Kajian Kemitraan pengelolaan air Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang

(1)

KAJIAN KEMITRAAN PENGELOLAAN AIR

TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU

DI KECAMATAN SENDURO, KABUPATEN LUMAJANG

ARDIANSYAH

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010


(2)

KAJIAN KEMITRAAN PENGELOLAAN AIR

TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU

DI KECAMATAN SENDURO, KABUPATEN LUMAJANG

ARDIANSYAH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010


(3)

RINGKASAN

ARDIANSYAH. Kajian Kemitraan Pengelolaan Air Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang. Dibimbing oleh HARYANTO R. PUTRO dan AGUS PRIYONO.

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) merupakan salah satu kawasan pelestarian alam yang dikelola pelibatan masyarakat. Kerjasama yang dilakukan antara lain berupa pengelolaan air yang diwujudkan melalui pengelolaan kolaboratif dan dilakukan melalui perjanjian kerjasama antara pihak balai taman nasional dengan pihak mitra.

Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi kemitraan yang terdapat dalam pengelolaan air TNBTS dan memberikan rekomendasi pelaksanaan kerjasama berdasarkan hasil analisis dampak dan permasalahan kemitraaan serta evaluasi terhadap sistem kemitraan. Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kemitraan pengelolaan air yang berlaku di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru serta berguna sebagai pertimbangan bagi pihak pengelola dan pihak mitra dalam menindaklanjuti sistem kemitraan.

Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2009-Januari 2010 di Kantor Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, PDAM Kabupaten Lumajang, dan Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang. Data yang berhubungan dengan proses kesepakatan kemitraan digunakan untuk mengidentifikasi sistem kemitraan. Analisis stakeholder didasarkan pada identifikasi akses kepentingan dan peran dan fungsi para pihak. Stakeholder dikelompokkan menurut analisis 4R serta kriteria pengaruh dan tingkat kepentingan. Analisis permasalahan dilakukan menurut tabulasi data dan pembandingan kondisi menurut observasi. Sedangkan evaluasi kemitraan dilakukan menurut pendekatan metode analisis deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerjasama pengelolaan air yang diterapkan TNBTS dilakukan melalui kemitraan dalam skala pemerintah daerah kabupaten. Kemitraan ini dilakukan dengan cara kesepakatan dengan pihak mitra yang berkepentingan melalui penandatanganan MoU berupa perijinan pembangunan instalasi air bersih dengan PDAM kabupaten dan pihak pemerintah desa. Dampak secara sosial ekonomi yang didapat dari kemitraan pengelolaan air TNBTS diantaranya adalah manfaat dalam hal aspek jaminan kemanfaatan sumberdaya, terpeliharanya kelestarian kawasan, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat secara lebih baik. Permasalahan kemitraan meliputi pelaksanaan kerjasama yang tidak sesuai aturan perundang-undangan, kurangnya koordinasi antara masing-masing pihak, tidak terpenuhinya hak pihak pengelola kawasan dan kewajiban pihak mitra, serta kurangnya evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pemanfaatan air. Berdasarkan evaluasi, dapat disimpulkan bahwa secara umum kemitraan telah berlangsung cukup baik namun perlu pembenahan aturan kebijakan dan peningkatan koordinasi dari berbagai pihak untuk berbagi peran dan tanggung jawab.

Kata Kunci: Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, stakeholder, air, masyarakat


(4)

SUMMARY

ARDIANSYAH. Assessment of Partnership Water Management in Bromo Tengger Semeru National Park in District Senduro, Lumajang. Supervised by HARYANTO R. PUTRO and AGUS PRIYONO.

Bromo Tengger Semeru National Park (BTSNP) is one of protected area that is managed by involving local people. The collaborative management in this national park is carried out in term of partnership water management by signing agreement of collaboration between national park and some partners.

The aims of this study are to identify the partnership water management at BTSNP and finally give recommendation concerning collaboration of water management based on analysis result of impact and partnership problem and evaluation of partnership system. This study hopefully can give information about partnership water management at BTSNP and be useful as consideration to manager and partners for the future partnership.

This study was conducted during December 2009 - January 2010 at BTSNP Office, PDAM of Lumajang Regency, and Senduro District, Lumajang Regency. Data related about process of partnership agreement was needed to understand partnership system of water management there. Stakeholder analysis was based on identification of interest access, role and function of each stakeholder. The stakeholders then were classified using 4R analysis and criteria of impacts and level of interest. The problem analysis was tabulated and compired to observation result. The evaluation of partnership was conducted using qualitative and descriptive method.

The result shows that collaborative water management at BTSNP is in term of partnership at level of regency. The partnership is stated through Memorandum of Understanding (MoU) between PDAM and village government about clean water instalation. Socio economic impact from partnership water management at BTSNP among others are guarranty of resources utilization, protection of area and community prosperity. Some problems consist of unappropriate between partnership realization and government policy, lack of coordination among stakeholders, the area manager’s right and partner’s duties are not fulfilled, lack of evaluation and reporting concerning water utilization. Based on evaluation, it can be concluded that generally the partnership has been conducted fairly but it should refer to the government policy and increases coordination concerning each partner’s roles and responsibilities.


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Kajian Kemitraan Pengelolaan Air Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang” adalah benar-benar hasil kerja saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2010

Ardiansyah E34050888


(6)

Judul Skripsi: Kajian Kemitraan Pengelolaan Air Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang Nama : Ardiansyah

NIM : E34050888

Menyetujui : Komisi Pembimbing,

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Haryanto R. Putro, MS. Ir. Agus Priyono, MS. NIP : 19600928 198503 1 004 NIP : 19610812 198601 1 001

Mengetahui :

Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor,

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS. NIP : 19580915 198403 1 003


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 2 Agustus 1987 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara pasangan H. Agus Salim dan Hj. Sadiyah.

Pada tahun 2005 penulis lulus dari SMU Negeri 49 Jakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Pada tahun 2006 penulis mulai aktif menempuh pendidikan di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif pada sejumlah organisasi kemahasiswaan diantaranya sebagai ketua Kelompok Fotografi Konservasi “FOKA” HIMAKOVA periode 2008, staff IFSA LC IPB pada tahun 2007-2008, dan staff BEM KM IPB periode 2008-2009. Semasa kuliah penulis telah mengikuti kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Cagar Alam/Taman Wisata Alam Kamojang - Cagar Alam Leuweung Sancang, Garut Jawa Barat pada tahun 2007, serta Praktek Umum Konservasi Ex-situ Satwaliar (PUKES) di Taman Mini Indonesia Indah dan Taman Sringanis pada tahun 2008. Pada tahun 2009 penulis juga mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur. Kegiatan lapang yang pernah diikuti penulis diantaranya adalah Studi Konservasi Lingkungan “SURILI” HIMAKOVA di Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Sulawesi Selatan (2007) dan di Taman Nasional Bukit Baka - Bukit Raya, Kalimantan Barat (2008), survey vegetasi tumbuhan HCVF’s Semenanjung Kampar (2010) dan survey pencemaran lingkungan DAS Ciliwung (2010).

Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Kajian Kemitraan Pengelolaan Air Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang dibimbing oleh Ir. Haryanto R. Putro, MS. dan Ir. Agus Priyono, MS.


(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahirobil’alamin. Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat dan kesempatan kepada penulis sehingga karya tulis ini mencapai tahap selesai dalam pengerjaannya.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu memberikan bimbingan, bantuan, dukungan, dan doa yang akan selalu penulis syukuri. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Haryanto R. Putro, MS dan Bapak Ir. Agus Priyono, MS sebagai pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan arahan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Papa dan Mama tersayang yang telah mencurahkan kasih sayang, doa yang tulus, dukungan moril dan materil, serta kakak dan adikku atas motivasi untuk terus belajar tentang banyak hal.

3. Bapak Ir. Ahmad Hajdib, MS, Bapak Ir. Iwan Hilwan, MS, dan Ibu Arinana, S.Hut, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan bagi penyempurnaan skripsi ini.

4. Pihak Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru serta seluruh pegawai kantor balai atas izin yang diberikan untuk melakukan penelitian serta dokumen dan informasi data.

5. Bapak Hady Suyitno, SE, MP. selaku Kepala SPTN 3 Senduro, Bapak Eko Herawanto selaku Kepala Resort Seroja, serta Pak Agus Jatmiko atas pengarahannya selama di lapangan.

6. Bapak Toni Artaka, S.Hut, Ma’ruf Hadi, S.Hut selaku pembimbing lapang atas bantuan teknis serta izin penggunaan sarana prasarana kantor resort. 7. Ibu Evi, Bapak As’ad, dan Bapak Kamil selaku pegawai PDAM atas bantuan

data dan informasi.

8. Para pegawai Pemerintah Daerah Kabupaten Lumajang, Biro Pusat Statistik, Dinas Kehutanan dan Pekerjaan Umum, Kecamatan Senduro, Desa Argosari, Desa Kandang Tepus, dan Desa Burno atas bantuan informasi dan izin penggunaan data.


(9)

9. Masyarakat Kecamatan Senduro khususnya dan Kabupaten Lumajang pada umumnya atas kesempatan tinggal sementara dan berbagi informasi.

10. Kepala dan seluruh staff TU DKSHE IPB atas bantuannya demi kelancaran proses penyusunan skripsi ini.

11. Teman-teman Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan & Ekowisata angkatan 42 (Tarsius 42) atas jalinan persahabatan dan kebersamaannya selama masa studi.

12. Seluruh keluarga besar FORMALIN 49, HIMAKOVA, FOKA, IFSA LC IPB, serta Kabinet Gemilang BEM KM IPB atas kebersamaan dalam organisasi dan semua pengalaman serta motivasi untuk melakukan hal yang terbaik.

13. Robiatul Awaliyah, S.Si. atas semua dukungan, kasih sayang, dan kebersamaan. Semoga kita dapat meraih segala cita-cita di masa depan. 14. Penghuni kos Pondok Gaharu, Pondok Mandala, dan Wisma Maliyan untuk

kenangan tinggal dalam satu atap kebersamaan.

15. Bantuan yang amat berharga untuk diskusi pengayaan dan bahan skripsi kepada Wulandari dan Dina Fatmasari (KPM 43).

16. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini dan tidak dapat disebutkan satu-persatu.


(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam atas limpahan nikmat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kajian Kemitraan Pengelolaan Air Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini membahas tentang isu kerjasama pengelolaan taman nasional yang masih menjadi masalah dalam meningkatkan efektivitas dan kinerja dalam pelaksanaan kebijakan konservasi di lapangan. Salah satunya adalah tentang penggunaan sumberdaya berupa air yang bersumber dari kawasan lindung dan dimanfaatkan oleh banyak pihak terutama bagi masyarakat di sekitar kawasan. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru merupakan salah satu kawasan dengan kepentingan air yang melibatkan banyak pihak, sehingga pengkajian mengenai aspek kemitraan pengelolaan air perlu dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak pengelola dan para pihak yang bermitra dalam rangka meningkatkan kualitas kerjasama di masa mendatang.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun demikian penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pihak. Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ir. Haryanto R. Putro, MS. dan Bapak Ir. Agus Priyono, MS. yang telah membimbing penulis hingga skripsi ini terselesaikan.

Bogor, Desember 2010 Penulis


(11)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BABII TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Pengelolaan Sumberdaya Air Taman Nasional Bromo Tengger Semeru 5 2.2 Pemerintah Daerah dan Lembaga Pengelola Air ... 7

2.3 Pengelolaan Kolaboratif dan Kemitraan ... 10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 13

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 13

3.2 Objek dan Alat Penelitian ... 13

3.3 Jenis Data ... 13

3.3.1 Jenis data untuk mengetahui sistem kemitraan ... 13

3.3.2 Jenis data untuk mengetahui sikap masyarakat ... 13

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 14

3.4.1 Studi literatur ... 14

3.4.2 Observasi dan wawancara ... 15

3.5. Pengolahan dan Analisis Data... 17

3.5.1 Sistem kemitraan ... 17

3.5.2 Analisis stakeholder...18

3.5.3 Sosial ekonomi masyarakat ... 21

3.5.4 Permasalahan kemitraan ... 21


(12)

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ... 23

4.1 Letak dan Luas ... 23

4.2 Kondisi Fisik Kawasan ... 24

4.2.1 Kondisi Geografis ………24

4.2.2 Iklim dan Curah Hujan ……….24

4.2.3 Luas dan Tata Guna Lahan ………..24

4.3 Sosial Ekonomi Masyarakat ... 25

4.3.1 Kependudukan ………..25

4.3.2 Sarana dan Prasarana Umum ………...……....26

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

5.1 Sistem Kemitraan ... 29

5.1.1 Analisis isi surat kesepakatan kemitraan ... 29

5.1.1.1 Kemitraan antara Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dengan PDAM Kabupaten Lumajang ....29

5.1.1.2 Kemitraan antara Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dengan Pemerintah Desa Argosari ...31

5.1.2 Analisis stakeholder ... 35

5.1.2.1 Identifikasi stakeholder ...35

5.1.2.2 Akses kepentingan stakeholder ...37

5.1.2.3 Peran dan fungsi stakeholder ...38

5.1.2.4 Klasifikasi stakeholder menurut analisis 4R ...41

5.1.2.5 Klasifikasi stakeholder menurut tingkat kepentingan dan pengaruh ...47

5.2 Sosial Ekonomi Masyarakat ... 51

5.2.1 Aspek demografi... 51

5.2.2 Dampak kemitraan terhadap sosial ekonomi masyarakat ... 52

5.2.3 Harapan terhadap kemitraan ... 59

5.3 Permasalahan Kemitraan ... 59

5.3.1 Pelaksanaan kerjasama yang belum sesuai peraturan perundang- undangan ………..61

5.3.2 Belum terpenuhinya sebagian hak dan kewajiban pihak yang bermitra ………61


(13)

5.3.3 Lemahnya koordinasi antara masing-masing stakeholder ....…62

5.3.4 Kurangnya evaluasi dan laporan pelaksanaan pemanfaatan air 64 5.4 Evaluasi Sistem Kemitraan ... 64

5.4.1 Evaluasi kemitraan pengelolaan air TNBTS ………64

5.4.2 Pembelajaran kasus lain sebagai sebuah alternatif strategi kemitraan ...66

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 69

6.1 Kesimpulan ... 69

6.2 Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71


(14)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Sumber air di kawasan TNBTS yang dimanfaatkan oleh masyarakat

Kabupaten Lumajang ... 5

2. Danau di kawasan TNBTS yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kabupaten Lumajang ... 5

3. Kriteria dan tujuan pengelolaan sumberdaya air ... 6

4. Kebutuhan dasar air bersih penduduk Indonesia ... 6

5. Jenis data untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap sistem kemitraan pengelolaan air TNBTS ... 14

6. Metode pengumpulan data ... .15

7. Tiga prinsip dalam panduan evaluasi kemitraan ... 22

8. Jenis dan luas penggunaan lahan di Kecamatan Senduro ... 24

9. Jumlah penduduk Kecamatan Senduro menurut kelompok umur dan jenis kelamin ... 25

10. Jumlah penduduk Kecamatan Senduro menurut pemeluk agama ... 26

11. Jumlah penduduk Kecamatan Senduro menurut mata pencaharian ... 26

12. Fasilitas pelayanan pendidikan dan kesehatan yang terdapat di Kecamatan Senduro ... 26

13. Kapasitas produksi PDAM Lumajang ... 27

14. Analisis isi kesepakatan kemitraan antara Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dengan PDAM Kabupaten Lumajang ... 29

15. Analisis isi kesepakatan kemitraan antara Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dengan Desa Argosari ... 31

16. Peraturan perundang-undangan terkait kemitraan pengelolaan air TNBTS.... 33

17. Daftar hak, tanggung jawab, dan manfaat masing-masing stakeholder ... 42

18. Perbandingan antara stakeholder dari segi hak, tanggung jawab, dan manfaat ... 43

19. Hubungan antar stakeholder dalam sistem kemitraan ... 45

20. Klasifikasi stakeholder menurut tingkat kepentingan dan pengaruh ... 47

21. Empat strategi pengelolaan hubungan stakeholder ... 50

22. Data produksi PDAM unit Senduro ... 56

23. Potensi pemakaian air permukaan dari Hutan Lindung Sungai Wain per tahun ... 57


(15)

24. Hasil evaluasi sistem kemitraan pengelolaan air di TNBTS ... 65 25. Dimensi dan indikator kerjasama pengelolaan dalam model kolaborasi


(16)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Kerangka pemikiran penelitian . ... 3

2. Peta Wilayah Kecamatan Senduro ... 23

3. Tingkat kepentingan para pihak ... 38


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Peta Jaringan Pipa Layanan PDAM Unit Senduro ... 74

2. Panduan Wawancara Kelembagaan ... 75

3. Panduan Wawancara Masyarakat ... 76

4. Rekapitulasi Hasil Wawancara Kelembagaan ... 77

5. Rekapitulasi Hasil Wawancara Masyarakat ... 81

6. Perjanjian Kerjasama ... 82

7. Dokumentasi Pemanfaatan Air Melalui PDAM ... 89


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dunia konservasi kehutanan pada saat ini sedang menggalakkan suatu paradigma baru dalam mengelola kawasan konservasi. Paradigma baru ini berupa pengusahaan hutan dengan didukung kerjasama kelembagaan yang kuat dalam pengelolaannya. Paradigma baru tersebut di Indonesia diwujudkan dalam bentuk kemitraan dalam rangka perlindungan dan pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan ekosistem.

Air sebagai kebutuhan hidup manusia memegang peranan yang sangat penting dalam mencukupi kebutuhan masyarakat sehari-hari. Keberadaannya yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia sangat tergantung dari kondisi ekosistem yang ada di sekitarnya. Sebagai kawasan pelestarian alam yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam tujuan termasuk pemanfaatan sumberdaya alam, taman nasional merupakan wilayah yang menyimpan potensi sebagai penyedia air yang penggunaannya dilakukan oleh banyak pihak terutama bagi masyarakat di sekitar kawasan.

Taman nasional sebagai kawasan konservasi yang memiliki tiga fungsi utama yaitu dalam hal perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan juga menerapkan paradigma baru, yaitu melalui misi pengembangan kelembagaan dan kemitraan dalam pengelolaan taman nasional. Kegiatan pelibatan mitra yang dilakukan oleh pihak taman nasional salah satunya adalah kerjasamapengelolaan dengan pihak mitra, termasuk yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya hayati dan ekosistem yang ada didalamnya secara lestari. Dalam pasal 47 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, para pihak berkewajiban terhadap perlindungan kawasan hutan dalam usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, hewan, kebakaran, gejala alam, hama, dan penyakit serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat, dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi, dan perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.


(19)

Sistem pengelolaan yang berlaku di taman nasional berada langsung dibawah pemerintah pusat, dalam hal ini Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Secara mandiri taman nasional mempunyai kewenangan dengan tanggung jawab langsung kepada pemerintah pusat. Di sisi lain, dalam UU Nomor 41 Tahun 1999, penyelenggaraan kehutanan pemerintah pusat juga dilimpahkan sebagian kewenangannya kepada pemerintah daerah dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas pengurusan hutan pada pengembangan otonomi daerah.

Pemerintah daerah, dalam hal ini sebagai pemangku wilayah juga berkewajiban dalam menyelenggarakan perlindungan hutan dan konservasi alam agar fungsi lindung, fungsi konservasi, dan fungsi produksi, tercapai secara optimal dan lestari. Salah satu aspek yang melingkupi kegiatan tersebut adalah pengelolaan air, dalam hal ini yang melibatkan kepentingan para pihak yaitu taman nasional maupun pihak mitra di daerah. Sedemikian pentingnya hingga dari pandangan tersebut, maka diperlukan semacam kesepahaman antara pihak mitra dan pihak taman nasional dalam menjalankan kerjasama khususnya dalam pengelolaan pemanfaatan air yang ada dalam lingkup wilayah yang sama.

Secara umum, sistem kerjasama pengelolaan air yang diterapkan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dilakukan dalam skala pemerintah daerah tingkat II dengan cara kesepakatan dengan pihak mitra yang berkepentingan melalui kerjasama dengan PDAM kabupaten dan pihak desa. Pada proses yang telah berlaku di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, kerjasama dilakukan melalui surat kesepakatan dengan PDAM Kabupaten Lumajang dan Desa Argosari. Seiring berjalannya waktu, maka dirasakan perlu untuk dilakukan kajian tentang kemitraan pengelolaan air antara taman nasional dengan pihak-pihak tersebut, dalam hal ini kedua kerjasama yang berlaku di Kecamatan Senduro digunakan sebagai objeknya. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui pelaksanaan proses dan besarnya pengaruh kegiatan kerjasama yang ada terhadap masing-masing pihak yang terkait didalamnya.


(20)

1.2 Kerangka Pemikiran Penelitian

Sistem kemitraan pengelolaan air BB TNBTS - PDAM

Sikap masyarakat terhadap sistem kemitraan pengelolaan air

Proses pelaksanaan sistem kemitraan pengelolaan air Dampak dan permasalahan dan kemitraan

Metode pengumpulan data : a. Studi literatur

b. Observasi dan wawancara kelembagaan dan masyarakat

Sosial ekonomi masyarakat: a. Parameter Demografi b. Wawancara Masyarakat Sistem kemitraan:

a. Proses kesepakatan kemitraan b. Analisis stakeholder

c. Dampak sosial ekonomi kemitraan d. Permasalahan kemitraan

Untuk menganalisis karakteristik pihak mitra digunakan analisis peran dan fungsi stakeholder, analisis 4R, dan klasifikasi stakeholder menurut tingkat

kepentingan dan pengaruh

Untuk menganalisis sikap masyarakat dilakukan secara deskriptif berdasarkan observasi dan wawancara

mendalam

Evaluasi terhadap sistem kemitraan pengelolaan air antara BB TNBTS dengan pihak mitra

Akomodasi kepentingan dan pengelolaan dampak antar stakeholder

akan menjadikan kemitraan lebih berfungsi dengan baik Analisis Data

Sintesis Data

Pengelolaan kolaboratif taman nasional

Pelibatan pihak mitra dan masyarakat

Kemitraan Konservasi Sumber Air BB TNBTS - Masyarakat Desa

Argosari Kemitraan Pinjam Pakai

Tanah Kawasan Hutan BB TNBTS - PDAM


(21)

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui sistem kemitraan yang berlaku pada pengelolaan air Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang.

2. Memberikan rekomendasi pelaksanaan kerjasama berdasarkan hasil analisis dampak dan permasalahan serta evaluasi kemitraan bagi pihak pengelola taman nasional dan pihak mitra.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai pembelajaran umum kepada berbagai pihak mengenai sistem kemitraan pengelolaan air yang berlaku di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

2. Sebagai masukan kepada Balai Besar TNBTS dan pihak mitra sehingga para pihak tersebut dapat lebih berpartisipasi dalam upaya meningkatkan kerjasama.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengelolaan Sumberdaya Air Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru sebagai salah satu kawasan konservasi dengan fungsi hidrologisnya yang besar cukup memegang peranan penting terutama bagi kawasan di sekitarnya. Sebagai daerah tangkapan air bagi wilayah hilir yang meliputi DAS Brantas dan DAS Sampean Madura yang memanjang dari bagian utara di kabupaten Pasuruan sampai selatan di Kabupaten Lumajang, terdapat empat danau dan lebih dari lima puluh sungai serta anak sungai yang sumber airnya berasal dari hulu TNBTS (Bambang 2009). Beberapa diantaranya digunakan oleh masyarakat melalui usaha sendiri maupun melalui kerjasama dengan instansi terkait di wilayah yang bersangkutan, diantaranya PDAM kota/kabupaten, Himpunan Pemanfaat Air Minum (HiPAM), dan kelompok masyarakat di sekitar kawasan penyangga taman nasional (Tabel 1 dan Tabel 2). Sungai-sungai di Kabupaten Lumajang yang bermata air di kawasan TNBTS meliputi Sungai Belolo, Argosari, Curah Menjangan, Ireng-ireng, Besuk Semut, Besuk Tompe, Besuk Sat, Besuk Loteng, dan Besuk Koboan. Sementara itu, danau yang bermata air di kawasan TNBTS meliputi Ranu Pani, Ranu Regulo, Ranu Kumbolo, dan Ranu Darungan (Bambang 2009).

Tabel 1 Sumber air di kawasan TNBTS yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kabupaten Lumajang Nama

Sumber Air Kawasan

Pihak yang

memanfaatkan Dasar Hukum

SA. Blok Jantur Resort Ranu Pani Masyarakat -

SA. Dempok Resort Ranu Pani Masyarakat -

SA. Ayek-Ayek Resort Ranu Pani Masyarakat -

SA. Mani Resort Taman Satriyan Masyarakat -

SA. Darungan Resort Ranu Darungan PDAM/Masyarakat -

SA. Wonoagung Desa Sumber Mujur Masyarakat -

S. Ireng-ireng Desa Pasrujambe PDAM/Masyarakat Kepmen No. 149/

Menhutbun-VI/1999 Sumber : Memori Kepala BB TNBTS Masa Bakti 2007-2009

Tabel 2 Danau di kawasan TNBTS yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kabupaten Lumajang

Nama Danau Kawasan Pihak yang memanfaatkan

Ranu Pani Resort Ranu Pani Pengunjung dan Masyarakat

Ranu Regulo Resort Ranu Pani Pengunjung dan Masyarakat

Ranu Kumbolo Jalur Pendakian Semeru Pengunjung dan Masyarakat

Ranu Darungan Resort Ranu Darungan Masyarakat


(23)

Air yang dimanfaatkan oleh masyarakat maupun pihak mitra setempat diambil dari sumber air yang tersebar di beberapa wilayah resort taman nasional, yaitu pada beberapa desa di wilayah sekitar taman nasional. Sebagian besar diantaranya tidak berdasarkan hukum, sementara sampai akhir tahun 2009 baru ada tiga sumber air yang telah ada ketentuan kerjasamanya.

Pada hubungannya dengan nilai yang dimiliki air menurut Fauzi (2004), ada tiga kriteria untuk menentukan tujuan pengelolaan sumberdaya alam berupa air (Tabel 3).

Tabel 3 Kriteria dan tujuan pengelolaan sumberdaya air

Kriteria Tujuan

Efisiensi

Biaya penyediaan air yang rendah

Penerimaan per unit sumberdaya yang tinggi

Mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan Keadilan Akses terhadap air bersih untuk semua masyarakat Keberlanjutan

Menghindari terjadinya deplesi pada air bawah tanah

Menyediakan cadangan air yang cukup untuk memelihara ekosistem

Meminimalkan pencemaran air

Dengan memperhatikan ketersediaan air yang dihasilkan di suatu wilayah dan permintaan pada lingkup wilayah kecil oleh masyarakat sekitar, pengelola dapat memperkirakan penilaian terhadap kuantitas air bagi upaya pengelolaan air yang efektif dan efisien. Menurut penjelasan Puslitbang Fisika Terapan - LIPI (1990) diacu dalam Maharani (2005), disebutkan bahwa besar kebutuhan air bersih bagi masing-masing orang tidak sama dan sangat tergantung pada beberapa faktor, diantaranya faktor sosial, tingkat pendidikan, kebiasaan penduduk, letak geografis, dan lain-lain. Kebutuhan dasar air bersih bagi tiap individu penduduk wilayah Indonesia tersebut antara lain digunakan untuk memenuhi kebutuhan minum, masak, dan mencuci (Tabel 4).

Tabel 4 Kebutuhan dasar air bersih penduduk Indonesia Jenis Kegiatan Kebutuhan ( liter/jiwa/hari)

Minum 2,5 - 5,0 l

Masak 7,5 - 10,0

Cuci 10,0 - 15,0

Jumlah 20,0 - 30,0

Hutan sebagai kawasan penyimpan cadangan air tidak bisa dipisahkan begitu saja dengan aspek hidrologi dan lingkungan terutama bagi wilayah sekitarnya. Keberadaan hutan yang rusak juga akan mempengaruhi kondisi


(24)

ekologi yang dampaknya cukup luas. Pembukaan hutan berpengaruh terhadap hidrologi, erosi, iklim mikro, dan tingkat kesuburan tanah. Pada lahan yang baru dibuka laju infiltrasi air turun drastis, aliran permukaan meningkat sehingga menyebabkan tingkat erosi pun meningkat. Pembukaan hutan juga meningkatkan suhu tanah serta menurunkan kadar air tanah dan aktivitas mikroba (Sinukaban 2007).

Pemanfaatan jasa lingkungan berupa air yang telah ada di TNBTS dilakukan melalui penandatanganan MoU perijinan pembangunan instalasi air bersih antara Balai Besar TNBTS dengan kelompok masyarakat pemanfaat sumber air, masing-masing yaitu di Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan dan Kecamatan Tirtoyudo Kabupaten Malang untuk pembangunan instalasi air bersih, serta kerjasama konservasi air di Desa Argosari Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang. Pada perkembangannya tahun 2008 juga telah dilakukan penyusunan draft MoU pemanfaatan air di Desa Gubuk Klakah Kabupaten Malang dan pembaharuan perjanjian kerjasama pembangunan bak penampungan air dan jaringan pipa oleh Pemda Kabupaten Lumajang. Pengelolaan di Kabupaten Lumajang tersebut sekarang dilimpahkan kepada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) kabupaten (Bambang 2009).

2.2 Pemerintah Daerah dan Lembaga Pengelola Air

Pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Departemen Kehutanan RI dapat menyerahkan sebagian wewenang kepada pemerintah daerah. Hal tersebut tercantum dalam pasal 38 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya mengenai penyerahan urusan dan tugas pembantuan. Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa dalam rangka pelaksanaan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, pemerintah dapat menyerahkan sebagian urusan di bidang tersebut kepada pemerintah daerah. Namun proses desentralisasi bidang sumberdaya alam berbeda antara daerah satu dengan yang lainnya. Hal ini tergantung dari kepentingan masing-masing daerah untuk melaksanakan pembangunan di sektor kehutanan, perkebunan, pertambangan, kelautan, perikanan, dan sebagainya. (Suswono 2005). Pada praktek yang sudah berlangsung, salah satu contoh kegiatan tersebut


(25)

ialah adanya penyerahan wewenang pemerintah pusat kepada Pemda Propinsi Bali serta Pemda Buleleng dan Jembrana mengenai pengelolaan kawasan taman nasional melalui MoU antara Yayasan Forum Pengelolaan dengan Taman Nasional Bali Barat. Bagi pengelolaan di daerah Kabupaten Lumajang, hal yang berkenaan dengan air bersih diserahkan pengurusannya kepada PDAM kabupaten sebagai badan usaha milik daerah dengan tanggung jawab sosial berupa penyediaan air bersih ke masyarakat.

Perusahaan Daerah Air Minum (dahulu bernama PAM) Kabupaten Lumajang berdiri pada tahun 1975 berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1975 dan disahkan kembali pada tahun 1983 melalui Surat Keputusan Bupati Lumajang Nomor 212 Tahun 1983. Pada awalnya daerah yang dilayani meliputi lima wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Lumajang, Sukodono, Klakah, Ranuyoso, dan Pasirian. Selanjutnya pada tahun 1990 dilakukan penambahan di empat wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Senduro, Kecamatan Kedungjajang, Kecamatan Randuagung, dan Kecamatan Pronojiwo sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Lumajang tanggal 31 Mei 1990 tentang Penyerahaan Pengelolaan Saluran Air Minum Pedesaan. Kemudian pada tahun 1996-1997 PDAM mendapatkan bantuan proyek air bersih di tiga wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Tempeh, Tempursari, dan Kunir sehingga sampai dengan akhir tahun 2007 jumlah pelayanan mencapai dua belas wilayah kecamatan (PDAM Kabupaten Lumajang 2009). Pada hubungannya dengan pengelolaan air TNBTS, wilayah PDAM unit Senduro berhubungan langsung dengan kawasan taman nasional karena pengambilan airnya dilakukan pada blok Sungai Ireng-Ireng Resort Seroja SPTN wilayah 3 Senduro dengan debit air sebesar 0,51 m3/detik.

Tidak seperti halnya lembaga berbentuk perusahaan lainnya, secara umum PDAM berbeda dengan perusahaan swasta murni yang selalu berorientasi pada keuntungan (profit oriented). Salah satu tujuan PDAM adalah turut serta melaksanakan pembangunan daerah khususnya dan pembangunan ekonomi nasional umumnya dengan cara menyediakan air minum yang bersih, sehat, dan memenuhi persyaratan kesehatan bagi masyarakat di suatu daerah (Saberan 1997 diacu dalam Kusuma 2006).


(26)

Menurut penghitungan ekonomi perusahaan secara umum, unsur-unsur pendapatan, biaya, dan laba menjadi penting untuk diketahui tidak hanya untuk menilai seberapa besar keberhasilan perusahaan tetapi juga berguna bagi penjalanan kebijakan selanjutnya. Pendapatan PDAM dihasilkan dari pendapatan penjualan (operasional) dan pendapatan lain-lain, sementara biaya dapat dikelompokkan menjadi biaya langsung dan tidak langsung. Menurut Kusuma (2006), yang termasuk biaya langsung pada proses produksi air PDAM adalah biaya sumber, biaya pengolahan, biaya transmisi, dan biaya distribusi. Sedangkan biaya tidak langsungnya adalah biaya administrsi dan umum yang meliputi biaya pegawai, biaya kantor, biaya penelitian dan pengembangan, biaya instalasi umum, hubungan langganan, biaya pemeliharaan, serta biaya bank.

Kecamatan Senduro adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Lumajang yang sebagian masyarakatnya mendapat layanan air bersih dari PDAM dan pengurusannya dilimpahkan pada PDAM unit kecamatan. Berdasarkan keterangan Business Plan PDAM 2009, desa-desa yang terlayani PDAM unit Kecamatan Senduro sebanyak lima desa yang berlokasi di sekitar pusat kecamatan, diantaranya Desa Senduro, Burno, Pandansari, Kandang Tepus, dan Kandangan. Wilayah kelima desa yang terlayani air bersih ini berada pada kelerengan yang relatif lebih seragam dari desa lainnya karena memperhatikan faktor efektivitas dan ketersediaan saluran air (Lampiran 1). Jumlah pelanggan pada desa-desa tersebut sebanyak 1.153 sambungan dengan total pemakaian air 15.960 m3 (data Februari 2009). Jumlah tersebut hampir setara dengan pelayanan terhadap 4.035 jiwa (1 KK di Senduro sekitar 3,5 jiwa) atau sekitar 8,9% dari total penduduk Kecamatan Senduro yang sebagian besar penduduknya merupakan masyarakat berpenghasilan rendah. Beberapa desa yang tidak terjangkau layanan PDAM sebagian penduduknya telah mendapat bantuan pembangunan sarana air bersih.

Pemanfaatan air secara langsung oleh masyarakat dari dalam kawasan berada pada wilayah yang bersinggungan langsung dengan taman nasional di Kecamatan Senduro. Wilayah yang telah bermitra adalah Desa Argosari yang telah melakukan kesepakatan kerjasama konservasi sumberdaya air di Blok Jantur Resort Seroja sejak tahun 2008. Kerjasama pemanfaatan air yang diinisiasi oleh tokoh masyarakat bersama perangkat desa tersebut dibuat dengan tujuan


(27)

memanfaatkan air yang bersumber dari kawasan TNBTS. Masyarakat yang memanfaatkan air dan tinggal di sekitar kawasan taman nasional dikenakan kompensasi berupa upaya pemeliharaan kawasan penyangga.

2.3 Pengelolaan Kolaboratif dan Kemitraan

Secara definisi, menurut Borini dan Feyerabend (1996), pengelolaan kolaboratif merupakan suatu hubungan kerjasama antara beberapa pihak dalam mengelola sesuai fungsi, hak, dan tanggung jawab mengenai penggunaan kawasan dan pengaturan sumberdaya. Lebih jauh lagi, pengertian ini digunakan untuk menggambarkan situasi beberapa atau semua pihak yang terkait dalam suatu kawasan dilindungi dilibatkan dalam proses substansial pada kegiatan pengelolaan. Berdasarkan pendekatan para pihak yang terlibat, menurut IUCN (1997) diacu dalam Dephut, GTZ, dan WWF-Indonesia (2009), pengelolaan kolaboratif merupakan hubungan kerjasama antara lembaga pemerintah, komunitas lokal, pengguna sumberdaya, lembaga non-pemerintah dan kelompok kepentingan lainnya.

Di Indonesia, kebijakan yang memberikan definisi tentang pengelolaan kolaboratif terdapat pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P19/Menhut-II/2004 tentang kolaborasi pengelolaan kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam. Kolaborasi yang dimaksud merupakan pelaksanaan suatu kegiatan atau penanganan suatu masalah dalam rangka membantu meningkatkan efektivitas pengelolaan secara bersama dan sinergis oleh para pihak atas dasar kesepahaman dan kesepakatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Para pihak yang dimaksud disini adalah semua pihak yang memiliki minat, kepedulian, atau kepentingan dengan upaya konservasi KPA dan KSA, antara lain lembaga pemerintah pusat (Departemen Kehutanan RI), lembaga pemerintah daerah, masyarakat setempat, LSM, BUMN, BUMD, swasta nasional, perorangan maupun masyarakat internasional, serta lembaga pendidikan. Adapun aturan hukum yang lebih tinggi yang mendasari pengelolaan kolaboratif adalah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya yang kemudian juga mendasari Kepmenhut Nomor 390/Kpts-II/2003 tentang tata cara kerjasama KSDAH dan ekosistemnya.


(28)

Menurut rencana strategis Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam tahun 2005-2009, Departemen Kehutanan RI melalui visinya berupaya untuk mewujudkan konservasi sumberdaya alam dan ekosistemnya yang aman dan mantap secara legal formal, didukung kelembagaan yang kuat dalam pengelolaannya serta mampu memberikan manfaat optimal kepada masyarakat. Adapun salah satu misi yang diembannya adalah mengembangkan kelembagaan dan kemitraan dalam rangka pengelolaan perlindungan dan pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

Konsep kemitraan dalam konteks antar kelompok usaha sampai saat ini masih merupakan masalah untuk beberapa daerah tertentu di Indonesia. Dalam hal ini, pemerintah daerah harus ikut terlibat dalam memperlancar program kemitraan dengan mendorong kegiatan dan bertindak sebagai katalisator. Selain itu, manajemen kolaboratif dapat bertindak sebagai filter bagi kelompok besar-kecil dalam menyalurkan dana kemitraan (Subarudi 2007). Sementara itu, upaya dan peran serta rakyat dalam mengelola sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya termasuk air diarahkan dan digerakkan oleh pemerintah melalui berbagai kegiatan yang berdaya guna dan berhasil guna (pasal 37 UU Nomor 5 Tahun 1990). Dalam hal ini, pemerintah juga diharapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan sadar konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistem di kalangan rakyat melalui pendidikan dan penyuluhan.

Daerah aliran sungai dari hulu sampai hilir merupakan kesatuan sistem ekologi yang tersusun atas komponen-komponen biofisik dan sosial yang hendaknya dipandang sebagai kesatuan yang masing-masing bagiannya tak terpisahkan satu sama lain. Namun secara adminisratif pemerintahan, wilayah tersebut habis terbagi dalam satuan wilayah administrasi pembangunan kabupaten dan kota yang terkotak-kotak. Tidak jarang kondisi ini menyebabkan penanganannya menjadi tersekat-sekat, tidak terintegrasi dan sangat tidak efisien. Semangat ego-sentris kedaerahan membuat banyak program pemerintah yang dijalankan untuk menyelamatkan ekosistem dari kerusakan lingkungan justru semakin kurang operasional. Kenyataan ini juga seringkali memicu konflik sosial antara stakeholder yang ada di suatu kawasan (PSP-LPPM IPB 2005).


(29)

Proses mengembangkan kemitraan bisa dimulai dari tahap pelembagaan, kegiatan di lapang, dan pengembangan produk-produk bernilai ekonomi (LATIN 1999 diacu dalam Monica 2006). Pendapat lain mengatakan bahwa proses pengembangan kemitraan dimulai dari tahap persiapan, diikuti dengan membuat kesepakatan bersama dan pengkajian ulang kesepakatan secara terus-menerus. Pada bagian akhir dapat dilakukan evaluasi untuk menilai sejauh mana tindakan yang diambil berhasil, apa yang dicapai dan tidak dapat dicapai, efek sampingan yang tidak diinginkan, mengapa ada kegagalan, apa ada kesalahan dalam analisis, perencanaan, atau dalam pelaksanaan, dan lain sebagainya.

Proses analisis, perumusan, dan evaluasi dalam kegiatan perencanaan strategis dipengaruhi oleh potensi-potensi yang ada didalamnya, baik berupa potensi positif atau negatif dan dari faktor internal maupun faktor eksternal. Dengan memahami semua potensi yang ada, para pihak dapat merumuskan sebuah pelaksanaan tindakan dari hasil rumusan analisis tersebut. Pada hubungan antara parameter sosial-ekonomi dengan demografi penduduk, analisis dapat dilakukan dengan langkah eksplorasi secara statistik karakter dari masing-masing variabel sosial-ekonomi yang ada (Priyarsono 2002). Langkah selanjutnya adalah penerapan analisis demografi multiregional yang mengaitkan kondisi satu wilayah dengan wilayah lainnya melalui peramalan pola kependudukan.

Pada bagian akhir proses analisis disimpulkan melalui penyusunan skenario tentang pengaruh kebijakan desentralisasi terhadap variabel-variabel sosial-ekonomi yang ada tersebut. Menurut PPLH (1995), dimensi sosial sosial-ekonomi budaya mensyaratkan bahwa laju pembangunan hendaknya dirancang dan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga permintaan total dari kegiatan manusia dan kegiatan pembangunan atas sumberdaya alam dan jasa lingkungan tidak melebihi kemampuan ekosistem untuk menyediakannya. Untuk memenuhi persyaratan ini diperlukan pengendalian jumlah penduduk dan tingkat konsumsi per kapita atas sumberdaya alam dan jasa lingkungan. Selain itu dapat juga dilakukan dengan meningkatkan kualitas daya dukung lingkungan untuk menyediakan sumberdaya alam melalui rekayasa teknologi. Hal inilah yang kemudian mendasari perlunya informasi tentang kondisi serta dinamika aspek sosial ekonomi yang mempengaruhi penggunaan sumberdaya selanjutnya.


(30)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai ”Kajian Kemitraan Pengelolaan Air Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang” ini dilaksanakan selama 1 bulan yaitu mulai bulan Desember 2009 hingga Januari 2010. Pengambilan data lapangan dilaksanakan di Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur. Dari wilayah pengamatan dipilih tiga desa contoh yaitu Desa Burno, Desa Kandang Tepus, dan Desa Argosari.

3.2 Objek dan Alat Penelitian

Objek penelitian yang digunakan adalah kondisi sosial ekonomi yang terdapat pada pengelolaan air Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan Kecamatan Senduro. Alat yang digunakan yaitu alat tulis, daftar pertanyaan wawancara, peta, kamera digital, dan komputer untuk mengolah data.

3.3 Jenis Data

Data yang diambil terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dengan pihak pengelola taman nasional, pemerintah kabupaten, dinas pemerintah, PDAM, aparat kecamatan dan desa, LSM, Himpunan Pemanfaat Ar Minum (HiPAM), penyuluh lapangan, dan masyarakat. Data sekunder dikumpulkan melalui penelusuran dokumen dari pihak-pihak mitra yang diamati sebagai data penunjang.

3.3.1 Jenis data untuk mengetahui sistem kemitraan

Jenis data yang dibutuhkan untuk mengetahui sistem kemitraan yang berlangsung pada pengelolaan air TNBTS diperoleh dengan cara penelusuran dokumen dari pihak TNBTS mulai dari balai besar hingga tingkat resort.

3.3.2 Jenis data untuk mengetahui sikap masyarakat

Jenis data yang dibutuhkan untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap sistem kemitraan pengelolaan air TNBTS diperoleh dengan cara meminta tanggapan responden dalam mengukur tingkat pengetahuan masyarakat tentang


(31)

pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan air TNBTS, pengaruh kemitraan terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat, dan harapan masyarakat terhadap sistem kemitraan. Jenis data tersebut dijelaskan pada Tabel 5.

Tabel 5 Jenis data untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap sistem kemitraan pengelolaan air TNBTS

No. Parameter Jenis data

1. Tingkat pengetahuan masyarakat 1. Tingkat pengetahuan masyarakat 2. Pendapat tentang sistem kemitraan 2. Pengaruh kemitraan terhadap kondisi

sosial ekonomi masyarakat

1. Pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat 2. Permasalahan kemitraan

3. Dampak positif kemitraan 4. Dampak negatif kemitraan

3. Harapan terhadap sistem kemitraan 1. Harapan terhadap kegiatan kemitraan

Data sekunder untuk menunjang sikap masyarakat meliputi data demografi Kecamatan Senduro yang diperoleh dari kantor kecamatan dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Lumajang periode tahun 2009.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Studi literatur

Studi literatur melalui penelusuran dokumen dan pengumpulan data-data yang berkaitan dengan pengelolaan air diantara pihak-pihak yang terkait, diantaranya mencakup:

i. Hasil penelusuran dokumen berupa Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah dan Surat Keputusan Pemerintah Daerah yang berkaitan dengan pengelolaan wilayah, air, dan kehutanan.

ii. Pengelola Taman Nasional Bromo Tengger Semeru: Peta wilayah kerja, peta potensi sumberdaya air, data pendapatan, data hidrologi, dan laporan internal taman nasional.

iii. Pemda kabupaten, dinas pemerintah kabupaten, serta aparat kecamatan dan desa: Peta wilayah, data penduduk, penggunaan air, data ekonomi, pendapatan, dan data catatan sipil, surat kontrak kerjasama, dan lain-lain.

iv. PDAM Kabupaten Lumajang: Peta wilayah kerja, data kelembagaan, data produksi dan pembiayaan, serta surat kerjasama dan peraturan lainnya.

v. LSM dan HiPAM: Data pokok kelembagaan, kerjasama, dan kontrak perjanjian.


(32)

3.4.2 Observasi dan Wawancara

Observasi lapang dilakukan melalui pengamatan langsung dengan membandingkan kondisi data dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Wawancara kepada responden dilakukan secara mendalam, penentuan responden berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu berdasarkan tujuan penelitian. Unit contoh pada pihak mitra di lembaga-lembaga tertentu diarahkan pada staf yang berkompeten di bidangnya. Responden wawancara masyarakat dilakukan secara sampling kepada 30 orang yang tersebar pada ketiga desa contoh. Keterangan mengenai metode pengumpulan data dijabarkan lebih rinci pada Tabel 6.

Tabel 6 Metode pengumpulan data

No. Jenis Data Sumber Data Metode Pengumpulan

Data Pokok

1. Proses kesepakatan

kemitraan

- Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

- Dinas Pemerintah Kabupaten Lumajang - PDAM Kabupaten

Lumajang

Penelusuran dokumen dan wawancara

- Masyarakat Wawancara

2. Analisis Stakeholder

- Identifikasi para pihak - Tingkat akses kepentingan serta peran dan fungsi para pihak

- Klasifikasi stakeholder

- Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

- Dinas Pemerintah Kabupaten Lumajang - PDAM Kabupaten

Lumajang

Penelusuran dokumen, observasi, dan

wawancara

- Kantor Desa dan Kecamatan - LSM dan HiPAM - Penyuluh Lapang - Masyarakat

Observasi dan wawancara

3. Hak dan Kewajiban Para

Pihak

- Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

- Dinas Pemerintah Kabupaten Lumajang - PDAM Kabupaten

Lumajang

Penelusuran dokumen, observasi, dan

wawancara

- Kantor Desa dan Kecamatan - LSM dan HiPAM - Penyuluh Lapang - Masyarakat

Observasi dan wawancara

4. Permasalahan Kegiatan

Kemitraan

- Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

- Dinas Pemerintah Kabupaten Lumajang - PDAM Kabupaten

Penelusuran dokumen, observasi, dan


(33)

Tabel 6 Metode pengumpulan data (lanjutan)

No. Jenis Data Sumber Data Metode Pengumpulan

- Kantor Desa dan Kecamatan - LSM dan HiPAM - Penyuluh Lapang - Masyarakat

Observasi dan wawancara

5. Dampak Sosial-Ekonomi

Sistem Kemitraan

- Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

- Dinas Pemerintah Kabupaten Lumajang - PDAM Kabupaten

Lumajang

Penelusuran dokumen, observasi, dan

wawancara

- Kantor Desa dan Kecamatan - LSM dan HiPAM - Penyuluh Lapang - Masyarakat

Observasi dan wawancara

6. Harapan Terhadap Sistem

Kemitraan

- Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

- Dinas Pemerintah Kabupaten Lumajang - PDAM Kabupaten

Lumajang - Kantor Desa dan

Kecamatan - LSM dan HiPAM - Penyuluh Lapang - Masyarakat

Observasi dan wawancara

1.

Data Pendukung

Kondisi Umum Lokasi - Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

- BPS Kabupaten Lumajang - Kantor Desa dan

Kecamatan

Penelusuran dokumen

2. Rencana Pengelolaan - Balai Besar Taman

Nasional Bromo Tengger Semeru

- BPS Kabupaten Lumajang - PDAM Kabupaten

Lumajang - Dinas Pemerintah

Kabupaten Lumajang - Kantor Desa dan

Kecamatan

Penelusuran dokumen

3 Data sosial-ekonomi - BPS Kabupaten Lumajang

- Kantor Desa dan Kecamatan


(34)

3.5 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data terkait kemitraan pengelolaan air dilakukan secara analisis deskriptif kualitatif melalui cross check antara hasil tabulasi data dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Pengumpulan data dilanjutkan dengan metode triangulasi untuk tahap konfirmasi dan verifikasi data. Sesuai tujuan penelitian, prosesnya dijabarkan sebagai berikut:

3.5.1 Sistem kemitraan

Analisis dilakukan dengan cara mengolah data yang berhubungan dengan proses dalam pelaksanaan kemitraan. Data yang diolah meliputi proses kesepakatan kerjasama, latar belakang pelaku kemitraan, karakteristik para pihak, peran dan fungsi, hak dan kewajiban dari masing-masing pihak, hingga pada tahap klasifikasi para pihak pada sistem kemitraan yang berlangsung. Proses kesepakatan kerjasama ditelusuri mulai dari perencanaan yang melibatkan pihak BB TNBTS, pemerintah daerah kabupaten, dan pemerintah desa pada awal masa kerjasama. Melalui koordinasi dengan para pihak yang mendukung terbentuknya kemitraan maka para pihak berkembang dengan cakupan yang lebih luas.

Pengolahan data mengenai kesesuaian rencana kerjasama dengan pelaksanaannya didasarkan pada surat perjanjian kerjasama yang telah disepakati oleh pihak taman nasional dan pihak mitra. Perjanjian kerjasama tersebut mengacu pada Kepmenhut Nomor 390/Kpts-II/2003 tentang Tata Cara Kerjasama di bidang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis isi, yaitu analisis terhadap substansi surat kesepakatan kerjasama untuk mengetahui penyelenggaraan kerjasama dalam sistem kemitraan. Hal-hal yang diamati meliputi latar belakang kesepakatan, dasar hukum, proses kesepakatan. ruang lingkup, hak dan kewajiban, hingga pada tahap evaluasi surat kesepakatan kerjasama.

Sesuai definisi Kantor MNLH (1998), kebijakan merupakan tujuan-tujuan dan pengarahan aksi yang diikuti oleh suatu pemerintah, organisasi, atau individu dan merupakan suatu haluan (Soekanto 1983 diacu dalam Kantor MNLH 1998). Oleh karena itu, kebijakan dapat berupa keputusan tetap yang pelaksanaannya dilakukan secara konsisten oleh mereka yang memenuhi dan menyetujui keputusan tersebut. Penelitian ini juga membahas analisis kebijakan sebagai


(35)

bentuk proses metode penelitian dengan cara menganalisis informasi dan argumentasi terkait kebijakan kemitraan. Sesuai metodenya, digunakan ketiga pendekatan, yaitu empiris (sebab-akibat), evaluatif (penilaian hasil), dan normatif (rekomendasi).

Adapun penilaian terhadap partisipasi para pihak dilakukan menurut beberapa pendekatan. Penilaian terhadap akses kepentingan para pihak menurut Grimble (1997) dilakukan dalam beberapa kriteria diantaranya mengenai jangkauan sejauh mana para pihak tersebut dibutuhkan dalam fungsinya pada organisasi, bernilai pada organisasi, mempengaruhi penjalanan organisasi, menentukan atau mempengaruhi kejadian, punya nama baik yang signifikan, dan memanfaatkan kewenangan.

3.5.2 Analisis stakeholder

Pada tahap mengetahui karakteristik para pihak digunakan analisis stakeholder untuk menilai pihak-pihak yang bermitra dalam pengelolaan air. Secara definisi, analisis stakeholder merupakan suatu pendekatan untuk mencapai pemahaman suatu sistem dengan cara mengidentifikasi aktor-aktor kunci didalam sistem serta mengukur kepentingan masing-masing pihak dalam sistem tersebut (Grimble dan Chan 1995). Identifikasi para pihak merupakan langkah awal yang dapat dilakukan dalam analisis stakeholder. Para pihak yang dimaksud adalah semua pihak yang memiliki kepentingan dengan upaya konservasi kawasan serta mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh kebijakan pengelolaan.

Salah satu cara dalam mempelajari karakteristik para pihak adalah melalui analisis kekuatan stakeholder yang bertujuan untuk menjelaskan peran stakeholder yang sifat dan hubungannya berbeda satu sama lain. Pada salah satu bagian analisis stakeholder ini terdapat suatu metode pendekatan yang disebut sebagai analisis 4R (rights, responsibilities, revenues, dan relationship) yang membagi stakeholder menurut hak, tanggung jawab, manfaat yang diterima, serta hubungan diantara masing-masing pihak tersebut (Wollenberg 2005).

Apabila analisis stakeholder melihat pada perbedaan hubungan para pihak dengan sumberdaya hutan, maka metode analisis 4R melihat bagaimana stakeholder terhubung satu sama lain atas penggunaan hutan. Analisis terdiri dari dua komponen yaitu menilai keseimbangan tiga R pertama (hak, tanggung jawab


(36)

dan manfaat), baik didalam maupun diantara stakeholder dan yang kedua menetapkan status R keempat, yaitu hubungan diantara stakeholder (Mayers 2001). Dalam prakteknya, data yang dikumpulkan dari metode ini disajikan dalam bentuk tabulasi hasil observasi dan data lapang.

Menurut tujuannya, analisis 4R diantaranya digunakan untuk menjelaskan peran yang dimiliki stakeholder yang berbeda sifat dan hubungan diantara mereka. Penilaian dan negosiasi peran dan hubungan antar stakeholder selanjutnya dibutuhkan untuk memperbaiki kebijakan dan institusi. Melalui pendekatan skoring nilai relatif, Tekwe-Percy (2000) mengklasifikasikannya dalam suatu tabel pengelompokkan stakeholder. Beberapa definisi yang menjelaskan tentang hak, tanggung jawab, dan manfaat tersebut diantaranya (Tekwe-Percy 2000):

a. Hak, didefinisikan sebagai :

- Akses dan penggunaan hasil hutan yang berupa hak yang lazim atau hak yang dapat dibeli

- Akses pekerjaan yang berasal dari hutan masyarakat b. Tanggung jawab, berhubungan dengan:

- Tugas-tugas pengelolaan hutan, pengukuran, monitoring dan kontrol, koordinasi, pengambilan keputusan

- Pelaksanaan keputusan pada aturan, prosedur, dan penerima manfaat - Kepatuhan terhadap aturan

c. Manfaat, yang berarti:

- Manfaat langsung yang muncul mulai dari awal hingga sumberdaya hutan dimanfaatkan

- Manfaat langsung yang muncul dari pekerjaan pengelolaan hutan masyarakat - Manfaat tidak langsung yang muncul dari pelaksanaan proyek pengembangan

masyarakat yang menggunakan dana pembangunan masyarakat hutan

Penilaian terakhir yang dilakukan melalui analisis 4R adalah hubungan antara masing-masing stakeholder dalam sistem kemitraan. Hubungan ini didasarkan pada beberapa faktor, diantaranya (Mayers 2001):

- Kualitas hubungan berdasarkan konvergensi pendapat stakeholder (misalnya baik, moderat, atau konflik)


(37)

- Kekuatan hubungan, yang berkaitan dengan frekuensi dan intensitas kontak - Formalitas hubungan; formal maupun informal

- Ketergantungan antara stakeholder

Cara menganalisis stakeholder yang terlibat dalam suatu proses juga dapat dilakukan dengan mengelompokkan para pihak menurut tingkat kepentingan dan pengaruh yang muncul dalam pelibatan pada proses kemitraan. Kepentingan dalam pengertian tersebut didasarkan pada tingkat perlu atau tidaknya suatu pihak dalam sistem. Jika suatu pihak mutlak harus ada maka kepentingannya besar, begitu pula sebaliknya dengan tingkatan tertentu secara kualitatif. Adapun pengaruh merupakan tingkatan besarnya kekuatan dalam mendukung atau menghambat sistem. Kekuatan dapat berupa hak secara formal dalam hal wewenang sampai kepada aspek informal yang dimiliki pihak tertentu dalam mempengaruhi pihak lain untuk mengikuti suatu maksud. Pengaruh yang besar pada suatu pihak berarti pihak tersebut lebih mudah mempengaruhi pihak lain, sementara pengaruh yang kecil berarti suatu pihak tidak dapat terlalu banyak untuk mempengaruhi hasil tindakan yang diinginkan.

Melalui metode ini, Mayers (2001) melakukan pendekatan melalui langkah-langkah membandingkan kekuatan dan peran potensial stakeholder. Pengukuran pengaruh dinilai dari kekuatan yang dapat dikeluarkan oleh suatu pihak untuk proses dan hasil proyek. Sedangkan kepentingan dinilai dari besarnya peran dalam mencapai hasil dan tujuan proyek. Proses ini kemudian dapat menjelaskan pola tingkatan kepentingan (interest) dan pengaruh (impact) dimiliki oleh masing-masing pihak. Para pihak tersebut kemudian dibedakan menurut kriteria sebagai berikut:

Stakeholder primer langsung, merupakan penerima langsung keuntungan dari hasil kerjasama

Stakeholder primer tidak langsung bukan merupakan penerima keuntungan hasil kerjasama tetapi hanya akan terpengaruh oleh hasil kerjasama

Stakeholder sekunder adalah pihak selain kedua kelompok diatas tetapi terlibat dalam proses kerjasama


(38)

3.5.3 Sosial ekonomi masyarakat

Kajian mengenai sosial ekonomi masyarakat dilakukan untuk mengetahui dampak kemitraan terhadap sosial ekonomi masyarakat dan harapan masyarakat terhadap kemitraan. Dampak sosial ekonomi kemitraan tersebut bisa berupa dampak positif maupun dampak negatif pada hubungan kemitraan yang telah berlangsung. Analisis ini dilakukan dengan cara mengolah data dan hasil wawancara terhadap pihak-pihak yang berkepentingan dalam kemitraan. Pengamatan dilakukan dalam menilai pengaruh sistem kemitraan terhadap kondisi sosial ekonomi bagi lembaga serta masyarakat yang terlibat pengelolaan air melalui metode observasi dan wawancara yang dihubungkan dengan parameter demografi.

3.5.4 Permasalahan kemitraan

Analisis permasalahan kemitraan dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi dalam kegiatan kemitraan dan upaya solusi untuk meningkatkan kualitas kegiatan kemitraan tersebut. Pengolahan data permasalahan kemitraan dilakukan dengan mengolah data hasil wawancara dan dokumentasi laporan yang meliputi persepsi pelaku kemitraan terhadap kegiatan kemitraan yang sedang/telah berjalan serta hal-hal yang menjadi permasalahan bagi pihak mitra dalam menjalankan posisinya pada hubungan kemitraan.

3.5.5 Evaluasi sistem kemitraan

Evaluasi kemitraan termasuk pada evaluasi kawasan pelestarian alam yang tercantum dalam Permenhut Nomor 14 Tahun 2007 tentang Evaluasi Fungsi Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, dan Taman Buru. Evaluasi ini bertujuan sebagai bahan untuk menentukan kebijakan lebih lanjut dalam pengelolaan. Evaluasi dilakukan sebagai bentuk kegiatan untuk melakukan penilaian terhadap kondisi yang sebelumnya telah ditetapkan kriterianya sebagai bahan penentuan kebijakan.

Sehubungan dengan kerjasama pengelolaan air yang dikaji, evaluasi sistem kemitraan dilakukan untuk menilai keberhasilan proyek secara menyeluruh. Analisis deskriptif dilakukan dengan penilaian dari sudut pandang posisi masing-masing pihak dalam kemitraan, peran dan tanggung jawab para


(39)

stakeholder, tingkat keberhasilan kemitraan, dan hal-hal terkait lainnya sebagai pedoman. Pada akhirnya evaluasi kemitraan dapat dilakukan melalui penilaian kriteria yang menentukan keberhasilan kemitraan. Menurut WWF-UK (2000) diacu dalam Komite PPA-MFP dan Yayasan WWF-Indonesia (2006), setidaknya terdapat 19 kriteria kemitraan yang menentukan penilaian kemitraan. Kriteria tersebut kemudian dapat disederhanakan menjadi delapan poin dalam tiga prinsip utama evaluasi kemitraan. Prinsip-prinsip tersebut dijabarkan pada Tabel 7.

Tabel 7 Tiga prinsip dalam panduan evaluasi kemitraan

Basic Principle Enabling Principle Sufficient Principle

- Kesepakatan peran dan tanggung jawab

- Komitmen kerja berdasarkan nilai-nilai bersama

- Saling tanggung-gugat - Kesepakatan hak dan

kewajiban

- Kesukarelaan untuk bermitra - Transparansi pengambilan keputusan

- Kesetaraan distribusi biaya dan manfaat


(40)

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak dan Luas

Lokasi penelitian adalah Kecamatan Senduro yang merupakan salah satu wilayah administratif kecamatan dari total 21 kecamatan di Kabupaten Lumajang. Berdasarkan pendataan potensi kecamatan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Lumajang tahun 2008, luas wilayah Kecamatan Senduro adalah sebesar 228.68 km2, terdiri dari 12 desa dan 50 dusun. Pusat wilayahnya terletak pada jarak 22 km arah barat pusat kabupaten. Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:

- Sebelah barat : Kecamatan Pasrujambe dan Kabupaten Malang - Sebelah utara : Kecamatan Gucialit dan Kabupaten Probolinggo - Sebelah timur : Kecamatan Gucialit dan Padang

- Sebelah selatan : Kecamatan Pasrujambe

Gambar 2 Peta Wilayah Kecamatan Senduro.


(41)

4.2 Kondisi Fisik Kawasan 4.2.1 Kondisi Geografis

Keadaan topografi Kecamatan Senduro dapat dibagi kedalam tiga kelompok yaitu daerah gunung, pegunungan, dan dataran fluvial. Proporsi terbesarnya ada pada daerah pegunungan dan dataran fluvial yang menyusur dari wilayah Desa Argosari dan Ranu Pani ke arah tenggara. Menurut ketinggian sebagian besar wilayahnya didominasi oleh daratan yang berada pada ketinggian antara 500-700 mdpl dengan kemiringan beranekaragam dan dipengaruhi oleh keberadaan Gunung Bromo dan Gunung Semeru sehingga menjadikan tanah wilayah ini subur (Kecamatan Senduro dalam Angka 2009).

4.2.2 Iklim dan Curah Hujan

Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, Kecamatan Senduro beriklim tropis dan termasuk iklim tipe C dengan jumlah curah hujan rata-rata berkisar antara 1.500-2.500 mm/tahun. Temperatur pada sebagian besar wilayahnya 24 °C-32 °C, sedangkan wilayah diatas 1.000 meter diatas permukaan laut temperatur terendah mencapai 5°C terutama pada daerah di lereng Gunung Semeru (Kecamatan Senduro dalam Angka 2009).

4.2.3 Luas dan Tata Guna Lahan

Kondisi lahan di Kecamatan Senduro dapat dibedakan menjadi dua, yaitu lahan sawah dan non sawah. Penggunaan lahan yang paling besar adalah lahan non sawah yang persentasenya mencakup sebagian besar wilayah kecamatan dari luas seluruh Kecamatan Senduro (Tabel 8). Di bagian utara kecamatan wilayahnya didominasi oleh lahan pertanian dan hutan yang berbatasan dengan kawasan taman nasional.

Tabel 8 Jenis dan luas penggunaan lahan di Kecamatan Senduro

Jenis Penggunaan Lahan Luas Area Presentase

Luas Area

1. Lahan sawah (irigasi) 387 Ha 1,97 %

2. Lahan non sawah

Lahan kering 16.852,5 Ha 85,66 %

Lahan lainnya 2.048 Ha 12,37 %

Jumlah 19.287,5 Ha 100 %


(42)

4.3 Sosial Ekonomi Masyarakat 4.3.1 Kependudukan

Penduduk Kecamatan Senduro berdasarkan asalnya terdiri dari beberapa suku, yang terbesar adalah suku Jawa dan suku Madura. Disamping itu, ada kelompok besar masyarakat yang mempunyai sifat sosial budaya khas yaitu masyarakat Tengger yang bermukim di Ranu Pani, Argosari, dan daerah sekitarnya. Menurut data Kecamatan Senduro Dalam Angka 2009, jumlah penduduk Kecamatan Senduro pada tahun 2008 adalah sebanyak 47.951 jiwa, terdiri dari 23.499 pria (49%) dan 24.452 wanita (51%) dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 210 jiwa/km². Berdasarkan kelompok umur dominasi penduduk berada pada kelompok umur 5-9 tahun, yaitu sebanyak 4.967 orang (10,36%). Rincian data dicantumkan pada Tabel 9.

Tabel 9 Jumlah penduduk Kecamatan Senduro menurut kelompok umur dan jenis kelamin

Kelompok Umur

Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

0-4 tahun 2193 9,33 2150 8,79 4343 9,06

5-9 tahun 2522 10,73 2445 10,0 4967 10,36

10-14 tahun 2256 9,6 2105 8,61 4361 9,09

15-19 tahun 2007 8,54 2135 8,81 4142 8,64

20-24 tahun 1749 7,44 2114 8,65 3863 8,06

24-29 tahun 2127 9,05 2294 9,38 4421 9,22

30-34 tahun 1900 8,09 1993 8,15 3893 8,12

35-39 tahun 1771 7,54 1843 7,54 3614 7,54

40-44 tahun 1558 6,63 1652 6,76 3210 6,69

45-49 tahun 1306 5,58 1320 5,4 2626 3,48

50-54 tahun 1255 5,34 1144 4,68 2399 5,0

55-59 tahun 841 3,58 865 3,54 1706 3,56

60-64 tahun 824 3,51 918 3,75 1742 3,63

65-69 tahun 501 2,13 592 2,42 1093 2,28

70 tahun 689 2,93 882 3,61 1571 3,28

Jumlah 23499 49,0 24452 51,0 47951 100

Sumber : Kecamatan Senduro dalam Angka 2009

Jumlah peserta didik yang ada di Kecamatan Senduro adalah 5.143 orang untuk tingkat SD/sederajat, 1.978 orang untuk tingkat SLTP/sederajat, dan 475 orang untuk tingkat SLTA/sederajat. Adapun pembagian penduduk Kecamatan Senduro berdasarkan pemeluk agama didominasi oleh agama Islam sebanyak 47.951 jiwa (90,31%) dan agama Hindu 4.514 jiwa (9,41%). Sebagian besar pemeluk agama Hindu yang ada di Kecamatan Senduro berasal dari kebudayaan Tengger (Tabel 10).


(43)

Tabel 10 Jumlah penduduk Kecamatan Senduro menurut pemeluk agama

Agama/ Kepercayaan Jumlah (jiwa) Presentase

Islam 43.307 90,31

Katholik 30 0,06

Protestan 100 0,21

Hindu 4.514 9,41

Budha - 0

Jumlah 47.951 100

Sumber : Kecamatan Senduro dalam Angka 2009

Sebagian besar mata pencaharian penduduk Kecamatan Senduro adalah petani, beberapa diantaranya adalah pemilik lahan dan sebagian lagi merupakan pekerja/buruh tani. Bidang pekerjaan lain yang banyak digeluti masyarakat adalah konstruksi dan perdagangan (Tabel 11).

Tabel 11 Jumlah penduduk Kecamatan Senduro menurut mata pencaharian

Jenis Mata Pencaharian Jumlah (jiwa)

Petani/Pemilik lahan 490

Petani/Buruh tani 19.116

Industri kerajinan 562

Industri lainnya 36

Konstruksi 2.480

Angkutan dan Komunikasi 755

Perdagangan 2.370

Jasa 351

Pegawai Negeri Sipil/ABRI 224

Jumlah 26.384

Sumber : Kecamatan Senduro dalam Angka 2009

4.3.2 Sarana dan Prasarana Umum

Sebagai wilayah yang berhubungan langsung kepada masyarakat, Kecamatan Senduro memiliki beberapa fasilitas yang digunakan bagi kesejahteraan masyarakatnya. Fasilitas-fasilitas tersebut dapat dibagi menurut pengelompokkan jenisnya, antara lain berupa fasilitas pelayanan pendidikan dan kesehatan (Tabel 12) serta fasilitas hidrografi berupa air bersih.

Tabel 12 Fasilitas pelayanan pendidikan dan kesehatan yang terdapat di Kecamatan Senduro

Jenis Pelayanan Jenis Bangunan Jumlah

Pendidikan Taman Kanak-kanak 30

Sekolah Dasar Negeri 29

Madrasah Ibtidaiyah Swasta 7

Sekolah Menengah Pertama Negeri 3

Madrasah Tsanawiyah Swasta 2

Sekolah Menengah Negeri Negeri 1

Kesehatan Puskesmas 1

Puskesmas pembantu 4

Balai Kesehatan 1

Poliklinik Desa 7

Dokter, Bidan, dan Mantri/Dukun 34


(44)

Pada bidang lain, potensi hidrografi juga telah memberikan peluang yang cukup besar bagi pembangunan untuk keperluan air minum, irigasi, industri dan pariwisata Kecamatan Senduro. Air bersih yang dihasilkan khusus dari sumber alam digunakan oleh masyarakat untuk kebutuhan pokok sehari-hari diperoleh tanpa pengolahan yaitu langsung dimanfaatkan oleh masyarakat tanpa melalui proses pemurnian.

Pada pemanfaatan untuk air bersih melalui pengolahan, pengelolaan air di Kabupaten Lumajang sepenuhnya diserahkan kepada PDAM. Jumlah sistem layanan yang digunakan PDAM saat ini sebanyak 12 unit, dengan rincian 1 unit pelayanan beroperasi di kecamatan Kota Lumajang sedangkan 11 unit pelayanan beroperasi di kecamatan lainnya. Jenis sistem yang digunakan adalah 1 unit layanan menggunakan pengolahan lengkap yaitu unit layanan Senduro yang airnya berasal dari sungai, sedangkan unit-unit lainnya dilakukan tanpa pengolahan yang bahannya menggunakan sumber dari mata air. Sistem yang digunakan pada pengolahan lengkap tersebut adalah dengan sistem gravitasi dan perpompaan, berbeda dengan beberapa kecamatan lainnya yang hanya menggunakan sistem gravitasi atau perpompaan saja.

Menurut data PDAM, wilayah Kabupaten Lumajang pada periode tahun 2005-2008 melakukan pemanfaatan sarana air bersih melalui pengelolaan PDAM dengan rincian padaTabel 13:

Tabel 13 Kapasitas produksi PDAM Lumajang

No. Uraian 2005 2006 2007 2008

1 Kapasitas Terpasang (l/detik) 190,00 190,00 190,00 190,00

2 Kapasitas Dioperasikan (l/detik) 190,00 190,00 190,00 190,00

3 Kapasitas Menganggur (l/detik) 0,00 0,00 0,00 0,00

4 Operasi Produksi Perpompaan (jam) 10, 16, 24 10, 16, 24 10, 16, 24 10, 16, 24

5 Operasi Produksi Gravitasi (jam) 24 24 24 24

6 Jumlah Produksi Air

- Produksi instalasi PDAM (m3/tahun) 5.240.538 5.441.267 5.227.501 4.945.858

- Pembelian dari pihak lain (m3/tahun) - - - -

7 Jumlah Air Didistribusikan (m3/tahun) 5.240.538 5.441.267 5.227.501 4.945.858 Sumber: Business Plan PDAM 2009


(45)

Khusus untuk pelayanan air bersih di Kecamatan Senduro, PDAM unit Senduro hanya melayani lima desa yang ada di sekitar pusat kecamatan. Desa-desa tersebut adalah Desa Senduro, Burno, Pandansari, Kandang Tepus, dan Kandangan. Kondisi inilah yang menyebabkan masyarakat di kawasan hulu dan wilayah yang tidak terjangkau saluran PDAM hanya mengandalkan air yang diambil langsung dari mata air, saluran perpipaan terbatas, penampung air hujan, sumur gali, serta sumur pompa sedangkan sumber dari sungai, danau, dan waduk tidak tersedia. Sumber yang banyak digunakan masyarakat yaitu melalui saluran perpipaan terbatas. Pada contoh di wilayah Desa Argosari, dari total 780 Kepala Keluarga (KK) yang ada, 725 KK diantaranya memanfaatkan hidran umum sementara 55 KK lainnya mengupayakan penyediaan air melalui perpipaan air rumah tangga dengan pembangunan swadaya masyarakat.


(46)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Sistem Kemitraan

5.1.1 Analisis isi surat kesepakatan kemitraan

Kesepakatan kemitraan antara Balai Besar TNBTS dengan PDAM Kabupaten Lumajang terdapat pada surat keputusan Nomor 508/PPP/Kwl-6/1999 dan saat ini dalam proses perpanjangan perjanjian kerjasama. Sedangkan kemitraan antara BB TNBTS dengan Pemerintah Desa Argosari dituangkan dalam surat keputusan Nomor BA.09/BB.21/BW.22/2008. Dalam penelitian ini dilampirkan contoh format surat kerjasama berdasarkan kesepakatan konservasi sumber air antara BB TNBTS dengan Pemerintah Desa Argosari. Hal-hal yang diamati dalam surat kerjasama meliputi latar belakang, dasar hukum, proses kesepakatan. ruang lingkup, serta pemenuhan hak dan kewajiban para pihak hingga tahap evaluasinya (Lampiran 6).

5.1.1.1 Kemitraan antara Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dengan PDAM Kabupaten Lumajang

Tabel 14 Analisis isi kesepakatan kemitraan antara Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dengan PDAM Kabupaten Lumajang

Topik Pembahasan

Substansi Surat Kesepakatan

Kerjasama Pelaksanaan dan Evaluasi

Latar belakang kesepakatan

Proyek peningkatan prasarana pemukiman Jawa Timur tahun 1998/1999

Pembangunan dilaksanakan sesuai rencana namun tidak seluruh desa di Senduro terjangkau PDAM

Dasar hukum UU Nomor 5 Tahun 1990

UU Nomor 23 Tahun 1997 UU Nomor 41 Tahun 1999 Permenhut Nomor 19 Tahun 2004 Kepmenhut Nomor 390 Tahun 2003

Peraturan menjelaskan ketentuan umum pengelolaan namun tidak secara detail mengatur hal-hal mengenai kompensasi pemanfaatan air Proses

kesepakatan

- Aspirasi masyarakat pengguna air - Rekomendasi dari pemda ke

pemerintah provinsi

- Perizinan ke pemerintah pusat - Survey dan pengecekan lokasi - Kerjasama ijin pinjam pakai kawasan

hutan 1999-2004

- Kerjasama diperbaharui sejak tahun 2008 namun belum mencapai kesepakatan dengan sistem yang baru

Proses berjalan sesuai prosedur, pada tahap awal perizinan tidak mengalami kendala yang berarti. Perubahan sistem membuat penyesuaian yang belum dapat diterima oleh pihak PDAM dalam hal pemenuhan kewajiban kompensasi penggunaan air


(47)

Tabel 14 Analisis isi kesepakatan kemitraan antara Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dengan PDAM Kabupaten Lumajang (lanjutan)

Topik Pembahasan

Substansi Surat Kesepakatan

Kerjasama Pelaksanaan dan Evaluasi

Ruang lingkup Penggunaan lahan seluas 9 m2 dan jaringan pipa sepanjang 2.860 m

Aspek teknis pembangunan sesuai dengan rencana. Bak

penampungan berfungsi hingga sekarang dan saluran dibangun dengan cara ditanam sehingga sesuai prinsip kelestarian Hak dan

kewajiban

Hak pengelola taman nasional - Memperoleh informasi dan laporan rencana dan pelaksanaan kegiatan - Pendataan dan monitoring - Evaluasi/pengawasan pelaksanaan dan melakukan penghentian kerjasama Hak PDAM

- Memanfaatkan sumberdaya air dari dalam kawasan TNBTS

- Memperoleh informasi kegiatan pemanfaatan dan konservasi

Kewajiban pengelola taman nasional - Memberikan pelayanan

- Mengawasi kegiatan penggunaan air - Melakukan pembinaan, bimbingan teknis dan penyuluhan

- Melakukan monitoring dan evaluasi - Menyusun Rencana Pelaksanaan Program dan Rencana Kerja Tahunan Kewajiban PDAM

- Menjaga ekosistem dan memelihara kelangsungan fungsi resapan - Pengendalian pemanfaatan sumberdaya air

- Memanfaatkan sumberdaya air secara berkelanjutan

- Turut serta dalam upaya perlindungan dan TNBTS - Tidak melakukan pelanggaran perundang-undangan

- Menunjuk pengelola pengaturan sumberdaya air

- Menyusun Rencana Pelaksanaan Program dan Rencana Kerja Tahunan - Mengupayakan pendanaan terkait dengan pelaksanaan kerjasama

Informasi pelaksanaan kegiatan diperoleh pada saat awal kerjasama. Monitoring dan evaluasi balai taman nasional belum dapat dilakukan dengan baik karena kendala kurangnya informasi

Air dapat dimanfaatkan oleh PDAM namun informasi kegiatan didalam TN terkendala kurangnya komunikasi sehingga tidak berjalan lancar

Kewajiban balai TN sebagian besar telah dilakukan namun masih kurang dalam monitoring dan pengawasan

Kewajiban PDAM sudah cukup dipenuhi dalam hal penggunaan air sesuai ketentuan. Namun belum dalam hal partisipasi upaya perlindungan kawasan dan pendanaan

Pada awalnya, kemitraan antara BB TNBTS dengan PDAM Kabupaten Lumajang berstatus pinjam pakai kawasan hutan. Prosesnya diawali dari aspirasi masyarakat pengguna air yang menyampaikan usulan pembangunan instalasi air


(1)

2.

Hak- hak PI HAK KEDUA

:

a. Memanfaatkan sumberdaya air dari dalam kawasan TN BTS sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Memperoleh informasi yang benar dalam rangka kegiatan pemanfaatan dan konservasi sumberdaya air.

KEWAJI BAN PARA PI HAK

Pasal 5

1.

Kew ajiban PI HAK PERTAMA

:

a. Memberikan pelayanan/ memperbolehkan pemanfaatan sumber daya air sesuai dengan peraturan berlaku.

b. Mengawasi kegiatan penggunaan air melalui mekanisme yang ditetapkan bersama.

c. Melakukan pembinaan, bimbingan t eknis dan penyuluhan terhadap masyarakat dalam rangka konservasi dan pemanfaatan sumberdaya air yang berasal dari dalam kawasan TN BTS di Blok Jantur, minimal 1 (satu) tahun sekali atau sewaktu-waktu sesuai dengan keperluan

d. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kuantitas dan kualitas sumber daya air bersama-sama dengan

PI HAK

KEDUA

e. Menyusun Rencana Pelaksanaan Program dan Rencana Kerj a Tahunan Konservasi Sumberdaya Air di Blok Jantur , bersama-sama dengan

PI HAK

KEDUA

2. Kew ajiban PI HAK KEDUA

:

a. Menjaga ekosistem dan memelihara kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air dengan melakukan penanaman / rehabilitasi pada areal tersebut.

b. Pengendalian pemanfaatan sumber daya air di Blok Jantur melalui pelestarian dan perawatan keutuhan penutupan vegetasi hutan di sekitar dan sepanjang jalur pipanisasi.

c. Memanfaatkan sumberdaya air secara berkelanjutan dengan memperhatikan kemanfaatan umum.

d. Turut serta dalam upaya perlindungan dan pengamanan TN BTS, khususnya di sekitar Blok Jantur

e. Tidak menjadi bagian dari pihak yang melakukan pelanggaran terhadap perundang-undangan di bidang kehutanan dan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

f. Memfasilitasi kegiatan penyuluhan kehutanan di Desa Argosari. g. Menunjuk pengelola pengaturan sumberdaya air dengan tata cara

yang telah disepakati bersama warga Desa Argosari.

h. Menyusun Rencana Pelaksanaan Program dan Rencana Kerja Tahunan tentang Konservasi Sumberdaya Air di Blok Jantur, bersama-sama dengan PI HAK PERTAMA

i. Mengupayakan pendanaan terkait dengan pelaksanaan kerj asama ini


(2)

PELAPORAN DAN EVALUASI

Pasal 6

1. Pelaporan

:

a. Laporan tahunan atau insidentil disusun oleh PI HAK KEDUA dan disampaikan kepada PI HAK PERTAMA

b. Laporan sebagaimana butir a. diatas berisi perkembangan pelaksanaan perj anjian kerjasama termasuk permasalahan yang dihadapi terkait pemanfaatan air, dalam bent uk Laporan Triwulan, Semester dan Tahunan

c. Laporan akhir disusun oleh PI HAK KEDUA setelah masa perjanjian kerjasama ini berakhir dan diserahkan kepada PI HAK PERTAMA selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya perjanjian kerjasama ini.

2. Evaluasi :

a. Evaluasi dilakukan minimal 1 (satu) tahun sekali dan menjelang berakhirnya masa perjanjian kerjasama

b. Evaluasi dilaksanakan oleh PI HAK PERTAMA untuk disampaikan kepada PI HAK KEDUA

c. Tanggapan PARA PI HAK atas evaluasi sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, disampaikan kepada PARA PI HAK

JANGKA WAKTU DAN PERPANJANGAN

PERJANJI AN KERJASAMA

Pasal 7

1. Perjanjian Kerjasama ini berlaku selama 5 (lima) tahun sejak tanggal penandatanganan oleh PARA PI HAK dan dapat diperpanjang atas persetujuan PARA PI HAK

.

2. Permohonan perpanjangan perjanjian kerjasama ini disampaikan oleh

PI HAK KEDUA

selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya perjanjian kerjasama

.

PERUBAHAN DAN PEMBATALAN

PERJANJI AN KERJASAMA

Pasal 8

1. Perubahan atas perjanjian kerjasama ini dilakukan berdasarkan persetujuan secara tertulis dari

PARA PI HAK

2. Perjanjian kerjasama ini dapat dibatalkan atas persetujuan

PARA

PI HAK

sebelum jangka waktu perjanjian kerjasama ini berakhir

3. Perjanjian Kerjasama ini akan disesuaikan apabila terdapat aturan terbaru dari Departemen Kehutanan.

4. Apabila berdasarkan evaluasi dan monitoring ternyata

PI HAK KEDUA

tidak dapat melaksanakan ketentuan dalam perjanjian kerjasama ini, maka

PI HAK PERTAMA

secara sepihak dapat melakukan pemutusan kerjasama ini setelah 3 (tiga) kali peringatan tidak ditanggapi.


(3)

SARANA DAN PRASARANA

HASI L PERJANJI AN KERJASAMA

Pasal 9

1. Kawasan TN.BTS yang dimanfaatkan untuk lokasi kerjasama ini tetap berstatus sebagai Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. 2. Setelah berakhirnya perjanj ian kerjasama ini, sarana dan prasarana

yang ada otomatis menjadi asset

PI HAK PERTAMA

guna menunjang kegiatan Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

3.

Setiap publikasi hasil perj anjian kerjasama merupakan kesepakatan

PARA PI HAK

dan menjadi arsip

PARA PI HAK

PENYELESAI AN SENGKETA ( FORCE MAJEURE)

Pasal 10

1. Perjanjian kerjasama ini tunduk dan wajib ditafsirkan menurut ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku di Republik I ndonesia.

2. Setiap perselisihan atau perbedaan pendapat yang mungkin timbul dalam Perjanj ian Kerjasama ini akan diselesaikan oleh

PARA PI HAK

dengan jalan musyawarah untuk mencapai mufakat.

3. Apabila terjadi perselisihan dan perbedaan pendapat yang tidak dapat diselesaikan secara musyawarah dan mufakat, maka

PARA PI HAK

sepakat menunjuk Pengadilan Negeri Lumajang di Kabupaten Lumajang Propinsi Jawa Timur untuk menyelesaikannya.

PERATURAN PERALI HAN

Pasal 11

1. Hal-hal yang belum diatur dalam perjanj ian kerjasama ini akan disusun dan disepaki bersama dikemudian hari dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini


(4)

P E N U T U P

Pasal 12

Perjanjian Kerjasama ini ditandatangani oleh PARA PI HAK dan dibuat masing-masing dalam rangkap 2 (dua) bermaterai cukup masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama.

PI HAK KEDUA PI HAK PERTAMA

MARTI AM

I r. JUSMAN

NI P. 710022075

Camat Senduro

Mengetahui :

Kepala Balai Besar Taman

Nasional Bromo Tengger Semeru

Drs. Chodiri

NI P. 510051509

I r. Novianto Bambang W., M.Si.

NI P. 080055847


(5)

Keterangan: a. dan b. Bangunan penampung air; c. Sarana pengolahan air (bak

Lampiran 7. Dokumentasi Pemanfaatan Air Melalui PDAM

a

e

b

f

c


(6)

Keterangan: a. dan b. Kondisi wilayah Desa Argosari; c. dan d. Bak penampung

air; e. dan f. Saluran air; g. dan h. Penggunaan air untuk kebutuhan

pokok dan pertanian.

Lampiran 8. Dokumentasi Pemanfaatan Air Langsung Oleh Masyarakat

a

b

c

d

e

f