Penerapan Sistem Peradilan Pidana Anak Terhadap Pelaku Dan Korban Tindak Pidana (Studi Di Pengadilan Tanjung Balai) Chapter III IV

BAB III
PENERAPAN SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DI TANJUNG
BALAI
A. Pada Tahap Penyidikan
Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia yang diberi
wewenang oleh undang-undang untuk melakukan penyelidikan (pasal 1 butir 4
KUHAP). Maksud dari penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik
untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana
guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut secara yang
diatur dalam undang-undang. Kekuasaan dan kewenangan (power and authoity)
polisi sebagai penyidik luar binasa penting dan sangat penting. 111 Pasal 4 KUHAP
mengatakan penyelidik adalah setiap pejabat polisi negara republik indonesia.
Pasal-pasal tersebut menyatakan bahwa penyelidik adalah setiap polisi
Negara Republik Indonesia, maka pasal ini memberi wewenang kepada setiap
polisi negara untuk melakukan atau bertindak sebagai penyelidik, mulai dari yang
berpangkat terendah Bharada sampai yang berpangkat tertinggi, Jenderal polisi
untuk melakukan penyelidikan perkara kejahatan termasuk kejahatan yang
dilakukan oleh anak. 112
Polisi Seorang penyidik dalam penanganan kasus anak harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
a. telah berpengalaman sebagai penyidik;

b. mempunyai minat, perhatian, dedikasi, dan memahami masalah Anak; dan
111
112

Bambang waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal.41
Moch. Faisal Salam, Op.cit hal. 28

Universitas Sumatera Utara

c. telah mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan Anak.

113

Pada daerah Tanjung Balai yang dapat menjadi seorang penyidik anak
adalah seluruh anggota kepolisian RI yang memilki kompetensi pada masa itu ,
diketahui pada masa ini masalah yang telah krusial maka adanya penghususan
mengenai anak dan wanita. Syaratnya pun dapat dilihat dari segi formil dan
material, dan pada masa ini tidak ada pelatihan yang menjadi penyidik khusus
untuk anak yang merupakan menjadi suatu kendala. Oleh karena kendala tersebut,
maka ada kekhususan maka ditunjuklah pihak polisi wanita.

Pada daerah tersebut penyidik anak yang digunakan kebanyakan berasal
dari polisi wanita dikarenakan wanita walaupun statusnya masih lajang tetapi
dalam dirinya terdapat jiwa keibuan, sehingga polisi wanita lebih layak menjadi
seorang penyidik anak. Contoh kasus yang sering terjadi yaitu Pencabulan, karena
tidaklah pantas jika seorang penyidik pria yang menangani kasus tersebut.114
Dilihat dari tugas dan wewenang penyidik berdasarkan ketentuan Pasal 7
KUHAP dapat berupa :
1. Penyidik pejabat polisi negara republik indonesia karena kewajibannya
mempunyai tugas dan wewenang :
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak
pidana
b. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian

113

Pasal 26 ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan
pidana anak
114
Hasil wawancara dengan penyidik anak Kapolres Tanjung Balai, bapak Ibda T.
Simanjuntak pada tanggal 22 juni 2016


Universitas Sumatera Utara

c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri
tersangka
d. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat
e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang
f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi
g. Mendatangkan orang ahli yang perlu diperlukan dalam hubungannya
dengan pemeriksaan perkara
h. Mengadakan penghentian penyidikan
i.

Mengadakan tindakan lain menurut hukum. 115
Polisi dalam melakukan penyelidikan terhadap anak pelaku tindak pidana

harus memperhatikan berbagai ketentuan mengenai upaya penanganan anak mulai
dari penangkapan sampai proses penempatan. Prosedur yang dilakukan untuk
anak pelaku tindak pidana yaitu penangkapan dan penahanan.


116

mengenai

tindakan penangkapan dan penahanan tidak diatur secara rinci dalam undangundang sistem peradilan pidana anak, sehingga berlaku ketentuan-ketentuan
KUHAP. Pasal 30 undang-undang sistem peradilan pidana anak menentukan
bahwa :
a. Penangkapan terhadap anak dilakukan guna kepentingan penyidikan paling
lama 24 jam
b.Anak yang ditangkap wajib ditempatkan dalam ruang pelayanan khusus anak

115
116

Lilik Mulyadi, Op.cit hal.58
Marlina, Op.cit hal 85

Universitas Sumatera Utara


c. Penangkapan terhadap anak wajib dilakukan secara manusiawi dengan
memerhatikan kebutuhan sesuai dengan umurnya
d.Biaya bagi setiap anak yang ditempatkan di LPKS dibebankan pada anggaran
kementrian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sosial.
Dalam melaksanakan tindakan penangkapan, asas praduga tak bersalah
harus dihormati dan dijunjung tinggi sesuai dengan harkat dan martabat anak.
Melakukan tindakan penangkapan terhadap anak yang diduga melakukan tindakan
penangkapan terhadap anak yang diduga melakukan tindak pidana, didasarkan
pada bukti yang cukup dan jangka waktunya terbatas dalam satu hari. 117
Pada dasarnya perihal alat bukti

diatur pasal 184 ayat (1) KUHAP,

dimana proses mendapatkan kebenaran material (materiel waarheid) dalam
perkara pidana alat-alat bukti memegang peranan sentral. Secara praktik dan dan
teoritik suatu alat bukti haruslah dipergunakan dan diberi penilaian secara cermat
untuk mencapai kebenaran sejati tanpa mengabaikan hak-hak terdakwa, maka
ketentuan pasal 184 ayat (1) KUHAP sebagai berikut :118
a. keterangan saksi
Untuk menjadi saksi haruslah sesuai dengan apa yang terkandung di dalam

Pasal 1 angka 26 bahwa saksi haruslah, yang melihat sendiri, mendengan sendiri,
alami sendiri, serta menyebutkan alasan dari pengetahuannya itu. Saksi yang tidak
memenuhi syarat diatas tidak dapat menjadi alat bukti saksi. Dan menurut Pasal 1
angka 27 Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang
berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar
117

Maidin Gultom, Op.cit hal. 85
Lilik Mulyadi, Hukum Acara Pidana
Permasalahannya,Alumni, Bandung, 2012, hal.169
118

Normatif,

Teoritis,Praktik

dan

Universitas Sumatera Utara


sendiri, Ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dan
pengetahuannya itu.
Jenis-jenis Saksi yang dimaksud dalam Undang-Undang, yaitu:
a. Saksi korban adalah Korban dari suatu tindak pidana berhak mengajukan
laporan kepada penyidik atau penyelidik. Korban dapat dijadikan sebagai
saksi yang umumnya disebut dengan saksi korban. Saksi korban ini dapat
memberikan keterangan

mengenai kejadian atau tindak pidana

yang

dialaminya sendiri.
b. Saksi pelapor adalah Saksi pelapor merupakan orang yang bukan sebagai
korban tindak pidana, tetapi ia adalah orang yang melihat sendiri, mendengar
sendiri sacara langsung kejadian itu dan bukan diketahui oleh orang
lain. Orang – orang yang menjadi saksi ini adalah seseorang yang memberikan
laporan kepada aparat kepolisian bahwa telah terjadi suatu tindak pidana di
suatu tempat atau dapat juga seseorang yang berada di tempat kejadian perkara
tersebut.

c. Saksi Testamonium de Audituadalah saksi yang menerangkan tentang
apa yang didengarnya mengenai suatu tindak pidana dari orang lain. Pada
dasarnya Saksi Testamonium De Auditu bukan merupakan alat bukti yang sah
dalam suatu proses perkara pidana di persidangan sebab saksi Testamonium de
Auditu ini tidak melihat atau mendengar sendiri suatu tindak pidana yang telah
terjadi saksi ini hanya mendengar keterangan dari orang lain walaupun saksi
ini tidak mendengar secara langsung mengenai telah terjadinya suatu tindak
pidana tetapi saksi Testamonium de Auditu ini perlu pula didengar oleh

Universitas Sumatera Utara

Hakim, walaupun tidak mempunyai nilai sebagai bukti kesaksian, tetapi dapat
memperkuat keyakinan Hakim yang bersumber kepada dua alat bukti yang
lain. Saksi Testamonium de Auditu ini dapat dijadikan alat bukti yang sah jika
tidak ada alat bukti lain.
d. Saksi a charge, adalah saksi yang dibawa oleh jaksa atau penuntut umum dan
keterangannya diharapkan dapat mendukung dakwaan jaksa atau penuntut
umum;
e. Saksi a decharge, adalah saksi yang dibawa oleh terdakwa atau penasehat
hukum terdakwa dan keterangannya diharapkan dapat meringankan dakwaan

yang didakwaankan kepada terdakwa; 119
f. Saksi mahkota, adalah salah seorang tersangka atau terdakwa yang
peranannya paling ringan dalam suatu tindak pidana dapat berdiri sebagai
saksi dalam perkara yang sama; 120
g. Saksi verbalisan (penyidik) adalah aksi penyidik yang berfungsi untuk
menguji bantahan terdakwa atas kebenaran BAP. Dan dasar dari adanya saksi
verbalisan ini belum diatur dalam peraturan perundang-undangan yang ada,
namun banyak ditemui dalam praktik. 121
h. Saksi berantai, adalah Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri-sendiri
tentang suatu kejadian atau keadaam dapat digunakan sebagai suatu alat bukti
yang sah apabila keterangan saksi itu ada hubungannya satu dengan yang lain
sedemikian rupa, sehingga dapat membenarkan adanya suatu kejadian atau
119

Darwan Prinst, Hukum Acara Pidana Dalam Praktik, Djambatan, Jakarta,1998, hal.

142
120

Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2001, hal 265

Diakses dari situs http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4f7260564b14d/fungsisaksi-verbalisan, pada tanggal 17 oktober 2016 pada pukul 16.41 wib
121

Universitas Sumatera Utara

keadaan tertentu. 122 Saksi berantai tersebut juga diungkapkan oleh S.M.
Amin,kesaksian berantai ini ada 2 (dua) macam, yaitu:
1. Beberapa kesaksian oleh beberapa saksi, dalam satu perbuatan.
2. Beberapa kesaksian oleh beberapa saksi, dalam beberapa perbuatan. 123
i.

Saksi anak, adalah orang yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang
melihat, mendengar dan mengalami sendiri atas suatu tindak pidana yang
terjadi dapat memberikan keterangan dihadapan sidang pengadilan.
Apabila jumlah saksi yang akan diajukan banyak maka dibutuhkan

pembatasan jumlah saksi karena apabila jumlah saksi tidak dibatasi akan menjadi
sumber pemborosan dan penyelesaian perkara menjadi tidak efisien. Asas
peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan tidak dapat terlaksana.Sehingga
saksi-saksi yang telah disetujui oleh Hakim Ketua Majelis, wajib untuk didengar

keterangannya di hadapan siding pengadilan. Untuk dapat menilai bagaimana
suatu keterangan saksi memiliki kekuatan hukum, maka hakim harus menilik
kepada:
a. Persesuaian keterangan antara saksi-saksi;
Keterangan saksi satu saja, sedang terdakwa memungkiri kejahatan yang
dituduhkan kepadanya dan keterangan saksi-saksi lainya tidak member petunjuk
terhadap kejahatan yang dituduhkan, belum dapat dianggap cukup membuktikan
kesalahan terdakwa
b. Persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti lain,

122

Hari Sasangka, Hukum Pembuktian dalam Perkara Pidana Untuk Mahasiswa Dan
Praktisi, Mandar MajuBandung, 2005, hal.87.
123
H.M.Kamaluddin Lubis., Hukum Pembuktian Pidana Dan Perdata Dalam Teori Dan
Praktek, Medan,1992, hal.29

Universitas Sumatera Utara

jika yang diajukan jaksa dalam persidangan terdiri dari saksi dan alat bukti
lain berupa ahli, surat atau petunjuk, hakim harus meneliti sungguh-sungguh
persesuaian alat bukti tersebut;
c. Alasan-alasan yang melatar-belakangi keterangan saksi;
d. Hakim harus mencar alasan mengapa saksi memberikan keterangannya
sebagaimana yang telah diuraikan olehnya;
e. Cara hidup dan kesusilaan saksi, dan;
f. Keterangan saksi sebelum dan pada waktu siding pengadilan.
Dalam undang-undang sistem peradilan anak, keabsahan saksi yang
diberikan oleh seorang anak dapat diterima karena keterangan diberikan adalah
hal yang sebenarnya karena anak tidak akan berbohong.
Syarat-syarat sahnya keterangan saksi menurut M. Yahya Harahap adalah: 124
1. Harus mengucapkan sumpah atau janji;
2. Keterangan saksi tersebut harus bernilai sebagai bukti;
3. Keterangan saksi harus diberikan di sidang pengadilan;
4. Keterangan saksi saja dianggap tidak cukup;
5. Keterangan saksi harus terdiri dari beberapa orang saksi dan apa yang
dipersaksikan itu harus saling berhubungan satu sama yang lainnya.
b. Surat
Surat merupakan alat bukti yang menduduki urutan ketiga dari alat-alat bukti
lain.14 Pasal 187 KUHAP, menyatakan bahwa surat dibuat atas sumpah jabatan
atau dikuatkan dengan sumpah, adalah:

124

M. Yahya Harahap, Op. cit, hal. 286.

Universitas Sumatera Utara

1. Berita Acara dan surat-surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh
pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat dihadapannya, yang
memuat tentang keterangan tentang kejadian atau keadaan yang
didengar, dilihat atau dialami sendiri, disertai dengan alasan yang jelas
dan tegas tentang keterangannya itu;
2. Surat yang dibuat berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan
atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam
tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan yang diperuntukan
bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan;
3. Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan
keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta
secara resmi kepadanya;
4. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi
dari alat pembuktian yang lain; 125
c. keterangan ahli
bahwa keterangan seorang ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di
sidang pengadilan. Tidak diberikan penjelasan yang khusus mengenai apa yang
dimaksud dengan keterangan ahli menurut KUHAP, dan menurut Andi Hamzah
dapat merupakan kesenjangan pula. Andi Hamzah mengemukakan, seseorang
dapat memberikan keterangan sebagai ahli jika ia mempunyai pengetahuan,
keahlian, pengalaman, latihan, atau pendidikan khusus yang memadai untuk

125

Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

Universitas Sumatera Utara

memenuhi syarat sebagai seorang ahli tentang hal yang berkaitan dengan
keterangannya. 126
Pada pemeriksaan penyidikan demi untuk kepentingan peradilan, peyidik
berwenang mengajukan permintaan keterangan dari seorang ahli. Apabila
keterangan ahli bersifat diminta, ahli tersebut membuat laporan sesuai dengan
yang dikehendaki penyidik. 127 laporan seperti itu bernilai sebagai alat bukti
keterangan ahli yang diberi nama alat bukti keterangan ahli berbentuk laporan.
Apabila hal itu tidak diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau
penuntut umum, maka pada pemeriksaan di sidang, seorang ahli diminta untuk
memberikan keterangan dan dicatat dalam berita acara pemeriksaan. Keterangan
tersebut diberikan setelah ia mengucapkan sumpah atau janji di hadapan hakim. 128
d. petunjuk
Syarat-syarat alat bukti petunjuk adalah:
1. Mempunyai persesuaian satu sama lain atas perbuatan yang terjadi
2. Keadaan-keadaan perbuatan itu berhubungan satu sama lain dengan
kejahatan yang terjadi
3. Berdasarkan pengamatan hakim baik dari keterangan terdakwa maupun
saksi dipersidangan

126

Andi Hamzah (II), Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika,Jakarta, 2005, hal.

268
127
128

M.Yahya Harahap, Op.cit, hal 296
Ibid, hal.304

Universitas Sumatera Utara

e. keterangan terdakwa
Keterangan terdakwa ada yang diberikan di dalam ataupun diluar
persidangan. Pengakuan yang diberikan terdakwa diluar persidangan dapat
dipergunakan sebagai alat bukti petujuk. Fungsi dari pengakuan yang diberikan
diluar persidangan tidak bisa berdiri sendiri. Fungsinya hanya dapat digunakan
sebagai alat bukti petunjuk untuk menyempurnakan alat bukti yang lainnya atau
dengan kata lain untuk mencukupi dan mengungkapkan keterbuktian kesalahan
terdakwa.
Menurut

teori

ekologis

menitik

beratkan

kejahatan

berdasarkan

karakteristik kelompok, lingkungan sosial dan fisik. 129 Menurut teori ini dapat
disimpulkan bahwa kejahatan merupakan hasil-hasil dari pewarisan nilai-nilai dan
pola budaya jahat yang hidup di masyarakat dari generasi ke generasi (Transmisi
Kebudayaan). 130Pada saat penyidikan ditemukan berbagai hambatan lain selama
proses penyidikan anak adalah minimnya saksi dan juga alat bukti dan hal yang
tersulit adalah saksi pada kasus pencabulan. Penyidik menyerahkan hal tersebut
kepada ahlinya untuk melakukan visum (pasal 187 KUHAP) yang menjadi suatu
keyakinan bagi hakim.
Ditinjau dari undang-undang secara positif, sistem pembuktian positif
bergantung kepada alat-alat bukti sebagaimana dimaksud secara limitatif dalam
undang-undang. Undang-undang telah menentukan tentang adanya alat-alat bukti
yang dapat dipakai Hakim, cara bagaimana hakim harus mempergunakan

129

Frank E. Hagan, Pengantar kriminologi, Fajar Interpratama Mandiri, Jakarta, 2013,

hal 156.
130

Diakses
dari
http://www.kompasiana.com/immanuelsnotes/teoriekologis_5500eef7813311e118fa7f35 pada tanggal 26 juni 2016 pada pukul 15:49 WIB

Universitas Sumatera Utara

kekuatan alat-alat bukti tersebut dan bagaimana caranya hakim harus memutus
terbukti atau tidaknya perkara sedang diadili.

131

Jika ditinjau dari sistem

pembuktian menurut keyakinan hakim dimana berdasarkan keyakinan, hakim
dapat menjatuhkan berdasarkan “keyakinan” belaka dengan tidak terikat oleh
suatu peraturan (bloot gemoedelijke overtuiging) 132
Dikaitkan dengan kekuatan visum et repertum yang menghubungkan
dokter dengan kalangan penyidik atau kalangan peradilan, maka pemahaman
mengenai masalah ini harus dikuasai dengan baik, tidak saja untuk kalangan
dokter tetapi juga untuk penyidik, penuntut umum, pembela, dan hakim
pengadilan, dimana ada satu ketentuan undang-undang hukum yang menuliskan
langsung tentang visum et repertum, yaitu pada Staatsblad ( Lembaran Negara )
tahun 1937 No. 350. Ketentuan pada staatsblad ini merupakan cara untuk
mengatasi masalah yang dihadapi dokter dalam membuat visum, yaitu mereka
tidak perlu disumpah tiap kali sebelum membuat visum. Setiap keterangan yang
disampaikan untuk pengadilan haruslah keterangan dibawah sumpah. Karena
sumpah yang telah diikrarkan dokter waktu menamatkan pendidikannya, dianggap
sebagai sumpah yang sah untuk kepentingan membuat visum et repertum.
Memperhatikan alat-alat bukti sebagaimana diatur dalam Pasal 184
KUHAP, maka visum et repertum digolongkan kedalam keterangan ahli (dokter
atau dokter ahli kedokteran kehakiman), walaupun secara khusus visum et
repertum tidak pernah dicantumkan dalam KUHAP sebagaimana salah satu alat
bukti yang syah, namun visum ini sudah menjadi bagian dari keterangan ahli dan
131
132

Lilik Mulyadi, Op.cit hal. 193
Ibid hal 195

Universitas Sumatera Utara

keterangan ahli itu sendiri harus memberikan pendapat atau konklusi yang
didasarkan atas keilmuan atau keahlian khusus mengenai suatu hal untuk
kepentingan pemeriksaan. Melalui visum et repertum maka penyidikan tindak
pidana yang menyangkut kesehatan dan nyawa manusia akan menjadi lancar dan
berfungsi guna menggantikan sepenuhnya corpus delicti. 133
Berlakunya Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, maka kedudukan
keterangan ahli yang dituangkan dalam bentuk visum et repertum telah diterima
dan diakui undang-undang sebagai alat bukti yang sah disamping visum
digunakan sebagai keterang ahli juga digolongkan sebagai alat bukti surat, sebab
merupakan keterangan ahli yang tertulis, diluar sidang pengadilan, sebagaimana
diatur dalam Pasal 187 KUHAP butir c yang berbunyi “surat keterangan dari
seorang ahli memuat pendapat berdasarkan keadilan mengenai hal atau suatu
keadaan yang diminta secara resmi dari padanya.
Proses penyidikan dalam perkara dimulai dari laporan yang diterima oleh
penyidik dari pihak pelapor. Pertama yang dilakukan adalah gelar awal atau bisa
disebut gelar perkara dimana dalam pengaduan harus menemukan 2 alat bukti
berdasarkan pasal 184 KUHAP. Para penyidik menganalisa bukti dan keterangan
yang berasal dari laporan merupakan 1 alat bukti, para penyidik pun masih
mencari alat bukti lain yaitu visum. Setelah alat bukti terpenuhi, apakah
ditemukan visum maka dapat dilanjutkan ke tahap kasus penyidikan, tetapi jika
belum maka dilakukan kembali penyelidikan. Tidak serta merta setiap perkara
tidak selamanya dapat dilanjutkan pada tahap penyidikan.
133

R. Atang Ranoemiharja, Ilmu Kedokteran Kehakiman, Bandung; Tarsito, 1980, Hal.

15.

Universitas Sumatera Utara

Dalam masa penyidikan juga ditemukan kendala dalam pencarian bukti,
seperti menentukan keabsahan alat bukti. Seperti kasus perdagangan anak, dimana
kasus yang dilakukan oleh orang kalangan bawah. Pada suatu tempat yang
dimaksud masih kumuh dan SDMnya masih lemah, dimana letak kualitas dari
segi pendidikannya masih rendah dimana mata pencaharian yang banyak digelut i
adalah nelayan dan buruh, bisa dilhat dari segi kejahatan yang mayoritas
dilakukan oleh anak adalah Pencabulan (Pasal 289 KUHP) dan beberapa
kenakalan ringan seperti pencurian (Pasal 362 KUHP).134
Penahanan terhadap Anak hanya dapat dilakukan dengan syarat sebagai
berikut:
1. Anak telah berumur 14 (empat belas) tahun atau lebih; dan
2. Diduga melakukan tindak pidana dengan ancaman pidana penjara 7 (tujuh)
tahun atau lebih.
Pada pasal 30 ayat 2 Undang-Undang nomor 11 tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak, dinyatakan “anak yang ditangkap wajib
ditempatkan dalam ruang pelayanan khusus anak”Penahanan didasarkan atas
Undang-undang sistem peradilan anak, yang berdasarkan 2 alat bukti dan
keyakinan penyidik untung menghindari adanya upaya melarikan diri sang anak
yang melakukan pidana.
Anak sebagai pelaku ditempatkan LPKS yang merupakan tempat
sementara bagi sang anak

pada saat ditahan selama proses persidangan

berlangsung. Selama anak ditahan, kebutuhan jasmani, rohani dan sosial anak
134

Hasil wawancara dengan penyidik anak Kapolres Tanjung Balai, bapak Ibda T.
Simanjuntak pada tanggal 22 juni 2016

Universitas Sumatera Utara

harus tetap dipenuhi. Pada saat anak ditahan, berhak memperoleh pelayanan,
perawatan, pendidikan dan pelatihan, pembinaan, pengawasan, pembimbingan
dan pendampingan, serta hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan 135
Dalam memberikan perintah penahanan bagi pelaku pidana yang masih
dibawah umur sangat diharapkan agar hati dan perasaan para penegak hukum
tergugah untuk lebih memperhatikan dan mempertimbangkan kepentingan serta
perlindungan bagi anak dan yang terpenting para penegak hukum tidak ringan
tangan dalam melakukan penahanan anak. 136
Pada daerah Tanjung Balai, penyidik melakukan pemeriksaan terhadap
anak dibawah umur berdasarkan Undang-Undang nomor 11 tahun 2012,
sebenarnya tujuan penyidikan anak adanya suatu efek jera. Dilihat dari segi
fasilitas, peyidikan anak di daerah tanjung balai tidaklah layak, karena
pemeriksaan anak tersebut tidaklah sama dengan pemeriksaan unit 1 (dewasa).
Yang berhak melakukan pemeriksaan anak haruslah memiliki sifat yang sabar dan
intergritas yang tinggi, karena faktor eksternal yang mereka hadapi dalam masa
penyidikan berasakan dari pihak keluarga baik pihak korban maupun pelaku.
Pada proses penyidikan anaklah tidak dilakukan penahanan tetapi
ditempatkan di save house pemerintah, dimana pemerintah tidak siap yang
mengakibatkan kendala. Pada kenyataannya di daerah tanjung balai tidak
memiliki save house, maka dilihat kembali bahwa anak tidak akan melakukan
perbuatan yang sama dan tidak menghilangkan barang bukti maka dikembalikan
135
136

Lilik Mulyadi, Op.cit, hal 196
Wagiati Soetedjo , melani, Op.cit hal.38

Universitas Sumatera Utara

orang tua. Tetapi jika anak tidak memiliki status (keluarga), maka anak dilakukan
penahanan dan disatukan dengan orang dewasa, oleh sebab itu dilakukan
mempercepat proses penyidikan menghindari trauma. 137
Dalam masa penyidikan, kembali pada undang-undang yang berdasarkan
pasal Pasal 29 Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak, dimana penyidik
wajib melakukan diversi dengan batas waktu paling lama 7 hari setelah
penyidikan dimulai.Secara normatif pelaksanaan Diversi akan menghasilkan 2
(dua) hal yakni berhasil mencapai kesepakatan dan tidak berhasil mencapai
kesepakatan. Syarat utama Diversi mencapai kesepakatan adalah pertama :
korban dan/atau keluarga Anak korban, menyetujuinya dan kedua : Anak (pelaku)
serta keluarganya bersedia melakukan Diversi. Kualifikasi “Anak bersedia
melakukan Diversi” diartikan Anak mengakui perbuatannya, karena salah satu
tujuan dari Diversi adalah menanamkan rasa tanggung jawab kepada Anak (Pasal
6 undang-undang SPPA) apalagi dikaitkan jika penyelesaian perkara melalui
Diversi dihitung sebagai terbukti melakukan satu bentuk tindak pidana dan
sebaliknya jika Anak tidak mengakui perbuatannya maka tidaklah mungkin
Diversi bisa berhasil mencapai kesepakatan.Bentuk kesepakatan Diversi dengan
persetujuan korban telah ditentukan dalam undang-undang SPPA yakni berupa :
1.

perdamaian dengan atau tanpa ganti kerugian;

2.

penyerahan kembali kepada orang tua/Wali;

3.

keikutsertaan dalam pendidikan atau pelatihan di lembaga pendidikan atau
LPKS paling lama 3 (tiga) bulan; atau
137

Hasil wawancara dengan penyidik anak Kapolres Tanjung Balai, bapak Ibda T.
Simanjuntak pada tanggal 22 juni 2016

Universitas Sumatera Utara

4.

pelayanan masyarakat (Pasal 11).
Proses Diversi mengutamakan kepentingan terbaik bagi anak, bukan

perdamaian antara korban dengan anak. Selain itu proses Diversi semestinya tidak
terkungkung dengan batasan ancaman penjara dibawah 7 tahun. Pada prinsipnya
sesuai dengan prinsip – prinsip hukum internasional, proses Diversi haruslah
mengutamakan kepentingan terbaik bagi anak. 138
Diversi wajib dilakukan pada kasus pidana dibawah 7 tahun ke bawah.
Pada daerah tanjung balai ditemukan kendala selama proses diversi, dimana
perkara dijadikan bisnis yang menguntungkan salah satu pihak dalam hal ini pihak
korbanlah. Pihak korban meminta ganti rugi diatas jangkauan pihak pelaku yang
tentu saja hal inilah yang menggagalkan diversi tersebut.139
B. Pada Tahap Penuntutan
Setelah penyidikan selesai mengadakan penyidikan, perkara yang telah
selesai disidik diserahkan kepada Penuntut Umum. Tidak setiap jaksa dapat
bertindak sebagai penuntut umum dalam perkara anak, akan tetapi harus ditunjuk
khusus oleh jaksa agung. Apabila disuatu daerah belum ditunjuk jaksa yang
khusus menangani perkara anak, maka barulah jaksa yang ada didaerah itu dapat
bertindak sebagai jaksa penuntut perkara anak. 140
Menurut KUHAP Bab I tentang ketentuan umum pasal 1 ayat (6)
membedakan pengertian jaksa dan penuntut umum

138

Diakses dari situs http://icjr.or.id/selamat-datang-tindak-pidana-diversi/, pada tanggal
17 oktober 2016, pukul 20.35
139
Hasil wawancara dengan penyidik anak Kapolres Tanjung Balai, bapak Ibda T.
Simanjuntak pada tanggal 22 juni 2016
140
Moch. Faisal Salam, Op.cit hal.114

Universitas Sumatera Utara

a. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk
bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
b. Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang undang-undang ini untuk
melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim. 141
Dari penjelasan tersebut bahwa pengertian jaksa dihubungkan dengan
aspek jabatan, sedangkan pengertian penuntut umum berkorelasi dengan aspek
fungsi melakukan penuntutan dalam persidangan. 142 Selaku lembaga menjalankan
fungsi penuntutan maka berdasarkan KUHAP pasal 14 adalah:
1. Melakukan penuntutan
2. Menutup perkara demi kepentingan hukum
3. Mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai
penuntut umum menurut ketentuan undang-undang
4. Melaksanakan penetapan hakim 143
Menurut Undang-Undang nomor 11 tahun 2012 tentang syarat untuk dapat
ditetapkan sebagai Penuntut Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. telah berpengalaman sebagai penuntut umum;
b. mempunyai minat, perhatian, dedikasi, dan memahami masalah Anak;
dan
c. telah mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan Anak. 144

141

Abinroto Prakoso, Pembaruan Sistem Peradilan Anak,Aswaja Pressindo, Surabaya,
2012, hal.120
142
Lilik Mulyadi,Op.cit hal. 33
143
Abinroto Prakoso,Op.cit hal. 120

Universitas Sumatera Utara

Pada daerah Tanjung Balai, menjadi seorang jaksa dalam peradilan anak
haruslah memenuhi syarat, yaitu :
b. jaksa tersebut sudah memegang acara yang sudah biasa disidangkan.
c. harus mempunyai empati dan lebih diarahkan ke perempuan karena lebih
bisa memahami kondisi anak
Untuk menjadi jaksa anak berdasarkan SK tetapi hal tersebut menjadi
terkendala, karena begitu banyak jaksa yang belum mendapat pelatihan, sehingga
mengacu ke ayat 2, paling tidak sudah menyidangkan 1-2 tahun perkara dewasa.
Jaksa memiliki wewenang selama proses persidangan yang ditinjau berdasarkan
undang-undang perlindungan untuk melindungi korban anak, sedangkan dalam
sistem peradilan anak dilihat dari fungsi diversi.

145

Pada saat diversi tahap penuntutan, dimana jaksa menjadi mediator dimana
penuntut melindungi yang terbaik untuk anak. Melihat mental, pendidikan, dan
yang menjadi kendala adalah status anak dan orang tua yang tidak peduli terhadap
anak, maka dapat dilakukan penahanan tetapi disamakan dengan orang dewasa.
Penahanan tidaklah dilakukan pada LPAS, tetapi anak tersebut ditempatkan
dilapas dewasa tetapi dilakukan pemisahan dengan dewasa. Yang menjadi kendala
adanya undang-undang tanpa didukung fasilitas.
Pada pasal 42 undang-undang SPPA menentukan bahwa penuntut umum
wajib mengupayakan diversi paling lama 7 (tujuh) hari setelah menerima berkas
perkara dari penyidik. Diversi dilaksanakan paling lama 30 hari. Dalamhal proses

144

Pasal 41 ayat (2) undang-undang nomor 11 tahun 2012 tentang undang-undang sistem
peradilan pidana anak
145
Hasil wawancara dengan Jaksa yang menangani kasus anak di Tanjung Balai, ibu Rita
pada tanggal 22 juni 2016

Universitas Sumatera Utara

diversi berhasil mencapai kesepakatan maka kasus tersebut tidak akan dilanjutkan
hanya sekedar laporan ke kejaksaan bahwa telah ada penyelesaian diluar
persidangan dan hanya register saja dituangkan pada laporan. Dalam hal diversi
gagal, Penuntut Umum wajib menyampaikan berita acara Diversi dan
melimpahkan laporan hasil penelitian kemasyarakat. 146 Kesepakatan diversi
antara kedua belah pihak (baik anak korban maupun anak pelaku) yang
didampingi oleh orang tua/wali anak, Pembimbing Kemasyarakatan, Pekerja
Sosial Profesional dan dapat pula didampingi oleh tokoh masyarakat, kesepakatan
tersebut dituangkan dalam bentuk kesepakatan Diversi dan ditandatangani oleh
para pihak yang bersangkutan. 147
Pada daerah Tanjung Balai, tahap awal SPDP masuk ke kejaksaan,
memeriksa berkas dari penyidik dan jaksa yang ditunjuk melihat apakah kasus
tersebut dapat dilakukan diversi. Jika dilakukan diversi maka diadakan petunjuk
atau P-19 untuk dilakukan diversi oleh penyidik, jika tidak berhasil maka
dilakukan diversi pada tahap penuntutan dilakukan diversi. Jaksa mempertemukan
kedua belah pihak, dinas sosial, KPAI, tokoh masyarakat agar ada titik pertemuan
untuk perdamaian. Diversi yang tidak berhasil maka dinaikkan pada tahap
pengadilan. Pada tahap pengadilan, hakim anak wajib melakukan kembali diversi.
Pada pengadilan jaksa tidak diizinkan menggunakan atribut untuk menghindari
trauma pada anak. Diversi yang berhasil pada daerah tanjung balai adalah pada
kasus pencurian dan perkelahian. Diversi pada tahap penuntutan hanya berlaku
pada kasus dibawah 7 tahun, sedangkan kasus diatas 7 tahun seperti narkotika
146

Maidin Gultom, Ibid Hal.140
Angger Sigit Prakmukti dan Fuad Primaharsya, Sistem peradilan pidana anak, Pustaka
Yutisia, Yogyakarta, 2015, hal. 72
147

Universitas Sumatera Utara

diversi ditiadakan. Pada peradilan anak dijadikan modus untuk kasus perdagangan
narkotika oleh orang dewasa sebagai perantara. Diversi hanya diberlakukan hanya
satu kali kepada anak yang baru pertama kali melakukan tindak pidana dan bukan
kejahatan berulang.
Saksi anakadalah orang yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang
melihat, mendengar dan mengalami sendiri atas suatu tindak pidana yang terjadi
dapat memberikan keterangan dihadapan sidang pengadilan.Menurut ketentuan
Pasal 171 KUHAP yang boleh memberikan keterangan tanpa sumpah ialah :
1.

Anak yang umurnya belum lima belas tahun dan belum pernah kawin.

2. Orang sakit ingatan atau sakit jiwa meskipun kadang-kadang ingatannya
baik kembali. Dari kedua orang saksi yang dimaksud dalam ketentuan
Pasal 171 KUHAP tersebut di atas, penulis hanya ingin menjelaskan butir
pertama (butir a) yaitu anak yang umurnya belum cukup lima belas tahun
dan belum pernah kawin sebagaimana dimaksudkan dalam penelitian ini
sebagai anak yang di bawah umur.
Pasal 161 ayat (2) KUHAP dijelaskan bahwa keterangan saksi atau ahli
yang tidak disumpah atau mengucapkan janji, tidak dapat dianggap sebagai alat
bukti yang sah, tetapi hanyalah merupakan keterangan yang dapat menguatkan
keyakinan hakim. Dari ketentuan-ketentan tersebut di atas jelas bahwa keterangan
dari saksi anak yang masih di bawah umur yang memang tidak dapat diberikan di
bawah sumpah bukanlah sebagai alat bukti yang sah, akan tetapi dapat dipakai :
1. Sebagai petunjuk.
2. Sebagai tambahan alat bukti sah.

Universitas Sumatera Utara

3. Sebagai keterangan yang dapat menguatkan keyakinan hakim.
Memperhatikan alat-alat bukti sebagaimana diatur dalam Pasal 184
KUHAP, maka visum et repertum digolongkan kedalam keterangan, walaupun
secara khusus visum tidak pernah dicantumkan dalam KUHAP sebagaimana salah
satu alat bukti yang sah, namun visum ini sudah menjadi bagian dari keterangan
ahli dan keterangan ahli itu sendiri harus memberikan pendapat atau konklusi
yang didasarkan atas keilmuan atau keahlian khusus mengenai suatu hal untuk
kepentingan pemeriksaan. 148
Anak yang dibawah umur dalam proses persidangan tidak dapat disumpah,
tetapi alat bukti lain yang mendukung seperti visum. Keterangan anak melalui
perantara orang tua atau dewasa yang disumpah juga dapat dipertimbangkan
menjadi alat bukti. Dalam persidangan orang tua wajib dihadirkan persidangan
agar orang tua bisa dikedepannya dapat mendidik anak ke arah yang lebih baik.
hasil putusan terdiri atas hukuman badan, dikembalikan negara dan diasuh oleh
negara. Keterangan tersebut dipersesuaikan dengan alat bukti surat yaitu
visum. 149.
Selama dalam proses penuntutan, anak sebagai pelaku memiliki hak
berdasarkan KUHAP salah satunya, sang anak dapat didampingi oleh kuasa
hukum atau orang tua. Anak yang menjadi korban juga dilindungi dimana sang
anak yang merupakan korban mengalami trauma sehingga takut mengeluarkan
kesaksian dalam proses persidangan, maka hakim dapat memerintahkan anak
sebagai pelaku keluar dari ruang persidangan, sehingga sang korban dapat
148

R. Atang Ranoemiharja, Loc.cit
Hasil wawancara dengan Jaksa yang menangani kasus anak di Tanjung Balai, ibu Rita
pada tanggal 22 juni 2016
149

Universitas Sumatera Utara

mengeluarkan kesaksian tanpa bertemu pandang dengan anak sebagai pelaku
sehingga memberikan rasa aman selama persidangan. Hak-hak anak pada saat
pemeriksaan di kejaksaan ,yaitu:
3. hak untuk mendapatkan keringanan masa/waktu penahanan
4. hak untuk mengganti status penahanan Rutan menjadi berada dalam
tahanan rumah atau tahanan kota
5. hak untuk mendapatkan perlindungan dari ancaman, penganiayaan,
pemerasan dari pihak yang beracara
6. hak untuk mendapatkan mendapatkan fasilitas dalam rangka pemeriksaan
dan penuntutan
7. hak untuk didampingi oleh penasihan hukum 150
Penuntut umum anak dalam melakukan tugasnya, meneliti berita acara
yang diajukan oleh penyidik, sehingga jika perlu dan dengan persetujuan Hakim
anak, tidak usah diajukan ke pengadilan anak cukup dikembalikan kepada orang
tuanya dengan teguran, nasihat. 151
Jadi anak yang terbukti melakukan tindak pidana dan pidana tambahan
atau subsider pelatihan kerja, tetapi tidak ada tersedia tempat latihan kerja yang
memenuhinya dimana anak untuk didik bagaimana nanti anak setelah keluar
mempunyai kemampuan atau keterampilan. Maka anak tersebut diserahkan ke
dinas sosial untuk memberdayakan anak sebagai pengganti pidana anak tersebut.
Tapi kembali melihat kasus yang dilakukan si anak, jika perbutan pidana
yang dilakukan masih katagori ringan seperti perkelahian karena masih dibawah
150
151

Op.cit, Maidin Gultom, hal.142
Ibid hal.140

Universitas Sumatera Utara

kendali emosi, maka dilakukan diversi. Tetapi dalam masa penahanan, jika si
anak masih sekolah menjadi pertimbangan untuk pengalihan penahanan atau tidak
dilakukan penahanan.

Posisi masih berada dikota tersebut, tidak dilakukan

penahanan.
Penjatuhan hukuman berdasarkan undang-undang. Penjatuhan hukuman
terhadap anak tidaklah sama dengan dewasa, hanya setengah dari hukuman
maksimal. Karena dilakukan untuk yang terbaik untuk anak, terkesan
perlindungan hanya diberlakukan terhadap pelaku dan mengesampingkan
kepentingan anak korban. Seorang jaksa di dalam proses ini mengupayakan
korban dan pelaku dapat memahami tujuan penuntutan tersebut. Dalam praktiknya
banyak penyimpangan karena pelakunya identik dengan anak sehingga pihak
korban terkadang keadilan merasa timpang. 152
Pembinaan keterampilan bertujuan untuk memupuk dan mengembangkan
bakat yang dimiliki anak, sehingga memperoleh keahlian dan keterampilan.
Aktivitas yang dilakukan adalah, menyelenggarakan kursus, pengetahuan
(pemberantasan buta huruf), kursus persamaan sekolah dasar, latihan kejuruan
seperti kerajinan tangan , latihan fisik untuk memelihara kesehatan jasmani dan
rohani. Hasil keterampilan seperti, ukiran, kursi, dan sapu, yang sebagian
dipergunakan di Lembaga Pemasyarakatan Anak, sebagian dijual dan hasil
penjualan dipergunakan untuk membeli peralatan yang lebih lengkap 153
Pada kenyataannya di daerah Tanjung Balai kekurangan fasilitas dalam
mencapai tujuan sistem peradilan anak merupakan kendala pada daerah tersebut,
152

Hasil wawancara dengan Jaksa yang menangani kasus anak di Tanjung Balai, ibu Rita
pada tanggal 22 juni 2016
153
Maidin Gultom, Loc.cit

Universitas Sumatera Utara

sehingga mencari alternatif lain untuk memenuhi putusan hakim tersebut terutama
pada hukuman tambahan
C. Pada Tahap Pengadilan
Hakim anak adalah hakim yang ditetapkan oleh Ketua Hakim yang ditetapkan
oleh ketua mahkamah agung RI sebagai hakim berwenang memeriksa, mengadili
dan memutus perkara anak nakal di pengadilan. 154Berdasarkan Pasal 43 ayat (2)
Undang-Undang nomor 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan anak, hakim anak
harus mempunyai kualifikasi:
d. telah berpengalaman sebagai hakim dalam lingkungan peradilan umum;
e. mempunyai minat, perhatian, dedikasi, dan memahami masalah Anak; dan
f. telah mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan Anak 155
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 tahun 1974 diangkatlah hakim
anak oleh ketua mahmah agung tanpa pelatihan khusus. Setelah lahirnya undangundang yang baru, undang-undang nomor 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan
anak. Maka pada kata sistem tersebut timbulnya kekhususan tentang anak
berdasarkan sertifikasi anak. Pada peradilan negeri tanjung balai hanya ada 2
orang hakim yang yang sudah bersertifikasi. Sertifikasi tersebut mungkin
diklatnya melihat dia harus memiliki dedikasi, harus mempunyai perhatian atas
anak. Seorang hakim anak bukan masalah sertifikatnya tetapi harus menjiwai

154

Sri Sutatlek, Mencari Hakim Anak yang Ideal, Aswaja Pressindo, Yogyakarta, 2015,

155

Pasal 43 ayat (2) undang-undang nomor 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan

hal.15
pidana anak

Universitas Sumatera Utara

anak secara psikologis tersebut karena sudah mendapatkan pelatihan langsung
mengenai anak. 156
Peranan Hakim Anak tidak berbeda dengan peranan hakim pada umumnya
dan peranan hakim sendiri tidak dapat dipisahkan dari peranan pengadilan yaitu
wajib memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara dimana pengadilan tidak
boleh menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang
diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas (Pasal 16
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman). 157akan
tetapi dalam perkara anak dikenal dengan nama diversi, dimana diversi bertujuan
memulihkan kembali hubungan antara pihak pelaku dan korban dengan tujuan
berdamai tetapi diadili lagi secara litigasi. Persidangan perkara anak berbeda
dengan orang dewasa dimana pemeriksaannya bersifat tertutup untuk umum, tidak
menggunakan atribut, harus didampingi orang tua atau pengacara dan juga
lembaga bimbingan anak. 158 Pada ruang khusus anak, diharapkan adanya suasana
kekeluargaan sehingga anak merasa tenang, nyaman, tidak merasa tertekan, dana
pemeriksaan dilakukan secara tertutup. Ketentuan undang-undang sistem
peradilan pidana anak dikorelasi dengan dimensi anak disidangkan dalam khusus
anak. 159
Pada persidangan adanya juga keharusan pemisahan persidangan dengan
orang dewasa baik berstatus sipil maupun militer, Bapas pun turut serta membuat

156

Hasil wawancara dengan Hakim Ketua yang menangani kasus anak di Tanjung Balai,
ibu Ulina Marbun pada tanggal 22 juni 2016
157
Sudikno Mertokusumo dan Mr. A. Pitlo, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, Citra
Aditya Bakti, Bandung, 1993, hlm.8.
158
Op.cit,Maidin Gultom, hal.145
159
Op.cit,M.Hatta Ali, hal.203

Universitas Sumatera Utara

Laporan Penelitian Kemasyarakatan terhadap anak dan juga hukuman yang
dijatuhkan harus lebih ringan. 160 Pada tahap diversi yang sering berhasil pada
tahap penyidikan atau kepolisian, lalu melaporkan kepada pengadilan dan
pengadilan mengeluarkan penetapan atas keberhasilan diversi.
Menurut ketentuan Pasal 7 Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana
Anak, Diversi hanya dapat dilaksanakan kepada anak yang diancam dengan
pidana penjara di bawah 7 (tujuh) tahun, dan bukan merupakan pengulangan
tindak pidana (residive). Hal ini sangat perlu diperhatikan untuk memperkecil
potensi pemaksaan dan intimidasi pada semua tahap proses diversi. Seorang anak
tidak boleh merasa tertekan atau ditekan agar menyetujui program-program
diversi. Kesepakatan Diversi harus mendapatkan persetujuan korban dan/atau
keluarga Anak Korban serta kesediaan Anak dan keluarganya, kecuali untuk
tindak pidana yang berupa pelanggaran, tindak pidana ringan, tindak pidana tanpa
korban, atau nilai kerugian korban tidak lebih dari nilai upah minimum provinsi
setempat. Terkait penerapannya dalam pemeriksaan dipersidangan diatur dalam
pasal 52 Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak yang menyebutkan :
1. Ketua pengadilan wajib menetapkan Hakim atau majelis hakim untuk
menangani perkara Anak paling lama 3 (tiga) hari setelah menerima
berkas perkara dari Penuntut Umum.
2. Hakim wajib mengupayakan Diversi paling lama 7 (tujuh) hari setelah
ditetapkan oleh ketua pengadilan negeri sebagai Hakim.

160

ibid

Universitas Sumatera Utara

3. Diversi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan paling lama 30
(tiga puluh) hari.
4. Proses Diversi dapat dilaksanakan di ruang mediasi pengadilan negeri.
5. Dalam hal proses Diversi berhasil mencapai kesepakatan, Hakim
menyampaikan berita acara Diversi beserta kesepakatan Diversi kepada
ketua pengadilan negeri untuk dibuat penetapan.
6. Dalam hal Diversi tidak berhasil dilaksanakan, perkara dilanjutkan ke
tahap persidangan.
Sistem Diversi yang merupakan salah satu pendekatan dari restorative
justice ditegaskan mengenai pelaksanaannya di dalam peraturan perundanundangan di Indonesia, yaitu pada Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak, yaitu pada Pasal 5, dimana menurut Marlina
Konsep Restorative Justicemerupakan proses penyelesaian tindakan pelanggaran
hukum yang terjadi dilakukan dengan membawa Korban dan Pelaku (tersangka)
bersama-sama duduk dalam satu pertemuan untuk bersama-sama berbicara. 161
Konsep restorative justice bisa dijadikan masukan dalam rangka
memberikan perlindungan kepada anak yang berkonflik dengan hukum. Tujuan
utama dari restorative justice adalah perbaikan atau pergantian kerugian yang
diderita oleh korban, pengakuan pelaku terhadap luka yang diderita oleh korban
atau masyarakat akibat tindakannya, konsiliasi dan rekonsiliasi pelaku, Korban
dan masyarakat. 162 Restorative justice juga bertujuan merestorasi kesejahteraan

161

Marlina, Op.cit hal. 180
Marlina dalam Reyner Timothy Danielt, Penerapan Restorative Justice Terhadap
Tindak Pidana Anak Pencurian Oleh Anak DI Bawah Umur, Artikel Skripsi Lex
etSocietas,Vol.II/No.6/Juli/2014,Manado,Universitas Sam Ratulangi,2014.,hlm.18
162

Universitas Sumatera Utara

masyarakat, memperbaiki diri dengan cara menghadapkan anak sebagai pelaku
berupa pertanggungjawaban kepada korban atas tindakannya. 163
Proses persidangan anak di daerah tanjung balai dilakukan secara singkat
dimulai pada tahap kepolisan, kejaksaan hingga kepengadilan. Ruang persidangan
tersendiri, hakim yang digunakan hakim tunggal tetapi pada saat ini pengadilan
tanjung balai tidak memiliki telekomfrence, dimana korbannya bertempat tinggal
yang jauh atau sang korban memiliki rasa takut. Selama persidangan diterima hakhak yang diterima anak baik pelaku maupun korban yang dilihat berdasarkan
KUHAP, salah satu hak yang diterima oleh anak adalah orang tua wajib
mendampingi sang anak, penasihat hukum. Pada proses pembuktian di daerah
tanjung balai paling lama menangani kasus selama 25 hari termasuk diversi sudah
harusPutus.
Pada tahap pembuktian dipengadilan keabsahan keterangan pelaku anak
dan saksi korban anak. Anak yang menjadi pelaku dipersidangan tidak disumpah
karena dalam persidangan dia hanya memberi keterangan, tetapi sang anak dapat
disumpah dan tidak disumpah. Terdapat pembagian dimana usia korban dibawah
15 tahun tidak dapat disumpah, tetapi jika sudah diatas 15 tahun saksi korban anak
wajib disumpah. Karena sudah disumpah maka keterangannya mengikat. Maka
dari keterangan tersebutlah menjadi pertimbangan hakim sehingga dengan ada
sumpah tersebut maka dia terikat dengan sumpahnya. Jika saksi yang telah
bersumpah berkata hal yang tidak sebenarnya maka dapat dijatuhkan hukuman
pidana. seorang hakim dalam menjatuhkan sanksi terhadap terdakwa berdasarkan

163

Ibid hal.18

Universitas Sumatera Utara

alat bukti, keterengan saksi dan terdakwa ditambah keyakinan hakim. Pada
keyakinan hakim ada 2 pandangan mengenai anak dibawah 15 tahun yaitu
1. anak tersebut masih polos
2. anak diperdaya orang lain. 164
Anak yang belum berusia 12 tahun, walaupun melakukan tindak pidana
yang belum dapat diajukan ke sidang pengadilan anak. Hal tersebut didasarkan
pertimbangan sosiologis, psikologis, dan paedagogis, bahwa anak yang belum
berumur 12 tahun itu belum dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya. 165
Menurut undang-undang nomor 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana
anak, pasal 69 ayat (2), anak yang belum berusia 14 tahun hanya dapat dikenai
tindakan, sedangkan Pasal 70 menyatakan bahwa ringannya perbuatan, keadaan
pribadi anak, atau keadaan pada waktu dilakukan perbuatan atau yang terjadi
kemudian dapat dijadikan dasar pertimbangan hakim untuk tidak menjatuhkan
pidana atau mengenakan tindakan dengan mempertimbangkan segi keadilan dan
kemanusiaan. 166
Menurut ketentuan pasal 10 KUHP, hukuman itu terdiri dari hukuman
pokok dan hukuman tambahan. Hukuman pokok terdiri hukuman mati, hukuman
penjara yang dapat berupa hukuman seumur hidup dan hukuman sementara
waktu, hukuman kurungan dan hukuman denda. Sementara hukuman tambahan
dapat berupa pencabutan beberapa hak tertentu, perampasan barang tertentu dan
pengumuman keputusan hakim.

164

Hasil wawancara dengan Hakim Ketua yang menangani kasus anak di Tanjung Balai,
ibu Ulina Marbun pada tanggal 22 juni 2016
165
Darwin Prinst, Opcit hal.27
166
Abintoro Prakasa, Opcit hal. 89

Universitas Sumatera Utara

Undang-undang nomor 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana
anak tidak mengikuti ketentuan sanksi pidana yang tertuang dalam pasal 10
KUHP itu namun membuat sanksi secara tersendiri. Pidana anak dimuat pada
pasal 71 ayat (1) dan (2) yang berisikan
(1) Pidana Pokok bagi anak terdiri atas :
b. Pidana Peringatan
c. Pidana dengan syarat:

1. Pembinaan di luar lembaga
2. Pelayanan masyarakat
3. Pengawasan
d. Pelatihan kerja
e. Pembinaan dalam lembaga
f. Penjara

(2) Pidana tambahan terdiri atas :
a. Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana
b. Pemenuhan kewajiban adat 167
Perlindungan anak dimaksud untuk melindungi dan mengayomi anak yang
berhadapan dengan hukum agar anak dapat menyongsong masa depannya yang
masih panjang serta memberi kesepakatan kepada anak agar melalui pembinaan
akan diperoleh jati dirinya untuk menjadi manusia yang mandiri bertanggung
jawab, dan berguna bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Perampasan kemerdekaan merupakan upaya terakhir merupakan pada dasarnya

167

ibid

Universitas Sumatera Utara

anak tidak dapat dirampas kemerdekaan, kecuali terpaksa guna kepentingan
penyelesaian perkara. Dalam proses peradilan pidana anak sebagai pelaku maka
dikembangkan hak-hak demi mewujudkan perlindungan hukum bagi anak.

168

Pada pengadilan Negeri tanjung balai, Pertimbangan seorang hakim dalam
menjatuh vonis dilihat dari maximum hukuman untuk anak walau tidak sama
dengan hukuman orang dewasa meskipun perbuatannya dikatagorikan sadis, anak
dapat dikembalikan kepada orang tuanya. Di dalam sistem peradilan anak tidak
ditemukan hukuman minimum, jadi jika anak melakukan tindak pidana maka
tidak ada dikenakan hukuman minimum.

Pada praktiknya, putusan hakim di

tanjung balai tidak pernah terjadi pernyimpangan dengan undang-undang
perlindungan anak, karena di dalam sistem perlindungan bersifat melindungi.
Penjara merupakan ultimatum rimedium, dimana penjara merupakan terapi
terakhir buat anak.
Pada Undang-Undang Perlindungan Anak, kenakalan ringan anak dapat
jatuhkan pidana denda. Tidak selamanya pihak pelaku dapat membayar denda,
maka hukuman tersebut dialihkan ke latihan kerja. Pidana denda yang dibayar
akan diserahkan ke negara dan dari negara akan diserahkan ke dinas sosial
mengarahkan kepada yang memerlukan biaya. Kepada pihak korban yang
memerlukan penanganan khusus disediakan lembaga khusus seperti KPAI, tetapi
di tanjung balai belum ada meminta penanganan khusus mengenai perkara
tersebut.169

168

Abintoro Prakasa, Opcit hal. 103
Hasil wawancara dengan Hakim Ketua yang menangani kasus anak di Tanjung Balai,
ibu Ulina Marbun pada tanggal 22 juni 2016
169

Universitas Sumatera Utara

Tabel dibawah merupaka beberapa contoh kasus kenakalan remaja yang

No
1.

Nomor register

Nama anak

Usia

klasifikasi

Tuntutan PU

Putusan

7/Pid.sus.anak/2015/Pn.Tjb

Aldi setiawan

17 tahun

Perlindungan

6 tahun denda 300

1 tahun denda 100

anak

juta rupiah subs 6