Jilid-03-Depernas 24-Bab-33
BAB 33. KEUANGAN.
GARIS BESAR PEMBANGUNAN BIDANG KEUANGAN
Pendahuluan (tindjauan umum)
§ 542. Ekonomi dan keuangan Negara pada dewasa ini berada dalam
keadaan jang menghawatirkan, jang mengakibatkan makin ber
tambahnja kesulitan dan beban penghidupan rakjat. Keadaan
jang demikian disebabkan oleh beberapa masalah sulit sebagai
mana tersimpul dalam gambaran jang diberikan oleh Kabinet
Kerdja kepada D.P.R. sebagai latar belakang kebidjaksanaan
nja mengenai Rantjangan Anggaran Belandja tahun 1960, ada
lah sebagai berikut :
a. Masalah ikuttjampurnja Pemerintah dalam kehidupan eko
nomi (Ekonomi Terpimpin) :
b. Pengaruh keadaan dan peristiwa2 sedjak tahun 1957 pada
keadaan dan perkembangan dewasa ini, jang bersekitar
pada:
1. pemberontakan P.R.R.I,/Permesta
2. besarnja Anggaran Belandja untuk pertahanan
3. defisit besar Anggaran Belandja beberapa tahun bertu
rutturut,
c. Kurang tjukupnja persediaan devisen.
d. Defisit tahun 1959.
e. Perkembangan harga2.
f. Tindakan2 moneter,
§ 543. Rentetan kesulitan sebagai digambarkan diatas menjebabkan
ekonomi Indonesia seluruhnja dibajangi atau diliputi oleh sua
sana inflasi. Rentjana dan tindakan jang umumnja terpikirkan
untuk menghadapi sesuatu inflasi dapat dirangkaikan mendja
di satu manysided program :
a. Menghasilkan surplus jang besar dalam anggaran belandja
Negara.
b. Mentjegah iniflasi upah.
c. Pembatasan kredit untuk konsumsi.
d. Penetapan persentase jang rendah dalam pemberian kredit
untuk bangunan dan barang tetap lainja, untuk mentjegah
supaja djangan timbal perdagangan spekulasi.
e. Kampagne besar2an supaja ada pasaran untuk obligasi Pe
merintah.
601
f. Alokasi bahan baku dan bahan penolong untuk golongan 2
usaha serta pemberian tjatu dan pengendalian harga untuk
daerah tertentu,
Mengenai saran2 jang disebut diatas pada umumnja ada per
samaan pendapat dikalangan para ahli keuangan dunia.
Semua saran itu sudah dipeladjari oleh Pemerintah dan telah
diichtiarkan untuk melaksanakannja.
§ 544. Sekaliptm apa jang disebut „quantity theory ” sudah hilang pe
ngaruhnja, hingga sekarang masih Bering kali kita mendengar
pendapat, bahwa perubahan2 dalam tingkat harga barang dan
djasa, pada umumnja adalah ditentukan oleh volume uang.
Pendapat ini, jang memberi gambaran sederhana dan simplis
tis, ada benarnja dan ada salahnja.
Oleh Pemerintah disadari benar2, bahwa sumber terbesar dari
tambahan djumlah uang jang heredar, adalah dari pihak Peme
rintah sendiri. Karena itu dengan sekuat tenaga diichtiarkan
untuk mentjapai „kloppende begroting” atau begroting dengan
defisit seketjil mungkin.
Dalam menjusun Rantjangan Anggaran Belandja tahun 1960
ada keinginan untuk meniadakan system Anggaran Tambahan
jang selalu berlaku sampai tahun 1959. Dalam pada itu tidak
dapat dipungkiri, bahwa angka2 mengenai tahun 1960 masih
merupakan estimate, djadi masih mungkin mengalami perobahan
karena perobahan harga barang kenaikan upah atau tidak ma
suknja padjak. Dalam itu belum lagi diperhitungkan kemung
kinan tambahan perbelandjaan untuk Angkatan Perang, jang
mungkin memerlukannja berhubung dengan pemulihan keama
nan atau disebabkan oleh sesuatu perubahan sekonjong2 dalam
keadaan internasional Dalam alam inflasi taksiran memang sa
ngat mungkin meleset. Karena itu satu2nja type jang sementara
waktu dapat kita pergunakan untuk Rantjangan Anggaran Be
1andja kita jalah apa jang disebut „managed compensatory pro
gram”.
Jang dimaksudkan dengan compensatory program ialah ran
tjangan jang sangat flexible sifat mana memang diperlukan
untuk menampung perubahan atau adjustment,
Unsur compensasi jang termaktub didalamnja hanja mungkin
terpenuhi dengan adanja projek2 pembangunan besar2an, Dalam
memiiih projek2 itu perlu ada jang memeberi hasil jang sub
stantieel jang tjepat. Dengan demikian, maka sedjak semula
kita sudah bersiap2 untuk menghadapi sesuatu surprise, baik
jang merugikan maupun jang menguntungkan, Hasil jang di
harapkan dari sektor pembangunan memungkinkan pekerdja
an improvisasi menghadapi tambahan2 jang tidak disangka2
sehinga global picture mendjadi sangat dynamis.
Dengan dynamik jang demikianlah berani memikul resiko fluk
tuasi, bukan sadja jang berupa kenaikan harga barang dan
602
tambahan belandja untuk Angkatan Perang, melainkan djuga
kenaikan upah, jang berarti meringankan beban untuk golong
an jang besar dalam masjarakat kita,
Dengan pemikiran diatas itu njatalah sudah, betapa penting
nja peranan berbagai2 projek jang dapat mendatangkan hasil
tjepat dan besar, produktiviteit itu merupakan kompentasi atau
balancewheel terhadap unsur2 jang memperkuat tendens infla
toir,
§ 545. Perluasan penanaman modal Pemerintah dibidang pemba
ngunan lebih urgent lagi dengan adainja pembatasan kredit
melalui systeem reserve sebagai ditentukan oleh Dewan Mo
neter. Karena systeem ini tidak sadja membatasi kredit untuk
konsumsi, melainkan djuga melumpuhkan usaha pembangunan
jang bertudjuan deflatoir. Untuk mentjukupi kebutuhan barang 2
jang berupa keperluan pokok, perlu ditambah import bahan 2
baku dan penolong disektor partikulir jang dewasa ini djika
diambil rata2 baru berdjumlah 1 dollar percapita sekwartal.
Disamping itu pengawasan peredaran barang dan pengenda
lian harga harus tetap didjalankan untuk penertiban perda
gangan,
§ 546. Tindakan2 dalam bidang ekonomimoneter jang telah didjalan
kan harga harus tetap didjalankan untuk penertiban perda
out jang mejakinkan dapat mengatasi kesulitan sekarang ini
Pemerintah pada umumnja masih tetap mendasarkan penerima
an Negara pada kenaikan padjak, kontraksi uang dan defisit,
dengan tidak mempertimbangkan sesuatu spurt dalam lapang
an pembangunan, sehinga perluasan tindakan 2 moneter dan fis
cal sangat berat dirasakan bagi rakjat.
§ 547. Posisi kita jang ketinggalan dalam perkembangan ekonomi du
nia tampak sekali dari rendahnja Pendapatan Nasional, jang
menurut taksiran Depernas ± Rp. 236 miljar untuk tahun
1960, jang berarti pengahasilan percapita ± Rp. 2500, se
tahuni sedangkan penghasilan rata2 untuk tiap penduduk Ma
laya adalah 100 poundsterling setahunn jang berarti ± 5 kali
lebih tinggi dari penghasilan rata n penduduk Indonesia, per
tahun,
Untuk mengedjar ketinggalan tni diperlukan usaha beberapa
generasi djika ditempuh djalan convensionil, Oleh karena itu
kita harus mentjiptakan djalan jang penuh dynamik agar ke
tinggalan tersebut segera dapat terkedjar.
Sebagaimana ditandaskan dalam Manifesto Politik, ichtiar un
tuk menemukan fikiran dan konsepsi barn dalam meninggikan
tarap hidup bangsa Indonesia hingga sedjadjar dengan negara 2
lain, harus tetap berorientasi pada ,wilajah kekuasaan R.I.
funds dan forces berupa kekajaan alam diperairan kita, keka
603
jaan diatas dan didalam bumi, berupa hutan dan sumur 2 mi
njak, Penghasilan bersih jang dapat diharapkan dari tiga bi
dang itu selama 8 tahun (19611969) lebih kurang sebesar
$ 6185 djuta.
Hasil ini belum ada sepersepuluh atau seperdelapan dari luas
nja kekajaan alam tanah air Indonesia.
§ 548. Dengan didjalankannja ketiga projek tsb. diatas oleh Perusa
haan Negara (State Company) dengan ba:nturan eksploitasi
(operational mark) jang dikerdjakan bersama maskapai asing
dengan kondisi upah jang lazim disebut Argentinepattern,
maka terkumpullah modal milik kita sendiri jang dapat diper
gunakan untuk membiajai Pola Pembangunan Semesta Beren
tjana tahap pertama.
Usaha ini sesuai dengan pasal 33 U.U.D., karena kuasa dan
hak milik, demikian djuga konsesi untuk eksploitasi adalah
tetap ditangan Pemerintah, Hutan lain dan kekajaan minjak
adalah tetap kepunjaan Negara.
Membawa funds dan forces luar negeri turut Berta dalam spurt
pembangunan kita sangat perlu untuk mengedjar waktu, karena
sebagaim,ana oleh P.J.M. Presideh, masjarakat Indonesia be
kas negeri djadjahan jang belum pernah berkesempatan mem
bangun sendiri dan baru berlatih sendiri, mengalami beberapa
kekurangan jang meliputi masalah2:
a.
modal,
b.
tenaga2 nhli,
c.
tenaga kedjuruan.
d.
pengalaman2.
Ketiga2nja projek pokok itu memberi djalan jang mejakinkan
akan membubungnja kegiatan2 ekonomi dan merupakan way
out akan terhalaunja semua tendensinflatoir,
Suatu ekspansi kilat dari kegiatan ekonomi memerlukan eks
pansi moneter jang besar sekali,
§ 549. Kegiatan2 ekonomi tersebut diatas jang bergandengan deng ,an
naiknja penghasilan (desposable income dan pendapatan na
sional) perlu merata diseiuruh Indonesia, sampai kepeloksok 2.
Llntuk membantu dan mempersiapkan ini perltt disediakan
modal besar untuk bank jang akan memuaskan usahanja untuk
perkembangan masjarakat desa.
Meningkatnja kegiatan2 didesa akan mempertinggi daja beli
rakjat perluasan keperluan sehari2 jang berarti volume barang
dan djasa jang dapat dibeli bertambah besar. Dengan demi
kian kenaikan produktiviteit akan dapat ditampung . didesa 2.
Hal ini merupakan faktor jang sangat panting untuk lantjar
nja dan stikses pembangunan, jang seakan2 mendjalar kepen
djuru jang delapan.
604
Dengan hasil dari usaha tersebut diatas maka dapat diharapkan
nanti bahwa pendapatan nasional akan bertambah besar dalam
waktu delapan tahun dengan 31,6% (per kapita 11,6%).
§ 550. Sumber keuangan Negara
Menurut nota keuangan Negara tahun 1960. sumber 2 keuang an
Negara adalah
a. 1. Padjak langsung dan tidak langsung.
2. Meerwinst bensin dan minjak tanah.
3. Meerwinst barang dagangan.
b. 1. Perusahaan Negara (LB.W.),
2. Perusahaan asing jang diambil alih.
c. Penerimaan jang berhadapan dengan pengeluaran.
d. Perbedaan angka penerimaan I.C.W. dan I.B.W.
e. Pindjaman dalam negeri.
f. Dash filrnancing
§ 551. Dibandingkan dengan tahun 1959, maka pendapatan Negara
dari perpadjakan pada tahun 1960 mengalami kenaikan lebih
dari 60%. Apabila diperhitungkan ,dengan pendapatan dalam
sektor perpadjakan ini dengan Pendapatan Nasional . tahun
1960 jang diperkirakan akan mentjapai djumlah sebesar
Rp, 206 miljar, maka pendapatan dari sektor ini sedikitnja
mentjapai 15,09% dari pendapatan Nasional, sedangkan pada
tahun 1955 hanja 7,5% sadja dari seluruh Pendapatan Nasio
nal. Menurut taksiran terachir, maka Pendapatan Nasional tahun
1960 adalah Rp. 236 miljar.
§ 552. Pada susunan anggaran.pendapatan tahun 1960, pemungutan
padjak tak langsung menempati angka dan persentase jang
tinggi djika dibandingkan dengan padjak langsung.
Kenaikan pendapatan Negara dalam tahun 1960 sebagian
besar ditetapkan pada perpadjakan dan perwudjudannja .akan
banjak tergantung pada effisiensi administrasi Negara dan ke
djudjuran para petugas jang melaksanakannja,
§ 543. Struktur anggaran belandja
Rentjana A.B, tahun 1960 disesuaikan dengan angka realisasi
Pa, tahun 1959 dengan perubahan2.
a. meniadakan sistim anggaran tambahan jang selalu berlaku
sedjak tahun 1957 — 1959.
b. memakai sistim baru dengan membaginja dalam 4 golongan :
605
1.
2.
3.
4.
sub anggaran biasa,
sub anggaran pembangunan,
anggaran perusahaan,
anggaran perhitungan,
c. menambah sumber penerimaan Negara sedjumlah Rp. 20
miljar berhubung dengan penerimaan Negara jang direntja
naka,n untuk tahun 1960 sebesar Rp, 44 miljar, sedang pe
nerimaan tahun 1959 sebesar Rp, 24 miljar.
§ 554. Kebidjaksanaan penggunaan A.B.
Sudah mendjadi kenjataan, bahwa perwudjudan dari penggu
naan A.B, Negara berturuta sedjak tahun 1956 sampai tahun
1959 selalu mengalami defisit jang besar karena pengeluaran
Negara tidak seimbang dengan pendapatan Negara.
Akibat dari defisit jang berturut a terasa sekali dalam bidang
ekonomikeuangan, terutama dalam penambahan beban peng
hidupan rakjat. Karena itu dengan sekuat tenaga diichtiarkan
untuk mentjapai „kloppende begroting” atau begroting dengan
defisit seketjil mungkin dengan djalan :
a. Tindakan2 disesuaikan dengan manifesto Politik dan tri ,
program Pemerintah jaitu :
1. sandang pangan,
2. keamanan;
3. melandjutkan perdjuangan melawan imperialisme dan
kapitalisme.
b. Harus memperkuat dasar2 Pembangunan Semesta,
c. Menekan sekeras2 nja pengeluaran jang tidak perlu,
d. Berusaha memperbesar penerimaan Negara.
e. Masa peralihan untuk Pembangunan Semesta sudah dapat
diwudjudkan.
f. Merobah pengawasan dan pelaksanaan A.B.
g. Merobah adminitrasi dan pembukuan serta perhitungan
anggaran belandja,
h. Pengeluaran untuk keamanan diberi prioritet disamping
operasi sandang pangan.
i. Untuk tahun 1960 tidak diidjinkan lagi pengadjuan angga
ran tambahan ketjuali untuk projekekonomi jang harus di
tindjau benar rentabilitet dan manfaatnja bagi masjarakat
dalam waktu jang tertentu,
Sebagai usaha untuk menekan defisit dalam anggaran belandja
tahun 1960, maka Pemerintah berusaha memperbesar penda
patan Negara dengan menambah perpadjakan dan meerwinst.
606
Kebidjaksanaan penggunaan untuk pemulihan keamanan meli
puti 37% untuk investasi )ang bersifat development 14,3%, ter
lampau ketjil djika diingat program untuk mentjukupi sandang
pangan.
§ 555. Kebidjaksanaan penggunaan devisen
a. Berusaha memperluas ekspor dengan djalan mentjari pasar
jang baru di luar negeri.
b. Impor diusahakan sedemikian rupa sehingga arus bahan
untuk industri dalam negeri dan barang2 pokok jang pen
ting bag' rakjat dapat terdjamin.
c. Pengeluaran untuk djasa ditekan dimana mungkin, seperti:
transfer keuntungan, transfer sosiaP, ongkos perwakilan R.I.
di luar negeri dan sebagainja.
d. Neratja pembajaran devisen ditekan sedemikian rupa, se
hingga kemorosotan persediaan devisen dapat dikekang
claim batas jang dianggap tidak membahajakan kegiatan
perekonomian Negara.
Dalam keadaan posisi devisen jang sangat labil dianggap perlu
mengadakan pembagian devisen untuk sektor partikelir dan
Pemerintah, dengan prognose devisen satu tahun dan tiap
triwulan.
Prognose ini berdasarkan hasil devisen jang diperkirakan se
bagai hasil ekspor jang direaliseer dalam triwulan jang bersang
kutan.
Dengan demikian tjara jang ditempuh itu menggantungkan po
sisi dan djatah devisen kepada djumlah besarnja pendapatan
ekspor dimana perhitungan terpaksa diktat dalam djangka
pendek dan djuga tergantung.pada tinggi rendahnja harga ba
rang diluar negeri.
§ 544. Situasi devisen dan neratja pembajaran Indonesia
Ekpor jang merupakan sumber dari seluruh pendapatan devi
sen Negara, memperlihatkan kemunduran pada tahun 1958.
Nilai ekspor (tidak termasuk minjak tanah) untuk tahun 1958
menurut 27% dari tahun 1957 dan djika dibandingkan dengan
angka rata2 tahun 1954 — 1956 kemerosotan berdjumlah 35%.
Berhubung dengan menipisnja persediaan devisen, maka ke
bidjaksanaan neratja pembajaran tidak dapat ditudjukan untuk
membiajai ketekoran dalam neratja djasa"dengan surplus dari
neratja barang Satu2nja djalan untuk menutup belandja barang
dan djasa ialah dengan hutang luar negeri, jang akan mem
berantas djuga terhadap neratja pembajaran berupa pengeluar
an untuk bunga pentjitjilan pindjaman disamping pindjaman la
ma dikemudian hari,
607
§ 557. Neratja perdagangan
Pada pokoknja jang tergambar dalam tahun 1958 rata 2 semua
djenis ekspor memperlihatkan kemerosotan djika dibandingkan
dengan tahun 1957 ketjuali tembakau jang naik dari 14 ribu
ton mendjadi 21 ribu ton.
§ 558. Politik dan sistim ekspor dan impor
Ekspor dan impor merupakan rangkaian jang sangat panting
dalam ekonomi dan keuangan Negara.
Sistim impor dan ekspor jang dilakukan sekarang merupakan
sistim tjampuran (mixed) jang pada pokoknja barang jang di
hasilkan Negara diekspor oleh Pemerintah sendiri sedangkan
jang lain disalurkan melalui RT.2 Negara atau gabungan eks
portir swasta. Dalam bidang impor barang2 jang vital (sandang
pangan) didjalankan oleh Pemerintah sedangkan barang 2 lain
nja disalurkan melalui_P.T2 Negara atau gabungan importir
swasta,
Sebagian dari barang2 vital masih diserahkan pada importir
swasta dengan melalui screening jang didjalankan oleh pengu
saha industri jang disahkan oleh Pemerintah,
Dalam taraf pertama politik tjampuran itu dapat dibenarkan
karena akan ada proses penjederhanaan mengenai djumlah eks
portir dan importir dan dengan kontrole jang keras akan ter
tjipta kristalisasi dan dapat menghindarkan manipulasi.
Tindakan jang didjalankan untuk memperbesar ekspor diusa
hakan dengan djalan
a. Menertibkan djalan ekspor;
1. Bahan/barang jang dihasilkan oleh Negara diekspor
sendiri oleh badan jang dibentuk dan/atau jang ditun
djuk oleh Negara,
2. Prodttsen besar Pemerintah diandjurkan sedapat mung
kin mongekspor bahan dan barang produksi sendiri dan
apabila diinginkan bahan dan barang produksi itu dapat
diserahkan ekspornja kepada P.T.2 Negara dan/atau
eksportir swasta.
3. Hasil bumi lainnja diserahkan ekspornja kepada P.T.2
Negara dan eksportir swasta.
b. Menertibkan tjara perdagangan lokal dan sedapat mungkin
memperpendek rangkaian perdagangan antara produsen dan
eksportir dengan maksud mendjaga untuk bahan dan
barang jang di ekspor dan menghilaigkan tindakan spe
kulasi. Tjara penjehatan dibidang ini ialah :
1. dibentuk gabungan eksportir untuk satu djenis atau
gabungan djenis bahan dan barang.
608
Pimpinan dari perserikatan ini ditundjuk oleh Pemerin
tah dan policy serta pengawasan Pemerintah dilakukan
melalui pimpinan gabungan tsb.
2. mengad.akan suatu „richtprijsstop” mengenai harga ba
han dan harang ekspor didalam negeri jang disesuaikan
dengan harga bahan dan barang dipasaran bar negeri,
sehingga dapat dihindarkan adanja „dispariteit ” harga
dan spekulasi dapat dihilangkan atau dikurangi.
3. menundjuk makelar jang disumpah oleh Pemerintah un
tuk menghantir „richtprijsstop” tersebut diatas.
c. Mengenai perdagangan dalam negeri dapat diuraikan sbb.:
1. Dari perkembangan harga diseluruh Indonesia menge
nai barang2 termasuk sandang dan pangan dapat diambil
kesimpulan bahwa :
(a) belum tertjapai uniformiteit mengenai harga.
(b) ada perbedaan antara harga pasar dengan harga jang
ditetapkan resmi oleh Pemerintah.
2. Faktor jang menjebabkan gedjala demikian adalah :
(a) kesulitan transpor,
(b) tidak adanja uniformiteit tentang tjara penjaluran ba.
rangbarang tersebut,
(c) sifat spekulasi jang terdapat dikalangan pedagang
atau badan penjaluran lainnja.
3. Tjara Pemerintah menjebatkan keadaan ini ialah
(a) membentuk badan jang berstatus resmi urusan
djenis barang, termasuk sandang dan pangan, jang
ber tugas :
—
merentjanakan kebutuhan,
—
melaksanakan supervisi.
(b) membentuk organisasi atau perserikatan jang ber
status swasta menurut rayon2 diseluruh Indonesia,
guna penjaluran tiap djenis barang, termasuk san
dang dan pangan.
§ 549. Politik perkreditan jang didjalankan Pemerintah dewasa ini
Sebagai akibat dari makin besarnja defisit dalam anggaran
belandja jang berturut2 dari tahun 1956 — 1959 sangat terasa
pengaruh inflasi jang makin mendjalar kedalam semua bidang
kehidupan Negara.
Untuk mengurangi inflasi tersebut telah diusahakan dengan se
kuat tenaga dan segala daja, diantaranja dengan djalan :
a. Pembatasan perkreditan setjara kwantitatif, jaitu membatasi
djumlah pengeluaran kredit oleh bank hingga pada batas
plafond jang tertentu pada tanggal 3181959.
609
Akan tetapi pembatasan ini dirasa kurang mentjapai hasil
jang dimaksud hingga terpaksa diambil tindakan moneter
pada tanggal.25 Agustus 1959 jang antara lain membekukan
djumlah saldo simpanan di Bank2 dan diganti mendjadi obli
gasi negara,
b. Pembatasan perkreditan setjara kwalitatif
1. bank diperbolehkan melampaui plafond kreditnja per 31
Agustus 1958 untuk pemberian kredit terhadap pengim
poran 9 djenis barang jang hanja dapat diimpor oleh
perusahaan Negara, Pemberian kredit tersebut ialah :
(a) untuk pembiajaan muka barang2 konsumsi (teks til
dan tepung terigu sampai 50% dari harga B.E.)
(b) untuk pembiajaan muka barang2 lainnja (bahan ba
ktt atau penolong sampai 50% dari harga B.E.)
(c) pembiajaan susulan (nafinanciering)
2. setelah sistim B.E dihapuskan, diadakan perubahan me
ngenai pembatasan djumlah pemberian kredit oleh bank
untuk impor.
c. Didjalankannja kontraksi uang dengan mentbatasi kemam
puan bank untuk memberi kredit akan menguntungkan
djika semua atau sebagian besar dari kredit jang ditjiptakan
oleh bank itu dipergunakan untuk tudjuan jang spekulatif
dan manipulasi. Akan tetapi sebaliknja akan merugikan
bilamana sebagian besar dari kredit tersebut dipergunakan
untuk sektor produksi, karena hal jang sedemikian itu
djustru akan melumpuhkan atau menghambat produksi,
§ 560. Keadaan perbaikan dewasa ini
a. Djumlah bank dan lingkungan kerdjanja.
Menurut tjatatan Bank Indonesia pada tanggal 31 Desember
1959, didapati 130 bank jaitu :
—
109 bank umum,
—
18 buah bank tabungan dan
—
3 .buah bank jang dipersamakan dengan bank desa
atau bank pasar atau bank pegawai.
1. Dari djumlah 109 bank umum itu empat buah diantara
nja terdiri atas bank umum kepunjaan Pemerintah,
jaitu:
(a) — Bank Negara Indonesia,
(b) — Bank Rakjat Indonesia;
(c) — Bank Umum Negara,
(d) — Bank Tani dan Nelajan.
Disamping itu masih ada bank Pemerintah lainnja jaitu
Bagian Komersil Bank Indonesia jang djuga melakukan
610
usaha bank umum, sedangkan Bank Industri Negara
merupakan suatu financieringsinstelling.
Bank Negara Indonesia, B.R.I. dan Bagian Komersil
Bank Indonesia melakukan tugas bank umum dalam
arti jang seluas2nja, termasuk djuga usaha? dalam
lapangan transaksi devisen.
Bank Tani Nelajan bertugas untuk melajani kebutuhan
kredit dari para tani, peternak dan nelajan dan bukan
bank devisen.
2. Bank umum lainnja sebanjak 105 buah adalah bank
partikelir dan 10 diantaranja adalah bank devisen.
3. Dad 18 buah Bank tabungan tersebut diatas satu dian
taranja adalah Bank Tabungan Pos dari Pemerintah,
4. Disamping itu untuk melajani kebutuhan kredit ketjil,
tumbuh badan kredit jang dipersamakan dengan bank
pasar, bank desa dan bank pegawai. Bank ini tidak di
perkenankan untuk turut serta dalam lalulintas giro,
sedangkan pindjaman jang dikeluarkannja djuga
terbatas.
b. kegiatan bank dalam perokonomian dan lalulintas pemba
jaran.
1. Kegiatan bank chususnja terletak dalam pemberian kre
dit dalatn pelbagai sektor perekonomian.
Dalam kegiatan tersebut, bank partikelir Belanda dan
asing lainnja memainkan peranan jang , sangat panting
jang meliputi 16,8% dari seluruh djumlah kredit jang
diberikan oleh Bank,
2. Ditindjau dari kegiatan bank dalam lalulintas pembaja
ran maka djumlah giro, deposito dan wesel oleh 13 bank
devisen (tanpa Bank Indonesia) berdjumlah 81,8% se
dangkan oleh hank lainnja (bukan bank devisen)
berdjumlah 18,2%.
c. Kesulitan jang dihadapi oleh bank nasional.
1. Tidak tjukup tenaga management,
2. Kekurangan modal ditambah dengan masih belum dapat
menarik kepertjajaan dari publik sepenuhnja.
3. Administrasi jang belum baik.
4. Perkreditan jang tidak sehat jang kerap kali diberikan
atas dasar jang tidak zakelijk.
5. Kurangnja pengetahuan tentang persoalan perbankan.
6. Kurang djudjurnja beberapa anggota pimpinan.
d. Mengingat pentingnja bank2 dalam lalulintas perdagangan
dan perkreditan, maka perm diusahakan penertiban dan
penjederhanaan dalam bidang dari tugas pelbagai bank,
baik bank negara, bank swasta, bank koperasi, dengan
membentuk Undang2 Induk Perbankan.
611
Tiap undang2 bagi Negara perlu disesuaikan dengan tugas,
kewadjiban dan bidang kerdja bank untuk masa datang
didalam rangka Pembangunan Semesta Berentjana,
Lalulintas uang dan lalulintas kredit menghendaki penam
pungan sehingga perkreditan dibidang produktif harus te
tap dapat berdjalan dengan ketentuan bahan semua tran
saksi jang dapat dipertanggungdjawabkan dibidang keua
ngan dan ekonomi harus melewati bank dengan tjara me
mindahbukukan, Dengan demikian akan terdjamin usaha
mentjiutkan "uang beredar" ditengah masjarakat, sedang
produksi tetap dapat berdjalan.
§ 561. Keadaan asuransi dewasa ini
Fungsi perasuransian sebagai suatu tjabang kehidupan per
ekonomian dalam Negara, selain bersifat .pertanggungan untuk
mendjaga risiko, djuga bisa digunakan sebagai pemupukan mo
dal dalam arti kata membatutu usaha pembangunan dibidang
lain, Dilain fihak, sifat menjimpan bagi beberapa djenis usaha
perasuransian membawa element educatief bagi masjarakat
menudju kearah perekonomian jang sehat,
§ 562. Stabilisasi keuangan Negara dan
a. Keadaan sekitar sanering:
Memperhatikan perkembangan ekonomiketangan Indone
sia sedjak tahun 1956 sampai achir tahun 1958 tampaklah
kesuraman jang menghawatirkan,
Defisit anggaran belandja terns bertambah, peredaran uang
makin deras, persediaan devisen makin menipis disebabkan
merosotnja hasil ekspor, ditambah djaminan emas jang me
rosot mendjadi 6,12%.
Untuk menjetop kemunduran itu Pemerintah bergerak pada
4 bidang, jaitu :
1. bidang moneter,
2. perdagangan luar negeri,
3. produksi dan distribusi.
Tindakan moneter telah didjalankan pada tanggal 2581959
jang sekaligus bergerak didua bidang jaitu kontraksi uang
dan mengatur kembali setjara kwantitatif perdagangan luar
negeri,
b. Tudjuan. pokok dari tindakan sanering itu ialah :
1. menarik uang spekulatif dari peredaran,
2. menguasai lagi volume, djalannja serta ketjepatan uang
jang beredar dalam masjarakat.
612
3. dengan pengurasan supply uang tersebut hendak diatur
produksi liwat politik kredit kwalitatif sesuai dengan
pola ekonomi terpimpin, sehingga kemudian dapat diha
rapkan stabilliteit harga dan dengan demikian akan
mempermudah pelaksanaan program sandang pangan dan
mentjiptakan landasan buat penjusunan struktur ekono
nomi jang sehat.
c. Situasi keuangan dan perekonomian.
Soal moneter sesungguhnja tidak dapat dipisahkan dari per
soalan ekonomi Negara seluruhnja. Stabilisasi keuangan
Negara dalam tingkat pertama dapat dikatakan berhasil
apabila anggaran belandja dapat dikuasai sepenuhnja dan.
produksi dalam negeri dapat berdjalan dengan lantjar dan
berarti pula mentjiptakan kesempatan bekerdja jang luas.
Tekanan inflatoir sebagai akibat tambahnja uang jang ber
edar sebenarnja dapat diperlunak apabila diimbangi dengan
banjaknja barang jang beredar, akan tetapi produksi barang
ekspor didalam negeri menundjukkan tendensi jang menu
run dan kelesuan, disebabkan :
1. soal resesi di Amerika Serikat
2. gangguan keamanan
3. perdagaflgan barter liar 1958
4. menurunnja hasil perusahaanz asing (Belanda) jang di
ambil alih.
Kemerosotan dalam bidang produksi ekspor dengan sendi
dirinja me'rupakan tjermin pula adanja kemerosotan dalam
bidang ekspor dan oieh karena ekonomi Indonesia bagian
besar masih tergantung pada ekspor maka dengan sendiri
nja mengakibatkan pengurangan impor, baik kebutuhan ba
rang konsumsi, modal maupun barang baku jang diperlukan
bagi industri dalam negeri.
Tidaklah mengherankan apabila industri dalam negeri jang
memerlukan bahan baku dari luar negeri rata n hanja dapat
bekerdja 40% — 60% dari. kapasitetnja.
Untuk mentjegah kemerosotan volume ekspor jang mengan
dung bahaja itu, maka tindakan tegas dan effektif guna
menggiatkan menambah produksi barang2 pertanian asasi
serta pertambahan harus segera diambil,
d. Politik pengendalian dan pengawasan harga.
Tudjuan pengendalian dan penetapan harga ialah :
1. Untuk kepentingan konsumen agar tidak membajar har
ga barang, djasa dan sewa terlampau tinggi,
2. Untuk kepentingan produsen, mengingat kontinuitet per
usahaan.
3. Untuk mentjari keadaan tenang dilapangan harga,
613
Ada dua penetapan harga :
(a) Untuk barang2 impor,
(b) Untak barang2 bikinan dalam Negeri.
Untuk penetapan harga barang impor dipakai sebagai dasar
"
landed cost" ditambah dengan marge keuntungan bagi ran
tairantai perdagangan,
Untuk barang2 bikinan dalam Negeri dipakni sistim pem
berian keuntungan jang lajak bagi pengusaha diatas biaja
pokok dari pada barang jang bersangkutan (sistim voor dan
nacalculatie).
§ 563. Keadaan pindjaman luar negeri dan pangganaannja
a. Pindjaman luar negeri diktat untuk projek pembangunan
artinja penggunaan pindjaman tsb. terikat kepada projek 2
ataupun barang jang diingini.
b. Kebidjaksanaan penggunaan kredit luar negeri tidak djelas
dan kurang koordinasi jang baik dalam pelaksanaannja; se
hingga pelaksanaan pembangunan jang dimaksud hukan me
rupakan pembangunan jang berentjana.
c. Untuk mentjukupi persediaan barang baku dan konsumsi
dalam negeri, pada tahun 1958 terpaksa dibiajai dengan pin
djaman luar negeri, supaja persediaan barang dalam negeri
djangan sampai membahajakan,
d. Karena tidak adanja persiapan jang tjukup untuk pembiajaan
rupiah maka sexing terdjadi, bahwa barang 2 modal tidak da
pat ditebus dari pelabuhan sehingga pelaksanaan dari projek
jang bersangkutan mendjadi tertunda atau malah terheng
kalai sama sekali.
e. Salah satu sarat mutlak bagi keselamatan pelaksanaan Pem
bangunan Semesta ialah persediaan modal rupiah dalam ne
geri sebelum barangs modal dari loan negeri tiba,
§ 564. Saran tentang rasionalisasi/effisiensi
Sebelum pelaksanan Rentjana Pembangunan Semesta dimulai,
perlu diadakan persiapan jang baik agar dalam pelaksanaannja
tidak timbul gangguan atau kematjetan,
Persiapan itu selain dibidang financiering, skill, man power, djuga
diadakan dalam bidang organisasi dan aparatur Negara, oleh
karena itu perlu diperhatikan hala sebagai berikut i
a. Penertiban dan penjederhanaan dibidang pemerintahan Pusat
(Kabinet).
Untuk memberi kelonggaran gerak tjepat dalam Pemerin
tahan dan meringgankan pembiajaan dalam A.B., harus di
usahakan:
1. memperketjil djumlah Departemen dan Menteri jang me
mimpin, hingga sama dengan djumlah Menteri inti dalam
Kabinet Kerdja dan ditambah beberapa orang sebagai
614
Perdana Menteri, Wakil Perdana Menteri dan Menteri
Negara,
2. apabila jang demikian itu sukar dilaksanakan hendak nja
diambil djumlah maksima. Djumlah Departemen di
tetapkan tidak akan melebihi 15 buah seperti waktu Ka
binet Negara Kesatuan jang pertama,
b. Penertiban dan penjederhanaan dibidang organisasi Depar
temen dan djawatan Pemerintah :
1. harus ditjoba memperketjil djumlah bagian dan sub ba
gian jang kurang perlu digabungkan atau dihapuskan,
demikian djuga djawatan jang dipandang kurang has
tugasnja digabungkan atau dihapuskan damditarik ke
pusat Departemen masuk dalam bagian atau biro jang
sudah ada.
2. tjabang djawatan kanfor inspeksi jang berkedudukan di
Daerah Swatantra Tingkat I dan II jang masih dapat di
gabungkan hendaknja diusahakan penggabungannja, .
3. beberapa djawatan perlu diperhatikan pula organisasi
vertikalnja, Sussman vertikal hanja perlu diadakan apa
bila ternjata benar bahwa tugas jang harus diselenggara
kan didaerah itu tak dapat diserahkan kepada instansi lain
jang sudah ada dan djika perlu dengan memperkuat
instansi itu dengan beberapa tenaga chusus.
4. memperbaiki koordinasi antara Departemen, antara dja
watan antara kantor dan koordinasi dalam lingkungan
masingt.
5. untuk menampung akibat dari pada pelaksanaan reorga
nisasi Departemen dan djawatan sebagai diusulkan oleh
PANOK, maka hendaknja mulai sekarang sudah disiap
kan tenaga2 pegawai untuk dipindahkan dari bagian ad
ministrasi kebidang distribusi dan produksi, dengan di
beri pendidikan seperlunja oleh Lembaga Administrasi
Negara.
c. Penertiban dan penjederhanaan dalam bidang perlengkapan
dan peralatan.
1. menertibkan dan menjederhanakan penggunaan perleng
kapan dan peralatan bagi instansi Pemerintah,
2. pembelian kendaraan bermotor bagi instansi Pemerintah
hendaknja dihentikan, kalau perlu benar hendaknja di
belikan kendaraan jang kuat, rnurah dan praktis.
Djuga pemeliharaan atas kendaraan jang sudah ada su
paja lebih diperhatikan.
3. penertiban dan pembatasan penerbitan madjalah dan bro
sur atau siaran jang bermatjam2 dari hampir semua De
partemen dan djawatan, jang kadang2 isinja banjak ber
samaan.
615
4. pembatasan terhadap konperensi dinas oleh Departemen
selain biajanja sangat besar djuga faedahnja kadang 2
djuga kurang sepadan dengan besarnja biaja; djuga per
djalanan dinas perlu dikurangi atau dibatasi,
5. memperhebat pemberantasan korupsi tanpa pandang
pangkat dan golongan karena alat Negara jang korup tidak
mungkin dipergunakan untuk melaksanakan Pem
bangunan Semesta jang diharapkan akan dapat menda
tangkan kemakmuran.
d. Penertiban dan pemeliharaan dibidang pegawai Negeri :
1. untuk mentjapai efisiensi jang sebesar2nja dikalangan
pegawai hendaknja dipupuk dan dikembangkan djiwa
kepegawaian sehingga corspgeest dapat tumbuh subur dan
didjauhkan dari segala jang hanja memetjah belah
kebulatan djiwa kepegawaian,
2. memberantas tjara jang berlaku dalam bidang politik ke
pegawaian jang menimbulkan kegelisahan dan kemoro
sotan prestasi kerdja misalnja sistim klik atau sistim
kontjo. Rasa keadilan harus dipegang teguh.
3. dalam melaksanakan peraturan peremadjaan harus ber
dasarkan pandangan jang objektip serta zakelijk,
4. diadakan udjian djabatan bagi tjalon pegawai selain sarat 2
umum jang harus dipenuhi, djuga dalam kenaikan pangkat
bagi seseorang pegawai.
5. untuk mendjaga kesungguhan kerdja dan hasil prestasi
jang baik hendaknja diusahakan pembatasan perang
kapan djabatan bagi seseorang pegawai.
6. memperbaiki dan memperhatikan kebutuhan pokok para
pegawai dengan djalan distribusi jang teratur.
e. Penertiban dalam bidang perusahaan Negeri.
Untuk menambah daja guna dan hasil jang menguntungkan
bagi Negara maka perusahaan Negara baik jang berbentuk
I.C.W., hB.W, ataupttn perusahaan Belanda jang diambil alih
meskipun harus mempunjai funksi sosial namun tudjuan
komersilnja harus djuga diperhatikan dengan sungguh2.
§ 565. Rentjana dibidang Pendapatan Nasional
a. Pendapatan Nasional adalah suatu ukuran bagi kemakmuran
sesuatu bangsa dan djuga merupakan alat jang penting untuk
perentjanaan dan alat untuk menilai hasil dari perentjanaan
itu.
b. Menurut keputusan kongres Statistik Internasional Was
hington (1947), jang dinamakan Pendapatan Nasional ber
sih (Net National Income) ialah :
616
djumlah dari harga tambahan bersih. (net value added) dari
barang dan djasa jang diprodusir oleh masjarakat jang ber
sangkutan dalam setahun, dalam bentuk final termasuk peng
hasilan dari luar negeri dan dikurangi dengan penghasilan jang
mengalir keluar negeri,
c. Untuk menghitung Pendapatan Nasional tidaklah mudah.
Kalau mau mendapatkan jang lengkap, harus dikumpulkan
angka2 jang kongkrit dari segala bidang jang terdapat pada
tahun itu.
Kesulitan jang dihadapi orang dalam menghitung Penda
patan Nasional antara lain adalah:
1. Kurang lengkap angka2 statistik dalam negara jang baru
sadja berkembang (lessdeveloped countries) dan ne gara
jang sedang bergolak,
2. Belem dapat dihitung penghasilan tiap penduduk.
3. Kesulitan menentukan perbedaan antara konsumsi tera chir
dan konsumsi pertengahan (final consumption and
intermediate consumption),
4. Kurang pengertian masjarakat.tentang pentingnja per
hitungan Pendapatan Nasional.
d. Perhitungan Pendapatan Nasional.
Berdasarkan konsep Pendapatan Nasional pada tahun 2
1957, 1958, 1959, 1960, adalah sebagai berikut :
1957 .... ..................................Rp. 120.8 miljar
1958 .......................................Rp. 180.2 miljar
1959 ..................:....................Rp. 193.0 miljat
1960 .......................................Rp. 206.0 miljar +)
e. Penanaman modal (capitalformation),
Setelah diketahui djumlah National Income tahun 1960. sebe
sar Rp. 206 miljar, maka sampailah kita kepada pertanjaan:
Berapa % dari Nasional Income itu dapat disisihkan untuk in
vestasi dan berapa % dapat dipergunakan untuk konsumsi.?
Untuk bahan perbandingan dibawah ini ditjantumkan djumlah
persentase Nasional Income jang dipergunakan untuk pemba
ngunan di :
India ..............................................5 % (1950 — 1951)
U.S.A..............................................15 %
R.R.T..............................................22 %
Sovjet Unie ....................................25 %
+) Perhitungan terachir
P.N. 1960 ± Rp. 236 miljar.
617
f. Berdasarkan Angka2 biaja jang terlamrpul dari laporan ber
bagai Seksi Depernas dapat diambil suatu gambaran, bahwa
untuk sektor pertanian paling banjak dapat dipergu
nakan 21% dari seluruh biaja pembangunan, sedang 79%
lagi akan disediakan untuk sektor perindustrian,
g. Untuk menaikkan Pendapatan Nasional dengan tingkat jang
wadjar dan sesuai dengan jang ditjita'kan oleh bangsa Indo
nesia maka tiap tahun perlu ditanam modal sedjumlah 30%.
dari Pendapatan Nasional atau 0,3 X Rp. 206 miljar = Rp.
61,8 miljar,
Dari djumlah ini ditaksir 50% berupa $ U.S. ($ 690 djuta)
sedang 50% lainnja atau Rp. 31 miljar harus tersedia un
tuk pelaksanaan projek didalam negeri.
Untuk tingkat sekarang barulah dapat ditanam modal se
djumlah 13% dari Pendapatan Nasional jaitu ± Rp. 30
miljar setiap tahun berdasarkan perhitungan Pendapat Na
sional 1960 sebesar Rp. 236 miljar, Dalam Rentjana I ini
akan digunakan modal sebesar 8 X Rp, 30 miljar = Rp. 240
miljar.
h. Perhitungan Pendapatan Nasional Indonesia.
1. Pendapatan Nasional dapat dihitung dengan mengguna
kan:
(a) „Producs Aproach” jaitu menghitung djumlah ba
nangbarang dan djasa2 jang dihasilkan oleh sesuata
negara dalam satu tahun atau
(b) "Income approach" jaitu menghitung pendapatan
masjarakat jang bekerdja disemua sektor misalnja
sektor produksi, sektor perhubungan, sektor kepe
gawaian, sektor perdagangan dan sebagainja.
2. Data2 mengenai lapangan jang disebut diatas harus ada,
apabila kita hendak menghitung Pendapatan Nasional
dengan tepat. Apabila data' itu tidak ada, kita tidak
mungkin menghitung Pendapatan Nasional dengan tepat,
tetapi hanja dapat menaksir sadja. Namun tidak akan
kita sangkal, bahwa taksiran itu djuga dapat mendekati
ke. benanan,
3. Di Indonesia data2 jang disebutkan diatas ternjata tidak
lengkap, tetapi hanja sebagian2 sadja jang ada misalnja :
dalam laporan produksi agraria tidak termasuk prodksi
buah2an dan sajur2an. Laporan mengenai produksi non
agraria tidak lengkap dan sebagainja,
4. Oleh karena data2 tersebut diatas tidak lengkap, tidak'
mungkin kita menghitung Pendapatan Nasional dengan
tepat. Hanja taksiran jang dapat kita lakukan dan hal ini
telah didjalankan oleh Biro Perantjang Negara, Univer
sitas Gadjah 1Vlada, Newmark dan sebagainja.
5. Walaupun taksiran dapat dilakukan, kita tidak mungkin
terusmenerus menaksir sadja. Pada suatu waktu kita
618
harus menghitung Pendapatan Nasional Indonesia ber
dasarkan keterangan2 jang eksak dengan tepat. Untuk itu
data2 jang dibutuhkan harus diusahakan dan sekarang
djuga harus dimulai mengadakan penjdidikan dan men
tjari bahan2 tersebut. Sampai saat ini belum mungkin men
tjiptakan angka Pendapatan .Nasional jang sungguh 2 dapat
dipertjajai.
6. Perhitungan Pendapatan Nasional untuk waktu jang akan
datang dengan mengetahui djumlah investasi sadja, tanpa
mengetahui djenis projek dan besarnja investasi untuk tiap 2
projek, akin mengalami kesukaran, karena masing 2 projek
memberi hasil jang berbeda2 (I.C.R, tidak sama).
7. Sumber2 Pendapatan Nasional Indonesia dapat dibagi da
lam dua sektor jaitu :
(a) Sektor agraria
(b) Sektor nonagraria dengan perbandingan 60 : 40.
Berdasarkan perbandingan tersebut, maka Pendapa
tan Nasional ditaksir sebagai berikut (menurut la poran
resmi).
Tahun
Hasil sektor
agraria
Perbandingan
Pendapatan Nasional
1957
57,1 miljar
56:44
100/56 X 57,1 = ± 120 miljar
1958
1959
1960
105,2 miljar
115,7 miljar
127,3 miljar
58:42
60:40
62:38
100/58 X 105,2 = ± 182 miljar
100/60 X 115,7 = ± 193 miljar
100/62 X 127,3 = ± 206 miljar
Kenaikan produksi rata2 10% tiap tahun.
8. Dalam laporan resmi Pemerintah disebutkan kenaikan
harga hasil produksi agraria 42% antara tahun 1957/
1958. Berdasarkan kenaikan harga itu, Pendapatan Na
sional bukanlah seperti diatas. Apabila kita mengambil
kenaikan 30% sadja (bukan 42%), maka Pendapatan
Nasional tahun 1959 — 1960 adalah sebagai berikut :
Tahun Produksi Produksi agraria Pendapatan Nasional
dengan kenaikan
agraria
(miljar)
3% (miljar)
(miljar)
1959 115,7
1960 127,3
150
165,5
100./60
100/62
X 150 = 250
X 165,5 = 267
Apabila produksi nonagraria tetap (tidak naik 10%) se
ang produksi agraria naik 10% tiap tahun maka Penda
patan Nasional mendjadi sebagai berikut :
1959 = 240
miljar.
1960 = 256,8 miljar.
619
9. Dari pendjelasan dan angka2 diatas dapatlah kita lihat
beberapa perbedaan dalam djumlah Pendapatan Nasio
nal kita jang didasarkan pada taksiran sadja. Kiranja
ada baiknja kalau kita mengambil angka antara kedua
djenis taksiran itu sehingga Pendapatan Nasional kita
adalah :
1959 = ± 220 miljar.
1960 = ± 236 miljar.
10.Perhitungan Pendapatan Nasional setjara tepat sangat ki ta
butuhkan untuk dapat mengetahui tingkat hidup masjarakat
kita, besarnja konsumsi, besarnja saving dan pembentukan
modal.
Dengan mengetahui Pendapatan Nasional dan pendapat
tan percapita dapatlah kita mengetahui apakah tingkat
hidup kita lebih rendah atau lebih tinggi dari tingkat hi
dup dinegara lain.
11.Apabila tingkat hidup mereka lebih tinggi maka kita ha rus
berusaha untuk mengedjar ketinggalan tersehut dan inilah
salah satu maksud dari perhitungan Pendapatan Nasional
itu dengan tepat.
§ 566. Perentjanaan pembia
GARIS BESAR PEMBANGUNAN BIDANG KEUANGAN
Pendahuluan (tindjauan umum)
§ 542. Ekonomi dan keuangan Negara pada dewasa ini berada dalam
keadaan jang menghawatirkan, jang mengakibatkan makin ber
tambahnja kesulitan dan beban penghidupan rakjat. Keadaan
jang demikian disebabkan oleh beberapa masalah sulit sebagai
mana tersimpul dalam gambaran jang diberikan oleh Kabinet
Kerdja kepada D.P.R. sebagai latar belakang kebidjaksanaan
nja mengenai Rantjangan Anggaran Belandja tahun 1960, ada
lah sebagai berikut :
a. Masalah ikuttjampurnja Pemerintah dalam kehidupan eko
nomi (Ekonomi Terpimpin) :
b. Pengaruh keadaan dan peristiwa2 sedjak tahun 1957 pada
keadaan dan perkembangan dewasa ini, jang bersekitar
pada:
1. pemberontakan P.R.R.I,/Permesta
2. besarnja Anggaran Belandja untuk pertahanan
3. defisit besar Anggaran Belandja beberapa tahun bertu
rutturut,
c. Kurang tjukupnja persediaan devisen.
d. Defisit tahun 1959.
e. Perkembangan harga2.
f. Tindakan2 moneter,
§ 543. Rentetan kesulitan sebagai digambarkan diatas menjebabkan
ekonomi Indonesia seluruhnja dibajangi atau diliputi oleh sua
sana inflasi. Rentjana dan tindakan jang umumnja terpikirkan
untuk menghadapi sesuatu inflasi dapat dirangkaikan mendja
di satu manysided program :
a. Menghasilkan surplus jang besar dalam anggaran belandja
Negara.
b. Mentjegah iniflasi upah.
c. Pembatasan kredit untuk konsumsi.
d. Penetapan persentase jang rendah dalam pemberian kredit
untuk bangunan dan barang tetap lainja, untuk mentjegah
supaja djangan timbal perdagangan spekulasi.
e. Kampagne besar2an supaja ada pasaran untuk obligasi Pe
merintah.
601
f. Alokasi bahan baku dan bahan penolong untuk golongan 2
usaha serta pemberian tjatu dan pengendalian harga untuk
daerah tertentu,
Mengenai saran2 jang disebut diatas pada umumnja ada per
samaan pendapat dikalangan para ahli keuangan dunia.
Semua saran itu sudah dipeladjari oleh Pemerintah dan telah
diichtiarkan untuk melaksanakannja.
§ 544. Sekaliptm apa jang disebut „quantity theory ” sudah hilang pe
ngaruhnja, hingga sekarang masih Bering kali kita mendengar
pendapat, bahwa perubahan2 dalam tingkat harga barang dan
djasa, pada umumnja adalah ditentukan oleh volume uang.
Pendapat ini, jang memberi gambaran sederhana dan simplis
tis, ada benarnja dan ada salahnja.
Oleh Pemerintah disadari benar2, bahwa sumber terbesar dari
tambahan djumlah uang jang heredar, adalah dari pihak Peme
rintah sendiri. Karena itu dengan sekuat tenaga diichtiarkan
untuk mentjapai „kloppende begroting” atau begroting dengan
defisit seketjil mungkin.
Dalam menjusun Rantjangan Anggaran Belandja tahun 1960
ada keinginan untuk meniadakan system Anggaran Tambahan
jang selalu berlaku sampai tahun 1959. Dalam pada itu tidak
dapat dipungkiri, bahwa angka2 mengenai tahun 1960 masih
merupakan estimate, djadi masih mungkin mengalami perobahan
karena perobahan harga barang kenaikan upah atau tidak ma
suknja padjak. Dalam itu belum lagi diperhitungkan kemung
kinan tambahan perbelandjaan untuk Angkatan Perang, jang
mungkin memerlukannja berhubung dengan pemulihan keama
nan atau disebabkan oleh sesuatu perubahan sekonjong2 dalam
keadaan internasional Dalam alam inflasi taksiran memang sa
ngat mungkin meleset. Karena itu satu2nja type jang sementara
waktu dapat kita pergunakan untuk Rantjangan Anggaran Be
1andja kita jalah apa jang disebut „managed compensatory pro
gram”.
Jang dimaksudkan dengan compensatory program ialah ran
tjangan jang sangat flexible sifat mana memang diperlukan
untuk menampung perubahan atau adjustment,
Unsur compensasi jang termaktub didalamnja hanja mungkin
terpenuhi dengan adanja projek2 pembangunan besar2an, Dalam
memiiih projek2 itu perlu ada jang memeberi hasil jang sub
stantieel jang tjepat. Dengan demikian, maka sedjak semula
kita sudah bersiap2 untuk menghadapi sesuatu surprise, baik
jang merugikan maupun jang menguntungkan, Hasil jang di
harapkan dari sektor pembangunan memungkinkan pekerdja
an improvisasi menghadapi tambahan2 jang tidak disangka2
sehinga global picture mendjadi sangat dynamis.
Dengan dynamik jang demikianlah berani memikul resiko fluk
tuasi, bukan sadja jang berupa kenaikan harga barang dan
602
tambahan belandja untuk Angkatan Perang, melainkan djuga
kenaikan upah, jang berarti meringankan beban untuk golong
an jang besar dalam masjarakat kita,
Dengan pemikiran diatas itu njatalah sudah, betapa penting
nja peranan berbagai2 projek jang dapat mendatangkan hasil
tjepat dan besar, produktiviteit itu merupakan kompentasi atau
balancewheel terhadap unsur2 jang memperkuat tendens infla
toir,
§ 545. Perluasan penanaman modal Pemerintah dibidang pemba
ngunan lebih urgent lagi dengan adainja pembatasan kredit
melalui systeem reserve sebagai ditentukan oleh Dewan Mo
neter. Karena systeem ini tidak sadja membatasi kredit untuk
konsumsi, melainkan djuga melumpuhkan usaha pembangunan
jang bertudjuan deflatoir. Untuk mentjukupi kebutuhan barang 2
jang berupa keperluan pokok, perlu ditambah import bahan 2
baku dan penolong disektor partikulir jang dewasa ini djika
diambil rata2 baru berdjumlah 1 dollar percapita sekwartal.
Disamping itu pengawasan peredaran barang dan pengenda
lian harga harus tetap didjalankan untuk penertiban perda
gangan,
§ 546. Tindakan2 dalam bidang ekonomimoneter jang telah didjalan
kan harga harus tetap didjalankan untuk penertiban perda
out jang mejakinkan dapat mengatasi kesulitan sekarang ini
Pemerintah pada umumnja masih tetap mendasarkan penerima
an Negara pada kenaikan padjak, kontraksi uang dan defisit,
dengan tidak mempertimbangkan sesuatu spurt dalam lapang
an pembangunan, sehinga perluasan tindakan 2 moneter dan fis
cal sangat berat dirasakan bagi rakjat.
§ 547. Posisi kita jang ketinggalan dalam perkembangan ekonomi du
nia tampak sekali dari rendahnja Pendapatan Nasional, jang
menurut taksiran Depernas ± Rp. 236 miljar untuk tahun
1960, jang berarti pengahasilan percapita ± Rp. 2500, se
tahuni sedangkan penghasilan rata2 untuk tiap penduduk Ma
laya adalah 100 poundsterling setahunn jang berarti ± 5 kali
lebih tinggi dari penghasilan rata n penduduk Indonesia, per
tahun,
Untuk mengedjar ketinggalan tni diperlukan usaha beberapa
generasi djika ditempuh djalan convensionil, Oleh karena itu
kita harus mentjiptakan djalan jang penuh dynamik agar ke
tinggalan tersebut segera dapat terkedjar.
Sebagaimana ditandaskan dalam Manifesto Politik, ichtiar un
tuk menemukan fikiran dan konsepsi barn dalam meninggikan
tarap hidup bangsa Indonesia hingga sedjadjar dengan negara 2
lain, harus tetap berorientasi pada ,wilajah kekuasaan R.I.
funds dan forces berupa kekajaan alam diperairan kita, keka
603
jaan diatas dan didalam bumi, berupa hutan dan sumur 2 mi
njak, Penghasilan bersih jang dapat diharapkan dari tiga bi
dang itu selama 8 tahun (19611969) lebih kurang sebesar
$ 6185 djuta.
Hasil ini belum ada sepersepuluh atau seperdelapan dari luas
nja kekajaan alam tanah air Indonesia.
§ 548. Dengan didjalankannja ketiga projek tsb. diatas oleh Perusa
haan Negara (State Company) dengan ba:nturan eksploitasi
(operational mark) jang dikerdjakan bersama maskapai asing
dengan kondisi upah jang lazim disebut Argentinepattern,
maka terkumpullah modal milik kita sendiri jang dapat diper
gunakan untuk membiajai Pola Pembangunan Semesta Beren
tjana tahap pertama.
Usaha ini sesuai dengan pasal 33 U.U.D., karena kuasa dan
hak milik, demikian djuga konsesi untuk eksploitasi adalah
tetap ditangan Pemerintah, Hutan lain dan kekajaan minjak
adalah tetap kepunjaan Negara.
Membawa funds dan forces luar negeri turut Berta dalam spurt
pembangunan kita sangat perlu untuk mengedjar waktu, karena
sebagaim,ana oleh P.J.M. Presideh, masjarakat Indonesia be
kas negeri djadjahan jang belum pernah berkesempatan mem
bangun sendiri dan baru berlatih sendiri, mengalami beberapa
kekurangan jang meliputi masalah2:
a.
modal,
b.
tenaga2 nhli,
c.
tenaga kedjuruan.
d.
pengalaman2.
Ketiga2nja projek pokok itu memberi djalan jang mejakinkan
akan membubungnja kegiatan2 ekonomi dan merupakan way
out akan terhalaunja semua tendensinflatoir,
Suatu ekspansi kilat dari kegiatan ekonomi memerlukan eks
pansi moneter jang besar sekali,
§ 549. Kegiatan2 ekonomi tersebut diatas jang bergandengan deng ,an
naiknja penghasilan (desposable income dan pendapatan na
sional) perlu merata diseiuruh Indonesia, sampai kepeloksok 2.
Llntuk membantu dan mempersiapkan ini perltt disediakan
modal besar untuk bank jang akan memuaskan usahanja untuk
perkembangan masjarakat desa.
Meningkatnja kegiatan2 didesa akan mempertinggi daja beli
rakjat perluasan keperluan sehari2 jang berarti volume barang
dan djasa jang dapat dibeli bertambah besar. Dengan demi
kian kenaikan produktiviteit akan dapat ditampung . didesa 2.
Hal ini merupakan faktor jang sangat panting untuk lantjar
nja dan stikses pembangunan, jang seakan2 mendjalar kepen
djuru jang delapan.
604
Dengan hasil dari usaha tersebut diatas maka dapat diharapkan
nanti bahwa pendapatan nasional akan bertambah besar dalam
waktu delapan tahun dengan 31,6% (per kapita 11,6%).
§ 550. Sumber keuangan Negara
Menurut nota keuangan Negara tahun 1960. sumber 2 keuang an
Negara adalah
a. 1. Padjak langsung dan tidak langsung.
2. Meerwinst bensin dan minjak tanah.
3. Meerwinst barang dagangan.
b. 1. Perusahaan Negara (LB.W.),
2. Perusahaan asing jang diambil alih.
c. Penerimaan jang berhadapan dengan pengeluaran.
d. Perbedaan angka penerimaan I.C.W. dan I.B.W.
e. Pindjaman dalam negeri.
f. Dash filrnancing
§ 551. Dibandingkan dengan tahun 1959, maka pendapatan Negara
dari perpadjakan pada tahun 1960 mengalami kenaikan lebih
dari 60%. Apabila diperhitungkan ,dengan pendapatan dalam
sektor perpadjakan ini dengan Pendapatan Nasional . tahun
1960 jang diperkirakan akan mentjapai djumlah sebesar
Rp, 206 miljar, maka pendapatan dari sektor ini sedikitnja
mentjapai 15,09% dari pendapatan Nasional, sedangkan pada
tahun 1955 hanja 7,5% sadja dari seluruh Pendapatan Nasio
nal. Menurut taksiran terachir, maka Pendapatan Nasional tahun
1960 adalah Rp. 236 miljar.
§ 552. Pada susunan anggaran.pendapatan tahun 1960, pemungutan
padjak tak langsung menempati angka dan persentase jang
tinggi djika dibandingkan dengan padjak langsung.
Kenaikan pendapatan Negara dalam tahun 1960 sebagian
besar ditetapkan pada perpadjakan dan perwudjudannja .akan
banjak tergantung pada effisiensi administrasi Negara dan ke
djudjuran para petugas jang melaksanakannja,
§ 543. Struktur anggaran belandja
Rentjana A.B, tahun 1960 disesuaikan dengan angka realisasi
Pa, tahun 1959 dengan perubahan2.
a. meniadakan sistim anggaran tambahan jang selalu berlaku
sedjak tahun 1957 — 1959.
b. memakai sistim baru dengan membaginja dalam 4 golongan :
605
1.
2.
3.
4.
sub anggaran biasa,
sub anggaran pembangunan,
anggaran perusahaan,
anggaran perhitungan,
c. menambah sumber penerimaan Negara sedjumlah Rp. 20
miljar berhubung dengan penerimaan Negara jang direntja
naka,n untuk tahun 1960 sebesar Rp, 44 miljar, sedang pe
nerimaan tahun 1959 sebesar Rp, 24 miljar.
§ 554. Kebidjaksanaan penggunaan A.B.
Sudah mendjadi kenjataan, bahwa perwudjudan dari penggu
naan A.B, Negara berturuta sedjak tahun 1956 sampai tahun
1959 selalu mengalami defisit jang besar karena pengeluaran
Negara tidak seimbang dengan pendapatan Negara.
Akibat dari defisit jang berturut a terasa sekali dalam bidang
ekonomikeuangan, terutama dalam penambahan beban peng
hidupan rakjat. Karena itu dengan sekuat tenaga diichtiarkan
untuk mentjapai „kloppende begroting” atau begroting dengan
defisit seketjil mungkin dengan djalan :
a. Tindakan2 disesuaikan dengan manifesto Politik dan tri ,
program Pemerintah jaitu :
1. sandang pangan,
2. keamanan;
3. melandjutkan perdjuangan melawan imperialisme dan
kapitalisme.
b. Harus memperkuat dasar2 Pembangunan Semesta,
c. Menekan sekeras2 nja pengeluaran jang tidak perlu,
d. Berusaha memperbesar penerimaan Negara.
e. Masa peralihan untuk Pembangunan Semesta sudah dapat
diwudjudkan.
f. Merobah pengawasan dan pelaksanaan A.B.
g. Merobah adminitrasi dan pembukuan serta perhitungan
anggaran belandja,
h. Pengeluaran untuk keamanan diberi prioritet disamping
operasi sandang pangan.
i. Untuk tahun 1960 tidak diidjinkan lagi pengadjuan angga
ran tambahan ketjuali untuk projekekonomi jang harus di
tindjau benar rentabilitet dan manfaatnja bagi masjarakat
dalam waktu jang tertentu,
Sebagai usaha untuk menekan defisit dalam anggaran belandja
tahun 1960, maka Pemerintah berusaha memperbesar penda
patan Negara dengan menambah perpadjakan dan meerwinst.
606
Kebidjaksanaan penggunaan untuk pemulihan keamanan meli
puti 37% untuk investasi )ang bersifat development 14,3%, ter
lampau ketjil djika diingat program untuk mentjukupi sandang
pangan.
§ 555. Kebidjaksanaan penggunaan devisen
a. Berusaha memperluas ekspor dengan djalan mentjari pasar
jang baru di luar negeri.
b. Impor diusahakan sedemikian rupa sehingga arus bahan
untuk industri dalam negeri dan barang2 pokok jang pen
ting bag' rakjat dapat terdjamin.
c. Pengeluaran untuk djasa ditekan dimana mungkin, seperti:
transfer keuntungan, transfer sosiaP, ongkos perwakilan R.I.
di luar negeri dan sebagainja.
d. Neratja pembajaran devisen ditekan sedemikian rupa, se
hingga kemorosotan persediaan devisen dapat dikekang
claim batas jang dianggap tidak membahajakan kegiatan
perekonomian Negara.
Dalam keadaan posisi devisen jang sangat labil dianggap perlu
mengadakan pembagian devisen untuk sektor partikelir dan
Pemerintah, dengan prognose devisen satu tahun dan tiap
triwulan.
Prognose ini berdasarkan hasil devisen jang diperkirakan se
bagai hasil ekspor jang direaliseer dalam triwulan jang bersang
kutan.
Dengan demikian tjara jang ditempuh itu menggantungkan po
sisi dan djatah devisen kepada djumlah besarnja pendapatan
ekspor dimana perhitungan terpaksa diktat dalam djangka
pendek dan djuga tergantung.pada tinggi rendahnja harga ba
rang diluar negeri.
§ 544. Situasi devisen dan neratja pembajaran Indonesia
Ekpor jang merupakan sumber dari seluruh pendapatan devi
sen Negara, memperlihatkan kemunduran pada tahun 1958.
Nilai ekspor (tidak termasuk minjak tanah) untuk tahun 1958
menurut 27% dari tahun 1957 dan djika dibandingkan dengan
angka rata2 tahun 1954 — 1956 kemerosotan berdjumlah 35%.
Berhubung dengan menipisnja persediaan devisen, maka ke
bidjaksanaan neratja pembajaran tidak dapat ditudjukan untuk
membiajai ketekoran dalam neratja djasa"dengan surplus dari
neratja barang Satu2nja djalan untuk menutup belandja barang
dan djasa ialah dengan hutang luar negeri, jang akan mem
berantas djuga terhadap neratja pembajaran berupa pengeluar
an untuk bunga pentjitjilan pindjaman disamping pindjaman la
ma dikemudian hari,
607
§ 557. Neratja perdagangan
Pada pokoknja jang tergambar dalam tahun 1958 rata 2 semua
djenis ekspor memperlihatkan kemerosotan djika dibandingkan
dengan tahun 1957 ketjuali tembakau jang naik dari 14 ribu
ton mendjadi 21 ribu ton.
§ 558. Politik dan sistim ekspor dan impor
Ekspor dan impor merupakan rangkaian jang sangat panting
dalam ekonomi dan keuangan Negara.
Sistim impor dan ekspor jang dilakukan sekarang merupakan
sistim tjampuran (mixed) jang pada pokoknja barang jang di
hasilkan Negara diekspor oleh Pemerintah sendiri sedangkan
jang lain disalurkan melalui RT.2 Negara atau gabungan eks
portir swasta. Dalam bidang impor barang2 jang vital (sandang
pangan) didjalankan oleh Pemerintah sedangkan barang 2 lain
nja disalurkan melalui_P.T2 Negara atau gabungan importir
swasta,
Sebagian dari barang2 vital masih diserahkan pada importir
swasta dengan melalui screening jang didjalankan oleh pengu
saha industri jang disahkan oleh Pemerintah,
Dalam taraf pertama politik tjampuran itu dapat dibenarkan
karena akan ada proses penjederhanaan mengenai djumlah eks
portir dan importir dan dengan kontrole jang keras akan ter
tjipta kristalisasi dan dapat menghindarkan manipulasi.
Tindakan jang didjalankan untuk memperbesar ekspor diusa
hakan dengan djalan
a. Menertibkan djalan ekspor;
1. Bahan/barang jang dihasilkan oleh Negara diekspor
sendiri oleh badan jang dibentuk dan/atau jang ditun
djuk oleh Negara,
2. Prodttsen besar Pemerintah diandjurkan sedapat mung
kin mongekspor bahan dan barang produksi sendiri dan
apabila diinginkan bahan dan barang produksi itu dapat
diserahkan ekspornja kepada P.T.2 Negara dan/atau
eksportir swasta.
3. Hasil bumi lainnja diserahkan ekspornja kepada P.T.2
Negara dan eksportir swasta.
b. Menertibkan tjara perdagangan lokal dan sedapat mungkin
memperpendek rangkaian perdagangan antara produsen dan
eksportir dengan maksud mendjaga untuk bahan dan
barang jang di ekspor dan menghilaigkan tindakan spe
kulasi. Tjara penjehatan dibidang ini ialah :
1. dibentuk gabungan eksportir untuk satu djenis atau
gabungan djenis bahan dan barang.
608
Pimpinan dari perserikatan ini ditundjuk oleh Pemerin
tah dan policy serta pengawasan Pemerintah dilakukan
melalui pimpinan gabungan tsb.
2. mengad.akan suatu „richtprijsstop” mengenai harga ba
han dan harang ekspor didalam negeri jang disesuaikan
dengan harga bahan dan barang dipasaran bar negeri,
sehingga dapat dihindarkan adanja „dispariteit ” harga
dan spekulasi dapat dihilangkan atau dikurangi.
3. menundjuk makelar jang disumpah oleh Pemerintah un
tuk menghantir „richtprijsstop” tersebut diatas.
c. Mengenai perdagangan dalam negeri dapat diuraikan sbb.:
1. Dari perkembangan harga diseluruh Indonesia menge
nai barang2 termasuk sandang dan pangan dapat diambil
kesimpulan bahwa :
(a) belum tertjapai uniformiteit mengenai harga.
(b) ada perbedaan antara harga pasar dengan harga jang
ditetapkan resmi oleh Pemerintah.
2. Faktor jang menjebabkan gedjala demikian adalah :
(a) kesulitan transpor,
(b) tidak adanja uniformiteit tentang tjara penjaluran ba.
rangbarang tersebut,
(c) sifat spekulasi jang terdapat dikalangan pedagang
atau badan penjaluran lainnja.
3. Tjara Pemerintah menjebatkan keadaan ini ialah
(a) membentuk badan jang berstatus resmi urusan
djenis barang, termasuk sandang dan pangan, jang
ber tugas :
—
merentjanakan kebutuhan,
—
melaksanakan supervisi.
(b) membentuk organisasi atau perserikatan jang ber
status swasta menurut rayon2 diseluruh Indonesia,
guna penjaluran tiap djenis barang, termasuk san
dang dan pangan.
§ 549. Politik perkreditan jang didjalankan Pemerintah dewasa ini
Sebagai akibat dari makin besarnja defisit dalam anggaran
belandja jang berturut2 dari tahun 1956 — 1959 sangat terasa
pengaruh inflasi jang makin mendjalar kedalam semua bidang
kehidupan Negara.
Untuk mengurangi inflasi tersebut telah diusahakan dengan se
kuat tenaga dan segala daja, diantaranja dengan djalan :
a. Pembatasan perkreditan setjara kwantitatif, jaitu membatasi
djumlah pengeluaran kredit oleh bank hingga pada batas
plafond jang tertentu pada tanggal 3181959.
609
Akan tetapi pembatasan ini dirasa kurang mentjapai hasil
jang dimaksud hingga terpaksa diambil tindakan moneter
pada tanggal.25 Agustus 1959 jang antara lain membekukan
djumlah saldo simpanan di Bank2 dan diganti mendjadi obli
gasi negara,
b. Pembatasan perkreditan setjara kwalitatif
1. bank diperbolehkan melampaui plafond kreditnja per 31
Agustus 1958 untuk pemberian kredit terhadap pengim
poran 9 djenis barang jang hanja dapat diimpor oleh
perusahaan Negara, Pemberian kredit tersebut ialah :
(a) untuk pembiajaan muka barang2 konsumsi (teks til
dan tepung terigu sampai 50% dari harga B.E.)
(b) untuk pembiajaan muka barang2 lainnja (bahan ba
ktt atau penolong sampai 50% dari harga B.E.)
(c) pembiajaan susulan (nafinanciering)
2. setelah sistim B.E dihapuskan, diadakan perubahan me
ngenai pembatasan djumlah pemberian kredit oleh bank
untuk impor.
c. Didjalankannja kontraksi uang dengan mentbatasi kemam
puan bank untuk memberi kredit akan menguntungkan
djika semua atau sebagian besar dari kredit jang ditjiptakan
oleh bank itu dipergunakan untuk tudjuan jang spekulatif
dan manipulasi. Akan tetapi sebaliknja akan merugikan
bilamana sebagian besar dari kredit tersebut dipergunakan
untuk sektor produksi, karena hal jang sedemikian itu
djustru akan melumpuhkan atau menghambat produksi,
§ 560. Keadaan perbaikan dewasa ini
a. Djumlah bank dan lingkungan kerdjanja.
Menurut tjatatan Bank Indonesia pada tanggal 31 Desember
1959, didapati 130 bank jaitu :
—
109 bank umum,
—
18 buah bank tabungan dan
—
3 .buah bank jang dipersamakan dengan bank desa
atau bank pasar atau bank pegawai.
1. Dari djumlah 109 bank umum itu empat buah diantara
nja terdiri atas bank umum kepunjaan Pemerintah,
jaitu:
(a) — Bank Negara Indonesia,
(b) — Bank Rakjat Indonesia;
(c) — Bank Umum Negara,
(d) — Bank Tani dan Nelajan.
Disamping itu masih ada bank Pemerintah lainnja jaitu
Bagian Komersil Bank Indonesia jang djuga melakukan
610
usaha bank umum, sedangkan Bank Industri Negara
merupakan suatu financieringsinstelling.
Bank Negara Indonesia, B.R.I. dan Bagian Komersil
Bank Indonesia melakukan tugas bank umum dalam
arti jang seluas2nja, termasuk djuga usaha? dalam
lapangan transaksi devisen.
Bank Tani Nelajan bertugas untuk melajani kebutuhan
kredit dari para tani, peternak dan nelajan dan bukan
bank devisen.
2. Bank umum lainnja sebanjak 105 buah adalah bank
partikelir dan 10 diantaranja adalah bank devisen.
3. Dad 18 buah Bank tabungan tersebut diatas satu dian
taranja adalah Bank Tabungan Pos dari Pemerintah,
4. Disamping itu untuk melajani kebutuhan kredit ketjil,
tumbuh badan kredit jang dipersamakan dengan bank
pasar, bank desa dan bank pegawai. Bank ini tidak di
perkenankan untuk turut serta dalam lalulintas giro,
sedangkan pindjaman jang dikeluarkannja djuga
terbatas.
b. kegiatan bank dalam perokonomian dan lalulintas pemba
jaran.
1. Kegiatan bank chususnja terletak dalam pemberian kre
dit dalatn pelbagai sektor perekonomian.
Dalam kegiatan tersebut, bank partikelir Belanda dan
asing lainnja memainkan peranan jang , sangat panting
jang meliputi 16,8% dari seluruh djumlah kredit jang
diberikan oleh Bank,
2. Ditindjau dari kegiatan bank dalam lalulintas pembaja
ran maka djumlah giro, deposito dan wesel oleh 13 bank
devisen (tanpa Bank Indonesia) berdjumlah 81,8% se
dangkan oleh hank lainnja (bukan bank devisen)
berdjumlah 18,2%.
c. Kesulitan jang dihadapi oleh bank nasional.
1. Tidak tjukup tenaga management,
2. Kekurangan modal ditambah dengan masih belum dapat
menarik kepertjajaan dari publik sepenuhnja.
3. Administrasi jang belum baik.
4. Perkreditan jang tidak sehat jang kerap kali diberikan
atas dasar jang tidak zakelijk.
5. Kurangnja pengetahuan tentang persoalan perbankan.
6. Kurang djudjurnja beberapa anggota pimpinan.
d. Mengingat pentingnja bank2 dalam lalulintas perdagangan
dan perkreditan, maka perm diusahakan penertiban dan
penjederhanaan dalam bidang dari tugas pelbagai bank,
baik bank negara, bank swasta, bank koperasi, dengan
membentuk Undang2 Induk Perbankan.
611
Tiap undang2 bagi Negara perlu disesuaikan dengan tugas,
kewadjiban dan bidang kerdja bank untuk masa datang
didalam rangka Pembangunan Semesta Berentjana,
Lalulintas uang dan lalulintas kredit menghendaki penam
pungan sehingga perkreditan dibidang produktif harus te
tap dapat berdjalan dengan ketentuan bahan semua tran
saksi jang dapat dipertanggungdjawabkan dibidang keua
ngan dan ekonomi harus melewati bank dengan tjara me
mindahbukukan, Dengan demikian akan terdjamin usaha
mentjiutkan "uang beredar" ditengah masjarakat, sedang
produksi tetap dapat berdjalan.
§ 561. Keadaan asuransi dewasa ini
Fungsi perasuransian sebagai suatu tjabang kehidupan per
ekonomian dalam Negara, selain bersifat .pertanggungan untuk
mendjaga risiko, djuga bisa digunakan sebagai pemupukan mo
dal dalam arti kata membatutu usaha pembangunan dibidang
lain, Dilain fihak, sifat menjimpan bagi beberapa djenis usaha
perasuransian membawa element educatief bagi masjarakat
menudju kearah perekonomian jang sehat,
§ 562. Stabilisasi keuangan Negara dan
a. Keadaan sekitar sanering:
Memperhatikan perkembangan ekonomiketangan Indone
sia sedjak tahun 1956 sampai achir tahun 1958 tampaklah
kesuraman jang menghawatirkan,
Defisit anggaran belandja terns bertambah, peredaran uang
makin deras, persediaan devisen makin menipis disebabkan
merosotnja hasil ekspor, ditambah djaminan emas jang me
rosot mendjadi 6,12%.
Untuk menjetop kemunduran itu Pemerintah bergerak pada
4 bidang, jaitu :
1. bidang moneter,
2. perdagangan luar negeri,
3. produksi dan distribusi.
Tindakan moneter telah didjalankan pada tanggal 2581959
jang sekaligus bergerak didua bidang jaitu kontraksi uang
dan mengatur kembali setjara kwantitatif perdagangan luar
negeri,
b. Tudjuan. pokok dari tindakan sanering itu ialah :
1. menarik uang spekulatif dari peredaran,
2. menguasai lagi volume, djalannja serta ketjepatan uang
jang beredar dalam masjarakat.
612
3. dengan pengurasan supply uang tersebut hendak diatur
produksi liwat politik kredit kwalitatif sesuai dengan
pola ekonomi terpimpin, sehingga kemudian dapat diha
rapkan stabilliteit harga dan dengan demikian akan
mempermudah pelaksanaan program sandang pangan dan
mentjiptakan landasan buat penjusunan struktur ekono
nomi jang sehat.
c. Situasi keuangan dan perekonomian.
Soal moneter sesungguhnja tidak dapat dipisahkan dari per
soalan ekonomi Negara seluruhnja. Stabilisasi keuangan
Negara dalam tingkat pertama dapat dikatakan berhasil
apabila anggaran belandja dapat dikuasai sepenuhnja dan.
produksi dalam negeri dapat berdjalan dengan lantjar dan
berarti pula mentjiptakan kesempatan bekerdja jang luas.
Tekanan inflatoir sebagai akibat tambahnja uang jang ber
edar sebenarnja dapat diperlunak apabila diimbangi dengan
banjaknja barang jang beredar, akan tetapi produksi barang
ekspor didalam negeri menundjukkan tendensi jang menu
run dan kelesuan, disebabkan :
1. soal resesi di Amerika Serikat
2. gangguan keamanan
3. perdagaflgan barter liar 1958
4. menurunnja hasil perusahaanz asing (Belanda) jang di
ambil alih.
Kemerosotan dalam bidang produksi ekspor dengan sendi
dirinja me'rupakan tjermin pula adanja kemerosotan dalam
bidang ekspor dan oieh karena ekonomi Indonesia bagian
besar masih tergantung pada ekspor maka dengan sendiri
nja mengakibatkan pengurangan impor, baik kebutuhan ba
rang konsumsi, modal maupun barang baku jang diperlukan
bagi industri dalam negeri.
Tidaklah mengherankan apabila industri dalam negeri jang
memerlukan bahan baku dari luar negeri rata n hanja dapat
bekerdja 40% — 60% dari. kapasitetnja.
Untuk mentjegah kemerosotan volume ekspor jang mengan
dung bahaja itu, maka tindakan tegas dan effektif guna
menggiatkan menambah produksi barang2 pertanian asasi
serta pertambahan harus segera diambil,
d. Politik pengendalian dan pengawasan harga.
Tudjuan pengendalian dan penetapan harga ialah :
1. Untuk kepentingan konsumen agar tidak membajar har
ga barang, djasa dan sewa terlampau tinggi,
2. Untuk kepentingan produsen, mengingat kontinuitet per
usahaan.
3. Untuk mentjari keadaan tenang dilapangan harga,
613
Ada dua penetapan harga :
(a) Untuk barang2 impor,
(b) Untak barang2 bikinan dalam Negeri.
Untuk penetapan harga barang impor dipakai sebagai dasar
"
landed cost" ditambah dengan marge keuntungan bagi ran
tairantai perdagangan,
Untuk barang2 bikinan dalam Negeri dipakni sistim pem
berian keuntungan jang lajak bagi pengusaha diatas biaja
pokok dari pada barang jang bersangkutan (sistim voor dan
nacalculatie).
§ 563. Keadaan pindjaman luar negeri dan pangganaannja
a. Pindjaman luar negeri diktat untuk projek pembangunan
artinja penggunaan pindjaman tsb. terikat kepada projek 2
ataupun barang jang diingini.
b. Kebidjaksanaan penggunaan kredit luar negeri tidak djelas
dan kurang koordinasi jang baik dalam pelaksanaannja; se
hingga pelaksanaan pembangunan jang dimaksud hukan me
rupakan pembangunan jang berentjana.
c. Untuk mentjukupi persediaan barang baku dan konsumsi
dalam negeri, pada tahun 1958 terpaksa dibiajai dengan pin
djaman luar negeri, supaja persediaan barang dalam negeri
djangan sampai membahajakan,
d. Karena tidak adanja persiapan jang tjukup untuk pembiajaan
rupiah maka sexing terdjadi, bahwa barang 2 modal tidak da
pat ditebus dari pelabuhan sehingga pelaksanaan dari projek
jang bersangkutan mendjadi tertunda atau malah terheng
kalai sama sekali.
e. Salah satu sarat mutlak bagi keselamatan pelaksanaan Pem
bangunan Semesta ialah persediaan modal rupiah dalam ne
geri sebelum barangs modal dari loan negeri tiba,
§ 564. Saran tentang rasionalisasi/effisiensi
Sebelum pelaksanan Rentjana Pembangunan Semesta dimulai,
perlu diadakan persiapan jang baik agar dalam pelaksanaannja
tidak timbul gangguan atau kematjetan,
Persiapan itu selain dibidang financiering, skill, man power, djuga
diadakan dalam bidang organisasi dan aparatur Negara, oleh
karena itu perlu diperhatikan hala sebagai berikut i
a. Penertiban dan penjederhanaan dibidang pemerintahan Pusat
(Kabinet).
Untuk memberi kelonggaran gerak tjepat dalam Pemerin
tahan dan meringgankan pembiajaan dalam A.B., harus di
usahakan:
1. memperketjil djumlah Departemen dan Menteri jang me
mimpin, hingga sama dengan djumlah Menteri inti dalam
Kabinet Kerdja dan ditambah beberapa orang sebagai
614
Perdana Menteri, Wakil Perdana Menteri dan Menteri
Negara,
2. apabila jang demikian itu sukar dilaksanakan hendak nja
diambil djumlah maksima. Djumlah Departemen di
tetapkan tidak akan melebihi 15 buah seperti waktu Ka
binet Negara Kesatuan jang pertama,
b. Penertiban dan penjederhanaan dibidang organisasi Depar
temen dan djawatan Pemerintah :
1. harus ditjoba memperketjil djumlah bagian dan sub ba
gian jang kurang perlu digabungkan atau dihapuskan,
demikian djuga djawatan jang dipandang kurang has
tugasnja digabungkan atau dihapuskan damditarik ke
pusat Departemen masuk dalam bagian atau biro jang
sudah ada.
2. tjabang djawatan kanfor inspeksi jang berkedudukan di
Daerah Swatantra Tingkat I dan II jang masih dapat di
gabungkan hendaknja diusahakan penggabungannja, .
3. beberapa djawatan perlu diperhatikan pula organisasi
vertikalnja, Sussman vertikal hanja perlu diadakan apa
bila ternjata benar bahwa tugas jang harus diselenggara
kan didaerah itu tak dapat diserahkan kepada instansi lain
jang sudah ada dan djika perlu dengan memperkuat
instansi itu dengan beberapa tenaga chusus.
4. memperbaiki koordinasi antara Departemen, antara dja
watan antara kantor dan koordinasi dalam lingkungan
masingt.
5. untuk menampung akibat dari pada pelaksanaan reorga
nisasi Departemen dan djawatan sebagai diusulkan oleh
PANOK, maka hendaknja mulai sekarang sudah disiap
kan tenaga2 pegawai untuk dipindahkan dari bagian ad
ministrasi kebidang distribusi dan produksi, dengan di
beri pendidikan seperlunja oleh Lembaga Administrasi
Negara.
c. Penertiban dan penjederhanaan dalam bidang perlengkapan
dan peralatan.
1. menertibkan dan menjederhanakan penggunaan perleng
kapan dan peralatan bagi instansi Pemerintah,
2. pembelian kendaraan bermotor bagi instansi Pemerintah
hendaknja dihentikan, kalau perlu benar hendaknja di
belikan kendaraan jang kuat, rnurah dan praktis.
Djuga pemeliharaan atas kendaraan jang sudah ada su
paja lebih diperhatikan.
3. penertiban dan pembatasan penerbitan madjalah dan bro
sur atau siaran jang bermatjam2 dari hampir semua De
partemen dan djawatan, jang kadang2 isinja banjak ber
samaan.
615
4. pembatasan terhadap konperensi dinas oleh Departemen
selain biajanja sangat besar djuga faedahnja kadang 2
djuga kurang sepadan dengan besarnja biaja; djuga per
djalanan dinas perlu dikurangi atau dibatasi,
5. memperhebat pemberantasan korupsi tanpa pandang
pangkat dan golongan karena alat Negara jang korup tidak
mungkin dipergunakan untuk melaksanakan Pem
bangunan Semesta jang diharapkan akan dapat menda
tangkan kemakmuran.
d. Penertiban dan pemeliharaan dibidang pegawai Negeri :
1. untuk mentjapai efisiensi jang sebesar2nja dikalangan
pegawai hendaknja dipupuk dan dikembangkan djiwa
kepegawaian sehingga corspgeest dapat tumbuh subur dan
didjauhkan dari segala jang hanja memetjah belah
kebulatan djiwa kepegawaian,
2. memberantas tjara jang berlaku dalam bidang politik ke
pegawaian jang menimbulkan kegelisahan dan kemoro
sotan prestasi kerdja misalnja sistim klik atau sistim
kontjo. Rasa keadilan harus dipegang teguh.
3. dalam melaksanakan peraturan peremadjaan harus ber
dasarkan pandangan jang objektip serta zakelijk,
4. diadakan udjian djabatan bagi tjalon pegawai selain sarat 2
umum jang harus dipenuhi, djuga dalam kenaikan pangkat
bagi seseorang pegawai.
5. untuk mendjaga kesungguhan kerdja dan hasil prestasi
jang baik hendaknja diusahakan pembatasan perang
kapan djabatan bagi seseorang pegawai.
6. memperbaiki dan memperhatikan kebutuhan pokok para
pegawai dengan djalan distribusi jang teratur.
e. Penertiban dalam bidang perusahaan Negeri.
Untuk menambah daja guna dan hasil jang menguntungkan
bagi Negara maka perusahaan Negara baik jang berbentuk
I.C.W., hB.W, ataupttn perusahaan Belanda jang diambil alih
meskipun harus mempunjai funksi sosial namun tudjuan
komersilnja harus djuga diperhatikan dengan sungguh2.
§ 565. Rentjana dibidang Pendapatan Nasional
a. Pendapatan Nasional adalah suatu ukuran bagi kemakmuran
sesuatu bangsa dan djuga merupakan alat jang penting untuk
perentjanaan dan alat untuk menilai hasil dari perentjanaan
itu.
b. Menurut keputusan kongres Statistik Internasional Was
hington (1947), jang dinamakan Pendapatan Nasional ber
sih (Net National Income) ialah :
616
djumlah dari harga tambahan bersih. (net value added) dari
barang dan djasa jang diprodusir oleh masjarakat jang ber
sangkutan dalam setahun, dalam bentuk final termasuk peng
hasilan dari luar negeri dan dikurangi dengan penghasilan jang
mengalir keluar negeri,
c. Untuk menghitung Pendapatan Nasional tidaklah mudah.
Kalau mau mendapatkan jang lengkap, harus dikumpulkan
angka2 jang kongkrit dari segala bidang jang terdapat pada
tahun itu.
Kesulitan jang dihadapi orang dalam menghitung Penda
patan Nasional antara lain adalah:
1. Kurang lengkap angka2 statistik dalam negara jang baru
sadja berkembang (lessdeveloped countries) dan ne gara
jang sedang bergolak,
2. Belem dapat dihitung penghasilan tiap penduduk.
3. Kesulitan menentukan perbedaan antara konsumsi tera chir
dan konsumsi pertengahan (final consumption and
intermediate consumption),
4. Kurang pengertian masjarakat.tentang pentingnja per
hitungan Pendapatan Nasional.
d. Perhitungan Pendapatan Nasional.
Berdasarkan konsep Pendapatan Nasional pada tahun 2
1957, 1958, 1959, 1960, adalah sebagai berikut :
1957 .... ..................................Rp. 120.8 miljar
1958 .......................................Rp. 180.2 miljar
1959 ..................:....................Rp. 193.0 miljat
1960 .......................................Rp. 206.0 miljar +)
e. Penanaman modal (capitalformation),
Setelah diketahui djumlah National Income tahun 1960. sebe
sar Rp. 206 miljar, maka sampailah kita kepada pertanjaan:
Berapa % dari Nasional Income itu dapat disisihkan untuk in
vestasi dan berapa % dapat dipergunakan untuk konsumsi.?
Untuk bahan perbandingan dibawah ini ditjantumkan djumlah
persentase Nasional Income jang dipergunakan untuk pemba
ngunan di :
India ..............................................5 % (1950 — 1951)
U.S.A..............................................15 %
R.R.T..............................................22 %
Sovjet Unie ....................................25 %
+) Perhitungan terachir
P.N. 1960 ± Rp. 236 miljar.
617
f. Berdasarkan Angka2 biaja jang terlamrpul dari laporan ber
bagai Seksi Depernas dapat diambil suatu gambaran, bahwa
untuk sektor pertanian paling banjak dapat dipergu
nakan 21% dari seluruh biaja pembangunan, sedang 79%
lagi akan disediakan untuk sektor perindustrian,
g. Untuk menaikkan Pendapatan Nasional dengan tingkat jang
wadjar dan sesuai dengan jang ditjita'kan oleh bangsa Indo
nesia maka tiap tahun perlu ditanam modal sedjumlah 30%.
dari Pendapatan Nasional atau 0,3 X Rp. 206 miljar = Rp.
61,8 miljar,
Dari djumlah ini ditaksir 50% berupa $ U.S. ($ 690 djuta)
sedang 50% lainnja atau Rp. 31 miljar harus tersedia un
tuk pelaksanaan projek didalam negeri.
Untuk tingkat sekarang barulah dapat ditanam modal se
djumlah 13% dari Pendapatan Nasional jaitu ± Rp. 30
miljar setiap tahun berdasarkan perhitungan Pendapat Na
sional 1960 sebesar Rp. 236 miljar, Dalam Rentjana I ini
akan digunakan modal sebesar 8 X Rp, 30 miljar = Rp. 240
miljar.
h. Perhitungan Pendapatan Nasional Indonesia.
1. Pendapatan Nasional dapat dihitung dengan mengguna
kan:
(a) „Producs Aproach” jaitu menghitung djumlah ba
nangbarang dan djasa2 jang dihasilkan oleh sesuata
negara dalam satu tahun atau
(b) "Income approach" jaitu menghitung pendapatan
masjarakat jang bekerdja disemua sektor misalnja
sektor produksi, sektor perhubungan, sektor kepe
gawaian, sektor perdagangan dan sebagainja.
2. Data2 mengenai lapangan jang disebut diatas harus ada,
apabila kita hendak menghitung Pendapatan Nasional
dengan tepat. Apabila data' itu tidak ada, kita tidak
mungkin menghitung Pendapatan Nasional dengan tepat,
tetapi hanja dapat menaksir sadja. Namun tidak akan
kita sangkal, bahwa taksiran itu djuga dapat mendekati
ke. benanan,
3. Di Indonesia data2 jang disebutkan diatas ternjata tidak
lengkap, tetapi hanja sebagian2 sadja jang ada misalnja :
dalam laporan produksi agraria tidak termasuk prodksi
buah2an dan sajur2an. Laporan mengenai produksi non
agraria tidak lengkap dan sebagainja,
4. Oleh karena data2 tersebut diatas tidak lengkap, tidak'
mungkin kita menghitung Pendapatan Nasional dengan
tepat. Hanja taksiran jang dapat kita lakukan dan hal ini
telah didjalankan oleh Biro Perantjang Negara, Univer
sitas Gadjah 1Vlada, Newmark dan sebagainja.
5. Walaupun taksiran dapat dilakukan, kita tidak mungkin
terusmenerus menaksir sadja. Pada suatu waktu kita
618
harus menghitung Pendapatan Nasional Indonesia ber
dasarkan keterangan2 jang eksak dengan tepat. Untuk itu
data2 jang dibutuhkan harus diusahakan dan sekarang
djuga harus dimulai mengadakan penjdidikan dan men
tjari bahan2 tersebut. Sampai saat ini belum mungkin men
tjiptakan angka Pendapatan .Nasional jang sungguh 2 dapat
dipertjajai.
6. Perhitungan Pendapatan Nasional untuk waktu jang akan
datang dengan mengetahui djumlah investasi sadja, tanpa
mengetahui djenis projek dan besarnja investasi untuk tiap 2
projek, akin mengalami kesukaran, karena masing 2 projek
memberi hasil jang berbeda2 (I.C.R, tidak sama).
7. Sumber2 Pendapatan Nasional Indonesia dapat dibagi da
lam dua sektor jaitu :
(a) Sektor agraria
(b) Sektor nonagraria dengan perbandingan 60 : 40.
Berdasarkan perbandingan tersebut, maka Pendapa
tan Nasional ditaksir sebagai berikut (menurut la poran
resmi).
Tahun
Hasil sektor
agraria
Perbandingan
Pendapatan Nasional
1957
57,1 miljar
56:44
100/56 X 57,1 = ± 120 miljar
1958
1959
1960
105,2 miljar
115,7 miljar
127,3 miljar
58:42
60:40
62:38
100/58 X 105,2 = ± 182 miljar
100/60 X 115,7 = ± 193 miljar
100/62 X 127,3 = ± 206 miljar
Kenaikan produksi rata2 10% tiap tahun.
8. Dalam laporan resmi Pemerintah disebutkan kenaikan
harga hasil produksi agraria 42% antara tahun 1957/
1958. Berdasarkan kenaikan harga itu, Pendapatan Na
sional bukanlah seperti diatas. Apabila kita mengambil
kenaikan 30% sadja (bukan 42%), maka Pendapatan
Nasional tahun 1959 — 1960 adalah sebagai berikut :
Tahun Produksi Produksi agraria Pendapatan Nasional
dengan kenaikan
agraria
(miljar)
3% (miljar)
(miljar)
1959 115,7
1960 127,3
150
165,5
100./60
100/62
X 150 = 250
X 165,5 = 267
Apabila produksi nonagraria tetap (tidak naik 10%) se
ang produksi agraria naik 10% tiap tahun maka Penda
patan Nasional mendjadi sebagai berikut :
1959 = 240
miljar.
1960 = 256,8 miljar.
619
9. Dari pendjelasan dan angka2 diatas dapatlah kita lihat
beberapa perbedaan dalam djumlah Pendapatan Nasio
nal kita jang didasarkan pada taksiran sadja. Kiranja
ada baiknja kalau kita mengambil angka antara kedua
djenis taksiran itu sehingga Pendapatan Nasional kita
adalah :
1959 = ± 220 miljar.
1960 = ± 236 miljar.
10.Perhitungan Pendapatan Nasional setjara tepat sangat ki ta
butuhkan untuk dapat mengetahui tingkat hidup masjarakat
kita, besarnja konsumsi, besarnja saving dan pembentukan
modal.
Dengan mengetahui Pendapatan Nasional dan pendapat
tan percapita dapatlah kita mengetahui apakah tingkat
hidup kita lebih rendah atau lebih tinggi dari tingkat hi
dup dinegara lain.
11.Apabila tingkat hidup mereka lebih tinggi maka kita ha rus
berusaha untuk mengedjar ketinggalan tersehut dan inilah
salah satu maksud dari perhitungan Pendapatan Nasional
itu dengan tepat.
§ 566. Perentjanaan pembia