Pengaruh Persepsi dan Motivasi terhadap Minat Rumah Sakit Swasta Sebagai Provider Program Jaminan Kesehatan Nasional di Kota Medan Tahun 2015

67

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pembangunan manusia dalam bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan
masyarakat memperoleh pelayanan secara mudah dan terjangkau dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Seiring dengan perkembangan zaman,
kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan semakin meningkat. Bidang
kesehatan merupakan bagian dari kesejahteran sosial. Bahkan bidang kesehatan
dianggap sebagai salah satu indikator utama dari berkembangnya kesejahteraan
masyarakat di suatu negara.
Hak untuk hidup sehat dan sejahtera merupakan bagian dari hak asasi manusia
yang diakui oleh segenap bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Pengakuan itu
tercantum dalam “Declaration of Human Right” Pasal 25 ayat 1 menyatakan bahwa
setiap orang berhak atas hidup yang menjamin kesehatan dan keadaan baik bagi
dirinya dan keluarganya (Moenir, 2002). Berdasarkan deklarasi tersebut beberapa
negara mengambil inisiatif untuk mengembangkan jaminan sosial, antara lain
jaminan kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage).
Hak warga atas kesehatan di Indonesia termaktub dalam UUD 45 pasal 28 dan

pasal 34, dan diatur dalam UU 36/2009 tentang kesehatan menegaskan bahwa setiap
orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di
bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan

68

terjangkau. Sebaliknya setiap orang juga mempunyai kewajiban turut serta dalam
program jaminan kesehatan sosial (Kemenkes RI, 2013).
Salah satu upaya pemerintah untuk untuk mewujudkan program jaminan
kesehatan sosial pemerintah menerbitkan Undang-Undang No.40 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang mengamanatkan bahwa jaminan sosial wajib
bagi seluruh penduduk termasuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui
Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 menetapkan jaminan sosial nasional akan
diselenggarakan oleh BPJS, yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan. Khusus untuk Jaminan Kesehatan Nasional diselenggarakan oleh
BPJS Kesehatan yang implementasinya dimulai 1 Januari 2014. Secara operasional,
pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional dituangkan dalam Peraturan Pemerintah
dan Peraturan Presiden, antara lain Peraturan Pemerintah No.101 Tahun 2012 tentang
Penerima Bantuan Iuran (PBI), Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang
jaminan kesehatan, dan Jaminan Kesehatan Nasional (Kemenkes RI, 2013).

Jaminan kesehatan nasional yang berlaku saat ini adalah bagian terintegrasi
dari sistem jaminan sosial nasional diselenggarakan melalui mekanisme asuransi
kesehatan sosial yang bersifat wajib bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan
penduduk Indonesia untuk hidup produktif serta berdaya saing (Kemenkes RI, 2013).
Sesuai UU Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional,
BPJS merupakan badan hukum nirlaba dan berdasarkan UU No 24 tahunm 2011,
BPJS akan menggantikan sejumlah lembaga jaminan sosial yang ada di Indonesia
diantaranya lembaga Asuransi jaminan kesehatan PT. Askes Indonesia menjadi BPJS

69

Kesehatan dan lembaga jaminan sosial ketenagakerjaan PT. Jamsostek menjadi BPJS
Ketenagakerjaan. Menurut Kemenkes RI (2012), bahwa transformasi PT. Askes dan
PT. Jamsostek menjadi BPJS dilakukan secara bertahap. Pada awal 2014, PT Askes
akan menjadi BPJS Kesehatan, selanjutnya tahun 2015, PT. Jamsostek menjadi BPJS
Kenenagakerjaan (UU Nomor 40, 2004)
Berdasarkan survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 sumber
biaya yang dipakai untuk rawat inap pada semua fasilitas kesehatan di Indonesia
masih didominasi oleh biaya sendiri (out of pocket), yaitu sebesar 53,5%, kemudian
Jamkesmas 15,6%, Jamkesda 6,4%, Askes/ASABRI 5,4%, Jamsostek 3,5%, asuransi

kesehatan swasta 1,8% dan tunjangan kesehatan perusahaan 4,0% (Kemenkes RI,
2013).
Pusat Komunikasi Publik Kementerian Kesehatan, mengklaim hingga akhir
2014, jumlah peserta BPJS Kesehatan Indonesia sebanyak 133,4 juta jiwa dan sampai
dengan 18 Mei 2015 jumlah penerima manfaat layanan Jaminan Kesehatan Nasional
Kesehatan telah mencapai 143.000.000 jiwa. Jumlah Penerima Bantuan Iuran (PBI)
mencapai 86.400.000 jiwa. Sedangkan yang mendaftar melalui jalur mandiri sudah
mencapai 499.918 jiwa. Selain peserta PBI dan peserta mandiri (non PBI), masih ada
lagi penerima layanan BPJS kategori lain yang jumlahnya saat ini telah mencapai
29.597.291 jiwa (BPJS Kesehatan, 2015).
Implementasi program Jaminan Kesehatan Nasional yang dimulai 1 Januari
2014 hingga saat ini masih menuai permasalahan. Salah satu permasalahan klasik
yang hingga saat ini belum selesai diatasi oleh pemerintah adalah masalah

70

ketersediaan kamar pada fasilitas kesehatan pemerintah. Upaya untuk meminimalisasi
permasalahan tersebut pemerintah mengeluarkan Perpres nomor 12 tahun 2013 untuk
memberi kesempatan kepada fasilitas kesehatan swasta dapat bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan (Peraturan Presiden No.12, 2013)

Berdasarkan data BPJS Kesehatan 2015, jumlah rumah sakit di Indonesia
yang terintegrasi ada sebanyak 2.410 rumah sakit (860 rumah sakit pemerintah, 66
rumah sakit BUMN, 715 rumah sakit swasta non profit, 749 rumah sakit swasta
profit). Dari 2.410 rumah sakit sebanyak 1.621 rumah sakit telah bergabung dengan
BPJS, sebanyak 600 rumah sakit diantaranya adalah rumah sakit swasta untuk
memberikan layanan BPJS Kesehatan kepada masyarakat dan sebanyak 864 rumah
sakit swasta belum bermitra dengan BPJS. Hal ini menunjukkan bahwa Program
layanan BPJS kesehatan ternyata tidak sepenuhnya didukung oleh rumah sakit swasta
(BPJS, 2015).
Provinsi Sumatera Utara sendiri memiliki 177 rumah sakit, yang terdiri dari
47 rumah sakit pemerintah, 115 rumah sakit swasta dan 15 rumah sakit BUMN. Kota
Medan merupakan salah satu wilayah yang paling banyak memiliki rumah sakit
swasta di Provinsi Sumatera Utara, yaitu sebanyak 54 rumah sakit. Jumlah rumah
sakit swasta di Kota Medan yang telah bekerjasama dengan BPJS kesehatan selama
tahun 2014-2015 sebanyak 31 rumah sakit (57,4%), selebihnya sebanyak 23 rumah
sakit (42,6%) belum berminat bekerjasama sebagai provider BPJS Kesehatan (Dinas
Kesehatan Kota Medan, 2015). Data rumah sakit swasta yang bekerjasama dengan
BPJS kesehatan dapat dilihat pada (Lampiran 5).

71


Survei pendahuluan pada bulan Mei 2015 dengan mewawancarai 10 rumah
sakit swasta di Kota Medan ditemukan sebanyak 5 rumah sakit (50,0%) mengeluhkan
persyaratan

menjadi

provider

Jaminan

Kesehatan

Nasional,

yaitu

sistem

kredensialing. Persepsi rumah sakit swasta tentang prosedur ini adalah merupakan

hambatan karena membutuhkan beberapa persyaratan, antara lain: sumber daya
manusia, sarana dan prasarana, peralatan medis, obat-obatan medis, lingkup
pelayanan, dan komitmen pelayanan, sebanyak 3 rumah sakit (30,0%) beralasan tidak
ingin repot dengan banyaknya pasien berobat dan sistem pembayaran Jaminan
Kesehatan Nasional berdasarkan paket (biaya dan mutunya dikendalikan) berbeda
dengan tarif pasien normal, dan sebanyak 2 rumah sakit (20,0%) mengeluhkan waktu
pembayaran klaim 7-10 hari setelah pengajuan untuk verifikasi (hal ini diketahui dari
rumah sakit swasta yang sudah bekerjasama dengan BPJS), sehingga rumah sakit
swasta enggan atau tidak berminat sebagai provider BPJS.
Persepsi rumah sakit swasta untuk memenuhi persyaratan tersebut secara
aktual berdampak terhadap pelaksanaan pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional,
sehingga mereka tidak berminat sebagai provider BPJS. Menurut Robbins (2006),
secara psikologis persepsi adalah suatu proses seorang individu memilih,
mengorganisasi, dan menafsirkan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang
bermakna dari stimulus yang diterima. Kebijakan sebagai provider melalui perjanjian
kerja sama dengan BPJS merupakan stimulus yang diterima terhadap apa yang

72

diperoleh dari sejumlah keuntungan, dan kewajiban yang harus dipenuhi untuk

memberikan pelayanan kepada pasien peserta Jaminan Kesehatan Nasional.
Selain faktor persepsi, faktor motivasi juga memengaruhi perilaku seseorang
dalam mengambil keputusan. Gibson et al. (2003), menyatakan bahwa secara
psikologis motivasi memengaruhi perilaku seseorang bekerja dalam organisasi.
Kebijakan sebagai provider melalui perjanjian kerja sama merupakan motivasi bagi
rumah sakit swasta untuk menjalankan roda organisasi dengan menerima hasil klaim
dari BPJS kesehatan.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti merasa
perlu mengkaji “Pengaruh Persepsi dan Motivasi terhadap Minat Rumah Sakit Swasta
sebagai Provider Program Jaminan Kesehatan Nasional di Kota Medan Tahun 2015.

1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan dalam
penelitian ini adalah bagaimana pengaruh persepsi dan motivasi terhadap minat
rumah sakit swasta sebagai provider program Jaminan Kesehatan Nasional di Kota
Medan.

1.3 Tujuan Penelitian
Menganalisis pengaruh persepsi dan motivasi terhadap minat rumah sakit
swasta sebagai provider program Jaminan Kesehatan Nasional di Kota Medan.


73

1.4 Hipotesis
Persepsi dan motivasi berpengaruh terhadap minat rumah sakit swasta
sebagai provider program Jaminan Kesehatan Nasional di Kota Medan.

1.5 Manfaat Penelitian
1. Memberikan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan terkait dengan
manajemen strategi pelayanan rumah sakit swasta dalam implementasi program
Jaminan Kesehatan Nasional di Kota Medan.
2. Memberikan masukan bagi BPJS dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya
terkait dengan implementasi program Jaminan Kesehatan Nasional
3. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan administrasi rumah sakit khususnya
yang berkaitan dengan pelayanan rumah sakit.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Persepsi Provider Swasta tentang Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional Terhadap Keikutsertaan Sebagai Provider Pratama BPJS Kesehatan di Kota Medan Tahun 2014

9 125 141

Pengaruh Persepsi Provider Swasta tentang Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional Terhadap Keikutsertaan Sebagai Provider Pratama BPJS Kesehatan di Kota Medan Tahun 2014

0 0 19

Pengaruh Persepsi Provider Swasta tentang Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional Terhadap Keikutsertaan Sebagai Provider Pratama BPJS Kesehatan di Kota Medan Tahun 2014

0 0 2

Pengaruh Persepsi Provider Swasta tentang Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional Terhadap Keikutsertaan Sebagai Provider Pratama BPJS Kesehatan di Kota Medan Tahun 2014

0 0 10

Pengaruh Persepsi Provider Swasta tentang Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional Terhadap Keikutsertaan Sebagai Provider Pratama BPJS Kesehatan di Kota Medan Tahun 2014

0 0 48

Pengaruh Persepsi Provider Swasta tentang Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional Terhadap Keikutsertaan Sebagai Provider Pratama BPJS Kesehatan di Kota Medan Tahun 2014

0 0 3

Pengaruh Persepsi dan Motivasi terhadap Minat Rumah Sakit Swasta Sebagai Provider Program Jaminan Kesehatan Nasional di Kota Medan Tahun 2015

0 0 18

Pengaruh Persepsi dan Motivasi terhadap Minat Rumah Sakit Swasta Sebagai Provider Program Jaminan Kesehatan Nasional di Kota Medan Tahun 2015

0 0 2

Pengaruh Persepsi dan Motivasi terhadap Minat Rumah Sakit Swasta Sebagai Provider Program Jaminan Kesehatan Nasional di Kota Medan Tahun 2015

0 0 31

Pengaruh Persepsi dan Motivasi terhadap Minat Rumah Sakit Swasta Sebagai Provider Program Jaminan Kesehatan Nasional di Kota Medan Tahun 2015

0 0 28