Jilid-03-Depernas 24-Bab-29
BAB.29. PEMERINTAHAN
GARIS BESAR PEMBANGUNAN BIDANG PEMERINTAHAN
§ 391. Organisasi Negara Kesatuan
Dalam merentjanakan bentuk dan susunan pemerintahan jang
mendjadi pokok pegangan ialah
a. Undang2 Dasar 1945.
b. Manifesto Politik.
c. Sifat2 dan sarat2 pemerintahan harus :
1. stabil,
2. mentjerminkan kehendak rakjat.
3. revolusioner.
d. Tetap terdjaminnja keutuhan negara kesatuan Republik
Indonesia,
e. Pengakuan terhadap Bung Karno sebagai Pemimpin Besar
Revolusi merupakan faktor panting jang senantiasa harus
diperhatikan.
§ 392. Pembagian daerah dan djumlah tingkatan
a. Keadaan sekarang
1. diseluruh Indonesia terdapat 20 buah daerah tingkat I
(dan 2 propinsi administratip), 256 daerah tingkat II
(keadaan 1 Maret 1960),
2. pembagian wilajah ini masih mengalami perubahan2
3. dasar pembagian daerah di Indonesia
pembagian daerah/tingkatan berbeda daerah demi dae
rah, pembagian itu didasarkan pada keperluan praktis,
ada propinsi jang mempunjai keresidenan, ada pula jang
tidak.
Dibeberapa daerah, Residen itu berstatus Residen Koor
dinator jang menjelenggarakan pemerintahan atas nama
Gubernur, mengawasi daerah tingkat II jang berstatus
otonomi,
Tjontoh Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara masing2
mempunjai dua Residen Koordinator,
b. Keadaan jang ditudju
1. Daerah Swatantra dibagi 2 tingkat :
473
(a) Daerah Swatantra tingkat I, daerahnja seluas kereside
nan,
2.
3.
4.
5.
6.
(b) Daerah Swatantra tingkat II, daerahnja seluas ketjama
tan.
Kota ketjil disamakan dengan daerah tingkat II,
Kota Besar disamakan dengan daerah tingkat I.
Ibu kota Negara Republik Indonesia diatur setjara chusus.
Propinsi = daerah administrant),
Alasan2.
(a) (1) desa terlampau ketjil untuk didjadikan suatu daerah
swatantra,
(2) potensi pembangunannjaterlalu rendah,
(3) tidak efektip dan produktip,
(b) ketjamatan sudah lama mendjadi koordinator antara desa,
(c) (1) kabupaten adal'ah kreasi djaman feodal,
(2) potensinja terlampau ketjil, misalnja untuk industri
berat,
(d) desa hendaknja dipakai sebagai kesatuan jang mendjadi
pendukung demokrasi fungsionil, Desa tidak perlu di
djadikan daerah swatantra tingkat III, dengan pertim
bangan :
(1) Undang2 Dasar tidak mengharuskan mengadakan
Daerah tingkat III,
(2) Tidak adanja perwakilan didesa tidak menjalahi sila
keempat Pantja Sila.
(3) Kerumah tanggaan desa didasarkan pada penghi
dupan asli penduduk,
(4) Perumahtanggaan desa kompleks sekali, meliputi
hampir segala soal.
(5) Susunan pemerintahan desa seluruh Indonesia ber
aneka warna sifatnja dan sukar diseragamkan.
(6) Susunan pemerintahan desa tidak zakelijk, tetapi
berdasar gotong rojong, gugur gunung dan lain2.
(7) Rakjat dipedalaman sukar sekali mentjari uang.
Apa jang akan dikerdjakan dipetjahkan bersama
dengan mendapat sambutan spontan.
(8) Dengan demikian dualisme dapat dihindari,
474
§ 393. Desentralisasi
a. Desentralisasi adalah satu2nja djalan untuk mendjamin lan
tjarnja pemerintah daerah,
b. Daerah lebih kenal akan keadaan daerahnja.
c. Undang2 desentralisasi :
1. Undang2 No, 22/1948,
2. Undang2 No. 1/1957.
3. Undang2 No. 6/1959.
d. Isi otonomi untuk berbagai daerah tidak seragam, perlu
diatur dalaam beberapa peraturan perundang2an.
e. Beberapa matjam prinsip otonomi :
1. penjerahan oleh pusat pada Daerah tingkat I/II.
2. penjerahan oleh Daerah tingkat I kepada Daerah ting
kat Ii.
3. penjerahan oleh Daerah tingkat II kepada Daerah ting
kat I.
4. pemusatan kembali kewenangan daerah oleh pusat.
5. pengakuan hakhak jang telah dlmilik' daerah.
f. Pelaksanaan disentralisasi hendaknja
1. disesuaikan dengan kemampuan dan persiapan masing2
daerah.
2. persiapan itu dil:akukan setjara aktif baik oleh pusat mau
pun oleh daerah.
g. Koordinasi
1. kurang adanja koordinasi terasa baik didaerah maupun
dipusat. Akibatnja terdjadilah doublures, keseretan, ke
matjetan dan pemborosan,
2. koordinasi dimaksud untuk mempertinggi effisiensi.
3. dalam koordinasi selain togas djuga diatur wewenang
koordinator,
h. Effisiensi
dapat ditjapai dengan :
1. menghilangkan djawatan2 kembar.
2. tugas Departemen/Djawatan perlu ditindjau kembali.
3. perlu adanja rentjana bersama.
4. tenaga teknis harus tjukup.
475
5. harus ada penjeragaman administrasi.
6. perbelandjaan minimuin ditjukupi.
7. adanja pengawasan jang bath..
8. diadakan sistim laporan tiap2 tugas.
9. tembusan2 surat jang tidak perlu supaja ditiadakan,
10.adanja management jang baik dan otorisasi jang tepat.
§ 394. Pemerintahan Pusat
a. Kedudukan, tugas dan wewenang Presiden dan Menteri2
1. Kedudukan Presiden
(a) sebagai Kepala Negara.
(b) sebagai Kepala Kekuasaan Eksekutip.
(c) tidak bertanggung djawab kepada D.P.R.
2. Tugas dan wewenang Presiden
(a) memegang kekuasaan pemerintahan,
(b) membentuk Undang2 bersama2 D,P,R,
(c) menetapkan Peraturan Pemerintah.
(d) menjatakan keadaan bahaja dan djika perlu me
njampingkan Undang2 Dasar.
(e) memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Da
rat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara,
(f) mengangkat dan menerima konsul/duta.
(g) memberi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilisasi.
(h) memberi gelar, tanda djasa d11,
3. Menterimenteri
(a) adalah pembantu Presiden,
(b) tidak bertanggung djawab kepada D.P.R,
4. Nama „Kabinet”:
(a) nama President Cabinet, Presidentil Cabinet, Ca
binet of The President atau Kabinet Konstitusi
1945, semua itu dipandang dart hukum tata
pradja dapat memberikan rangka dan isi jang
berlainan,
(b) sedjarahnja :
(1) mula2 sama dengan Amerika,
Pemerintah :
Presiden dibantu Menteri2,
476
(2)
(3)
(4)
istilah menteri2 dulu disebut Dewan Menteri.
istilah Kabinet baru masuk resmi dalam Konsti
tusi R.I.S., kemudian diterima oleh Undang2 Dasar
sementara sampai sekarang.
istilah Kabinet digunakan bagi kantor Presiden.
(c) seharusnja:
(1)
(2)
(3)
menurut Undang2 Dasar sebutan Kabinet tidak adai
Pemerintah itu : Presiden dan menteri pembantu.
dalam bahasa asingnja disebut Presidental Go
vernment.
perkataan „Kabinet kerdja” pada tiap konsideran
dapat dipandang sebagai "gewoontelijke gedachten
gang" sadja dari sekertariat.
Manurut pasal 4 Undang2 Dasar, Pemerintah lebih tepat
disebut Presiden Republik Indonesia.
b.
Kedudukan, tugas dan wewenang Badan2 Pemerintahan
Agung dan Dewandewan Pemerintah Pusat
1. M.P.R.
(a) melaksanakan kedaulatan rakjat.
(b) menetapkan/mengubah Undang2 Dasar.
(c) menetapkan garis2 besar haluan negara.
(d) memilih Presiden,
Tjatatan : sebelum M.P.R. terbentuk wewenang M.P.R.
mendjadi wewenang Presiden.
2. D,P,A,
Presiden merangkap ketua Dewan Pertimbangan Agung tidak
sesuai dengan maksud Undang2 Dasar 1945 pasal 16,.
bahwa Dewan Pertimbangan Agung berkewadjiban memberikan
djawaban atas pertanjaan Presiden.
3. D.P.R.
Bersama2 Presiden membentuk Undang2.
4. Badan Pemeriksa Keuangan Negara
Memeriksa tanggung djawab Pemerintah tentang keuangan
negara,
477
5. Mahkamah Agung
(1) terlepas dari pengaruh kekuasaan Pemerintah.
(2) tugas dan wewenangnja diatur oleh Undang2.
6. Bapekan
Bertugas niengawasi, meneliti dan mengadjukan pertim
bangan kepada Presiden terhadap kegiatan aparatur negara.
7. Depernas
(a) bertugas mempersiapkan rantjangan Undang 2 Na
sional Semesta Berentjana dan menilai penjelengga
raannja.
(b) rantjangan itu diadjukan kepada Presiden kemudian ke
M.P.R.
(c) untuk membangun gedung Depernas dan memben
tuk Lembaga2nja disediakan biaja Rp. 100 djuta mulai
dikerdjakan tahun pertama Rentjana I dan selesai achir
Rentjana I.
c. Tugas dan organisasi Departemen2:
1. lingkungan masing2 Departemen perlu ditetapkan dengan
lengkap.
2. susunannja disederhanakan.
3. perk adanja keseragaman susunan/kepegawaian.
d. Djumlah Departemen
1. Departemen perdagangan :
di negara2 lain sesudah perang inilazimnja diadakan pe
misahan antara :
(a) Menteri Perdagangan jang mengurus kesedjahtera
an dagang dalam negeri.
(b) Menteri Perdagangan Internasional.
2. Kementerian P.P.K.:
diusulkan untuk dipetjah mendjadi :
(a) Kementerian Perguruan Tinggi dan ilmu pengeta
huan.
(b) Kementerian Kebudajaan.
(c) Kementerian jang mengurus sekolah rakjat, sekolah
landjutan dan sekolah2 kedjuruan.
4. Untuk effisiensi perlu ditetapkan djumlah maksimal dari
Departemen.
478
e. Hubungan satu dengan lainnja
Untuk mendjamin effisiensi kerdja, tugas koordinasi supaja
diserahkan kepada Menteri Pertama/Wakilnja; dengan di
perlengkapi aparatur tersendiri.
f. Ha12 lain
1.
pegawai hendaknja distimulir mengabdi kepada rakjat.
2. peremadjaan pegawai hendaknja tidak menimbulkan
vacuum/stagnasi,
3. pemimpin2 baik disektor partikelir maupun pemerintahan
hendaknja mengikuti latihan2.
4. Lembaga Administrasi Negara hendaknja mengadakan
berbagai Iatihan, untuk itu perlu disediakan biaja seku
rangkurangnja Rp. 100 djuta.
5. hubungan dalam kepegawaian supaja didasarkan human
relation.
6. diadakan pendaftaran tenaga ahli,
7. wadjib kerdja sardjana2 jang baru lulus sekurang2nja tiga
tahun.
8. kekurangan tenaga ahli supaja mendapat perhatian se
penuhnja.
9. dalam rangka penjempurnaan Administrasi Negara, ins
telling Arsip Nasional perlu mendapat perhatian setju
kupnja. Departemen2, djawatan'2 dan lain2, supaja setjara
berkala mengirimkan laporan2 dan arsip2 tua mereka. Un
tuk Arsip Nasional ini diperlukan biaja 79.500.000,
10. laporan berkala djuga kepada Biro Statistik.
11. censur perlu diadakan,
12. supaja lebih giat berusaha menertibkan dan mengefisi
ensikan aparatur negara.
395. Pemerintahan Daerah
a. Pelaksanaan otonomi
Pelaksanaan otonomi untuk berbagai daerah tidak sama.
Faktor jang menjebabkan pelaksanaan otonomi tidak me
muaskan a.l.:
1. kekurangan tenaga teknik dan pimpinan,
2. kekurangan biaja.
3. banjaknja djawatan2/dinas2 vertikal menimbulkan djawa
tandjawatan/dinas2 kembar,
4. penjerahan tugas danwewenang tidak disertai alat 2 ke
uangan serta tenaga2 teknis jang diperlukan
479
5.
6.
7.
8.
b.
kurang djelasnja diatur pemisahan kekuasaan eksekutip
dan legislatip.
adakalanja. D.P.R.D. mentjampuri urusan jang semesti
nja termasuk bidang D.P.R.
keadaan bahaja perang kadang2 menjebabkan kurang Ian
tjarnja pelaksanaan otonomh
konflik jang kadang2 timbul antara fungsionaris otonomi
dan Pamong Pradja.
Perimbangan Keuangan
1.
Ketentuan2 jang berlaku :
„Undang2 Perimbangan Keuangan Tahun 1957” No. 32
tahun 1956 jang disusul dengan Peraturan Pemerintah
(a) No, 3/1957: Penjerahan Padjak Negara kepada Daerah,
(b) No, 4/1957: Pemberian Gandjaran, Subsidi dan
sumbangan kepada Daerah,
(c) No. 5/1957: Panitia Negara Perimbangan Keuangan,
(d) No. 12/1958 : Penetapan persentase dari penerima
an Padjak Negara untuk Daerah,
(e) No, 14/1959: Penetapan persentase dart beberapa
penerimaan Negara untuk Daerah.
2.
Kekurangan sistim perimbangan Keuangan
(a) belum dapat menutup seluruh Anggaran Daerah.
(b) pelaksanaan belum lantjar karena Daerah belum
mempunjai tenaga teknis dan peralatan jang tjukup,
(c) penerimaan uang bagian dari Padjak Negara sering 2
sangat terlambat, karena perhitungan Inspeksi Ke
uangan kurang lantjar.
(d) penetapan sementara kurang sesuai dengan
kebutuh an Daerah,
3.
Saransaran :
(a) Pusat supaja membantu berdirinja perusahaan di
Daerah.
(b) Pusat menjediakan devisen jang diperlukan Daerah
untuk melengkapi alat2/kebutuhan bahan2. Gandja
ran subsidi dan sumbangan jang diberikan supaja
sesuai dengan kekurangan2 Daerah, dengan mengi
ngat djuga keuangan Negara,
480
c.
Organisasi Pemerintah Daerah
1. Sifat2 dan sarat2 jang harus. dimiliki oleh Pemerintah
Daerah.
(a)
(b)
(c)
stabil.
mentjerminkan kehendak rakjat.
revolusioner,
2. Alat2 perlengkapan Daerah.
(a)
(b)
(c)
D.P.R.D.
Kepala/Waki1 Kepala Daerah.
B.P.H.,
3. Perlu diselesaikan :
(a) Pelaksanaan U.U. No. 6/1959.
(b) Pemilihan dan susunan D.P.R.D. supaja disesuaikan
dengan D.P.R.
(c) Sekertariat Daerah dan Sekertariat Pemerintahan Llmum
supaja disatukan.
d.
Tjara pengawasan atas Pemerintah Daerah
1. tenaga2 jang berpendidikan supaja ditambah, baik di pusat
maupun didaerah.
2. perlu adanja penjeragaman :
(a) Undang2 Daerah.
(b) Peraturan Daerah.
(c) Bahasa perundang2an.
e.
Halhal lain :
Pemilihan anggota D.P.R.D. supaja bersamaan dengan pe
milihan D,P.R., dengan demikian dapat diadakan penghe
matan.
f.
Daerah swapradja
1. Sedjarahnja :
(a). sebagai akibat politik Van Heutz di Indonesia da. lam
abad ini terdapat 300 buah zelfbesturende land
shappen.
(b) ketjuali dibeberapa daerah, Swapradja2 itu telah di
hapuskan oleh revolusi.
481
2.
3.
(c)
jang tidak dihapuskan menjatakan setia kepada R.I.
Jang mendjadi persoalan, apakah Daerah Swapradja itu
dibiarkan h'idup atan dihapuskan. Kalau dihapuskan apa
gantinja dan bagaimana kita bertindak adil.
Keadaan sekarang:
Swapradja diluar Palau Djawa tinggal: Tidore, Batjan dan
Ternate.
(a)
Jogjakarta: tidak dihilangkan tetapi dilegalisir oleh
Undang2 dan oleh Pemerintah.
(b)
Surakarta: statusnja sampai sekarang masih terka
tungkatung tidak dihapuskan dan tidak dilandjut
kan.
(c)
Kalimantan : telah dihapuskan semua oleh Undang
undang. Kedudukan bekas Kepala Swapradja diatur
oleh Undang2.
Djika umurnja lebih dari 55 tahun dipensiun dengan
55% sampai 75% daripada mata pentjahariannja.
jang belum berumur 55 tahun didjadikan pegawai
daerah.
(d)
Sulawesi: Kepala Swapradja Luwu, Sopeng Bone
dan Goa diangkat mendjadi badan penasehat Gu
bernur.
(e)
Nusa Tenggara : Daerah Swapradja di Bali dan
Sumbawa didjadikan Daerah tingkat II, status
Kepala2 Swapradja diatur seperti di Kalimantan.
(f)
Maluku/Irian Barat: Swapradja Tidore menurut hu
kum masih ada. Claim kita atas Irian Barat tidak
boleh didasarkan atas claim hak feodal dari Tidore.
Tidak dapat dibenarkan pemakaian uang atas nama
Irian Barat untuk pembangunan kota Suasiu,
396. Pemerintah Desa
Kehidupan dan sistim pemerintahan didesa pada garis besarnja
sesuai dengan Manifesto Politik, jaitu Ketuhanan, gotongrojong,
ramahtamah, musjawarah dan mufakat dengan kekuasaan sen
tral ditangan sesepuh jang memimpin dan mengajomi serta mu
sjawarah dalam rapat desa.
a.
Aparatur Pemerintah Desa
1. Pemilihan kepala desa diatur dalam :
(a)
Otdonantiestbl, 1907 No, 212,
(b)
Undang2 No, 14/1946.
(c) Untuk luar Djawa/Madura peraturan para Guber
nur,
482
2. Semua warganegara penduduk desa baik laki 2 maupun
perempuan berhak memilih,
3. Aparatur jang sudah ada perlu dipertahankan dipupuk
dan didinamisir agar dapat menjesuaikan diri dengan tu
gas pelaksanaan Pembangunan Semesta Berentjana.
4. Perlu dibentuk madjelis/dewan desa jang terdiri dari orang 2
jang berpengaruh sebagai penasehat kepala desa.
b. Perumahtanggaan desa
1. Hak desa untuk mengatur dan mengurus rumah tang
ganja sendiri sudah diakui sedjak tahun 1854 (dalam
RegeringsReglement pasal 71 sampai sekarang),
2. Kekajaan desa terdiri dari:
tanah desa, sungai, bangunan2 seperti djembatan, peman
dian, pasar desa, pengairan
3. Desa berhak menarik iuran tertentu atau sewaktu2.
4. Desa djuga berhak mengadakan wadjib kerdja untuk
berbagai keperluan desa. Adapun gotongrojong adalah
bersifat sukarela dan berdasar kekeluargaan,
5. Dalam H.I.R. (titel I bagian 2) terdapat wewenang ke
pala desa dalam kepolisian dan pengadilan.
6. Desa2 diluar Djawa/Madura sudah diwadjibkan mem
buat Anggaran Belandja tiap2 tahun.
7. Pengawasan atas keputusan desa dilakukan oleh:
(a) D.P.D tingkat II untuk Djawa/Madura.
(b) Gubernur untuk luar Djawa.
c. Kesatuan hukum jang paling rendah di Sumatra Selatan
1. Akibat Revolusi, tahun 1945 dan 1946 seluruh marga
dirombak sama sekali dari bawah sampai keatas; susu
nan masjarakat, perasaan territorial dan genealogis di
maksudkan untuk disamaratakan sama sekali,
2. Hingga sekarang sudah 10 tahun berdjalan banjak marga 2
jang belum dapat memilih marganja, karena uang tidak
disediakan oleh Pemerintah Pusat.
3. Susunan marga di Palembang sebagian besar menurut
I.G.O.B. ketjuali mengenai pemilihan kepala marga :
(a) tidak berdasarkan keturunan.
(b) waktunja tidak terbatas,
4. Kepala marga namanja pesirah; marga mempunjai dewan
marga.
5. Marga di Lampung :
483
(a) lebih bersifat genealogis.
(b) tidak mempunjai susunan territorial.
(c) dengan datangnja transmigrasi marga lebih katjau
lagi.
(d) usaha mendirikan negeripun tidak berhasil.
6. Bengkulu marganja sama dengan Palembang.
7. Bangka dan Belitung tidak kenal marga.
d.
Rukun Kampung — Rukun Tetangga
1. Dasar pembentukannja :
(a) instruksi Menteri Dalam Negeri tertanggal 25 Djuni
1947,
(b) instruksi Kementerian Penerangan tertanggal 25
Djuni 1947.
2. Pedomannja disusun oleh Panitia Pusat R.T. dan R.K. dan
ditandatangani oleh Menteri Dalam Negeri, Sosial dan
Penerangan.
3. Perkembangan R.T., R.K. sedjak tahun 1951 sampai 1955
pesat sekali, Achir tahun 1955 di Djawa, Kalimantan dan
Sumatra.Utara terdapat:
R.T. 350.525
R.K. 96.016
sesudah tahun 1955 perkembangan konstan,
4. Tidak semua desa telah membentuk R.T./R.K, karena
merasa belum memerlukannja,
5. Saran2 :
(a) hubungan pemerintah desa dengan R.T./R.K, hen
daknja bertambah erat.
(b) pemerintah hendaknja memberikan bantuan jang le
bih besar.
(c) tugas R.T./R.K, supaja diperintji dengan hati2.
(d) hendaknja lebih banjak ikut serta dengan peme
rintah dalam melakukan programnja a.l. berhubung
dengan
(1). melantjarkan distribusi
(2). Keamanan
(3). kelahiran/kematian
(4). pentjatatan penduduk
(5). operasi makmur
(6). surat keterangan
(7). kebersihan d.l.l.
484
e.
Hal2 lain jang dianggap perlu
1. Beberapa desa supaja digabungkan dalam satu unit pem
bangunan.
2. Ditiap ketjamatan disediakan seorang pegawai jang me
lajani beberapa desa dalam urusan pertanian, perikanan,
peternakan, pendidikan, kesehatan d.l.l.
— Untuk menghemat biaja, pegawai itu diambil dari
pegawai jang sudah ada sesudah dikursuskan menge
nai keperluan setempat.
3. Pembaharuan Undanga'desa untuk mendjamin Pemerin
tahan Desa jang lebih dinamis dan efisien,
§ 397. Pembangunan Masjarakat Desa (P.M.D.)
a. Dasar dan tudjuan
1. Tudjuan meninggikan taraf penghidupan dan kehidupan
masjarakat desa, dengan djalan tnendjalankan Pemba
ngunan jang integral
2. Dasar : (a). kekuatan sendiri dari masjarakat desa.
(b). permufakatan.
(c). bimbingan Pemerintah
b. Organisasi
1. Tudjuan meninggikan taraf penghidapan dan kehidupan
2. Badan2 Koordinator terdapat dipusat, propinsi, kabupa
ten dan daerah kerdja,
3. Tugas koordinator:
(a) memberi bimbingan
(b) mengatur koordinasi
(c)mengatur bantuan2 pemerintah
(d) mendidik kader2.
4. Daerah kerdja dibagi dua :
(a) daerah kerdja pokok
(b) daerah kerdja lengkap
c. Biaja
1. diusahakan oleh masjarakat sendiri,
2. bantuan pemerintah (paling banjak 50%),
d. Djenis projek jang telah dilaksanakan :
1. gedung/bangunan rumah.
485
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
djalan2 dan djembatan
bangunan2 ttntuk pengairan.
taman dan fapangan.
tugu, gapura dan pintu gerbang,
pertanian dan peternakan.
perindustrian ketjil,
alat2.
e.
Kesulitan2:
1. kurangnja koordinasi antara beberapa instansi,
2. kurangnja pengertian tentang P.M.D.
3. tidak adanja tenaga administrasi jang chusus untuk
P.M.D,
4. kurangnja finansiil/Anggaran Belandja,
5. kurangnja alat2 transport,
f.
Saransaran :
1. Tjara2 menjempurnakan P.M.D.:
(a) P.M.D. harus mentjukupi semua segi2 kehidupan
desa.
(b) pemerintah ikut membangunkan inisiatif rakjat..
(c) daerah kerdja P.M.D.: setingkat ketjamatan.
(d) tiap2 ketjamatan diberi seorang pegawai.
(e) pemuda lulusan S.L.A. supaja dapat disalurkan di
P.M.D.
(f)
kepala desa mendjadi koordinator P.M.D,
(g) dasar kerdja : musjawarah dan gotongrojong,
2. Tjara mempertinggi perekonomian desa:
(a) P.M.D. membangkitkan kesadaran bertransmigrasi :
(b) ditanam semangat pelopor,
(c) tjara kerdja harus dirobah,
(d) upatjara2 jang memboroskan ditjegah.
(e) pemberantasan penjakit.
(f)
dikembangkan semangat berkoperasi.
3. Tjara membangun perlengkapan desa:
(a) gotongrojong.
(b) bantuan pemerintah.
486
(c)
(d)
(e)
(f)
desa diberi sumber2 keuangan tertentu.
sistim petera dengan penerangan.
sistim kompetisi.
menindjau ke-desa2 jang telah madju.
4. Biaja:
50.000 desa à Rp. 5.000,— = Rp, 250 djuta tiap tahun
nja, djadi 8 tahun = Rp, 2.000 djuta.
(keterangan mengenai biaja lebih landjut lihat Bidang
Keuangan).
§ 398. L a n d r e F o r m
a. Hal2 jang dianggap merugikan politik agraris sekarang
1. Pengaruh asing, perkebunan jang luas dan tandus diko
ta masih dimiliki orang asing.
2. Swapradja, tanah milik Swapradja banjak belum dipe
tjahkan dan menjulitkan penggunaan tanah setjara efek
tif.
3. Hukum adat : terutama di Sumatera Barak merupakan
kesulitan pokok untuk merealisir landreform.
4. Hutan dalam hubungan pertanian: Penebangan jang ti
dak rasionil mengakibatkan bandjir, chususnja di Djawa
hutan tidak boleh kurang 20%.
5. Verstplintering hak milik, akibat dari :
(a) sempitnja tanah.
(b) hukum waris,
(c) methode pertanian.
(d) kepadatan penduduk,
6. Akumulasi tanah pada beberapa otang dan golongan.
Tjontoh :
(a)
(b)
(c)
(d)
di Djawa; Nusa Tenggara dan Sulawesi Selatan
jang mempunjai lebih 10 ha. ± 5.000 orang.
di Lombok pemindahan tanah 40% dengan gadai.
di Purwakarta 20% tanah ada dalam persewaan.
di Djawa Barat tanah guntai djumlahnja 40% —
95%.
7. Fungsi sosial dari tanah, belum dilaksanakan sebagai
mana mestinja.
487
8. Hal tersebut menjebabkan
(a) penggunaan tanah kurang intensif, tidak mendja
min produksi maksimal,
(b) mengurangi enthousiasme petani untuk memperbe
sar produksi.
Tjatatan
Penggunaan tanah di Djawa
tanah sawah berdjumlah
tanah hutan sawah „
3.471.000 ha.
4.864.000 ha.
Djumlah 8.335.000 ha.
Djumlah onderneming seluruh Indonesia 1.818.900 ha.,
hutan 902.027.000 ha.
b. Perundangundangan Agraria
1. Undang2 No. 76/1957.
2. Undang2 N. 1/1958.
3. Peraturan pelaksanaan.
(a) Peraturan Pemerintah No. 18/1958.
(b)Peraturan Menteri Agraria No. 1/1958.
(c) Keputusan Menteri Agraria 12 Nopember 1958 No,
336/Ka.
(d)Keputusam Menteri Agraria 30 Djanuari 1959 No.
sk. 19/Ka.
4. (a) Peraturan Pemerintah No. 56/1958.
(b) Undang2 No. 78/1958.
(c) Peraturan Pemerintah No. 61/1957.
5. Interpretasi
Menurut Indische Staatsregeling, disamping peraturan2
menurut hukum Barat masih berlaku hukum adat.
Berdasarkan pasal II Aturan Peralihan Undang2 Dasar
1945 selama belum ada jang baru kita masih terpaksa
mengakui ,peraturan Hindia Belanda.
Djadi setjara formil kita masih terikat dengan dasar hu
kum agraria dahulu, tetapi setjara materiil hukum atas
dasar hukum agraria sekarang ini ialah Undang2 Dasar
kita sendiri dengan pembukaanja. Tjaranja dengan in
terprestasi jang luar biasa, interprestasi jang didjiwai
oleh revolusi kita, Undang2 Agraria tahun 1870 itu da
pat kita sesuaikan dengan haluan negara kita.
488
Kalau kita mengubah Undang2 Agraria itu setjara formil,
maka itu berarti mengubah djuga sistim daripada Kitab
Undang2 Hukum Perdata setjara besarbesaran, karena
sistim kitab Undang2 Hukum Perdata merupakansuatu
kebulatan usaha itu, djuga akan memakai banjak waktu.
c.
Dasar2 dan ketentuan2 pokok Undang2 Pokok Agraria Na
sional
1. Sebagai dasar akan dipakai.
(a) Pantjasila
(b) Undang2 Dasar 1945, pasal 33.
(c) Manifesto Politik.
(d) Amanat Pembangunan Presiden.
2.
Dualisme dalam Hukum Agraria dihapuskan. Hak2 eigen
dom, ermacht, opstal dan hak 2 barat lainnja atas tanah
dihilangkan.
3.
Bumi dan air dan kekajaan alam fang terkandung dida
lamnja dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk se
besar2nja kemakmuran rakjat.
4.
Hak mengenai tersebut, pelaksanaannja dapat dikuasa
kan kepada Daerah2 Swatantra dan masjarakat hukum
adat.
5.
Hak2 ulajat dan hak2 fang serupa fang masih ada dise
suaikan dengan kepentingan Nasional,
6.
Matjam2 hak atas tanah :
(a) hak milik
(b) hak guna usaha
(c) hak guna bangunan
(d) hak pakai
(e) hak2 lain jang akan ditentukan dalam Undang2.
7.
Hak atas tanah mempunjai fungsi sosial.
8.
Pada azasnja pemilik tanah diwadjibkan mengerdjakan
tanahnja sendiri.
9.
Hanja Warga Negara Indonesia jang mempunjai hak
milik atas tanah.
10. Monopoli Swasta akan ditjegah,
11. Hak milik tanah harus diadakan batas maksimum dan
minimum.
12. Mengenai landuse perk diatur persediaan dan penggu
naan tanah untuk :
489
(a)
(b)
(c)
(d)
pasar
ibadat
keperluan Negara
produksi dan lain2 usaha kesedjahteraan.
Peraturan ini diserahkan kepada masing2 daerah.
13. Untuk keperluan peribadatan oleh Pemerintah da pat
diberikan hak pakai.
14. Hak milik jang guna usaha dan guna bangunan dapat
dialihkan,
15. Subjek guna usaha dan guna bangunan :
(a) Warga Negara Indonesia.
(b) Orang asing jang berkediaman di Indonesia.
(c) Badan2 hukum,
16. Hak2 jang ada pada waktu berlakunja Undang2 Pokok
Agraria akan dikonversi, mendjadi hake jang baru.
17. Kedudukan hukum dari tanah2 wakaf perlu dipertegas.
d. Prinsip2 Landreform
d.
490
Prinsip2 Landreform
1. Luas maksimum pemilikan dan penguasaan tanah :
(a) maksimum pemilikan tanah untuk Djawa, Madura,
Bali dan Lombok 10 ha tanah sawah dan 12 ha (+
20%) tanah keying,
Untuk luar Djawa Madura, Bali dan Lombok 15 ha
sawah 18 ha tanah keying,
(b) luas maksimum penguasaan/penjewaan tanah :
untuk Djawa, Madura, Bali dan Lombok 15 ha.
(= 50% diatas djumlah milik tanahnja),
untuk luar Djawa Madura, Bali dan Lombok 20 ha.
2. Luas minimum pemilikan dan penguasaan tanah ditetap
kan, Batasnja diadakan research lebih dahulu.
3. Hubungan antara pemilik tanah dan penggarapannja
djuga ditetapkan,
4. Pembukaan tanah baru perlu dipergiat bersamaan de
ngan rentjana landreform.
5. Ketentuan luas maksimum dan minimum tersebut untuk
tanah pertanian; sedang ttntuk tanah perindustrian dan
perkebun.an perlu ditetapkan lain.
e. Biaja Landrefarm; dikemukakan pedoman
1. Ganti kerugian ditetapkan sepantasnja.
2. Pembajaran ganti kerugian sebagian dengan obligasi.
3. Petani jang mendapat tanah baru mengangsur kepada
Pemerintah berupa hasil bumi.
4. Diadakan penjelidikan atas hak milik jang lebih dari 10
ha; djika, ternjata diperoleh dengan tidak sah tidak di
bar' ganti kerugian.
5. Petani2 baru perlu diberi kredit dari Pemerintah.
§399. Penjebaran tenaga pembangunan (transmigrasi)
a. Organisasi
1. Djawatan Transmigrasi Pusat.
2. Djawatan Transmigrasi Daerah,
b. Tjara bekerdja tahun2 jang lalu
dapat dibagi tiga tingkatan:
1. Penjelidikan (tanah irigasi d.1.1.).
2. Persiapan (membuat djalan2, irigasi, verkaveling, pene
bangan
3. Penempatan (pemindahan, melengkapi alat2 membagi
djaminan, mengatur perusahaan, perkampungan dan
lain2),
c. Perbaikan2 dari Transkopemada
1. Berhubung dengan penghematan biaja, transmigrasi di
pusatkan di Sumatera Selatan.
2. Pembelian bahan2 makanan pokok disentralisir.
3. Japeta (Jajasan Pembukaan Tanah Transmigrasi) dibu
barkan.
4. Pembukaan tanah dengan pendjualan kaju kepada per
usahaan asing.
d. Keadaan jang mendjadi tudjuan
1. Penjebaran tenaga pembangunan hendaknja didasarkan
pada tiga azas :
(a) azas Pembangunan Semesta Berentjana untuk nega
ra dan.bangsa.
(b) azas pertahanan negara.
491
2. Sistim transmigrasi hares berubah setjara radikal.
Transmigrasi tidak hanja ditudjukan kepada sektor per
tanian sadja, tetapi kepada semaa sektor pembangunan,
misalnja. :
(a) perkebunan
(b) pembukaan djalan
(c) pemeliharaan djalan
(d) perindustrian dll.
Dengan demikian proses asimilasi lebih dipertjepat.
3.
Diadakan penertiban hak milik atas tanah untuk
transmigrasi.
4.
Transmigrasi spontan patut didorong dan diberi ban
tuan.
5.
Biaja untuk transmigrasi pertanian Rp, 3.000,— per
djiwa, hendaknja disesuaikan dengan kenaikan perong
kosan sekarang.
6.
Untuk Rentjana 1 disediakan biaja Rp. 1 miljar, untuk
memindahkan sekarangkurangnja 250.000 transmigran
disektor pertanian keluar Djawa.
Rentjana dilaksanakan mulai tahun 1961 dan selesai
achir tahun 1968.
§ 400. Koperasi
a. Tugas kewadjiban Djawatan Koperasi adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
memberi penerangan dan pendidijcan perkoperasian
kepada masjarakat,
menjelenggarakan pendaftaran.
mengadakan pengawasan dan pemeriksaan.
mengerdjakan statistik.
memikirkan siasat kerdja jang sebaikbaiknja untuk ge
rakan koperasi,
memberi petundjuk dan bimbingan.
b. Djawatan Koperasi dibagi dua
1. Djawatan Koperasi pusat,
2. Djawatan Koperasi daerah terdiri :
(a). — Kantor Inspeksi Koperasi Propinsi
(b) — Kantor Tjabang Inspeksi Koperasi Daerah/Ko
tapradja/Kabu paten/Kota.
492
c. Perkemhangan koperasi
Statistik menundjukkan garis jang meningkat baik dalam
djumlah dan mutunja maupun dalam usahausahanja
Tahun
Tahun 1951
Tahun 1958
Djumlah Koperasi
5.770
14.146
Anggota
1.000.324
2.202.789
Terbagi : 1.344 buah hak badan hukum
3.801buah tingkat pengamatan
9.001 buah membutuhkan pimpinan
d. Pendidikan jang diadakan :
1. pendidikan bagi masjarakat
2. pendidikan bagi pegawai Djawatan Koperasi
3. penerangan
4. hubungan dengan luar negeri jang telah memberi ban
than kepada Djawatan Koperasi :
(a) I.C.A.
(b) F.A.O.
(c)
I.L.O.
(d) Colombo Plan
(e)
Asian Foundation
(f)
dan, lain2.
e. Kesulitan
1. kekurangan kantor dan peralatan.
2. djenis koperasi jang terbanjak koperasi simpanan pin
djam dan koperasi desa, kedudukannja dalam struktur
perekonomian sekarang lemah.
3. perlakuan instansi pemerintah terhadap koperasi tidak
memuaskan.
4. kenjataan sekarang timbul duaslisme didalam perkem
bangan koperasi :semakin mendjadi kuat semakin djauh
dari tudjuannja dan semakin d.ekat dengan praktek 2
usaha swasta biasa.
f. Pendidikan metal untuk pembangunan koperasi
1. Koperasi hendaknja mempunjai peranan :
493
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
g.
(a) sebagai alat untuk melaksanakan ekonomi terpimpin
(b) merupakan sendi kehidupan ekonomi bangsa Indo
nesia,
(c) merupakan dasar untuk mengatur perekonomian
rakjat.
Dasar Hukum : fasal 33 U.U.D. 1945.
Gerakan koperasi harus bersifat masal, meliputi seluruh
penduduk, tetapi tetap bersifat sukareda dan setahap demi
setahap.
Mutu koperasi supaja dipertinggi,
Pendidikan perkoperasian hendaknja dimulai dal.; S.R.
sampai Universitas. Merida dididik berkoperasi.
Kursus2 kader koperasi perlu setjara masaL
Penerangan dipergiat dan bekerdjasama dengan Pa
mongpradja, P.M.D, dan lain,
Pegawaia koperasi djuga harus dipertinggi mutunja.
Organisasi koperasi
Organisasi Koperasi
1. Susunan organisasi koperasi desa Aneka Usaha dan
Sedjenis :
(a)
tingkat desa: gerakan dan organisasi koperasi
(b)
tingkat Ketjamatan/Kewedanaan : Gabungan Ko
perasi.
(c)
tingkat Nasional: Djawatan Koperasi Pusat/
Daerah Koperasi Indonesia,
2. Susunan Organisasi koperasi simpanpindjam.
(a)
Tingkat desa : simpan pindjam.
'
(b)
tingkat Ketjamatan/Kewedanaan : Bank Koperasi
tingkat II,
(c)
tingkat Kabupaten/Keresidenan : Inspeksi Bank
Koperasi.
(d)
tingkat Nasional: Bank Koperasi Indonesia.
h.
Hal2 lain
1. Disetiap desa supaja dibentuk koperasi2 produksi, pe
ngangkutan pembelian alat2 dan bahan2 produksi, ba
hanbahan pokok seharia, kredit, lumbung, pendjualan,
pembibitan, simpanpindjam, konsumsi dan lain2,
2. Supaja ada bimbingan dal.; pemerintah agar koperasi
tidak melanggar azasnja.
3. Supaja didjaga agar koperasi tidak disalahgunakan.
494
4. Modal koperasi terdiri dari:
(a) Anggota.
(b) Kredit dari Pemerintah
i.
Koperasi dalam Alam Pembangunan
Masalah koperasi harus dibitjarakan dahulu dalam bidang
policy, Apabila Pemerintah mempunjai rentjana jang bulat
dan ketegasan jang tegas, dengan sendirinja pertumbuhan
koperasi akan meluap dan demikian pula sumbangan ko
perasi kepada Pembangunan Semesta akan lebih besar.
Maka didalam menjusun pola Pembangunan Semesta ko
perasi harus diberi tugas setjara tegas, bahwa koperasi
akan diberi tempat dalam menjusun Pembangunan Semesta
itu.
Didalam koperasi pendidikan mesti disempurnakan, diurai
kan dan ditjotjokkan dengan isi djiwa dari haluan Negara.
Tafsiran undang2 Dasar 1945 pasal 33, terdapat dua matjam
tafsiran :
1. ekonomi disusun atas usaha bersama berdasarkan ke
keluargaan; itu belum tentu koperasi.
2. tugas2 jang dimaksudkan ialah koperasi.
j. Biaja
Untuk memperkembangkan koperasi sebagai alat melaksa
nakan ekonomi terpimpin, chusus dalam bidang distribusi
dan produksi disediakan biaja Rp. 500 djuta.
Pelaksanaannja mulai tahun 1960 dan selesai pada achir
tahun 1968;
§ 401. Pengerahan Tenaga Rakjat
a. Dasar2 P.T.R,
1. Persatuan Nasional untuk menggalang kekuatan Nasio
nal.
2. Demokrasi untuk rakjat.
untuk ini perlu :
(a) dipelihara dan dikembangkan kesadaran Nasional,
bergotongrojong dan swadaja rakjat.
(b) dipadukan segenap potensi rakjat,
(c) diperpadukan segenap potensi rakjat untuk melaksa
nakan aksi2 masa revolusioner segala bidang.
495
b.
Tjara bekerdja P.T,R, ialah :
1.
dengan musjawarah.
2.
mengikut sertakan golongan kerdja sesuai dengan ke
mampuannja,
3.
mengadakan koordinasi antaia instansi' pemerintah jang
bersangkutan.
4.
ada pengorganisasian tenaga dan kerdja,
5.
ada persiapan mental, kompetisi, rekreasi dan lain',
c.
Hasil usaha P.T.R. belum tampak sebab tak punja projek 2
sendiri tapi hanja mengintroduksikan sistim bekerdja pelba
gai bidang kegiatan pembangunan;
d.
Persiapan mental :
1.
perlu penerangan populair pada rakjat bahwa untuk Pem
bangunan Semesta, tenaga rakjat harus turut Berta, de
ngan dasar : dari Rakjat, untuk Rakjat, oleh Rakjat,
2.
demokrasi bekerdja, berdasar gotongrojong,
3.
gotongrojong sebagai sistim bekerdja jang tetap dise,
gala bidang,
e.
Organisasi P.T.R.
1. dibentuk Brigade Pembangunan.
2. didirikan gerakan pioneers,
3. sistim kompetisi,
4. kadervorming dan lain2,
f.
Penggerak tenaga rakjat chusus dibidang menambah pro
duksi pangan :
1.
memperbaiki pengairan dengan tjara gotongrojong.
2.
membuat saluran air barn.
3. membuat waduk dan djaian',
4.
penghidjauan tanah perumputan.
5.
intensivering pembuatan dan penggunaan kompos.
6.
penanaman padi dengan bibit unggul,
7. pemberantasan hama.
8.
menanami kembali hutan gundul.
9.
dan lainlain,
g..
Front Nasional harus mempunjai peranan untuk menghin
darkan penjalahgunaan P.T.R.
496
§ 402. Perundang2an Kependjaraan dan Kepolisian
a. 1. Supaja dihilangkan ri,ntangan jang berupa :
(a) berbagai golongan hukum.
(b) berbagaisuasana hukum (rechtssferen).
(c) sistim Kewarganegaraan rangkap,
(d) dualisme dalam hake tanah,
2. Diadakan usaha2 kearah homogenitet.
3. Ditetapkan azas2 pembinaan hukum nasional :
(a) dalam hukum privat,
(b) dalam hukum kriminil.
(c) dalam hukum publik.
(d) mengenai susunan dan djalannja peradilan.
b. Usaha2 untuk penjempurnaap perundangzan
1. Harus ada keseragaman.
2. Diserahkan kepada Lembaga, Pembinaan Hukum Nasio
nal.
3. Disediakan biaja research Rp. 2.000.000,—
(a Rp, 250.000,— per tahun).
Untuk Lembaga Pembinaan Hukum Nasional ini disedia
kan biaja 6, djuta; mulai dilaksanakan tahun 1961 dan
diharapkan selesai dalam waktu 3 tahun.
4. Diadakan peradilan anak2 dengan biaja : Rp.5.000.000,—
c. Hal2 lain, jang dianggap perlu
1. Dalam Undang2 No. 80/1958 perkataan D.P.R. diganti
dengan 1VI.P.R. (pasal 4, 1),
2. Hukum perkawinan diatur sebaik2nja.
3. Undang2 mengenai Balai Harta Peninggalan: pekerdja
annja diperlu.as terhadap golongan Indonesia ash.
4. Perundang2an mengenai hukum warisan
(a) semua warisan untuk anak2 dan djanda, apabila si
peninggal warisan meninggalkan anak2 dan djanda.
(b) mengenai sistim penggantLan ahli waris.
(c) tentang penghibatan,
5. Peraturan mengenai tjatatan sipil, perlu ditindjau dan
disempurnakan.
6. Hukum dagang :
497
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
dapat dikodifikasikan dan diunifikasikan untuk seluruh
golongan penduduk Indonesia,
Peraturan mengenai oktroi perlu ditetapkan undang2nja.
Hak pembiak perk' diatur djuga,
Peraturan2 dalam lapangan Perguruan Tinggi:
(a) Undang2 Perguruan Tinggi,
(b) Hadiah2 karya seni, ilmiah dan olah raga,
(c) Undang2Film,
Perundang2an Perburuhan segera disempurnakan.
Peraturan dalam lapangan kebudajaan supaja diperbe
rat, sanksi terhadap pelanggaran Monumentenordonan
tie.
Peraturanperaturan mengenai kepegawaian, sudah pa
da waktunja untuk diatur dalam suatu Undang 2 Pokok
Kepegawaian,
Undang2 kearsipan, perlu ditindjau dan diubah,
Perundang2an pertambangan perlu disesuaikan dengan
kepentingan .nasional,
Undang2 organik jang mengatur kedudukan Hakim,
dan jang mengatur Sarat2 untuk mendjadi dan untuk
dapat dinjatakan diberhentikan sebagai hakim,
Perundangaan mengenai Kepolisian perk dibentuk.
Perundang2an mengenai pertahanan negara perlu se
gera dibentuk.
Perundang2an mengenai pemilihan supaja diperbaharui.
Perdjandjian dengan Iuar negeri (jang dilakukan oleh
Hindia Belanda) perlu ditindjau,
d.
Pendjara modern
Sesuai dengan Rentjana Pembangunan Semesta, perlu diba
ngun pendjara2 modern jang diperlengkapi dengan tempat2
untuk perbanian, pertenunan,perkajuan, perkttlitan dan tern
pat bekerdja dalam pendjara.
Sebagai pilot projek, dapat dibangun 7 buah pendjara mo
dern, duabuah di Djawa, dii Sumatera, Kalimantan, Sula
wesi, Nusa Tenggara dan Maluku, masing2 sebuah,
e.
Kepolisian
Untuk perbaikan perlengkapan dan mempertinggi mutu Kepo
lisian Negara disediakan biaja Rp, 2. miljar. Rentjana ini
dilaksanakan mulai tahun 1961 sampai achir tahun 1968.
498
GARIS BESAR PEMBANGUNAN BIDANG PEMERINTAHAN
§ 391. Organisasi Negara Kesatuan
Dalam merentjanakan bentuk dan susunan pemerintahan jang
mendjadi pokok pegangan ialah
a. Undang2 Dasar 1945.
b. Manifesto Politik.
c. Sifat2 dan sarat2 pemerintahan harus :
1. stabil,
2. mentjerminkan kehendak rakjat.
3. revolusioner.
d. Tetap terdjaminnja keutuhan negara kesatuan Republik
Indonesia,
e. Pengakuan terhadap Bung Karno sebagai Pemimpin Besar
Revolusi merupakan faktor panting jang senantiasa harus
diperhatikan.
§ 392. Pembagian daerah dan djumlah tingkatan
a. Keadaan sekarang
1. diseluruh Indonesia terdapat 20 buah daerah tingkat I
(dan 2 propinsi administratip), 256 daerah tingkat II
(keadaan 1 Maret 1960),
2. pembagian wilajah ini masih mengalami perubahan2
3. dasar pembagian daerah di Indonesia
pembagian daerah/tingkatan berbeda daerah demi dae
rah, pembagian itu didasarkan pada keperluan praktis,
ada propinsi jang mempunjai keresidenan, ada pula jang
tidak.
Dibeberapa daerah, Residen itu berstatus Residen Koor
dinator jang menjelenggarakan pemerintahan atas nama
Gubernur, mengawasi daerah tingkat II jang berstatus
otonomi,
Tjontoh Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara masing2
mempunjai dua Residen Koordinator,
b. Keadaan jang ditudju
1. Daerah Swatantra dibagi 2 tingkat :
473
(a) Daerah Swatantra tingkat I, daerahnja seluas kereside
nan,
2.
3.
4.
5.
6.
(b) Daerah Swatantra tingkat II, daerahnja seluas ketjama
tan.
Kota ketjil disamakan dengan daerah tingkat II,
Kota Besar disamakan dengan daerah tingkat I.
Ibu kota Negara Republik Indonesia diatur setjara chusus.
Propinsi = daerah administrant),
Alasan2.
(a) (1) desa terlampau ketjil untuk didjadikan suatu daerah
swatantra,
(2) potensi pembangunannjaterlalu rendah,
(3) tidak efektip dan produktip,
(b) ketjamatan sudah lama mendjadi koordinator antara desa,
(c) (1) kabupaten adal'ah kreasi djaman feodal,
(2) potensinja terlampau ketjil, misalnja untuk industri
berat,
(d) desa hendaknja dipakai sebagai kesatuan jang mendjadi
pendukung demokrasi fungsionil, Desa tidak perlu di
djadikan daerah swatantra tingkat III, dengan pertim
bangan :
(1) Undang2 Dasar tidak mengharuskan mengadakan
Daerah tingkat III,
(2) Tidak adanja perwakilan didesa tidak menjalahi sila
keempat Pantja Sila.
(3) Kerumah tanggaan desa didasarkan pada penghi
dupan asli penduduk,
(4) Perumahtanggaan desa kompleks sekali, meliputi
hampir segala soal.
(5) Susunan pemerintahan desa seluruh Indonesia ber
aneka warna sifatnja dan sukar diseragamkan.
(6) Susunan pemerintahan desa tidak zakelijk, tetapi
berdasar gotong rojong, gugur gunung dan lain2.
(7) Rakjat dipedalaman sukar sekali mentjari uang.
Apa jang akan dikerdjakan dipetjahkan bersama
dengan mendapat sambutan spontan.
(8) Dengan demikian dualisme dapat dihindari,
474
§ 393. Desentralisasi
a. Desentralisasi adalah satu2nja djalan untuk mendjamin lan
tjarnja pemerintah daerah,
b. Daerah lebih kenal akan keadaan daerahnja.
c. Undang2 desentralisasi :
1. Undang2 No, 22/1948,
2. Undang2 No. 1/1957.
3. Undang2 No. 6/1959.
d. Isi otonomi untuk berbagai daerah tidak seragam, perlu
diatur dalaam beberapa peraturan perundang2an.
e. Beberapa matjam prinsip otonomi :
1. penjerahan oleh pusat pada Daerah tingkat I/II.
2. penjerahan oleh Daerah tingkat I kepada Daerah ting
kat Ii.
3. penjerahan oleh Daerah tingkat II kepada Daerah ting
kat I.
4. pemusatan kembali kewenangan daerah oleh pusat.
5. pengakuan hakhak jang telah dlmilik' daerah.
f. Pelaksanaan disentralisasi hendaknja
1. disesuaikan dengan kemampuan dan persiapan masing2
daerah.
2. persiapan itu dil:akukan setjara aktif baik oleh pusat mau
pun oleh daerah.
g. Koordinasi
1. kurang adanja koordinasi terasa baik didaerah maupun
dipusat. Akibatnja terdjadilah doublures, keseretan, ke
matjetan dan pemborosan,
2. koordinasi dimaksud untuk mempertinggi effisiensi.
3. dalam koordinasi selain togas djuga diatur wewenang
koordinator,
h. Effisiensi
dapat ditjapai dengan :
1. menghilangkan djawatan2 kembar.
2. tugas Departemen/Djawatan perlu ditindjau kembali.
3. perlu adanja rentjana bersama.
4. tenaga teknis harus tjukup.
475
5. harus ada penjeragaman administrasi.
6. perbelandjaan minimuin ditjukupi.
7. adanja pengawasan jang bath..
8. diadakan sistim laporan tiap2 tugas.
9. tembusan2 surat jang tidak perlu supaja ditiadakan,
10.adanja management jang baik dan otorisasi jang tepat.
§ 394. Pemerintahan Pusat
a. Kedudukan, tugas dan wewenang Presiden dan Menteri2
1. Kedudukan Presiden
(a) sebagai Kepala Negara.
(b) sebagai Kepala Kekuasaan Eksekutip.
(c) tidak bertanggung djawab kepada D.P.R.
2. Tugas dan wewenang Presiden
(a) memegang kekuasaan pemerintahan,
(b) membentuk Undang2 bersama2 D,P,R,
(c) menetapkan Peraturan Pemerintah.
(d) menjatakan keadaan bahaja dan djika perlu me
njampingkan Undang2 Dasar.
(e) memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Da
rat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara,
(f) mengangkat dan menerima konsul/duta.
(g) memberi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilisasi.
(h) memberi gelar, tanda djasa d11,
3. Menterimenteri
(a) adalah pembantu Presiden,
(b) tidak bertanggung djawab kepada D.P.R,
4. Nama „Kabinet”:
(a) nama President Cabinet, Presidentil Cabinet, Ca
binet of The President atau Kabinet Konstitusi
1945, semua itu dipandang dart hukum tata
pradja dapat memberikan rangka dan isi jang
berlainan,
(b) sedjarahnja :
(1) mula2 sama dengan Amerika,
Pemerintah :
Presiden dibantu Menteri2,
476
(2)
(3)
(4)
istilah menteri2 dulu disebut Dewan Menteri.
istilah Kabinet baru masuk resmi dalam Konsti
tusi R.I.S., kemudian diterima oleh Undang2 Dasar
sementara sampai sekarang.
istilah Kabinet digunakan bagi kantor Presiden.
(c) seharusnja:
(1)
(2)
(3)
menurut Undang2 Dasar sebutan Kabinet tidak adai
Pemerintah itu : Presiden dan menteri pembantu.
dalam bahasa asingnja disebut Presidental Go
vernment.
perkataan „Kabinet kerdja” pada tiap konsideran
dapat dipandang sebagai "gewoontelijke gedachten
gang" sadja dari sekertariat.
Manurut pasal 4 Undang2 Dasar, Pemerintah lebih tepat
disebut Presiden Republik Indonesia.
b.
Kedudukan, tugas dan wewenang Badan2 Pemerintahan
Agung dan Dewandewan Pemerintah Pusat
1. M.P.R.
(a) melaksanakan kedaulatan rakjat.
(b) menetapkan/mengubah Undang2 Dasar.
(c) menetapkan garis2 besar haluan negara.
(d) memilih Presiden,
Tjatatan : sebelum M.P.R. terbentuk wewenang M.P.R.
mendjadi wewenang Presiden.
2. D,P,A,
Presiden merangkap ketua Dewan Pertimbangan Agung tidak
sesuai dengan maksud Undang2 Dasar 1945 pasal 16,.
bahwa Dewan Pertimbangan Agung berkewadjiban memberikan
djawaban atas pertanjaan Presiden.
3. D.P.R.
Bersama2 Presiden membentuk Undang2.
4. Badan Pemeriksa Keuangan Negara
Memeriksa tanggung djawab Pemerintah tentang keuangan
negara,
477
5. Mahkamah Agung
(1) terlepas dari pengaruh kekuasaan Pemerintah.
(2) tugas dan wewenangnja diatur oleh Undang2.
6. Bapekan
Bertugas niengawasi, meneliti dan mengadjukan pertim
bangan kepada Presiden terhadap kegiatan aparatur negara.
7. Depernas
(a) bertugas mempersiapkan rantjangan Undang 2 Na
sional Semesta Berentjana dan menilai penjelengga
raannja.
(b) rantjangan itu diadjukan kepada Presiden kemudian ke
M.P.R.
(c) untuk membangun gedung Depernas dan memben
tuk Lembaga2nja disediakan biaja Rp. 100 djuta mulai
dikerdjakan tahun pertama Rentjana I dan selesai achir
Rentjana I.
c. Tugas dan organisasi Departemen2:
1. lingkungan masing2 Departemen perlu ditetapkan dengan
lengkap.
2. susunannja disederhanakan.
3. perk adanja keseragaman susunan/kepegawaian.
d. Djumlah Departemen
1. Departemen perdagangan :
di negara2 lain sesudah perang inilazimnja diadakan pe
misahan antara :
(a) Menteri Perdagangan jang mengurus kesedjahtera
an dagang dalam negeri.
(b) Menteri Perdagangan Internasional.
2. Kementerian P.P.K.:
diusulkan untuk dipetjah mendjadi :
(a) Kementerian Perguruan Tinggi dan ilmu pengeta
huan.
(b) Kementerian Kebudajaan.
(c) Kementerian jang mengurus sekolah rakjat, sekolah
landjutan dan sekolah2 kedjuruan.
4. Untuk effisiensi perlu ditetapkan djumlah maksimal dari
Departemen.
478
e. Hubungan satu dengan lainnja
Untuk mendjamin effisiensi kerdja, tugas koordinasi supaja
diserahkan kepada Menteri Pertama/Wakilnja; dengan di
perlengkapi aparatur tersendiri.
f. Ha12 lain
1.
pegawai hendaknja distimulir mengabdi kepada rakjat.
2. peremadjaan pegawai hendaknja tidak menimbulkan
vacuum/stagnasi,
3. pemimpin2 baik disektor partikelir maupun pemerintahan
hendaknja mengikuti latihan2.
4. Lembaga Administrasi Negara hendaknja mengadakan
berbagai Iatihan, untuk itu perlu disediakan biaja seku
rangkurangnja Rp. 100 djuta.
5. hubungan dalam kepegawaian supaja didasarkan human
relation.
6. diadakan pendaftaran tenaga ahli,
7. wadjib kerdja sardjana2 jang baru lulus sekurang2nja tiga
tahun.
8. kekurangan tenaga ahli supaja mendapat perhatian se
penuhnja.
9. dalam rangka penjempurnaan Administrasi Negara, ins
telling Arsip Nasional perlu mendapat perhatian setju
kupnja. Departemen2, djawatan'2 dan lain2, supaja setjara
berkala mengirimkan laporan2 dan arsip2 tua mereka. Un
tuk Arsip Nasional ini diperlukan biaja 79.500.000,
10. laporan berkala djuga kepada Biro Statistik.
11. censur perlu diadakan,
12. supaja lebih giat berusaha menertibkan dan mengefisi
ensikan aparatur negara.
395. Pemerintahan Daerah
a. Pelaksanaan otonomi
Pelaksanaan otonomi untuk berbagai daerah tidak sama.
Faktor jang menjebabkan pelaksanaan otonomi tidak me
muaskan a.l.:
1. kekurangan tenaga teknik dan pimpinan,
2. kekurangan biaja.
3. banjaknja djawatan2/dinas2 vertikal menimbulkan djawa
tandjawatan/dinas2 kembar,
4. penjerahan tugas danwewenang tidak disertai alat 2 ke
uangan serta tenaga2 teknis jang diperlukan
479
5.
6.
7.
8.
b.
kurang djelasnja diatur pemisahan kekuasaan eksekutip
dan legislatip.
adakalanja. D.P.R.D. mentjampuri urusan jang semesti
nja termasuk bidang D.P.R.
keadaan bahaja perang kadang2 menjebabkan kurang Ian
tjarnja pelaksanaan otonomh
konflik jang kadang2 timbul antara fungsionaris otonomi
dan Pamong Pradja.
Perimbangan Keuangan
1.
Ketentuan2 jang berlaku :
„Undang2 Perimbangan Keuangan Tahun 1957” No. 32
tahun 1956 jang disusul dengan Peraturan Pemerintah
(a) No, 3/1957: Penjerahan Padjak Negara kepada Daerah,
(b) No, 4/1957: Pemberian Gandjaran, Subsidi dan
sumbangan kepada Daerah,
(c) No. 5/1957: Panitia Negara Perimbangan Keuangan,
(d) No. 12/1958 : Penetapan persentase dari penerima
an Padjak Negara untuk Daerah,
(e) No, 14/1959: Penetapan persentase dart beberapa
penerimaan Negara untuk Daerah.
2.
Kekurangan sistim perimbangan Keuangan
(a) belum dapat menutup seluruh Anggaran Daerah.
(b) pelaksanaan belum lantjar karena Daerah belum
mempunjai tenaga teknis dan peralatan jang tjukup,
(c) penerimaan uang bagian dari Padjak Negara sering 2
sangat terlambat, karena perhitungan Inspeksi Ke
uangan kurang lantjar.
(d) penetapan sementara kurang sesuai dengan
kebutuh an Daerah,
3.
Saransaran :
(a) Pusat supaja membantu berdirinja perusahaan di
Daerah.
(b) Pusat menjediakan devisen jang diperlukan Daerah
untuk melengkapi alat2/kebutuhan bahan2. Gandja
ran subsidi dan sumbangan jang diberikan supaja
sesuai dengan kekurangan2 Daerah, dengan mengi
ngat djuga keuangan Negara,
480
c.
Organisasi Pemerintah Daerah
1. Sifat2 dan sarat2 jang harus. dimiliki oleh Pemerintah
Daerah.
(a)
(b)
(c)
stabil.
mentjerminkan kehendak rakjat.
revolusioner,
2. Alat2 perlengkapan Daerah.
(a)
(b)
(c)
D.P.R.D.
Kepala/Waki1 Kepala Daerah.
B.P.H.,
3. Perlu diselesaikan :
(a) Pelaksanaan U.U. No. 6/1959.
(b) Pemilihan dan susunan D.P.R.D. supaja disesuaikan
dengan D.P.R.
(c) Sekertariat Daerah dan Sekertariat Pemerintahan Llmum
supaja disatukan.
d.
Tjara pengawasan atas Pemerintah Daerah
1. tenaga2 jang berpendidikan supaja ditambah, baik di pusat
maupun didaerah.
2. perlu adanja penjeragaman :
(a) Undang2 Daerah.
(b) Peraturan Daerah.
(c) Bahasa perundang2an.
e.
Halhal lain :
Pemilihan anggota D.P.R.D. supaja bersamaan dengan pe
milihan D,P.R., dengan demikian dapat diadakan penghe
matan.
f.
Daerah swapradja
1. Sedjarahnja :
(a). sebagai akibat politik Van Heutz di Indonesia da. lam
abad ini terdapat 300 buah zelfbesturende land
shappen.
(b) ketjuali dibeberapa daerah, Swapradja2 itu telah di
hapuskan oleh revolusi.
481
2.
3.
(c)
jang tidak dihapuskan menjatakan setia kepada R.I.
Jang mendjadi persoalan, apakah Daerah Swapradja itu
dibiarkan h'idup atan dihapuskan. Kalau dihapuskan apa
gantinja dan bagaimana kita bertindak adil.
Keadaan sekarang:
Swapradja diluar Palau Djawa tinggal: Tidore, Batjan dan
Ternate.
(a)
Jogjakarta: tidak dihilangkan tetapi dilegalisir oleh
Undang2 dan oleh Pemerintah.
(b)
Surakarta: statusnja sampai sekarang masih terka
tungkatung tidak dihapuskan dan tidak dilandjut
kan.
(c)
Kalimantan : telah dihapuskan semua oleh Undang
undang. Kedudukan bekas Kepala Swapradja diatur
oleh Undang2.
Djika umurnja lebih dari 55 tahun dipensiun dengan
55% sampai 75% daripada mata pentjahariannja.
jang belum berumur 55 tahun didjadikan pegawai
daerah.
(d)
Sulawesi: Kepala Swapradja Luwu, Sopeng Bone
dan Goa diangkat mendjadi badan penasehat Gu
bernur.
(e)
Nusa Tenggara : Daerah Swapradja di Bali dan
Sumbawa didjadikan Daerah tingkat II, status
Kepala2 Swapradja diatur seperti di Kalimantan.
(f)
Maluku/Irian Barat: Swapradja Tidore menurut hu
kum masih ada. Claim kita atas Irian Barat tidak
boleh didasarkan atas claim hak feodal dari Tidore.
Tidak dapat dibenarkan pemakaian uang atas nama
Irian Barat untuk pembangunan kota Suasiu,
396. Pemerintah Desa
Kehidupan dan sistim pemerintahan didesa pada garis besarnja
sesuai dengan Manifesto Politik, jaitu Ketuhanan, gotongrojong,
ramahtamah, musjawarah dan mufakat dengan kekuasaan sen
tral ditangan sesepuh jang memimpin dan mengajomi serta mu
sjawarah dalam rapat desa.
a.
Aparatur Pemerintah Desa
1. Pemilihan kepala desa diatur dalam :
(a)
Otdonantiestbl, 1907 No, 212,
(b)
Undang2 No, 14/1946.
(c) Untuk luar Djawa/Madura peraturan para Guber
nur,
482
2. Semua warganegara penduduk desa baik laki 2 maupun
perempuan berhak memilih,
3. Aparatur jang sudah ada perlu dipertahankan dipupuk
dan didinamisir agar dapat menjesuaikan diri dengan tu
gas pelaksanaan Pembangunan Semesta Berentjana.
4. Perlu dibentuk madjelis/dewan desa jang terdiri dari orang 2
jang berpengaruh sebagai penasehat kepala desa.
b. Perumahtanggaan desa
1. Hak desa untuk mengatur dan mengurus rumah tang
ganja sendiri sudah diakui sedjak tahun 1854 (dalam
RegeringsReglement pasal 71 sampai sekarang),
2. Kekajaan desa terdiri dari:
tanah desa, sungai, bangunan2 seperti djembatan, peman
dian, pasar desa, pengairan
3. Desa berhak menarik iuran tertentu atau sewaktu2.
4. Desa djuga berhak mengadakan wadjib kerdja untuk
berbagai keperluan desa. Adapun gotongrojong adalah
bersifat sukarela dan berdasar kekeluargaan,
5. Dalam H.I.R. (titel I bagian 2) terdapat wewenang ke
pala desa dalam kepolisian dan pengadilan.
6. Desa2 diluar Djawa/Madura sudah diwadjibkan mem
buat Anggaran Belandja tiap2 tahun.
7. Pengawasan atas keputusan desa dilakukan oleh:
(a) D.P.D tingkat II untuk Djawa/Madura.
(b) Gubernur untuk luar Djawa.
c. Kesatuan hukum jang paling rendah di Sumatra Selatan
1. Akibat Revolusi, tahun 1945 dan 1946 seluruh marga
dirombak sama sekali dari bawah sampai keatas; susu
nan masjarakat, perasaan territorial dan genealogis di
maksudkan untuk disamaratakan sama sekali,
2. Hingga sekarang sudah 10 tahun berdjalan banjak marga 2
jang belum dapat memilih marganja, karena uang tidak
disediakan oleh Pemerintah Pusat.
3. Susunan marga di Palembang sebagian besar menurut
I.G.O.B. ketjuali mengenai pemilihan kepala marga :
(a) tidak berdasarkan keturunan.
(b) waktunja tidak terbatas,
4. Kepala marga namanja pesirah; marga mempunjai dewan
marga.
5. Marga di Lampung :
483
(a) lebih bersifat genealogis.
(b) tidak mempunjai susunan territorial.
(c) dengan datangnja transmigrasi marga lebih katjau
lagi.
(d) usaha mendirikan negeripun tidak berhasil.
6. Bengkulu marganja sama dengan Palembang.
7. Bangka dan Belitung tidak kenal marga.
d.
Rukun Kampung — Rukun Tetangga
1. Dasar pembentukannja :
(a) instruksi Menteri Dalam Negeri tertanggal 25 Djuni
1947,
(b) instruksi Kementerian Penerangan tertanggal 25
Djuni 1947.
2. Pedomannja disusun oleh Panitia Pusat R.T. dan R.K. dan
ditandatangani oleh Menteri Dalam Negeri, Sosial dan
Penerangan.
3. Perkembangan R.T., R.K. sedjak tahun 1951 sampai 1955
pesat sekali, Achir tahun 1955 di Djawa, Kalimantan dan
Sumatra.Utara terdapat:
R.T. 350.525
R.K. 96.016
sesudah tahun 1955 perkembangan konstan,
4. Tidak semua desa telah membentuk R.T./R.K, karena
merasa belum memerlukannja,
5. Saran2 :
(a) hubungan pemerintah desa dengan R.T./R.K, hen
daknja bertambah erat.
(b) pemerintah hendaknja memberikan bantuan jang le
bih besar.
(c) tugas R.T./R.K, supaja diperintji dengan hati2.
(d) hendaknja lebih banjak ikut serta dengan peme
rintah dalam melakukan programnja a.l. berhubung
dengan
(1). melantjarkan distribusi
(2). Keamanan
(3). kelahiran/kematian
(4). pentjatatan penduduk
(5). operasi makmur
(6). surat keterangan
(7). kebersihan d.l.l.
484
e.
Hal2 lain jang dianggap perlu
1. Beberapa desa supaja digabungkan dalam satu unit pem
bangunan.
2. Ditiap ketjamatan disediakan seorang pegawai jang me
lajani beberapa desa dalam urusan pertanian, perikanan,
peternakan, pendidikan, kesehatan d.l.l.
— Untuk menghemat biaja, pegawai itu diambil dari
pegawai jang sudah ada sesudah dikursuskan menge
nai keperluan setempat.
3. Pembaharuan Undanga'desa untuk mendjamin Pemerin
tahan Desa jang lebih dinamis dan efisien,
§ 397. Pembangunan Masjarakat Desa (P.M.D.)
a. Dasar dan tudjuan
1. Tudjuan meninggikan taraf penghidupan dan kehidupan
masjarakat desa, dengan djalan tnendjalankan Pemba
ngunan jang integral
2. Dasar : (a). kekuatan sendiri dari masjarakat desa.
(b). permufakatan.
(c). bimbingan Pemerintah
b. Organisasi
1. Tudjuan meninggikan taraf penghidapan dan kehidupan
2. Badan2 Koordinator terdapat dipusat, propinsi, kabupa
ten dan daerah kerdja,
3. Tugas koordinator:
(a) memberi bimbingan
(b) mengatur koordinasi
(c)mengatur bantuan2 pemerintah
(d) mendidik kader2.
4. Daerah kerdja dibagi dua :
(a) daerah kerdja pokok
(b) daerah kerdja lengkap
c. Biaja
1. diusahakan oleh masjarakat sendiri,
2. bantuan pemerintah (paling banjak 50%),
d. Djenis projek jang telah dilaksanakan :
1. gedung/bangunan rumah.
485
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
djalan2 dan djembatan
bangunan2 ttntuk pengairan.
taman dan fapangan.
tugu, gapura dan pintu gerbang,
pertanian dan peternakan.
perindustrian ketjil,
alat2.
e.
Kesulitan2:
1. kurangnja koordinasi antara beberapa instansi,
2. kurangnja pengertian tentang P.M.D.
3. tidak adanja tenaga administrasi jang chusus untuk
P.M.D,
4. kurangnja finansiil/Anggaran Belandja,
5. kurangnja alat2 transport,
f.
Saransaran :
1. Tjara2 menjempurnakan P.M.D.:
(a) P.M.D. harus mentjukupi semua segi2 kehidupan
desa.
(b) pemerintah ikut membangunkan inisiatif rakjat..
(c) daerah kerdja P.M.D.: setingkat ketjamatan.
(d) tiap2 ketjamatan diberi seorang pegawai.
(e) pemuda lulusan S.L.A. supaja dapat disalurkan di
P.M.D.
(f)
kepala desa mendjadi koordinator P.M.D,
(g) dasar kerdja : musjawarah dan gotongrojong,
2. Tjara mempertinggi perekonomian desa:
(a) P.M.D. membangkitkan kesadaran bertransmigrasi :
(b) ditanam semangat pelopor,
(c) tjara kerdja harus dirobah,
(d) upatjara2 jang memboroskan ditjegah.
(e) pemberantasan penjakit.
(f)
dikembangkan semangat berkoperasi.
3. Tjara membangun perlengkapan desa:
(a) gotongrojong.
(b) bantuan pemerintah.
486
(c)
(d)
(e)
(f)
desa diberi sumber2 keuangan tertentu.
sistim petera dengan penerangan.
sistim kompetisi.
menindjau ke-desa2 jang telah madju.
4. Biaja:
50.000 desa à Rp. 5.000,— = Rp, 250 djuta tiap tahun
nja, djadi 8 tahun = Rp, 2.000 djuta.
(keterangan mengenai biaja lebih landjut lihat Bidang
Keuangan).
§ 398. L a n d r e F o r m
a. Hal2 jang dianggap merugikan politik agraris sekarang
1. Pengaruh asing, perkebunan jang luas dan tandus diko
ta masih dimiliki orang asing.
2. Swapradja, tanah milik Swapradja banjak belum dipe
tjahkan dan menjulitkan penggunaan tanah setjara efek
tif.
3. Hukum adat : terutama di Sumatera Barak merupakan
kesulitan pokok untuk merealisir landreform.
4. Hutan dalam hubungan pertanian: Penebangan jang ti
dak rasionil mengakibatkan bandjir, chususnja di Djawa
hutan tidak boleh kurang 20%.
5. Verstplintering hak milik, akibat dari :
(a) sempitnja tanah.
(b) hukum waris,
(c) methode pertanian.
(d) kepadatan penduduk,
6. Akumulasi tanah pada beberapa otang dan golongan.
Tjontoh :
(a)
(b)
(c)
(d)
di Djawa; Nusa Tenggara dan Sulawesi Selatan
jang mempunjai lebih 10 ha. ± 5.000 orang.
di Lombok pemindahan tanah 40% dengan gadai.
di Purwakarta 20% tanah ada dalam persewaan.
di Djawa Barat tanah guntai djumlahnja 40% —
95%.
7. Fungsi sosial dari tanah, belum dilaksanakan sebagai
mana mestinja.
487
8. Hal tersebut menjebabkan
(a) penggunaan tanah kurang intensif, tidak mendja
min produksi maksimal,
(b) mengurangi enthousiasme petani untuk memperbe
sar produksi.
Tjatatan
Penggunaan tanah di Djawa
tanah sawah berdjumlah
tanah hutan sawah „
3.471.000 ha.
4.864.000 ha.
Djumlah 8.335.000 ha.
Djumlah onderneming seluruh Indonesia 1.818.900 ha.,
hutan 902.027.000 ha.
b. Perundangundangan Agraria
1. Undang2 No. 76/1957.
2. Undang2 N. 1/1958.
3. Peraturan pelaksanaan.
(a) Peraturan Pemerintah No. 18/1958.
(b)Peraturan Menteri Agraria No. 1/1958.
(c) Keputusan Menteri Agraria 12 Nopember 1958 No,
336/Ka.
(d)Keputusam Menteri Agraria 30 Djanuari 1959 No.
sk. 19/Ka.
4. (a) Peraturan Pemerintah No. 56/1958.
(b) Undang2 No. 78/1958.
(c) Peraturan Pemerintah No. 61/1957.
5. Interpretasi
Menurut Indische Staatsregeling, disamping peraturan2
menurut hukum Barat masih berlaku hukum adat.
Berdasarkan pasal II Aturan Peralihan Undang2 Dasar
1945 selama belum ada jang baru kita masih terpaksa
mengakui ,peraturan Hindia Belanda.
Djadi setjara formil kita masih terikat dengan dasar hu
kum agraria dahulu, tetapi setjara materiil hukum atas
dasar hukum agraria sekarang ini ialah Undang2 Dasar
kita sendiri dengan pembukaanja. Tjaranja dengan in
terprestasi jang luar biasa, interprestasi jang didjiwai
oleh revolusi kita, Undang2 Agraria tahun 1870 itu da
pat kita sesuaikan dengan haluan negara kita.
488
Kalau kita mengubah Undang2 Agraria itu setjara formil,
maka itu berarti mengubah djuga sistim daripada Kitab
Undang2 Hukum Perdata setjara besarbesaran, karena
sistim kitab Undang2 Hukum Perdata merupakansuatu
kebulatan usaha itu, djuga akan memakai banjak waktu.
c.
Dasar2 dan ketentuan2 pokok Undang2 Pokok Agraria Na
sional
1. Sebagai dasar akan dipakai.
(a) Pantjasila
(b) Undang2 Dasar 1945, pasal 33.
(c) Manifesto Politik.
(d) Amanat Pembangunan Presiden.
2.
Dualisme dalam Hukum Agraria dihapuskan. Hak2 eigen
dom, ermacht, opstal dan hak 2 barat lainnja atas tanah
dihilangkan.
3.
Bumi dan air dan kekajaan alam fang terkandung dida
lamnja dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk se
besar2nja kemakmuran rakjat.
4.
Hak mengenai tersebut, pelaksanaannja dapat dikuasa
kan kepada Daerah2 Swatantra dan masjarakat hukum
adat.
5.
Hak2 ulajat dan hak2 fang serupa fang masih ada dise
suaikan dengan kepentingan Nasional,
6.
Matjam2 hak atas tanah :
(a) hak milik
(b) hak guna usaha
(c) hak guna bangunan
(d) hak pakai
(e) hak2 lain jang akan ditentukan dalam Undang2.
7.
Hak atas tanah mempunjai fungsi sosial.
8.
Pada azasnja pemilik tanah diwadjibkan mengerdjakan
tanahnja sendiri.
9.
Hanja Warga Negara Indonesia jang mempunjai hak
milik atas tanah.
10. Monopoli Swasta akan ditjegah,
11. Hak milik tanah harus diadakan batas maksimum dan
minimum.
12. Mengenai landuse perk diatur persediaan dan penggu
naan tanah untuk :
489
(a)
(b)
(c)
(d)
pasar
ibadat
keperluan Negara
produksi dan lain2 usaha kesedjahteraan.
Peraturan ini diserahkan kepada masing2 daerah.
13. Untuk keperluan peribadatan oleh Pemerintah da pat
diberikan hak pakai.
14. Hak milik jang guna usaha dan guna bangunan dapat
dialihkan,
15. Subjek guna usaha dan guna bangunan :
(a) Warga Negara Indonesia.
(b) Orang asing jang berkediaman di Indonesia.
(c) Badan2 hukum,
16. Hak2 jang ada pada waktu berlakunja Undang2 Pokok
Agraria akan dikonversi, mendjadi hake jang baru.
17. Kedudukan hukum dari tanah2 wakaf perlu dipertegas.
d. Prinsip2 Landreform
d.
490
Prinsip2 Landreform
1. Luas maksimum pemilikan dan penguasaan tanah :
(a) maksimum pemilikan tanah untuk Djawa, Madura,
Bali dan Lombok 10 ha tanah sawah dan 12 ha (+
20%) tanah keying,
Untuk luar Djawa Madura, Bali dan Lombok 15 ha
sawah 18 ha tanah keying,
(b) luas maksimum penguasaan/penjewaan tanah :
untuk Djawa, Madura, Bali dan Lombok 15 ha.
(= 50% diatas djumlah milik tanahnja),
untuk luar Djawa Madura, Bali dan Lombok 20 ha.
2. Luas minimum pemilikan dan penguasaan tanah ditetap
kan, Batasnja diadakan research lebih dahulu.
3. Hubungan antara pemilik tanah dan penggarapannja
djuga ditetapkan,
4. Pembukaan tanah baru perlu dipergiat bersamaan de
ngan rentjana landreform.
5. Ketentuan luas maksimum dan minimum tersebut untuk
tanah pertanian; sedang ttntuk tanah perindustrian dan
perkebun.an perlu ditetapkan lain.
e. Biaja Landrefarm; dikemukakan pedoman
1. Ganti kerugian ditetapkan sepantasnja.
2. Pembajaran ganti kerugian sebagian dengan obligasi.
3. Petani jang mendapat tanah baru mengangsur kepada
Pemerintah berupa hasil bumi.
4. Diadakan penjelidikan atas hak milik jang lebih dari 10
ha; djika, ternjata diperoleh dengan tidak sah tidak di
bar' ganti kerugian.
5. Petani2 baru perlu diberi kredit dari Pemerintah.
§399. Penjebaran tenaga pembangunan (transmigrasi)
a. Organisasi
1. Djawatan Transmigrasi Pusat.
2. Djawatan Transmigrasi Daerah,
b. Tjara bekerdja tahun2 jang lalu
dapat dibagi tiga tingkatan:
1. Penjelidikan (tanah irigasi d.1.1.).
2. Persiapan (membuat djalan2, irigasi, verkaveling, pene
bangan
3. Penempatan (pemindahan, melengkapi alat2 membagi
djaminan, mengatur perusahaan, perkampungan dan
lain2),
c. Perbaikan2 dari Transkopemada
1. Berhubung dengan penghematan biaja, transmigrasi di
pusatkan di Sumatera Selatan.
2. Pembelian bahan2 makanan pokok disentralisir.
3. Japeta (Jajasan Pembukaan Tanah Transmigrasi) dibu
barkan.
4. Pembukaan tanah dengan pendjualan kaju kepada per
usahaan asing.
d. Keadaan jang mendjadi tudjuan
1. Penjebaran tenaga pembangunan hendaknja didasarkan
pada tiga azas :
(a) azas Pembangunan Semesta Berentjana untuk nega
ra dan.bangsa.
(b) azas pertahanan negara.
491
2. Sistim transmigrasi hares berubah setjara radikal.
Transmigrasi tidak hanja ditudjukan kepada sektor per
tanian sadja, tetapi kepada semaa sektor pembangunan,
misalnja. :
(a) perkebunan
(b) pembukaan djalan
(c) pemeliharaan djalan
(d) perindustrian dll.
Dengan demikian proses asimilasi lebih dipertjepat.
3.
Diadakan penertiban hak milik atas tanah untuk
transmigrasi.
4.
Transmigrasi spontan patut didorong dan diberi ban
tuan.
5.
Biaja untuk transmigrasi pertanian Rp, 3.000,— per
djiwa, hendaknja disesuaikan dengan kenaikan perong
kosan sekarang.
6.
Untuk Rentjana 1 disediakan biaja Rp. 1 miljar, untuk
memindahkan sekarangkurangnja 250.000 transmigran
disektor pertanian keluar Djawa.
Rentjana dilaksanakan mulai tahun 1961 dan selesai
achir tahun 1968.
§ 400. Koperasi
a. Tugas kewadjiban Djawatan Koperasi adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
memberi penerangan dan pendidijcan perkoperasian
kepada masjarakat,
menjelenggarakan pendaftaran.
mengadakan pengawasan dan pemeriksaan.
mengerdjakan statistik.
memikirkan siasat kerdja jang sebaikbaiknja untuk ge
rakan koperasi,
memberi petundjuk dan bimbingan.
b. Djawatan Koperasi dibagi dua
1. Djawatan Koperasi pusat,
2. Djawatan Koperasi daerah terdiri :
(a). — Kantor Inspeksi Koperasi Propinsi
(b) — Kantor Tjabang Inspeksi Koperasi Daerah/Ko
tapradja/Kabu paten/Kota.
492
c. Perkemhangan koperasi
Statistik menundjukkan garis jang meningkat baik dalam
djumlah dan mutunja maupun dalam usahausahanja
Tahun
Tahun 1951
Tahun 1958
Djumlah Koperasi
5.770
14.146
Anggota
1.000.324
2.202.789
Terbagi : 1.344 buah hak badan hukum
3.801buah tingkat pengamatan
9.001 buah membutuhkan pimpinan
d. Pendidikan jang diadakan :
1. pendidikan bagi masjarakat
2. pendidikan bagi pegawai Djawatan Koperasi
3. penerangan
4. hubungan dengan luar negeri jang telah memberi ban
than kepada Djawatan Koperasi :
(a) I.C.A.
(b) F.A.O.
(c)
I.L.O.
(d) Colombo Plan
(e)
Asian Foundation
(f)
dan, lain2.
e. Kesulitan
1. kekurangan kantor dan peralatan.
2. djenis koperasi jang terbanjak koperasi simpanan pin
djam dan koperasi desa, kedudukannja dalam struktur
perekonomian sekarang lemah.
3. perlakuan instansi pemerintah terhadap koperasi tidak
memuaskan.
4. kenjataan sekarang timbul duaslisme didalam perkem
bangan koperasi :semakin mendjadi kuat semakin djauh
dari tudjuannja dan semakin d.ekat dengan praktek 2
usaha swasta biasa.
f. Pendidikan metal untuk pembangunan koperasi
1. Koperasi hendaknja mempunjai peranan :
493
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
g.
(a) sebagai alat untuk melaksanakan ekonomi terpimpin
(b) merupakan sendi kehidupan ekonomi bangsa Indo
nesia,
(c) merupakan dasar untuk mengatur perekonomian
rakjat.
Dasar Hukum : fasal 33 U.U.D. 1945.
Gerakan koperasi harus bersifat masal, meliputi seluruh
penduduk, tetapi tetap bersifat sukareda dan setahap demi
setahap.
Mutu koperasi supaja dipertinggi,
Pendidikan perkoperasian hendaknja dimulai dal.; S.R.
sampai Universitas. Merida dididik berkoperasi.
Kursus2 kader koperasi perlu setjara masaL
Penerangan dipergiat dan bekerdjasama dengan Pa
mongpradja, P.M.D, dan lain,
Pegawaia koperasi djuga harus dipertinggi mutunja.
Organisasi koperasi
Organisasi Koperasi
1. Susunan organisasi koperasi desa Aneka Usaha dan
Sedjenis :
(a)
tingkat desa: gerakan dan organisasi koperasi
(b)
tingkat Ketjamatan/Kewedanaan : Gabungan Ko
perasi.
(c)
tingkat Nasional: Djawatan Koperasi Pusat/
Daerah Koperasi Indonesia,
2. Susunan Organisasi koperasi simpanpindjam.
(a)
Tingkat desa : simpan pindjam.
'
(b)
tingkat Ketjamatan/Kewedanaan : Bank Koperasi
tingkat II,
(c)
tingkat Kabupaten/Keresidenan : Inspeksi Bank
Koperasi.
(d)
tingkat Nasional: Bank Koperasi Indonesia.
h.
Hal2 lain
1. Disetiap desa supaja dibentuk koperasi2 produksi, pe
ngangkutan pembelian alat2 dan bahan2 produksi, ba
hanbahan pokok seharia, kredit, lumbung, pendjualan,
pembibitan, simpanpindjam, konsumsi dan lain2,
2. Supaja ada bimbingan dal.; pemerintah agar koperasi
tidak melanggar azasnja.
3. Supaja didjaga agar koperasi tidak disalahgunakan.
494
4. Modal koperasi terdiri dari:
(a) Anggota.
(b) Kredit dari Pemerintah
i.
Koperasi dalam Alam Pembangunan
Masalah koperasi harus dibitjarakan dahulu dalam bidang
policy, Apabila Pemerintah mempunjai rentjana jang bulat
dan ketegasan jang tegas, dengan sendirinja pertumbuhan
koperasi akan meluap dan demikian pula sumbangan ko
perasi kepada Pembangunan Semesta akan lebih besar.
Maka didalam menjusun pola Pembangunan Semesta ko
perasi harus diberi tugas setjara tegas, bahwa koperasi
akan diberi tempat dalam menjusun Pembangunan Semesta
itu.
Didalam koperasi pendidikan mesti disempurnakan, diurai
kan dan ditjotjokkan dengan isi djiwa dari haluan Negara.
Tafsiran undang2 Dasar 1945 pasal 33, terdapat dua matjam
tafsiran :
1. ekonomi disusun atas usaha bersama berdasarkan ke
keluargaan; itu belum tentu koperasi.
2. tugas2 jang dimaksudkan ialah koperasi.
j. Biaja
Untuk memperkembangkan koperasi sebagai alat melaksa
nakan ekonomi terpimpin, chusus dalam bidang distribusi
dan produksi disediakan biaja Rp. 500 djuta.
Pelaksanaannja mulai tahun 1960 dan selesai pada achir
tahun 1968;
§ 401. Pengerahan Tenaga Rakjat
a. Dasar2 P.T.R,
1. Persatuan Nasional untuk menggalang kekuatan Nasio
nal.
2. Demokrasi untuk rakjat.
untuk ini perlu :
(a) dipelihara dan dikembangkan kesadaran Nasional,
bergotongrojong dan swadaja rakjat.
(b) dipadukan segenap potensi rakjat,
(c) diperpadukan segenap potensi rakjat untuk melaksa
nakan aksi2 masa revolusioner segala bidang.
495
b.
Tjara bekerdja P.T,R, ialah :
1.
dengan musjawarah.
2.
mengikut sertakan golongan kerdja sesuai dengan ke
mampuannja,
3.
mengadakan koordinasi antaia instansi' pemerintah jang
bersangkutan.
4.
ada pengorganisasian tenaga dan kerdja,
5.
ada persiapan mental, kompetisi, rekreasi dan lain',
c.
Hasil usaha P.T.R. belum tampak sebab tak punja projek 2
sendiri tapi hanja mengintroduksikan sistim bekerdja pelba
gai bidang kegiatan pembangunan;
d.
Persiapan mental :
1.
perlu penerangan populair pada rakjat bahwa untuk Pem
bangunan Semesta, tenaga rakjat harus turut Berta, de
ngan dasar : dari Rakjat, untuk Rakjat, oleh Rakjat,
2.
demokrasi bekerdja, berdasar gotongrojong,
3.
gotongrojong sebagai sistim bekerdja jang tetap dise,
gala bidang,
e.
Organisasi P.T.R.
1. dibentuk Brigade Pembangunan.
2. didirikan gerakan pioneers,
3. sistim kompetisi,
4. kadervorming dan lain2,
f.
Penggerak tenaga rakjat chusus dibidang menambah pro
duksi pangan :
1.
memperbaiki pengairan dengan tjara gotongrojong.
2.
membuat saluran air barn.
3. membuat waduk dan djaian',
4.
penghidjauan tanah perumputan.
5.
intensivering pembuatan dan penggunaan kompos.
6.
penanaman padi dengan bibit unggul,
7. pemberantasan hama.
8.
menanami kembali hutan gundul.
9.
dan lainlain,
g..
Front Nasional harus mempunjai peranan untuk menghin
darkan penjalahgunaan P.T.R.
496
§ 402. Perundang2an Kependjaraan dan Kepolisian
a. 1. Supaja dihilangkan ri,ntangan jang berupa :
(a) berbagai golongan hukum.
(b) berbagaisuasana hukum (rechtssferen).
(c) sistim Kewarganegaraan rangkap,
(d) dualisme dalam hake tanah,
2. Diadakan usaha2 kearah homogenitet.
3. Ditetapkan azas2 pembinaan hukum nasional :
(a) dalam hukum privat,
(b) dalam hukum kriminil.
(c) dalam hukum publik.
(d) mengenai susunan dan djalannja peradilan.
b. Usaha2 untuk penjempurnaap perundangzan
1. Harus ada keseragaman.
2. Diserahkan kepada Lembaga, Pembinaan Hukum Nasio
nal.
3. Disediakan biaja research Rp. 2.000.000,—
(a Rp, 250.000,— per tahun).
Untuk Lembaga Pembinaan Hukum Nasional ini disedia
kan biaja 6, djuta; mulai dilaksanakan tahun 1961 dan
diharapkan selesai dalam waktu 3 tahun.
4. Diadakan peradilan anak2 dengan biaja : Rp.5.000.000,—
c. Hal2 lain, jang dianggap perlu
1. Dalam Undang2 No. 80/1958 perkataan D.P.R. diganti
dengan 1VI.P.R. (pasal 4, 1),
2. Hukum perkawinan diatur sebaik2nja.
3. Undang2 mengenai Balai Harta Peninggalan: pekerdja
annja diperlu.as terhadap golongan Indonesia ash.
4. Perundang2an mengenai hukum warisan
(a) semua warisan untuk anak2 dan djanda, apabila si
peninggal warisan meninggalkan anak2 dan djanda.
(b) mengenai sistim penggantLan ahli waris.
(c) tentang penghibatan,
5. Peraturan mengenai tjatatan sipil, perlu ditindjau dan
disempurnakan.
6. Hukum dagang :
497
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
dapat dikodifikasikan dan diunifikasikan untuk seluruh
golongan penduduk Indonesia,
Peraturan mengenai oktroi perlu ditetapkan undang2nja.
Hak pembiak perk' diatur djuga,
Peraturan2 dalam lapangan Perguruan Tinggi:
(a) Undang2 Perguruan Tinggi,
(b) Hadiah2 karya seni, ilmiah dan olah raga,
(c) Undang2Film,
Perundang2an Perburuhan segera disempurnakan.
Peraturan dalam lapangan kebudajaan supaja diperbe
rat, sanksi terhadap pelanggaran Monumentenordonan
tie.
Peraturanperaturan mengenai kepegawaian, sudah pa
da waktunja untuk diatur dalam suatu Undang 2 Pokok
Kepegawaian,
Undang2 kearsipan, perlu ditindjau dan diubah,
Perundang2an pertambangan perlu disesuaikan dengan
kepentingan .nasional,
Undang2 organik jang mengatur kedudukan Hakim,
dan jang mengatur Sarat2 untuk mendjadi dan untuk
dapat dinjatakan diberhentikan sebagai hakim,
Perundangaan mengenai Kepolisian perk dibentuk.
Perundang2an mengenai pertahanan negara perlu se
gera dibentuk.
Perundang2an mengenai pemilihan supaja diperbaharui.
Perdjandjian dengan Iuar negeri (jang dilakukan oleh
Hindia Belanda) perlu ditindjau,
d.
Pendjara modern
Sesuai dengan Rentjana Pembangunan Semesta, perlu diba
ngun pendjara2 modern jang diperlengkapi dengan tempat2
untuk perbanian, pertenunan,perkajuan, perkttlitan dan tern
pat bekerdja dalam pendjara.
Sebagai pilot projek, dapat dibangun 7 buah pendjara mo
dern, duabuah di Djawa, dii Sumatera, Kalimantan, Sula
wesi, Nusa Tenggara dan Maluku, masing2 sebuah,
e.
Kepolisian
Untuk perbaikan perlengkapan dan mempertinggi mutu Kepo
lisian Negara disediakan biaja Rp, 2. miljar. Rentjana ini
dilaksanakan mulai tahun 1961 sampai achir tahun 1968.
498