Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen Terhadap Jumlah Konsumsi Beras (Studi Kasus : Kecamatan Medan Denai)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik beras
Menurut Astuti (2008), penduduk di berbagai negara memiliki selera yang
berbeda terhadap kandungan amilosa yang terdapat di dalam beras. Penduduk
Filipina, Malaysia, Thailand, dan Indonesia menyukai rasa nasi dari beras dengan
kandungan amilosa medium (20-25 persen), sedangkan Jepang dan Korea
menyukai beras dengan kadar amilosa rendah (13-25 persen).
Kandungan amilosa ini mempengaruhi kandungan rasa nasi secara keseluruhan
sebesar 65 persen. Amilosa adalah rangkaian dari unit-unit gula (glukosa) yang
menyusun molekul besar dari pati beras. Kandungan amilosa mempengaruhi
kepulenan nasi, sifat pemekaran volume beras, dan cepatnya nasi mengeras
setelah dimasak. Semakin kecil kadar amilosa beras, maka nasi akan semakin
pulen, semakin tidak mekar, dan semakin lama menjadi keras satelah dingin
Menurut Damardjati, (1995). Ukuran beras secara umum digolongkan atas butir
sangat panjang (> 7mm), panjang (6-6,9 mm), sedang (5-5,9 mm) dan pendek (< 5
mm). Sedangkan bentuknya digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu lonjong
(ramping), sedang, dan bulat. Di pasaran internasional, beras ukuran panjang
mempunyai preferensi yang tinggi serta memberikan perbedaan harga yang jelas.
Berbeda dengan di Indonesia, ukuran biji beras tidak memberikan perbedaan
terhadap harga beras


Universitas Sumatera Utara

Aroma pada beras dipengaruhi oleh suhu dan udara. Apabila beras disimpan pada
suhu diatas 15° C, setelah 3-4 bulan, beras akan mengalami perubahan aroma dan
rasa. Semakin tinggi suhu udara dan semakin lama beras disimpan, akan semakin
menurun rasa dan aroma nasinya, bau penguk atau yang lebih dikenal sebagai bau
apek dari beras giling yang telah lama disimpan ternyata disebabkan oleh
beberapa senyawa karbonil yang bersifat tengik, yaitu senyawa-senyawa hasil
oksidasi lemak yang terdapat pada permukaan beras oleh oksigen.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Karakteristik Sosial Ekonomi
Konsumen adalah setiap pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik untuk kepentingan sendiri, keluarga, orang lain maupun
makhluk hidup lainnya. Konsumen individu membeli barang dan jasa untuk
digunakan sendiri, sedangkan konsumen organisasi meliputi organisasi bisnis,
yayasan, lembaga sosial, dan lembaga lainnya (sekolah, perguruan tinggi dan
rumah sakit) (Simanjuntak, 2012).
Menurut Sumarwan (2002), karakteristik konsumen meliputi pengetahuan dan
pengalaman konsumen, kepribadian konsumen, dan karakteristik demografi

konsumen. Pengetahuan dan pengalaman konsumen berasal dari kejadian yang
sudah dialaminya terdahulu dan cerita dari keluarga, tetangga maupun para
kerabat dekatnya. Kepribadian konsumen merupakan aspek penting dalam
pandangan konsumen dalam menanggapi isu tidak baik mengenai produk dan atau
jasa yang telah menjadi langganannya. Sedangkan karekteristik demografi
meliputi usia, jenis kelamin, ukuran pekerjaan yang mempengaruhi pengambilan
keputusan konsumen dalam memilih produk atau jasa.

Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Jumlah konsumsi
Jumlah konsumsi pangan penduduk berkaitan dengan perilaku konsumsi
masyarakat. Berbagai masalah yang dihadapi dalam konsumsi pangan adalah :
1. Penduduk yang cukup besar, sekitar 250 juta jiwa dengan konsentrasi pangan
pokok beras, pada saat ini membutuhkan sekitar 28 ton beras. Dengan
penduduk yang terus bertambah beban penyediaan beras untuk memenuhi
permintaan yang meningkat akan semakin bertambah berat, terutama dalam
kondisi semakin terbatasnya sumber daya alam sebagai basis produksi.
2.


Kebijakan

pengembangan

pangan

yang

terfokus

pada

beras

telah

mengabaikan potensi sumber-sumber pangan karbohidrat lainnya, dan
lambatnya pengembangan usaha penyediaan bahan pangan sumber protein
seperti serelia, daging, susu, telur serta sumber zat gizi mikro yaitu sayuran
dan buah-buahan. Karena itu, sampai saat ini sumber protein nabati pun masih

didominasi berasal dari beras.
3. Teknologi pengolahan pangan lokal di masyarakat kurang berkembang
dibandingkan teknologi produksi dan kurang bisa mengimbangi semakin
membanjirnya produk pangan olahan yang berasal dari pangan impor.
Makanan cepat saji yang menggunakan bahan impor dan kurang
menggunakan bahan pangan lokal telah menjadi bagian perilaku sebagian
masyarakat di berbagai kota besar dan cenderung semakin meningkat.
4.

Masyarakat pada daerah – daerah tertentu masih mengalami kerawanan
pangan secara berulang (kronis) pada musim paceklik, demikian pula sering
terjadi kerawanan pangan mendadak pada daerah –daerah yang terkena

Universitas Sumatera Utara

bencana. Kerawanan kronis disebabkan karena terbatasnya kemampuan
produksi serta sumber pendapatan yang dibutuhkan untuk menopang
kebutuhan rumah tangganya (Suryana, 2003).
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi Jumlah konsumsi beras adalah
sebagai berikut:

1. Tingkat Pendapatan
Pada umumnya jika tingkat pendapatan naik, jumlah dan jenis makanan
cenderung membaik juga, tingkat pendapatan yang nyata dari keluarga
menentukan jumlah dan kualitas makanan yang diperoleh. Pada tingkat
pendapatan yang rendah sumber energi utama diperoleh dari padi-padian, umbiumbian dan sayur (Suhardjo, 2008).
Pendapatan rumah tangga sangat besar pengaruhya terhadap jumlah konsumsi.
Biasanya makin baik (tinggi) tingkat pendapatan, jumlah konsumsi semakin
tinggi. Karena ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga
untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi makin besar. Atau mungkin
juga pola hidup makan konsumtif, setidak-tidaknya semakin menuntut kualitas
yang baik. Contoh yang amat sederhana adalah jika pendapatan sang ayah masih
sangat rendah, biasanya beras yang dipilih untuk konsumsi juga beras kelas
rendah/menengah (Khoirina, 2011).
2. Usia
Sumarwan (2004) berpendapat bahwa semua penduduk berapapun usianya adalah
konsumen. Perbedaan usia akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan

Universitas Sumatera Utara

terhadap produk. Seseorang yang berusia relatif muda, akan lebih cepat menerima

sesuatu yang baru.
3. Jumlah Anggota Keluarga
Menurut Suhardjo (1996), sumber pangan keluarga terutama mereka yang miskin
akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makanannya jika yang harus diberi
makan jumlahnya sedikit. Pangan yang tersedia untuk suatu keluarga yang besar
mungkin cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut,
tetapi tidak cukup untuk mencegah gangguan gizi pada keluarga yang besar
tersebut.
4. Pendidikan
Menurut Sumarwan (2004), pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan seorang
konsumen. Konsumen yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan sangat
responsif terhadap informasi, pendidikan juga mempengaruhi konsumen dalam
pilihan produk maupun merek. Pendidikan yang berbeda akan menyebabkan
selera konsumen yang berbeda pula. Pendidikan yang rendah juga akan
mencerminkan jenis pekerjaan dan pendapatan serta daya beli konsumen tersebut.
2.3 Penelitian Perdahulu
Penelitian tentang pengaruh karakteristik sosial ekonomi konsumen beras
terhadap Jumlah konsumsi beras telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti
terdahulu dengan daerah dan kondisi yang berbeda-beda. Penelitian tersebut dapat
dipakai sebagai rujukan yang relevan bagi penelitian ini. Untuk pemaparan

selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti

Judul

Cahyani
ngsih
/2008

Analisis
Jumlah
konsumsi
Pangan Di
Provinsi
Jawa
Barat


Silalahi/
2015

Tingkat
dan
Jumlah
konsumsi
Beras
Masyarak
at Kota
Medan
Serta
FaktorFaktor
yang
Mempeng
aruhinya
(Studi
Kasus :
Perumaha

n Taman
Setia Budi
Indah
(TASBI)
Kelurahan
Tanjung
Sari.

Identifikasi
Masalah
1.Bagaiman
Jumlah
konsumsi
pangan sumber
karbohidrat dan
protein
menurut tipe
daerah?
2.Bagaimana
Jumlah

konsumsi
pangan sumber
karbohidrat dan
protein
menurut
golongan
pengeluaran?
3. Bagaimana
tingkat dan
keanekaragama
n konsumsi
pangan
menurut
tipe daerah dan
golongan
pengeluaran?
1.Bagaimana
jumlah
konsumsi beras
masyarakat

Kota Medan di
daerah
penelitian?
2.Bagaimana
Jumlah
konsumsi beras
masyarakat
Kota Medan di
daerah
penelitian?
3.Faktor faktor
apa saja yang
mempengaruhi
Jumlah
konsumsi beras
masyarakat
Kota Medan
yang dilihat
dari frekuensi
makan nasi di
daerah
penelitian?

Metode Analisis

Hasil Penelitian

Pengolahan data
dilakukan dengan
menggunakan
software
“Program
Aplikasi
Perencanaan
Pangan dan Gizi”
yang
dikembangkan
oleh Heryatno,
Baliwati,
Martianto, &
Herawati 2004
dan program
komputer
Microsoft Excel,
kemudian
dianalisis secara
deskriptif

Konsumsi beras masih
mendominasi Jumlah
konsumsi sumber
karbohidrat, baik di
pedesaan, perkotaan,
maupun wilayah jawa
barat. Apabila dilihat dari
tipe daerah terlihat bahwa
rata-rata konsumsi beras
rumah tangga di pedesaan
lebih tinggi dari perkotaan.
Selain itu, terigu juga
menjadi Jumlah konsumsi
pangan sumber karbohidrat
di pedesaan, perkotaan
maupun wilayah Jawa
Barat.

Metode
pengambilan
sampel ditentukan
dengan metode
Sampling Kuota.
Sistem
pengambilan
sampel dilakukan
secara simple
random sampling
(secara acak).

Dari hasil penelitian
diperoleh bahwa
Kebutuhan beras di
masyarakat Kelas Bawah
lebih besar dibandingkan
dengan kebutuhan beras
masyarakat Kelas
Menengah dan Kelas Atas;
Jumlah konsumsi beras
sampel di kelas atas lebih
kecil baik itu pada waktu
sarapan, makan siang
maupun makan malam jika
dibandingkan dengan pola
makanan di kelas
menengah dan bawah; dan
faktor-faktor sosial
ekonomi (tingkat
pendidikan, jumlah
tanggungan keluarga,
tingkat pendidikan, usia,
harga beras dan frekuensi
konsumsi makanan
pengganti beras) secara
serempak tidak
mempengaruhi Jumlah

Universitas Sumatera Utara

Peneliti

Anggor/
2015

Judul

Analisis
Konsumsi
Pangan
Penduduk
Provinsi
Dki
Jakarta

Identifikasi
Masalah

1.Bagaimana
Jumlah
konsumsi
pangan di DKI
Jakarta?
2. Faktor-faktor
apa saja yang
mempengaruhi
Jumlah
konsumsi
pangan di DKI
Jakarta?

Metode Analisis

Pengolahan data
yang diperoleh
dilakukan dengan
menggunakan
program
komputer
Microsoft Office
Excel dan SPSS
16.0. Proses
pengolahan data
yang
dilakukan adalah
editing, cleaning,
dan analisis.
Proses cleaning
dilakukan
terhadap data
berat badandan
konsumsi yang
tidak lengkap serta
sampel yang
sesuai dengan
kriteria inklusi dan
ekslusi.Data
dianalisis dengan
menggunakan
analisis deskriptif,
uji normalitas,
serta korelasi
Spearman.

Hasil Penelitian
konsumsi beras sampel
(frekuensi konsumsi nasi).
Sedangkan secara parsial,
faktor sosial ekonomi yang
berpengaruh secara nyata
adalah harga beras.
Rata-rata konsumsi energi
rumah tangga sebesar 1500
±711.48
kkal/kap/hari, sedangkan
untuk protein sebesar 50.82
± 27.10 g/kap/hari. Tingkat
Konsumsi Energi (TKE)
sebagian besar rumah
tangga (53.1%) termasuk
dalam
kategori defisit tingkat
berat.Jumlah konsumsi
Protein (TKP)rumah
tangga
sebagian besar (47.2%)
termasuk dalam kategori
normal dan lebih.Kualitas
konsumsi penduduk DKI
Jakarta masih rendah,
ditandai dengan skor PPH
sebesar
76.6 masih jauh dari
standar pelayanan minimal
(SPM) sebesar 90 dan skor
ideal
100.
Berdasarkan hasil uji
korelasi Spearman tidak
ada hubungan (p>0.05)
antara pendidikan ibu
rumah tangga, besar
keluarga dan pengeluaran
pangan
rumah tangga dengan TKE
dan TKP rumah tangga

2.4 Kerangka Pemikiran
Penduduk Kota Medan, sama dengan penduduk Indonesia lainnya yang
merupakan konsumen beras. Konsumsi beras rata-rata di Sumatera Utara pada
tahun 2009 sebesar 134,13 kg/kapita sedangkan pada tahun 2013 sebesar 131,46

Universitas Sumatera Utara

kg/kapita. Konsumsi beras rata rata perkapita di Kota Medan sebesar 134
kg/kapita bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi beras rata rata
nasional

sebesar

114

kg/kapita,

data

ini

diperoleh

berdasarkan

data

BPS/Kemendag. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas),
dimana rata-rata konsumsi beras per kapita dalam rumah tangga adalah 87,63
kg/tahun atau 240 gr/hari, Data takaran neraca beras Kementan menyatakan
bahwa konsumsi beras sebesar 124 kg/tahun atau 340 gr/hari. Sedangkan menurut
data Badan Pusat Statistik dimana rata-rata konsumsi beras tingkat nasional dapat
mencapai sekitar 27 juta ton.
Kajian karakteristik sosial ekonomi konsumen beras (pendapatan, usia, jumlah
anggota keluarga dan pendidikan), dimana masing masing karakteristik konsumen
beras berpengaruh terhadap Jumlah konsumsi. Dilihat dari pendapatannya,
semangkin besar pendapatan seseorang maka Jumlah konsumsi semakin besar..
Dari sisi usia, semakin bertambah usia seseorang maka Jumlah konsumsi akan
bertambah. Dari jumlah anggota keluarga, semakin banyak anggota keluarga
maka Jumlah konsumsi bergantung pada pendapatannya. Dan dilihat dari
pendidikan, semakin tinggi pendidikan maka Jumlah konsumsi akan beras akan
meningkat.
Berdasarkan dari kajian karakteristik sosial ekonomi konsumen beras (pendapatan,
usia, jumlah anggota keluarga, dan pendidikan maka akan berpengaruh terhadap
Jumlah konsumsi konsumen beras. Berikut skema kerangka pemikiran,

Universitas Sumatera Utara

Konsumen Beras

Karakteristik Sosial
Ekonomi :

Pendapatan
Rumah Tangga

Usia

Konsumsi beras dilihat dari
atribut beras:

Jenis

Kepulenan

Pendidikan

Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah konsumsi Beras

Aroma

Bentuk
beras

Daya
Tahan

Derajat
Putih

Keterangan:
: Menyatakan Alur
: Menyatakan Pengaruh

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Universitas Sumatera Utara

2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan dan sesuai dengan identifikasi
masalah yang ada, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu :
1. Karakteristik konsumen yaitu pendapatan rumah tangga, usia, jumlah anggota
keluarga, dan pendidikan secara parsial dan secara serempak berpengaruh
nyata terhadap Jumlah konsumsi beras di Kecamatan Medan Denai.

Universitas Sumatera Utara