31
MATERI POKOK 3. PEMBESARAN DI KOLAM TERPAL
Teknologi kolam terpal berkembang dari budidaya lele. Kolam terpal pertama kali ditemukan dan diujicobakan pada tahun 1999 oleh Bapak Mujarob, seorang petani di Bekasi, Jawa Barat. Tujuannya
adalah apabila banjir ikan tidak hilang hanyut terbawa banjir. Kini, budidaya terpal telah berkembang di beberapa daerah dan penggunaanya tidak lagi terbatas pada komoditas ikan lele, tetapi juga
gurame Osphronemus gouramy, patin Pangasius nilotica, belut Monopterus albus, lobster air tawar Cherax sp, dan berbagai ikan hias.
A. Lokasi untuk Kolam Terpal
Kolam terpal merupakan salah satu alternatif teknologi budidaya yang diterapkan pada lahan sempit, lahan minim air, atau lahan yang tanahnya porous, terutama tanah berpasir. Artinya kolam
terpal merupakan salah satu solusi untuk pengembangan budidaya ikan di lahan kritis dan sempit. Manfaat lahan sempit atau kritis untuk pembangunan kolam terpal perlu beberapa
pertimbangan, antara lain :
1. Pertimbangan teknis
Kolam terpal dapat dibangun di beberapa tempat, termasuk di halaman rumah, bekas garasi mobil, atau bekas gedung. Beberapa faktor yang perlu di pertimbangkan dalam membangun kolam
terpal adalah sebagai berikut : a
Ada sumber air untuk mengisi kolam terpal. Sumber air tersebut dapat berasal dari air sumur, air PAM, air hujan yang ditampung, dan lain-lain yang layak digunakan. Lebih ideal
lagi jika kolam terpal mendapat pasokan dari sungai, saluran irigasi, waduk, atau danau. b
Ketinggian lokasi perlu diperhatikan karena terkait dengan suhu air. Untuk budidaya ikan lele, ketinggian yang cocok adalah 0-700 m dpl diatas permukaan .
c Ukuran ikan lele yang hendak dipelihara perlu diperhatikan karena terkait dengan kedalaman
air di dalam kolam, misalnya benih lele cocok dipelihara pada kedalaman air 30-40 cm. Untuk menampung air sedalam 40 cm, cukup dibuat kolam dengan ketinggian atau kedalaman
sekitar 60 cm.
d Dasar tanah untuk peletakan kolam terpal harus rata, begitu pula kerangka yang digunakan
tidak berbahaya tajam yang dapat membuat terpal sobek. Bila tanah tidak rata, sebaiknya diberi lapisan dari pelepah batang pisang atau sekam padi. Selain berfungsi meratakan
tanah, kedua bahan dapat menstabilkan suhu. e
Untuk kolam yang dibangun di daerah pemukiman penduduk, perlu dipikirkan penanganan limbah air kolam. Perlu diupayakan penampungan untuk buangan air limbah sehingga air
limbah dari pemeliharran ikan dapat di olah lebih dahulu sebelum dibuang ke saluran umum. Selain itu, dapat pula membangun bak atau sumur resapan untuk menampung limbah yang
di buang, atau membangun saluran permanen, yang terhubung langsung dengan sungai atau kanal besar.
32
2. Pertimbangan sosial-ekonomi
Budidaya ikan lele di kolam terpal juga perlu pertimbangan faktor sosial- ekonomi, antara lain : a
Lokasi yang dipilih untuk memelihara lele dengan kolam terpal bukanlah lokasi sengketa. Sekalipun kolam terpal mudah dibongkar dan dipindahkan, namun sebaiknya lokasi yang
dipersengketakan tidak dipilih karena dapat merugikan. b
Dekat dengan daerah pengembangan budidaya ikan lele sehingga memudahkan memperoleh induk atau benih.
c Tersedia sarana dan prasaran trasportasi yang memadai untuk memudahkan pengadaan alat,
bahan, trasportasi benih, hasil panen dan lain-lain. d
Adanya alat dan bahan disekitar lokasi atau pengadaanya mudah. e
Pasar cukup terbuka untuk menampung produksi, baik baik pasar lokal maupun pasar ekspor, serta harga yang cukup memadai.
f Lokasi cukup aman dari berbagai gangguan, baik hewan-hewan liar maupun gangguan
manusia pencurian. Atau ada cara efektif untuk mengatasi gangguan tersebut. g
Adanya sumber energi listrik untuk penerangan dan kebutuhan lainya. h
Adanya dukungan dari pihak-pihak terkait, misalnya permodalan dan lain-lain. Untuk petani ikan kecil, dukungan juga dapat berupa penyuluhan teknis dan pemasaran hasil.
B. Membuat Kolam