PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR | Riswo | DIKSATRASIA 596 2314 1 PB

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA
DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI
DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR
Oleh

RISWO
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FKIP Universitas Galuh
riswo.diksastra2017@gmail.com
ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini adalah adanya masalah, yaitu masih rendahnya kemampuan siswa
dalam menulis puisi tentang keindahan alam. Faktor penyebab adalah kurang tepatnya metode yang
digunakan dalam pembelajaran. Solusi yang diambil adalah dengan menggunakan media gambar.
Metode peneliti yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan metode
penelitian tindakan kelas. Tekhnik dan instrumen penelitian berupa lembar observasi, wawancara,
teknik tes, telaah pustaka dan teknik analisis. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas
VII-A SMP Negeri 3 Banjarharjo Kabupaten Brebes. Adapun hasil dari penelitian ini adalah
Penggunaan media gambar mampu meningkatkan kemampuan siswa kelas VII-A SMP Negeri 3
Banjarharjo Kabupaten Brebes dalam menulis puisi. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai siswa
yang meningkat pada setiap siklus. Kemampuan menulis puisi dengan menggunakan media gambar
pada siklus I dari 20 siswa 11 siswa belum mencapai KKM 75 jika dirata-ratakan memperoleh nilai

72.00 sementara pada siklus II dari 20 siswa semuanya dapat mencapai KKM 75 dengan rata-rata
nilai 87.50 dan seluruh siswa dinyatakan tuntas.
.
Kata kunci: menulis puisi, media gambar
PENDAHULUAN
Keterampilan menulis puisi menurut
Kurniawan
(2007,
hlm.
55)
adalah
“kemampuan
mengungkapkan
gagasan,
pendapat, dan perasaan kepada pihak lain
melaui bahasa tulis”. Pengukuran keterampilan
menulis dilaksanakan pada saat proses
berlangsungnya pembelajaran. Salah satu
pengukuran
keberhasilan

keterampilan
menulis dapat diukur melalui menulis puisi.
Menulis puisi adalah mencurahkan perasaan
atau isi hati melalui bahasa tulis sehingga
menjadi kata-kata yang indah misalnya, pada
saat kesal, marah, bergembira, dan sedih.
Penulisan puisi juga dapat memberikan nilai
positif bagi masyarakat umum yaitu
menghindarkan diri dari hal yang merugikan,
dengan marah, kesal, sedih, dan gembira tanpa
sadar bisa menciptakan sebuah karya sastra
yang indah dan bermanfaat.
Pembelajaran sastra khususnya puisi
akan dapat merangsang kreatifitas dan
imajinasi anak dalam menghasilkan karya
sastra dan menunjang proses belajar mengajar

di sekolah. Pembelajaran karya sastra puisi
dapat menjadi salah satu acuan bagi guru
untuk menemukan bakat dan minat peserta

didik pada karya sastra sehingga peserta didik
dapat terbimbing atau diarahkan dengan baik
serta diberikan motivasi baik dari dalam
ataupun luar.
Berdasarkan
hasil
pengamatan
pembelajaran menulis puisi di SMP Negeri 3
Banjarharjo, pembelajaran banyak didominasi
oleh guru pembelajaran bersifat, satu arah, dan
berpusat pada guru serta metode yang
digunakan dalam mengajar hanya berpaku
pada metode ceramah dan penugasan.
Sehingga hasil pembelajaran peserta didik
dalam menulis puisi sangat rendah dengan
70% peserta didik memperoleh nilai di bawah
KKM dan sisanya 30% memperoleh sama
dengan KKM yaitu 75. (Sumber: Hasil
pengamatan dan wawancara dengan guru
Bahasa Indonesia di Kelas VIII VII-A SMP

Negeri 3 Banjarharjo pada tanggal 18
Nopember 2015)

173 | J u r n a l D i k s a t r a s i a
Volume 1 | Nomor 2 | Agustus 2017

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA
DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI
DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR
RISWO

Keadaan seperti di atas jika dibiarkan
akan menyebabkan peserta didik semakin
mengalami kesulitan dalam mempelajari dan
memahami materi yang dipelajarinya. Untuk
dapat menulis puisi tidak bisa dilakukan hanya
dengan pemahaman materi saja, tetapi
dibutuhkan latihan dan konsentrasi dalam
mencari inspirasi untuk melancarkan proses
penulisan puisi, maka ada beberapa metode

yang dapat digunakan oleh guru.
Salah satu media pembelajaran yang
mengacu pada pembelajaran menulis puisi
adalah dengan menggunakan media gambar.
Peneliti menggunakan media gambar sesuai
pendapat Sadiman (2010: 29) yang
mengungkapkan bahwa “media pendidikan
gambar merupakan media yang paling umum
dipakai, gambar merupakan bahasa yang
umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati di
mana-mana”. Oleh karena itu, pembelajaran
dilaksanakan sedemikian rupa sehingga
terdapat unsur permainan didalamnya, antara
lain dalam bentuk kerjasama atau diskusi.
Siswa berdiskusi dalam mencermati gambar
untuk menemukan ide atau gagasan dalam
bentuk kata kunci, kemudian dikembangkan
menjadi sebuah puisi.
Berdasarkan pendapat di atas media
gambar memberikan kesempatan pada peserta

didik untuk merenung tentang apa yang baru
dipelajari dan mengutamakan respon peserta
didik terhadap kejadian, aktivitas dan
pengetahuan yang baru diterima. Kegiatan
pembelajaran menghadapkan peserta didik
untuk dapat meningkatkan kosentrasi dan
berifikir secara aktif dalam menerima
pelajaran yang disampaikan. Peserta didik
harus lebih kritis di dalam proses belajar
mengajar sehingga dapat mencapai hasil
belajar yang baik.
Dengan menerapkan media gambar, maka
diusahakan dapat menciptakan pembelajaran
yang menyenangkan bagi peserta didik dan
meningkatkan kemampuan menulis puisi dapat
tercapai dengan baik. Selain itu juga dapat
memperbaiki penerapan kurikulum saat ini dan
meningkatkan pemahaman serta menciptakan
suasana belajar yang kodusif atau nyaman.
174 | J u r n a l D i k s a t r a s i a

Volume 1 | Nomor 2 | Agustus

Hakikat Puisi
Puisi berasal dari bahasa Yunani kuno
yaitu poiéo/poió yang artinya seni tertulis, di
mana bahasa digunakan untuk kualitas
estetiknya untuk tambahan, atau selain arti
semantiknya. Istilah ini menurut Tarigan
dalam Restianti (2010, hlm. 26) “semakin
sempit ruang lingkupnya menjadi hasil seni
sastra yang kata-katanya disusun menurut
syarat-syarat tertentu dengan menggunakan
irama, sajak, dan kadang-kadang kata kiasan”.
Adapun dalam pandangan Blair dan
Chandler dalam Restianti (2010, hlm. 27)
“puisi diartikan sebagai ekspresi dari
pengalaman yang bersifat imajinatif yang
hanya bernilai dan bernilai dan berlaku dalam
ucapan atau pernyataan yang bersifat
kemasyarakatan yang diutarakan dengan

bahasa yang memanfaatkan setiap rencana
dengan matang dan tepat guna”
Penafsiran
kata-kata
dalam
puisi
memerlukan pemahaman yang mendalam
karena di dalam puisi banyak terdapat makna
kata yang bersifat kiasan untuk memperindah
puisi tersebut. Kata-kata ini dipilih sedemikian
rupa sebagai ekspresi pengungkapan isi
pengarang. Dalam menulis puisi ini seseorang
harus bisa mencari inspirasi atau berimajinasi
untuk menulis puisi yang baik. Hasil karya
seseorang akan terlihat indah apabila puisi
yang dihasilkan mengandung makna yang
mendalam dan bentuknya menarik.
Hakikat Menulis
Kemampuan menulis hanya perlu diasah
dan dikembangkan kembali sehingga dapat

melahirkan sebuah karya sastra dalam bentuk
tulisan. Hal ini sependapat dengan Tarigan
(2008, hlm. 22) yang mengemukakan bahwa,
“Menulis ialah menurunkan atau melukiskan
lambang-lambang
grafik
yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami
oleh seseorang, sehingga orang lain dapat
membaca lambang-lambang grafik tersebut
kalau mereka memahami bahasa dan
gambaran grafik itu”. Kegiatan menulis juga
bukan merupakan aktifitas yang sembarangan
2017

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA
DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI
DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR
RISWO


dilakukan.
Seseorang
harus
mampu
menyampaikan isi dari pikiranya melalui
tulisan kepada para pembaca.
Gumiati dan Mariah (2010, hlm. 58)
mengemukakan bahwa, “…ada lima langkah
mudah menulis kreatif sebagai berikut: (1)
Tahapan persiapan, (2) tahapan inkubasi, (3)
tahapan inspirasi, (4) tahapan penulisan , (5)
tahapan revisi”.
Uraian singkat sehubungan dengan
pendapat di atas lima langkah mudah menulis
kreatif itu dapat diikuti dalam paparan di
bawah ini.
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan adalah langkah awal
yang perlu dilakukan oleh setiap penulis untuk
menemukan gagasan, ide dan topik lain yang

muncul karena adanya keterkaitan penulis
terhadap masalah yang akan ditulisnya. Pada
tahap ini penulis telah mengetahui objek apa
yang akan dituliskannya.
2. Tahap Inkubasi
Tahap inkubasi adalah tahap yang
berhubungan dengan suatu proses pemikiran
penulis tentang gagasan yang telah
diperolehnya. Pada tahap ini gagasan yang
telah diperolehnya itu disampingnya, dan
dimatangkan dalam pemikirannya. Jika
beranalogi pada istilah biologi, inkubasi dapat
berarti “proses penetesan telur”, inkubasi
dapat diinterprestasikan sebagi masa tunas
yang memerlukan pematangan agar mampu
melahirkan hasil yang sesuai harapan.
3. Tahap Inspirasi
Langkah ketiga adalah tahap inspirasi.
Inspirasi itu sesuatu yang menggerakan hati
untuk melahirkan sebuah karya. Inspirasi ini
dapat menjadi langkah awal dari proses kreatif
penulis dalam melahirkan sebuah karya. Tahap
ini berhubungan dengan pikiran (angan-angan)
yang timbul dari hati dan mampu
menggerakan sensor pikiran kita untuk segera
menuliskan bisikan hati (gagagsan) tersebut.
Ya, pada moment ini muncul desakan kuat
untuk segera menulis yang tidak bisa ditunda
lagi.
4. Tahap Persiapan

Tahapan ini adalah tahap melahirkan dan
mengekspresikan semua gagasan yang sudah
terkumpul dalam tahap-tahap sebelumnya.
Secara eksplisit Jakob Sumardjo menegaskan
bahwa jika saat ini inspirasi muncul akan
segeralah lari ke meja tulis atau komputer atau
segeralah ambil ballpoin dan segeralah
menulis! Tuangkan gagasan yang telah ada,
biarkan semua gagasan tersebut mengalir
sederas mungkin dan termuntahkan dalam
tulisan secara tuntas.
Tahap ini kita tidak perlu mengontrol
tulisan. Jangan menilai tulisan pada tahap ini.
Biarkan tulisan itu mengalir secara spontanitas
menuruti gelora gairah yang muncul dan
biarkan pula struktur tulisan itu berbentuk apa
adanya dalam bentuk draft kasar.
5. Tahapan Revisi
Tahap ini merupakan kegiatan editing
(mengedit, menyunting). Editing adalah proses
yang dilakukan oleh penulis untuk melakukan
seleksi dan perbbaikan atau koreksi terhadap
apa yang telah diekspresikan dalam tahap
penulisan. Penulis membaca kembali tuisan
yang beberapa hari telah disampaikannya.
Dalam tahap revisi ini diperlukan kecermatan
penulis dalam menyempurnakan karyaa yang
ditulisnya (puisi). Di sinilah kita melakukan
evalusai atau kontrol terhadap tulisan.
Media gambar
Media gambar merupakan sebuah media
pendidikan berupa gambar sebuah peristiwa
atau kejadian yang pernah terjadi didalam
kehidupan manusia. Hal ini sesuai pendapat
Sadiman (2010: 29) yang mengungkapkan
bahwa “media pendidikan gambar merupakan
media yang paling umum dipakai, gambar
merupakan bahasa yang umum, yang dapat
dimengerti dan dinikmati di mana-mana”.
Oleh karena itu, pepatah Cina yang
mengatakan bahwa sebuah gambar berbicara
lebih banyak daripada seribu kata.
Langkah-langkah penggunaan media
gambar menurut Putranto (2012) adalah
sebagai berikut:
a. Membuat rencana pembelajaran dan
penentuan media (media gambar diam)

175 | J u r n a l D i k s a t r a s i a
Volume 1 | Nomor 2 | Agustus 2017

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA
DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI
DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR
RISWO

b.

Mempelajari bahan/materi yang akan
disampaikan. Contoh: grafik, karikatur,
peta, dll.
c. Menyiapkan segala peralatan atau media
yang akan digunakan, sehingga pada
saatnya tidak terburu-buru sehingga
penyampaian dapat dilakukan dengan
baik.
Sebaiknya
media
gambar
ditempatkan dibagian depan dan dapat
dilihat dengan jelas oleh siswa yang
duduk dibaris paling belakang. Selain itu
juga dengan variasi yang menarik minat
siswa.
d. Menjelaskan kepada siswa tujuan yang
akan dicapai
e. Menyiapkan siswa kemudian menjelaskan
kepada siswa apa yang harus mereka
lakukan pada saat pembelajaran
f. Setelah persiapan selesai, baru memulai
pembelajaran
g. Menjelasakan setiap bagian-bagian dari
media, sebagai contoh peta, dalam
penggunaan media peta guru hendaknya
menjelasakan setiap bagian-bagian peta
seperti symbol, legenda, dll.
h. Setelah penyampaian materi selesai, guru
bersama siswa secara bersama mengulas
kembali materi yang telah dipelajari
bersama kemudian menyimpulkan.
Dengan media gambar siswa mampu
menyampaikan pesan atau informasi secara
visual sehingga merangsang kreativitas siswa
dalam menafsirkan dan mengemukakan sendiri
hal-hal yang terkandung di dalamnya.
METODE
Metode penelitian yang digunakan pada
penelitian ini adalah dengan desain penelitian
yang dikemukakan oleh Stephen Kemmis dan
Mc Taggart. Kemmis dan Taggart dalam
Hermawan et al., (2007, hlm. 128),
mengatakan bahwa
Setting
penelitian
model
ini
mengembangkan desain Penelitian Tindakan
Kelas
(PTK)
yang
diadopsi
dan
diimplementasikan di dunia pendidikan yang
dikenal dengan istilah spiral refleksi yang
terdiri dari 4 (empat) tahapan dasar yang
176 | J u r n a l D i k s a t r a s i a
Volume 1 | Nomor 2 | Agustus

saling
terkait
anatar
tahapan
dan
berkesinambungan yaitu:
a. Perencanaan (planing),
b. Tindakan (acting),
c. Pengamatan (observing),
d. Refleksi (reflecting) yang dilakukan
secara berulang-ulang.
Untuk lebih jelasnya berikut ini skema
setting penelitian Kemmis dan Mc. Taggart
dalam Hermawan et al., (2007, hlm 128)
adalah sebagai berikut:
Bagan Desain Penelitian Tindakan Kelas

Apabila dicermati setting penelitian
model Kemmis dan Mc. Taggart terdiri atas
untaian-untaian dengan perangkat yang terdiri
dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan
refleksi dipandang sebagai satu siklus yang
dapat dilakukan ke siklus berikutnya dengan
rencana, tindakan, pengamatan dan refleksi
yang baru sampai tujuan yang diinginkan
tercapai.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Penulis akan mendeskripsikan temuantemuan dari hasil penelitian tentang
“peningkatan kemampuan menulis puisi
dengan menggunakan media gambar” yang
meliputi: orientasi dan identifikasi masalah,
pelaksanaan tindakan, dan pembahasan hasil
penelitian. Pemaparan berdasarkan dua siklus
tindakan perbaikan pembelajaran. Masingmasing siklus terdiri dari perencanaan,

2017

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA
DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI
DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR
RISWO

pelaksanaan, observasi dan refleksi. Acuan
yang digunakan dari keempat tahap tersebut,
sebagaimana disesuaikan dengan desain dalam
penelitian ini. Lebih jelasnya mengenai
masing-masing
langkah
sebagaimana
dikemukkan dalam langkah-langkah kegiatan
sebagai berikut:
Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan tindakan pada siklus
pertama difokuskan pada penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang
menulis puisi pada pembelajaarn Bahasa
Indonesia di kelas VII SMP Negeri 3
Banjarharjo.
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran ini disusun oleh guru peneliti
dengan sistematis dan bahan pelajaran
disesuaikan dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) berkarakter dengan
menggunakan media gambar.
Tahap Pelaksanaan
Proses
pelaksanaan
pembelajaran
mengacu pada perencanaan pembelajaran yang
telah dibuat sebelumnya dan sesuai dengan
pembelajaran melalui media gambar. Adapun
proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Kegiatan Awal
a) Guru megucapkan salam
b) Guru mengecek kehadiran dan
menanyakan kabar siswa
c) Guru
memberikan
motivasi
pembelajaran
d) Guru
menjelaskan
tujuan
pembelajaran
2) Kegiatan Inti
a) Siswa dan guru mendiskusikan
unsur-unsur puisi dan media gambar.
b) Secara
berkelompok
siswa
mengamati objek berupa gambar
yang dibagikan guru.
c) Siswa mendata kata-kata yang sesuai
terhadap objek yang diamati.
d) Siswa
menulis
puisi
dengan
mengembangkan kata-kata tersebut
menjadi larik-larik dan bait-bait
puisi.
e) Siswa diberi pengarahan selama
proses menulis puisi dan dibimbing

3)

dalam menggali imajinasi, citraan
dan ide kreatif.
f) Setelah siswa selesai menulis puisi,
kegiatan
dilanjutkan
dengan
menyunting puisi berkelompok dan
kelompok lain dimintakan pendapat
mengenai puisi yang telah dibuat.
g) Siswa memilih puisi terbaik dari
setiap kelompok. Puisi yang terpilih
dipresentasikan di depan kelas.
h) Siswa lain dalam kelompok masingmasing menanggapi dan menilai
puisi yang telah dipresentasikan.
i) Guru memberi penguatan.
Kegiatan penutup
a) Guru menyimpulkan pembelajaran
hari ini
b) Guru melakukan tes akhir
c) Guru menutup pembelajaran dengan
membaca hamdalah dan salam

Tahap Observasi
Observasi dilakukan selama proses
pembelajaran menulis puisi melalui media
gambar sedang berlangsung. Hal-hal yang
diamati obsever lebih terkonsentrasi pada
aktivitas belajar siswa, berdasarkan langkahlangkah media gambar. Hal-hal yang berhasil
diamatinya itu tertuang pada lembar observasi
sebagai instrumen utama dalam kegiatan ini.
Berdasarkan hasil observasi menunjukkan
perilaku sebagai berikut.
Silkus I
Hasil observasi dan penilaian terhadap
setiap kompenen rencana pelaksanaan
pembelajaran diperoleh skor dari observer 1
sebesar 31 dan observer 2 sebesar 32, dengan
diperoleh rata-rata nilai sebesar 2.86 dengan
persentase 71,60%. Hal ini menunjukkan
bahwa kemampuan guru dalam menyusun
RPP pada siklus I termasuk kategori cukup.
Hasil observasi dan penilaian terhadap
setiap kompenen pelaksanaan pembelajaran
diperoleh skor dari observer 1 sebesar 55 dan
observer 2 sebesar 57, dengan diperoleh ratarata nilai sebesar 3,11 dengan persentase
77,78%. Hal ini menujukkan bahwa

177 | J u r n a l D i k s a t r a s i a
Volume 1 | Nomor 2 | Agustus 2017

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA
DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI
DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR
RISWO

kemampuan
guru
dalam
pelaksanaan
pembelajaraan berada pada kategori baik.
Hasil observasi dan penilaian terhadap
setiap indikator aktifitas belajar peserta didik
diperoleh skor dari observer 1 sebesar 34 dan
observer 2 sebesar 38, dengan diperoleh ratarata nilai sebesar 2,77 dengan persentase
69,23%. Hal ini menujukkan bahwa
kemampuan siswa berada pada kategori baik.
Siklus II
Hasil observasi dan penilaian terhadap
setiap kompenen rencana pelaksanaan
pembelajaran diperoleh skor dari observer 1
sebesar 37 dan observer 2 sebesar 39, dengan
diperoleh rata-rata nilai sebesar 3.45 dengan
persentase 86,36%. Hal ini menunjukkan
bahwa kemampuan guru dalam menyusun
RPP pada siklus I termasuk kategori sangat
baik.
Hasil observasi dan penilaian terhadap
setiap kompenen pelaksanaan pembelajaran
diperoleh skor dari observer 1 sebesar 68 dan
observer 2 sebesar 73, dengan diperoleh ratarata nilai sebesar 3,71 dengan persentase
92,76%. Hal ini menujukkan bahwa
kemampuan guru berada pada kategori amat
baik
Hasil observasi dan penilaian terhadap
setiap indikator aktivitas belajar peserta didik
diperoleh skor dari observer 1 sebesar 43 dan
observer 2 sebesar 48, dengan diperoleh ratarata nilai sebesar 3,50 dengan persentase
87,50%. Hal ini menujukkan bahwa
kemampuan siswa berada di kategori baik.
Tahap Refleksi
Hasil refleksi pada Siklus I adalah sebagai
berikut:
a. Data hasil observasi siklus I menunjukkan
bahwa keterampilan guru dalam mengajar
memperoleh kriteria baik. Menurut
peneliti, dalam pembelajaran menulis
puisi menggunakan media gambar
dianggap kurang, dan perlu diperbaiki.
Dalam pembelajaran pada siklus I, guru
tidak dapat menguasai kelas dengan baik.
Penyebabnya adalah guru terlalu tergesa178 | J u r n a l D i k s a t r a s i a
Volume 1 | Nomor 2 | Agustus

gesa untuk memulai pelajaran, tanpa
menunggu siswanya siap untuk mengikuti
pelajaran. Motivasi yang guru berikan
kurang menarik perhatian siswa. Saat
pembelajaran, guru jarang memberikan
reward yang berkesan pada siswa yang
berpartisipasi.
b. Tujuan
pembelajaran
yang
guru
sampaikan tidak guru tulis di papan tulis,
sehingga tidak semua siswa mampu
memahami tujuan pembelajaran yang
guru maksud. Pada pembelajaran siklus I
guru dinilai kurang terampil dalam hal
mengajukan pertanyaan untuk menggali
pengetahuan dan pengalaman siswa
seputar tema puisi. Sehingga tidak ada
tanggapan positif dari siswa atas
pertanyaan guru. Akibatnya informasi
seputar tema puisi yang guru sampaikan,
tidak dapat siswa pahami dengan baik.
c. Kekurangan guru dalam mengajar juga
tampak dalam menuntun siswa untuk
menulis puisi sesuai gambar. Guru
menuntun siswa menulis gambar sesuai
gambar hanya dengan lisan, tanpa
memperhitungkan apakah tujuan menulis
puisi sesuai gambar yang guru contohkan
sudah sesuai dengan keinginan dan rasa
ingin tahu siswa atau belum. Dalam aspek
membantu memenuhi rasa ingin tahu
siswa, guru juga dianggap kurang
terampil.
Guru
menuntun
siswa
menemukan jawaban atas pertanyaanpertanyaan yang telah siswa susun tanpa
memotivasi siswa terlebih dahulu. Selain
itu, pendekatan yang guru lakukan belum
merata kepada semua siswa.
d. Kemampuan peserta didik kelas VII-A
SMP Negeri 3 masih belum memenuhi
KKM. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata
kelas yang diperoleh yaitu 72.5 sehingga
kemampuan siswa dalam kompetensi
dasar yang dikembangkan pada penelitian
ini
masih
belum
mencukupi.
Sebagaimana tercantum dalam tabel
menunjukkan
persentase
ketuntasan
belajar sebesar 50% yang artinya masih
belum memenuhi target ketuntasan
2017

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA
DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI
DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR
RISWO

belajar 100%, karena hanya 10 peserta
didik yang mencapai KKM.
Hasil refleksi pada Siklus II adalah
sebagai berikut:
a. Berdasarkan hasil observasi pada aspek
keterampilan
mengajar
guru,
aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa,
diperoleh hasil yang memuaskan. Hal
tersebut
dikarenakan
indikator
keberhasilan dalam PTK ini telah
tercapai. Peningkatan yang terjadi pada
aspek keterampilan guru di setiap
siklusnya
berpengaruh
pada
meningkatnya aktivitas siswa di kelas,
dan hasil belajar siswa. Hal tersebut
menunjukkan bahwa guru telah berhasil
menerapkan media gambar untuk
meningkatkan keterampilan menulis puisi
siswa. Hasil belajar siswa pun selalu
meningkat dari siklus awal sampai akhir.
Meskipun demikian, perbaikan yang guru
laksanakan pada keterampilan mengajar
dan aktivitas siswa di kelas tidak hanya
berhenti pada siklus II penelitian ini. Guru
harus selalu melakukan refleksi, dan
introspeksi untuk mencari kelemahankelemahan yang guru alami. Selanjutnya
guru harus mampu menentukan solusi dan
alternatif pemecahan masalah yang tepat
demi perbaikan pembelajaran berikutnya.
Dengan demikian kualitas pembelajaran
dapat terus terjaga dengan baik, dan hasil
belajar siswa mampu meningkat.
b. Kemampuan peserta didik kelas VII-A
SMP Negeri 3 Banjarharjo dalam menulis
puisi sudah mampu mencapai KKM. Hal
ini terlihat dari nilai rata-rata kelas yang
diperoleh yaitu 87,5 dan peserta didik
yang mencapai KKM sebanyak 20 orang
dengan persentase ketuntasan belajar
sebesar 100 % yang artinya sudah
memenuhi target ketuntasan belajar.
Pembahasan
Pada siklus I Kemampuan peserta didik
kelas VII-A SMP Negeri 3 masih belum
memenuhi KKM. Hal ini terlihat dari nilai
rata-rata kelas yang diperoleh yaitu 72.5

sehingga kemampuan siswa dalam kompetensi
dasar yang dikembangkan pada penelitian ini
masih belum mencukupi. Sebagaimana
tercantum
dalam
tabel
menunjukkan
persentase ketuntasan belajar sebesar 50%
yang artinya masih belum memenuhi target
ketuntasan belajar 100%, karena hanya 10
peserta didik yang mencapai KKM.
Pada siklus II kemampuan peserta
didik kelas VII-A SMP Negeri 3 Banjarharjo
dalam menulis puisi sudah mampu mencapai
KKM. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata kelas
yang diperoleh yaitu 87,5 dan peserta didik
yang mencapai KKM sebanyak 20 orang
dengan persentase ketuntasan belajar sebesar
100 % yang artinya sudah memenuhi target
ketuntasan belajar
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh
beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Langkah-langkah penggunaan media
gambar pada pembelajaran menulis puisi
ditempuh dalam empat langkah yakni 1)
perencanaan (planning), 2) pelaksanaan
(action), 3) observasi (observation) dan 4)
refleksi. Sementara itu dalam pelaksanaan
proses penelitian ditekankan pada
langkah-langkah pembelajaran menulis
kreatif puisi dengan menggunakan media
gambar yakni :
1) Kegiatan Awal
a) Guru megucapkan salam
b) Guru mengecek kehadiran dan
menanyakan kabar siswa
c) Guru
memberikan
motivasi
pembelajaran
d) Guru
menjelaskan
tujuan
pembelajaran
2) Kegiatan Inti
a) Siswa dan guru mendiskusikan
unsur-unsur puisi dan media gambar.
b) Secara
berkelompok
siswa
mengamati objek berupa gambar
yang dibagikan guru.
c) Siswa mendata kata-kata yang sesuai
terhadap objek yang diamati.

179 | J u r n a l D i k s a t r a s i a
Volume 1 | Nomor 2 | Agustus 2017

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA
DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI
DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR
RISWO

d) Siswa
menulis
puisi
dengan
mengembangkan kata-kata tersebut
menjadi larik-larik dan bait-bait
puisi.
e) Siswa diberi pengarahan selama
proses menulis puisi dan dibimbing
dalam menggali imajinasi, citraan
dan ide kreatif.
f) Setelah siswa selesai menulis puisi,
kegiatan
dilanjutkan
dengan
menyunting puisi berkelompok dan
kelompok lain dimintakan pendapat
mengenai puisi yang telah dibuat.
g) Siswa memilih puisi terbaik dari
setiap kelompok. Puisi yang terpilih
dipresentasikan di depan kelas.
h) Siswa lain dalam kelompok masingmasing menanggapi dan menilai
puisi yang telah dipresentasikan.
i) Guru memberi penguatan.
3) Kegiatan penutup
a) Guru menyimpulkan pembelajaran
hari ini
b) Guru melakukan tes akhir
c) Guru menutup pembelajaran dengan
membaca hamdalah dan salam
2. Penggunaan media gambar mampu
meningkatkan kemampuan siswa kelas
VII-A SMP Negeri 3 Banjarharjo
Kabupaten Brebes dalam menulis puisi.
Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai
siswa yang meningkat pada setiap siklus.
Kemampuan
awal
siswa
setelah
menggunakan media gambar pada siklus I
dari 20 siswa 10 siswa belum mencapai
KKM 75 jika dirata-ratakan memperoleh
nilai 72.00 Kemampuan siswa pada siklus
II dari 20 siswa semuanya telah mencapai
KKM 75 dengan rata-rata nilai 87.50 dan
seluruh siswa dinyatakan tuntas.
Saran
Adapun saran yang disampaikan penulis
pada penelitian ini adalah sebagi berikut:
1. Langkah-langkah penggunaan media
gambar
berhasil
meningkatkan
kemampuan kualitas yang dikembangkan,
180 | J u r n a l D i k s a t r a s i a
Volume 1 | Nomor 2 | Agustus

2.

3.

yakni
kompetensi
siswa
dalam
pembelajaran menulis puisi.
Agar diperoleh peningkatan kemampuan
yang lebih baik pada siswa, sebaiknya
guru
dan
siswa
melaksanakan
pembelajaran menulis puisi sesuai dengan
rencana, dan berupaya untuk mencapai
target yang diharapkan ke depannya.
Penelitian selanjutnya dapat meneruskan
penelitian ini dengan meneliti lebih lanjut
kesimpulan
yang
dihasilkan
dari
penelitian ini, dan penelitian yang diteliti
melainkan dapat dicoba pada pokok
bahasan lainnya, serta tidak dilakukan
pada materi di kelas VIII saja tetapi dapat
dicoba di kelas lain, baik dikelas VII
maupun kelas IX
serta dalam
menerapkan
metode
haruslah
disesuaikan dengan materi, salah satunya
adalah pendekatan media gambar

DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah,
Sabarti.
1997.
Pembinaan
Kemampuan Menulis. Jakarta: Erlangga
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2007. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Badrun, Ahmad. 1989. Teori Puisi. Jakarta:
Depdikbud.
Baribin, Raminah. 1990. Teori dan Apresiasi
Puisi. Semarang: IKIP Semarang Press.
Beetlestone, Florence. 2011. Creative Leaning.
Bandung: Nusa Media
Endraswara,
Suwardi.
2002.
Metode
Pengajaran
Apresiasi
Sastra.
Yogyakarta: Radhita Buana.
Hermawan, R. dkk. 2007. Metode Penelitian
Sekolah Dasar. Bandung: UPI Press
Jabrohim, Suminto A. Sayuti, Chairul Anwar.
2009.”Unsur-unsur Puisi” dalam Cara
Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Jamaluddin. 2003. Problematik Pembelajaran
Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: Adi
Cita.
Keraf, Gorys. 2008. Diksi dan Gaya Bahasa.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian
Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

2017

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA
DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI
DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR
RISWO

Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Penilaian dalam
Pengajaran Bahasa dan Sastra Edisi
Ketiga. Yogyakarta: BPEF.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Pengkajian
Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University
Putranto, Alvian. 2012. Langkah Penggunaan
Media dan Metode Pengajaran. http://
sialvianputranto.blogspot.co.id/2012/04/
langkah-penggunaan-media-danmetode.html?m=1(diakses tanggal 28
Desember 2015)
Rahmanto, B. 2004. Metode Pengajaran
Sastra. Yogyakarta: Kanisius
Sadiman, Arief S dkk. 2008. Media
Pendidikan Pengertian, Pengembangan,
dan
Pemanfaatannya.
Jakarta:
PT
RajaGrafindo Persada.
Sayuti, Suminto A. 1994. Pengajaran Sastra:
Pengantar
Pengajaran
Puisi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Susilo. 2007. Penelitian Tindakan Kelas.
Yogyakarta: Pustaka Book Publisher
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis.
Bandung: Angkasa
Tim Psikologi Pendidikan. 1993. Psikologi
Pendidikan. Yogyakarta: UPP UNY.
Waluyo, Herman J. 1991. Teori dan Apresiasi
Puisi. Jakarta: Erlangga.
Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka
Sugandi, Achmad. 2004. Teori Pembelajaran.
Semarang. UPT Mkk UNNES.
Suranto. 2010. Manajemen Penelitian
Tindakan Kelas. Surabaya: Insan
Cendekia
Waluyo, Herman J. 1991. Teori Dan Apresiasi
Puisi. Jakarta: Erlangga.

181 | J u r n a l D i k s a t r a s i a
Volume 1 | Nomor 2 | Agustus 2017