PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATA

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATA PELAJARAN
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
I. PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Perubahan merupakan sesuatu yang harus terjadi pada bidang

pendidikan. Perubahan yang terjadi adalah pergantian kurikulum 2013 dari
kurikulum sebelumnya. Dalam rangka menerapkan pendidikan yang bermutu,
pemerintah telah menetapkan Kurikulum Tahun 2013 untuk diterapkan di
sekolah/madrasah. Pada setiap aplikasi kurikulum mempunyai pendekatan
pembelajaran berbeda-beda, demikian pada kurikulum sekarang ini.
Scientific approach (pendekatan ilmiah) adalah pendekatan pembelajaran
yang diterapkan pada aplikasi pembelajaran kurikulum 2013. Pendekatan ini
berbeda dari pendekatan pembelajaran kurikulum sebelumnya. Pada setiap
langkah inti proses pembelajaran, guru akan melakukan langkah-langkah
pembelajaran sesuai dengan pendekatan ilmiah.
Sebagai bagian dari Kurikulum 2013 yang menekankan pentingnya
keseimbangan


kompetensi

sikap,

pengetahuan

dan

keterampilan.

Kemampuan mempelajari sejarah kebudayaan Islam yang dituntut dibentuk
melalui

pembelajaran

berkelanjutan:

dimulai

dengan


meningkatkan

pengetahuan tentang sejarah kebudayaan sebelum dan sesudah Islam,
dilanjutkan dengan keterampilan menyajikan suatu permasalahan sesuai
kehidupan nyata dan menyelesaikannya, serta bermuara pada pembentukan
sikap jujur, kritis, kreatif, teliti, dan taat aturan. Oleh karena itu dalam
makalah ini akan membahas lebih jelas mengenai penerapan pendekatan
saintifik pada mata pelajaran sejarah kenudayaan Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat
dirumuskan adalah sebagai berikut:
1) Apa pengertian pendekatan saintifik.
2) Bagaimana kriteria dan langkah-langkah pendekatan saintifik.

1

3) Apa pengertian sejarah kebudayaan Islam.
4) Bagaimana penerapan pendekatan saintifik pada mata pelajaran sejarah
kebudayaan Islam.

C. Tujuan
1) Mengetahui pengertian pendekatan saintifik.
2) Bagaimana kriteria dan langkah-langkah pendekatan saintifik.
3) Apa pengertian sejarah kebudayaan Islam.
4) Bagaimana penerapan pendekatan saintifik pada mata pelajaran sejarah
kebudayaan Islam.

2

II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendekatan Saintifik
Pembelajaran kurikulum 2013 adalah pembelajaran dengan memperkuat
proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk mencapai kompetensi sikap,
pengetahuan dan keterampilan. Penguatan proses pembelajaran dilakukan
melalui pendekatan saintifik, yaitu pembelajaran yang mendorong siswa lebih
mampu

dalam

mengamati,


menanya,

mencoba/mengumpulkan

data,

mengasosiasi/menalar, dan mengomunikasikan.
Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi
langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode
ilmiah. Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan
terbudayakannya kecapakan berpikir sains, terkembangkannya “sense of
inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif siswa. Model pembelajaran yang
dibutuhkan adalah mampu menghasilkan kemampuan untuk belajar, bukan saja
diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih
penting adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh
peserta didik.1
Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai
muara akhir, namun proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh
karena itu pembelajaran saintifik menekankan pada keterampilan proses.

Model pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses sains adalah
model pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses sains ke
dalam sistem penyajian materi secara terpadu. Model ini menekankan pada
proses pencarian pengetahuan daripada transfer pengetahuan, peserta didik
dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam
proses pembelajaran, guru hanyalah seorang fasilitator yang membimbing dan
mengkoordinasikan kegiatan belajar. Dalam model ini peserta didik diajak
untuk melakukan proses pencarian pengetahuan berkenaan dengan materi
pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains sebagaimana dilakukan oleh
1 M. Hosman, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad
21 (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014) 34.

3

para ilmuwan (scientist) dalam melakukan penyelidikan ilmiah, dengan
demikian peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta,
membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya.2
Fokus proses pembelajaran diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa
dalam memproseskan pengetahuan, menemukan, dan mengembangkan sendiri
fakta, konsep, dan nilai-nilai yang diperlukan.

Model ini juga tercakup penemuan makna (meanings), organisasi, dan
struktur dari ide atau gagasan, sehingga secara bertahap siswa belajar
bagaimana mengorganisasikan dan melakukan penelitian. Pembelajaran
berbasis keterampilan proses sains menekankan pada kemampuan peserta didik
dalam menemukan sendiri (discover) pengetahuan yang didasarkan atas
pengalaman belajar, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan generalisasi, sehingga
lebih memberikan kesempatan bagi berkembangnya keterampilan berpirkir
tingkat tinggi. Dengan demikian peserta didik lebih diberdayakan sebagai
subjek belajar yang harus berperan aktif dalam memburu informasi dari
berbagai sumber belajar, dan guru lebih berperan sebagai organisator dan
fasilitator pembelajaran.
Model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains berpotensi
membangun

kompetensi

dasar

hidup


siswa

melalui

pengembangan

keterampilan proses sains, sikap ilmiah, dan proses konstruksi pengetahuan
secara bertahap. Keterampilan proses sains pada hakikatnya adalah
kemampuan dasar untuk belajar (basic learning tools) yaitu kemampuan yang
berfungsi

untuk

membentuk

landasan

pada

setiap


individu

dalam

mengembangkan diri.
Pendekatan saintifik atau ilmiah merupakan suatu cara atau mekanisme
pembelajaran untuk memfasilitasi siswa agar mendapatkan pengetahuan atau
keterampilan dengan prosedur yang didasarkan pada suatu metode ilmiah.
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran
2 Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013 (Yogyakarta: Gava
Media, 2014) 53.

4

harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap
menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu
tentang ‘mengapa’. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau

materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘bagaimana’. Ranah pengetahuan
menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu
tentang ‘apa’. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara
kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang
memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard
skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan,
dan pengetahuan.3
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah
(saintifik appoach) dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi
menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian
mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan
dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta.
B. Kriteria dan Langkah-Langkah Pembelajaran Saintifik
Proses pembelajaran dengan berbasis pendekatan saintifik atau ilmiah
harus dipandu dengan kaida-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini
bercirikan

penonjolan


dimensi

pengamatan,

penalaran,

penemuan,

pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian,
proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsipprinsip, atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi
kriteria seperti berikut :
1. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena
yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas
kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

3 http://umikhasanah49.blogspot.co.id/2014/05/bab-i-pendahuluan-1.html diakses
tanggal 06/12/2017
5

2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta

didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau
penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis,
dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik
dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari
substansi atau materi pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami,
menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif
dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik
sistem penyajiannya.
Selanjutnya,

pendekatan

saintifik

atau

pendekatan

ilmiah

ini

memerlukan langkah-langkah pokok sebagai berikut :
 Observing (mengamati)
Kegiatan

mengamati

mengutamakan

kebermaknaan

proses

pembelajaran (meaningful learning). Metode ini memiliki keunggulan
tertentu, seperti menyajikan media objek secara nyata, peserta didik senang
dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode mangamati sangat
bermanfaat bagi pemenuh rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses
pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bevariasi
kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan:
melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta
didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan
(melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.
Adapun prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan peserta didik selama

6

observasi pembelajaran yaitu cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada
objek yang diobservasi untuk kepentingan pembelajaran.
 Menanya
Guru harus mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan
dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Dalam
kegiatan menanya, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta
didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, atau dibaca.
Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan:
pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai pada yang
abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih
abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang
bersifat hipotesis. Tujuannnya agar siswa memiliki kemampuan berpikir
tingkat tinggi secara kritis, logis, dan sistematis (critical thinking skills).
Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari
guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai
ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara
mendiri. Dari kegitan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan
bertanya, dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam
bertanya, rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan tersebut
menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari
sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari
sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.
 Mencoba atau Mengumpulkan Data
Aplikasi metode mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan
berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah:
a. Menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut
tuntutan kurikulum.
b. Mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus
disediakan.

7

c. Mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen
sebelumnya.
d. Melakukan dan mengamati percobaan.
e. Mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data.
f. Menarik kesimpulan atas hasil percobaan.
g. Membuat laporan dan mengomunikasikan hasil percobaan.
 Menalar atau Mengasosiasikan
Menalar adalah salah satu istilah dalam kerangka proses pembelajaran
dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk
menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik
tekannya tentu dalam benyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif
daripada guru. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas
fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa
pengetahuan.
Istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada kurikulum
2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi
atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada
kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam
peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama
mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam
referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah
tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman
sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau
menalar.
 Mengomunikasikan
Pada kegiatan akhir diharapkan peserta didik dapat mengomunikasikan
hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok
dan atau secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama.
Kegiatan mengomunikasikan ini dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar

8

peserta didik mengetahui secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan
sudah benar atau ada yang harus diperbaiki.4
C. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam
Pengertian “ sejarah” secara etimologi dapat ditelusuri dari asal kata
sejarah yang seiring dikatakan berasal dari kata Arab “Syajarah” yang artinya
pohon. Penegetian sejarah pada dasarnya memberikan arti objektif tentang
masa lampau, dan hendaknya difahami sebagai suatu aktualitas atau sebagai
peristiwa itu sendiri.
Secara umum kebudayaan adalah istilah untuk segala hasil karya
manusia yang berkaitan dengan pengungkapan bentuk.Lalu kebudayaan atau
peradaban yang dipengaruhi oleh nilai-nilai Islam disebut kebudayaan atau
peradaban Islam.5 Jadi Sejarah Kebudayaan Islam adalah peristiwa-peristiwa
yang benar-benar terjadi dimasa lalu yang didalamnya terkandung ilmu
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan
kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai
anggota masyarakat.
Sejarah Kebudayaan Islam menekankan pada kemampauan mengambil
ibrah/hikmah dari sejarah Islam, meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan
mengaitkanya dengan fenomena social, budaya, politik, ekonomi, iptek dan
seni, dan lain-lain, untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam
pada masa kini dan masa yang akan datang.
D. Penerapan Pendekatan Saintifik Pada Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam
Disini pemakalah akan memberikan contoh penerapan pendekatan
saintifik pada mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam, dengan mengangkat
materi Khulafaur Rasyidin dan kami menggunakan metode card sort dalam
pembahasan ini, karena mempermudah dalam pembahasan materi yang banyak
seperti Khulafaur Rasyidin. Card sort yaitu strategi pembelajaran berupa
4 Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014)
234.
5 http://www.jejakpendidikan.com/2017/02/pengertian-sejarah-kebudayaan-islamski.html diakses tanggal 05/12/2017

9

potongan-potongan kertas yang dibentuk seperti kartu yang berisi informasi
atau materi pembelajaran. Berikut langkah-langkah penerapan pendekatan
saintifik pada materi khulafaur rasyidin dengan metode card sort:
 Mengamati
Pada langkah ini guru membagikan sebuah kartu yang berisi materi
khulafaur rasyidin, dan kartu dibuat berpasangan atau berurutan. Guru
membagikan kartu secara acak kepada siswa dan bisa juga dengan
memanggil siswa maju kedepan sesuai urutan absen untuk mengambil
kartu. Selanjutnya setelah semua siswa memegang kartu, sudah pasti siswa
akan melihat atau membaca materi yang tertulis pada kartu tersebut.

10

 Menanya
Pada pengamatan siswa terhadap kartu yang telah dibagikan oleh
guru, siswa akan timbul rasa ingin tahu maksud dari kartu yang telah
dipegang tersebut. Beberapa siswa bertanya mengenai beberapa hal mulai
dari maksud guru membagikan sebuah kartu, sampai hal-hal yang
mungkin belum dipahami dari materi yang tertulis di kartu itu.
Selanjutnya guru menjelaskan hal-hal yang membingungkan siswa dan
memberi tahu aturan main pada pembelajaran kali ini. Kemudian guru
menyuruh siswa menempel kartu di papan tulis sesuai dengan tema yang
telah guru tulis dan mengurutkan sesuai dengan sejarahnya.

11

 Mengumpulkan Data
Setelah itu, guru meminta siswa membentuk kelompok sesuai tema
yang telah dituliskan di papan tulis berdasarkan materi dari kartu yang
dipegang tadi. Kemudian siswa disuruh mencari informasi, data ataupun
materi sesuai tema dari kelompoknya masing-masing. Pencarian informasi
bisa dari buku paket, perpustakaan, ataupun internet.
 Mengasosiasikan
Langkah selanjutnya, siswa membahas urutan dari kartu yang telah
ditempelkan tadi sesuai dengan data yang telah diperoleh. Kekompakan
pada kelompok memang diperlukan pada langkah ini agar tidak ada
kesalah pahaman pada teman sekelompoknya. Siswa dilatih untuk
mengasosiasikan pemikiran dari teman sekelompoknya guna mencapai
satu pemikiran yang disepakati bersama.

 Mengomunikasikan
Pada tahap ini, masing-masing kelompok menunjuk salah seorang
dari kelompoknya untuk menjadi juru bicara dalam mempresentasikan
tema dari kelompoknya kepada kelompok lainya. Setelah menjelaskan
tema yang didapat, juru bicara membuka pertanyaan kepada kelompok lain
bila ada materi yang belum jelas dari presintasi tersebut dan menjawabnya.
Kegiatan ini berputar sampai semua kelompok telah presentasi.
Selanjutnya sebagai penutup dari pembelajaran, guru menjelaskan sedikit
12

beberapa materi yang mungkin ada kurang pas ataupun menyimpang dari
pokok bahasan.

13

III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dipahami bahwa:
1. Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkahlangkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah.
2. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran,
penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran.
3. Langkah-langkah pendekatan saintifik meliputi mengamati, menanya,
mengumpulkan data, mengasosiasikan, dan mengomunikasikan.
4. Sejarah Kebudayaan Islam adalah peristiwa-peristiwa yang benar-benar
terjadi dimasa lalu yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan kemampuan yang
lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
5. Penggunaan metode card sort dalam pembahasan Khulafaur Rasyidin sangat
cocok karena mempermudah dalam pembahasan materi yang banyak.
B. Saran
Penulis menyadari banyak terdapat kekeliruan dalam penulisan
makalah ini, maka penulis mengharapkan saran dari para pembaca demi
kesempurnaan pada penulisan makalah-makalah kami selanjutnya.

14

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013, Yogyakarta: Gava
Media, 2014.
http://umikhasanah49.blogspot.co.id/2014/05/bab-i-pendahuluan-1.html diakses
tanggal 06/12/2017
http://www.jejakpendidikan.com/2017/02/pengertian-sejarah-kebudayaan-islamski.html diakses tanggal 05/12/2017
Majid, Abdul, Pembelajaran Tematik Terpadu, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2014.
M. Hosman, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad
21, Bogor: Ghalia Indonesia, 2014.

15

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25