ditemukan meningkatkan interaksi dengan Mdm2, sehingga meningkatkan shuttling
pada mitokondria induksi apoptosis yang tergantung transkripsi Dumont, 2003. Sementara allele Pro72, yang berhubungan dengan
perkembangan kanker Marin,2000 dan penurunan survival pasien Tommiska,2005, telah dihubungkan dengan penurunan translokasi p53 dari inti
sel Dummont,2003 Dalam keadaan ini, interaksi p53 dengan Mdm2 akan mengakibatkan penekanan terhadap p53 dan mengakibatkan perkembangan
tumor. NF2 merupakan salah satu protein yang mengakibatkan downregulation aksi inhibisi Mdm2 terhadap p53 Mayo,2002; Chang 2009
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut “Bagaimanakan gambaran pewarnaan
imunohistomikimia p53 pada pasien meningioma di RSHAM?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pewarnaan imunohistokimia p53 pada penderita meningioma yang datang berobat ke RSUP HAM pada periode Pebuari 2010-
Pebruari 2013
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik usia, subtipe histopatologi, PTEI, jenis
kelamin, rekurensi, dan lokasi tumor pada penderita meningioma di RSUP HAM pada periode Pebruari 2010- Pebruari 2013
2. Untuk mengetahui gambaran meningioma rekuren dihubungkan dengan
ekspresi protein p53 pada penderita meningioma di RSUP HAM pada periode Pebruari 2010- Pebruari 2013
Universitas Sumatera Utara
3. Untuk mengetahui gambaran ekspresi p53 pada meningioma
dihubungkan dengan PTEI pada penderita meningioma di RSUP HAM pada periode Pebruari 2010- Pebruari 2013
4. Untuk mengetahui ekspresi p53 pada setiap sub tipe histopatologi
meningioma pada penderita meningioma di RSUP HAM pada periode Pebruari 2010- Pebruari 2013
5. Untuk mengetahui ekspresi p53 dihubungkan dengan jenis kelamin pada
penderita meningioma di RSUP HAM pada periode Pebruari 2010- Pebruari 2013
1.4 Manfaat Penelitian
1. Mendapatkan gambaran p53 pada pasien meningioma 2. Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi ilmiah dalam
penanganan meningioma dan akan bermanfaat untuk meningkatkan upaya peningkatan kesehatan masyarakat khususnya dalam bidang bedah saraf.
3. Sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 MENINGIOMA
Pada abad 18 dan 19 meningioma hanya dapat terdiagnosa pada pasien bila pasien tersebut mengalami perubahan pada tulang tengkorak yang didekatnya,
sehingga tampak pada inspeksi maupun palpasi. Hanya sedikit usaha pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat lesi ini, dan hanya sedikit saja
yang menguntungkan pasien. Dari 13 operasi yang dilakukan antara 1743 da 1896, 9 pasien mengalami kematian.
Pada 1894 John Cleland, seorang profesor anatomy di Glasgow menemukan bahwa dua tumor meningioma yang ditemukannya di ruang diseksi,
berasal dari arachnoid dan bukan duramater. Pada 1915 pendapat ini kembali ditegaskan oleh Cushing dan Weed.
Tumor ini kemudian telah mendapatkan berbagai penamaan termasuk fungoid tumor, sarcoma, cylindroma, endothelioma, dan fibroma. Cushing
mengajukan nama mengiothelioma sebagai usaha untuk menjelaskan tumor ini berdasarkan jaringan yang terlibat. Cushing berusaha untuk menghindarkan
nama histologis karena pada saat tersebut komposisi tumor masih belum jelas, dia juga berusahan menghindarkan penggunaan nama berdasar letak anatomis
karena tumor ini dapat terdapat pada daerah yang sangat bervariasi. Kemudian Cushing lebih memilih untuk menggunakan nama meningioma.
EPIDEMIOLOGI
Meningioma adalah tumor yang berasal dari arachnoid cap cell yang terdapat pada selaput arachnoid yang melapisi seluruh permukaan otak. Meningioma
dapat terjadi dimana saja di seluruh permukaan otak termasuk dasar tengkorak dan walaupun jarang pada sistem ventrikel Louis et al, 2000. Meningioma
merupakan 13-26 dari semua tumor primer intra kranial Perry et al., 2007.
Universitas Sumatera Utara