Supply Chain Management AHP

BAB III LANDASAN TEORI

3.1. Supply Chain Management

1 Supply Chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan –perusahaan tersebut biasanya termasuk supplier, pabrik, distributor, toko dan ritel, serta perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik. Pada suatu supply chain biasanya ada 3 aliran yang harus dikelola. Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu upstream ke hilir downstream. Kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu. Yang ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hilir ke hulu ataupun sebaliknya. Istilah Supply Chain Management pertama kali dikemukakan oleh Oliver dan Weber pada tahun 1982 yakni: Supply Chain Management adalah sistematik, koordinasi strategi dari fungsi bisnis tradisional dengan perusahaan kecil dan lintas bisnis dengan rantai pasok dengan maksud untuk memperbaiki kinerja jangka panjang dari perusahaan itu sendiri dan perusahaan rantai pemasok sebagai keseluruhan. 1 I Nyoman Pujawan. Supply Chain Management. Edisi Kedua. Penerbit: Guna Widya. 2005. h 5-7 Universitas Sumatera Utara

3.2. Supply Chain Operation Reference SCOR Model

3.2.1. Sekilas Mengenai SCOR Model

Supply Chain Operation Reference SCOR Model merupakan suatu model konseptual yang dikembangkan oleh Supply Chain Council SCC, sebuah organisasi non-profit independent, sebagai standar antar industri cross industry. Tujuan dari standarisasi yang dilakukan SCC adalah untuk memudahkan pemahaman rantai pasok sebagai suatu langkah awal dalam rangka memperoleh suatu manajemen rantai pasok yang efektif dan efisien dalam menopang strategi perusahaan www.supply-chain.org, 2006. Organisasi yang terbentuk pada tahun 1996 oleh Pittligio, Rabin, Todd dan McGrath PRTM dan lembaga riset AMR di Amerika ini, beranggotakan 69 orang sukarelawan yang terdiri dari para praktisi dunia industri dan para peneliti. SCOR Model mempunyai kerangka yang menggabungkan antara proses bisnis rantai pasok, pengukuran kinerja berdasarkan best practice ke dalam suatu struktur yang terintegrasi sehingga proses komunikasi antar pelaku rantai pasok dan aktivitas manajemen rantai pasok dapat berjalan secara optimal www.supplychain.org, 2006. SCOR pada dasarnya juga merupakan model yang berdasarkan proses. Model ini mengitegrasikan tiga elemen utama dalam manajemen yaitu: 1. Business process reeingineering pada hakikatnya menangkap proses kompleks yang terjadi saat ini dan mendefinisikan proses yang diinginkan. Universitas Sumatera Utara 2. Benchmarking adalah kegiatan untuk mendapatkan data kinerja operasional dari perusahaan sejenis. Target internal kemudian ditentukan berdasarkan kinerja best in class yang diperoleh. 3. Process measurement berfungsi untuk mengukur, mengendalikan, dan memperbaiki proses-proses supply chain, SCOR membagi proses-proses supply chain menjadi 5 proses inti seperti yang diuraikan dibawah ini: 1. Plan yaitu proses menyeimbangkan permintaan dan pasokan untuk menentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan, produksi, dan pengiriman. 2. Source yaitu proses pengadaan barang atau jasa untuk memenuhi permintaan. Proses yang dicakup termasuk penjadwalan pengiriman dari supplier, menerima, dan mengecek dan memberikan otorisasi pembayaran untuk barang yang dikirim supplier, memilih supplier, mengevaluasi kinerja supplier dan sebagainya. 3. Make yaitu proses untuk mentransformasi bahan bakukomponen menjadi produk yang diinginkan pelanggan. 4. Deliver yang merupakan proses untuk memenuhi permintaan terhadap barang atau jasa. Biasanya meliputi order manajemen, transportasi, dan distribusi. 5. Return yaitu proses pengembalian atau menerima pengembalian produk karena berbagai alasan. Kegiatan yang terlibat antara lain identifikasi kondisi produk, meminta otorisasi pengembalian cacat, penjadwalan pengembalian, dan melakukan pengembalian. Universitas Sumatera Utara SCOR memiliki tiga hirarki proses. Tiga hirarki tersebut menunjukkan bahwa SCOR melakukan dekomposisi proses dari yang umum ke detail seperti hal nya model Chan dan Li. Tiga level tersebut adalah: 1. Level 1 adalah level tertinggi yang memberikan definisi umum dari lima proses diatas. 2. Level 2 dikatakan sebagai konfigurasi level dimana supply chain perusahaan bisa dikonfigurasi sekitar 30 proses inti. 3. Level 3 dinamakan process element level, mengandung definisi elemen proses, input, output, metrik dan masing-masing elemen proses serta refrensi benchmark dan best practice.

3.3. Pengukuran Kinerja

Evaluasi kinerja dilakukan dengan menilai parameter-parameter kinerja, seperti manajemen aset, profitabilitas, tingkat pelayanan, dan waktu pengiriman. Model SCOR adalah salah satu indikator standar untuk membantu perusahaan membangun kinerja rantai pasok yang ada saat ini akan dievaluasi dan dibandingkan dengan perusahaan lain di industri yang sama. Bagian kinerja SCOR terdiri dari dua tipe elemen: atribut kinerja dan metrik.

3.3.1. Atribut Kinerja

2 Atribut kinerja adalah pengelompokan metrik yang digunakan untuk menyatakan strategi. Atribut itu sendiri tidak dapat diukur melainkan digunakan 2 John Paul. Panduan PenggunaanTransformasi Rantai Suplai Dengan Model SCOR. Cetakan Pertama. Penerbit: PPM. 2014. h 122-113 Universitas Sumatera Utara untuk menentukan arah strategi. Metrik mengukur kemampuan dalam mencapai arah-arah strategi tersebut. Lima atribut kinerja dalam SCOR adalah: 1. Keandalan Reliability Keandalan reliability adalah atribut yang berfokus pada konsumen. Suatu rantai suplai sebaiknya bersifat konsumen-sentris, dan perusahaan di dalam rantai perlu memenuhi kebutuhan konsumen. Keandalan menyatakan kemampuan menjalankan tugas-tugas yang diharapkan. Keandalan berfokus kepada kemampuan memprediksi hasil dari sebuah proses. Metrik keandalan mencakup: tepat waktu, tepat jumlah, tepat kualitas. Sedangkan indikator kinerja utama metrik level 1 adalah Perfect Order Fullfilment pemenuhan pesanan sempurna. POF adalah presentase pesanan yang memenuhi kinerja pengiriman dengan dokumentasi yang utuh dan akurat dan tanpa kerusakan pengiriman. Rumus untuk melakukan perhitungan terhadap POF adalah: [Jumlah Pesanan yang Sempurna] x 100 [Jumlah Pesanan Total] 2. Kecepatan dalam merespon Responsiveness Atribut Responsiveness, atau kecepatan dalam merespon menyatakan seberapa cepat suatu tugas dijalankan. Hal ini menunjukkan kecepatan yang konsisten dalam menjalankan bisnis. Metrik pengukuran dalam responsiveness adalah OFCT Order Fulfillment Cycle Time. Perhitungan OFCT dapat dilakukan dengan rumus: [Jumlah Waktu Siklus Aktual untuk Semua Pesanan yang dikirim] [Jumlah total pesanan yang dikirim]. Universitas Sumatera Utara 3. Ketangkasan Agility Ketangkasan menyatakan kemampuan merespon perubahan eksternal. Pengaruh eksternal mencakup peningkatan atau penurunan permintaan yang tidak terduga, penyuplai atau rekanan yang berhenti beroperasi, bencana alam, tindak terorisme, atau masalah-masalah tenaga kerja. Untuk mengukur agility menggunakan upside sc flexibility didefinisikan sebagai jumlah hari yang dibutuhkan untuk mencapai peningkatan tak terencana secara berkelanjutan sebanyak 20. Perhitungan berdasarkan waktu terlama yang dibutuhkan untuk mencapai peningkatan tak terencana yang berkelanjutan dengan mempertimbangkan komponen source, make dan deliver. 4. Biaya Cost Biaya adalah atribut yang fokusnya internal. Atribut biaya menyatakan biaya yang digunakan menjalankan proses. Biaya pada umumnya mencakup biaya tenaga kerja, bahan baku, transportasi. Salah satu perhitungannya menggunakan total cost to serve: Biaya Perencanaan + Biaya Pengadaan + Biaya Bahan Baku + Biaya Produksi + Biaya Manajemen Pesanan + Biaya PemenuhanPengiriman + Biaya Pengembalian + Cost of Good Sold. 5. Manajemen Aset Asset Management Manajemen aset menyatakan kemampuan memanfaatkan aset secara efisien. Strategi manajemen aset dalam rantai suplai mencakup penurunan inventori serta penentuan produksi sendiri atau subkontrak. Salah satu perhitungannya menggunakan rumus: [Penghasilan Rantai Suplai – COGS – Biaya Manajemen Rantai Suplai] Aset Tetap Rantai Suplai. Universitas Sumatera Utara

3.4. AHP

Anlytical Hierarchy Process 3 Dalam memecahkan persoalan dengan analisis logika eksplisit ada tiga prinsip: prinsip menyusun hirarki, prinsip menetapkan prioritas, dan prinsip konsistensi logis. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tentinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut. Manfaat dari penggunaan Analytical Hierarchy Process AHP antara lain yaitu: 1. Memadukan intuisi pemikiran, perasaan dan penginderaan dalam menganalisis pengambilan keputusan. 2. Memperhitungkan konsistensi dari penilaian yang telah dilakukan dalam membandingkan faktor-faktor yang ada. 3. Memudahkan pengukuran dalam elemen. 4. Memungkinkan perencanaan ke depan. Tahapan —tahapan pengambilan keputusan dalam metode AHP pada dasarnya adalah sebagai berikut : 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan 2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan kriteria-kriteria dan alternaif-alternatif pilihan yang ingin di ranking. 3. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing —masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan 3 Thomas L Saaty. Pengambilan Keputusan. Cetakan Kedua. PT Pustaka Binaman Pressindo. 1993. h 17-90. Universitas Sumatera Utara berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. 4. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom. 5. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data preferensi perlu diulangi. Nilai eigen vector yang dimaksud adalah nilai eigen vector maximum yang diperoleh dengan menggunakan matlab maupun dengan manual. 6. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki. 7. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai eigen vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintesis pilihan dalam penentuan prioritas elemen —elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan. 8. Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan CR 0, 100 maka penilaian harus diulang kembali. Universitas Sumatera Utara

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4. 1.

Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Asia Raya Foundry yang bergerak dalam bidang produksi spare part mesin-mesin pabrik kelapa sawit maupun alat berat. Perusahaan ini berlokasi di Jalan Sei Belumai no 118, Dusun I, Desa Dagang Gelambir, Tanjung Morawa Km 16, Medan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari 2015 - Juli 2015.

4.2. Jenis Penelitian

4 Jenis penelitian ini adalah penelitian deksriptif dimana penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematik tentang fakta-fakta dan sifat- sifat suatu objek atau populasi tertentu. Tujuan dari penelitian descriptive adalah untuk mendapatkan profil atau aspek-aspek yang relevan dari fenomena yang menarik dari suatu organisasi atau kelompok tertentu. Penelitian deskriptif ini dilakukan dengan survei terhadap beberapa responden. Dalam penelitian ini survei dilakukan terhadap 10 responden mengenai kinerja supplier yang bekerja sama dengan perusahaan. 4 Sukaria Sinulingga. Metode Penelitian. Cet I; Medan: USU Press, 2011, h. 26. Universitas Sumatera Utara