PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN TIPE STAD

(1)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPEJIGSAWDAN

TIPE STAD

(Skripsi)

Oleh

YESICA NOVARIZA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPEJIGSAWDAN

TIPE STAD

Oleh

YESICA NOVARIZA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(3)

ABSTRAK

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPEJIGSAWDAN

TIPE STAD Oleh Yesica Novariza

Berdasarkan observasi yang dilakukan masih banyak guru menggunakan metode ceramah sebagai alternatif yang sering digunakan di kelas. Selama ini

pembelajaran fisika jarang melibatkan siswa yang aktif dalam pembelajaran. Sehingga siswa belum dibiasakan untuk melakukan kerjasama, berbagi pengetahuan kesesama siswa dan belum diberi kesempatan untuk bisa

mengintegrasikan ilmu pengetahuan secara mandiri dengan berpikir dan aktif dalam pembelajaran. Pada penelitian ini penulis membandingkan hasil belajar fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipeJigsawdan pembelajaran koopratif tipe STAD . Tujuan penelitian ini untuk mengetahui, (1) perbedaan hasil belajar yang disebabkan oleh perbedaan model pembelajaran (Jigsawdengan STAD); (2) model pembelajaran yang lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar fisika dengan menggunakan model pembelajaranJigsawdan STAD. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2011/2012 di SMAN 12 Bandar Lampung. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X pada semester genap sedangkan sampel yang diambil yaitu kelas X3sebagai kelas yang menggunakan model pembelajaran Kooperatif TipeJigsawdan kelas X6 sebagai kelas yang menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.


(4)

Yesica Novariza

Pemilihan kelas sampel dengan metodepurposive samplingyaitu teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu.

Data penelitian ini berupa data kuantitatif, berdasarkan hasil analisis data diperoleh rata-rata hasil belajar pada pembelajaran kooperatif tipeJigsaw67,2 sedangkan pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD 56,1. Dari data rata-rata hasil belajar di atas dapatdisimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa antara kelas yang menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsawdengan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.Model pembelajaran Kooperatif TipeJigsawlebih baik dalam meningkatkan hasil belajar fisika siswa dibandingkan dengan model pembelaaran Kooperatif Tipe STAD.

Kata kunci: Model Pembelajaran Kooperatif, TipeJigsaw,Tipe STAD, Hasil Belajar.


(5)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah:

Nama : Yesica Novariza

NPM : 0853022058

Fakultas / Jurusan : KIP / Pendidikan MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika

Alamat : Jl. Pattimura Gg. Hidayah No. 07 Metro.

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandarlampung, September 2012

Yesica Novariza NPM. 0853022058


(6)

Judul Skripsi : PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA DENGAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWDAN TIPE STAD

Nama Mahasiswa : Yesica Novariza Nomor Pokok Mahasiswa : 0853022058 Program Studi : Pendidikan Fisika

Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Drs. Nengah Maharta, M.Si. Viyanti, S.Pd. M.Pd.

NIP. 19551231 198303 1 022 NIP. 19800330 200501 2 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Drs. Caswita, M. Si.


(7)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Nengah Maharta, M.Si.

Sekretaris : Viyanti, S.Pd. M.Pd.

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Abdurrahman, M.Si.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, pada tanggal 20 November 1989 anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Abrar S.Ip dan Ibu Auges Leni.

Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1995 di TK Aisyah Kota Metro. Pada tahun1996 penulis melanjutkan pendidikannya di SD Pertiwi Teladan Kota Metro, diselesaikan tahun 2002. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 3 Kota Metro hingga tahun 2005, kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Muhammadiyah 1 Metro, diselesaikan pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.

Pada tahun 2011, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 3 Padang Cermin. Dan pada tahun 2012 penulis melaksanakan penelitian di SMA Negeri 12 Bandar Lampung.


(9)

MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan pasti ada kemudahan maka apabila kamu sudah selesai dalam suatu urusan, lakukanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang

lain. Dan hanya kepada Tuhanmu

(Q.S. Al-Insyiroh: 6-8)

Hidup dengan melakukan kesalahan akan tampak lebih terhormat daripada selalu benar karena tidak melakukan apa-apa

(Goerge Bernard Shaw)

Jikalau kita mempunyai masalah sebaiknya janganlah bersedih, karna kesedihan tidak akan membuahkan hasil apa-apa dan sebaliknya kita harus lebih tegar dalam

menjalani hidup dan aku yakin semua akan indah pada waktunya (Yesica Novariza)


(10)

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena kasih sayang dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Drs. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Dr. Undang Rosidin, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika.

4. Bapak Drs. Nengah Maharta, M.Si., selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis. 5. Ibu Viyanti, S.Pd. M.Pd., selaku Pembimbing II atas keikhlasannya

mem-berikan bimbingan, saran dan motivasi.

6. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. selaku pembahas yang banyak memberikan kritik serta masukan yang bersifat positif dan konstruktif.

7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA.

8. Bapak Hi. Jalaluddin Syarif S.Pd. selaku Kepala SMA Negeri 12 Bandar Lampung beserta jajaran yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.


(11)

9. Ibu Dra. Sri Adiningsih selaku Guru Mitra dan murid-murid kelas X3dan X6 SMA Negeri 12 Bandar Lampung atas bantuan dan kerjasamanya.

10. Papah dan Mama penulis tercinta, inspirator terbesar dan semangat hidupku terima kasih untuk perhatian, doa dan kasih sayang yang tak terhingga selama ini. Juga adik-adikku tercinta Kiki, Dini dan Dinda semoga yunda bisa

menjadi kakak yang baik untuk kalian.

11. Teman seperjuangan penulis di P. Fisika 8: Intan, Leni, Rofa, Desti, Ewo, Larno, Khusnul, Putu, Dedek, Andre, Arif, Via, Eka, Eva, Fitri, Hamidah, Ike, Liyan,Meita, Nurul, Tata, Resa, Resti, Rika, Ngah wina, Selly, Indah,

Yeni,Yuniar dan yang lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas bantuan dan kebersamaannya.

12. Sahabat penulis tercinta: Intan, Leni, Rofa dan Desti, atas kebersamaan dan canda tawa kita selama ini serta dukungan di saat penulis galau dengan segala bentuk masalah yang penulis alami selama ini. Semoga tali persaudaraan ini tetap terjaga selamanya.

13. Kakak-kakak dan adik-adik tingkat di P. Fisika yang tidak bisa disebutkan satu per satu, semoga selalu menjadi keluarga besar pendidikan fisika bersatu. 14. tersayang: Uni, Nduk, Yana, Mayang, Tiwi, Reni,

Bariz, David, Fariq (alm) dan Eti terima kasih atas persahabatan kita.

15. Bapak Suprapto selaku Kepala SMP Negeri 3 Padang Cermin beserta jajaran yang telah memberikan izin untuk melakukan Program Pengalaman Lapangan. 16. Bapak M. Yusuf S.Pd. selaku guru pamong yang telah banyak memberikan

bimbingan dan membantu selama melaksanakan kegiatan PPL di SMP N 3 Padang cermin serta memberikan banyak pengalaman.


(12)

17. Bapak Erik Putra Ar, S.Pd selaku koordinator PPL dan segenap dewan guru yang telah banyak membantu selama penulis melaksanakan kegiatan PPL. 18. Anak-anak murid penulis di SMP N 3 Padang Cermin atas kerjasama selama

ini dan sampai kapan pun tidak akan terlupakan.

19. Teman-teman PPL SMP Negeri 3 Padang Cermin: Vita, Nopri (Oom), Kiki, Berta, Desni, Resti, Desti, Suci dan Meta atas kebersamaan selama 3 bulan yang tak mungkin terlupakan dan rasanya masih melekat dalam hati ini. Walau terkadang banyak timbul masalah tetapi susah dan senang tetap kita lalui bersama-sama.

20. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT. melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandarlampung, September 2012 Penulis


(13)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Fase-Fase dalam Pembelajaran Kooperatif ... 14

2.3. Penentuan Kedudukan Siswa Sesuai Dengan Prestasi ... 15

2.2. Ilustrasi Menunjukkan TimJigsaw ... 17

2.3. Fase-Fase dalam Pembelajaran Kooperatif STAD ... 21

2.4. Perhitungan Skor Perkembangan ... 22

2.5. Tingkat Penghargaan Kelompok ... 23

2.6. Membagi Siswa ke dalam Tim... 23

3.1. Data Hasil Belajar ... 35

4.1. Data Hasil Belajar ... 41

4.2. Hasil Uji Validitas... 43

4.3. Hasil Uji Reabilitas ... 43

4.4. Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar ... 44

4.5. Hasil UjiIndependent Sample t-test... 45


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Kerangka Pikir ... 29 3.1. Desain EksperimenOne-Shot Case Study... 31 4.2. Grafik Perbandingan Hasil Belajar ... 42


(15)

II. KERANGKA TEORITIS

A. Tinjauan Pustaka

2.1. Belajar

Belajar merupakan kebutuhan manusia. Dengan belajar manusia dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, nilai, sikap dan tingkah laku.

Menurut (Sardiman , 2005: 20) definisi belajar sebagai berikut:

1.Crobanch memberikan definisi: Learning is shown by a change in behavior as a result of experience .

2.Harold Spears memberikan batasan: Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction .

3.Geoch, mengatakan Learning is a change in performance as a result of practice .

Berdasarkan ketiga definisi di atas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,

mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik.


(16)

9 Menurut (Sardiman, 2005: 21-28) tujuan belajar itu ada tiga jenis ditinjau secara umum yaitu:

1. Untuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berfikir yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berfikir akan memperkaya pengetahuan. 2. Penanaman konsep dan keterampilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. Jadi soal keterampilan yang bersifat jasmani dan

rohani. Keterampilan jasmani adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan menitikberatkan pada

keterampilan gerak atau penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Sedangkan keterampilan rohani lebih abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, dan keterampilan berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep.

3. Pembentukan sikap

Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk ini dibutuhkan kecakapan dalam mengarahkan motivasi dan berfikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model.

Menurut Djamarah (2002:

perilaku berkat pengalaman dan latihan

perubahan tingkah laku baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Jadi, hakikatnya belajar adalah perubahan.

Anthony Robbins dalam Trianto (2011: 15), mendefinisikan Belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru .


(17)

10 (1) penciptaan hubungan,

(2) sesuatu hal (pengetahuan) yang sudah dipahami, (3) sesuatu (pengetahuan) yang baru.

Jadi dalam makna belajar, di sini bukan berangkat dari sesuatu yang benar-benar belum diketahui (nol), tetapi merupakan keterkaitan dari dua

pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru.

Pandangan Anthony Robbins senada dengan apa yang dikemukakan oleh (Trianto, 2011:15) bahwa belajar adalah suatu proses aktif di mana siswa membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada

pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimilikinya .

Menurut Hamalik (2004:57) embelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi (siswa dan guru), material (buku, papan tulis, kapur dan alat belajar), fasilitas (ruang, kelas audio visual), dan proses yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa secara umum pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik .

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perolehan tingkah laku yang baik secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

Berdasarkan uraian tersebut, pembelajaran bertujuan membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau norma yang


(18)

11 berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa menjadi bertambah, baik kuantitas maupun kualitasnya.

2.2 Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (2005:33) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai lima orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Pendapat tersebut sesuai dengan definisi pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Johnson dan johnson.

Perspektif motivasional pada pembelajaran kooperatif terutama

memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan di mana para siswa bekerja (Slavin,1993). Deutsch (1949) mengidentifikasikan tiga struktur tujuan:kooperatif, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu memberi kontribusi pada pencapaian tujuan anggota lain;kompetitif, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu menghalangi pencapaian tujuan anggota lainnya; danindividualistikdi mana usaha berorietasi tujuan dari tiap individu tidak memiliki konsekuensi apa pun bagi pencapaian tujuan anggota lainnya. Dari perspektif motivasional (seperti yang dikemukakan Johnson dkk,1981, dan Slavin, 1983a), struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi di mana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka bisa sukses. Slavin (1975:36) dan Slavin, DeVries, dan Hulten (1975) menemukan bahwa para siswa dalam kelompok kooperatif yang berhasil meraih prestasi membuktikan status sosial mereka di dalam kelas,


(19)

12 sedangkan di dalam kelas-kelas tradisional siswa-siswa seperti ini

kehilangan status. Perubahan ini akan sangat penting artinya dalam konsekuensi sosial kesuksesan akademis. Coleman (1961) menemukan bahwa siswa yang cerdas di sekolah menengah di mana pencapaian prestasi

daripada siswa cerdas di sekolah di mana bidang atletik dan pencapaian sosial lebih diutamakan. Brookover, Beady, Flood, Schweitze,Wisenbaken (1979) menemukan bahwa dukungan siswa untuk tujuan akademik

merupakan penentu pencapaian mereka (mengendalikan kemampuan dan kelas sosial).

Jelasnya, tujuan kooperatif menciptakan norma-norma yang pro-akademik di antara para siswa, dan norma-norma pro-akademik memiliki pengaruh yang amat penting bagi pencapaian siswa. (Robert E. Slavin, 2005 : 34-36)

Pembelajaran kooperatif memiliki saling ketergantungan positif, semua siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Aktifitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif siswa-siswa lebih termotivasi, percaya diri serta mampu membangun hubungan interpersonal.

Untuk membedakan model pembelajaran kooperatif dengan model-model pembelajaran yang lain, menurut Arends (1997:11) dalam

(Trianto, 2011 : 65-67) mengemukakan: -ciri pembelajaran kooperatif adalah:

1. Siswa bekerjasama dalam kelompok secara kooperatif.


(20)

13 sedang dan rendah.

3. Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku dan jenis kelamin yang berbeda-beda.

4. Penghargaan lebih berorientasi p

Berdasarkan ciri-ciri tersebut, yang paling menonjol dalam model

pembelajaran ini adalah adanya kerjasama dalam kelompok yang heterogen. Terjalinnya kerjasama tersebut dipengaruhi oleh beberapa prinsip dasar.

p-prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah;

1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.

2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yag sama.

3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.

4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi. 5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan

membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung

Pelaksanaan model pengajaran kooperatif memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif dan alur proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa. Terdapat enam fase dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran dimulai dari guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar, fase ini diikuti oleh penyajian informasi, seringkali dengan bacaan atau secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan kedalam tim-tim belajar untuk

bekerjasma mempelajari materi dengan cara berdiskusi mengerjakan LKS atau perangkat pembelajaran lainnya. Fase ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerjasama. Fase terakhir meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok dan evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari serta memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.


(21)

14 Urutan fase-fase dalam kegiatan pembelajaran kooperatif yang diuraikan oleh Ibrahim dkk dalam Trianto dapat diketahui dalam Tabel 1.

Tabel 1. Fase-Fase dalam pembelajaran kooperatif

Fase Kegiatan Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Fase 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase 4

Membimbing

kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Fase 5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Trianto, (2011 : 60)

Menurut Trianto, (2011:60) pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan untuk melatih keterampilan-keterampilan kerja sama dan kolaborasi, dan juga keterampilan-keterampilan tanya jawab.

Menurut Johnson & Johnson dan Sutton dalam Trianto (2011: 60-61), terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu:

1. Saling ketergantungan yang bersifat positif antar siswa. 2. Interaksi antar siswa yang semakin meningkat.

3. Tanggung jawab individual.

4. Keterampilian interpersonal dan kelompok kecil. 5. Proses kelompok.

Keuntungan dari model ini sebagai berikut :

1. Siswa mempunyai tanggung jawab dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran.


(22)

15 3. Meningkatkan ingatan siswa.

Penentuan kedudukan siswa sejalan dengan yang diungkapkan oleh Arikunto (2008: 263) yang menyatakan bahwa sebagian besar siswa di suatu kelas memiliki prestasi cukup (sedang), sedangkan sebagian kecil lainnya memiliki prestasi tinggi (pintar) dan rendah dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Penentuan kedudukan siswa sesuai dengan prestasi Interval Nilai

Kategori 8,1 10,0 Sangat tinggi

6,6 8,0 Tinggi

5,6 6,5 Sedang

4,1 5,5 Rendah

0,0 4,0 Sangat rendah

2.3. Model Pembelajaran Kooperatif TipeJigsaw

Model pembelajaran kooperatif tipeJigsawdikembangkan dan diuji oleh Eliot Aronson dan teman-teman dari Universitas Texas, dan diadopsi oleh Robert Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins.

Menurut Slavin (2005 : 107) mengemukakan bahwa:

Pembelajaran kooperatif tipeJigsawtelah dikembangkan dan diuji oleh Eliot Aronson dan kawan-kawan di Universitas Texas kemudian disempurnakan oleh Slavin dan kawan-kawan di Universitas Jhons Hopkins.

Menurut Trianto, (2011:73) Pembelajaran kooperatif tipeJigsawadalah tipe pembelajaran kooperatif yang sedikit berbeda dibandingkan dengan tipe STAD. Pada tipe STAD, siswa bekerja selalu pada kelompoknya atau


(23)

16 pasangannya, namun pada tipeJigsawada dua tahapan bekerja dalam

kelompok yang berbeda.

Menurut Trianto, (2011:73) langkah-langkah pembelajaranJigsaw: 1. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya

5-6 orang.

2. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.

3. Setiap anggota kelompok membaca subbab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya.

4. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk

mendiskusikannya.

5. Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar teman-temannya.

6. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu.

Persyaratan lain yang perlu disiapkan guru, antara lain: (1)Bahan kuis;

(2) Lembar Kerja Siswa (LKS);

(3) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Tabel 3. Ilustrasi yang Menunjukkan TimJigsaw

Kelompok Asal


(24)

17

Menurut Trianto (2011 : 73-74) sistem evaluasi padaJigsawsama dengan sistem evaluasi pada tipe STAD, yaitu pemberian skor nilai baik secara individual maupun kelompok.

ArtiJigsawdalam bahasa inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilahpuzzleyaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif modelJigsawini mengambil pola cara bekerja gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.

Model pembelajaran kooperatif modelJigsawadalah sebuah model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Seperti diungkapkan oleh Lie (1999 : 73)

pembelajaran kooperatif modelJigsawini

merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri empat sampai enam orang secaraheterogen

dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung A B C

A B C

A B C

A B C A B CA B C A B CA B C

A A A A A A

Kelompok Ahli


(25)

18

Menurut Rusman (2010 : 218) menyatakan bahwaJigsawmerupakan salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang fleksibel. Banyak riset telah dilakukan berkaitan dengan pembelajaran kooperatif dengan dasar

Jigsaw, Riset tersebut secara konsisten menunjukkan bahwa siswa yang terlibat di dalam pembelajaran model kooperatif modelJigsawini

memperoleh prestasi lebih baik, mempunyai sikap yang lebih baik dan lebih positif terhadap pembelajaran, di samping saling menghargai perbedaan dan pendapat orang lain.

Jhonson and Jhonson dalam (Rusman,2010 : 219) melakukan penelitian tentang pembelajaran kooperatif model jigsaw yang hasilnya menunjukkan bahwa interaksi kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perkembangan anak.

Pengaruh positif tersebut adalah: a. meningkatkan hasil belajar;

b. meningkatkan daya ingat;

c. dapat digunakan untuk mencapai taraf penalaran tingkat tinggi; d. mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individu); e. meningkatkan hubungan antar manusia yang heterogen;

f. meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah; g. meningkatkan sikap positif terhadap guru;

h. meningkatkan harga diri anak;

i. meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif; dan j. meningkatkan keterampilan hidup bergotong-royong.

Menurut Stephen, Sikes and Snapp (1978) dalam (Rusman,2010 : 220), mengemukakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif modelJigsaw

sebagai berikut:

a. siswa dikelompokkan ke dalam 1 sampai 5 anggota tim; b. tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda;


(26)

19 c. tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan;

d. anggota tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian atau subbab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka;

e. setelah selesai diskusi sebagian tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama;

f. tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi; g. gurumemberi evaluasi;

h. penutup.

2.4. Model Pembelajaran Kooperatif TipeSTAD

Salah satu model pembelajaran yang digunakan dalam usaha meningkatkan hasil belajar fisika siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Model pembelajaran tipe STAD ini dikembangkan oleh Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins.

Pembelajaran kooperatif STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.

Trianto, (2011:68) menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.


(27)

20 Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan.

Menurut Trianto, (2011:69) persiapan-persiapan tersebut antara lain: a. Perangkat Pembelajaran

Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran ini perlu dipersiapkan perangkat pembelajarannya, yang meliputi Rencana Pembelajaran (RP), Buku Siswa, Lembar Kegiatan Siswa (LKS) beserta lembar jawabannya.

b. Membentuk Kelompok Kooperatif

Menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa dalam kelompok adalah heterogen dan kemampuan antar satu kelompok dengan kelompok lainnya relatif homogen.

c. Menentukan Skor Awal

Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai ulangan sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah setelah ada kuis. d. Pengaturan Tempat Duduk

Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu juga diatur dengan baik, hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif apabila tidak ada pengaturan tempat duduk dapat menimbulkan kekacauan yang menyebabkan gagalnya

pembelajaran pada kelas kooperatif. e. Kerja Kelompok

Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerja sama kelompok. Hal ini


(28)

21 bertujuan untuk lebih jauh mengenalkan masing-masing individu dalam kelompok.

Langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD ini didasarkan pada langkah-langkah kooperatif yang terdiri atas enam langkah-langkah atau fase. Fase-fase dalam pembelajaran seperti dalam Tabel 4.

Tabel 4. Fase-Fase dalam pembelajaran kooperatif

Fase Kegiatan Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Fase 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar

melakukan transisi secara efisien. Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Ibrahim, dkk dalam Trianto (2011:71)

Penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru degan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut :

a. Menghitung skor individu

Menurut Slavin (2005:159) untuk memberikan skor perkembangan individu dihitung pada Tabel 5.

Tabel 5. Perhitungan Skor Perkembangan

Nilai Tes Skor Perkembangan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal

5 poin 10 poin dibawah sampai 1 poin di 10 poin


(29)

22 bawah skor awal

Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal

20 poin Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 poin Nilai sempurna (tanpa memerhatikan

skoe awal)

30 poin

b. Menghitung skor kelompok

Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor

perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlah semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok , diperoleh kategori skor kelompok tercantum pada Tabel 6. Tabel 6. Tingkat Penghargaan Kelompok

Rata-rata Tim Predikat

0

-Tim baik Tim hebat Tim super Sumber : Ratumanan, 2002 dalam Trianto (2011:72) c. Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok

Setelah masing-masing kelompok memperoleh predikat, guru memberikan hadiah atau penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan predikatnya.

Dalam membagi siswa ke dalam tim, seimbangkan timnya supaya (a) tiap tim terdiri atas level yang kinerjanya berkisar dari yang rendah, sedang dan tinggi, dan (b) level kinerja yang sedang dari semua tim yang ada di kelas hendaknya setara. Salah satu contoh pembagian tim dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Membagi Siswa ke dalam Tim


(30)

23

Siswa berprestasi tinggi

1 A 2 B 3 C 4 D 5 E 6 F 7 G 8 H Siswa berprestasi sedang 9 H 10 G 11 F 12 E 13 D 14 C 15 B 16 A 17 18 19 A 20 B 21 C 22 D 23 E 24 F 25 G 26 H Siswa berprestasi rendah 27 H 28 G 29 F 30 E 31 D 32 C 33 B 34 A

(Robert E. Slavin, 2005 : 150-152)

2.5. Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Hamalik (2004: 30) adalah suatu pencapaian usaha belajar yang dilakukan siswa dalam aktivitas belajar yang menentukan tingkat keberhasilan pemahaman siswa.


(31)

24 Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan unsur motoris. Unsur subjektif adalah unsur rohaniah sedangkan unsur motoris adalah unsur jasmaniah. Bahwa seseorang sedang berfikir dapat dilihat dari raut mukanya, sikapnya dalam rohaniahnya tidak bisa kita lihat. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut.

Adapun aspek-aspek itu adalah :

1. Pengetahuan, 6. Emosional,

2. Pengertian, 7. Hubungan sosial,

3. Kebiasaan, 8. Jasmani,

4. Keterampilan, 9. Etis atau budi pekerti,

5. Apresiasi, 10. Sikap.

Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses

pembelajaran.

Menurut Rusman, (2011: 13) penilaian dilakukan secara konsisten, sistematis, dan terprogram dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kierja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan atau produk, portofolio, serta penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan Standar Penilaian

Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran.


(32)

25

Pembelajaran merupakan pemberian bekal kepada siswa tersebut untuk mampu menghadapi dan mendapatkan pemecahan masalah dalam persoalan hidupnya. Pada proses perkembangannya pembelajaran merupakan

pengembangan kemampuan siswa. Karena siswa diharapkan lebih banyak bekerja dengan kemampuan yang dimilikinya dibantu dengan arahan yang diberikan oleh pendidik secara terus-menerus sehingga terciptalah interaksi pembelajaran yang berkaitan erat.

Proses pembelajaran yang baik adalah adanya interaksi yang timbal balik antara siswa dengan guru dan antara siswa dengan siswa. Interaksi yang baik ini juga menghendaki suasana pembelajaran yang tidak membosankan dan memicu motivasi yang terus-menerus sehingga hasil belajarnya baik pula. Fisika sebagai pelajaran yang dianggap sulit dalam proses penalaran dan aplikasinya menuntut guru untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Hal ini dilakukan agar siswa akan berusaha mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam proses pembelajaran fisika.

Pembelajaran yang berlangsung di SMA N 12 Bandar Lampung didominasi oleh guru. Sebagai ciri pembelajaran konvensioal, guru yang

mempresentasikan materi selanjutnya siswa diberi latihan sehingga siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran.

Dalam pembelajaran fisika pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dikelas sangat mempengaruhi ketercapaian tujuan pembelajaran. Pada penelitian ini terdapat dua variabel penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan pembelajaran dengan


(33)

26 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw(X1) dan

penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (X2) sedangkan variabel terikatnya adalah rata-rata hasil belajar fisika siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw(Y1) dan rata-rata hasil belajar fisika siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Y2).

Penelitian eksperimen ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa dengan menerapkn model pembelajaran kooperatif tipeJigsawdan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Model pembelajaran kooperatif, siswa dikelompokkan kedalam suatu kelompok yang mempunyai tingkat kemampuan berbeda. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas suatu konsep atau pokok bahasan kepada anggota-anggota kelompok yang lain sehingga anggota kelompok yang lain menguasai konsep tersebut.Proses pembelajaran secara berkelompok sebagai alternatif pemodelan belajar dapat melibatkan kerjasama yang positif antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. Ketergantungan positif inilah yang diharapkan akan mendapatkan hasil belajar fisika yang baik. Model pembelajaran secara berkelompok misalnya pembelajaran kooperatif yang terdiri dari berbagai tipe, diantaranya tipeJigsawdan tipe STAD mengelompokkan siswa berdasarkan kriteria tertentu atau secara heterogen dapat menyebabkan interaksi yang positif antara siswa.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang


(34)

27 dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda, saling bekerja sama dan membantu dalam menyelesaikan tugas. Kegiatan ini akan mendorong siswa untuk berperan aktif dalm proses pembelajaran. Pembelajaran kooperatif tipe STAD mengarahkan siswa untuk mencapai keberhasilannya sendiri dan juga membantu teman sesama anggota kelompok untuk bertanggung jawab atas keberhasilan kelompok mereka.

Dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa yang memiliki kemampuan yang tidak terlalu baik terhadap suatu konsep akan dibantu oleh siswa yang memiliki kemampuan lebih baik dalam konsep tersebut, dengan demikian penguasaan anggota kelompok diharapkan tidak terlalu berbeda. Apabila proses ini sering diterapkan dapat diperoleh hasil belajar yang baik.

Proses pembelajaran kooperatif tipeJigsawyang menekankan adanya pembagian kelompok ahli membuat pembelajarn ini lebih terarah

dibandingkan STAD, misalnya siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan tetapi mereka juga harus siap memberikan atau mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompok asal, dan diskusi sesama kelompok ahli memberikan gambaran yang jelas pada siswa untuk lebih mendalami materi yang menjadi tanggung jawab mereka. Apabila hal ini dapat terus-menerus diterapkan dan diasah agar siswa lebih bertanggung jawab terhadap anggota kelompok lainnya. Dengan proses yang telah dikemukakan, dan kelebihan yang dimiliki pembelajaran kooperatif tipe

Jigsawdapat diduga hasil belajar akan lebih baik, dibandingkan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diterapkan dalam waktu bersamaan.


(35)

28

Berikut ini dibuat bagan paradigma pemikiran untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kerangka pemikiran diatas:

X1 Y1

X2 Y2

Keterangan :

X1: Model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw

X2 : Model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Y1 : Rata-rata hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw

Y2 : Rata-rata hasil belajar dengan model kooperatif tipe STAD

C. Anggapan Dasar

Anggapan dasar penelitian berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pikir adalah:

1. Kedua kelas sampel memiliki kemampuan awal dan pengalaman belajar yang setara.

2. Setiap sampel penelitian memperoleh materi yang sama.

3. Faktor-faktor lain di luar penelitian tidak dilibatkan dalam penelitian ini. D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka teoritis yang telah diungkapkan diatas maka hipotesis eksperimen pada pembelajaran fisika siswa kelas X SMA N 12 Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2011/2012 yaitu:

Ada perbedaan hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika antara Y1 > Y2


(36)

29 model Kooperatif tipeJigsaw dan tipe STAD.


(37)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan:

Ada perbedaan hasil belajar fisika pada materi Suhu dan Kalor siswa yang disebabkan oleh perbedaan model pembelajaran (Kooperatif tipeJigsaw

dengan kooperatif tipe STAD). Hasil belajar fisika materi Suhu dan Kalor siswa pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsawlebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran tipe STAD.

B. Saran

Berdasarkan teori-teori yang melandasi operasional penelitian dan hasil

pengamatan serta temuan selama proses penelitian dilaksanakan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipeJigsawdapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru-guru di sekolah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada materi Suhu dan Kalor.

2. Bagi guru dalam menerapkan strategi pembelajaran Jigsaw, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan melalui lembar kerja kelompok perlu dirancang dengan tepat dan seksama. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak merasa


(38)

54 kehilangan semangat dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Selain bahasanya harus jelas dan mudah dimengerti juga pertanyaan-pertanyaan tersebut hendaknya terjangkau oleh pikiran siswa.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2008.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002.Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hadjar, Ibnu. 1999.Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam pendidikan. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada.

Hamalik, Oemar. 2004.Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hariane, Gusti Ngurah Agus. 2011.Perbandingan hasil belajar matematika dengan model pembelajaran tipe Jigsaw dan tipe STAD.Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Lie, Anita. 2007.Cooperatif Learning.Jakarta : Grafindo.

Priyatno, Duwi. 2010.Paham Analisis Statistik Data dengan SPSS.

Yogyakarat: MediaKom.

Rusman. 2011.Model Model Pembelajaran.Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada.

Sardiman, A.M. 2005Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada.

Slameto. 2003.Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, Robert E. 2008.Cooperatif Learning Teori, Riset dan Praktik.Bandung: Nusa Media. Penerjemah Narulita Yusron.


(40)

Sudjana. 2005.Metode Statistik. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2010.Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualititatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Trianto. 2011.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif : Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan .Jakarta: Kencana.


(41)

III.METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2011/2012 di SMA Negeri 12 Bandar Lampung. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang terdiri dari 10 kelas. Sampel menggunakan dua kelas yaitu kelas X3 dan kelas X6.

B. Populasi dan Sampel

Pada penelitian ini, populasi penelitian yang diambil merupakan seluruh siswa kelas X pada semester genap SMA Negeri 12 Bandar Lampung semester genap pada tahun pelajaran 2011/2012. Jumlah kelas X pada SMA Negeri 12 Bandar Lampung ada 10 kelas. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknikpurposive samplingyaitu teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono 2010:124). Pertimbangan tertentu yang dilakukan dalam memilih sampel adalah

berdasar prestasi hasil belajar siswa pada ujian tengah semester genap tahun ajaran 2011/2012 dengan prestasi yang sama atau setara antara dua kelas yang akan menjadi sampel sehingga dipilih sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X3dan kelas X6.


(42)

31

X1 O1 X2 O2

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang didasarkan pada studi eksperimen dengan menggunakan desainOne-Shot Case Study. Dengan pemberian perlakuan, kemudian diberikan soal ujian. Untuk mengetahui perbandingan model pembelajaran tehadap keterampilan hasil belajar siswa dengan menggunakan dua kelas eksperimen sebagai sampel penelitian. Pada penelitian ini siswa yang menjadi sampel penelitian dianggap memiliki kemampuan yang relatif sama dan siswa mendapatkan materi pelajaran yang sama. Penelitian ini dilakukan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran menggunakan dua model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif tipeJigsawdengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai variabel bebas, sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa.

Berikut adalah gambar desain penelitian yang akan digunakan:

Gambar 3.1 Desain eksperimenOne-Shot Case Study

Keterangan :

X1= perlakuan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw X2= perlakuan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD

O1 = nilai observasi hasil perlakuan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

O2= nilai observasi hasil perlakuan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD

(Sugiyono, 2010: 110) D. Variabel Penelitian


(43)

32 Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipeJigsaw(X1) dan pembelajaran kooperatif tipe STAD (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar menggunakan pembelajaran kooperatif tipeJigsaw(Y1) dan hasil belajar menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Y2).

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi pada ahir pembelajaran berupa soal uraian hasil belajar kognitif siswa pada saat ujian akhir atau ujian blok.

E. Analisis Instrumen

Sebelum instrumen digunakan dalam sampel, instrumen harus diuji terlebih dahulu dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas

1. Uji Validitas

Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk

mengevaluasinya harus valid. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium.

Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasiproduct momentyang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:


(44)

33

=

(

)(

)

{

(

) }{

(

) }

(Arikunto, 2008: 72)

Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen

0,05 maka koefisien korelasi tersebut signifikan.

Item yang mempunyai kerelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3.

(Sugiyono, 2010: 188) Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan kriterium uji bilacorrelated item total correlation

lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakanconstruckyang kuat (valid).

2. Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.

Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk

menghitung reliabilitas dapat digunakan rumusalpha, yaitu:

=


(45)

34 Di mana:

r11 = reliabilitas yang dicari

i2= jumlah varians skor tiap-tiap item t2 = varians total

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan

menggunakan SPSS 17.0 dengan model yang diukur berdasarkan skala 0 sampai 1.

Kuesioner dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan sebagai berikut:

1.

reliabel. 2.

3. 4. Nilai

5. .

Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan

menjumlahkan skor setiap nomor soal.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan data berbentuk tabel yang diperoleh dari data hasil belajar siswa berupa soal tes kemampuan hasil belajar fisika siswa yang berbentuk soal uraian pada aspek kognitif yang diperoleh dari skor ujian akhir atau ujian blok.


(46)

35 Adapun bentuk pengumpulan datanya berupa tabel yang dijelaskan pada Tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1 Data hasil belajar (test)

No. Soal

Rata-rata hasil belajar (Jigsaw)

Rata-rata hasil belajar (STAD) Nilai terendah Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai tertinggi

1 10 20 5 20

2 15 20 5 20

3 0 20 20 20

4 15 15 0 15

5 10 15 10 15

jumlah 50 90 40 90

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 1. Analisis Data

Untuk menganalisis peningkatan hasil belajar siswa digunakan skor hasil ujian observasi. Peningkatan skor hasil belajar merupakan indikator adanya peningkatan atau penurunan hasil belajar pada pembelajaran fisika dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Setelah mengikuti tes hasil belajar, siswa akan meperoleh suatu skor yang besarnya ditentukan dari banyaknya soal yang dapat dijawab dengan benar.

Proses analisis untuk hasil belajar siswa adalah sebagai berikut : a) Nilai rata rata hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus :

Rata rata hasil belajar siswa=


(47)

36 Untuk kategori nilai rata rata hasil belajar menggunakan Arikunto (2008: 245) yaitu :

Bila nilai siswa > 66, maka dikategorikan baik.

Bila 55 < nilai siswa > 66, maka dikategorikan cukup baik. Bila nilai siswa < 55, maka dikategorikan kurang baik.

2. Pengujian Hipotesis 1. Uji Normalitas

Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik

Kolmogrov-Smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya. Menurut Sudjana (2005: 466) terdiri atas dua rumusan hipotesis, yaitu:

O

H : data terdistribusi secara normal

1

H : data tidak terdistribusi secara normal

Pedoman pengambilan keputusan:

1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.

2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusinya adalah normal.


(48)

37 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 _____ 2 ____ 1 1 1 2 ) 1 ( ) 1 ( n n n n s n s n X X t

Jika data terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dalam penelitian menggunakan statistik parametrik tes.

1) Uji T Untuk Dua Sampel Bebas (Independent Sample T Test) Uji ini dilakukan untuk membandingkan dua sampel yang berbeda (bebas).Independent Sample T Testdigunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan.

Adapun hipotesis yang akan diuji adalah Hipotesis

O

H : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika antara pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1

H : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika antara pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Rumus perhitunganIndependent Sample T Testadalah sebagai berikut :

Dimana t adalah t hitung. Kemudian t tabel dicari pada tabel distribusi t dengan = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-2.


(49)

38

Setelah diperoleh besar t hitung dan t tabel maka dilakukan pengujian dengan kriteria pengujian sebagai berikut : Kriteria pengujian

a. HO diterima jika -t tabel t hitung t tabel

b. HO ditolak jika-t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

a. Jika nilai signifikansi(2-tailed) atau nilai probabilitas > 0,025 maka HO diterima.

b. Jika nilai signifikansi(2-tailed)atau nilai probabilitas < 0,025 maka HO ditolak.

(Priyatno, 2010:32-41)

2) Uji Data Dua Sampel Tidak Berhubungan (Independen)

Pada penelitian ini jika data tidak terdistribusi normal maka untuk menguji data dari dua sampel yang tidak berhubungan

menggunakan Uji Mann-Whitney. Hipotesis

O

H : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika antara pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD.


(50)

39

1

H : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika antara pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

a. Jika nilai signifikansi(2-tailed)atau nilai probabilitas > 0,025 maka HO diterima.

b. Jika nilai signifikansi(2-tailed)atau nilai probabilitas < 0,025 maka HO ditolak.


(1)

Di mana:

r11 = reliabilitas yang dicari

i2= jumlah varians skor tiap-tiap item t2 = varians total

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan

menggunakan SPSS 17.0 dengan model yang diukur

berdasarkan skala 0 sampai 1.

Kuesioner dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan sebagai berikut:

1.

reliabel. 2.

3. 4. Nilai

5. .

Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan

menjumlahkan skor setiap nomor soal.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan data berbentuk tabel yang diperoleh dari data hasil belajar siswa berupa soal tes kemampuan hasil belajar fisika siswa yang berbentuk soal uraian pada aspek kognitif yang diperoleh dari skor ujian akhir atau ujian blok.


(2)

Adapun bentuk pengumpulan datanya berupa tabel yang dijelaskan pada Tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1 Data hasil belajar (test) No.

Soal

Rata-rata hasil belajar (Jigsaw)

Rata-rata hasil belajar (STAD) Nilai

terendah

Nilai tertinggi

Nilai terendah

Nilai tertinggi

1 10 20 5 20

2 15 20 5 20

3 0 20 20 20

4 15 15 0 15

5 10 15 10 15

jumlah 50 90 40 90

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Analisis Data

Untuk menganalisis peningkatan hasil belajar siswa digunakan skor hasil ujian observasi. Peningkatan skor hasil belajar merupakan indikator adanya peningkatan atau penurunan hasil belajar pada pembelajaran fisika dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Setelah mengikuti tes hasil belajar, siswa akan meperoleh suatu skor yang besarnya ditentukan dari banyaknya soal yang dapat dijawab dengan benar.

Proses analisis untuk hasil belajar siswa adalah sebagai berikut : a) Nilai rata rata hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus :

Rata rata hasil belajar siswa=


(3)

Untuk kategori nilai rata rata hasil belajar menggunakan Arikunto (2008: 245) yaitu :

Bila nilai siswa > 66, maka dikategorikan baik.

Bila 55 < nilai siswa > 66, maka dikategorikan cukup baik. Bila nilai siswa < 55, maka dikategorikan kurang baik.

2. Pengujian Hipotesis 1. Uji Normalitas

Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik

Kolmogrov-Smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya. Menurut Sudjana (2005: 466) terdiri atas dua rumusan hipotesis, yaitu:

O

H : data terdistribusi secara normal

1

H : data tidak terdistribusi secara normal

Pedoman pengambilan keputusan:

1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.

2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusinya adalah normal.


(4)

2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 _____ 2 ____ 1 1 1 2 ) 1 ( ) 1 ( n n n n s n s n X X t

Jika data terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dalam penelitian menggunakan statistik parametrik tes.

1) Uji T Untuk Dua Sampel Bebas (Independent Sample T Test) Uji ini dilakukan untuk membandingkan dua sampel yang berbeda (bebas).Independent Sample T Testdigunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan.

Adapun hipotesis yang akan diuji adalah Hipotesis

O

H : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika antara pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1

H : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika antara pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Rumus perhitunganIndependent Sample T Testadalah sebagai berikut :

Dimana t adalah t hitung. Kemudian t tabel dicari pada tabel distribusi t dengan = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-2.


(5)

Setelah diperoleh besar t hitung dan t tabel maka dilakukan pengujian dengan kriteria pengujian sebagai berikut : Kriteria pengujian

a. HO diterima jika -t tabel t hitung t tabel

b. HO ditolak jika-t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

a. Jika nilai signifikansi(2-tailed) atau nilai probabilitas > 0,025 maka HO diterima.

b. Jika nilai signifikansi(2-tailed)atau nilai probabilitas < 0,025 maka HO ditolak.

(Priyatno, 2010:32-41)

2) Uji Data Dua Sampel Tidak Berhubungan (Independen)

Pada penelitian ini jika data tidak terdistribusi normal maka untuk menguji data dari dua sampel yang tidak berhubungan

menggunakan Uji Mann-Whitney. Hipotesis

O

H : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika antara pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD.


(6)

1

H : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika antara pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

a. Jika nilai signifikansi(2-tailed)atau nilai probabilitas > 0,025 maka HO diterima.

b. Jika nilai signifikansi(2-tailed)atau nilai probabilitas < 0,025 maka HO ditolak.


Dokumen yang terkait

Perbandingan antara model pembelajaran cooperative learning tipe stad dengan pembelajaran konvensional dalam rangka meningkatkan hasil belajar PAI (eksperimen kelas XI SMA Negeri 3 Tangerang)

2 14 159

Pengaruh Teknik Gnt Pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Smp Kelas Vii Pada Konsep Organisasi Kehidupan

1 21 280

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA PADA KONSEP IKATAN KIMIA (Kuasi Eksperimen di SMA Dharma Karya UT Tangerang Selatan)

0 13 259

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Student Team Achievement Divisions) STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD

1 6 165

Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar Antara Siswa Yang Diajar Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dengan Pembelajaran Konvensional Pada Konsep Protista

0 18 233

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Pengaruh Penggunaan Model Kooperatif Tipe Jigsaw Menggunakan Strategi Peta Konsep (Concept MAP) Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa

0 25 295

Peningkatan hasil belajar PKN siswa kelas IV MI Attaqwa Bekasi Utara melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

0 5 152

PERBEDAAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

1 2 13