Jilid-03-Depernas 24-Bab-31
BAB 31. PRODUKSI
GARIS BESAR PEMBANGUNAN BIDANG PRODUKSI
PANGAN
§416. Rentjana I, mentjukupkan sendiri produksi “Pangan”
Tudjuan dengan meningkatkan produksi bahan makanan pada
tahap pertama dari Rentjana I, ialah untuk segera menghenti
kan impor bahan makanan, dengan kata lain segera mentjapai
selfsupporting dalam memenuhi keperluan bahan makanan rak
jat Indonesia..
Sampai tahun 1960 ini, Indonesia masih memerlukan impor be
ras dan ikan asin. Garam hendaklah dipulihkan produksi sebe
mmm perang untuk dapat memenuhi keperluan pangan dan in
dustri.
Bahanz makanan lainnja seperti gula, minjak kelapa dan bahan
bakar seperti minjak tanah tjukup persediaan didalam negeri.
untuk konsumsi sebagai bahan makanan, dan untuk memasak
tetapi tidak lantjar distribusinja.
§417. Persediaan beras
Dalam rentjana meningkatkan produksi bahan makanan di In
donesia pada tahap pertama Rentjana I ini, perhatian terbesar
diarahkan pada meningkatkan hasil beras.
Bahan2 makanan lain jang merupakan equivalent beras, sudah
baik bila produksinja dipertahankan pada keadaan sekarang.
Dengan menghitung perkembangan penduduk 2,3% setiap tahun
dan target konsumsi beras per kapita pada tahun (1961 dan
1962 adalah 100 kg., untuk tahun 1963 dengan 102 kg, 1964
105 kg, pada tahun 1965 dengan 110 kg, tahun 1966 dengan
112 kg serta 1967 dan 1968. dengan 115 kg; maka dapat dihi
tung berapa keperluan beras setiap tahun.
Dengan membandingkan pada produksi tahun 1959 dapat di
lihat kekurangan persediaan beras untuk tahun2 berikutnja.
Persediaan beras itu harus ditambah dengan 1%, 3% dan 5%
untuk bufferstock dan persiapan menghadapi kemungkinan
malapetaka.
Berdasarkan keterangan diatas dapat dilihat kekurangan beras
dari tahun ke tahun.
519
Daftar ke I:
ICHTISAR KEBUTUHAN AKAN BERAS DAN KEKURANGAN TAHUN 1961 — 1969.
BERDASARKAN PRODUKSI 1959.
No. Tahun
Keperluan
Djumlah
perkapita
penduduk
K e p e r 1 u a n
Produksi
1.
1961
100 kg.
94.911.000
% Bufferstock Djumlah ton 1959/ton
berturut2
(1.3.5.5.5.5.5.
9.491.000 )
94.911
9.586.011 8.097.000
2.
1962
100 kg..
97.094.000
9.709.000
291.282
10.000.682 8.097.000
1.903.682
3.
1963
102 kg.
99.327.000
10.131.354
506.568
10.637.922 8.097.000
2.540.922
4.
1964
105 kg.
101.611.000
10.669.155
533.458
11.202.613 8.097.000
3.106.613
5.
1965
110 kg.
103.949.000
11.434.390
571.720
12.006.110 8.097.000
3.909.110
6.
1966
112 kg.
106.340.000
11.910.080
595.504
12.505.584 8.097.000
4.408.584
7.
1967
115 kg.
108.785.000
12.510.275
625.514
13.135.789 8.097.000
5.038.789
8.
1968
115 kg.
111.287.000
12.798.005
639.900
13.437.905 8.097.000
5.340.905
520
Nominal/ton
Kekurangan/
ton
1.489.011
§418. Rentjana Usaha untuk meningkatkan produksi „beras”
Untuk dapat mengurangi impor beras pada tahun 1961 dan se
terusnja harus ada usaha2 tambahan dalam bidang produksi.
Usaha2 jang dapat menaikkan produk'si itu ialah :
a.
Intensipikasi.
b.
Ektensipikasi.
Mengingat keadaan negara Republik Indonesia sekarang ini pa
da umumnja, maka untuk tahap pertama dari Rentjana I ini da
pat diadakan segera usaha2 intensipikasi, dibeberapa daerah
dipulau Djawa pada 1961, dan diseluruh Indonesia pada tahun
1962.
§419. Usaha intensipikasi itu dapat didjalankan dengan 2 tjara orga
nisasi:
a. Dengan Padi sentra akan ditjapai tambahan hasil dari 45%,
50%, 75%, dan pada taraf jang paling sempurna 100%.
b.
Dengan intensipikasi massal sebagai pendahuluan untuk
betas per ha = 6.370 ton.
Padi Sentral akan ditjapai tambahan hasil ± 20% s/d 40%,
§420. Pada pokoknja usaha2 intensipikasi ini didjalankan dengan :
a.
Perbaikan dan pembangunan irrigasi.
b.
Pemupukan kimia.
c.
Pembasmian hama.
d.
Pemakaian bibit unggul.
e.
Penjempurnaan alat2 pertanian.
f.
Penjuluhan pertanian,
Usaha ektensipikasi pada tahun pertama dari Rentjana I ini
terutama dengan perluasan areal dengan selesainja waduk2 (pe
ngairanpengairan sedang/ketjil jang sudah dimulai pada tahun
ini (1959/1960), dan pembangunan irrigasi baru di Sumatera
dan Sulawesi, Nusa Tenggara seluas 1000.000 ha. dan bebera
pa pembukaan sawah kering. Usaha ektensipikasi djangka pan
djang harus sudah dimulai penelitian tentang kemungkinan 2
kenalisasi di Sumatera dan Kalimantan.
§421. Usaha dalam tahun 1961
Pada tahun 1961 tambahan hasil diperoleh dengan memperluas :
a.
Padi Sentra dengan 125 buah a 4.000 ha, meliputi 500.000
ha, dengan tambahan hasil = 225.000 ton.
b.
Intensipikasi massal meliputi 1.240.000 ha dengan tambahan
hasil 310.000 ton beras
c.
Selesainja dam dan rehabilitet pengairan di Djawa Barat
dan Sumatera Selatan jang memperluas areal sawah dengan
63.700 ha maka tambahan hasil tahun keI sebanjak 0,1 ton
beras per ha = 6.370 ton.
Djumlah seluruhnja tambahan hasil = 541.370 ton.
521
Kekurangan seluruhnja = 1.489.011 — 541.370 ton = 947,641
ton beras, jang harus diimpor. Bila beras tidak diimpor sebanjak
ini berarti target konsumsi dikurangi dan tanpa bufferstock..
§ 422. Usaha dalam tahun 1962
Pada tahun 1962, tambahan hasil beras diperoleh dengan :
a. Padi Sentra sebanjak 500 buah a 6.000 ha meliputi
3.000.000 ha, tambahan hasil = ,1.350.000 ton beras.
b. Intensipikasi massal meliputi 2.000.000 ha dengan
tambahan hash = 500.000 ton beras.
c. Selesainja saluran detail di Djawa 17.500 ha dengan hasil =
19.250 ton beras.
d. Selesainja seksi I Djatiluhur jang mengairi 60.000 ha
sawah diwaktu kemarau, dengan hasil = 66.000 ton beras.
e.
Hasil tambahan sawah 1961 sub c naik mendjadi 0,3 ton
betas/ha = 19.110 ton.
f. Dibukanja sawah keying untuk padi ladang seluas 500 ha.
dengan hasil = 250 ton beras.
g. Intensipikasi 1.000.000 ha padi ladang dan gogo dengan
hasil tambahan rata2 0,1 ton beras/ha = 100.000 ton.
Djumlah tambahan hasil tahun 1962 = 2.054.610 ton,
Dengan demikian kelebihan = 2.054.610 — 1.903.682 ton =
150.928 ton.
§ 423. Usaha dalam tahun 1963
Pada tahun 1963, tambahan hasil beras diperoleh dengan :
a. Djumlah tambahan hasil s/d tahun 1962 = 2.054.610 ton,
b. Intensipikasi massal sisa dari seluruh lu.as sawah di Indo
nesia s/d tahun 1962 jaitu :
846.500 ha dengan tambahan hasil
20% X 996.550 ton = 199.310 ton.
c. Selesainja Djatiluhur seksi II jang memberikan tambahan
areal 60.000 ha dengan hasil = 66.000 ton.
d. Hasil padi ladang tahun 1962. + dengan pembukaan baru
seluas 500 ha tambahan hasil 250 ton.
e. Selesainja rehabilitasi pengairan sedang di Djawa sebanjak
12.600 ha = 13.860 ton.
f. Perluasan areal sawah diluar Djawa dengan rehabilitasi,
penjempurnaan irigasi seluas 40.000 ha dengan hasil =
44.000 ton beras.
g. Hasil tambahan pada tahun ketiga dari 63.700 ha sawah di
Djawa Barat dan Sumatera Selatan dengan a 0,6 — 0,3 ton
beras/ha = 19.110 ton,
h. Surplus tahun 1962 = 150.928 ton.
Djumlah tambahan hasil dengan surplus tahun 1962. seluruhnja
= 2.397.140 + 150.928 ton =2.548.068 ton.
522
Berarti pads tahun 1953 ada kelebihan beras sebesar 2.548.068
ton — 2.540.922 ton = 7.146 ton beras.
§424. Usaha dalam tahun 1964
Pada tahun 1964, tambahan hasil beras diperoleh dengan :
a.
Djumlah tambahan hasil tahun 1963 = 2.397.140 ton.
b.
Tambahan areal karena selesainja waduk di Djawa 5.000 ha
= 5.500 ton,
c.
Hasil padi ladang ditambah dengan 500 ha = 250 ton hasil
beras.
d.
Hasil tambahan tahun keempat data 63.700 ha di Djawa
Barat dan Sumatera Selatan dengan hasil (1,1 0,6) ton/
ha = 31.850 ton.
e.
Hasil dari Seksi III Djatiluhur. seluas 60.000 ha dengan
hasil = 66.000 ton.
f.
Padi Sentra dari 120.000 ha Djatiluhur, dengan tambahan
hasil 45/ha = 59.400 ton.
g.
Padi Sentra dari 851.360 ha (diluar P.S. dan I, M, tahun
1962) dengan hasil tambahan 25% = 233,839ton.
h. Padi sentra 2.000.000 ha (areal tahun 1962) dengan
kenaikap 45% — 25 % dengan hasil = 440.000 ton,
Djumlah tambahan hasil padi tahun 1964 = 3.233.979 ton.
Berarti ada surplus 3.233.979 ton — 3.106.613 ton = 127.366
ton betas.
§425. Usaha dalam tahun 1965
Pada tahun 1965, tambahan hasil beras diperoleh dengan :
a.
Djumlah tambahan hasil tahun 1964 3.233.979 ton beras.
b.
Hasil tambahan tahun pertama dari 120.000 dari penjempur
naan pengairan dengan hasil 1.1 ton/ha = 132.000 ton,
c.
Perluasan areal sawah karena. pembangunan irigasi seluas
401.000 ha a 0,1 ton beras = 40.100 ton.
d.
Tambahan hasil dari intensipikasi padi Sentra tahun 1964
seluas 5.851.360 ha pada tarap ke2 a 5%/ha = 321.770
ton.
e.
Hasil tambahan intensipikasi dari 63.700 ha dengan a 50%
= 35.034 ton beras,
f.
Selesai seleksi III (terachir) dan waduk Djatiluhur dengan
tambahan areal 60.000 ha dengan hasil = 66.000 ton.
g.
intensipikasi dengan padi sentra areal Djatiluhtr 180,000
ha,dengan tambahan hasil 45%/ha = 89.100 ton.
Berarti ada djumlah tambahan persediaan beras dalam negeri
= 3.917.983 ton. Surplus 3.917.903 — 3.909.110 ton = 8.873
ton.
523
§ 426. Usaha dalam tahun 1966
Pada tahun 1966, tambahan hasil beras diperoleh dengan :
a. Djumlah tambahan hasil tahun 1965 = 3.917,983 ton beras.
b. Tambahan hasil dad (1965 sub. h) dengan Intensipikasi masal
120.000 ton ha dengan tambahan hasil 20% X 132. , ribu ton
= 26.400 ton,
c. Hasil tambahan tahun kedua (1965 sub, c) dari 410.000 ha
dengan hasil (0,3 — 0,1) ton beras/ha = 80.200 ton.
d. Padi Sentra di Djawa tamp ke3 sebanjak 3.000.000 ha
dengan kenaikan (7550%) X 1.1 ton/ha 825.000 ton.
Berarti ada djumlah tambahan persediaan beras dalam negeri
4.849.583, Surplus = 4.849.583 — 4.408.584 == 440,999 ton
beras,
§ 427. Usaha dalam tahun 1967
a. Djumlah tambahan hasil th, 1966 = 4.849.583 ton betas
b. Intensipikasi dengan Padi Sentra dari areal 120.000 (1966
sub, b) memberikan kenaikan 50%/ha 39.600 ton beras.
c. Intensipikasi Padi Sentra tarap ke4 seluas 3.000.000 ha
dengan kenaikan hasil (10075%)ha = 825.000 ton beras.
d. Intensipikasi Padi Sentra tamp ke3 seluas 2.850.360 ha sisa,
dengan tambahan hasil (7550%) ha 781.349 ton beras,
e. Hasil tambahan tahun ketiga (1966 sub, c) dari 401.000 ha
diluar Djawa dengan hasil (0,60,3) ton/ha = 120.3000
ton beras
f. Hasil dari irigasi Baru seluas 85.100 ha dengan konta a/ ton
tiap ha = 8510 ton.
Berarti ada djumlah tambahan persediaan beras dalam negeri
= 6.624.342 ton, Surplus 6.624.342 — 5.038.789 = 1.585.553
ton beras,
§ 428. Usaha dalam tahun 1968
Pada tahun 1968 tambahan hasil (produksi) beras diperoleh de
ngan
a. Djumlah tambahan hasil th. 1967 = 6.624.342 ton,
b. Intensipikasi Padi Sentra tarap ke4 dari sawah seluas
2.850.360 ha (1967 sub d) dengan tambahan hasil (100%
— 75%) per ha = 781.349 ton,
c. Hasil tambahan th keempat dari sawah 401.000 ha diluar
Djawa (1967 sub e), dengan hasil (1,1 0,6) ton/ha =
200.500 ton.
d. Rehabilitasi pengairan 90.932 ha = dg hasil 1, ,1 ton/ha =
100.025 ton,
e. Irigasi baru 297.000 ha, a 0,1 ton/ha = 29.700 ton,
Djumlah tambahan persediaan beras = 8.003.116 ton, Berarti
terdapat surplus 8,003.116 — 5.340.905 ton = 2.662,211 ton.
524
10. Daftar ke II.
USAHAUSAHA MENAIKKAN PRODUKSI BERAS DARI
TAHUN 1961 — 1969.
No.
1.
Tahun
1961
Kekurangan
jang dihadapi
(ton)
1.489.011
Usaha2 menaikkan produksi
P r o j e k
Padi sentra 500.000 ha
Intensipikasi masal
1.240.000 ha
Dam dan rehabililasi pe
ngairan di Djawa dan
Sumatera Selatan 63.700
ha
Kekurangan
(ton)
541.370
947.641
Kelebihan
(ton)
Impor / Ekspor
(djutaan rupiah)
Hasil (ton)
225.000
310.000
6.370
525
Djumlah
(ton)
5.685
No.
2.
Tahun
1962
Kekurangan
jang dihadapi
(ton)
1.903.682
Usaha2 menaikkan produksi
P r o j e k
Padi Sentra 3.000.000
ha.
Intensipikasi masal
2.000.000 ha.
Saluran detail di Djawa
17.500 ha.
Seksi I Djatiluhur
60.000 ha,
Dam dan rehabilitasi
irigasi 63.700 ha.
Pembukaan sawah ke
ring 500 ha
Intensipikasi 1.000.000
ha. padi ladang dan pogo
dengan tambahan hasil
0,1 ton beras/ha
Djumlah
(ton)
Kekurangan
(ton)
Kelebihan
(ton)
Impor / Ekspor
(djutaan rupiah)
2.054.610
150.928
Hasil (ton)
1.350.000
500000
19.250
66.000
19.110
250
100.000
526
No.
3.
Tahun
1963
Kekurangan
jang dihadapi
(ton)
2.0540.922
Usaha2 menaikkan produksi
P r o j e k
Djumlah tambahan
hasil tahun 1962
Intensipikasi masal selu
ruh tambahan sawah sd.
1962, 846.500 ha.
Seksi II Djatiluhur
60.000 ha,
Padi ladang th. 1962
Pengairan sedang dan
ketjil di Djawa 12.600
ha.
Rehabilitasi dan pe
njempurnaan irigasi
40.000 ha.
Hasil tambahan th, ke3
dari sawah 63.700 ha.
Surplus th, 1962
527
Djumlah
(ton)
Kekurangan
(ton)
Kelebihan
(ton)
Impor / Ekspor
(djutaan rupiah)
2.548.068
7.146
Hasil (ton)
2.054.610
199.310
66.000
250
13.860
44.000
19.110
2.397.140
150.928
No.
4.
528
Tahun
1964
Kekurangan
jang dihadapi
(ton)
3.106.613
Usaha2 menaikkan produksi
P r o j e k
Djumlah tambahan
hasil tahun 1963
Padi ladang 500 ha,
Intensipikasi Djatiluhur
dengan padi sentra, de
ngan tambahan hasil
45% dari. 120.000 ha.
Waduk di Djawa 5.000
ha.
Hasil tambahan tahun
Ke4 dari 63.700 ha.
Hasil tambahan seksi III
Djatiluhur 60.000 ha.
Intensipikasi dengan P.S.
2.000.000 ha, (I.M. tahun
1962)
Intensipikasi dengan P.S.
851.360 ha (I.M. tahun
1963
Djumlah
(ton)
Kekurangan
(ton)
Kelebihan
(ton)
Impor / Ekspor
(djutaan rupiah)
3.233.979
127.366
Hasil (ton)
2.397.140
250
59.400
5.500
31.850
66.000
440.000
233.839
No.
5.
529
Tahun
1965
Kekurangan
jang dihadapi
(ton)
3.909.110
Usaha2 menaikkan produksi
P r o j e k
Djumlah tambahan ha
sil tahun 1964 .
Hasil tambahan tahun
KeI 120.000 ha.
Perluasan sawah dengan
irigasi 401.000 ha.
Tambahan hasil 5.% dari
intensipikasi dg. P.S.
5.851.360 ha tarap keII.
Tambahan hasil intensi
pikasi dengan P.S.
63.700 ha tarap keII:
Seksi keIV Djatiluhur
dengan 60.000 ha.
Intensipikasi dg. P.S.
180.000 ha, dengan tam
bahan 45%
Djumlah
(ton)
Kekurangan
(ton)
Kelebihan
(ton)
Impor / Ekspor
(djutaan rupiah)
3.917.983
8.873
Hasil (ton)
3.233.979
132.000
40.100
321.770
35.034
66.000
89.100
No.
Tahun
6.
1966
Kekurangan
jang dihadapi
(ton)
4.408.584
Usaha2 menaikkan produksi
P r o j e k
Djumlah tmbahan ha
sil tahun 1965
Tambahan intensipikasi
masal 120.000 ha.
Tambahan hasil tahun
keII 410.000 ha di Su
matra Barat dan Sula
wesi Tengah
Tambahan hasil padi
sentra 3.000.000 ha. ta
rap keIII.
Djumlah
(ton)
Kekurangan
(ton)
Kelebihan
(ton)
Impor / Ekspor
(djutaan rupiah)
4.849.583
440.999
Hasil (ton)
3.917.983
26.400
80.200
825.000
530
No.
Tahun
7.
1967
Kekurangan
jang dihadapi
(ton)
5.038.789
Usaha2 menaikkan produksi
P r o j e k
Djumlah tambahan ha
sil tahun 1966
Intensipikasi dengan pa
di sentra sawah 120.000
ha.
Intensipikasi dengan pa
di sentra tarap keIV
sawah seluas 3.000.000
ha.
Intensipikasi dengan pa
di sentra tarap keIII
sawah seluas 2.850.360
ha.
Tambahan hasil tahun
keIII dari sawah
401.000 ha diluar Djawa.
Irigasi baru 85.100 ha
á 0,1 ton/ha
Djumlah
(ton)
Kekurangan
(ton)
Kelebihan
(ton)
Impor / Ekspor
(djutaan rupiah)
6.624.342
1.585.553
Hasil (ton)
4.849.583
39.600
825.000
781.349
120.300
8.510
531
No.
Tahun
8.
1968
Kekurangan
jang dihadapi
(ton)
5.340.905
Usaha2 menaikkan produksi
P r o j e k
Djumlah tambahan
produksi tahun 1957
Intensipikasi path sentra
tarap keIV dari sawah
seluas 2.850.360 ha.
Hasil tambahan sawah
401.000 ha diluar Djawa
tahun keIV
Rehabilitasi pengairan
90.932 ha.
Irigasi baru seluas
297.000 ha
Djumlah
(ton)
Kekurangan
(ton)
Kelebihan
(ton)
Impor / Ekspor
(djutaan rupiah)
8.003.116
2.662.211
Hasil (ton)
6.624.243
781.349
200.500
100.025
297.000
532
§ 429. Kesimpulan
a.
TahunSurplus beras ton
1961
import
1962
+ 150,928
1963
18.852 (kekurangan ini bisa..diisi dengan sur
plus tahun 1962).
1964
+ 127.366 :
1965
+ 8.870
1966
+ 440.996
1967
+ 1,585.458 1968 ' + 2394.916
b.
Djumlah areal panen sawah seluruh Indonesia pada tahun
1968 adalah :
1.
sampai dengan tahun 1959
= 5.829.000 ha
2.
tambahan dengan selesainja
Djatiluhur
= 240.000 ha
3. tambahan dengan selesainja
irigasi sedang dan ketjil serta
dam di Djawa dan Sumatera
Selatan
= 302.432 ha
4. tambahan dengan pembangunan
irigasi baru di Sumatera dan
Sulawesi
= 670.400 ha
Djumlah :
7.041.832 ha
Djadi, tambahan areal jang diperhitungkan dalam Rentja
na I ini seluas t 1.212.832 ha, .eedang.kemungkinannja se
perti tertera dalam pola projek ialah 1.397.582 ha.
c.
Hasil padi pada areal baru diluar Djawa dengan irigasi pada
tahun pertama diperhitungkan 0.1 ton beras. tahun kedua
0.3 ton, tahun ketiga 0,6 ton beras dan tahun ke4 dengan
1.1 ton beras per ha.
Tambahan hasil dengan. intensipikasi massal mulai dengan
20% s/d 40% sedang bila dengan Padi Sentra mulai dengan
45%, 50%, 75% dan pada sebagian daerah dimungkinkan
sampai 100%.
533
e. memberikan fasiliteit jang tjukup baik bagi petani, dalam,
mendapatkan pupuk, alat2 pertanian, bibit, obat pemberan
tasan hama dsb.
Kemungkinan tambahan hasil sampai 100% ini pada tarap
jang terachir tidaklah berlebih2an djika dibandingkan de
ngan hasil pertjobaan dari Jajasan Lembaga Penjelidikan
Keilmiahan di Klaten, jang oieh Jagus dibuktikan bahwa
kenaikan hasil dengan intensipikasi terutama dengan
menggunakan bibit unggul sampai mentjapai ± 190% jaitu
dari hasil 1,1 ton beras/ha mendjadi 3 ton beras/ha. Untuk
mendjamin kepastian pelaksanaan, maka sebagai dasar per
hitungan hasil pertjobaan tersebut digunakan sebagai pe
doman belaka bukan sebagai target jang harus ditjapai, pada
tahap pertama dari Rentjana I ini.
Pertjobaan itu diperkembangkan dan diperluas dibeberapa
matjam tanah dan iklim di Indonesia dan setelah maraca
baru dapat diambil sebagai dasar perhitungan untuk selu
ruh Indonesia
d. Djenis pupuk Sang diperlukan ialah :
1.
Semua sawah untuk penanaman padi memerlukan ¼
kw. D.S./ha,
2.
Untuk tanah, mergalit jang luasnja ± 200.000 ha di
pulau Djawa selain DS memerlukan pula 1 kw, ZA./
3. Untuk penanaman palawidja sesudah penanaman padi
di sawah, digunakan:
(a) 1 kw. Urea/ha,
(b) ¼ kw. D.S./ha,
dan untuk Djawa Barat dan Sumatera ditambah
dengan 1 kw. Z.K./ha,
§ 430. Hal2 jang mesti diperhatikan
Gerakan intensipikasi dengan tambahan hasil sampai 100% itu,
haruslah memenuhi sjarat antara lain dengan mengintensipkan
organisasi dan administrasi penjelenggaraannja, sehingga ba
danbadan jang mengorganisasi dan para petani akan berusaha
dengan effisiensi jang maximal,
Untuk itu diperlukan antara lain :
a.
lantjarnja distribusi pupuk,
b. plafond harga betas jang menarik dibandingkan dengan
harga barang lain.
c. menggiatkan usaha2 swasta dalam gerakan jang berhubung
an dengan produksi,
d. memberikan balas djasa tambahan bagi badan pemerintah
jang bekerdfa dilapangan intensipikasi produksi beras ini
sesuai dengan prestasi jang ditjapainja.
534
§ 431. Biaja Intensipikasi
a. Biaja intensipikasi th. 1961,
Pada tahun 1961 biaja intensipikasi adalah :
1. padi sentra
2. Intensipikasi
massal
Rp.
Rp.
674.160.000,
778.900.000,
Djumlah
Rp. 1.453.060.000,
= ± 1,47 miljard rupiah,
b. Biaja intensipikasi th. 1962,
Pada tahun 1962 areal jang sudah diintensipikasikan de
ngan :
1.
padi sentra seluas
3.000.000 ha.
2.
intensipikasi masal
2.000.000 ha.
jang akan menambah produksi dengan 1.850.000 ton
beras, dengan biaja
(a)
Padi Sentra:
(1).belandja pegawai
Rp.
84.000.000,
(2).„ barang
„ 3.142.000.000,
(3)
„
modal
„
83.300.000,
(4). training kader
„
6.000.000,
Djumlah I
(b).
Rp. 3.3 5.300.000,—
Intensipikasi massal:
(1). bibit padi unggul
(2). Obat2an pemberantasan
hama/Penjakit
(3). Pompa tekanan tinggi
(4). Perbaikan irigasi desa
(5). Pompa air untuk irigasi
(6). pupuk buatan
(7). pembibitan tanaman
pupuk hidjau
(8). slat' pertanian
(9). penjaluran/intruksi
(10). perlombaan/gerakan
Rp.
„
400.000.000,
28.600.000,
„
„
„
„
„
2.400.000,
20.000.000,
42.000.000,
306.000.000,
5.000.000,
„
„
„
33.000.000,
6.000.000,
10.000.000,
Djumlah II
Rp.
853.500.000,
535
(c). Untuk 1.000.000 ha padi ladang dan padi gogo di
taksir biaja untuk bibit unggul dan pemberantasan
hama
...
Rp.
425.000.000,
Djumlah biaja intensipikasi Rp.
4.168.8000,000,
pada tahun 1962 sehu
ruhnja
Rp.
425.000.000,
= Rp. 4, 593, 800,000 = dibulatkan Rp, 4,60 miljard.
c.
Biaja intensipikasi tahun 1963
1.
2
d.
Biaja intensipikasi tahun 1962 sebanjak Rp. 4,6 miljar.
I.M. sawah seluas : 846.500 ha (829,000 ha + 17.500
ha) = ± 43% X Rp. 853.500.000 = Rp, 367.005.000.
Djadi djumlah biaja intensipikasi = Rp. 4,6 miljar +
Rp. 367,005.000 = Rp, 4.967.005.000 = dibulatkan Rp. 5
miljar,
Biaja intensipikasi tahun 1964
1.
2.
3.
4.
Biaja intensipikasi tahun 1963 sebanjak Rp, 5 miljar,
2.000.000
Padi Sentra daerah I.M. seluas : (2.000.000 ha = X
3.000,000
Rp, 3.315.300.000) — Rp. 853.500.000 = Rp, 1,356.700.000 :
Padi Sentra 120.000 ha
Djatiluhur = 120.000 x Rp. 3.315.300.000 =
3.000.000
12
300 X Rp. 3.315.300.000 = Rp. 132.612.000
Padi Sentra 846.500 ha I.M. tahun 1963 ditambah dengan
5000 ha baru ditaksir menambah biaja Rp, 595.984.550.
Djumlah biaja intensipikasi tahun 1964 kira 2 Rp. 7.085, 296.
550, dibulatkan Rp. 7.08 miljar,
e.
Biaja intensipikasi tahun 1965
1.
Biaja intensipikasi tahun 1964 = Rp, 7.08 miljar,
2.
Intensipikasi Masai dari 63.700 ha == Rp, 75.000.000.
Djumlah biaja intensipikasi tahun 1965 = Rp, 7,83 miljar.
536
f.
Biaja intensipikasi tahun 1966
Biaja intensipikasi sama dengan tahun 1965 j.i. Rp. 7,83
miljar.
g.
Biaja intensipikasi tahun 1967
1. Biaja intensipikasi tahun 1966 = Rp. 7,83 miljar.
2. Padi Sentra 120.000 ha (Djatiluhur) = Rp. 132.612.000.
Djumlah biaja intensipikasi tahun 1967 = Rp. 7.962.612.000
= Rp. 7.963 miljar,
h.
Biaja intensipikasi tahun 1968
Biaja intensipikasi sama dengan biaja tahun 1967 j.i.
Rp, 7.963 miljar.
Kesimpulan:
Biaja intensipikasi :
1961 = ± Rp. 1,47 miljar
1965 = ± Rp. 7,83 miljar
1962 = ± ,, 4,60 ,,
1966 = ± „ 7,83 .,,
1963 = ± ,, 5, ,,
1967 = ± ,, 7,963 ,,
1964 = ± ,, 7,08 ,,
1968 = ± ,, 7,963 ,,
Djumlah semua = ± Rp. 49,736 miljar.
Diperhitungkan investasi diperlukan sebanjak Rp. 18,150
miljar, j.i. biaja sampai dengan tahun 1964 didjadikan
Rp. 18,135 miljar (disesuaikan dengan alokasi Depernas).
Sesudah tahun 1964 mengingat perluasan intensipikasi ham
pir mentjapai maxsimumnja, maka projek ini sudah dapat
membiajai sendiri usaha2nja, bahkan. sudah memberikan ke
untungan.
§ 432. Impor (pupuk) dan pendirian pabrik untuk intensipikasi,
Berhubung dengan usaha intensipikasi besar 2an diperlukan pu
puk kimia, terutama :
a.
double super phosphate (D.S.)
b.
zwavelzuur amoniak (Z.A.)
Setiap ha sawah memerlukan % qt. D.S. dan pada tanah mar
gal;l seluas ± 200.000 ha ditambah dengan 1 kw. Z.A./ha.
Kedua djenis pupuk itu setiap ton berharga U.S. $ 55, +US
$ 25, shipping Cost. Oleh karena besarnja devisen jang di
perlukan untuk mengimpor pupuk itu dari tahun ketahun, maka
harus diusahakan pendirian pabrik pupuk dalam negeri jang
mungkin. Pabrik pupuk jang dapat didirikan dalam negeri ia
lah :
537
1.
Pabrik E.S. di Djawa dengan kapasitet 100.000 ton se
tahun,
2. Pabrik Urea di Palembang dengan kapasitet 100.000 ton
setahun.
Persiapan2 pendirian pabrik pupuk ini dimulai pada tahun 1961
daft selesai pada tahun 1962, kemungkinan ini harus diper
luas untuk tahun2 berikutnja untuk mengurangi impor pupuk.
Mengingat adanja somber seperti gas alam dan 1ain 2 maka ha
rus diselidiki mulai tahun 1961 kemungkinan mendirikan pa
brik pupuk di :
1.
Sumatera Timur untuk Urea dengan kapasitet ±
1.000.000 ton setahun,
2. Riau — di Pakan Baru, kapasitet jang sama.
3. Balik Papan dengan kapasitet lebih besar jaitu 1.500.000
ton setahun.
4. Di Djakarta dan setiap kota besar di Djawa untuk pupuk
kompos dari sampah dan kotoran kota untuk palawidja dan
kebersihan kota jang sebaiknja dikerdjakan oleh swasta.
Pabrik pupuk jang menghasilkan nitrogeen (N) diperlukan
untuk palawidja dan perkebunan. Untuk keperluan intensipi
kasi pada terutama diperlukan phosfat (P 2O5) jang bahan hak
nja tersedia terutama dipulau Djawa untuk memenuhi keper
luan dalam masa ± 5 tahun. Oleh karena itu harus diselidiki
pttla kemungkinan mendirikan pabrik pupuk D.S. diluar Dja
wa.
Pabrik pupuk dimasukkan sebagai projek industri.
§ 433. Organisasi dan administrasi pemupukan
Untuk menghindari kematjetan pemupukan jang merata dan
tepat pada waktu diperlukan, haruslah diperhatikan :
a. kemampuan pengangkutan dan organisasi distribusi, harus
dibangun sesuai dengan kebutuhan terhadap pupuk dise
luruh daerah dari tahun ketahun,
b. persediaan pupuk harus melebihi dari keperluan untuk padi
dan tjukup pupuk jang tersedia untuk keperluan perkebunan
terutama jang berada disekitar persawahan, untuk
menghindari spekulasi pupuk,
c. harga pupuk untuk didjual pada petani, tjukup rendah di
bandingkan dengan harga kenaikan hasil jang diakibatkan
pemupukan itu.
538
Hal ini berarti :
1. penetapan harga betas jang tidak terlalu rendah.
2. atau untuk pupuk harus diberikan subsidi chusus bila, harga
betas ditetapkan dengan rendah.
d. diadakan sematjam balas djasa tambahan, bag' badan 2 jang
mengurus organisasi intensipikasi produksi beras pada
umumnja, dalam pemakai.an pupuk chususnja, seimbang de
ngan hasil kenaikan produksi beras jang ditjapai didaerah
operasinja dan hukuman jang tjukup berat terhadap penja
lahgunaan kekuasaan atau melalaikan kewadjiban.
§ 434. Usaha djangka pandjang
Untuk dapat mengimbangi kenaikan penduduk dari tahun ke
tahun dan naiknja taraf hidup rakjat, perlu diusahakan projek2
djangka pandjang,
Projek2 ini diselidiki pada Rentjana I ini dan sebagian di
djadikan pilot projek untuk bahan sandang dan achirnja dapat
digunakan untuk penanaman bahan makanan.
Projek2 itu ialah :
a. Kanalisasi Kalimantan Selatan + Barat jang meliputi tambahan
areal sawah dengan 6.000.000 ha.
Projek ini harus diselidiki midai pada tahun 1961. Bila
penjelidikian ini menghasilkan kesimpulan dapat dilaksana
kannja kanalisasi itu untuk menambah produksi betas, maka
pada achir tahun 1962 sudah dapat memberikan areal baru
untuk penanaman padi ± 50.000 s/d 100.000 ha.
Bila hasil penjelidikan itu menundjukkan bahwa pengguna
an areal baru itu untuk padi kurang effisien, maka areal
ini akan dapat digunakan untuk penanaman sajur2an atau
rami untuk tahap pertama, Pada tahap kedua dan selandjut
nja dapat digunakan untuk persawahan.
b. Kanalisasi Sumatera Timur meliputi 3 s/d 4.000.000 ha; pada
Rentjana II Pembangunan Semesta sudah diselidiki
kemungkinan2nja, sama halnja dengan kanalisasi pasang
surut Kalimantan pada tahap pertama diadakan pertjobaan
untuk penanaman padi pada areal seluas 10.000 ha s/d
20.000 ha itu.
Dan Ha belum mungkin, digunakan lebih dahulu untuk
penanaman selain dari pada Projek multi purpose, j.i. un
tuk keperluan perhubungan (lalulintas), sungai, perikan
an, pennanaman rami disekitarnja dan untuk persawahan
Baru.
c. Usaha2 kemungkinan mekanisasi pertanian produksi padi dan
betas, terutama diluar Djawa sudah disiapkan pada Rentjana I
ini dan sudah memberikan hasil pada permula an Rentjana
II Pembangunan Semesta..
539
§ 435. Pabrik penggilingan padi
Penggilingan padi jang ada sekarang ialah :
Daftar III,
Pulau
Daja kuda
611
Rap. ton /7 djam
beras
41.971,60
3,414,0
1.
Di Djawa
2.
3.
4.
5.
Sumatera
Kalimantan
Sulawesi
Nusa Tenggara
63
29
31
14
3.498,5
1.402
2.198
1.140
253,5
98,5
162,3
76,5
Djumlah :
748
50.210,10
4.004,8
Keperluan beras jang hares digiling setiap hari diseluruh Indone
sia rata2 = 25.550 ton. Untuk dapat melajani keperluan ; penggilingan
beras, maka pabrik jang ada harus dapat bekerdja dengan kapasitet jang
penuh (dua kali kapasitet sekarang) dan bila telah diperlukan
menambah shift dengan 2 kali dalam sehari.
Projek penggilingan padi termasuk projek industri jaitu mandiri
kan pabrik penggilingan padi ditempat Padi Sentra baru (diluar Dja
wa).
§ 436. Harga beras dihubungkan dengan usaha nrenaikkan produksi
a. Ditindjau dari sudut usaha menggiatkan petani untuk me
naikkan produksi, adalah panting adanja djaminan terhadap
harga beras jang tjukup tinggi bagi petani dan tjukup murah
bagi penduduk kota.
b. Berdasar prinsip diatas hares diadakan plafond harga beras.
Untuk ini harus ada usaha dan tiara untuk mengendalikan
harga beras menurut harga jang ditentukan dengan:
1. Persediaan beras tertentu :
(a) oleh Pemerintah Pusat dan Daswati I dengan
mengadakan gudang beras jang dapat dengan mu
dah digerakkan atau dipindahkan kedaerah jang
sudah memperlihatkan tanda2 naiknja. harga beras
dengan tepat dan dengan harga normal;
(b) persediaan ini diperoleh dengan impor atau pem
belian padi dalam negeri dengan harga berdasar kan
prinsip ad a diatas,
540
(c)
(d)
(e)
2.
plafond harga beras tidak diumumkan sebelum ter
udjud stock atau persediaan beras jang tertentu ta
di dan adanja alat distribusi jang tjukup lantjar;'
peraturan jang mengantjam hukuman terhadap pe
langgaran menaikkan harga beras melebihi plafond
jang ditentukan;
mengadakan pembagian beras terhadap pegawai 2
pemerintah sipil dan militer dengan harga jang di
subsidi oleh pemerintah,
Lumbung padi didesa2 jang diambil dari pembelian atau
pindjaman padi dari petani2 kaja.
Pindjaman dapat dibajar setelah beras itu didjual Lumbung
desa ini digunakan untuk keperluan :
(a) pindjaman diwaktu patjeklik padi petani jang me
merlukannja,
(b) sisanja didjual untuk pembelian bahana dan alat2
pertanian desa jang diperlukan.
(c) bila mungkin untuk menekan harga jang naik di
desa dan djikaperlu dengan bantuan besar indjek
si dari Daswati I.
§ 437. Intensipikasi penanaman djagung
Penanaman djagung diadjukan sebagai projek industri "Pa
ngan" untuk memenuhi keperluan, baik sebagai staple food di
daerah tertentu atau sebagai bahan makanan tambahan pada
umumnja jang mempunjai nilai gizi jang baik.
Selain itu sebagian dari buah djagung, semua daun dan ba
tangnja digunakan sebagai makanan ternak.
Usaha intensipikasi penanaman djagung ini sangat mengun .
tungkan, karena didaerahdaerah jang kurang subur untuk pe
nanaman padi, sangat tjotjok dengan penanaman djagung. Bila
bibit disileksi dan diberi pupuk, prosentage kenaikan produksi
meningkat djauh lebih tinggi,
§ 438. Protein
Sesuai dengan perhitungan Lembaga Makanan Rakjat jang
terachir, ratan setup penduduk Indonesia memerlukan tiap ha
ri 1.900 kalori, jang asal dari zat tepung dan lemak 1711 ka
lori dan dari zat putih telur 189 kalori,
Kalori dari zat tepung 'dan lemak, dapat dipenuhi oleh beras
atau equivalent betas.
Kalori dari. zat putih telur harus dipenuhi setiap hari untuk
setiap orang dengan minimum :
541
b. protein hewani ± 8 gram
a. protein nabati ± 40 gram
Keperluan terhadap protein nabati dipenuhi, dengan kedelai
jang berupa tahu dan tempe dan katjangkatjangan lainnja.
Sedang protein hewani dipenuhi dengan daging, ikan, telur dan
sebagainja,
Selain itu diperlukan zat mineral dan vitamin jang dapat di
penuhi dengan sajuran dan buahbuahan.
Untuk kemadjuan kesehatan rakjat dimasa datang dan untuk
mentjapai nilai gizi jang tjukup baik, maka makanan rakjat
hares diperbaiki dengan memperhatikan terpenuhinja protein,
terutama protein hewani jang minimum seperti diatas dan di
naikkan sampai dengan 15 gram sehari,
Dengan bertambahnja baiknja kesehatan rakjat, selain dirasa
kan sebagai perbaikan langsung bagi rakjat sendiri, djuga
membawa perbaikan dilapangan lain setjara tidak langsung,
seperti tersedianja tenaga kerdja jang energik dan aktip, di
hematuja biaja untuk pengobatan dan perawatan seta banjak
hale lain, sebagainja.
§ 439. Kedelai
Setiap orang rakjat Indonesia memerlukan 40 gram protein
nabati jang sebagian besar diambil dari 50 gram kedelai setiap
hari atau 18,3 kg, setahun,
Berdasarkan djumlah penduduk dapat dilihat keperluan terha
dap kedelai dari tahun 1961 — 1968.
Daftar IV Keperluan kedelai dan rentjananja produksi
1961 1968
No. Th.
1.
2.
3.
4.
5.
6
7.
8.
1961
1962
1963
1964
1965
1966
1967
1968
Keperluan
Penduduk setiap ha Keperluan
Produksi di
Djawa jang
Target pro
/djuta ri per ka setahun/
pita/gram,
ton
direntjana
kan/ton
duksi : qt/
ha
94,911
97,094
99,327
101.611
103.949
106,340
108.785
111.287
1.758,900 33
qt/ha
1.777.495 33,35 ,,
1.822.860 34,20 ,,
1.865.500 35 ,,
1.905.475 35,75 ,,
1.945.450 36,50 ,,
1,998.750 37,50 ,,
2.132,000 40 ,,
50
50
50
50
50
50
50
50
1,736.872
1.776.820
1.817.684
1.861.082
1.902.267
1.943.022
1.990.765
2.036.452
Luas panen kedelai di Djawa dan Madura .adalah 533.000 ha.
Dengan penanaman rakjat pada tahun 1958 hanja mendapat
kan hasil sebanjak 372.000 ton dengan hasil 6,98 qt setiap ha.
542
Dengan usaha seleksi bibit setiap tahun dengan tidak usah
menambah areal, berdasarkan pertjobaan jang sudah dilaku
kan Jajasan Lembaga Penjelidikan Keilmiahan di Kelaten, tar
get itu dapat ditjapai. karena teoritis tiap ha bila bibit terus dise
leksi akin mentjapai hasil maximum 60 — 80 qt/ha. Dengan
mengadakan pimpinan. maka setiap tahun dapat diatur mela
lui djawatan Pertanian Rakjat mentjapai target hasil per ha
minimum menurut daftar diatas.
Keperluan terhadap protein nabati lainnja dipenuhi dengan
katjangkatjangan lainnja, seperti katjang hidjau, katjang ta
nah, katjang merah dan minjak kelapa jang sudah ada.
§ 440. Protein hewani
Untuk mentjapai nilai gizi jang baik, setiap rakjat Indonesia
harus makan sekurangnja ± 8 gram zat putih telur dari hewani
atau telur setiap hari.
Berdasarkan djumlah penduduk, dapat dilihat keperluan setiap
tahun dengan target 8,1 gram setiap hari jang dinaikkan
sampai 15 gr, pada tahun 1967 dan 1968 per kapita.
Dilihat dari segi kebutuhan terhadap makanan protein, dengan
memperhatikan produksi setiap tahun, dapat pula dilihat ke
kurangan jang dihadapi,
Daftar V. Daftar keperluan terhadap protein tahun 1961 — 1968.
No
Th
Penduduk
djuta
1.
1961
94.911
2:
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1962
1963
1964
1965
1966
1967
1968
97.094
99.327
101.611
103.949
106.340
1967 .1
08.785
111,287
Target
Keperluan Keperluan
Perkapi Target per Protein
terhadap
Ta tiap Kapita se Hewani Daging atau
Hari/ Tahun/kg Setahun
Ikan/ton
gram
/ton
8,1
± 3
284.733 1.423.665
8,3
9
10,9
12
13,5
15
15
± 3,5
± 3,66
± 44
± 4,7
± 5
± 5,5
± 5,5
329.829
363527
406.444
488.549
531.700
598,317
612.078
1.649.145
1.817.635
2.032.200
2.442.745
2.658.500
2.991.585
3.060.390
Produksi dalam negeri pada tahun 1958.
a. perikanan darat
272,548 ton
b. ,, laut
421,000
Djumlah
693,548 ton = ± 138,709 ton protein.
543
c.
d.
e.
pemotongan daging :
1.
resmi
205,602 ton
2.
tidak resmi
84,027 ton
Djumlah :
28,629 ton = ± 57,926 ton protein,
pemotongan ajam 34,273 ton
pemotongan itik
8,880 ton
Djumlah :
352,153 ton = ± 70,430 ton protein.
Djumlah a s/d e : 1.335.330 ton = 267.065 ton protein.
Selain itu tersedia produksi :
1. susu perusahaan rakjat 30.000 ton = 1.143 ton pro
tein
2. telur ajam
28.132 ton
9.414 ton protein
3. telur itik
50.320 ton
Djumlah 1 s/d 3 108.452 ton = 10.557 ton protein
Djumlah seluruhnja 1.443.782 ton =277.617 ton protein.
Djadi djumlah protein jang tersedia oleh produksi tahun 1958
= ± 277.617 ton.
Maka kekurangan protein hewani setiap tahun adalah
Tahun
1961
1962
1963
1964
1965
1966
1967
1968
ton protein
7.116
52.212
85.910
128.824
210.932
254,083
320.700
334.461
ton daging dan atau ikan,
35.580
261.060
429350
644.120'
1054.660
1270.415
1603.500
1672.312
§ 441. Tjara menutupi kekurangan protein hewani
Kekurangan tersebut diatas biasanja ditutup dengan mengim
por ikan kering atau ikan asin. Pada tahun 1957 impor ikan
tersebut adalah 26.400 ton dan tahun 1958 = 16.300 ton de
ngan nilai masingz = Rp, 190.800.000 dan Rp, 101.200.000.
Untuk dapat segera menghentikan impor pada tahun 1961 seba
njak ± 35.580 ton itu dan jang akan meningkat dengan tjepat
pada tahun2 berikutnja, karena kenaikan pendudul: dan target
544
jang dinaikkan, harus diusahakan: antara lain dengan meng
intensipkan perusahaan perikanan darat di Kalimantan,
Daftar VI, Rentjana produksi perikanan darat Kalimantan per
ha. dari tahun 1961 — 1968.
No. Th.
Target ke
perluan/
ton
Luas sumber Produksi per ha,
perikanan
darat/ha
setiap tahun/kg.
1.
1961
35.580
1.276.000
30
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1962
1963
1964
1965
1966
1967
1968
261.060
429.550
644.120
1.054.660
1.270.415
1.600.000
1.600.000
5.221.200
6.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
50
71,6
80,5
132
159
200
200
Rentjana produksi ini mudah ditjapai bila dbandingkan.dengan
hash di Djawa dan Madura sebanjak 250 kg. per ha, sedang
luas perikanan darat di Kalimantan meliputi 8.054.000 ha.
§ 442. Kemungkinan surplus
Bila kemampuan (kapasitet) per ha dapat mentjapai seperti di
Djawa dan Madura jaitu 250 kg., maka pada tahun tersebut
akan mudah diperoleh surplus untuk diekspor,
Bahwa perikanan darat dan that diseluruh Indonesia mempunjai
potensi sebagai sumber pembiajaan pembangunan semesta,
dapat dibuktikan seperti diatas, dengan sudah terpenuhinja ke
perluan konsumsi dalam negeri dengan hanja mengeksploitasi
setjara intensip perikanan darat di Kalimantan sadja.
Luas sumber perikanan darat seluruh Indonesia ± 12.000.000
ha, Hal ini djuga berarti bahwa impor ikan asin segera dapat
dihentikan pada tahun 1961, dengan dilaksanakannja rentjana
intensipikasi perikanan darat seluas 1.276.000 ha, atau ± 11%
dari areal seluruhnja dengan hasil 30 kg sadja setiap ha.
§ 443. Sumbar' perikanan darat di, Kalimantan
Daerah sumber perikanan darat di Kalimantan itu jaitu :
a.
Kalimantan Timur : 1. Berau.
2. Kutai,
b.
Kalimantan Selatan :
545
c. Kalimantan Tengah 1 Timur : 1 danau z sepandjang sungai
Barito.
2 daerah Sampit.
3 daerah Kota Waringin.
d. Kalimantan Barat,
§ 444. Alat dan bahan untuk intensipikasi
a.
Bahan dan alat.
1. garam
8.400 ton setahun
2. benang.
93 ton
3.
pantjing
1.525.000 mata pantjing
4.
kawat (dari tembaga)
15,5 ton
5.
paso atau gutji mulut besar = ± 3,000 satuan isi á
60 — 100 liter.
6.
lampu miujak tanah, suar, semprong ± 3,000
setahun.
b.
Alat pengangkutan :
1. alas pengangkutan garam atau perikanan dari dan ke
pulau Djawa j.i. 1 kapal á 1500 ton, dengan prekwensi
23 kali seminggu,
2. satu kapal a 1000 ton dengan prekwensi 23 kali seming
gu route KetapangPontianakPemangketPontianak
TandjungSatai Djakarta,
3. duabuah kapal 250 ton untuk route intern
4.
enam buah motor boot á 100 pk, route intern
5.
duabuah motor hoot á 30 pk. route intern
6.
lima buah meter boot tongkang route intern
Perusahaan perikanan darat dan laut dapat diperluas sede
mikian rupa, sehingga sifatnja merupakan industri, sebagai
sumber ekspor. Dari segi memenuhi keperluan pangan, ma
ka usaha diatas sudah mentjulatpi tudjuan untuk menghen
tikan impor ikan dan mentjapai nilai gisi rakjat jang baik.
Perikanan laut mengingat sipatnja jang memerlukan investasi
besar dan bertudjuan terutama untuk keperluan ekspor maka
projek ini dimadjukan dalam lingkungan industri,
c. Usaha2 lain.
§ 445. Peternakan ajam
Selain usaha perikanan, ttntuk memperoleh sumber protein he
want dengan tak usah menambah investasi jang besar,
diusahakan perkembangan peternakan ajam rakjat deniian :
a.
penjuntikan ajam rakjat setjara masal.
546
b. penjebaran bibit ajam jang bermutu tinggi dengan mendirikan
fokstation, peternakan ajam dan mengimpor bibit ajam jang
bermutu tinggi,
c. perkembangan "broedcentrales" menurut petundjuk Balai
Penjelidikan Peternakan,
Organisasi peternakan ajam itu ialah dengan :
1. mendirikan "poultry farms" dengan bentuk koperasi rakjat
jang dibantu oleh Djawatan Pertanian setempat.
2. menggiatkan usaha2 Swasta.
§ 446. Peternakan hewan besar
Sebagai usaha djangka pandjang, jang dititik oeratkan untuk
perusahaan ekspor ialah :
,
a.
peternakan hewan besar sebagai sumber daging dan susu.
b.
peternakan hewan ketjil, jang harus dimadjukan dalam rang
ka pembangunan industri kehewanan.
Dalam lapangan kehewanan untuk keperluan daging, susu, kulit
dan sebagainja, usaha2 jang sudah ada supaja diteruskan. De
pernas lebih mengutamakan intensipikasi peternakan sapi de
ngan seleksi bibit:
Untuk ini bibit hewan jang unggul perlu diimpor disamping
mentjukttpkan djaminan persediaan makanan hewan jang baik.
Projek intensipikasi djagung antara lain dimaksudkan sebagai
untuk keperluan makanan hewan.
§ 447. Bahan makanan lain
a. gula
b. minjak kelapa
c. garam
harus terdjamin persediaan jang tjukup dan kelantjaran distri
busi untuk makanan rakjat, disamping digunakan sebagai
bahan baku industri atau bahan, ekspor.
Usaha meningkatkan produksi gula, minjak kelapa dan garam
termasuk bidang (projek) perindustrian.
§ 448. Minjak tanah
Minjak tanah (kerosin) sebagai bahan bakar jang panting un
tuk memasak niakanan (finishedgoods) harus terdjamin kelan
tjaran distribusinja.
§ 449. Penelitian (Research)
Agar hasil setiap projek dalam bidang "pangan" tertjapai dan
tetap naik, perlu diadakan Penelitian (Research) jang terus me
nerus, chusus dilapangan bibit, pupuk, pemberantasan hama,
pe ngolahan, alat2 mekanisasi dan organisasi. Hasil "Research"
tersebut sangat berguna dan bernilai dalam pelaksanaan
Rentja na jang stdang berdjalan dan rentjana jang akan datang.
547
BAB 31. PRODUKSI
2. GARIS BESAR PEMBANGUNAN BIDANG
PRODUKSI SANDANG
§ 450. Dalam bidang industri sandang harus ditjapai didalam tahap
pertama (1961 — 1969) keadaan selfsupporting dalam arti :
a. Pengolahan baku sampai mendjadi hasil terachir (finished
product) dan
b. Penjediaan bahan baku djalan menghasilkan sendiri, seku
rangkurangnja pada taraf 10 M/kapita.
§ 451. Sifat industri sandang pada achir rentjana I harus telah men
tjapai taraf sedemikian rupa, sehingga industri ini dapat sete
rusnja berkembang atas Baja sendiri (selfgenerating) setjara
normal (bedrijfs economi) dan dapat selandjutnja melajani
perkemb
GARIS BESAR PEMBANGUNAN BIDANG PRODUKSI
PANGAN
§416. Rentjana I, mentjukupkan sendiri produksi “Pangan”
Tudjuan dengan meningkatkan produksi bahan makanan pada
tahap pertama dari Rentjana I, ialah untuk segera menghenti
kan impor bahan makanan, dengan kata lain segera mentjapai
selfsupporting dalam memenuhi keperluan bahan makanan rak
jat Indonesia..
Sampai tahun 1960 ini, Indonesia masih memerlukan impor be
ras dan ikan asin. Garam hendaklah dipulihkan produksi sebe
mmm perang untuk dapat memenuhi keperluan pangan dan in
dustri.
Bahanz makanan lainnja seperti gula, minjak kelapa dan bahan
bakar seperti minjak tanah tjukup persediaan didalam negeri.
untuk konsumsi sebagai bahan makanan, dan untuk memasak
tetapi tidak lantjar distribusinja.
§417. Persediaan beras
Dalam rentjana meningkatkan produksi bahan makanan di In
donesia pada tahap pertama Rentjana I ini, perhatian terbesar
diarahkan pada meningkatkan hasil beras.
Bahan2 makanan lain jang merupakan equivalent beras, sudah
baik bila produksinja dipertahankan pada keadaan sekarang.
Dengan menghitung perkembangan penduduk 2,3% setiap tahun
dan target konsumsi beras per kapita pada tahun (1961 dan
1962 adalah 100 kg., untuk tahun 1963 dengan 102 kg, 1964
105 kg, pada tahun 1965 dengan 110 kg, tahun 1966 dengan
112 kg serta 1967 dan 1968. dengan 115 kg; maka dapat dihi
tung berapa keperluan beras setiap tahun.
Dengan membandingkan pada produksi tahun 1959 dapat di
lihat kekurangan persediaan beras untuk tahun2 berikutnja.
Persediaan beras itu harus ditambah dengan 1%, 3% dan 5%
untuk bufferstock dan persiapan menghadapi kemungkinan
malapetaka.
Berdasarkan keterangan diatas dapat dilihat kekurangan beras
dari tahun ke tahun.
519
Daftar ke I:
ICHTISAR KEBUTUHAN AKAN BERAS DAN KEKURANGAN TAHUN 1961 — 1969.
BERDASARKAN PRODUKSI 1959.
No. Tahun
Keperluan
Djumlah
perkapita
penduduk
K e p e r 1 u a n
Produksi
1.
1961
100 kg.
94.911.000
% Bufferstock Djumlah ton 1959/ton
berturut2
(1.3.5.5.5.5.5.
9.491.000 )
94.911
9.586.011 8.097.000
2.
1962
100 kg..
97.094.000
9.709.000
291.282
10.000.682 8.097.000
1.903.682
3.
1963
102 kg.
99.327.000
10.131.354
506.568
10.637.922 8.097.000
2.540.922
4.
1964
105 kg.
101.611.000
10.669.155
533.458
11.202.613 8.097.000
3.106.613
5.
1965
110 kg.
103.949.000
11.434.390
571.720
12.006.110 8.097.000
3.909.110
6.
1966
112 kg.
106.340.000
11.910.080
595.504
12.505.584 8.097.000
4.408.584
7.
1967
115 kg.
108.785.000
12.510.275
625.514
13.135.789 8.097.000
5.038.789
8.
1968
115 kg.
111.287.000
12.798.005
639.900
13.437.905 8.097.000
5.340.905
520
Nominal/ton
Kekurangan/
ton
1.489.011
§418. Rentjana Usaha untuk meningkatkan produksi „beras”
Untuk dapat mengurangi impor beras pada tahun 1961 dan se
terusnja harus ada usaha2 tambahan dalam bidang produksi.
Usaha2 jang dapat menaikkan produk'si itu ialah :
a.
Intensipikasi.
b.
Ektensipikasi.
Mengingat keadaan negara Republik Indonesia sekarang ini pa
da umumnja, maka untuk tahap pertama dari Rentjana I ini da
pat diadakan segera usaha2 intensipikasi, dibeberapa daerah
dipulau Djawa pada 1961, dan diseluruh Indonesia pada tahun
1962.
§419. Usaha intensipikasi itu dapat didjalankan dengan 2 tjara orga
nisasi:
a. Dengan Padi sentra akan ditjapai tambahan hasil dari 45%,
50%, 75%, dan pada taraf jang paling sempurna 100%.
b.
Dengan intensipikasi massal sebagai pendahuluan untuk
betas per ha = 6.370 ton.
Padi Sentral akan ditjapai tambahan hasil ± 20% s/d 40%,
§420. Pada pokoknja usaha2 intensipikasi ini didjalankan dengan :
a.
Perbaikan dan pembangunan irrigasi.
b.
Pemupukan kimia.
c.
Pembasmian hama.
d.
Pemakaian bibit unggul.
e.
Penjempurnaan alat2 pertanian.
f.
Penjuluhan pertanian,
Usaha ektensipikasi pada tahun pertama dari Rentjana I ini
terutama dengan perluasan areal dengan selesainja waduk2 (pe
ngairanpengairan sedang/ketjil jang sudah dimulai pada tahun
ini (1959/1960), dan pembangunan irrigasi baru di Sumatera
dan Sulawesi, Nusa Tenggara seluas 1000.000 ha. dan bebera
pa pembukaan sawah kering. Usaha ektensipikasi djangka pan
djang harus sudah dimulai penelitian tentang kemungkinan 2
kenalisasi di Sumatera dan Kalimantan.
§421. Usaha dalam tahun 1961
Pada tahun 1961 tambahan hasil diperoleh dengan memperluas :
a.
Padi Sentra dengan 125 buah a 4.000 ha, meliputi 500.000
ha, dengan tambahan hasil = 225.000 ton.
b.
Intensipikasi massal meliputi 1.240.000 ha dengan tambahan
hasil 310.000 ton beras
c.
Selesainja dam dan rehabilitet pengairan di Djawa Barat
dan Sumatera Selatan jang memperluas areal sawah dengan
63.700 ha maka tambahan hasil tahun keI sebanjak 0,1 ton
beras per ha = 6.370 ton.
Djumlah seluruhnja tambahan hasil = 541.370 ton.
521
Kekurangan seluruhnja = 1.489.011 — 541.370 ton = 947,641
ton beras, jang harus diimpor. Bila beras tidak diimpor sebanjak
ini berarti target konsumsi dikurangi dan tanpa bufferstock..
§ 422. Usaha dalam tahun 1962
Pada tahun 1962, tambahan hasil beras diperoleh dengan :
a. Padi Sentra sebanjak 500 buah a 6.000 ha meliputi
3.000.000 ha, tambahan hasil = ,1.350.000 ton beras.
b. Intensipikasi massal meliputi 2.000.000 ha dengan
tambahan hash = 500.000 ton beras.
c. Selesainja saluran detail di Djawa 17.500 ha dengan hasil =
19.250 ton beras.
d. Selesainja seksi I Djatiluhur jang mengairi 60.000 ha
sawah diwaktu kemarau, dengan hasil = 66.000 ton beras.
e.
Hasil tambahan sawah 1961 sub c naik mendjadi 0,3 ton
betas/ha = 19.110 ton.
f. Dibukanja sawah keying untuk padi ladang seluas 500 ha.
dengan hasil = 250 ton beras.
g. Intensipikasi 1.000.000 ha padi ladang dan gogo dengan
hasil tambahan rata2 0,1 ton beras/ha = 100.000 ton.
Djumlah tambahan hasil tahun 1962 = 2.054.610 ton,
Dengan demikian kelebihan = 2.054.610 — 1.903.682 ton =
150.928 ton.
§ 423. Usaha dalam tahun 1963
Pada tahun 1963, tambahan hasil beras diperoleh dengan :
a. Djumlah tambahan hasil s/d tahun 1962 = 2.054.610 ton,
b. Intensipikasi massal sisa dari seluruh lu.as sawah di Indo
nesia s/d tahun 1962 jaitu :
846.500 ha dengan tambahan hasil
20% X 996.550 ton = 199.310 ton.
c. Selesainja Djatiluhur seksi II jang memberikan tambahan
areal 60.000 ha dengan hasil = 66.000 ton.
d. Hasil padi ladang tahun 1962. + dengan pembukaan baru
seluas 500 ha tambahan hasil 250 ton.
e. Selesainja rehabilitasi pengairan sedang di Djawa sebanjak
12.600 ha = 13.860 ton.
f. Perluasan areal sawah diluar Djawa dengan rehabilitasi,
penjempurnaan irigasi seluas 40.000 ha dengan hasil =
44.000 ton beras.
g. Hasil tambahan pada tahun ketiga dari 63.700 ha sawah di
Djawa Barat dan Sumatera Selatan dengan a 0,6 — 0,3 ton
beras/ha = 19.110 ton,
h. Surplus tahun 1962 = 150.928 ton.
Djumlah tambahan hasil dengan surplus tahun 1962. seluruhnja
= 2.397.140 + 150.928 ton =2.548.068 ton.
522
Berarti pads tahun 1953 ada kelebihan beras sebesar 2.548.068
ton — 2.540.922 ton = 7.146 ton beras.
§424. Usaha dalam tahun 1964
Pada tahun 1964, tambahan hasil beras diperoleh dengan :
a.
Djumlah tambahan hasil tahun 1963 = 2.397.140 ton.
b.
Tambahan areal karena selesainja waduk di Djawa 5.000 ha
= 5.500 ton,
c.
Hasil padi ladang ditambah dengan 500 ha = 250 ton hasil
beras.
d.
Hasil tambahan tahun keempat data 63.700 ha di Djawa
Barat dan Sumatera Selatan dengan hasil (1,1 0,6) ton/
ha = 31.850 ton.
e.
Hasil dari Seksi III Djatiluhur. seluas 60.000 ha dengan
hasil = 66.000 ton.
f.
Padi Sentra dari 120.000 ha Djatiluhur, dengan tambahan
hasil 45/ha = 59.400 ton.
g.
Padi Sentra dari 851.360 ha (diluar P.S. dan I, M, tahun
1962) dengan hasil tambahan 25% = 233,839ton.
h. Padi sentra 2.000.000 ha (areal tahun 1962) dengan
kenaikap 45% — 25 % dengan hasil = 440.000 ton,
Djumlah tambahan hasil padi tahun 1964 = 3.233.979 ton.
Berarti ada surplus 3.233.979 ton — 3.106.613 ton = 127.366
ton betas.
§425. Usaha dalam tahun 1965
Pada tahun 1965, tambahan hasil beras diperoleh dengan :
a.
Djumlah tambahan hasil tahun 1964 3.233.979 ton beras.
b.
Hasil tambahan tahun pertama dari 120.000 dari penjempur
naan pengairan dengan hasil 1.1 ton/ha = 132.000 ton,
c.
Perluasan areal sawah karena. pembangunan irigasi seluas
401.000 ha a 0,1 ton beras = 40.100 ton.
d.
Tambahan hasil dari intensipikasi padi Sentra tahun 1964
seluas 5.851.360 ha pada tarap ke2 a 5%/ha = 321.770
ton.
e.
Hasil tambahan intensipikasi dari 63.700 ha dengan a 50%
= 35.034 ton beras,
f.
Selesai seleksi III (terachir) dan waduk Djatiluhur dengan
tambahan areal 60.000 ha dengan hasil = 66.000 ton.
g.
intensipikasi dengan padi sentra areal Djatiluhtr 180,000
ha,dengan tambahan hasil 45%/ha = 89.100 ton.
Berarti ada djumlah tambahan persediaan beras dalam negeri
= 3.917.983 ton. Surplus 3.917.903 — 3.909.110 ton = 8.873
ton.
523
§ 426. Usaha dalam tahun 1966
Pada tahun 1966, tambahan hasil beras diperoleh dengan :
a. Djumlah tambahan hasil tahun 1965 = 3.917,983 ton beras.
b. Tambahan hasil dad (1965 sub. h) dengan Intensipikasi masal
120.000 ton ha dengan tambahan hasil 20% X 132. , ribu ton
= 26.400 ton,
c. Hasil tambahan tahun kedua (1965 sub, c) dari 410.000 ha
dengan hasil (0,3 — 0,1) ton beras/ha = 80.200 ton.
d. Padi Sentra di Djawa tamp ke3 sebanjak 3.000.000 ha
dengan kenaikan (7550%) X 1.1 ton/ha 825.000 ton.
Berarti ada djumlah tambahan persediaan beras dalam negeri
4.849.583, Surplus = 4.849.583 — 4.408.584 == 440,999 ton
beras,
§ 427. Usaha dalam tahun 1967
a. Djumlah tambahan hasil th, 1966 = 4.849.583 ton betas
b. Intensipikasi dengan Padi Sentra dari areal 120.000 (1966
sub, b) memberikan kenaikan 50%/ha 39.600 ton beras.
c. Intensipikasi Padi Sentra tarap ke4 seluas 3.000.000 ha
dengan kenaikan hasil (10075%)ha = 825.000 ton beras.
d. Intensipikasi Padi Sentra tamp ke3 seluas 2.850.360 ha sisa,
dengan tambahan hasil (7550%) ha 781.349 ton beras,
e. Hasil tambahan tahun ketiga (1966 sub, c) dari 401.000 ha
diluar Djawa dengan hasil (0,60,3) ton/ha = 120.3000
ton beras
f. Hasil dari irigasi Baru seluas 85.100 ha dengan konta a/ ton
tiap ha = 8510 ton.
Berarti ada djumlah tambahan persediaan beras dalam negeri
= 6.624.342 ton, Surplus 6.624.342 — 5.038.789 = 1.585.553
ton beras,
§ 428. Usaha dalam tahun 1968
Pada tahun 1968 tambahan hasil (produksi) beras diperoleh de
ngan
a. Djumlah tambahan hasil th. 1967 = 6.624.342 ton,
b. Intensipikasi Padi Sentra tarap ke4 dari sawah seluas
2.850.360 ha (1967 sub d) dengan tambahan hasil (100%
— 75%) per ha = 781.349 ton,
c. Hasil tambahan th keempat dari sawah 401.000 ha diluar
Djawa (1967 sub e), dengan hasil (1,1 0,6) ton/ha =
200.500 ton.
d. Rehabilitasi pengairan 90.932 ha = dg hasil 1, ,1 ton/ha =
100.025 ton,
e. Irigasi baru 297.000 ha, a 0,1 ton/ha = 29.700 ton,
Djumlah tambahan persediaan beras = 8.003.116 ton, Berarti
terdapat surplus 8,003.116 — 5.340.905 ton = 2.662,211 ton.
524
10. Daftar ke II.
USAHAUSAHA MENAIKKAN PRODUKSI BERAS DARI
TAHUN 1961 — 1969.
No.
1.
Tahun
1961
Kekurangan
jang dihadapi
(ton)
1.489.011
Usaha2 menaikkan produksi
P r o j e k
Padi sentra 500.000 ha
Intensipikasi masal
1.240.000 ha
Dam dan rehabililasi pe
ngairan di Djawa dan
Sumatera Selatan 63.700
ha
Kekurangan
(ton)
541.370
947.641
Kelebihan
(ton)
Impor / Ekspor
(djutaan rupiah)
Hasil (ton)
225.000
310.000
6.370
525
Djumlah
(ton)
5.685
No.
2.
Tahun
1962
Kekurangan
jang dihadapi
(ton)
1.903.682
Usaha2 menaikkan produksi
P r o j e k
Padi Sentra 3.000.000
ha.
Intensipikasi masal
2.000.000 ha.
Saluran detail di Djawa
17.500 ha.
Seksi I Djatiluhur
60.000 ha,
Dam dan rehabilitasi
irigasi 63.700 ha.
Pembukaan sawah ke
ring 500 ha
Intensipikasi 1.000.000
ha. padi ladang dan pogo
dengan tambahan hasil
0,1 ton beras/ha
Djumlah
(ton)
Kekurangan
(ton)
Kelebihan
(ton)
Impor / Ekspor
(djutaan rupiah)
2.054.610
150.928
Hasil (ton)
1.350.000
500000
19.250
66.000
19.110
250
100.000
526
No.
3.
Tahun
1963
Kekurangan
jang dihadapi
(ton)
2.0540.922
Usaha2 menaikkan produksi
P r o j e k
Djumlah tambahan
hasil tahun 1962
Intensipikasi masal selu
ruh tambahan sawah sd.
1962, 846.500 ha.
Seksi II Djatiluhur
60.000 ha,
Padi ladang th. 1962
Pengairan sedang dan
ketjil di Djawa 12.600
ha.
Rehabilitasi dan pe
njempurnaan irigasi
40.000 ha.
Hasil tambahan th, ke3
dari sawah 63.700 ha.
Surplus th, 1962
527
Djumlah
(ton)
Kekurangan
(ton)
Kelebihan
(ton)
Impor / Ekspor
(djutaan rupiah)
2.548.068
7.146
Hasil (ton)
2.054.610
199.310
66.000
250
13.860
44.000
19.110
2.397.140
150.928
No.
4.
528
Tahun
1964
Kekurangan
jang dihadapi
(ton)
3.106.613
Usaha2 menaikkan produksi
P r o j e k
Djumlah tambahan
hasil tahun 1963
Padi ladang 500 ha,
Intensipikasi Djatiluhur
dengan padi sentra, de
ngan tambahan hasil
45% dari. 120.000 ha.
Waduk di Djawa 5.000
ha.
Hasil tambahan tahun
Ke4 dari 63.700 ha.
Hasil tambahan seksi III
Djatiluhur 60.000 ha.
Intensipikasi dengan P.S.
2.000.000 ha, (I.M. tahun
1962)
Intensipikasi dengan P.S.
851.360 ha (I.M. tahun
1963
Djumlah
(ton)
Kekurangan
(ton)
Kelebihan
(ton)
Impor / Ekspor
(djutaan rupiah)
3.233.979
127.366
Hasil (ton)
2.397.140
250
59.400
5.500
31.850
66.000
440.000
233.839
No.
5.
529
Tahun
1965
Kekurangan
jang dihadapi
(ton)
3.909.110
Usaha2 menaikkan produksi
P r o j e k
Djumlah tambahan ha
sil tahun 1964 .
Hasil tambahan tahun
KeI 120.000 ha.
Perluasan sawah dengan
irigasi 401.000 ha.
Tambahan hasil 5.% dari
intensipikasi dg. P.S.
5.851.360 ha tarap keII.
Tambahan hasil intensi
pikasi dengan P.S.
63.700 ha tarap keII:
Seksi keIV Djatiluhur
dengan 60.000 ha.
Intensipikasi dg. P.S.
180.000 ha, dengan tam
bahan 45%
Djumlah
(ton)
Kekurangan
(ton)
Kelebihan
(ton)
Impor / Ekspor
(djutaan rupiah)
3.917.983
8.873
Hasil (ton)
3.233.979
132.000
40.100
321.770
35.034
66.000
89.100
No.
Tahun
6.
1966
Kekurangan
jang dihadapi
(ton)
4.408.584
Usaha2 menaikkan produksi
P r o j e k
Djumlah tmbahan ha
sil tahun 1965
Tambahan intensipikasi
masal 120.000 ha.
Tambahan hasil tahun
keII 410.000 ha di Su
matra Barat dan Sula
wesi Tengah
Tambahan hasil padi
sentra 3.000.000 ha. ta
rap keIII.
Djumlah
(ton)
Kekurangan
(ton)
Kelebihan
(ton)
Impor / Ekspor
(djutaan rupiah)
4.849.583
440.999
Hasil (ton)
3.917.983
26.400
80.200
825.000
530
No.
Tahun
7.
1967
Kekurangan
jang dihadapi
(ton)
5.038.789
Usaha2 menaikkan produksi
P r o j e k
Djumlah tambahan ha
sil tahun 1966
Intensipikasi dengan pa
di sentra sawah 120.000
ha.
Intensipikasi dengan pa
di sentra tarap keIV
sawah seluas 3.000.000
ha.
Intensipikasi dengan pa
di sentra tarap keIII
sawah seluas 2.850.360
ha.
Tambahan hasil tahun
keIII dari sawah
401.000 ha diluar Djawa.
Irigasi baru 85.100 ha
á 0,1 ton/ha
Djumlah
(ton)
Kekurangan
(ton)
Kelebihan
(ton)
Impor / Ekspor
(djutaan rupiah)
6.624.342
1.585.553
Hasil (ton)
4.849.583
39.600
825.000
781.349
120.300
8.510
531
No.
Tahun
8.
1968
Kekurangan
jang dihadapi
(ton)
5.340.905
Usaha2 menaikkan produksi
P r o j e k
Djumlah tambahan
produksi tahun 1957
Intensipikasi path sentra
tarap keIV dari sawah
seluas 2.850.360 ha.
Hasil tambahan sawah
401.000 ha diluar Djawa
tahun keIV
Rehabilitasi pengairan
90.932 ha.
Irigasi baru seluas
297.000 ha
Djumlah
(ton)
Kekurangan
(ton)
Kelebihan
(ton)
Impor / Ekspor
(djutaan rupiah)
8.003.116
2.662.211
Hasil (ton)
6.624.243
781.349
200.500
100.025
297.000
532
§ 429. Kesimpulan
a.
TahunSurplus beras ton
1961
import
1962
+ 150,928
1963
18.852 (kekurangan ini bisa..diisi dengan sur
plus tahun 1962).
1964
+ 127.366 :
1965
+ 8.870
1966
+ 440.996
1967
+ 1,585.458 1968 ' + 2394.916
b.
Djumlah areal panen sawah seluruh Indonesia pada tahun
1968 adalah :
1.
sampai dengan tahun 1959
= 5.829.000 ha
2.
tambahan dengan selesainja
Djatiluhur
= 240.000 ha
3. tambahan dengan selesainja
irigasi sedang dan ketjil serta
dam di Djawa dan Sumatera
Selatan
= 302.432 ha
4. tambahan dengan pembangunan
irigasi baru di Sumatera dan
Sulawesi
= 670.400 ha
Djumlah :
7.041.832 ha
Djadi, tambahan areal jang diperhitungkan dalam Rentja
na I ini seluas t 1.212.832 ha, .eedang.kemungkinannja se
perti tertera dalam pola projek ialah 1.397.582 ha.
c.
Hasil padi pada areal baru diluar Djawa dengan irigasi pada
tahun pertama diperhitungkan 0.1 ton beras. tahun kedua
0.3 ton, tahun ketiga 0,6 ton beras dan tahun ke4 dengan
1.1 ton beras per ha.
Tambahan hasil dengan. intensipikasi massal mulai dengan
20% s/d 40% sedang bila dengan Padi Sentra mulai dengan
45%, 50%, 75% dan pada sebagian daerah dimungkinkan
sampai 100%.
533
e. memberikan fasiliteit jang tjukup baik bagi petani, dalam,
mendapatkan pupuk, alat2 pertanian, bibit, obat pemberan
tasan hama dsb.
Kemungkinan tambahan hasil sampai 100% ini pada tarap
jang terachir tidaklah berlebih2an djika dibandingkan de
ngan hasil pertjobaan dari Jajasan Lembaga Penjelidikan
Keilmiahan di Klaten, jang oieh Jagus dibuktikan bahwa
kenaikan hasil dengan intensipikasi terutama dengan
menggunakan bibit unggul sampai mentjapai ± 190% jaitu
dari hasil 1,1 ton beras/ha mendjadi 3 ton beras/ha. Untuk
mendjamin kepastian pelaksanaan, maka sebagai dasar per
hitungan hasil pertjobaan tersebut digunakan sebagai pe
doman belaka bukan sebagai target jang harus ditjapai, pada
tahap pertama dari Rentjana I ini.
Pertjobaan itu diperkembangkan dan diperluas dibeberapa
matjam tanah dan iklim di Indonesia dan setelah maraca
baru dapat diambil sebagai dasar perhitungan untuk selu
ruh Indonesia
d. Djenis pupuk Sang diperlukan ialah :
1.
Semua sawah untuk penanaman padi memerlukan ¼
kw. D.S./ha,
2.
Untuk tanah, mergalit jang luasnja ± 200.000 ha di
pulau Djawa selain DS memerlukan pula 1 kw, ZA./
3. Untuk penanaman palawidja sesudah penanaman padi
di sawah, digunakan:
(a) 1 kw. Urea/ha,
(b) ¼ kw. D.S./ha,
dan untuk Djawa Barat dan Sumatera ditambah
dengan 1 kw. Z.K./ha,
§ 430. Hal2 jang mesti diperhatikan
Gerakan intensipikasi dengan tambahan hasil sampai 100% itu,
haruslah memenuhi sjarat antara lain dengan mengintensipkan
organisasi dan administrasi penjelenggaraannja, sehingga ba
danbadan jang mengorganisasi dan para petani akan berusaha
dengan effisiensi jang maximal,
Untuk itu diperlukan antara lain :
a.
lantjarnja distribusi pupuk,
b. plafond harga betas jang menarik dibandingkan dengan
harga barang lain.
c. menggiatkan usaha2 swasta dalam gerakan jang berhubung
an dengan produksi,
d. memberikan balas djasa tambahan bagi badan pemerintah
jang bekerdfa dilapangan intensipikasi produksi beras ini
sesuai dengan prestasi jang ditjapainja.
534
§ 431. Biaja Intensipikasi
a. Biaja intensipikasi th. 1961,
Pada tahun 1961 biaja intensipikasi adalah :
1. padi sentra
2. Intensipikasi
massal
Rp.
Rp.
674.160.000,
778.900.000,
Djumlah
Rp. 1.453.060.000,
= ± 1,47 miljard rupiah,
b. Biaja intensipikasi th. 1962,
Pada tahun 1962 areal jang sudah diintensipikasikan de
ngan :
1.
padi sentra seluas
3.000.000 ha.
2.
intensipikasi masal
2.000.000 ha.
jang akan menambah produksi dengan 1.850.000 ton
beras, dengan biaja
(a)
Padi Sentra:
(1).belandja pegawai
Rp.
84.000.000,
(2).„ barang
„ 3.142.000.000,
(3)
„
modal
„
83.300.000,
(4). training kader
„
6.000.000,
Djumlah I
(b).
Rp. 3.3 5.300.000,—
Intensipikasi massal:
(1). bibit padi unggul
(2). Obat2an pemberantasan
hama/Penjakit
(3). Pompa tekanan tinggi
(4). Perbaikan irigasi desa
(5). Pompa air untuk irigasi
(6). pupuk buatan
(7). pembibitan tanaman
pupuk hidjau
(8). slat' pertanian
(9). penjaluran/intruksi
(10). perlombaan/gerakan
Rp.
„
400.000.000,
28.600.000,
„
„
„
„
„
2.400.000,
20.000.000,
42.000.000,
306.000.000,
5.000.000,
„
„
„
33.000.000,
6.000.000,
10.000.000,
Djumlah II
Rp.
853.500.000,
535
(c). Untuk 1.000.000 ha padi ladang dan padi gogo di
taksir biaja untuk bibit unggul dan pemberantasan
hama
...
Rp.
425.000.000,
Djumlah biaja intensipikasi Rp.
4.168.8000,000,
pada tahun 1962 sehu
ruhnja
Rp.
425.000.000,
= Rp. 4, 593, 800,000 = dibulatkan Rp, 4,60 miljard.
c.
Biaja intensipikasi tahun 1963
1.
2
d.
Biaja intensipikasi tahun 1962 sebanjak Rp. 4,6 miljar.
I.M. sawah seluas : 846.500 ha (829,000 ha + 17.500
ha) = ± 43% X Rp. 853.500.000 = Rp, 367.005.000.
Djadi djumlah biaja intensipikasi = Rp. 4,6 miljar +
Rp. 367,005.000 = Rp, 4.967.005.000 = dibulatkan Rp. 5
miljar,
Biaja intensipikasi tahun 1964
1.
2.
3.
4.
Biaja intensipikasi tahun 1963 sebanjak Rp, 5 miljar,
2.000.000
Padi Sentra daerah I.M. seluas : (2.000.000 ha = X
3.000,000
Rp, 3.315.300.000) — Rp. 853.500.000 = Rp, 1,356.700.000 :
Padi Sentra 120.000 ha
Djatiluhur = 120.000 x Rp. 3.315.300.000 =
3.000.000
12
300 X Rp. 3.315.300.000 = Rp. 132.612.000
Padi Sentra 846.500 ha I.M. tahun 1963 ditambah dengan
5000 ha baru ditaksir menambah biaja Rp, 595.984.550.
Djumlah biaja intensipikasi tahun 1964 kira 2 Rp. 7.085, 296.
550, dibulatkan Rp. 7.08 miljar,
e.
Biaja intensipikasi tahun 1965
1.
Biaja intensipikasi tahun 1964 = Rp, 7.08 miljar,
2.
Intensipikasi Masai dari 63.700 ha == Rp, 75.000.000.
Djumlah biaja intensipikasi tahun 1965 = Rp, 7,83 miljar.
536
f.
Biaja intensipikasi tahun 1966
Biaja intensipikasi sama dengan tahun 1965 j.i. Rp. 7,83
miljar.
g.
Biaja intensipikasi tahun 1967
1. Biaja intensipikasi tahun 1966 = Rp. 7,83 miljar.
2. Padi Sentra 120.000 ha (Djatiluhur) = Rp. 132.612.000.
Djumlah biaja intensipikasi tahun 1967 = Rp. 7.962.612.000
= Rp. 7.963 miljar,
h.
Biaja intensipikasi tahun 1968
Biaja intensipikasi sama dengan biaja tahun 1967 j.i.
Rp, 7.963 miljar.
Kesimpulan:
Biaja intensipikasi :
1961 = ± Rp. 1,47 miljar
1965 = ± Rp. 7,83 miljar
1962 = ± ,, 4,60 ,,
1966 = ± „ 7,83 .,,
1963 = ± ,, 5, ,,
1967 = ± ,, 7,963 ,,
1964 = ± ,, 7,08 ,,
1968 = ± ,, 7,963 ,,
Djumlah semua = ± Rp. 49,736 miljar.
Diperhitungkan investasi diperlukan sebanjak Rp. 18,150
miljar, j.i. biaja sampai dengan tahun 1964 didjadikan
Rp. 18,135 miljar (disesuaikan dengan alokasi Depernas).
Sesudah tahun 1964 mengingat perluasan intensipikasi ham
pir mentjapai maxsimumnja, maka projek ini sudah dapat
membiajai sendiri usaha2nja, bahkan. sudah memberikan ke
untungan.
§ 432. Impor (pupuk) dan pendirian pabrik untuk intensipikasi,
Berhubung dengan usaha intensipikasi besar 2an diperlukan pu
puk kimia, terutama :
a.
double super phosphate (D.S.)
b.
zwavelzuur amoniak (Z.A.)
Setiap ha sawah memerlukan % qt. D.S. dan pada tanah mar
gal;l seluas ± 200.000 ha ditambah dengan 1 kw. Z.A./ha.
Kedua djenis pupuk itu setiap ton berharga U.S. $ 55, +US
$ 25, shipping Cost. Oleh karena besarnja devisen jang di
perlukan untuk mengimpor pupuk itu dari tahun ketahun, maka
harus diusahakan pendirian pabrik pupuk dalam negeri jang
mungkin. Pabrik pupuk jang dapat didirikan dalam negeri ia
lah :
537
1.
Pabrik E.S. di Djawa dengan kapasitet 100.000 ton se
tahun,
2. Pabrik Urea di Palembang dengan kapasitet 100.000 ton
setahun.
Persiapan2 pendirian pabrik pupuk ini dimulai pada tahun 1961
daft selesai pada tahun 1962, kemungkinan ini harus diper
luas untuk tahun2 berikutnja untuk mengurangi impor pupuk.
Mengingat adanja somber seperti gas alam dan 1ain 2 maka ha
rus diselidiki mulai tahun 1961 kemungkinan mendirikan pa
brik pupuk di :
1.
Sumatera Timur untuk Urea dengan kapasitet ±
1.000.000 ton setahun,
2. Riau — di Pakan Baru, kapasitet jang sama.
3. Balik Papan dengan kapasitet lebih besar jaitu 1.500.000
ton setahun.
4. Di Djakarta dan setiap kota besar di Djawa untuk pupuk
kompos dari sampah dan kotoran kota untuk palawidja dan
kebersihan kota jang sebaiknja dikerdjakan oleh swasta.
Pabrik pupuk jang menghasilkan nitrogeen (N) diperlukan
untuk palawidja dan perkebunan. Untuk keperluan intensipi
kasi pada terutama diperlukan phosfat (P 2O5) jang bahan hak
nja tersedia terutama dipulau Djawa untuk memenuhi keper
luan dalam masa ± 5 tahun. Oleh karena itu harus diselidiki
pttla kemungkinan mendirikan pabrik pupuk D.S. diluar Dja
wa.
Pabrik pupuk dimasukkan sebagai projek industri.
§ 433. Organisasi dan administrasi pemupukan
Untuk menghindari kematjetan pemupukan jang merata dan
tepat pada waktu diperlukan, haruslah diperhatikan :
a. kemampuan pengangkutan dan organisasi distribusi, harus
dibangun sesuai dengan kebutuhan terhadap pupuk dise
luruh daerah dari tahun ketahun,
b. persediaan pupuk harus melebihi dari keperluan untuk padi
dan tjukup pupuk jang tersedia untuk keperluan perkebunan
terutama jang berada disekitar persawahan, untuk
menghindari spekulasi pupuk,
c. harga pupuk untuk didjual pada petani, tjukup rendah di
bandingkan dengan harga kenaikan hasil jang diakibatkan
pemupukan itu.
538
Hal ini berarti :
1. penetapan harga betas jang tidak terlalu rendah.
2. atau untuk pupuk harus diberikan subsidi chusus bila, harga
betas ditetapkan dengan rendah.
d. diadakan sematjam balas djasa tambahan, bag' badan 2 jang
mengurus organisasi intensipikasi produksi beras pada
umumnja, dalam pemakai.an pupuk chususnja, seimbang de
ngan hasil kenaikan produksi beras jang ditjapai didaerah
operasinja dan hukuman jang tjukup berat terhadap penja
lahgunaan kekuasaan atau melalaikan kewadjiban.
§ 434. Usaha djangka pandjang
Untuk dapat mengimbangi kenaikan penduduk dari tahun ke
tahun dan naiknja taraf hidup rakjat, perlu diusahakan projek2
djangka pandjang,
Projek2 ini diselidiki pada Rentjana I ini dan sebagian di
djadikan pilot projek untuk bahan sandang dan achirnja dapat
digunakan untuk penanaman bahan makanan.
Projek2 itu ialah :
a. Kanalisasi Kalimantan Selatan + Barat jang meliputi tambahan
areal sawah dengan 6.000.000 ha.
Projek ini harus diselidiki midai pada tahun 1961. Bila
penjelidikian ini menghasilkan kesimpulan dapat dilaksana
kannja kanalisasi itu untuk menambah produksi betas, maka
pada achir tahun 1962 sudah dapat memberikan areal baru
untuk penanaman padi ± 50.000 s/d 100.000 ha.
Bila hasil penjelidikan itu menundjukkan bahwa pengguna
an areal baru itu untuk padi kurang effisien, maka areal
ini akan dapat digunakan untuk penanaman sajur2an atau
rami untuk tahap pertama, Pada tahap kedua dan selandjut
nja dapat digunakan untuk persawahan.
b. Kanalisasi Sumatera Timur meliputi 3 s/d 4.000.000 ha; pada
Rentjana II Pembangunan Semesta sudah diselidiki
kemungkinan2nja, sama halnja dengan kanalisasi pasang
surut Kalimantan pada tahap pertama diadakan pertjobaan
untuk penanaman padi pada areal seluas 10.000 ha s/d
20.000 ha itu.
Dan Ha belum mungkin, digunakan lebih dahulu untuk
penanaman selain dari pada Projek multi purpose, j.i. un
tuk keperluan perhubungan (lalulintas), sungai, perikan
an, pennanaman rami disekitarnja dan untuk persawahan
Baru.
c. Usaha2 kemungkinan mekanisasi pertanian produksi padi dan
betas, terutama diluar Djawa sudah disiapkan pada Rentjana I
ini dan sudah memberikan hasil pada permula an Rentjana
II Pembangunan Semesta..
539
§ 435. Pabrik penggilingan padi
Penggilingan padi jang ada sekarang ialah :
Daftar III,
Pulau
Daja kuda
611
Rap. ton /7 djam
beras
41.971,60
3,414,0
1.
Di Djawa
2.
3.
4.
5.
Sumatera
Kalimantan
Sulawesi
Nusa Tenggara
63
29
31
14
3.498,5
1.402
2.198
1.140
253,5
98,5
162,3
76,5
Djumlah :
748
50.210,10
4.004,8
Keperluan beras jang hares digiling setiap hari diseluruh Indone
sia rata2 = 25.550 ton. Untuk dapat melajani keperluan ; penggilingan
beras, maka pabrik jang ada harus dapat bekerdja dengan kapasitet jang
penuh (dua kali kapasitet sekarang) dan bila telah diperlukan
menambah shift dengan 2 kali dalam sehari.
Projek penggilingan padi termasuk projek industri jaitu mandiri
kan pabrik penggilingan padi ditempat Padi Sentra baru (diluar Dja
wa).
§ 436. Harga beras dihubungkan dengan usaha nrenaikkan produksi
a. Ditindjau dari sudut usaha menggiatkan petani untuk me
naikkan produksi, adalah panting adanja djaminan terhadap
harga beras jang tjukup tinggi bagi petani dan tjukup murah
bagi penduduk kota.
b. Berdasar prinsip diatas hares diadakan plafond harga beras.
Untuk ini harus ada usaha dan tiara untuk mengendalikan
harga beras menurut harga jang ditentukan dengan:
1. Persediaan beras tertentu :
(a) oleh Pemerintah Pusat dan Daswati I dengan
mengadakan gudang beras jang dapat dengan mu
dah digerakkan atau dipindahkan kedaerah jang
sudah memperlihatkan tanda2 naiknja. harga beras
dengan tepat dan dengan harga normal;
(b) persediaan ini diperoleh dengan impor atau pem
belian padi dalam negeri dengan harga berdasar kan
prinsip ad a diatas,
540
(c)
(d)
(e)
2.
plafond harga beras tidak diumumkan sebelum ter
udjud stock atau persediaan beras jang tertentu ta
di dan adanja alat distribusi jang tjukup lantjar;'
peraturan jang mengantjam hukuman terhadap pe
langgaran menaikkan harga beras melebihi plafond
jang ditentukan;
mengadakan pembagian beras terhadap pegawai 2
pemerintah sipil dan militer dengan harga jang di
subsidi oleh pemerintah,
Lumbung padi didesa2 jang diambil dari pembelian atau
pindjaman padi dari petani2 kaja.
Pindjaman dapat dibajar setelah beras itu didjual Lumbung
desa ini digunakan untuk keperluan :
(a) pindjaman diwaktu patjeklik padi petani jang me
merlukannja,
(b) sisanja didjual untuk pembelian bahana dan alat2
pertanian desa jang diperlukan.
(c) bila mungkin untuk menekan harga jang naik di
desa dan djikaperlu dengan bantuan besar indjek
si dari Daswati I.
§ 437. Intensipikasi penanaman djagung
Penanaman djagung diadjukan sebagai projek industri "Pa
ngan" untuk memenuhi keperluan, baik sebagai staple food di
daerah tertentu atau sebagai bahan makanan tambahan pada
umumnja jang mempunjai nilai gizi jang baik.
Selain itu sebagian dari buah djagung, semua daun dan ba
tangnja digunakan sebagai makanan ternak.
Usaha intensipikasi penanaman djagung ini sangat mengun .
tungkan, karena didaerahdaerah jang kurang subur untuk pe
nanaman padi, sangat tjotjok dengan penanaman djagung. Bila
bibit disileksi dan diberi pupuk, prosentage kenaikan produksi
meningkat djauh lebih tinggi,
§ 438. Protein
Sesuai dengan perhitungan Lembaga Makanan Rakjat jang
terachir, ratan setup penduduk Indonesia memerlukan tiap ha
ri 1.900 kalori, jang asal dari zat tepung dan lemak 1711 ka
lori dan dari zat putih telur 189 kalori,
Kalori dari zat tepung 'dan lemak, dapat dipenuhi oleh beras
atau equivalent betas.
Kalori dari. zat putih telur harus dipenuhi setiap hari untuk
setiap orang dengan minimum :
541
b. protein hewani ± 8 gram
a. protein nabati ± 40 gram
Keperluan terhadap protein nabati dipenuhi, dengan kedelai
jang berupa tahu dan tempe dan katjangkatjangan lainnja.
Sedang protein hewani dipenuhi dengan daging, ikan, telur dan
sebagainja,
Selain itu diperlukan zat mineral dan vitamin jang dapat di
penuhi dengan sajuran dan buahbuahan.
Untuk kemadjuan kesehatan rakjat dimasa datang dan untuk
mentjapai nilai gizi jang tjukup baik, maka makanan rakjat
hares diperbaiki dengan memperhatikan terpenuhinja protein,
terutama protein hewani jang minimum seperti diatas dan di
naikkan sampai dengan 15 gram sehari,
Dengan bertambahnja baiknja kesehatan rakjat, selain dirasa
kan sebagai perbaikan langsung bagi rakjat sendiri, djuga
membawa perbaikan dilapangan lain setjara tidak langsung,
seperti tersedianja tenaga kerdja jang energik dan aktip, di
hematuja biaja untuk pengobatan dan perawatan seta banjak
hale lain, sebagainja.
§ 439. Kedelai
Setiap orang rakjat Indonesia memerlukan 40 gram protein
nabati jang sebagian besar diambil dari 50 gram kedelai setiap
hari atau 18,3 kg, setahun,
Berdasarkan djumlah penduduk dapat dilihat keperluan terha
dap kedelai dari tahun 1961 — 1968.
Daftar IV Keperluan kedelai dan rentjananja produksi
1961 1968
No. Th.
1.
2.
3.
4.
5.
6
7.
8.
1961
1962
1963
1964
1965
1966
1967
1968
Keperluan
Penduduk setiap ha Keperluan
Produksi di
Djawa jang
Target pro
/djuta ri per ka setahun/
pita/gram,
ton
direntjana
kan/ton
duksi : qt/
ha
94,911
97,094
99,327
101.611
103.949
106,340
108.785
111.287
1.758,900 33
qt/ha
1.777.495 33,35 ,,
1.822.860 34,20 ,,
1.865.500 35 ,,
1.905.475 35,75 ,,
1.945.450 36,50 ,,
1,998.750 37,50 ,,
2.132,000 40 ,,
50
50
50
50
50
50
50
50
1,736.872
1.776.820
1.817.684
1.861.082
1.902.267
1.943.022
1.990.765
2.036.452
Luas panen kedelai di Djawa dan Madura .adalah 533.000 ha.
Dengan penanaman rakjat pada tahun 1958 hanja mendapat
kan hasil sebanjak 372.000 ton dengan hasil 6,98 qt setiap ha.
542
Dengan usaha seleksi bibit setiap tahun dengan tidak usah
menambah areal, berdasarkan pertjobaan jang sudah dilaku
kan Jajasan Lembaga Penjelidikan Keilmiahan di Kelaten, tar
get itu dapat ditjapai. karena teoritis tiap ha bila bibit terus dise
leksi akin mentjapai hasil maximum 60 — 80 qt/ha. Dengan
mengadakan pimpinan. maka setiap tahun dapat diatur mela
lui djawatan Pertanian Rakjat mentjapai target hasil per ha
minimum menurut daftar diatas.
Keperluan terhadap protein nabati lainnja dipenuhi dengan
katjangkatjangan lainnja, seperti katjang hidjau, katjang ta
nah, katjang merah dan minjak kelapa jang sudah ada.
§ 440. Protein hewani
Untuk mentjapai nilai gizi jang baik, setiap rakjat Indonesia
harus makan sekurangnja ± 8 gram zat putih telur dari hewani
atau telur setiap hari.
Berdasarkan djumlah penduduk, dapat dilihat keperluan setiap
tahun dengan target 8,1 gram setiap hari jang dinaikkan
sampai 15 gr, pada tahun 1967 dan 1968 per kapita.
Dilihat dari segi kebutuhan terhadap makanan protein, dengan
memperhatikan produksi setiap tahun, dapat pula dilihat ke
kurangan jang dihadapi,
Daftar V. Daftar keperluan terhadap protein tahun 1961 — 1968.
No
Th
Penduduk
djuta
1.
1961
94.911
2:
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1962
1963
1964
1965
1966
1967
1968
97.094
99.327
101.611
103.949
106.340
1967 .1
08.785
111,287
Target
Keperluan Keperluan
Perkapi Target per Protein
terhadap
Ta tiap Kapita se Hewani Daging atau
Hari/ Tahun/kg Setahun
Ikan/ton
gram
/ton
8,1
± 3
284.733 1.423.665
8,3
9
10,9
12
13,5
15
15
± 3,5
± 3,66
± 44
± 4,7
± 5
± 5,5
± 5,5
329.829
363527
406.444
488.549
531.700
598,317
612.078
1.649.145
1.817.635
2.032.200
2.442.745
2.658.500
2.991.585
3.060.390
Produksi dalam negeri pada tahun 1958.
a. perikanan darat
272,548 ton
b. ,, laut
421,000
Djumlah
693,548 ton = ± 138,709 ton protein.
543
c.
d.
e.
pemotongan daging :
1.
resmi
205,602 ton
2.
tidak resmi
84,027 ton
Djumlah :
28,629 ton = ± 57,926 ton protein,
pemotongan ajam 34,273 ton
pemotongan itik
8,880 ton
Djumlah :
352,153 ton = ± 70,430 ton protein.
Djumlah a s/d e : 1.335.330 ton = 267.065 ton protein.
Selain itu tersedia produksi :
1. susu perusahaan rakjat 30.000 ton = 1.143 ton pro
tein
2. telur ajam
28.132 ton
9.414 ton protein
3. telur itik
50.320 ton
Djumlah 1 s/d 3 108.452 ton = 10.557 ton protein
Djumlah seluruhnja 1.443.782 ton =277.617 ton protein.
Djadi djumlah protein jang tersedia oleh produksi tahun 1958
= ± 277.617 ton.
Maka kekurangan protein hewani setiap tahun adalah
Tahun
1961
1962
1963
1964
1965
1966
1967
1968
ton protein
7.116
52.212
85.910
128.824
210.932
254,083
320.700
334.461
ton daging dan atau ikan,
35.580
261.060
429350
644.120'
1054.660
1270.415
1603.500
1672.312
§ 441. Tjara menutupi kekurangan protein hewani
Kekurangan tersebut diatas biasanja ditutup dengan mengim
por ikan kering atau ikan asin. Pada tahun 1957 impor ikan
tersebut adalah 26.400 ton dan tahun 1958 = 16.300 ton de
ngan nilai masingz = Rp, 190.800.000 dan Rp, 101.200.000.
Untuk dapat segera menghentikan impor pada tahun 1961 seba
njak ± 35.580 ton itu dan jang akan meningkat dengan tjepat
pada tahun2 berikutnja, karena kenaikan pendudul: dan target
544
jang dinaikkan, harus diusahakan: antara lain dengan meng
intensipkan perusahaan perikanan darat di Kalimantan,
Daftar VI, Rentjana produksi perikanan darat Kalimantan per
ha. dari tahun 1961 — 1968.
No. Th.
Target ke
perluan/
ton
Luas sumber Produksi per ha,
perikanan
darat/ha
setiap tahun/kg.
1.
1961
35.580
1.276.000
30
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1962
1963
1964
1965
1966
1967
1968
261.060
429.550
644.120
1.054.660
1.270.415
1.600.000
1.600.000
5.221.200
6.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
8.000.000
50
71,6
80,5
132
159
200
200
Rentjana produksi ini mudah ditjapai bila dbandingkan.dengan
hash di Djawa dan Madura sebanjak 250 kg. per ha, sedang
luas perikanan darat di Kalimantan meliputi 8.054.000 ha.
§ 442. Kemungkinan surplus
Bila kemampuan (kapasitet) per ha dapat mentjapai seperti di
Djawa dan Madura jaitu 250 kg., maka pada tahun tersebut
akan mudah diperoleh surplus untuk diekspor,
Bahwa perikanan darat dan that diseluruh Indonesia mempunjai
potensi sebagai sumber pembiajaan pembangunan semesta,
dapat dibuktikan seperti diatas, dengan sudah terpenuhinja ke
perluan konsumsi dalam negeri dengan hanja mengeksploitasi
setjara intensip perikanan darat di Kalimantan sadja.
Luas sumber perikanan darat seluruh Indonesia ± 12.000.000
ha, Hal ini djuga berarti bahwa impor ikan asin segera dapat
dihentikan pada tahun 1961, dengan dilaksanakannja rentjana
intensipikasi perikanan darat seluas 1.276.000 ha, atau ± 11%
dari areal seluruhnja dengan hasil 30 kg sadja setiap ha.
§ 443. Sumbar' perikanan darat di, Kalimantan
Daerah sumber perikanan darat di Kalimantan itu jaitu :
a.
Kalimantan Timur : 1. Berau.
2. Kutai,
b.
Kalimantan Selatan :
545
c. Kalimantan Tengah 1 Timur : 1 danau z sepandjang sungai
Barito.
2 daerah Sampit.
3 daerah Kota Waringin.
d. Kalimantan Barat,
§ 444. Alat dan bahan untuk intensipikasi
a.
Bahan dan alat.
1. garam
8.400 ton setahun
2. benang.
93 ton
3.
pantjing
1.525.000 mata pantjing
4.
kawat (dari tembaga)
15,5 ton
5.
paso atau gutji mulut besar = ± 3,000 satuan isi á
60 — 100 liter.
6.
lampu miujak tanah, suar, semprong ± 3,000
setahun.
b.
Alat pengangkutan :
1. alas pengangkutan garam atau perikanan dari dan ke
pulau Djawa j.i. 1 kapal á 1500 ton, dengan prekwensi
23 kali seminggu,
2. satu kapal a 1000 ton dengan prekwensi 23 kali seming
gu route KetapangPontianakPemangketPontianak
TandjungSatai Djakarta,
3. duabuah kapal 250 ton untuk route intern
4.
enam buah motor boot á 100 pk, route intern
5.
duabuah motor hoot á 30 pk. route intern
6.
lima buah meter boot tongkang route intern
Perusahaan perikanan darat dan laut dapat diperluas sede
mikian rupa, sehingga sifatnja merupakan industri, sebagai
sumber ekspor. Dari segi memenuhi keperluan pangan, ma
ka usaha diatas sudah mentjulatpi tudjuan untuk menghen
tikan impor ikan dan mentjapai nilai gisi rakjat jang baik.
Perikanan laut mengingat sipatnja jang memerlukan investasi
besar dan bertudjuan terutama untuk keperluan ekspor maka
projek ini dimadjukan dalam lingkungan industri,
c. Usaha2 lain.
§ 445. Peternakan ajam
Selain usaha perikanan, ttntuk memperoleh sumber protein he
want dengan tak usah menambah investasi jang besar,
diusahakan perkembangan peternakan ajam rakjat deniian :
a.
penjuntikan ajam rakjat setjara masal.
546
b. penjebaran bibit ajam jang bermutu tinggi dengan mendirikan
fokstation, peternakan ajam dan mengimpor bibit ajam jang
bermutu tinggi,
c. perkembangan "broedcentrales" menurut petundjuk Balai
Penjelidikan Peternakan,
Organisasi peternakan ajam itu ialah dengan :
1. mendirikan "poultry farms" dengan bentuk koperasi rakjat
jang dibantu oleh Djawatan Pertanian setempat.
2. menggiatkan usaha2 Swasta.
§ 446. Peternakan hewan besar
Sebagai usaha djangka pandjang, jang dititik oeratkan untuk
perusahaan ekspor ialah :
,
a.
peternakan hewan besar sebagai sumber daging dan susu.
b.
peternakan hewan ketjil, jang harus dimadjukan dalam rang
ka pembangunan industri kehewanan.
Dalam lapangan kehewanan untuk keperluan daging, susu, kulit
dan sebagainja, usaha2 jang sudah ada supaja diteruskan. De
pernas lebih mengutamakan intensipikasi peternakan sapi de
ngan seleksi bibit:
Untuk ini bibit hewan jang unggul perlu diimpor disamping
mentjukttpkan djaminan persediaan makanan hewan jang baik.
Projek intensipikasi djagung antara lain dimaksudkan sebagai
untuk keperluan makanan hewan.
§ 447. Bahan makanan lain
a. gula
b. minjak kelapa
c. garam
harus terdjamin persediaan jang tjukup dan kelantjaran distri
busi untuk makanan rakjat, disamping digunakan sebagai
bahan baku industri atau bahan, ekspor.
Usaha meningkatkan produksi gula, minjak kelapa dan garam
termasuk bidang (projek) perindustrian.
§ 448. Minjak tanah
Minjak tanah (kerosin) sebagai bahan bakar jang panting un
tuk memasak niakanan (finishedgoods) harus terdjamin kelan
tjaran distribusinja.
§ 449. Penelitian (Research)
Agar hasil setiap projek dalam bidang "pangan" tertjapai dan
tetap naik, perlu diadakan Penelitian (Research) jang terus me
nerus, chusus dilapangan bibit, pupuk, pemberantasan hama,
pe ngolahan, alat2 mekanisasi dan organisasi. Hasil "Research"
tersebut sangat berguna dan bernilai dalam pelaksanaan
Rentja na jang stdang berdjalan dan rentjana jang akan datang.
547
BAB 31. PRODUKSI
2. GARIS BESAR PEMBANGUNAN BIDANG
PRODUKSI SANDANG
§ 450. Dalam bidang industri sandang harus ditjapai didalam tahap
pertama (1961 — 1969) keadaan selfsupporting dalam arti :
a. Pengolahan baku sampai mendjadi hasil terachir (finished
product) dan
b. Penjediaan bahan baku djalan menghasilkan sendiri, seku
rangkurangnja pada taraf 10 M/kapita.
§ 451. Sifat industri sandang pada achir rentjana I harus telah men
tjapai taraf sedemikian rupa, sehingga industri ini dapat sete
rusnja berkembang atas Baja sendiri (selfgenerating) setjara
normal (bedrijfs economi) dan dapat selandjutnja melajani
perkemb