nunu penjajahan barat atas dunia islam

Tugas Revisi

PENJAJAHAN BARAT ATAS DUNIA ISLAM DAN
PERJUANGAN KEMERDEKAAN NEGARA-NEGARA
ISLAM

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Sejarah Peradaban Islam

Oleh:
Nurul Fadhilah Faisal
Semester III

JURUSAN ILMU HADIS KHUSUS
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR

1
TAHUN 2012/2013 M
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Umat Islam mengalami puncak kejayaan kedua pada masa
tiga kerajaan Besar berkuasa, yakni kerajaan Usmani, Safawi dan
Mughal. Namun, seperti pada masa kekuasaan Islam terdahulu,
lambat laun kekuatan Islam menurun. Bersamaan dengan
kemunduran

tiga

kerajaan

tersebut,

bangsa

Barat

mulai

menunjukkan usaha kebangkitannya.

Periode

tiga

kerajaan

tersebut

(1503-1789)

bahkan

disebutkan sebagai periode-periode kejayaan peradaban Islam,
setelah sebelumnya mengalami kemunduran pasca jatuhnya
dinasti Abbasiyah.1
Namun, kemajuan pada masa itu lebih kepada aspek
material, dan lemah pada bidang pemikiran, sains, seni dan
filsafat. Hal ini dapat dilihat dari perekonomian, kekuatan militer
dan wilayah teritorial negara yang kuat pada masa itu, namun
kemajuan tersebut tidak mendorong terjadinya kemajuan pada

bidang

pendidikan,

kebudayaan

dan

ilmu

pengetahuan.

Ketidakseimbangan inilah yang akhirnya menyebabkan ketidak
mampunya menandingi kekuatan Eropa modern yang didukung
oleh sains dan teknologi.2

1 Syamsul Bakri, Peta Sejarah Peradaban Islam (Yogyakarta: Fajar
Media Press, 2011), h. 132.
2 Ibid., h. 132-135.


2

Kebangkitan

bangsa

Barat

bermuara

pada

semangat

keilmuan yang begitu tinggi, yang telah membawa bangsa Barat
menuju penemuan-penemuan baru dan penjelajahan samudra,
serta revolusi industri hingga berujung pada imperialisme
terhadap wilayah-wilayah Islam pada khususnya.3
Dengan organisasi dan persenjataan modern, pasukan
perang Eropa mampu melancarkan pukulan telak terhadap

daerah-daerah

kekuasaan

Islam.

Kekuatan-kekuatan

Eropa

menjajah satu demi satu negara Islam. Perancis menduduki
Aljazair pada tahun 1830, dan merebut Aden dari Inggris
sembilan tahun kemudian. Tunisia ditaklukkan pada tahun 1881,
Mesir pada tahun 1882, Sudan pada 1889. Sementara itu,
wilayah Islam di Asia Tengah juga tak luput dari penjajahan
Barat. Umat Islam di Asia Tengah menjadi sasaran pendudukan
Uni Soviet.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di

atas, pemakalah dapat merumusan masalah yang kemudian
akan dikembangkan lagi dalam bab pembahasan, di antaranya
ialah :
1. Bagaimana gambaran Masa Renaissance di Eropa?
2. Bagaimana bentuk imperealisme Barat terhadap dunia
Islam?

3 Ibid., h. 160.

3

3. Bagaimana usaha umat Islam untuk mengatasi kondisi
keterpurukan?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Masa Renaissance di Eropa
Eropa menghadapi tantangan yang sangat berat. Terutama
kerajaan Usmani yang melakukan berbagai penelitian tentang

rahasia alam, berusaha menaklukkan lautan, dan menjelajahi
benua yang sebelumnya masih diliputi oleh kegelapan. Sejarah
menceritakan bahwa setelah Christoper Colombus4 menemukan
benua Amerika (1492 M), dan akses baru ke belahan timur
4 Klaim Barat bahwa Columbus adalah orang yang pertama kali
menemukan Benua Amerika ternyata dibantah oleh sederet sejarawan.
Mereka menemukan dan mengemukakan fakta yang menunjukkan bahwa
orang Islam telah lebih dulu menyebarkan Islam di sana sekaligus
membangun peradaban di sana. Dan ini terjadi pada masa keemasan Islam,
yaitu sekitar 603 tahun sebelum Columbus menginjakkan kaki di benua
tersebut (lihat: Heri Ruslan, dkk., Menyusuri Kota Jejak Kejayaan Islam
(Jakarta Selatan: Harian Republika, 2011), h. 217.

4

melalui Tanjung Harapan oleh Vasco da Gama (1498) otomatis
benua Amerika dan kepulauan Hindia segera jatuh ke bawah
kekuasaan

eropa.


Penemuan

ini

amat

berpengaruh

besar

terhadap kemajuan Eropa, karena dengan penemuan tersebut
mereka tidak tergantung lagi pada jalur lama yang notabene
dikuasai oleh umat Islam.5
L.

Stoddard

dalam


menggambarkan bahwa

The

New

World

of

Islam,

dengan sekejap mata dinding laut itu

berubah menjadi jalan raya dan Eropa yang semula terpojok
segera menjadi yang di`pertuankan di laut dan dengan demikian,
yang dipertuan di dunia. Perekonomian bangasa-bangsa Eropa
pun semakin maju karena daerah-daerah baru terbuka baginya.
Tak lama setelah itu, mulailah kemajuan Barat melampaui
kemajuan Islam yang semakin lama mengalami kemunduran.

Kemajuan

Barat

itu

dipercepat

oleh

penemuan

dan

perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan terbukti dengan
munculnya universitas-universitas kenamaan diantaranya seperti
Oxford dan Cambridge di Inggris yang termasuk universitas
paling

awal


berdirinya.

Universitas-universitas

inilah

yang

kemudian menjadi pusat kajian yang menghidupkan kembali
kajian hukum Romawi, yang diwariskan oleh pemikir-pemikir
Yunani seperti Plato dan Aristoteles.
Setelah pada abad ke -14 dan 15, bangsa Eropa mulai
mencoba melakukan gebrakan dan eksperimen-eksperimen baru.
Mereka tidak lagi puas dengan kurikulum lama yang digunakan di
5 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II (Cet. IV;
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996), h. 174.

5

universitas, mereka tidak lagi berdiam diri melihat pasukan Islam
menguasai daerah-daerah penting di wilayah laut Tengah.
Mereka ingin melakukan gebrakan perubahan menuju era baru
yang dikenal dengan Masa Renaissance. Masa Renaissence atau
kelahiran kembali adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menyebutkan

kebangunan

intelektual

yang

mempengaruhi

seluruh fase kehidupan dan sejarah Eropa selama abad-abad
pertengahan.6
Kemajuan bangsa Barat semakin dipercepat oleh kamajuan
di bidang sains dan teknologi, yang sebelumnya memang telah
ada cikal bakalnya. Beberapa kemajuan teknologi yang dicapai
antara lain penemuan mesin uap yang kemudian melahirkan
revolusi industri di Eropa semakin memantapkan kemajuan
mereka. Teknologi perkepalan dan militer berkembang dengan
pesat. Selain itu kemajuan di bidang abad lamanya. Demikian
pula pusat kekuasaan Romawi Timur yaitu Konstantinopel, yang
juga merupakan pusat agama Kristen dapat dikuasai oleh Islam,
pada masa Sultan Muhammad II (1453) dari dinasti Turki Usmani.
Bahkan kota Konstantinopel hingga saat ini masih dikuasai
oleh Islam dan telah berubah nama menjadi Istambul, yang
sempat dijadikan ibu kota Turki Usmani sebelum akhirnya
dipindah ke Ankara. Terlepas dari hal tersebut, motivasi Barat
menjajah Dunia Islam adalah motivasi ekonomi, politik, hingga
agama. 7

6 Ibid., h. 160.
7 Ibid., h. 350.

6

Dalam Motivasi ekonomi dapat terlihat dari ekspansi Barat
ke Asia Tenggara, negeri tempat Islam baru mulai berkembang,
merupakan wilayah yang subur dan memiliki potensi sumber
daya alam seperti rempah-rempah dan menjanjikan dalam
penanaman modal. Di samping rempah-rempah mereka juga
membutuhkan negeri-negeri tempat mereka dapat memasarkan
hasil industrinya. Mereka melakukan monopoli perdagangan
dengan

merebut

bandar-bandar

pelabuhan

besar

yang

sebelumnya menjadi daerah perdagangan umat Islam dari Arab,
Persia, India, dan Cina. Mereka menguras kekayaan pribumi
dengan cara paksa, disertai kekerasan senjata demi merebut
bandar perdagangan tersebut.
Selain itu, India ketika berada pada masa pemerintahan
Mughal adalah negeri yang kaya dengan hasil pertanian. Hal itu
mengundang

Eropa,

yang

sedang

mengalami

kemajuan

berdagang kesana. Awal abad ke-17, Inggris dan Belanda mulai
menginjakkan kaki di India. Tahun 1611 M, Inggris mendapat izin
menanamkan modal, dan tahun 1617 M Belanda mendapat izin
yang sama.
Mulai saat itu, Inggris semakin leluasa untuk melebarkan
sayapnya di Anak Benua India dan sekitarnya. Pada tahun 1842
M, Keamiran Muslim Sind di India mulai dikuasainya. Pada tahun
1857 M, kerajaan Mughal bahkan dikuasai penuh dan setahun
kemudian rajanya yang terakhir dipaksa meninggalkan istana.
Sejak itu India dikuasai penuh oleh Inggris. Akhirnya, pada tahun

7

1899 M kesultanan Muslim Baluchistan jatuh di bawah kekuasaan
India-Inggris.8
Asia

Tenggara,

negeri

tempat

Islam

baru

mulai

berkembang, merupakan daerah rempah-rempah terkenal pada
masa itu dan menjadi ajang perebutan negara-negara Eropa.
Kekuatan Eropa malah lebih awal menancapkan kekuasaannya di
negeri ini. Hal ini dimungkinkan karena dibandingkan dengan
Mughal, kerajaan-kerajaan Islam di Asia Tenggara lebih lemah
sehingga dengan mudah dapat ditaklukkan.9
Seperti kedatangan Portugis, Belanda, Inggris, dan Spanyol
dari abad ke 15 sampai 19 M di kawasan perdagangan
internasional Malaka, Gujarat, dan lainnya. Kekuasaan politik
negara-negara Eropa berlanjut terus sampai pertengahan abad
ke-20. Motivasi politik yang mereka galakkan ialah melakukan
politik pecah belah, yaitu penjajah dengan sengaja menciptakan
jurang pemisah antara kaum bangsawan dan rakyat kecil. Kaum
bangsawan dibujuk untuk menuruti kehendak penjajah dengan
jaminan jabatan dan keuntungan tertentu, sedang rakyat kecil
diawasi agar tidak memberontak. Hal tersebut bertujuan untuk
menghancurkan persatuan dan kesatuan rakyat agar tidak ada
kekuatan

yang

nantinya

dikhawatirkan

akan

mengancam

keberadaan kaum penjajah.
Setelah bangsa Barat menguasai ekonomi dan politik
negara-negara Islam, terdapat pula negara Barat yang menjajah

8Badri Yatim, op. cit., h. 176.
9 Ibid.,h. 175.

8

dunia Islam dengan melakukan penyebaran agama Kristen
melalui missionaris atau zending. Di antara bangsa Barat yang
memiliki ketiga motivasi ini adalah Spanyol dan Portugis. Hal ini
tercermin pada semboyan mereka dalam menjajah, yaitu Gold
(semangat untuk mencari keuntungan), Glory (Semangat untuk
mencapai

kejayaan

dalam

bidang

kekuasaan,

dan

Gospel

(semangat untuk menyebarkan agama Kristen di masyarakat
yang terjajah.10
Imperealisme Barat telah memberikan dampak yang begitu
besar

terhadap

Peradaban

umat

Islam.

Peradaban

Islam

berusaha diganti dengan peradaban Barat. Penyebaran budaya
yang merusak semakin nampak, misalnya budaya minuman
keras, berjudi, pergaulan bebas, dan sebagainya melanda kau
terjajah. Dengan cara inilah penjajah merusak peradaban dan
generasi Islam.11
Imperealisme
seluruh

Barat

negara-negara

telah

Muslim.

berdampak

kepada

Negara-negara

Islam

hampir
yang

pertama kali dikuasai oleh Barat adalah negara-negara Islam di
Asia Tenggara dan di Anak Benua India. Sedangkan negaranegara Islam di Timur Tengah, yang masih berada di bawah
kekuasaan

kerajaan Usmani, baru berhasil ditaklukkan pada

masa berikutnya.12
Ekspansi Barat ke Timur Tengah di mulai ketika Kerajaan
Usmani mengalami kemunduran sementara Barat mengalami
10 Ibid., h. 350-352.
11 Ibid., h. 352.
12 Badri Yatim, op. cit., h. 175.

9

kemajuan di segala bidang, seperti perdagangan, ekonomi,
industri perang dan teknologi militer. Meskipun demikian, nama
besar Turki Usmani masih disegani oleh Eropa Barat sehingga
mereka

tidak

melakukan

penyerangan

ke

wilayah-wilayah

kekuasaan kerajaan Islam. Namun, kekalahan besar Kerajaan
Usmani dalam menghadapi serangan Eropa di Wina tahun 1683
M menyadarkan Barat bahwa Kerajaan Usmani telah melakukan
perubahan-perubahan.
Mereka belajar dari kekalahan di Wina tersebut. Di antara
pembaharuan yang dilakukan ialah :
a. Pengiriman duta-duta ke Eropa, untuk melihat dan meneliti
dari dekat kemajuan Eropa.
b. Selanjutnya, berdirilah sekolah teknik militer pada tahun
1734, dengan mendatangkan para ahli militer Eropa
sebagai pengajarnya.
c. Adapun pembaharuan lainnya adalah penerjemahan bukubuku Eropa ke dalam bahasa Turki, serta pembukaan
percetakan, semua dilakukan untuk kepentingan kemajuan
ilmu pengetahuan.
Usaha-usaha
penghalang

ini

baru

pembaharuan

membuahkan

utama,

yaitu

hasil

tentara

setelah
Yenissari

(merupakan pihak yang menolak adanya pembaharuan ini)
dibubarkan oleh Sultan Mahmud II pada tahun 1826. Namun,
gerakan pembaharuan ini ternyata tidak mampu menghentikan
gerakan Barat yang begitu cepat. Selama abad ke-18 M, Barat
menyerang wilayah kekuasaan Turki Usmani yang berujung pada

10

penandatanganan Perjanjian san Stefano (Maret, 1878 M), dan
Perjanjian Berlin ( Juni-Juli, 1878 M) antara kerajaan Usmani dan
Rusia, dengan demikian berakhirlah kekuasaan Turki Usmani di
Eropa.
Setelah terjadi Perang Dunia I pada tahun 1915, Turki
Usmani berada di pihak yang kalah, dan menjadi serbuan Sekutu
hingga tahun 1919 M. Akhirnya, kekuasaan Turki Usmani benarbenar tenggelam, bahkan kekhalifaannya dihapuskan (1924 M).
Semua daerah kekuasaannya, baik di Asia maupun Afrika,
diambil alih oleh pihak Eropa yang menang perang. Penetrasi
Barat ke dunia Islam di Timur Tengah pertama-tama dilakukan
oleh Inggris dan Perancis yang memang sedang bersaing.13
Di wilayah Afrika, beberapa negara Islam yang menjadi
sasaran penjajahan di anataranya adalah Mesir dijajah oleh
Inggris (1882 M), Sudan dijajah oleh Inggris (1899 M), Libya
dijajah oleh Italia (1911 M), Tunisia dijajah oleh Prancis (1881 M),
Aljazair dijajah oleh Perancis (1830 M), Maroko dijajah oleh
Perancis (1911 M), selain itu Afrika Tengah dan Afrika Timur pun
tak luput dari sasaran penjajahan.14 Tak hanya itu, wilayah jazirah
Arab juga menjadi sasaran penjajahan. Suriah dan Lebanon juga
pernah dikuasai oleh Perancis (1918 M), Palestina dan Yordania
juga pernah dikuasai oleh Inggris.15

13 Ibid., h. 178-180.
14 Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga
Abad XX (Cet. I; Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003), h. 415-435.
15 Ibid., h. 414.

11

Sementara itu, Rusia menggerogoti wilayah Islam di Asia
Tengah, seperti Kaukasia (1834-1859), Samarkand dan Bukhara
(1866-1872),

dan

Uzbekistan

(1873-1887).

Hal

tersebut

merupakan imbas dari perjanjian San Stefano dan perjanjian
Berlin antara Rusia dan Turki Usmani.16
Dengan kata lain di akhir abad XIX dan XX, dunia Islam
hampir seluruhnya berada dalam koloni Barat. Dunia Islam yang
membentang dari Maroko hingga Indonesia merupakan negerinegeri kolonial yang dijadikan “sapi perahan” untuk kemakmuran
bangsa Barat17.
Demikianlah, bahwa konflik serta intrik internal ditambah
intervensi eksternal (Barat) inilah di antara faktor-faktor yang
telah menghancurkan budaya dan peradaban Islam, ‘hingga
tubuhnya terbujur kaku nan rapuh’, yang berikut menjadi jalan
kolonialisme besar-besaran Barat ke dunia Islam.
Jika ditilik secara mendalam, kolonialisme Barat terhadap
Islam setidaknya bersumber dari model citra dan persepsi Barat
yang menganggap Islam sebagai musuh dan rival Kristen.
Kolonialisme

yang

menyertai

semangat

Evangelisme

(penginjilan) pada abad XIX tersebut mewarnai dunia dan
masyarakat Islam kala itu. Ide dan semangat Evangelisme, yang
menganggap bahwa keselamatan (salvation) terletak hanya pada
pengakuan dosa dan penerimaan gospel Kristen, menciptakan
konfrontasi antara Kristendom dan Muslim dalam skala besar. Hal
16 Badri Yatim, op. cit., h. 183.

17Brockelman, History Of The Islamic Peoples (London: Routledge dan
Kegan Paul,1982), h. 328.

12

tersebut membangkitkan kembali sikap permusuhan Eropa
terhadap Islam.18
Demikianlah Islam dengan krisis identitasnya, ditambah
rongrongan bangsa berjiwa imperialis yang merusak tatanan
sistem politik, psikologi, sosial-budaya hingga moralitas bangsa
terjajah. Jelas, hal ini menghantam telak peradaban Islam,
sehingga dinamika menjadi mati, kemudian ‘berhenti di titik
jajah’. Dominasi ekonomi, kekuasaan hingga ideologi menjelma
sebentuk

potret

muram

gerakan

kolonialisme.

Akhirnya,

peradaban Islam bermuram durja.

C. Usaha Umat Islam Bangkit dari Keterpurukan
Berada di bawah penetrasi dan kolonialisasi Barat ternyata
tidak sepenuhnya memberikan dampak negatif kepada umat
Islam. Ada pelajaran berharga yang didapatkan oleh umat Islam
dari

persinggungannya

dengan

peradaban

Barat

yang

sedemikian maju, dari sinilah gerakan-gerakan yang berusaha
untuk mewujudkan sintesa antara Islam dengan peradaban
modern dengan meninjau kembali ajaran-ajaran Islam dan
menafsirkannya dengan interpretasi baru. Selain itu, semangat
umat Islam untuk mengobarkan kebudayaan Islam yang pernah
jaya

mulai

bangkit

kembali,

dengan

mencoba

merubah

paradigma berfikir.19

18Tariq Ramadan, Menjadi Modern Bersama Islam; Islam, Barat, dan
Tantangan Modernitas (Jakarta: TERAJU, 2003), h. xi-xii.
19Syamsul Bakri, op. cit., h. 174.

13

Dengan demikian yang dimaksud dengan kebangkitan
Islam adalah kristalisasi kesadaran keimanan dalam membangun
tatanan seluruh aspek kehidupan yang berdasar atau yang
sesuai dengan prinsip Islam. Makna ini mempunyai implikasi
kewajiban bagi umat Islam untuk mewujudkannya melalui
gerakan-gerakan, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, dan
budaya. Usaha untuk memulihkan kembali kekuatan Islam
dikenal

dengan

sebutan

gerakan

pembaharuan.

Upaya

pembaharuan pun mulai bermunculan. Ada beberapa pola dalam
pembaharuan yang dilakukan oleh umat Islam.
Ada

kelompok

yang

lebih

dikenal

sebagai

kelompok

modernis, karena mereka berusaha untuk meniru pola dan
sistem

pendidikan

mengembangkan

modern

ilmu

ala

pengetahuan

Barat
dan

dalam
teknologi.

rangka
Pada

dasarnya pola ini berpandangan bahwa sumber kekuatan dan
kemajuan

Barat

disebabkan

oleh

perkembangan

ilmu

pengetahuan dan teknologi. Adapun beberapa tokoh pelopor
gerakan pembaharuan model ini adalah Sultan Mahmud II dari
Turki Usmani20,Sir Sayyid Ahmad Khan dari India 21, Muhammad
Ali Pasya di Mesir22.
20Ia mendirikan sekolah-sekolah model Barat dan mengirim siswasiswa ke Eropa untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan teknologi modern
langsung dari sumbernya.
21Ia mencoba mendirikan pendidikan berdasarkan model Barat untuk
memperbaiki posisi kaum muslimin di bawah kekuasaan Inggris. Dia
merupakan seorang modernis dalam interpretasinya terhadap al-Qur’an dan
ajaran wahyu Islam.
22Dia menciptakan gagasan dualism system pendidikan yang
kemudian menjadi acuan kebanyakan lembaga pendidikan Islam. Dualisme
yang dimaksud adalah dengan penggabungan antara sekolah-sekolah model
barat yang terintegrasi dengan madrasah bercorak tradisional.

14

Ada

pula

Kelompok

penggagas

pembaharuan

yang

meyakini bahwa penyebab kemunduran umat Islam adalah
karena mereka meninggalkan ajaran Islam yang merupakan
sumber kemajuan dan kekuatan budaya, dan sebaliknya, umat
Islam lebih memilih untuk mengikuti ajaran-ajaran yang telah
bercampur dengan ideologi non-Islam. Selain itu, ditinggalkannya
pola pikir rasional dan ditutupnya pintu ijtihad juga diyakini
sebagai penyebab kemunduran Islam.
Oleh karena itu, kelompok pembaharuan tipe ini mengajak
umat Muslim untuk kembali pada al-Qur’an dan Sunnah, dengan
tidak mengabaikan ijtihad. Ijtihad senantiasa diperlukan sebagai
upaya penyesuaian ajaran Islam dengan perkembangan zaman
yang tentunya penuh dengan berbagai problematika. 23 Adapun
beberapa tokoh yang mempelopori pembaharuan pola ini adalah
Muhammad

bin

Abdul

Wahab,

Jamaluddin

al-Afghani,

dan

Muhammad Abduh.
Di

sisi

lain,

muncul

gagasan

pembaharuan

yang

berorientasi pada nasionalisme ini berdasar pada kenyataan
bahwa umat Islam itu terdiri dari berbagai bangsa, yang hidup
dalam daerah dan lingkungan budaya yang berbeda-beda,
sehingga memerlukan usaha pengembangan yang berbeda-beda
sesuai dengan kondisi masing-masing. Meskipun pada dasarnya
ide nasionalisme berasal dari dunia Barat, namun hal tersebut
dianggap tidak bertentangan dengan Islam.24akhirnya gerakan
23Fadil SJ., Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah (Cet.
I; Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 247-248.
24Ibid., h. 248-249.

15

nasionalisme muncul di berbagai wilayah seperti Mesir, Tunisia,
Aljazair, dan kesemuanya tidaklah sama. Negara-negara tersebut
dihadapkan dengan permasalahan spesifik tentang kekuasaan
Eropa, dan peduli terhadap permasalahan dalam negeri mereka
masing-masing, dan berupaya bebas dari kolonialisme bangsa
Eropa.25
Munculnya gagasan nasionalisme yang diikuti dengan
berdirinya partai-partai politik merupakan model utama umat
Islam untuk memperjuangkan kemerdekaannya. Adapun negara
mayoritas muslim yang pertama kali memerdekakan diri adalah
Indonesia, yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada tahun
1946,

Syiria,

Jordania,

dan

Libanon

telah

mengumumkan

kemerdekaannya. Selanjutnya adalah Pakistan, pada tanggal 15
Agustus 1947. Pada tahun 1951, Libya memerdekakan diri.
Adapun Mesir baru menganggap dirinya benar-benar merdeka
pada tanggal 23 Juli 1952 (setelah Raja Faruk digulingkan),
meskipun sebenarnya Mesir telah bebas dari Inggris sejak tahun
1922.
Sudan dan Maroko merdeka pada tahun 1956, Malaysia
(termasuk Singapura) merdeka dari Inggris pada tahun 1957, Irak
baru merasakan atmosfer kemerdekaan pada tahun 1958,
sedangkan Aljazair pada tahun 1962, dan Brunei Darussalam
baru merdeka pada tahun 1984. Selain itu, negara-negara Islam
yang dulunya bersatu dengan Uni Soviet seperti Uzbekistan,
Turkmenia, Kirghistan, Kazakhtan, Tasjikistan,dan Azerbeijan,
25Albert Hourani, a History of Arab Peoples (Sejarah Bangsa-Bangsa
Muslim), diterj. Irfan Abu Bakar (Cet. I; Bandung: Mizan Pustaka, 2004), h. 590.

16

baru mendapat kemerdekaan pada tahun 1992, demikian halnya
dengan Bosnia yang juga baru mendapatkan kemerdekaan dari
Yugoslavia pada tahun yang sama.26

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Setelah pada abad ke -14 dan 15, bangsa Eropa mulai
mencoba melakukan gebrakan perubahan menuju era baru

26Badri Yatim, op. cit., h. 188-189.

17

yang dikenal dengan Masa Renaissance. Masa Renaissance
atau kelahiran kembali adalah suatu istilah yang digunakan
untuk

menyebutkan

kebangkitan

intelektual

yang

mempengaruhi seluruh fase kehidupan dan sejarah Eropa
selama abad-abad pertengahan diantaranya kemajuan
bangsa Barat di bidang ilmu pengetahuan, sains dan
teknologi yang kemudian melahirkan revolusi industri di
Eropa. Selain itu kemajuan di bidang teknologi perkapalan
dan militer membuat Eropa dengan mudah melakukan
kegiatan ekonomi dan perdagangan.
2. Dengan kemajuan Barat dalam berbagai bidang kehidupan,
mereka ingin kembali mengembalikan hak-hak yang telah
dirampas oleh orang-orang muslim. Yang akhirnya mereka
melakukan ekspansi-ekspansi ke wilayah-wilayah muslim.
3. Penetrasi

Barat

pengaruh

yang

atas
amat

dunia
besar

Islam

telah

terhadap

memberikan
umat

Islam.

Keunggulan mereka telah membukakan mata umat Islam
bahwa mereka jauh tertinggal, dan harus segera bangkit,
sehingga

lahirlah

usaha

pembaharuan

dalam

Islam,

dengan berpegang teguh kepada ajaran al-Qur’an dan
Sunnah, dan mencoba merubah paradigma berfikir yang
cenderung stagnan. Masyarakat Muslim untuk mengawali
perjuangan aksi di semua bidang kemundurannya, dari
militer, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Meski hampir
seluruh Negara Muslim telah merdeka secara militer,
namun peradaban Islam mutakhir, belum juga mampu

18

mengembalikan superioritas Islam dan kembali memimpin
peradaban dunia.

B. Implikasi
Hikmah mempelajari sejarah perkembangan Islam pada
abad modern dapat disikapi dengan sejarah tersebut dapat
memberikan

ide

dan

kreatifitas

tinggi

untuk

mengadakan

perubahan-perubahan supaya lebih maju dengan cara yang
efektif dan efisien. Problema-problema masa lalu dapat menjadi
pelajaran dalam bidang yang sama pada masa yang selanjutnya.
Pembaharuan dapat dilakukan dalam berbagai bidang baik
ekonomi, pendidikan, politik dan lain sebagainya.
Apa yang terlihat hari ini, tidak dapat dilepaskan dari
peradaban orang-orang sebelum hari ini. Sebuah adagium
sejarah menyatakan “Jadikan sejarah sebagai pelita dari masa
silam yang selalu menerangi masa kini dan masa depan”. Melihat
sejarah Islam dengan bijak, masa lalu tidak dipandang dengan
“romantisme sejarah” dan masa depan tidak dipandang dengan
pesimisme, melainkan dengan optimisme.

19

DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir Sejarah Peradaban Islam. Cet. II; Jakarta:
Amzah. 2010.
Bakri, Syamsul. Peta Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Fajar
Media Press. 2011.
Brockelman. History Of The Islamic Peoples. London: Routledge
dan Kegan Paul. 1982.
Hourani, Albert. a History of Arab Peoples. Sejarah BangsaBangsa Muslim, diterj. Irfan Abu Bakar. Cet. I; Bandung:
Mizan Pustaka. 2004.
Mughni, Syafiq A. Dinamika Intelektual Islam Pada Abad
Kegelapan. Surabaya: Lembaga Pengkajian Agama dan
Masayarakat. 2002.
Ramadan, Tariq. Menjadi Modern Bersama Islam; Islam, Barat,
dan Tantangan Modernitas. Jakarta: TERAJU. 2003.
Ruslan, Heri .dkk. Menyusuri Kota Jejak Kejayaan Islam. Jakarta
Selatan: Harian Republika. 2011.
SJ., Fadil. Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah.
Cet. I; Malang: UIN Malang Press. 2008.
al-Usairy, Ahmad. Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga
Abad XX. Cet. I; Jakarta: Akbar Media Eka Sarana. 2003.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Cet.
IV; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1996.