Jilid-03-Depernas 24-Bab-29

BAB.29. PEMERINTAHAN
GARIS BESAR PEMBANGUNAN BIDANG PEMERINTAHAN
§ 391. Organisasi Negara Kesatuan
Dalam merentjanakan bentuk dan susunan pemerintahan jang
mendjadi pokok pegangan ialah
a. Undang2 Dasar 1945.
b. Manifesto Politik.
c. Sifat2 dan sarat2 pemerintahan harus :
1. stabil,
2. mentjerminkan kehendak rakjat.
3. revolusioner.
d.  Tetap   terdjaminnja   keutuhan   negara   kesatuan   Republik
Indonesia,
e.   Pengakuan   terhadap   Bung   Karno   sebagai   Pemimpin   Besar
Revolusi   merupakan   faktor   panting   jang   senantiasa   harus
diperhatikan.
§ 392. Pembagian daerah dan djumlah tingkatan
a. Keadaan sekarang
1. diseluruh   Indonesia   terdapat   20   buah   daerah   tingkat   I
(dan   2   propinsi   administratip),   256   daerah   tingkat   II
(keadaan 1 Maret 1960),

2. pembagian wilajah ini masih mengalami perubahan2
3. dasar pembagian daerah di Indonesia
pembagian   daerah/tingkatan   berbeda   daerah   demi   dae­
rah,   pembagian   itu   didasarkan   pada   keperluan   praktis,
ada propinsi jang mempunjai keresidenan, ada pula jang
tidak.
Dibeberapa   daerah,   Residen   itu   berstatus   Residen   Koor­
dinator   jang   menjelenggarakan   pemerintahan   atas   nama
Gubernur,   mengawasi   daerah   tingkat   II   jang   berstatus
otonomi,
Tjontoh   Sulawesi   Selatan   dan   Sulawesi   Utara   masing2
mempunjai dua Residen Koordinator, ­
b. Keadaan jang ditudju
1. Daerah Swatantra dibagi 2 tingkat :
473

(a) Daerah   Swatantra   tingkat   I,   daerahnja   seluas   kereside­
nan,

2.

3.
4.
5.
6.

(b) Daerah   Swatantra   tingkat   II,   daerahnja   seluas   ketjama­
tan.
Kota ketjil disamakan dengan daerah tingkat II,
Kota Besar disamakan dengan daerah tingkat I.
Ibu kota Negara Republik Indonesia diatur setjara chusus.
Propinsi = daerah administrant),
Alasan2.
(a)  (1)  desa  terlampau ketjil untuk didjadikan suatu daerah
swatantra,
(2) potensi pembangunannjaterlalu rendah,
(3) tidak efektip dan produktip,
(b)  ketjamatan sudah lama mendjadi koordinator antara desa,
(c)  (1) kabupaten adal'ah kreasi djaman feodal,
(2) potensinja   terlampau   ketjil,   misalnja   untuk   industri
berat,

(d)  desa   hendaknja   dipakai   sebagai   kesatuan   jang   mendjadi
pendukung   demokrasi   fungsionil,   Desa   tidak   perlu   di­
djadikan   daerah   swatantra   tingkat   III,   dengan   pertim­
bangan :
(1) Undang2  Dasar   tidak   mengharuskan   mengadakan
Daerah tingkat III,
(2) Tidak   adanja   perwakilan   didesa   tidak   menjalahi   sila
keempat Pantja Sila.
(3) Kerumah   tanggaan   desa   didasarkan   pada   penghi­
dupan asli penduduk,
(4) Perumah­tanggaan   desa   kompleks   sekali,   meliputi
hampir segala soal.
(5) Susunan   pemerintahan   desa   seluruh   Indonesia   ber­
aneka warna sifatnja dan sukar diseragamkan.
(6) Susunan   pemerintahan   desa   tidak   zakelijk,   tetapi
berdasar gotong rojong, gugur gunung dan lain2.
(7) Rakjat   dipedalaman    sukar   sekali   mentjari   uang.
Apa   jang   akan   dikerdjakan   dipetjahkan   bersama
dengan mendapat sambutan spontan.
(8) Dengan demikian dualisme dapat dihindari,


474

§ 393.  Desentralisasi
a.  Desentralisasi adalah satu2nja djalan untuk mendjamin lan­
tjarnja pemerintah daerah,
b.  Daerah lebih kenal akan keadaan daerahnja. 
c.  Undang2 desentralisasi :
1. Undang2 No, 22/1948,
2. Undang2 No. 1/1957.
3. Undang2 No. 6/1959.
d.  Isi   otonomi   untuk   berbagai   daerah   tidak   seragam,   perlu
diatur dalaam beberapa peraturan perundang2­an.
e.  Beberapa matjam prinsip otonomi :
1.  penjerahan oleh pusat pada Daerah tingkat I/II.
2.  penjerahan oleh Daerah  tingkat  I  kepada  Daerah  ting
kat Ii.
3.  penjerahan oleh Daerah tingkat II  kepada  Daerah  ting
kat I.
4.  pemusatan kembali kewenangan daerah oleh pusat.

5.  pengakuan hak­hak jang telah dlmilik' daerah.
f.  Pelaksanaan disentralisasi hendaknja
1. disesuaikan dengan kemampuan dan persiapan masing2
daerah.
2. persiapan itu dil:akukan setjara aktif baik oleh pusat mau­
pun oleh daerah.
g.  Koordinasi
1. kurang adanja koordinasi terasa baik didaerah maupun
dipusat. Akibatnja terdjadilah doublures, keseretan, ke­
matjetan dan pemborosan,
2. koordinasi dimaksud untuk mempertinggi effisiensi.
3. dalam   koordinasi   selain   togas   djuga   diatur   wewenang
koordinator,
h.  Effisiensi
dapat ditjapai dengan :
1. menghilangkan djawatan2 kembar.
2. tugas Departemen/Djawatan perlu ditindjau kembali.
3. perlu adanja rentjana bersama.
4. tenaga teknis harus tjukup.
475


5. harus ada penjeragaman administrasi.
6. perbelandjaan minimuin ditjukupi.
7. adanja pengawasan jang bath..
8. diadakan sistim laporan tiap2 tugas.
9. tembusan2 surat jang tidak perlu supaja ditiadakan,
10.adanja management jang baik dan otorisasi jang tepat.
§ 394.  Pemerintahan Pusat
a.  Kedudukan, tugas dan wewenang Presiden dan Menteri2 
1. Kedudukan Presiden
(a) sebagai Kepala Negara.
(b) sebagai Kepala Kekuasaan Eksekutip.
(c) tidak bertanggung djawab kepada D.P.R.
2. Tugas dan wewenang Presiden
(a) memegang kekuasaan pemerintahan,
(b) membentuk Undang2 ber­sama2 D,P,R,
(c) menetapkan Peraturan Pemerintah.
(d) menjatakan keadaan bahaja dan djika perlu me­
njampingkan Undang2 Dasar.
(e) memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Da

rat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara,
(f) mengangkat dan menerima konsul/duta.
(g) memberi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilisasi.
(h) memberi gelar, tanda djasa d11,
3. Menteri­menteri
(a) adalah pembantu Presiden,
(b) tidak bertanggung djawab kepada D.P.R,
4. Nama „Kabinet”:
(a) nama President  Cabinet, Presidentil Cabinet, Ca­
binet   of   The   President   atau   Kabinet   Konstitusi
1945,   semua   itu   dipandang   dart   hukum   tata­
pradja   dapat   memberikan   rangka   dan   isi   jang
berlainan,
(b) sedjarahnja :
(1)   mula2  sama   dengan   Amerika,
Pemerintah :
Presiden dibantu Menteri2,
476

(2)

(3)
(4)

istilah menteri2 dulu disebut Dewan Menteri.
istilah   Kabinet   baru   masuk   resmi   dalam   Konsti­
tusi R.I.S., kemudian diterima oleh Undang2  Dasar
sementara sampai sekarang.
istilah Kabinet digunakan bagi kantor Presiden. 

(c)  seharusnja:
(1)
(2)
(3)

menurut Undang2 Dasar sebutan Kabinet tidak adai
Pemerintah itu : Presiden dan menteri pembantu.
dalam   bahasa   asingnja   disebut   Presidental   Go­
vernment.
perkataan   „Kabinet   kerdja”  pada   tiap   konsideran
dapat dipandang sebagai  "gewoontelijke gedachten­

gang" sadja dari sekertariat.

Manurut pasal 4 Undang2 Dasar, Pemerintah lebih tepat
disebut Presiden Republik Indonesia.
b. 

Kedudukan,   tugas   dan     wewenang     Badan2    Pemerintahan
Agung dan Dewan­dewan Pemerintah Pusat
1.  M.P.R.
(a) melaksanakan kedaulatan rakjat.
(b) menetapkan/mengubah Undang2 Dasar.
(c) menetapkan garis2 besar haluan negara.
(d) memilih Presiden,
Tjatatan   :   sebelum   M.P.R.   terbentuk   wewenang   M.P.R.
mendjadi wewenang Presiden.
2.  D,P,A,
Presiden merangkap  ketua  Dewan  Pertimbangan  Agung tidak
sesuai     dengan     maksud     Undang2    Dasar     1945   pasal   16,.
bahwa Dewan Pertimbangan Agung berkewadjiban memberikan
djawaban atas pertanjaan Presiden.

3.  D.P.R.
Ber­sama2 Presiden membentuk Undang2.
4.  Badan Pemeriksa Keuangan Negara
Memeriksa   tanggung   djawab   Pemerintah   tentang   keuangan
negara,

477

5. Mahkamah Agung
(1) terlepas dari pengaruh kekuasaan Pemerintah.
(2) tugas dan wewenangnja diatur oleh Undang2.
6. Bapekan
Bertugas   niengawasi,   meneliti   dan   mengadjukan   pertim
bangan kepada Presiden terhadap kegiatan aparatur negara.
7. Depernas
(a) bertugas       mempersiapkan     rantjangan     Undang 2    Na
sional   Semesta   Berentjana   dan   menilai   penjelengga­
raannja.
(b) rantjangan itu diadjukan kepada Presiden    kemudian ke
M.P.R.

(c) untuk     membangun   gedung     Depernas   dan   memben
tuk   Lembaga2nja   disediakan   biaja   Rp.   100   djuta   mulai
dikerdjakan   tahun   pertama   Rentjana   I  dan   selesai   achir
Rentjana I.
c. Tugas dan organisasi Departemen2:
1. lingkungan   masing2  Departemen   perlu   ditetapkan   dengan
lengkap.
2. susunannja disederhanakan.
3. perk adanja keseragaman susunan/kepegawaian.
d. Djumlah Departemen
1. Departemen perdagangan :
di   negara2  lain   sesudah   perang   inilazimnja   diadakan   pe­
misahan antara :
(a) Menteri    Perdagangan    jang     mengurus      kesedjahtera
an dagang dalam negeri.
(b) Menteri Perdagangan Internasional.
2. Kementerian P.P.K.:
diusulkan untuk dipetjah mendjadi :
(a) Kementerian       Perguruan       Tinggi   dan     ilmu     pengeta
huan.
(b) Kementerian Kebudajaan.
(c) Kementerian   jang   mengurus   sekolah   rakjat,   sekolah
landjutan dan sekolah2 kedjuruan.
4. Untuk   effisiensi   perlu   ditetapkan   djumlah   maksimal   dari
Departemen.

478

e.  Hubungan satu dengan lainnja
Untuk   mendjamin   effisiensi   kerdja,   tugas   koordinasi   supaja
diserahkan   kepada   Menteri   Pertama/Wakilnja;   dengan   di­
perlengkapi aparatur tersendiri.
f.  Ha12 lain
1.
pegawai hendaknja distimulir mengabdi kepada rakjat.
2. peremadjaan   pegawai   hendaknja   tidak   menimbulkan
vacuum/stagnasi,
3. pemimpin2  baik   disektor   partikelir   maupun   pemerintahan
hendaknja mengikuti latihan2.
4. Lembaga   Administrasi   Negara   hendaknja   mengadakan
berbagai Iatihan, untuk itu perlu disediakan biaja seku­
rang­kurangnja Rp. 100 djuta.
5. hubungan   dalam   kepegawaian   supaja   didasarkan   human
relation.
6. diadakan pendaftaran tenaga ahli,
7. wadjib   kerdja   sardjana2  jang   baru   lulus   se­kurang2nja   tiga
tahun.
8. kekurangan   tenaga   ahli   supaja   mendapat   perhatian   se­
penuhnja.
9. dalam   rangka   penjempurnaan   Administrasi   Negara,   ins­
telling   Arsip   Nasional   perlu   mendapat   perhatian   setju­
kupnja. Departemen2, djawatan'2 dan lain2, supaja setjara
berkala mengirimkan laporan2  dan arsip2  tua mereka. Un­
tuk Arsip Nasional ini diperlukan biaja 79.500.000,­
10. laporan berkala djuga kepada Biro Statistik.
11. censur perlu diadakan,
12. supaja   lebih   giat   berusaha   menertibkan   dan   mengefisi­
ensikan aparatur negara.
395. Pemerintahan Daerah 
a. Pelaksanaan otonomi
Pelaksanaan   otonomi   untuk   berbagai   daerah   tidak   sama.
Faktor   jang   menjebabkan   pelaksanaan   otonomi   tidak   me
muaskan a.l.:
1. kekurangan tenaga teknik dan pimpinan, 
2. kekurangan biaja.
3. banjaknja   djawatan2/dinas2  vertikal   menimbulkan   djawa­
tan­djawatan/dinas2 kembar,
4. penjerahan   tugas   danwewenang   tidak   disertai   alat 2  ke­
uangan serta tenaga2 teknis jang diperlukan
479

5.
6.
7.
8.
b. 

kurang   djelasnja   diatur   pemisahan   kekuasaan   eksekutip
dan legislatip.
adakalanja.   D.P.R.D.   mentjampuri   urusan   jang   semesti­
nja termasuk bidang D.P.R.
keadaan bahaja perang kadang2 menjebabkan kurang Ian­
tjarnja pelaksanaan otonomh
konflik   jang   kadang2  timbul   antara   fungsionaris   otonomi
dan Pamong Pradja.

Perimbangan Keuangan
1. 

Ketentuan2 jang berlaku :
„Undang2  Perimbangan   Keuangan   Tahun   1957”   No.   32
tahun 1956 jang disusul dengan Peraturan Pemerintah
(a) No, 3/1957: Penjerahan Padjak Negara kepada Daerah,
(b) No,   4/1957:   Pemberian   Gandjaran,   Subsidi   dan
sumbangan kepada Daerah,
(c) No. 5/1957: Panitia Negara Perimbangan Keuangan,
(d) No. 12/1958 :   Penetapan   persentase   dari   penerima­
an Padjak Negara untuk Daerah,
(e) No,   14/1959:   Penetapan   persentase   dart   beberapa
penerimaan Negara untuk Daerah.

2. 

Kekurangan sistim perimbangan Keuangan
(a) belum dapat menutup seluruh Anggaran Daerah.
(b) pelaksanaan   belum   lantjar   karena   Daerah   belum
mempunjai tenaga teknis dan peralatan jang tjukup,
(c) penerimaan     uang    bagian     dari  Padjak  Negara   sering 2
sangat   terlambat,   karena   perhitungan     Inspeksi       Ke­
uangan kurang lantjar.
(d) penetapan       sementara     kurang     sesuai     dengan
kebutuh­ an Daerah,

3. 

Saran­saran :
(a) Pusat   supaja   membantu   berdirinja   perusahaan   di
Daerah.
(b) Pusat   menjediakan   devisen   jang   diperlukan   Daerah
untuk   melengkapi   alat2/kebutuhan   bahan2.     Gandja­
ran   subsidi   dan   sumbangan   jang   diberikan     supaja
sesuai   dengan   kekurangan2  Daerah,     dengan     mengi­
ngat djuga keuangan Negara,

480

c. 

Organisasi Pemerintah Daerah
1.  Sifat2  dan   sarat2  jang   harus.   dimiliki  oleh  Pemerintah
Daerah.
(a)
(b)
(c)

stabil.
mentjerminkan kehendak rakjat.
revolusioner,

2.  Alat2 perlengkapan Daerah.
(a)
(b)
(c)

D.P.R.D.
Kepala/Waki1 Kepala Daerah.
B.P.H.,

3.  Perlu diselesaikan :
(a) Pelaksanaan U.U. No. 6/1959.
(b) Pemilihan   dan   susunan   D.P.R.D.   supaja   disesuaikan
dengan D.P.R.
(c) Sekertariat   Daerah   dan   Sekertariat   Pemerintahan   Llmum
supaja disatukan.
d. 

Tjara pengawasan atas Pemerintah Daerah
1. tenaga2  jang berpendidikan supaja ditambah, baik di pusat
maupun didaerah.
2. perlu adanja penjeragaman :
(a) Undang2 Daerah.
(b) Peraturan Daerah.
(c) Bahasa per­undang2an.

e. 

Hal­hal lain :
Pemilihan   anggota   D.P.R.D.   supaja   bersamaan   dengan   pe­
milihan   D,P.R.,   dengan   demikian   dapat   diadakan   penghe­
matan.

f. 

Daerah swapradja 
1.  Sedjarahnja :
(a).  sebagai akibat politik Van Heutz di Indonesia da­. lam
abad   ini   terdapat   300   buah   zelfbesturende   land­
shappen.
(b)  ketjuali   dibeberapa   daerah,   Swapradja2  itu   telah   di­
hapuskan oleh revolusi.
481

2. 
3. 

(c) 
jang tidak dihapuskan menjatakan setia kepada R.I.
Jang   mendjadi   persoalan,   apakah   Daerah   Swapradja   itu
dibiarkan h'idup atan dihapuskan. Kalau dihapuskan apa
gantinja dan bagaimana kita bertindak adil.
Keadaan sekarang:
Swapradja diluar Palau Djawa tinggal: Tidore, Batjan dan
Ternate.
(a)
Jogjakarta:   tidak   dihilangkan   tetapi   dilegalisir   oleh
Undang2 dan oleh Pemerintah.
(b)
Surakarta: statusnja sampai sekarang masih terka­
tung­katung tidak dihapuskan dan tidak dilandjut­
kan.
(c)
Kalimantan : telah dihapuskan semua oleh Undang­
undang. Kedudukan bekas Kepala Swapradja diatur
oleh Undang2.
Djika umurnja lebih dari 55 tahun dipensiun dengan
55%  sampai  75%  daripada   mata   pentjahariannja.
jang   belum   berumur  55  tahun   didjadikan   pegawai
daerah.
(d)
Sulawesi:   Kepala   Swapradja   Luwu,   Sopeng   Bone
dan Goa diangkat mendjadi badan penasehat Gu­
bernur.
(e)
Nusa   Tenggara   :   Daerah   Swapradja   di   Bali   dan
Sumbawa   didjadikan   Daerah   tingkat   II,   status
Kepala2 Swapradja diatur seperti di Kalimantan.
(f)
Maluku/Irian Barat: Swapradja Tidore menurut hu­
kum masih ada. Claim kita atas Irian Barat tidak
boleh didasarkan atas claim hak feodal dari Tidore.
Tidak dapat dibenarkan pemakaian uang atas nama
Irian Barat untuk pembangunan kota Suasiu,

396.  Pemerintah Desa
Kehidupan dan sistim pemerintahan didesa pada garis besarnja
sesuai dengan Manifesto Politik, jaitu Ketuhanan, gotong­rojong,
ramah­tamah, musjawarah dan mufakat dengan kekuasaan sen­
tral ditangan sesepuh jang memimpin dan mengajomi serta mu­
sjawarah dalam rapat desa.
a. 

Aparatur Pemerintah Desa
1.  Pemilihan kepala desa diatur dalam :
(a)
Otdonantie­stbl, 1907 No, 212,
(b)
Undang2 No, 14/1946.
(c) Untuk   luar   Djawa/Madura   peraturan   para   Guber­
nur,

482

2. Semua   warganegara   penduduk   desa   baik   laki 2  maupun
perempuan berhak memilih,
3. Aparatur   jang   sudah   ada   perlu   dipertahankan     dipupuk
dan didinamisir agar dapat menjesuaikan diri dengan tu­
gas pelaksanaan Pembangunan Semesta Berentjana.
4. Perlu dibentuk madjelis/dewan desa jang terdiri dari orang 2
jang berpengaruh sebagai penasehat kepala desa.
b.  Perumah­tanggaan desa
1. Hak   desa   untuk   mengatur   dan   mengurus   rumah   tang­
ganja   sendiri   sudah   diakui   sedjak   tahun   1854   (dalam
Regerings­Reglement pasal 71 sampai sekarang),
2. Kekajaan desa terdiri dari: 
tanah desa, sungai, bangunan2  seperti djembatan, peman­
dian, pasar desa, pengairan
3. Desa berhak menarik iuran tertentu atau se­waktu2.
4. Desa   djuga   berhak   mengadakan   wadjib   kerdja   untuk
berbagai   keperluan   desa.   Adapun   gotong­rojong   adalah
bersifat sukarela dan berdasar kekeluargaan,
5. Dalam H.I.R.   (titel I bagian 2)   terdapat   wewenang   ke­
pala desa dalam kepolisian dan pengadilan.
6. Desa2  diluar   Djawa/Madura   sudah   diwadjibkan     mem­
buat Anggaran Belandja tiap2 tahun.
7. Pengawasan atas keputusan desa dilakukan oleh:
(a) D.P.D tingkat II untuk Djawa/Madura.
(b) Gubernur untuk luar Djawa.
c.  Kesatuan hukum jang paling rendah di Sumatra Selatan
1.  Akibat   Revolusi,   tahun   1945   dan   1946   seluruh   marga
dirombak   sama   sekali   dari   bawah   sampai   keatas;   susu­
nan   masjarakat,   perasaan   territorial   dan   genealogis   di­
maksudkan untuk disama­ratakan sama sekali,
2.  Hingga sekarang sudah 10 tahun berdjalan banjak marga 2
jang   belum   dapat   memilih   marganja,   karena   uang   tidak
disediakan oleh Pemerintah Pusat.
3.  Susunan   marga   di   Palembang   sebagian   besar   menurut
I.G.O.B. ketjuali mengenai pemilihan kepala marga :
(a) tidak berdasarkan keturunan.
(b) waktunja tidak terbatas,
4.  Kepala marga  namanja pesirah; marga  mempunjai dewan
marga.
5.  Marga di Lampung :

483

(a) lebih bersifat genealogis.
(b) tidak mempunjai susunan territorial.
(c) dengan   datangnja   transmigrasi   marga   lebih   katjau
lagi.
(d) usaha mendirikan negeripun tidak berhasil.
6. Bengkulu marganja sama dengan Palembang.
7. Bangka dan Belitung tidak kenal marga.
d. 

Rukun Kampung — Rukun Tetangga
1.  Dasar pembentukannja :
(a) instruksi   Menteri   Dalam   Negeri   tertanggal   25   Djuni
1947,
(b) instruksi   Kementerian     Penerangan   tertanggal   25
Djuni 1947.
2.  Pedomannja disusun oleh Panitia Pusat R.T. dan R.K. dan
ditanda­tangani   oleh   Menteri   Dalam   Negeri,   Sosial   dan
Penerangan.
3.  Perkembangan R.T., R.K. sedjak tahun 1951 sampai 1955
pesat sekali, Achir tahun 1955 di Djawa, Kalimantan dan
Sumatra.Utara terdapat:
R.T. 350.525 
R.K. 96.016
sesudah tahun 1955 perkembangan konstan,
4.  Tidak   semua   desa   telah   membentuk   R.T./R.K,   karena
merasa belum memerlukannja,
5.  Saran2 :
(a) hubungan   pemerintah   desa   dengan   R.T./R.K,   hen­
daknja bertambah erat.
(b) pemerintah hendaknja memberikan bantuan jang le­
bih besar.
(c) tugas R.T./R.K, supaja diperintji dengan hati2.
(d) hendaknja  lebih  banjak  ikut  serta     dengan     peme­
rintah dalam melakukan programnja a.l. berhubung
dengan
(1). melantjarkan distribusi 
(2). Keamanan
(3). kelahiran/kematian 
(4). pentjatatan penduduk 
(5). operasi makmur

(6). surat keterangan
(7). kebersihan d.l.l.

484

e. 

Hal2 lain jang dianggap perlu
1. Beberapa desa supaja digabungkan dalam satu unit pem­
bangunan.
2. Ditiap   ketjamatan   disediakan   seorang   pegawai   jang   me­
lajani beberapa desa dalam urusan pertanian, perikanan,
peternakan, pendidikan, kesehatan d.l.l.
—  Untuk   menghemat   biaja,   pegawai   itu   diambil   dari
pegawai jang sudah ada sesudah dikursuskan menge­
nai keperluan setempat.
3.  Pembaharuan Undanga'desa untuk mendjamin Pemerin­
tahan Desa jang lebih dinamis dan efisien,

§ 397.  Pembangunan Masjarakat Desa (P.M.D.)
a.  Dasar dan tudjuan
1.  Tudjuan   meninggikan   taraf   penghidupan   dan   kehidupan
masjarakat   desa,   dengan   djalan   tnendjalankan   Pemba­
ngunan jang integral 
2. Dasar :  (a).  kekuatan sendiri dari masjarakat desa.
(b).  permufakatan.
(c). bimbingan Pemerintah
b.  Organisasi
1.  Tudjuan meninggikan taraf penghidapan dan kehidupan
2.  Badan2  Koordinator   terdapat   dipusat,   propinsi,   kabupa­
ten dan daerah kerdja,
3.  Tugas koordinator:
(a) memberi bimbingan
(b) mengatur koordinasi
(c)mengatur bantuan2 pemerintah
(d) mendidik kader2.
4.  Daerah kerdja dibagi dua :
(a) daerah kerdja pokok
(b) daerah kerdja lengkap
c.  Biaja
1. diusahakan oleh masjarakat sendiri,
2. bantuan pemerintah (paling banjak 50%),
d.  Djenis projek jang telah dilaksanakan : 
1.  gedung/bangunan rumah.
485

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

djalan2 dan djembatan
bangunan2 ttntuk pengairan.
taman dan fapangan.
tugu, gapura dan pintu gerbang,
pertanian dan peternakan.
perindustrian ketjil,
alat2.

e. 

Kesulitan2:
1. kurangnja koordinasi antara beberapa instansi,
2. kurangnja pengertian tentang P.M.D.
3.  tidak   adanja   tenaga   administrasi   jang   chusus   untuk
P.M.D,
4. kurangnja finansiil/Anggaran Belandja,
5. kurangnja alat2 transport,

f. 

Saran­saran :
1.  Tjara2 menjempurnakan P.M.D.:
(a) P.M.D.   harus   mentjukupi   semua   segi2  kehidupan
desa.
(b) pemerintah ikut membangunkan inisiatif rakjat..
(c) daerah kerdja P.M.D.: setingkat ketjamatan.
(d) tiap2 ketjamatan diberi seorang pegawai.
(e) pemuda   lulusan   S.L.A.   supaja   dapat   disalurkan   di
P.M.D.
(f)
kepala desa mendjadi koordinator P.M.D,
(g) dasar kerdja : musjawarah dan gotong­rojong,
2.  Tjara mempertinggi perekonomian desa:
(a) P.M.D. membangkitkan kesadaran bertransmigrasi :
(b) ditanam semangat pelopor,
(c) tjara kerdja harus dirobah,
(d) upatjara2 jang memboroskan ditjegah.
(e) pemberantasan penjakit.
(f)
dikembangkan semangat berkoperasi.
3.  Tjara membangun perlengkapan desa:
(a) gotong­rojong.
(b) bantuan pemerintah.

486

(c)
(d)
(e)
(f)

desa diberi sumber2 keuangan tertentu.
sistim petera dengan penerangan.
sistim kompetisi.

menindjau ke-desa2 jang telah madju.

4.  Biaja:
50.000   desa   à   Rp.   5.000,—   =  Rp,  250   djuta   tiap  tahun
nja, djadi 8 tahun = Rp, 2.000 djuta.
(keterangan   mengenai   biaja   lebih   landjut   lihat   Bidang
Keuangan).
§ 398.  L a n d r e F o r m
a.  Hal2 jang dianggap merugikan politik agraris sekarang
1.  Pengaruh asing, perkebunan jang luas dan tandus diko­
ta masih dimiliki orang asing.
2.  Swapradja,  tanah   milik  Swapradja  banjak belum  dipe­
tjahkan dan menjulitkan penggunaan tanah setjara efek­
tif.
3.  Hukum adat : terutama di Sumatera Barak merupakan
kesulitan pokok untuk merealisir landreform.
4.  Hutan dalam hubungan pertanian: Penebangan jang ti­
dak rasionil mengakibatkan bandjir, chususnja di Djawa
hutan tidak boleh kurang 20%.
5.  Verstplintering hak milik, akibat dari :
(a) sempitnja tanah.
(b) hukum waris,
(c) methode pertanian.
(d) kepadatan penduduk,
6.  Akumulasi tanah pada beberapa otang dan golongan. 
Tjontoh :
(a)
(b)
(c)
(d)

di   Djawa;   Nusa   Tenggara   dan   Sulawesi   Selatan
jang mempunjai lebih 10 ha. ± 5.000 orang.
di Lombok pemindahan tanah 40% dengan gadai.
di Purwakarta 20% tanah ada dalam persewaan.
di  Djawa   Barat  tanah   guntai  djumlahnja  40%  —
95%.

7.  Fungsi sosial dari tanah, belum dilaksanakan sebagai­
mana mestinja.
487

8. Hal tersebut menjebabkan
(a)   penggunaan   tanah   kurang   intensif,   tidak   mendja­
min produksi maksimal,
(b)   mengurangi   enthousiasme   petani   untuk   memperbe
sar produksi.
Tjatatan
Penggunaan tanah di Djawa
tanah sawah berdjumlah
tanah hutan sawah „

3.471.000 ha.
4.864.000 ha.

Djumlah     8.335.000 ha.
Djumlah onderneming seluruh Indonesia 1.818.900 ha.,
hutan 902.027.000 ha.
b.  Perundang­undangan Agraria
1. Undang2 No. 76/1957.
2. Undang2 N. 1/1958.
3. Peraturan pelaksanaan.
(a) Peraturan Pemerintah No. 18/1958.
(b)Peraturan Menteri Agraria No. 1/1958.
(c) Keputusan Menteri Agraria 12 Nopember 1958 No,
336/Ka.
(d)Keputusam Menteri Agraria 30 Djanuari 1959 No.
sk. 19/Ka.
4.  (a)  Peraturan Pemerintah No. 56/1958. 
(b)  Undang2 No. 78/1958.
(c)  Peraturan Pemerintah No. 61/1957.
5.  Interpretasi
Menurut Indische Staatsregeling, disamping peraturan2
menurut hukum Barat masih berlaku hukum adat.
Berdasarkan pasal II Aturan Peralihan Undang2  Dasar
1945 selama belum ada jang baru kita masih terpaksa
mengakui ,peraturan Hindia Belanda.
Djadi setjara formil kita masih terikat dengan dasar hu­
kum agraria dahulu, tetapi setjara materiil hukum atas
dasar hukum agraria sekarang ini ialah Undang2  Dasar
kita   sendiri   dengan   pembukaanja.   Tjaranja   dengan  in­
terprestasi   jang   luar   biasa,   interprestasi   jang     didjiwai
oleh revolusi kita, Undang2  Agraria tahun   1870 itu da
pat kita sesuaikan dengan haluan negara kita.

488

Kalau   kita   mengubah   Undang2  Agraria   itu   setjara   formil,
maka   itu   berarti   mengubah   djuga   sistim   daripada   Kitab
Undang2  Hukum   Perdata   setjara   besar­besaran,   karena
sistim   kitab   Undang2  Hukum   Perdata   merupakansuatu
kebulatan usaha itu, djuga akan memakai banjak waktu.
c. 

Dasar2  dan ketentuan2  pokok Undang2  Pokok Agraria Na­
sional
1.  Sebagai dasar akan dipakai.
(a) Pantjasila
(b) Undang2 Dasar 1945, pasal 33.
(c) Manifesto Politik.
(d) Amanat Pembangunan Presiden.
2. 

Dualisme dalam Hukum Agraria dihapuskan. Hak2 eigen­
dom, ermacht, opstal dan hak 2 barat lainnja atas tanah
dihilangkan.

3. 

Bumi dan air dan kekajaan alam fang terkandung dida­
lamnja dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk se­
besar2nja kemakmuran rakjat.

4. 

Hak mengenai tersebut, pelaksanaannja dapat dikuasa­
kan kepada Daerah2 Swatantra dan masjarakat hukum
adat.

5. 

Hak2  ulajat dan hak2  fang serupa fang masih ada dise­
suaikan dengan kepentingan Nasional,

6. 

Matjam2 hak atas tanah :
(a) hak milik
(b) hak guna usaha
(c) hak guna bangunan
(d) hak pakai
(e) hak2 lain jang akan ditentukan dalam Undang2.

7. 

Hak atas tanah mempunjai fungsi sosial.

8. 

Pada azasnja pemilik tanah diwadjibkan mengerdjakan
tanahnja sendiri.

9. 

Hanja   Warga   Negara   Indonesia   jang   mempunjai   hak
milik atas tanah.

10.  Monopoli Swasta akan ditjegah,
11.  Hak milik tanah harus diadakan batas maksimum dan
minimum.
12.  Mengenai landuse perk diatur persediaan dan penggu­
naan tanah untuk :
489

(a)
(b)
(c)
(d)

pasar
ibadat
keperluan Negara
produksi dan lain2 usaha kesedjahteraan.
Peraturan ini diserahkan kepada masing2 daerah.

13.  Untuk keperluan peribadatan oleh Pemerintah da­ pat
diberikan hak pakai.
14.  Hak milik jang guna usaha dan guna bangunan dapat
dialihkan,
15.  Subjek guna usaha dan guna bangunan :
(a) Warga Negara Indonesia.
(b) Orang asing jang berkediaman di Indonesia.
(c) Badan2 hukum,
16.  Hak2  jang  ada  pada   waktu  berlakunja   Undang2  Pokok
Agraria akan dikonversi, mendjadi hake jang baru.
17.  Kedudukan hukum dari tanah2 wakaf perlu dipertegas.
d. Prinsip2 Landreform
d. 

490

Prinsip2 Landreform
1.  Luas maksimum pemilikan dan penguasaan tanah :
(a) maksimum pemilikan tanah untuk Djawa, Madura,
Bali dan Lombok 10 ha tanah sawah dan 12 ha (+
20%) tanah keying,
Untuk luar Djawa Madura, Bali dan Lombok 15 ha
sawah 18 ha tanah keying,
(b) luas   maksimum   penguasaan/penjewaan   tanah   :
untuk  Djawa,  Madura,  Bali  dan  Lombok  15 ha.
(= 50% diatas djumlah milik tanahnja),
untuk luar Djawa Madura, Bali dan Lombok 20 ha.
2.  Luas minimum pemilikan dan penguasaan tanah ditetap­
kan, Batasnja diadakan research lebih dahulu.
3.  Hubungan   antara   pemilik   tanah   dan   penggarapannja
djuga ditetapkan,
4.  Pembukaan tanah baru perlu dipergiat bersamaan de­
ngan rentjana landreform.
5.  Ketentuan luas maksimum dan minimum tersebut untuk
tanah pertanian; sedang ttntuk tanah perindustrian dan
perkebun.an perlu ditetapkan lain.

e.  Biaja Landrefarm; dikemukakan pedoman
1. Ganti kerugian ditetapkan sepantasnja.
2. Pembajaran ganti kerugian sebagian dengan obligasi.
3. Petani   jang   mendapat   tanah   baru   mengangsur   kepada
Pemerintah berupa hasil bumi.
4. Diadakan penjelidikan atas hak milik jang lebih dari 10
ha; djika, ternjata diperoleh dengan tidak sah tidak di­
bar' ganti kerugian.
5. Petani2 baru perlu diberi kredit dari Pemerintah. 
§399. Penjebaran tenaga pembangunan (transmigrasi)
a.  Organisasi
1. Djawatan Transmigrasi Pusat.
2. Djawatan Transmigrasi Daerah,
b.  Tjara bekerdja tahun2 jang lalu
dapat dibagi tiga tingkatan:
1.  Penjelidikan (tanah irigasi d.1.1.).
2.  Persiapan (membuat djalan2, irigasi, verkaveling, pene­
bangan
3.  Penempatan   (pemindahan,   melengkapi   alat2  membagi
djaminan,   mengatur   perusahaan,   perkampungan   dan
lain2),
c.  Perbaikan2 dari Transkopemada
1. Berhubung dengan penghematan biaja, transmigrasi di­
pusatkan di Sumatera Selatan.
2. Pembelian bahan2 makanan pokok disentralisir.
3. Japeta   (Jajasan   Pembukaan   Tanah  Transmigrasi)  dibu­
barkan.
4.  Pembukaan tanah dengan pendjualan kaju kepada per­
usahaan asing.
d.  Keadaan jang mendjadi tudjuan
1.  Penjebaran tenaga pembangunan hendaknja didasarkan
pada tiga azas :
(a) azas Pembangunan Semesta Berentjana untuk nega
ra dan.bangsa.
(b) azas pertahanan negara.

491

2.  Sistim transmigrasi hares berubah setjara radikal.
Transmigrasi tidak hanja ditudjukan kepada sektor per­
tanian sadja, tetapi kepada semaa sektor pembangunan,
misalnja. :
(a) perkebunan
(b) pembukaan djalan
(c) pemeliharaan djalan
(d) perindustrian dll.
Dengan demikian proses asimilasi lebih dipertjepat.
3.
Diadakan   penertiban   hak   milik   atas   tanah   untuk
transmigrasi.
4.
Transmigrasi   spontan   patut   didorong   dan   diberi   ban­
tuan.
5.
Biaja   untuk   transmigrasi   pertanian   Rp,   3.000,—   per
djiwa, hendaknja disesuaikan dengan kenaikan perong­
kosan sekarang.
6.
Untuk Rentjana 1 disediakan biaja Rp. 1 miljar, untuk
memindahkan sekarang­kurangnja 250.000 transmigran
disektor pertanian keluar Djawa.
Rentjana   dilaksanakan   mulai   tahun   1961   dan   selesai
achir tahun 1968.
§ 400. Koperasi
a.  Tugas kewadjiban Djawatan Koperasi adalah :
1.
2.
3. 
4.
5.
6.

memberi   penerangan   dan   pendidijcan   perkoperasian
kepada masjarakat,
menjelenggarakan pendaftaran.
mengadakan pengawasan dan pemeriksaan.
mengerdjakan statistik.
memikirkan siasat kerdja jang sebaik­baiknja untuk ge­
rakan koperasi,
memberi petundjuk dan bimbingan.

b.  Djawatan Koperasi dibagi dua
1.  Djawatan Koperasi pusat,
2.  Djawatan Koperasi daerah terdiri :
(a). —  Kantor Inspeksi Koperasi Propinsi
(b) —  Kantor   Tjabang   Inspeksi   Koperasi   Daerah/Ko­
tapradja/Kabu paten/Kota.
492

c.  Perkemhangan koperasi
Statistik   menundjukkan   garis   jang   meningkat   baik   dalam
djumlah dan mutunja maupun dalam usaha­usahanja 
Tahun
Tahun 1951
Tahun 1958

Djumlah Koperasi
5.770
14.146

Anggota
1.000.324
2.202.789

Terbagi :  1.344 buah hak badan hukum
3.801buah tingkat pengamatan
9.001 buah membutuhkan pimpinan
d.  Pendidikan jang diadakan :
1.  pendidikan bagi masjarakat
2. pendidikan bagi pegawai Djawatan Koperasi
3. penerangan
4. hubungan   dengan   luar   negeri   jang   telah   memberi   ban­
than kepada Djawatan Koperasi :
(a) I.C.A.
(b) F.A.O.
(c)
I.L.O.
(d) Colombo Plan
(e)
Asian Foundation
(f)
dan, lain2.
e.  Kesulitan
1. kekurangan kantor dan peralatan.
2. djenis   koperasi   jang   terbanjak   koperasi   simpanan   pin­
djam   dan   koperasi   desa,   kedudukannja   dalam   struktur
perekonomian sekarang lemah.
3. perlakuan   instansi   pemerintah   terhadap   koperasi   tidak
memuaskan.
4. kenjataan   sekarang   timbul   duaslisme   didalam   perkem­
bangan koperasi  :semakin  mendjadi kuat  semakin  djauh
dari   tudjuannja   dan   semakin   d.ekat   dengan   praktek 2
usaha swasta biasa.
f.  Pendidikan metal untuk pembangunan koperasi
1.  Koperasi hendaknja mempunjai peranan :
493

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
g. 

(a)  sebagai alat untuk melaksanakan ekonomi terpimpin
(b)  merupakan   sendi   kehidupan   ekonomi   bangsa   Indo­
nesia,
(c)  merupakan   dasar   untuk   mengatur   perekonomian
rakjat.
Dasar Hukum : fasal 33 U.U.D. 1945.
Gerakan   koperasi   harus   bersifat   masal,   meliputi   seluruh
penduduk, tetapi tetap bersifat sukareda dan setahap demi
setahap.
Mutu koperasi supaja dipertinggi,
Pendidikan   perkoperasian   hendaknja   dimulai   dal.;   S.R.
sampai Universitas. Merida dididik berkoperasi.
Kursus2 kader koperasi perlu setjara masaL
Penerangan   dipergiat   dan   bekerdjasama   dengan   Pa­
mongpradja, P.M.D, dan lain,
Pegawaia  koperasi   djuga   harus   dipertinggi   mutunja.
Organisasi koperasi

Organisasi Koperasi
1.   Susunan   organisasi   koperasi   desa   Aneka   Usaha   dan
Sedjenis :
(a)
tingkat desa: gerakan dan organisasi koperasi
(b)
tingkat   Ketjamatan/Kewedanaan   :   Gabungan   Ko­
perasi.
(c)
tingkat       Nasional:     Djawatan   Koperasi   Pusat/
Daerah Koperasi Indonesia,
2.  Susunan Organisasi koperasi simpan­pindjam.
(a)
Tingkat desa : simpan pindjam.
'
(b)
tingkat   Ketjamatan/Kewedanaan   :   Bank   Koperasi
tingkat II,
(c)
tingkat   Kabupaten/Keresidenan   :   Inspeksi   Bank
Koperasi.
(d)
tingkat Nasional: Bank Koperasi Indonesia. 

h. 

Hal2 lain
1.  Disetiap   desa   supaja   dibentuk   koperasi2  produksi,   pe­
ngangkutan   pembelian   alat2  dan   bahan2  produksi,     ba­
han­bahan   pokok   se­haria,   kredit,   lumbung,   pendjualan,
pembibitan, simpan­pindjam, konsumsi dan lain2,
2.  Supaja   ada   bimbingan   dal.;   pemerintah     agar     koperasi
tidak melanggar azasnja.
3.  Supaja didjaga agar koperasi tidak disalah­gunakan.

494

4. Modal koperasi terdiri dari:
(a) Anggota.
(b) Kredit dari Pemerintah 
i.

Koperasi dalam Alam Pembangunan
Masalah   koperasi   harus   dibitjarakan   dahulu   dalam   bidang
policy,   Apabila   Pemerintah   mempunjai   rentjana     jang   bulat
dan   ketegasan   jang   tegas,   dengan   sendirinja   pertumbuhan
koperasi   akan   meluap   dan   demikian   pula   sumbangan   ko­
perasi kepada Pembangunan Semesta akan lebih besar.
Maka   didalam   menjusun   pola   Pembangunan   Semesta   ko­
perasi   harus   diberi   tugas     setjara     tegas,     bahwa     koperasi
akan   diberi   tempat   dalam   menjusun   Pembangunan   Semesta
itu.
Didalam  koperasi  pendidikan   mesti  disempurnakan,  diurai­
kan   dan   ditjotjokkan   dengan   isi   djiwa   dari   haluan   Negara.
Tafsiran undang2 Dasar 1945 pasal 33, terdapat dua matjam
tafsiran :
1. ekonomi   disusun   atas   usaha   bersama   berdasarkan   ke­
keluargaan; itu belum tentu koperasi.
2. tugas2 jang dimaksudkan ialah koperasi. 

j.  Biaja
Untuk   memperkembangkan   koperasi   sebagai   alat   melaksa­
nakan   ekonomi   terpimpin,   chusus   dalam   bidang   distribusi
dan produksi disediakan biaja Rp. 500 djuta.
Pelaksanaannja   mulai   tahun   1960   dan   selesai   pada   achir
tahun 1968;
§ 401.  Pengerahan Tenaga Rakjat 
a.  Dasar2 P.T.R,
1. Persatuan Nasional untuk menggalang kekuatan Nasio­
nal.
2. Demokrasi untuk rakjat. 
untuk ini perlu :
(a) dipelihara   dan   dikembangkan   kesadaran   Nasional,
bergotong­rojong dan swadaja rakjat.
(b) dipadukan segenap potensi rakjat,
(c) diperpadukan   segenap   potensi   rakjat   untuk   melaksa­
nakan aksi2 masa revolusioner segala bidang.
495

b. 

Tjara bekerdja P.T,R, ialah :
1.
dengan musjawarah.
2.
mengikut   sertakan   golongan   kerdja   sesuai   dengan   ke­
mampuannja,
3.
mengadakan   koordinasi   antaia   instansi'   pemerintah   jang
bersangkutan.
4.
ada pengorganisasian tenaga dan kerdja,
5.
ada persiapan mental, kompetisi, rekreasi dan lain',

c. 

Hasil   usaha   P.T.R.   belum   tampak   sebab   tak   punja   projek 2
sendiri tapi hanja mengintroduksikan sistim   bekerdja    pelba­
gai bidang kegiatan pembangunan;

d. 

Persiapan mental :
1.
perlu penerangan populair pada rakjat bahwa untuk Pem­
bangunan   Semesta,   tenaga   rakjat   harus   turut   Berta,   de­
ngan dasar : dari Rakjat, untuk Rakjat, oleh Rakjat,
2.
demokrasi bekerdja, berdasar gotong­rojong,
3.
gotong­rojong   sebagai   sistim   bekerdja   jang     tetap     dise­,
gala bidang,

e. 

Organisasi P.T.R.
1.  dibentuk Brigade Pembangunan.
2.  didirikan gerakan pioneers,
3.  sistim kompetisi,
4.  kadervorming dan lain2,

f. 

Penggerak   tenaga   rakjat   chusus     dibidang     menambah   pro­
duksi pangan :
1.
memperbaiki pengairan dengan tjara gotong­rojong.
2.
membuat saluran air barn.
3.  membuat waduk dan djaian',
4.
penghidjauan tanah perumputan.
5.
intensivering pembuatan dan penggunaan kompos.
6.
penanaman padi dengan bibit unggul,
7.  pemberantasan hama.
8.
menanami kembali hutan gundul.
9.
dan lain­lain,

g.. 

Front   Nasional   harus   mempunjai   peranan   untuk   menghin­
darkan penjalah­gunaan P.T.R.

496

§ 402. Per­undang2an Kependjaraan dan Kepolisian
a. 1. Supaja dihilangkan ri,ntangan jang berupa :
(a) berbagai golongan hukum.
(b) berbagaisuasana hukum (rechtssferen).
(c) sistim Kewarganegaraan rangkap,
(d) dualisme dalam hake tanah,
2.  Diadakan usaha2 kearah homogenitet.
3.  Ditetapkan azas2 pembinaan hukum nasional :
(a) dalam hukum privat,
(b) dalam hukum kriminil.
(c) dalam hukum publik.
(d) mengenai susunan dan djalannja peradilan.
b.  Usaha2 untuk penjempurnaap per­undangzan
1.  Harus ada keseragaman.
2.  Diserahkan kepada Lembaga, Pembinaan Hukum Nasio­
nal.
3.  Disediakan biaja research Rp. 2.000.000,—
(a Rp, 250.000,— per tahun).
Untuk Lembaga Pembinaan Hukum Nasional ini disedia­
kan biaja 6,­­ djuta; mulai dilaksanakan tahun 1961 dan
diharapkan selesai dalam waktu 3 tahun.
4.  Diadakan peradilan anak2 dengan biaja : Rp.5.000.000,— 
c.  Hal2 lain, jang dianggap perlu
1. Dalam   Undang2  No.   80/1958   perkataan   D.P.R.   diganti
dengan 1VI.P.R. (pasal 4, 1),
2. Hukum perkawinan diatur se­baik2nja.
3.  Undang2  mengenai   Balai   Harta   Peninggalan:   pekerdja­
annja diperlu.as terhadap golongan Indonesia ash.
4.  Per­undang2an mengenai hukum warisan
(a)  semua warisan untuk anak2  dan djanda, apabila si­
peninggal warisan meninggalkan anak2 dan djanda.
(b) mengenai sistim penggantLan ahli waris.
(c) tentang penghibatan,
5.  Peraturan   mengenai   tjatatan   sipil,   perlu   ditindjau   dan
disempurnakan.
6.  Hukum dagang :

497

7. 
8. 
9. 

10. 
11. 
12. 
13. 
14. 
15.
16.
17.
18. 
19. 

dapat dikodifikasikan dan diunifikasikan untuk seluruh
golongan penduduk Indonesia,
Peraturan mengenai oktroi perlu ditetapkan undang2nja.
Hak pembiak perk' diatur djuga,
Peraturan2 dalam lapangan Perguruan Tinggi:
(a) Undang2 Perguruan Tinggi,
(b) Hadiah2 karya seni, ilmiah dan olah raga,
(c) Undang2Film,
Per­undang2an Perburuhan segera disempurnakan.
Peraturan   dalam   lapangan   kebudajaan   supaja   diperbe­
rat, sanksi terhadap pelanggaran Monumenten­ordonan­
tie.
Peraturan­peraturan   mengenai kepegawaian, sudah  pa­
da waktunja untuk diatur dalam suatu Undang 2  Pokok
Kepegawaian,
Undang2 kearsipan, perlu ditindjau dan diubah,
Per­undang2an pertambangan perlu disesuaikan dengan
kepentingan .nasional,
Undang2  organik   jang   mengatur     kedudukan     Hakim,
dan   jang   mengatur   Sarat2  untuk   mendjadi   dan   untuk
dapat dinjatakan diberhentikan sebagai hakim,
Per­undangaan mengenai Kepolisian perk dibentuk.
Per­undang2an   mengenai   pertahanan   negara   perlu   se­
gera dibentuk.
Per­undang2an mengenai pemilihan supaja diperbaharui.
Perdjandjian   dengan   Iuar   negeri   (jang   dilakukan   oleh
Hindia Belanda) perlu ditindjau,

d.

Pendjara modern
Sesuai dengan Rentjana Pembangunan Semesta, perlu diba­
ngun   pendjara2  modern   jang   diperlengkapi   dengan   tempat2
untuk perbanian, pertenunan,perkajuan, perkttlitan dan tern­
pat bekerdja dalam pendjara.
Sebagai   pilot   projek,   dapat   dibangun   7   buah   pendjara   mo­
dern,   duabuah   di   Djawa,   dii   Sumatera,   Kalimantan,   Sula­
wesi, Nusa Tenggara dan Maluku, masing2 sebuah,

e.

Kepolisian
Untuk perbaikan perlengkapan dan mempertinggi mutu Kepo­
lisian   Negara   disediakan   biaja   Rp,   2.­   miljar.   Rentjana   ini
dilaksanakan mulai tahun 1961 sampai achir tahun 1968.

498