KONDISI SOSIAL BUDAYA DAN EKONOMI MASYAR (1)

A. KONDISI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT SEKITAR KEBUN TEH
WONOSARI
Perkebunan teh yang dikelola PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) memiliki luas
1.144,31 hektare yang terbagi atas tiga bagian perkebunan. yaitu kebun Wonosari
seluas 370,31 hektare di Desa Toyomarto Kecamatan Singosari, kebun Gebug Lor
seluas 344,11 hektare di Desa Wonorejo Kecamatan Lawang, dan kebun Raden
Agung seluas 429,89 hektare di Desa Ambal-Ambil Kecamatan Kejayan. Secara
geografis, perkebunan ini berada pada ketinggian 950-1250 meter dari permukaan
laut (dpl), dengan temperatur udara 17-30°C. Memiliki kelembaban udara pada
waktu siang hari antara 60-20 persen dan 80-90 persen pada waktu malam hari
dengan jenis tanah sebagian besar latosol dan andosol. Berdirinya perkebunan teh
yang ada sejak zaman belanda tentu akan mempengaruhi kondisi sosial masyarakat
sekitar perkebunan. Hal ini dapat terlihat dari mata pencaharian masyarakat yang
sebagian berada di sector perkebunan. Secara umum di sekitar perkebunan teh
Wonosari terdapat variasi keadaan sosial-ekonomi penghuninya, tergantung pada
status pekerjaannya. Dalam masing-masing status pekerjaannya akan berpengaruh
pada status upah dan akan membawa konsekuensi terhadap kehidupan sosial
ekonomi masyarakat sekitar Perkebunan Teh Wonosari Desa Toyomarto Kecamatan
Singosari Kabupaten Malang. Pada permulaan abad ke-20 mulai didirikan sekolahsekolah di desa dan mulai lebih banyak tenaga pengajar untuk sekolah-sekolah di
desa. Beranekaragamnya mata pencaharian dalam kehidupan bermasyarakat desa
toyomerto menunjukkan bahwa masyarakat tidak hanya bergantung pada sector

pertanian. Selain sektor pertanian, sektor industri, perdagangan dan potensi
kerajinan semakin berkembang. Pemanfaatan program pembangunan yang
dilakukan oleh pihak perkebunan mulai dimaksimalkan oleh masyarakat Desa
Toyomarto yang sebagian besar penduduknya memanfaatkan perkebunan sebagai
sumber

pendapatan

untuk

meningkatkan

status

sosial

ekonomi

masyarakat.(Sosrodihardjo,1958: 98) Pada umumnya dilingkungan perkebunan teh
selain terdapat hamparan tanaman teh, terdapat pula unit bangunan untuk keperluan

pemrosesan teh mulai dari tempat penimbangan, unit pelayuan teh, tempat
pemrosesan (pabrik) juga gudang-gudang sebagai tempat penyimpanan hasil
produksi teh dan lain-lain. Selain yang berfungsi sebagi proses produksi terdapat
fasilitas lain berupa unit-unit bangunan yang dinikamati oleh para pekerja
perkebunan dan masyarakat umum. Adanya pengembangan perkebunan teh menjadi

agrowisata akan meningkatkan penyediaan beberapa sarana dan fasilitas sosial
seperti perumahan para staf dan karyawan perkebunan, saluran listrik dan air bersih,
puskesmas pembantu dan apotik, minimarket, masjid, sarana transportasi, kantin,
sarana olahraga, taman perkebunan dan bengkel. Fasilitas sosial dan sarana yang
disediakan oleh pihak perkebunan tersebut dimanfaatkan oleh para pekerja
perkebunan dan masyarakat umum. Dari segi pola pemukiman, pola pemukiman di
sekitar perkebunan memiliki pola menyebar, tidak berpusat pada satu titik saja dan
semua rumah yang ada merupakan rumah dinas, maka dari itu bentuk dan warna
sama semuanya. Selain itu, semua kebutuhan gratis, mulai dari air dan listrik
mendapat subsidi karena rata-rata sudah menggunakan token. Interaksi antar warga
desa masih terlihat guyub, budaya gotong royong masih ada, yaitu dengan adanya
kerja bakti,acara slametan maupun acara ruwat desa yang rutin dilaksanakan tiap
tahunnya. kegiatan warga lainnya seperti pengajian antar RT dan karangtaruna juga
masih tetap berjalan. Sarana dan prasarana kesehatan di sekitar perkebunan cukup

memadai. Dari segi kesehatan, dapat dilihat dari kegiatan posyandu diadakan setiap
awal bulan, terdapat dokter jaga dan dokter umum yang setiap hari jumat datang
untuk melakukan pemeriksaan. Perkembangan perkebunan yang semakin maju juga
memberikan dampak positif bagi pembangunan desa. Adanya perbaikan jalan akan
semakin mempermudah akses warga maupun wisatawan yang akan mengunjungi
agrowisata kebun teh wonosari
B. KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR KEBUN TEH
WONOSARI
Keberadaan Perkebunan Teh Wonosari membawa pengaruh positif bagi masyarakat
dengan adanya lapangan pekerjaan dan beberapa fasilitas perkebunan masyarakat
yang dapat menggunakan dan mampu memenuhi kebutuhan ekonomi dalam
kehidupannya sehingga kesejahteraannya meningkat. Keberadaan Perkebunan Teh
Wonosari juga dapat berpengaruh dalam perkembangan ekonomi masyarakat sekitar
desa setempat. Ha ini dapat dilihat melalui pendapatan yang diterima oleh masyarakat
khususnya tenaga kerja perkebunan yang digunakan untuk memenuhi dan mencukupi
kebutuhan perekonomian dalam keluarganya. Sebagian besar pegawai yang bekerja di
perkebunan yang dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) merupakan
masyarakat sekitar yang merupakan lulusan SMA/Sederajat Dari segi pendapatan,
adanya kenaikan upah para pekerja akan berdampak secara langsung terhadap
pendapatan. Para pemetik daun teh bekerja di perkebunan dengan sistem borongan.


Biasanya para pemetik daun teh dari jam 06.00 pagi hingga jam 14.00. Upah gaji
pemetik teh bergantung pada berapa banyak kg daun teh yang mereka petik per hari.
Upah petik daun teh yang diberikan per kilogramnya berkisar Rp 900,- sampai dengan
Rp 1.000,-. Semuanya tergantung dari analisa hasil petikan daun teh yang mereka
peroleh. Jika dapat dianalisa oleh mandor panen petik teh maka upah yang merek
peroleh per kilogramnya sebesar Rp 1.000,- tetapi jika tidak memperoleh analisa pada
hasil petikan daun teh maka upah yng mereka peroleh sekitar Rp 900,- per
kilogramnya. Pada saat memanen daun teh biasanya pukul 06.00 sampai dengan
pukul 16.00 memperoleh hasil petikan daun teh sekitar 35 kg sampai dengan 50 kg
per harinya. Selain bekerja sebagai pekerja perkebunan, masyarakat sekitar juga
bertani, seperti penanaman tebu, jeruk, sawi, dan sayur lobak. Tingkat perekonomian
masyarakat yang bertani jauh lebih tinggi daripada masyarakat yang mengandalkan
upah sebagai pekerja perkebunan. Luas lahan dari tanaman untuk tebu sekitar 46, 12
Ha, jeruk memiliki luas area sekitar 5,00 Ha, sayur sawi dan lobak luas lahannya
sekitar 2,00 Ha. Potensi dan usaha lain yang dimiliki masyarakat Desa Toyomarto
dapat berupa kerajinan home industry berupa sandal spon dan membuat kerajinan
berupa cobek. Dalam peningkatan perekonomian masyarakat sekitar desa baik yang
berskala rumahan maupun yang menyaraerap tenaga kerja,masyarakat juga memiliki
usaha sebgai peternak kambing serta budidaya ikan air tawar dan lain-lain.

Beranekaragam potensi yang dimiliki masyarakat Desa Toyomarto selain sebagai
tenaga kerja di Perkebunan Teh Wonosari Kecamatan Singosari Kabupaten Malang
juga memiliki beragam potensi masyarakat mulai dari sector pertanian, perdagangan,
pengrajin, peternakan dan lain-lain dapat memicu kepada setiap anggota keluarga
untuk bekerja sesuai dengan kapasitasnya masing-masing dengan salah satu tujuannya
guna mencukupi serta meningkatkan perekonomian keluarga dalam kehidupan
masyarakat. ( Padmo, 2005: 8). Perkebunan Teh Wonosari selain berpengaruh
terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat juga mempunyai konstribusi terhadap
pemerintah daerah setempat yang mana setiap tahun jumlah kontribusi yang
dikeluarkan berbeda-beda tergantungan hasil yang diperoleh pihak perkebunan.
Kebun teh wonosari telah dikembangkan menjadi daerah agrowisata. Selain
perkebunan teh yang hijau menghampar, daya tarik lain wisata agro ini adalah
wistawan dapat melakukankunjungan industry untuk mengetahui secara langsung
proses pengelolaan teh yang bahan bakunya langsung diambil dari perkebunan secara
langsung. Pengelola menyediakan tour guide bagi pengunjung yang ingin melihat

proses pembuatan teh mulai dari pemetikan pucuk daun teh hingga proses
fermentasinya. Produk teh yang dihasilkan oleh perkebunan teh wonosari bernama
Teh Rolas, teh dengan kualitas ekspor. Keunggulan Teh Olahan perkebunan wonosari
yaitu menggunakan teh segar yang langsung diolah di pabrik serta tidak menggunakan

bahan campuran dan pengawet. Selain itu pihak pengelola juga menawarkan beberapa
fasilitas rekreasi seperti kolam renang hangat dengan tiket masuk Rp 10 ribu per
orang, kebun binatang mini, depot Rolas, swalayan, aula Santoon & Java Cocoa,
wartel, rumah hiburan musik electone dan band, kesenian daerah, lokasi oubond,
penginapan, dan taman bermain.Sedangkan bagi para pengunjung yang ingin
berkeliling melihat pemandangan perkebunan teh, pihak pengelola juga menyediakan
fasilitas penyewaan kereta kelinci dan berkuda. Adanya berbagai fasilitas wisata
tersebut tentu menyerap tenaga kerja yang berasal dari masyarakat sekitar, sehingga
masyarakat sekitar dapat terperdayakan dan memperoleh penghasilan dari sector
pariwisata.

C. PROSES PENGOLAHAN TEH
1. Pelayuan
Selama proses pelayuan, daun teh akan mengalami dan perubahan yaitu
perubahan senyawa-senyawa kimia yang terdapat dalam daun serta menurunnya
kandungan air sehingga daun teh menjadi lemas. Proses pelayuan memiliki
tujuan menurunkan kadar air 30-40% dengan suhu 27°C. Proses ini dilakukan
pada alat withering trough selama 8-12 jam. Hasil pelayuan yang baik ditandai
dengan pucuk layu yang berwarna hijau kekuningan, tidak mengering, tangkai
muda menjadi lentur, bila digenggam terasa lembut dan bila dilemparkan tidak

akan buyar serta timbul aroma yang khas seperti buah masak.
2. Penggilingan
Proses ini biasanya berlangsung selama 90-120 menit tergantung kondisi dan
program giling pabrik yang bersangkutan. Mesin yang bisa digunakan dalam
proses penggilingan ini dapat berupa Open Top Roller (OTR), rotorvane dan
press cup roller (PCR), untuk teh hitam orthodox dan mesin crushing tearing dan
curling (CTC) : untuk teh hitam CTC.
3.

Fermentasi
Proses fermentasi akan mengubah warna daun teh yang semula berwarna hijau
menjadi hitam. Lama proses fermentasi 90 menit dengan suhu 25°C. Secara

kimia, selama proses penggilingan merupakan proses awal terjadinya fermentasi
yaitu bertemunya polifenol dan enzim polifenol oksidase dengan bantuan
oksigen. Penggilingan akan mengakibatkan memar dan dinding sel pada daun
teh menjadi rusak. Cairan sel akan keluar di permukaan daun secara rata. Proses
fermentasi ini merupakan dasar terbentuknya mutu teh. Selama proses ini
berlangsung, katekin akan diubah menjadi theaflavin dan thearubigin yang
merupakan komponen penting baik terhadap warna, rasa maupun aroma seduhan

teh hitam.
4. Pengeringan
Proses ini bertujuan untuk menghentikan proses fermentasi pada saat seluruh
komponen kimia penting dalam daun teh telah secara optimal terbentuk. Proses
ini menyebabkan kadar air daun teh turun menjadi 2,5 – 4%. Keadaan ini dapat
memudahkan proses penyimpanan dan transportasi. Mesin yang biasa digunakan
dapat berupa ECP (Endless Chain Pressure) dryer maupuun FBD (Fluid Bed
Dryer) pada suhu 115

selama 20-22 menit. Sebenarnya output dari proses

ini sudah dapat dikatakan sebagai teh hitam meski masih memerlukan proses
lebih lanjut untuk memisahkan dan mengklasifikasikan teh berdasarkan
kualitasnya. Untuk itu diperlukan proses sortasi dan grading.
5. Sortasi dan Grading
Sortasi bertujuan untuk memisahkan teh kering berdasarkan warna, ukuran dan
berat. Sedangkan grading bertujuan untuk memisahkan teh berdasarkan standar
mutu yang telah disepakati secara nasional maupun internasional.
6. Pengemasan (packing)
Packing menggunakan paper pack yang dilapisi dengan aluminium foil


D. PERANAN

PENDUDUK

DALAM

PENGEMBANGAN

AGROWISATA

KEBUN THE
Agrowisata, menurut Moh. Reza T. dan Lisdiana F, adalah objek wisata dengan
tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di
bidang pertanian. Agrowisata atau agrotourism dapat diartikan juga seabagai
pengembangan industri wisata alam yang bertumpu pada pembudidayaan kekayaan
alam. Industri ini mengandalkan pada kemampuan budidaya baik pertanian,
peternakan, perikanan atau pun kehutanan. Dengan demikian agrowisata tidak sekedar
mencakup sektor pertanian, melainkan juga budidaya perairan baik darat maupun laut.


Baik agrowisata yang berbasis budidaya, maupun ekowisata yang bertumpu pada
upaya-upaya konservasi, keduanya berorientasi pada pelestarian sumber daya alam
serta masyarakat dan budaya local.Industri wisata ini diharapkan mampu menunjang
berkembangnya pembangunan agribisnis secara umum. Kawasan agrowisata kebun
teh wonosari dapat dijadikan lokasi wisata alam serta wisata edukasi.

Peranan penduduk dalam pengembangan agrowisata yaitu:

a. Mampu memberikan fungsi kontrol & pengawasan terhadap program-program pemerintah
serta perkebunan khususnya tata ruang kawasan agrowisata.

b. Dapat memberikan masukan, kritik dan saran atas pedoman tata ruang kawasan
agrowisata yang ada dan sedang berjalan, sehingga diharapkan akan memberikan feed
back yang baik untuk perbaikan di masa yang akan datang.
c. Mampu menciptakan kesadaran, kesepakatan dan ketaatan masyarakat dan
pengembang usaha terhadap aturan tata ruang kawasan agrowisata dan sarana-sarana
pendukungnya
d. Masyarakat dan pengembang usaha di sekitar agrowisata dapat ikut serta
merencanakan, menggerakkan, melaksanakan dan juga mengontrol pelaksanaan
program agrowisata dan penataan ruang kawasannya.

e. Menciptakan kesadaran hukum dan budaya masyarakat akan pentingnya tata ruang
kawasan

agrowisata,

sehingga

masyarakat

dan

pengembang

usaha

selalu

berkoordinasi dan berhubungan dengan instansi pemerintah terkait jika melakukan
kegiatan yang berkaitan dan berhubungan dengan usaha agribisnis dan agrowisata.
f. Meningkatkan legitimasi program pembangunan kawasan agrowisata.
g. Masyarakat dapat menjadi pelaku langsung dan obyek dari program pengembangan
kawasan agrowisata baik sebagai investor, tenaga pertanian maupun tenaga wisata.
h. Masyarakat dapat turut serta dalam mengembangkan daya tarik bagi wisatawan
i. Dengan pengembangan agrowisata yang semakin maju,maka akan meningkatkan
pendapatan dari agrowisata yang nantinya akan berdampak pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat sekitar
j. Mampu mengembangkan usaha berbasis agribisnis dan agroindustri, baik dalam skala
kecil, menengah dan besar yang juga berorientasi pada industri wisata di kawasan
agrowisata.