Pengetahuan dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan dan Perilaku 2.1.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu dan wujud penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan tersebut terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Apabila perilaku didasari pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka perilaku

tersebut akan bersifat “longlasting”. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak disadari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:7

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang diperoleh atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang suatu objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.


(2)

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam kompenen-kompenen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk melakukan atau mengembangkan bagian-bagian yang terdapat dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang ada.7

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan seperti di atas.7

2.1.2 Sikap

Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak langsung dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap terdiri atas berbagai tingkatan, yaitu:7

a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).


(3)

b. Merespons (Responding)

Subjek memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas adalah indikasi dari sikap. Usaha untuk menjawab pertanyaan, terlepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.

d. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab adalah mempunyai tanggung terhadap segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala risiko.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden.7

2.1.3 Perilaku

Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh seseorang yang dapat diamati secara langsung atau tidak langsung. Perilaku adalah tindakan atau perbuatan seseorang yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Notoatmodjo mengungkapkan pendapat Rogers bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan:7

a. Kesadaran (Awareness): seseorang menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus.

b. Tertarik (Interest): merasa tertarik terhadap stimulus yang diberikan. Disini sikap subjek sudah mulai terbentuk.

c. Mempertimbangkan (Evaluation): seseorang mempertimbangkan baik buruk dari stimulus kepada dirinya. Hal ini berarti sikap orang itu sudah lebih baik lagi.


(4)

e. Adopsi (Adoption): seseorang telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu. Pengukuran dapat juga dilakukan secara langsung, yakni dengan mengamati tindakan atau kegiatan responden.7

2.2 Trauma Avulsi, Prevalensi dan Etiologinya

Avulsi merupakan kondisi lepasnya gigi dari soket alveolar akibat adanya cedera gigi. Secara klinis dan foto ronsen, gigi tidak ada di dalam soket. Tulang alveolar, sementum, ligament periodontal, gingiva, dan pulpa, akan mengalami kerusakan pada saat gigi secara total keluar dari soketnya. Trauma gigi tersebut memberikan dampak negatif signifikan bagi pasien yang dapat menyebabkan gangguan fungsional dan estetika, fisik, serta psikologis.2,4

Keberhasilan pengelolaan avulsi dipengaruhi oleh perawatan darurat yang benar diikuti dengan perawatan lanjutan sehingga dapat menghasilkan prognosis baik avulsi. Prevalensi avulsi adalah 0,5%-16% dari kasus trauma injuri terutama pada anak usia 7-9 tahun, karena daya tahan tulang alveolar masih kurang. Lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita, dan sering terjadi pada gigi insisif sentral gigi permanen. Pada kasus gigi permanen terjadi 0,5%-16% sedangkan pada gigi sulung terjadi 7%-13%.4,8

Avulsi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang dan harus memerlukan perhatian dan penanganan yang khusus serta cepat dari orangtua. Namun, pengelolaan darurat kasus trauma avulsi rendah di kalangan masyarakat.

Etiologi avulsi gigi sering terjadi pada saat anak berjalan dan berlari dimana koordinasi otot dan yang belum berkembang secara baik. Anak usia sekolah 5 – 12 tahun, seringkali terjadi trauma gigi akibat jatuh ketika bermain, berlari, berkelahi dengan teman, atau belajar bersepeda. Trauma gigi yang terjadi sering melibatkan kerusakan pada gigi yang disertai dengan luka pada dagu maupun bibir. Trauma gigi anak seringkali terjadi pada gigi yang masih belum mengalami maturasi secara


(5)

sempurna, sehingga kerusakan struktur gigi yang terjadi dapat menimbulkan gangguan pada pertumbuhan gigi selanjutnya. Anak yang berusia 12-18 tahun, terjadinya trauma biasanya diakibatkan karena aktivitas olahraga sedangkan pada orang dewasa trauma gigi biasanya terjadi akibat faktor kecelakaan. Jatuh merupakan penyebab utama terjadinya fraktur pada anak, berdasarkan penelitiannya pada tahun 2008 ditegaskan bahwa insidensi trauma pada anak 89,4% disebabkan oleh karena terjatuh. Cedera gigi trauma (TDIs) biasanya mempengaruhi satu gigi, namun tidak tertutup kemungkinan jadi pada beberapa gigi yang dapat meningkatkan meningkatkan risiko trauma gigi saat bermain olahraga. Tindakan pencegahan trauma gigi adalah dengan pemakaian mouthguard atau pelindung muka dengan benar. Ketika mouthguard tidak dipakai selama pertandingan sepak bola, kemungkinan mengalami trauma gigi setidaknya dua kali lebih banyak daripada yang menggunakan mouthguard semasa olahraga.9,10

Gambar 1. Etiologi trauma gigi avulsi11

2.3 Replantasi Gigi

Trauma gigi yang paling serius adalah avulsi (exarticulation). Prognosis dipengaruhi oleh keadaan pada saat terjadi terlepasnya gigi dari soketnya. berhubungan dengan cedera membran periodontal selama terlepasnya gigi dari soketnya. Gigi avulsi harus direplantasi dalam soket sesegera mungkin untuk


(6)

menghindari kerusakan lebih lanjut pada membran periodontal dan untuk mendapatkan prognosis yang baik.12,13

Menurut penelitian di Brazil prosedur pembersihan yang benar hanya dinyatakan oleh 19% dari orangtua atau pengasuh. Empat persen itu tidak tahu tindakan yang harus dilakukan, atau bahkan menyatakan bahwa mereka akan menggosok gigi dengan sabun atau spons, sedangkan sebagian besar (64%) akan menggunakan air keran.5

Penanganan darurat trauma avulsi adalah mencari dahulu gigi avulsi. Gigi harus dipegang dari mahkota (bagian paling putih) bukan pada akar gigi. Apabila gigi tersebut itu kotor, harus dibersihkan di bawah air dingin yang mengalir selama 10 detik tanpa sikat atau membersihkan gigi dengan kain kasa serta tidak menggunakan desinfektan.14

2.4 Media Penyimpanan

Menurut Gomes et.al dari Brazil telah melakukan penelitian tentang media penyimpanan bagi gigi avulsi. Tujuan dari penelitian Gomes et.al adalah untuk melakukan pemantauan tentang kemungkinan cara menyimpan gigi avulsi dan efektivitas dalam pemeliharaan vitalitas seluler. Terdapat banyak jenis media penyimpanan atau transportasi untuk gigi avulsi antaranya adalah:15

2.4.1 Air

Air telah menunjukkan untuk menjadi satu dengan sedikit hasil yang diinginkan, meskipun melindungi gigi dari dehidrasi karena media hipotonik dan hal itu menyebabkan kerusakan ligamen periodontal, mirip dengan penyimpanan kering.15

2.4.2 Saliva

Saliva dapat digunakan sebagai media penyimpanan untuk waktu singkat, namun dapat merusak sel-sel ligamen periodontal jika digunakan selama lebih dari


(7)

satu jam. Osmolaritas saliva yang jauh lebih rendah daripada fisiologis (60-70 mOsm /kg), akan meningkatkan efek merugikan karena kontaminasi bakteri.15

2.4.3 Larutan Saline

Larutan saline mempunyai osmolaritas 280 mOsm/kg dan meskipun kompatibel ke sel-sel ligamen periodontal, tetapi tidak memiliki nutrisi penting seperti magnesium, kalsium dan glukosa yang diperlukan untuk kebutuhan metabolisme normal dari sel-sel ligamen periodontal. Larutan saline berbahaya bagi sel-sel ligamen periodontal pada gigi avulsi jika digunakan selama lebih dari dua jam.15

2.4.4 Air Kelapa

Air kelapa dikenal juga sebagai (Cocos nucifera) pada umumnya dikenal sebagai "Tree of Life", adalah minuman alami yang dihasilkan secara biologis. Komposisi elektrolit dari air kelapa menyerupai cairan intraseluler yang lebih erat dari plasma ekstraseluler. Zat utama yang terkandung dalam air kelapa antara lain kalium, kalsium, dan magnesium, sedangkan natrium, klorida, dan fosfat, ditemukan dalam jumlah konsentrasi yang lebih rendah. Air kelapa merupakan cairan hipotonik dibandingkan plasma, dan memiliki gravitasi spesifik, sebanding dengan plasma darah. Air kelapa memiliki osmolaritas tinggi karena adanya kandungan gula didalamnya, terutama glukosa dan fruktosa, juga kaya akan banyak asam amino esensial antara lain lisin, sistin, fenilalanin, histidin, dan tryptophan. Air kelapa mudah diterima oleh tubuh manusia dan merupakan sarana yang aman untuk rehidrasi terutama pada pasien yang menderita defisiensi kalium. Air kelapa juga unggul dalam melakukan pemeliharaan untuk kelangsungan hidup sel-sel ligamen periodontal karena adanya berbagai nutrisi di dalamnya seperti protein, asam amino, vitamin, dan mineral.16


(8)

2.4.5 Putih Telur

Susu dan putih telur sebagai media untuk menyimpan gigi avulsi, dan hasilnya menunjukkan bahwa gigi disimpan dalam putih telur selama 6 hingga 10 jam lebih baik daripada yang disimpan dalam susu. Osmolalitas putih telur adalah antara 251 dan 298 mOsm / kg. Ligamen periodontal pada yang gigi diekstraksi melekat kembali setelah satu jam dari waktu ekstraalveolar, dibandingkan dengan media penyimpanan seperti susu, putih telur dan air liur buatan. Hasil gigi disimpan dalam susu dan putih telur adalah serupa dari segi faktor serat kolagen dan jumlah sel. Air liur buatan memiliki hasil yang rendah. Oleh sebab itu, putih telur boleh menjadi medium yang sempurna untuk menyimpan gigi avulsi.15

2.4.6 Susu

Susu sebagai solusi untuk gigi avulsi, dapat menjaga kelangsungan hidup ligamen periodontal selular manusia. Susu lebih baik daripada solusi lain untuk sifat fisiologisnya, termasuk pH dan osmolalitas kompatibel dengan mereka yang sel dari ligamentum periondontal, cara mudah untuk mendapatkan dan untuk bebas dari bakteri. Susu adalah solusi penyimpanan yang sangat baik selama 6 jam. Hasil yang menguntungkan dari susu terjadi karena adanya zat-zat gizi seperti asam amino, karbohidrat, dan vitamin. Susu dapat mengurangi jumlah bakteri dan zat bakteriostatik, yang berbahaya bagi fibroblas ligamen periodontal.15,18

2.4.7 Hank’s Balanced Salt Solution (HBSS)

Hank’s Balanced Salt Solution (HBSS) adalah larutan garam standar yang banyak digunakan dalam penelitian biomedis untuk mendukung pertumbuhan berbagai jenis sel. Solusi ini biokompatibel dengan sel ligamen periodontal, pH seimbang sebesar 7,2 dan memiliki osmolalitas 320 mOsm/kg. Kandungan HBBS terdiri dari 8 g/L natrium klorida, 0,4 g/L dari D-glukosa, 0,4 g/L kalium klorida, 0,35 g/L natrium bikarbonat, 0,09 g/L natrium fosfat, 0,24 g/L kalium fosfat; 0,24 g/L kalsium klorida, 0,2 g/L magnesium klorida dan 0,2 g/L magnesium sulfat.15


(9)

HBSS adalah solusi terbaik untuk menyimpan gigi avulsi. Ini tidak memerlukan pendinginan dan dapat disimpan di rak selama 2 tahun dan telah direkomendasikan dan berhasil digunakan sebagai media penyimpanan oleh dokter dan peneliti. Ini adalah solusi efektif dalam melestarikan sel ligamen periodontal gigi avulsi, memperbaharui sel ligamen periodontal yang merosot dan mempertahankan tingkat keberhasilan unggul jika gigi yang avulsi direndam di dalamnya selama 30 menit. Hank’s Balanced Salt Solution adalah media yang paling efektif untuk menjaga vitalitas, mitogenisitas dan klonogenik kapasitas sel ligamen periodontal sampai 24 jam pada 4oC, bila dibandingkan dengan media kultur (media Eagle ditambah dengan 25% serum janin anak sapi dan solusi antibiotik. [ 200 UI / mL Penisilin, Gentamisin 50μg/mL dan 0,3 mg/mL Fungizone]). Hank’s Balanced Salt Solution tersedia secara komersial dengan osmolalitas dan pH yang ideal.15,17

Tabel 1. Prevalensi Pengetahuan dan Sikap Orangtua dalam Pemilihan Media untuk Menyimpan Gigi Avulsi dari Beberapa Penelitian2,4,5

Media

penyimpanan Turki India Brazil

Susu 2,7% 2,7% 3%

Air keran 23,5% 32,0% -

Saliva 2,4% - -

Saline 5,9% 29,4% -

Es 26,6% 28,6% -

Tempat kering 23,2% 27,0% 54%

2.5 Waktu Ekstraalveolar

Trauma avulsi dapat mengakibatkan kerusakan pada tulang alveolar, sementum, ligamen periodontal, gingiva pada saat terjadi trauma avulsi gigi. Trauma avulsi gigi dapat diperparah apabila saat terjadi kejadian, gigi tersebut kekeringan dalam waktu yang lama dan terpapar mikroorganisme.9

Prognosis yang memiliki pengaruh kuat kemungkinan penyembuhan periodontal adalah lamanya waktu gigi avulsi diluar soket dan lamanya waktu gigi avulsi disimpan ke dalam media penyimpanan seperti susu atau garam fisiologis.


(10)

Satu-satunya keberhasilan penanganan trauma avulsi adalah gigi direplantasikan kembali dalam waktu yang sesingkat mungkin kedalam soket. Kekeringan gigi menyebabkan hilangnya metabolisme fisiologis normal dan morfologi sel ligamen periodontal. Penelitian di Kuwait mengatakan bahwa prognosis replantasi gigi avulsi ditentukan oleh langkah-langkah yang pertolongan pertama yang diambil dalam masa yang singkat. Waktu yang terbaik untuk melakukan replantasi gigi avulsi adalah 15-20 menit pertama.19-21

Perawatan avulsi gigi permanen anak adalah waktu gigi diluar soket kurang dari 30 menit dan total waktu gigi yang disimpan dalam media kurang dari 90 menit, maka jaringan ligament periodontal dapat mengalami perubahan. Keberhasilan dari penanganan darurat adalah sangat bergantung pada waktu ekstraalveolar gigi dan media penyimpanan gigi avulsi.9

Gambar 2. Avulsi gigi27

Kebanyakan orangtua tidak menyadari pentingnya replantasi gigi avulsi dengan secepat mungkin. Menurut penelitian di India sekitar 39,5% orangtua perkotaan 36,5% orangtua pedesaan menyatakan bahwa mereka akan menghubungi dokter gigi atau dokter beberapa hari setelah avulsi. Namun penelitian menunjukkan pengetahuan tentang penanganan masih rendah. Satu-satunya faktor yang paling penting untuk memastikan hasil yang menguntungkan adalah kecepatan dengan yang gigi replantasi.Replantasi langsung dapat memiliki konsekuensi seumur hidup yang positif untuk kelangsungan hidup gigi.4


(11)

2.6 Prognosis

Prognosis trauma gigi tergantung pada penanganan awal yang cepat dan tepat dan perawatan ligamen periodontal gigi avulsi selanjutnya sehingga dapat mempertahankan vitalitasnya gigi. Penanganan awal darurat trauma avulsi gigi tergantung pada berbagai faktor seperti waktu ekstraalveolar, media penyimpanan, kontaminasi dan perlindungan periodontal yang ligamen.22,23

Pencegah dehidrasi pada permukaan akar selama transportasi, media penyimpanan harus mempunyai osmolalitas dan pH yang benar. Susu dan air kelapa memenuhi persyaratan ini dan dianggap sebagai media yang sangat baik untuk prognosis yang baik bagi gigi avulsi. Trauma gigi sering terjadi di sekolah dan juga terjadi di rumah. Oleh karena itu, prognosis dari gigi avulsi terjadi pada anak tergantung pada pengetahuan darurat orangtua dari prosedur ini.24,25,28

2.7 Pencegahan

Kegiatan anak khususnya olahraga sering mengakibatkan trauma pada gigi. Kegiatan olahraga cenderung meningkatkan risiko trauma pada giginya, akan tetapi pencegahan trauma gigi dapat dilakukan dengan menggunakan mouthguards pada saat olahraga. Mouthguards juga mengurangi prevalensi gegar otak dan patah tulang rahang dengan bantalan kekuatan chin-hit. Penggunaan mouthguards dalam olahraga selain sepak bola adalah jarang dan menetapkan aturan yang mewajibkan alat pelindung dalam olahraga lain serta menyerukan untuk lebih memberikan informasi kepada masyarakat mengenai keuntungan pemakaiannya.9

Keuntungan menggunakan mouthguards adalah:9 1) Mencegah fraktur atau dislokasi gigi anterior


(12)

2.8 Kerangka Teori

Trauma Gigi

Klasifikasi

Avulsi

Etiologi Prevalensi

Penanganan darurat

Waktu Media Tempat Pengetahuan dan Prilaku

orang terdekat

Guru Orang tua

Dokter Gigi

Perawatan lanjutan


(13)

2.9 Kerangka Konsep

z zzzzzz

zzzz Pendidikan dan Sosioekonomi Orangtua

Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Avulsi

Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma

Avulsi Gigi Permanen Pengetahuan Orangtua tentang

Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen


(1)

2.4.5 Putih Telur

Susu dan putih telur sebagai media untuk menyimpan gigi avulsi, dan hasilnya menunjukkan bahwa gigi disimpan dalam putih telur selama 6 hingga 10 jam lebih baik daripada yang disimpan dalam susu. Osmolalitas putih telur adalah antara 251 dan 298 mOsm / kg. Ligamen periodontal pada yang gigi diekstraksi melekat kembali setelah satu jam dari waktu ekstraalveolar, dibandingkan dengan media penyimpanan seperti susu, putih telur dan air liur buatan. Hasil gigi disimpan dalam susu dan putih telur adalah serupa dari segi faktor serat kolagen dan jumlah sel. Air liur buatan memiliki hasil yang rendah. Oleh sebab itu, putih telur boleh menjadi medium yang sempurna untuk menyimpan gigi avulsi.15

2.4.6 Susu

Susu sebagai solusi untuk gigi avulsi, dapat menjaga kelangsungan hidup ligamen periodontal selular manusia. Susu lebih baik daripada solusi lain untuk sifat fisiologisnya, termasuk pH dan osmolalitas kompatibel dengan mereka yang sel dari ligamentum periondontal, cara mudah untuk mendapatkan dan untuk bebas dari bakteri. Susu adalah solusi penyimpanan yang sangat baik selama 6 jam. Hasil yang menguntungkan dari susu terjadi karena adanya zat-zat gizi seperti asam amino, karbohidrat, dan vitamin. Susu dapat mengurangi jumlah bakteri dan zat bakteriostatik, yang berbahaya bagi fibroblas ligamen periodontal.15,18

2.4.7 Hank’s Balanced Salt Solution (HBSS)

Hank’s Balanced Salt Solution (HBSS) adalah larutan garam standar yang banyak digunakan dalam penelitian biomedis untuk mendukung pertumbuhan berbagai jenis sel. Solusi ini biokompatibel dengan sel ligamen periodontal, pH seimbang sebesar 7,2 dan memiliki osmolalitas 320 mOsm/kg. Kandungan HBBS terdiri dari 8 g/L natrium klorida, 0,4 g/L dari D-glukosa, 0,4 g/L kalium klorida, 0,35 g/L natrium bikarbonat, 0,09 g/L natrium fosfat, 0,24 g/L kalium fosfat; 0,24 g/L kalsium klorida, 0,2 g/L magnesium klorida dan 0,2 g/L magnesium sulfat.15


(2)

HBSS adalah solusi terbaik untuk menyimpan gigi avulsi. Ini tidak memerlukan pendinginan dan dapat disimpan di rak selama 2 tahun dan telah direkomendasikan dan berhasil digunakan sebagai media penyimpanan oleh dokter dan peneliti. Ini adalah solusi efektif dalam melestarikan sel ligamen periodontal gigi avulsi, memperbaharui sel ligamen periodontal yang merosot dan mempertahankan tingkat keberhasilan unggul jika gigi yang avulsi direndam di dalamnya selama 30 menit. Hank’s Balanced Salt Solution adalah media yang paling efektif untuk menjaga vitalitas, mitogenisitas dan klonogenik kapasitas sel ligamen periodontal sampai 24 jam pada 4oC, bila dibandingkan dengan media kultur (media Eagle ditambah dengan 25% serum janin anak sapi dan solusi antibiotik. [ 200 UI / mL Penisilin, Gentamisin 50μg/mL dan 0,3 mg/mL Fungizone]). Hank’s Balanced Salt Solution tersedia secara komersial dengan osmolalitas dan pH yang ideal.15,17

Tabel 1. Prevalensi Pengetahuan dan Sikap Orangtua dalam Pemilihan Media untuk Menyimpan Gigi Avulsi dari Beberapa Penelitian2,4,5

Media

penyimpanan Turki India Brazil

Susu 2,7% 2,7% 3%

Air keran 23,5% 32,0% -

Saliva 2,4% - -

Saline 5,9% 29,4% -

Es 26,6% 28,6% -

Tempat kering 23,2% 27,0% 54%

2.5 Waktu Ekstraalveolar

Trauma avulsi dapat mengakibatkan kerusakan pada tulang alveolar, sementum, ligamen periodontal, gingiva pada saat terjadi trauma avulsi gigi. Trauma avulsi gigi dapat diperparah apabila saat terjadi kejadian, gigi tersebut kekeringan dalam waktu yang lama dan terpapar mikroorganisme.9

Prognosis yang memiliki pengaruh kuat kemungkinan penyembuhan periodontal adalah lamanya waktu gigi avulsi diluar soket dan lamanya waktu gigi avulsi disimpan ke dalam media penyimpanan seperti susu atau garam fisiologis.


(3)

Satu-satunya keberhasilan penanganan trauma avulsi adalah gigi direplantasikan kembali dalam waktu yang sesingkat mungkin kedalam soket. Kekeringan gigi menyebabkan hilangnya metabolisme fisiologis normal dan morfologi sel ligamen periodontal. Penelitian di Kuwait mengatakan bahwa prognosis replantasi gigi avulsi ditentukan oleh langkah-langkah yang pertolongan pertama yang diambil dalam masa yang singkat. Waktu yang terbaik untuk melakukan replantasi gigi avulsi adalah 15-20 menit pertama.19-21

Perawatan avulsi gigi permanen anak adalah waktu gigi diluar soket kurang dari 30 menit dan total waktu gigi yang disimpan dalam media kurang dari 90 menit, maka jaringan ligament periodontal dapat mengalami perubahan. Keberhasilan dari penanganan darurat adalah sangat bergantung pada waktu ekstraalveolar gigi dan media penyimpanan gigi avulsi.9

Gambar 2. Avulsi gigi27

Kebanyakan orangtua tidak menyadari pentingnya replantasi gigi avulsi dengan secepat mungkin. Menurut penelitian di India sekitar 39,5% orangtua perkotaan 36,5% orangtua pedesaan menyatakan bahwa mereka akan menghubungi dokter gigi atau dokter beberapa hari setelah avulsi. Namun penelitian menunjukkan pengetahuan tentang penanganan masih rendah. Satu-satunya faktor yang paling penting untuk memastikan hasil yang menguntungkan adalah kecepatan dengan yang gigi replantasi.Replantasi langsung dapat memiliki konsekuensi seumur hidup yang positif untuk kelangsungan hidup gigi.4


(4)

2.6 Prognosis

Prognosis trauma gigi tergantung pada penanganan awal yang cepat dan tepat dan perawatan ligamen periodontal gigi avulsi selanjutnya sehingga dapat mempertahankan vitalitasnya gigi. Penanganan awal darurat trauma avulsi gigi tergantung pada berbagai faktor seperti waktu ekstraalveolar, media penyimpanan, kontaminasi dan perlindungan periodontal yang ligamen.22,23

Pencegah dehidrasi pada permukaan akar selama transportasi, media penyimpanan harus mempunyai osmolalitas dan pH yang benar. Susu dan air kelapa memenuhi persyaratan ini dan dianggap sebagai media yang sangat baik untuk prognosis yang baik bagi gigi avulsi. Trauma gigi sering terjadi di sekolah dan juga terjadi di rumah. Oleh karena itu, prognosis dari gigi avulsi terjadi pada anak tergantung pada pengetahuan darurat orangtua dari prosedur ini.24,25,28

2.7 Pencegahan

Kegiatan anak khususnya olahraga sering mengakibatkan trauma pada gigi. Kegiatan olahraga cenderung meningkatkan risiko trauma pada giginya, akan tetapi pencegahan trauma gigi dapat dilakukan dengan menggunakan mouthguards pada saat olahraga. Mouthguards juga mengurangi prevalensi gegar otak dan patah tulang rahang dengan bantalan kekuatan chin-hit. Penggunaan mouthguards dalam olahraga selain sepak bola adalah jarang dan menetapkan aturan yang mewajibkan alat pelindung dalam olahraga lain serta menyerukan untuk lebih memberikan informasi kepada masyarakat mengenai keuntungan pemakaiannya.9

Keuntungan menggunakan mouthguards adalah:9 1) Mencegah fraktur atau dislokasi gigi anterior


(5)

2.8 Kerangka Teori

Trauma Gigi

Klasifikasi

Avulsi

Etiologi Prevalensi

Penanganan darurat

Waktu Media Tempat Pengetahuan dan Prilaku

orang terdekat

Guru Orang tua

Dokter Gigi

Perawatan lanjutan


(6)

2.9 Kerangka Konsep

z zzzzzz

zzzz Pendidikan dan Sosioekonomi Orangtua

Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Avulsi

Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma

Avulsi Gigi Permanen Pengetahuan Orangtua tentang

Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen


Dokumen yang terkait

Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak Di Kecamatan Medan Marelan Dan Kecamatan Medan Polonia

0 41 104

Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Amplas dan Medan Baru

4 44 69

Pengetahuan dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota

3 30 113

Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan.

1 33 117

Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak Di Kecamatan Medan Marelan Dan Kecamatan Medan Polonia

0 14 104

Pengetahuan dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota

0 0 3

Pengetahuan dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota

0 0 44

Pengetahuan dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota

0 0 13

Pengetahuan dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota

0 0 2

Pengetahuan dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota

0 0 5