Analisis Pendapatan Peternak Kerbau di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat

TINJAUAN PUSTAKA
Pemeliharaan Ternak Kerbau oleh Masyarakat
Kerbau merupakan salah satu jenis ternak penting di Indonesia,
kegunaannya sangat beragam mulai dari membajak sawah, alat transportasi,
sebagai sumber daging dan susu, sampai dengan kulitnya digunakan sebagai
bahan baku industri. Populasi ternak kerbau di Indonesia sekitar 2,5 juta ekor.
Namun populasi ternak kerbau di Indonesia mengalami penurunan. Data selama
tahun 1985-2001 menunjukkan bahwa populasinya menurun drastis dari 3,3 juta
ekor pada tahun 1985 dan menjadi hanya 2,4 juta ekor di tahun 2001 atau
mengalami penurunan populasi sebesar 26%. Namun demikian, populasi ternak
kerbau di Pulau Sumatera agak meningkat dari 1,1 juta ekor menjadi 1,2 juta ekor
di tahun yang sama atau mengalami pertumbuhan populasi sebesar 9%. Hal ini
membuktikan bahwa kondisi alam dan sosial budaya masayarakat Pulau Sumatera
memberi tempat yang layak untuk pengembangan ternak kerbau.
Beternak kerbau di Indonesia sudah berlangsung sejak sebelum negara
Republik Indonesia ini terbentuk sebagai negara berdaulat. Selanjutnya dalam
perkembangan ternak besar sapi dan kerbau sejak era penjajahan Belanda sampai
pada awal Indonesia merdeka maka populasi kerbau masih lebih tinggi daripada
ternak sapi. Tapi dengan semakin populernya ternak sapi dimata masyarakat
peternak, maka secara perlahan tapi pasti, populasi sapi mulai mendominasi
populasi ternak besar (Jomima, 2012).

Ternak kerbau adalah salah satu komoditas yang berfungsi sebagai sumber
protein hewani bagi masyarakat, sebagai tabungan, tambahan penghasilan,

Universitas Sumatera Utara

sebagai tenaga kerja dan kotorannya bisa dijadikan sebagai sumber pupuk, dan
sekaligus memberikan pendapatan bagi petani (Rusdiana dkk., 2011).
Usaha ternak kerbau merupakan komponen penting dalam usahatani
penduduk pedesaan karena pemeliharaan ternak kerbau dapat membantu
pendapatan rakyat di pedesaan dengan pemanfaatan sumberdaya alam yang
tersedia di sekitarnya (Kusnadi, 2004).

Perkembangan Populasi Ternak Kerbau di Kabupaten Pakpak Bharat
Secara geografis letak Kabupaten Pakpak Bharat terleak pada garis
2°15’00” - 3°32’00” Lintang Utara dan 90°00’ - 98°31’ Bujur Timur dengan luas
135.610 Ha berbatasan dengan Kabupaten Dairi di sebelah Utara, Sebelah Timur
berbatasan dengan Kabupaten Samosir, Dairi dan Humbang Hasundutan, sebelah
Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah, Humbang Hasundutan,
dan


sebelah

Barat

berbatasan

dengan

Kabupaten

Aceh

Singkil

(BPS Kabupaten Pakpak Bharat, 2013).
Tabel 2. Populasi Ternak Kerbau Menurut Kecamatan di Kabupaten
Bharat Tahun 2010 – 2014
No. Kecamatan
Jumlah Populasi (Ekor)
Lokasi Penelitian

2010
2011
2012
2013
1.
Salak
91
151
129
149
2.
Sitellu Tali Urang Jehe 726
492
386
321
3.
Pagindar
4.
Sitellu Tali Urang Julu 273
163

36
21
5.
Pergetteng-Getteng
205
133
81
72
Sengkut
6.
Kerajaan
611
356
384
588
7.
Tinada
166
94
256

213
8.
Siempat Rube
209
148
152
117
Jumlah Total
2281
1537
1440
1481

Pakpak

2014
134
327
32
85

543
245
120
1486

Sumber :Dinas Pertanian dan Prekebunan Kabupaten Pakpak Bharat

Universitas Sumatera Utara

Kabupaten Pakpak Bharat diperkirakan mempunyai potensi untuk
pengembangan ternak ruminansia khususnya ternak kerbau. Masyarakat suku
Pak-Pak sangat lazim dengan pemeliharaan ternak kerbau dibandingkan dengan
jenis

ternak

ruminansia

lainnya.


Pada

umumnya

masyarakat

Pakpak

menggunakan ternak kerbau sebagai ternak kerja baik untuk mengolah lahan
pertanian maupun untuk mengangkut hasil hutan. Selain itu ternak kerbau juga
digunakan dalam kepentingan adat budaya oleh masyarakat setempat (BPS
Kabupaten Pakpak Bharat, 2012).
Secara umum usaha ternak kerbau telah lama dikembangkan oleh
masyarakat sebagai salah satu mata pencaharian dalam skala yanga masih relatif
sangat kecil. Usaha ternak kerbau dilakukan dengan tujuan untuk produksi daging,
meskipun di beberapa wilayah produk daging kerbau sangat diminati masyarakat
namun pada segmen pasar tertentu permintaan produk daging kerbau masih sangat
terbatas (Romjali dkk, 2012).
Pemeliharaan ternak kerbau hanya sebagai usaha sampingan karena belum
ada input teknologi maupun bibit yang relatif baik. Peran petani sangat penting

dalam mengelola lahan pertanian khususnya usaha tani ternak, bahwa ternak
kerbau mempunyai peranan yang cukup baik dalam sistem usaha tani, secara
sosial pemilikan ternak kerbau dapat memberikan arti tersendiri bagi petani.
Ternak kerbau sewaktu-waktu dapat dijual dengan mudah, sehingga dapat
memberikan biaya hidup petani, keuntungan dari hasil samping ternak kerbau
berupa pupuk organik yang dapat dikembalikan ke lahan pertanian sendiri
(Romjali dkk, 2012).

Universitas Sumatera Utara

Skala Usaha Peternakan Rakyat
Berdasarkan

skala usaha

dan

tingkat

pendapatan


peternak

dapat

diklasifikasikan menjadi empat kelompok, yaitu: 1) peternakan sebagai usaha
sambilan, yaitu petani mengusahakan komoditas pertanian terutama tanaman
pangan, sedangkan ternak hanya sebagai usaha sambilan untuk mencukupi
kebutuhan keluarga (subsistem) dengan tingkat pendapatan usaha dari peternakan
lebih kecil dari 30%, 2) peternakan sebagai cabang usaha, yaitu peternak
mengusahakan pertanian campuran dengan ternak dan tingkat pendapatan dengan
usaha ternak mencapai 30 samapai dengan 70%, 3) peternakan sebagai usaha
pokok, yaitu peternak mengusahakan ternak sebagai usaha pokok dengan tingkat
pendapatan antara 70 sampai dengan 100%, 4) peternakan sebagai industri dengan
mengusahakan ternak secara khusus (speciallized farming) dan tingkat pendapatan
dari usaha peternakan mencapai 100 persen (Anggraini, 2003).
Usaha peternakan rakyat mempunyai ciri-ciri antara lain: skala usaha kecil
dengan cabang usaha, tekhnologi sederhana, produktivitas rendah, mutu produk
kurang terjamin, belum sepenuhnya berorientasi pasar dan kurang peka terhadap
perubahan-perubahan (Cyrilla dan Ismail, 1998).

Ternak kerbau dipelihara sampai berumur 15-20 tahun, setelah induk kerbau
tua dan tidak produktif lagi biasanya dipotong untuk tujuan konsumsi, tidak jarang
setelah beranak lebih dari 10 kali. Namun kerbau jantan banyak dijual pada umur
yang masih relatif muda untuk dikonsumsi. Rata-rata pemilikan sebanyak 2-3
ekor induk kerbau per KK, walaupun ada juga petani yang memiliki lebih dari 10
induk. Pada umumnya petani memelihara ternak miliknya sendiri, disamping ada

Universitas Sumatera Utara

yang memelihara kerbau orang lain dengan sistem bagi hasil, apabila sudah
beranak anaknya dibagi dua antara pemilik dan pemelihara.
Sejauh ini, usaha ternak seperti sapi potong dan ruminansia lain telah
banyak berkembang di Indonesia. Namun masih bersifat peternakan rakyat,
dengan skala usaha yang sangat kecil yaitu berkisar 1 – 3 ekor. Rendahnya skala
usaha ini karena para petani-peternak umumnya masih memelihara sebagai usaha
sambilan, dimana tujuan utamanya adalah tabungan, sehingga manejemen
pemeliharaannya masih dilakukan secara konvensional (Rianto dan Purbowati,
2009).

Sistem Pemeliharaan

Dilihat dari pola pemeliharaannya peternakan di Indonesia dapat dibagi
menjadi tiga kelompok (Mubyarto, 1989), yaitu:
a. Peternakan rakyat dengan cara pemeliharaan yang tradisional.
Ketrampilan sederhana dan menggunakan bibit lokal dalam jumlah dan
mutu yang relative terbatas. Ternak pemakan rumput digembalakan di padang
umum, di pinggir jalan dan sawah, di pinggir sungai atau di tegalan sendiri.
Kalau siang hari diberi minum dan dimandikan seperlunya sebelumnya
dimasukkan ke dalam kandang. Pemeliharaan dengan cara ini dilakukan setiap
hari dan dikerjakan oleh anggota keluarga peternak.Tujuan utama ialah sebagai
hewan kerja dalam membajak sawah/tegalan, hewan penarik gerobak atau
pengangkut beban sedang kotorannya dipakai sebagai pupuk.
b. Peternakan rakyat dengan cara pemeliharaan yang semi komersil.
Ketrampilan yang mereka miliki dapat dikatakan lumayan. Penggunaan
bibit unggul, obat – obatan dan makanan penguat cenderung meningkat,

Universitas Sumatera Utara

walaupun lamban. Jumlah ternak yang dimiliki 2 – 5 ekor ternak besar dan 5 –
100 ekor ternak kecil terutama ayam.Bahan makanan berupa ikutan panen
seperti bekatul, jagung, jerami dan rumput – rumputan yang dikumpulkan oleh
tenaga dari keluarga sendiri. Tujuan utama dari memelihara ternak untuk
menambah pendapatan keluarga dan konsumsi sendiri.
c. Peternak komersil.
Usaha ini dijalankan oleh golongan ekonomi yang mempunyai
kemampuan dalam segi modal, sarana produksi dengan teknologi yang agak
modern.Semua tenaga kerja dibayar dan makanan ternak terutama dibeli dari
luar dalam jumlah yang besar. Tujuan utamanya adalah mengejar keuntungan
sebanyak–banyaknya. Biaya produksi ditekan serendah mungkin agar dapat
menguasai pasar.
Kondisi pemeliharaan ternak kerbau ditingkat peternak di pedesaan
umumnya belum tergeser dari pola tradisional. Kerbau hampir sepanjang hari
dilepas diladang atau dipadang pengembalaan dan baru pada malam hari kerbau di
giring ke kandang. Peternak kurang memperhatikan kesehatan kerbau, seperti
pencengahan dan pengobatan penyakit, sehingga jika di temukan kerbau yang
terjangkit suatu penyakit, pengobatan hanya dilakukan secara tradisional hal ini
mengakibatkan tingginya angka kematian ternak kerbau (Pasaribu, 2010).
Bebrapa karakteristik sosial yang mempengaruhi pendapatan peternak
kerbau:
a. Skala usaha
Menurut Prawirokusumo (1991), usaha yang bersifat tradisional diwakili oleh
para petani dengan lahan sempit yang mempunyai 1-2 ekor ternak.

Universitas Sumatera Utara

b. Umur Peternak
Umur merupakan karakteristik penduduk yang penting karena struktur umur
mempengaruhi perilaku demografis dan sosial ekonomi daerah (Nurdin,
1981). Menurut Suriantoro (1991), bahwa produktivitas kerja seseorang mulamula meningkat sesuai dengan pertambahan usia kemudian menurun kembali
menjelang usia tua.
c. Pengalaman Beternak
Pada umumnya pengalaman beternak diperoleh peternak dari orang tuanya
secara turun-menurun. Dengan pengalaman beternak yang cukup lama
memberikan indikasi bahwa pengetahuan dan keterampilan beternak terhadap
manejemen pemeliharaan ternak mempunyai kemampuan yang lebih banyak
(Amri, 2009).

Biaya, Penerimaan dan Keuntungan
Biaya Produksi
Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan
uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk
tujuan tertentu (Mulyadi, 2008).
Dalam arti luas biaya (coast) adalah sejumlah uang yang dinyatakan dari
sumber-sumber ekonomi yang dikorbankan untuk mendapatkan sesuatu atau
mencapai tujuan tertentu. Biaya dapat dikelompokkan menjadi biaya tetap dan
biaya variabel. Biaya variabel yaitu biaya yang besar kecilnya tergantung pada
skala produksi (Harnanto, 1992).

Universitas Sumatera Utara

Biaya produksi adalah nilai dari semua faktor-faktor produksi yang yang
digunakan baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi
berlangsung (Soekartawi, 2003).
Biaya tetap (fix cost) adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam
kegiatan produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu,
sedangkan biaya variabel (variabel cost) adalah biaya yang jumlah totalnya
berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan (Widjaja, 1999).
Menurut Swastha dan Sukotjo (1997), menyatakan bahwa biaya
merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat harga yang tidak
dapat menutupi biaya akan mengalami kerugian. Sebaliknya, apabila suatu tingkat
harga melebihi semua biaya, baik biaya produksi, biaya operasi, maupun biaya
non operasi akan menghasilkan keuntungan. Selanjutnya dikatakan bahwa biaya
variabel adalah biaya berubah-ubah disebabkan karena adanya perubahan jumlah
hasil. Biaya tetap adalah biaya-biaya yang tidak berubah-ubah (konstan) untuk
setiap tingkatan atau hasil yang diproduksi. Biaya total adalah merupakan seluruh
biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan atau dengan kata lain biaya total ini
merupakan jumlah dari biaya variabel dan biaya tetap.
Menurut Soekartawi (2001), bahwa biaya yang diperuntukan bagi
pembiayaan faktor produksi yang sifatnya tetap seperti pembelian bibit,
penyusutan dan peralatan usaha produksi maupun pajak atas usaha, sedangkan
biaya tidak tetap ialah biaya yang diperuntukan bagi pembiayaan faktor produksi
yang sifatnya berubah-ubah dalam satu proses produksi seperti biaya tenaga kerja
maupun sarana produksi.

Universitas Sumatera Utara

Biaya tetap pada usaha peternakan meliputi; biaya penyusutan kandang
dan peralatan serta perlengkapan kandang (sekop, ember, sapu, tempat makan dan
minum, tali, dll), biaya bibit dan pajak atas usaha. Biaya tidak tetap meliputi;
biaya tenaga kerja, biaya pakan dan vitamin serta obat-obatan, transportasi,
rekening listrik dan air (Waror dkk., 2014).
a. Bibit merupakan faktor utama dalam usaha peternakan. Berat lahir, berat sapih
dan pertambahan bobot badan merupakan yang utama yang harus dilihat dalam
pemilihan bibit. Biaya penggunaan bibit merupakan biaya terbesar kedua.
b. Biaya pakan merupakan biaya variabel terbesar yaitu sekitar 60% dari total
biaya produksi. Demikian pula dalam penelitian Sumartini dalam Rita Yunus,
2009, bahwa biaya pakan mencapai 58,13% -66,22% dari seluruh biaya
operasional, dan penelitian Sutawi (1999) juga menyimpulkan bahwa biaya
produksi terbesar digunakan adalah biaya pakan yaitu 61,75% -82.14%
c. Tenaga kerja merupakan adalah tenaga kerja sebagai pengelola dalam
peternakan. Manusia sebagai pengelola peternakan dibedakan berdasarkan
ilmu dan keteramilan yang dimilikinya (Rasyaf, 2002). Tanpa ilmu dan
ketrampilan manusia itu biasanya disebut tenaga kasar yang umumnya bertugas
di kandang sebagai pelaksana tugas rutin dan lain-lain (Ahmad, 2010).
Penerimaan
Penerimaan usaha ternak adalah nilai uang yang diterima dari penjualan
pokok usata ternak, tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan usaha ternak.
Penerimaan kotor usaha ternak adalah jumlah produksi yang dihasilkan dalam
suatu kegiatan usaha ternak dikalikan dengan harga jual yang berlaku dipasaran.

Universitas Sumatera Utara

Adapaun penerimaan usaha ternak adalah merupakan hasil perkalian antara
produksi yang diperoleh dengan harga jual (Siregar, 2009).
Total Penerimaan (TR) = Q x P
Dimana : TR = Total Revenue/penerimaan (Rp/Thn)
Q = Jumlah Produksi per tahun
P = harga (Rupiah)
Apabila hasil produksi peternakan dijual ke pasar atau ke pihak lain, maka
diperoleh sejumlah uang sebagai produk yang terjual tersebut. Besar atau kecilnya
uang diperoleh tergantung dari pada jumlah barang dan nilai barang yang dijual.
Barang yang dijual akan bernilai tinggi bila permintaan melebihi penawaran atau
produksi sedikit. Jumlah produk yang dijual dikalikan dengan harga yang
ditawarkan merupakan jumlah uang yang diterima sebagai ganti produk
peternakan yang dijualinilah yang dinamakan penerimaan (Rasyaf, 2002).
Penerimaan usaha tani adalah nilai uang yang diterima dari penjualan
pokok usahatani, tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan usaha tani.
Adapun penerimaan usaha tani adalah merupakan hasil perkalian antara produksi
yang diperoleh dengan harga jual (Soekartawi, dkk, 1995).
Penerimaan merupakan hasil perkalian dari produksi total dengan harga
perolehah satuan. Produksi total adalah hasil utama dan sampingan, sedangkan
harga

adalah

harga

pada

tingkat

usahatani

atau

harga

jual

petani

(Soeharjo dan Patong, 1973).
Penerimaan usahatani dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penerimaan
bersih usahatani dan penerimaan kotor usahatani. Penerimaan bersih usahatani
adalah merupakan selisih antara total penerimaan usahatani dengan pengeluaran

Universitas Sumatera Utara

total usahatani. Pengeluaran total usahatani adalah nilai semua masukan yang
habis terpakai dalam proses produksi, tidak termasuk tenaga kerja dalam keluarga
petani. Penerimaan kotor usahatani adalah nilai total produksi usahatani dalam
jangka

waktu

tertentu

baik

yang

dijual

maupun

tidak

dijual

(Soekartawi dkk, 1986).
Soekartawi (1995) menyatakan bahwa penerimaan adalah perkalian antara
produksi yang diperoleh dengan harga jual. Sedangkan pendapatan (keuntungan)
adalah selisi anatara penerimaan dengan semua biaya dengan rumus π = TR – TC
dimana π adalah pendapatan, TR adalah penerimaan dan TC adalah total biaya.
Selanjutnya dikatakan, bahwa penerimaan diperoleh dari produksi fisik dikali
dengan harga produksi. Total pendapatan bersih diperoleh dari total penerimaan
dikurangi denga total biaya dalam suatu proses produksi.
Dalam menaksir pendapatan kotor petani semua komponen produksi yang
tidak dijual harus dinilai berdasarkan harga pasar, sehinga pendapatan kotor
petani dihitung sebagai penjualan ditambah nilai produk yang digunakan untuk
konsumsi rumah tangga atau dengan kata lain pendapatan kotor usaha tani (gross
farm income) adalah nilai produk total usaha tani dalam jangka waktu tertentu,
baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Sedangkan pendapatan bersih usaha
tani (net farm income) adalah selisih antara pendapatan kotor usaha tani dengan
pengeluaran total usaha tani. Dikatakan pula total pendapatan diperoleh dari total
penerimaan dikurangai dengan total biaya dalam suatu proses produksi
(Soekartawi, dkk, 1995).
Analisis pendapatan berfungsi untuk mengukur berhasil tidaknya suatu
kegiatan usaha, menentukan komponen utama pendapatan dan apakah komponen

Universitas Sumatera Utara

itu masih dapat ditingkatkan atau tidak. Kegiatan usaha dikatakan berhasil apabila
pendapatannya memenuhi syarat cukup untuk memenuhi semua sasaran produksi.
analisis usaha tersebut meruakan keterangan yang rinci tentang penerimaan dan
pengeluaran dalam jangka waktu tertentu (Aritonang, 1993).

Pd = TR - TC
Dimana :
Pd = Total Pendapatan yang diperoleh petani peternak (Rp/Thn)
TR = Total Revenue/Penerimaan yang diperoleh petani peternak (Rp/Thn)
TC = Total Cost/Biaya yang dikeluarkan petani peternak (Rp/Thn).
Menurut Suharno dan Nazaruddin (1994), gambaran mengenai usaha ternak
yang memiliki prospek cerah dapat dilihat dari analisis usahanya. Analisis usaha
juga dapat memberikan informasi lengkap tentang modal yang diperlukan,
penggunaan modal, besar biaya untuk bibit, pakan dan kandang, lamanya modal
akan kembali dan tingkat keuntungan yang diperoleh.

Pendapatan Usaha Non Ternak Kerbau
Pendapatan Usaha Tani
Pendapatan usahatani adalah pendapatan yang berasal dari kegiatan
usahatani dan peternakan setiap tahun, dimana salah satu sumber umum atau
kategori pendapatan usahatani diperoleh melalui penjualan tanaman dan hasil
ternak seperti daging dan telur (Rasyaf, 2002).
Usaha tani adalah kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan tanahnya
dengan

maksud

untuk

memperoleh

hasil

tanaman

atau

hewan

tanpa

Universitas Sumatera Utara

mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk
memperoleh hasil selanjutnya (Adiwilaga,1992).
Tanaman pertanian yang sering dikelola oleh petani dapat klasifikasikan
pada tanaman semusim dan tanaman keras, Tanaman semusim sering disebut
tanaman muda atau tanaman tahunan atau annual crop. Contoh annual crop
adalah padi, jagung, pisang, cabe, kentang, kacangan, dan sebagainya. Tanaman
semusim ini dapat dibagi dua yaitu sekali tanam sekali panen seperti padi, jagung.
Sekali tanam beberapa kali panen seperti cabe, tomat arcis, buncis dan
sebagainya. Tanaman Keras atau perenial crop adalah tanaman yang berumur
panjang dan dapat berbuah atau panen berkali-kali. Contohnya: karet, kelapa
sawit, coklat, durian, mangga, asam gelugur, duku dan sebagainya.
Khusus di Kabupaten Pakpak Bharat sektor tanaman pangan atau tanaman
semusim merupakan sektor yang dominan dan mendapat perhatian khusus dari
pemerintah karena sebagian besar mata pencaharian penduduknya umumnya
adalah bertani. Salah satu komoditi unggulan yang mendapat perhatian khusus
adalah komoditi padi sawah (BPS Kabupaten Pakpak Bharat, 2014).
Selain budidaya tanaman pangan, subsektor tanaman perkebunan/tanaman
keras merupakan subsektor penyumbang kedua setelah tanaman bahan makanan
terhadap nilai tambah sektor pertanian. Salah satu komoditas unggulan dalam
sektor perkebunan di kabupaten Pakpak Bharat adalah gambir. Selain tanaman
gambir, di Pakpak Bharat juga terdapat komoditas tanaman perkebunan lainnya
yang juga sangat berpotensi apabila dikembangkan seperti kopi, karet dan
kemenyan (BPS Kabupaten Pakpak Bharat, 2014).

Universitas Sumatera Utara

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Tani
a. Luas lahan
Luas lahan yang di tanami padi berpengaruh terhadap keuntungan usahatani.
Secara teori semakin luas lahan garapan semakin tinggi keuntungan yang
diterima. Tetapi keuntungan yang diterima petani padi juga dipengaruhi faktor
yang lain seperti komoditi yang di tanam, penerapan teknologi, kesuburan
tanah dan lain sebagainya.
b. Jumlah bibit
Bibit padi adalah gabah yang di hasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk
disemaikan menjadi pertanaman. Kualitas benih itu sendiri akan ditentukan
dalam proses perkembangan dan kemasakan benih.
c. Jumlah pupuk
Unsur hara yang terkandung pada setiap bahan untuk melengkapi unsur hara
yang ada pada tanah yang diperlukan tanaman, dinamakan pupuk. Tujuan
penggunaan pupuk adalah untuk mencukupi kebutuhan makanan (hara). Pupuk
yang biasanya digunakan oleh petani berupa pupuk alam ( pupuk organik) dan
pupuk buatan ( pupuk anorganik)
d. Jumlah tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan faktor produksi kedua setelah tanah. Tenaga kerja
yang digunakan di daerah penelitian menggunakan tenaga kerja manusia dan
mekanik. Di mana tenaga kerja manusia dapat diperoleh dari dalam keluarga
dan dari luar keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga adalah jumlah tenaga kerja
potensial yang tersedia pada satu keluarga petani. Sedang tenaga kerja luar
keluarga diperoleh dengan cara upahan.

Universitas Sumatera Utara

e. Pestisida
Semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan
untuk memberantas atau mencegah penyakit pada tanaman dan hasil pertanian.

Universitas Sumatera Utara