Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen Terhadap Konsumsi Beras Organik ( Kasus: Kecamatan Medan Johor )

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris dengan sumber daya alam melimpah
dan wilayahnya yang luas berpotensi untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi
bagi penduduknya. Kekayaan alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang
besar menjadi potensi pengembangan sektor pertanian, dengan menghasilkan
produk-produk pertanian yang dibutuhkan masyarakat untuk mencukupi
kebutuhan sehari-hari (Soebandi, 1993).
Pangan merupakan segala sesuatu yang sangat penting bagi manusia. Oleh
karena itu, manusia senantiasa mengupayakan agar setiap hari dapat memenuhi
kebutuhan pangannya. Pangan yang cukup akan menjamin keberlanjutan
kehidupan manusia. Oleh karenanya, setiap orang membutuhkan pangan
mencakup antara lain aspek fisik pangan. Saat ini kondisi pangan sendiri
mengalami keperihatinan, karena maraknya peredaran makanan yang tidak sehat.
Utamanya adalah produk pertanian yang tidak sehat, lebih fokusnya pada beras,
yang mana di indonesia merupakan makanan pokok yang wajib dikonsumsi tiap
harinya.
Ada beberapa yang menjadikan produk hasil pertanian terutama beras
menjadi tidak sehat. Pertama, benih dan bibit yang digunakan merupakan benih

yang dikembangankan secara rekayasa genetik atau transgenik yang masih
diragukan kesehatannya. Kedua, sistem budidaya yang masih menggunakan
pestisida dan beranggapan bahwa semakin banyak petani menyemprot pestisida
karena dianggap sebagai petani modern. Ketiga, proses akhir dari pemolesan
maupun cara pengemasannya. Pemolesan merupakan proses pecah kulit,

1

Universitas Sumatera Utara

2

kemudian beras dipoles (dikabut menggunakan bahan-bahan kimia tertentu),
hasilnya beras lebih jernih. Harga beras jadi lebih mahal, tapi dari segi kesehatan
sangat rendah kualitasnya. Proses pengemasan juga sering terjadi kecurangan atau
dioplos, misalnya beras dikemas dalam kemasan bertuliskan kota lain, atau
biasanya beras yang dijual di pasar dicampur dengan beras lain, namun diklaim
sebagai beras tertentu. Keempat, cara penjualan yang sembrono juga dapat
menyebabkan beras menjadi tidak sehat. Para penjual beras sering lalai dalam
proses penjualan. Beras sering tidak dikemas, bahkan sering terkena sisa

pembakaran motor atau pabrik. Telah dilakukan penelitian bahwa banyak beras
yang dijual di pasar tradisional tidak sehat karena banyak mengandung Pb
(timbale). Dan orang-orang yang dirugikan tidak lain adalah konsumen,
khususnya konsumen kota. Selama ini konsumen hanya memperlihatkan
kenampakan fisik dan kemasan yang baik saja karena tidak paham beras yang
yang sehat seperti apa, konsumen harus membayar dengan harga tinggi.
Menurut Sriyanto (2010), salah satu produk pangan organik adalah beras
organik. Kehadiran beras organik disambut gembira masyarakat yang sangat
memperhatikan kesehatan dan kelestarian lingkungan. Mereka mulai sadar bahwa
selama ini makanan yang dikonsumsi mengandung residu pupuk dan pestisida
kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Itulah sebabnya mereka mulai mencari
bahan makanan yang diproduksi secara organik sehingga aman dikonsumsi dan
sekaligus ramah lingkungan. Hal tersebut terindikasi dengan pertumbuhan pasar
organik diperkirakan mencapai 20-30% per tahun. Bahkan, di beberapa negara
tertentu mencapai 50% per tahun. Kenaikan penjualan produk organik disebabkan
oleh alasan kesehatan, 94% responden di berbagai kota besar di Eropa
menyatakan bahwa mereka membeli pangan organik karena mereka sangat peduli

Universitas Sumatera Utara


3

akan kesehatan pribadi serta anggota keluarganya, sehingga diperkirakan
permintaan beras organik akan meningkat dan peluang pasarnya semakin lebar.
Menurut Winarno (2009), kesehatan merupakan faktor utama yang
memotivasi konsumen untuk membeli dan mengkonsumsi produk pangan
organik. Terjadinya perubahan konsumen yang berpaling ke pangan organik
sering dipengaruhi oleh terjadinya musibah dalam kehidupan keluarga konsumen,
seperti adanya anggota keluarga yang terserang penyakit berat, usia anggota
keluarga yang semakin lanjut, adanya gangguan kesehatan dan kelahiran anak.
Kepercayaan konsumen terhadap produk pangan organik merupakan salah satu
motivasi untuk membeli produk ini, namun kepercayaan juga dapat menjadi
penghambat konsumen untuk membeli produk pangan organik.
Alasan harus mengkonsumsi pangan organik yaitu untuk menjadi sehat
minimal kita dapat memulai dari yang kita makan sehari-hari. Nasi (beras) adalah
60% - 70% dari total yang kita makan setiap hari, jadi nasi (beras) sangatlah
berpengaruh bagi kesehatan kita. Namun saat ini kebanyakan makanan
dibudidayakan secara konvensional (menggunakan pestisida sintetis atau kimia)
yang mengandung residu bahan-bahan kimia. Semua jenis pestisida merupakan
bahan Karsinogenik (zat yang ditimbulkan karena pembakaran yang bisa

merangsang tumbuhnya kanker. Mengkonsumsi makanan yang mengandung
Karsinogen sangatlah berbahaya, terutama bagi anak-anak, karena anak-anak
mudah terserang racun daripada orang dewasa. Memilih makanan memiliki
sebuah efek penting bagi kesehatan anak di masa depan. Dengan mengkonsumsi
pangan organik berarti kita ikut serta dalam pemulihan ekosistem yang telah rusak
serta berperan secara aktif menjaga keseimbangan alam. Ada beberapa racunracun POP (Persistent Org Pollutant) yang perlu diwaspadai akibat dari

Universitas Sumatera Utara

4

pemakaian

pestisida

sintesis

atau

bahan


kimia

selain

DDT

(Diklorodifeniltrikloroetana) yang terdapat dalam tanah, udara dan air.
Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dan
kepedulian terhadap lingkungan yang semakin tinggi, maka sebagian masyarakat
sudah mulai menghindari mengkonsumsi beras yang menggunakan pupuk sintesis
dan memilih beras yang bebas pestisida kimia.
Meski agak sulit membedakan beras yang organik dengan yang non
organik, namun ada beberapa cara untuk membedakannya, dapat dilihat pada
Tabel 1.1. berikut ini:
Tabel 1.1. Perbedaan Beras Organik dengan Beras Non Organik
Beras Organik

Beras Non Organik


Kesat

Secara fisik agak licin, putih
mengkilap, agak kesat, dan tercium
bau kimia/deterjen

Putih kusam atau buram

Saat direndam, air cucian menjadi
keputih-putihan

Tidak berbau

Menimbulkan serbuk berwarna putih
ke tangan saat beras itu masih kering

Mengandung kadar glukosa, terasa
manis bila dikunyah berulang-ulang

Terasa hambar, tidak ada rasa


Jika dimasak pulen

Jika dimasak terasa kasar seperti nasi
kering

Lebih tahan lama

Lebih cepat basi

Beras organik sebagai salah satu produk yang dihasilkan dari pertanian
bersifat ramah lingkungan dan lebih mendekatkan diri kepada konsep alam (back
to nature), sehingga mampu memberikan jaminan kualitas yang relatif lebih baik
dibandingkan dengan beras non organik. Hal tersebut menimbulkan daya tarik
tersendiri bagi konsumen kelas tertentu yang kemudian mengubah pola konsumsi
berasnya dari beras yang dibudidayakan secara anorganik ke beras organik,

Universitas Sumatera Utara

5


sehingga daya tarik dan popularitas beras yang diusahakan secara anorganik
berkurang bagi konsumen kelas tertentu.
Segmen pasar beras organik yang terbatas, menyebabkan beras organik
kurang dikenal oleh masyarakat umum. Pengembangan pemasaran beras organik
harus didasarkan pada karakteristik dan preferensi konsumen selain didasarkan
pada segmentasi geografis dan demografi. Perilaku konsumen dalam pembelian
beras organik dipengaruhi oleh faktor-faktor pengaruh sosial, pengaruh pribadi,
pengaruh budaya dan psikologi (Tjiptono, 1995).
Kondisi menarik yang muncul dalam penjualan beras organik adalah
meskipun beras organik relatif mahal, namun ada sebagian konsumen yang lebih
memilih untuk mengalihkan konsumsi berasnya ke beras organik. Ini disebabkan
dengan meningkatnya tingkat pendapatan dan pengetahuan akan pentingnya
makanan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan, sehingga
menyebabkan adanya permintaan konsumen terhadap beras organik. Alasan
pentingnya keamanan dari mengkosumsi beras organik menunjukkan bahwa
adanya permintaan terhadap beras organik tidak hanya tergantung dari faktor
harga maupun tingkat pendapatan, tetapi juga disebabkan oleh faktor lainnya.
Menurut Winarno (2003), peningkatan permintaan pangan organik dipicu
oleh meningkatnya jumlah expatriate yang berada di kota-kota besar dan laju

perkembangannya didorong oleh berkembangnya masyarakat kelas menengah ke
atas.
Dari latar belakang tersebut penulis mencoba menelitiPengaruh
Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen terhadap Konsumsi Beras Organik
(Kasus: Kecamatan Medan Johor).

Universitas Sumatera Utara

6

1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik sosial ekonomi konsumen beras organik di daerah
penelitian ?
2. Bagaimana pengaruh karakteristik sosial ekonomi konsumen terhadap
konsumsi beras organik ?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis karakteristik sosial ekonomi konsumen beras organik di
daerah penelitian

2. Untuk menganalisis pengaruh karakteristik sosial ekonomi konsumen terhadap
konsumsi beras organik di daerah penelitian
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan informasi dan studi bagi konsumen beras organik di Kota
Medan.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintah daerah Kota Madya Medan
dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan beras organik.
3. Sebagai bahan untuk melengkapi skripsi yang merupakan salah satu syarat
dalam menempuh ujian sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan.

Universitas Sumatera Utara