilan pada setiap cabang olahraga berlandaskan pada penguasaan keterampilan dasar. Keterampilan dasar ini, secara umum terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu (1) keterampilan lokomotor, (2) keterampilan non lokomotor, dan (3) keterampilan manipulatif. Peragaan satu teknik dasar suatu cabang olahraga, seperti dalam sepak


(48)

takraw misalnya, didukung oleh kombinasi beberapa keterampilan dasar. Karena itu untuk mampu melakukan lompat tinggi dengan benar, dalam pengertian mampu memperagakan teknik-tekniknya dengan baik, keterampilan dasar merupakan landasan yang harus dibina sejak awal. Rangkaian latihannya, secara bertahap dalam tata urut yang logis menuju pembelajaran teknik-teknik dasar dalam lompat tinggi.

1. Keterampilan Non Lokomotor

Keterampilan non lokomotor adalah jenis keterampilan yang dilakukan dengan

menggerakkan anggota badan yang melibatkan sendi dan otot dalam keadaan badan si pelaku menetap, statis, kaki tetap menumpu pada bidang tumpu atau tangan tetap berpegang pada pegangan.

Yang termasuk ke dalam jenis gerakan non lokomotor adalah, berdiri tegak dengan salah satu kaki diangkat, keterampilan dasar ini termasuk kemampuan keseimbangan (balance). Makin tinggi titik berat badan dari bidang tumpu, makin labil keseimbangan seseorang. Makin kecil bidang tumpu juga makin labil posisi keseimbangan.

Untuk dapat mempertahankan titik keseimbangan, seorang pemain berusaha

merendahkan titik berat badannya dengan menekukkan sedikit lututnya. Keterampilan ini juga perlu didukung oleh kekuatan otot tungkai yang dipakai sebagai penumpu. Karena gerakan teknik dasar sepak takraw yang dominan berupa menyepak bola anyaman dilakukan dengan salah satu kaki, maka kaki tumpu harus memiliki kekuatan otot yang memadai untuk mempertahankan keseimbangan. Tentu saja, bukan hanya satu kaki yang dilatih, sebaiknya kedua kaki, kanan dan kiri sama-sama dilatih walaupun dalam praktiknya satu kaki lebih dominan sesuai dengan kebisaaan seseorang.


(49)

Yang dimaksud dengan keterampilan lokomotor adalah keterampilan untuk menggerakkan anggota badan dalam keadaan titik berat badan berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Karena permainan sepak takraw berlangsung dalam sebuah petak lapangan datar dengan keterampilan dominan memainkan bola dengan kaki, maka bentuk keterampilan dasar dominan adalah :berpindah tempat berupa gerakan melangkah;lari beberapa langkah;melompat dengan kedua kaki (misal untuk menanduk bola dalam teknik

serangan di atas jaring);melompat dengan satu kaki (misal ketika melakukan serangan akrobatik di depan jaring).Keterampilan dasar dominan jenis lokomotor ini harus didukung oleh kekuatan dan kecepatan, dan bahkan power seperti untuk gerakan melompat.

3. Keterampilan Manipulatif

Keterampilan manipulatif adalah keterampilan menggunakan anggota badan, tangan atau kaki, untuk mengontrol bola. Karena dalam sepak takraw, bola terutama

dimainkan dengan kaki, tidak boleh dengan tangan, maka keterampilan manipulatif dominan adalah menyepak bola dengan kaki. Kaki berperan untuk ”memukul” bola layaknya bermain bola voli (dengan tangan).

4. Kombinasi Keterampilan Dasar

Keterampilan dasar itu tentunya tidak berdiri sendiri-sendiri. Dalam satu teknik dasar sepak takraw, misal sepak mula (servis), maka di situ dibutuhkan kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan (non-lokomotor) dan keterampilan manipulatif. Koordinasi anggota tubuh dibutuhkan untuk menampilkan gerak dengan (force) dan alur gerak (flow) yang selaras, terutama ayunan kaki penyepak. Kemampuan untuk mengantisipasi arah bola yang disajikan temannya juga sangat dibutuhkan, sehingga


(50)

keterampilan dalam sepak takraw seperti pada fenomena PerspektifPerception-Action yang berbunyi, ”Perspektif ekologis memahami fenomena gerak berdasarkan efek lingkungan terhadap peragaan keterampilan. Menurut perspektif persepsi-aksi

(perception-action) yang diteorikan oleh J.J Gibson (1979) bahwa ada hubungan yang erat antara sistem perseptual dan sistem motorik, dan keduanya itu terjadi pada hewan dan manusia. Karena itu, kita tidak dapat mempelajari masalah persepsi secara terpisah dengan fenomena gerak itu sendiri. Gibson menggunakan istilah ketersediaan kondisi lingkungan untuk menjelaskan fungsi objek lingkungan berupa ukuran dan bentuk dalam tata latar tertentu yang kemudian ditanggapi oleh seseorang. Sebuah bidang datar memberikan kesan kepada seseorang sebagai tempat duduk, dan tidak akan ada yang duduk di sebuah bidang yang miring, kecuali ditanggapi sebagai tempat bersandar. Teori ini berimplikasi terhadap praktik nyata bahwa seseorang mempersepsi objek lingkungannya dalam kaitannya dengan diri mereka, bukan dalam standar objektif”.

Dalam cabang olahraga yang memerlukan keterampilan manipulatif yang dominan, seperti sepak takraw, teori ini berimplikasi terhadap kemampuan pemain untuk membuat keputusan untuk menentukan tindakan (teknik yang tidak melanggar

peraturan) berdasarkan persepsinya tentang daya, kecepatan, alur (lurus, melambung) bola yang datang dari teman seregu atau pemain lawan. (Sudrajat Prawirasaputra, 1999:19).


(51)

1

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kaji tindak (actionresearch). Kaji tindak merupakan penelitian yang dilaksanakan melalui tahapan yang dilakukan dalam beberapa siklus atau spiral.

B. Rancangan

Ciri-ciri penelitian kaji tindak adalah (1). Adanya putaran siklus, (2). Adanya perlakuan (3). Observasi atau evaluasi, seperti pada gambar dibawah ini :(soeyanto,1997)

Keterangan :

I : Siklus latihan atau tindakan siklus pertama dengan menggunakan pemberian latihan skipping.

II : Siklus latihan atau tindakan siklus kedua dengan menggunakan latihan lompat naik turun bangku.

III : Siklus mengambil awalan, lari lompat keatas meraih (menyundul bola) yang digantung setinggi 2 meter.

C. Tempat dan variabel pelaksanaan 1. Tempat penelitian

Penelitian kaji tindak ini dilaksanakan di SDN sepang jaya 2. Waktu penelitian


(52)

2 Pelaksanaan penelitian kaji tindak ini berlangsung mulai bulan Februari sampai bulan Maret 2012.

D. Pelaksanaan penelitian

Pelaksanaan penelitian tindak ini meliputi 3 siklus, masing-masing siklus terdiri dari beberapa lagkah atau tahapan, yakni rencana, tindakan, observasi dan refleksi. Sebelum memasuki siklus 1 siswa diberi tes awal lompat tinggi, tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan awasl sebelum diberikan tindakan pada setiap siklus.

Siklus I a. Rencana

Menyediakan tempat dan peralatan berupa skipping, masing-masing anak memegang skipping, mengambil tempat untuk melakukan lompat

skipping. b. Tindakan

Memberikan latihan gerak yang meliputi : cara memegang skipping, gerakan tangan, sikap badan, memutar skipping dan kaki melompat bergantian.

c. Observasi

Setelah meberikan latihan skipping siklus I, apabila hasilnya belum sesuai dengan yang diharapkan maka dilakukan pada siklus II.


(53)

3 Setelah tes melompat dilaksanakan maka hasilnya rata-rata ...% maka perlu diadakan tindakan pada siklus II.

Siklus II a. Rancangan

Menyediakan tempat dan peralatan untuk latihan pada siklus yang berupa 3 buah bangku yang kuat.

b. Tindakan

Memberikan latihan gerakan lompat naik turun bangku meliputi cara melompat, posisi badan dan posisi kaki.

c. Observasi

Diamati hasil yang telah dicapai olesh siswa akibat pemberian materi lompat naik turun bangku.

d. Refleksi

Setelah tes lompat tinggi dilakukan maka hasilnya rata-rata ...% maka diadakan tindakan siklus ke III

Siklus III a. Rancangan

Menyediakan tempat dan peralatan yaitu bola plastik, tali raffia dan dua tiang kayu.


(54)

4 Memberikan latihan gerakan melompat keatas meraih bola dengan cara : mengambil awalan, lari lompat keatas meraih yang digantung setinggi 2 meter.

c. Observasi

Telah dilakukan dan diteliti diadakan tes untuk mengetahui hasil akhir latihan siklus III.

d. Refleksi

Setelah melakukan tes akhir lompat tinggi hasilnya disimpulkan dari siklus I, II, III, bila apabila sesuai dengan yang diharapkan maka penelitian depat dikembangkan lebih lanjut dari hasil keberhasilan dalam pembelajaran khususnya lompat tinggi.

E. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini kelas VI SDN SEPANG JAYA yang berjumlah 40 siswa. F. Instumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan PTK di setiap siklusnya. Instrumen dalam penelitian ini berupa penilaian kulaitas gerak dasar lompat tinggi gaya gunting. Cara pengambilan adalah dengan skor 1, 2, 3.

Tabel 1. Format Penilaian Gerak Dasar Lompat Tinggi.


(55)

5 1 2 3

1 Tahap Persiapan 1. Posisi badan tegak, Mata lurus ke

depan melihat mistar

2. Jarak untuk melakukan

ancang-ancang sekitar 10 langkah 3. Posisi di samping depan mistar

2 Tahap

Pelaksanaan 4. 5. Lari perlahan, langkah kaki diperlebar Setelah mendekati mistar, ayun ke atas depan kaki yang dekat mistar 6. Sewaktu kaki yang satu telah

diangkat, kaki terakhir menyusul melangkahi mistar

7. Kaki bergerak seperti gunting 8. Kedua tangan diangkat agar tidak

menggangu lompatan

3 Tahap Akhir

Gerakan 9. Pada waktu mendarat, kaki yang belakang di ayun ke bawah lebih dulu 10. Badan diputar kembali lurus ke depan

menghadap mistar, Jaga keseimbangan

(Adaptasi M. Sakir) G. Teknik Analisis data

Untuk melihat keberhasilan rata- rata kelas dalam proses pembelajaran digunakan rumus-rumus yang paling dikemukakan sutrisno hadi, 1993:246 dengan rumus :

= 100% Keterangan

P : Prosentasi Peningkatan

F : Nilai Yang Diperoleh Oleh Siswa

N : Jumlah Subek Yang Mengikuti Tes

Setelah analisis data diperleh maka penulis menggunakan pernyataan yang dikemukakan oleh sutrisno hadi bahwa : jika hasil yang diperoleh lebih dari 50% maka hipotesis dalam penelitian ini diterima, apabila kurang dari 50% hipotesis ini ditolak.


(56)

(57)

V. KESIMPULAN DAN SARAN .

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian proses pembelajaran keterampilan lompat tinggi yang dilakukan pada siswa kelas VI SDN SEPANG JAYA dengan menggunakan lompat naik turun bagku dan lari, melompat ke atas meraih bola sebanyak tiga siklus putaran, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut.

Penerapan pembelajaran dengan tindakan alat dengan naik turun bangku, lari melompat ke atas meraih bola ternyata dapat meningkatkan keterampilan gerak lompat tinggi. B. Saran

Berdasarkan hasil kesipulan pada penelitian maka penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut :

1. Untuk siswa hendaknya meningkatkan aktifitas latihan gerakan-gerakan yang telah ditetapkan pada siklus ,I,II, III sehingga kemampuan yang diharapkan dapat tercapai dengan baik den sempurna.

2. Untuk guru penjas hendaknya meningkatkan efektifitas dan intensitas kegiatan ekstrakurikuler olahraga, sehingga kegiatan-kegiatan olahraga pada umumnya lebih meningkat dan pada khususnya lompat tinggi dapat dicapai secara optimal.

3. Guru penjas dapat membuat (mencari) metode latihan-latihan yang dapat mendukung keberhasilan siswa dalam mengikuti setiap cabang olahraga yang diberikan oleh guru.


(58)

4. Untuk sekolah hendaknya dapat menyediakan saranan dan prasarana, fasilitas olahraga secara lengkap, walaupun pengadaanya secara bertahap sehingga dalam pemebelajaran penjaskes dapat dilaksanakan sesuai dengan kurikulum yang ada. 5. Bagi FKIP

Ada baiknya, jikahasilpenelitianinisdijadikansebagaibahan acuan untuk


(59)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Jenjang Latihan Olahraga ... 15 2. Kualitas Latihan dan Faktor-faktor Pendukung ... 18 3. Diagram Batang Perbandingan Prosentase RK Dan KB... 37


(60)

DAFTAR ISI

Halaman

SAN WACANA ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

F. Hipotesis ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Lompat Tinggi ... 5

B. Unsur-unsur Fisik... 12

C. Prinsip-prinsip Latihan... 13

D. Sarana Dan Prasarana ... 19

E. Alat dan Fasilitas ... 20

F. Pengertian Pendidikan Jasmani... 20

G. pengertian Pembelajaran ... 21

H. Gerak Dasar ... 23

III.METODOLOGI PENELITIAN ... 28

A. MetodePenelitian ... 28

B. Rancangan ... 28

C. Tempat dan Variabel Pelaksanaan ... 28

D. Pelaksanaan penelitian ... 29

E. Populasi dan Sampel ... 31

F. Teknik Pengumpulan Data ... 31

G. Teknik Analisis Data... 32

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

A.Hasil Penelitian ... 34

B.Pembahasan ... 39


(61)

A. Simpulan ... 44

B. Saran-Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 46


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Benharh Gemler, 1983. Prinsip Dasar Latihan Lompat Tinggi. Dahara Prite :Semarang Jonath. V.T., 1987. Atletik. Rosita Jaya. Jakarta.

Lutan rusli, 1988. Belajar Keterampilan Motorik, Depdikbud : Dikti Jakarta.

Muhajir Nolvy, 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Kaji Tindak. BPG SD : Yogyakarta. Purwodarminto, 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai pustaka. Pelatihan : Jakarta. PASI, 1993. Pedoman Dasar Melatih Atletik. Program pendidikan, pelatihan, Jakarta. Sudirman AM. 1986. Motivasi Dan Aktivitas Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Raja

wali : jakarta.

Sanafiah faisal, 1982. Metodologi Penelitian Pendidkkanusaha Nasional, Surabaya. Suharsimi Arikunto, 1989. Evaluasi Pendidikan, Rineka Cipta. Jakarta.

1992. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.

Suryanto, 1996.Pedoman Penelitian Tindakan. Dirjen Dikti, jakarta. Sutrisno Hadi, 1984. Metodologi Research. UGM . Yogyakarta.


(63)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Format Penilaian Gerak Dasar Lompat tinggi ... 32 2. Deskripsi Hasil PTK Pembelajaran Gerak Dasar Lompat Tinggi ... 35 3. Deskripsi Efektifitas Pembelajaran Pada Setiap Siklus ... 38


(64)

MOTTO

“Keunggulan berpikir akan membuat langkah strategis” “Keunggulan karya akan mempunyai nilai yang lebih”.


(65)

PERSEMBAHAN

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan anugerah yang begitu banyak kepada penulis sehingga penulis dapat mempersembahkan karya

terbaik ini

kepada Ibunda dan Ayahanda (alm) yang sangat penulis sayangi

Agus Suami Tercinta yang selalu memberikan , semangat, Perhatian, dan sayangnya kepada penulis, Anakku-anaku Widya, Alvin, Irfan, dan Zahra yang sangat penulis sayangi, terima kasih atas perhatian dan motivasinya sehingga membuat penulis menjadi


(66)

(67)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kedondong pada tanggal 10 Oktober 1978, anak ke-empat dari pasangan Bapak Masyur dan Ibu Aidasari.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis SDN 10 Kedondong tamat tahun 1989. SMPN 1 Kedondong tamat tahun 1992. SMAN 5 Bandar Lampung tamat tahun 1995.

Pada tahun 1999 penulis diterima sebagai mahasiswa pada program diploma II program studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung diselesaikan tahun 2001


(68)

SANWACANA

Asalamualaikum. Wr. Wb

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang mulia.

Skripsi dengan judul PENINGKATAN PEMBELAJARAN LOMPAT TINGGI MELALUI

LATIHAN NAIK TURUN BANGKU SWEDIA PADA SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SEPANGJAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN

2011/2012adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana

Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Baharrudin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan.

3. Bapak Drs. Wiyono, M.Pd. Selaku Pembimbing yang telah memberikan bimbingan,

pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd. Selaku Pembahas atau penguji utama.Trima kasih untuk

saran-saran dan masukan.

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah memberikan ilmu

pengetahuan dan keteladanan selama penulis menjalani studi.

6. Segenap karyawan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan kelancaran dalam

urusan administrasi.

7. Kepala SDN Sepang Jaya Sulahyang telah memberikan izin untuk melaksanakan

penelitian pada siswa kelas VI Tahun Pelajaran 2011/2012.

8. Para siswa kelas VI SDN Sepang JayaTahun Pelajaran 2011/2012, terima kasih atas

waktu dan kerjasamanya.

9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2010 S1 Dalam jabatan, ayo sukseskan program S1

secepatnya. Semangat.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

penyelesaian tugas akhir ini.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Wasalamualaikum Wr. Wb. Bandar Lampung, Mei 2012


(69)

Penulis


(1)

MOTTO

“Keunggulan berpikir akan membuat langkah strategis” “Keunggulan karya akan mempunyai nilai yang lebih”.


(2)

PERSEMBAHAN

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan anugerah yang begitu banyak kepada penulis sehingga penulis dapat mempersembahkan karya

terbaik ini

kepada Ibunda dan Ayahanda (alm) yang sangat penulis sayangi

Agus Suami Tercinta yang selalu memberikan , semangat, Perhatian, dan sayangnya kepada penulis, Anakku-anaku Widya, Alvin, Irfan, dan Zahra yang sangat penulis sayangi, terima kasih atas perhatian dan motivasinya sehingga membuat penulis menjadi


(3)

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kedondong pada tanggal 10 Oktober 1978, anak ke-empat dari pasangan Bapak Masyur dan Ibu Aidasari.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis SDN 10 Kedondong tamat tahun 1989. SMPN 1 Kedondong tamat tahun 1992. SMAN 5 Bandar Lampung tamat tahun 1995.

Pada tahun 1999 penulis diterima sebagai mahasiswa pada program diploma II program studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung diselesaikan tahun 2001


(5)

SANWACANA

Asalamualaikum. Wr. Wb

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang mulia.

Skripsi dengan judul ”PENINGKATAN PEMBELAJARAN LOMPAT TINGGI MELALUI LATIHAN NAIK TURUN BANGKU SWEDIA PADA SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SEPANGJAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN

2011/2012”adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Baharrudin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan.

3. Bapak Drs. Wiyono, M.Pd. Selaku Pembimbing yang telah memberikan bimbingan,

pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd. Selaku Pembahas atau penguji utama.Trima kasih untuk

saran-saran dan masukan.

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah memberikan ilmu

pengetahuan dan keteladanan selama penulis menjalani studi.

6. Segenap karyawan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan kelancaran dalam

urusan administrasi.

7. Kepala SDN Sepang Jaya Sulahyang telah memberikan izin untuk melaksanakan

penelitian pada siswa kelas VI Tahun Pelajaran 2011/2012.

8. Para siswa kelas VI SDN Sepang JayaTahun Pelajaran 2011/2012, terima kasih atas waktu dan kerjasamanya.

9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2010 S1 Dalam jabatan, ayo sukseskan program S1

secepatnya. Semangat.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penyelesaian tugas akhir ini.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Wasalamualaikum Wr. Wb. Bandar Lampung, Mei 2012


(6)

Penulis


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INDUKTIF PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV B SEKOLAH DASAR NEGERI 2 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 12 46

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PKn MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 11 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 14 72

MENINGKATAN EFEKTIFITAS BELAJAR TOLAK PELURU DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MODIFIKASI BOLA PLASTIK PADA SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 GUNUNG SULAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012.

0 15 37

PENINGKATAN PEMBELAJARAN LOMPAT TINGGI MELALUI LATIHAN NAIK TURUN BANGKU SWEDIA PADA SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SEPANG JAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012.

0 6 69

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN IPS DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PETA KELAS VI DI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 WAY DADI SUKARAME BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 5 49

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN INTERAKTIF PADA MURID KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 2 SUKAJAWA BANDAR LAMPUNG

0 14 55

PENGARUH LATIHAN NAIK TURUN BANGKU DAN NAIK TURUN TANGGA TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH AGUNG

11 73 37

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN GERAK DASAR LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS X-7 SMA NEGERI 5 KOTA METRO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 56

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 2 PALAPA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 11 63

PENGARUH LATIHAN NAIK TURUN BANGKU TERHADAP PENINGKATAN HASIL LOMPAT JANGKIT PADA SISWA EKSTRAKURIKULER ATLETIK DI SMA SWADHIPA LAMPUNG SELATAN TAHUN 2013

0 6 58