INTERNAL AUDIT AUDIT OPERASIONAL DAN AUD (7)

Reza Ardianti (2014017077) 4A3

INTERNAL AUDIT, AUDIT OPERASIONAL
DAN AUDIT KEUANGAN PEMERINTAH

INTERNAL AUDIT
A. Pengertian Audit Internal
Internal Audit adalah auditor yang bekerja didalam suatu entitas/perusahaan yang
bertugas untuk mengetahui apakah prosedur serta kebijakan yang sudah disusun dan
ditetapkan oleh manajemen telah diptuhi, menenttukan apakah penjagaan atas kekayaan
entitas/organisasi sudah baik atau tidak, menetukan tingkat efektivitas dan efisiensi prosedur
aktivitas kegiatan organisasi, serta menetukan kehandalan informasi yang telah dihasilkan
oleh bagian bagian dari entitas/organisasi.
Tingkatan atau struktur dari Standar audit internal terbagi menjadi dua bagian utama ditambah
dengan satu penjabaran dari masing - masing standar yaitu :
a.

Standar Atribut yaitu suatu standar yang menggambarkan atribut susunan suatu
organisasi dan individu dalam melaksanakan audit internal

b.


Standar Kinerja yaitu suatu standar yang menguraikan tentang hakikat audit internal
dan menunjukan kriteria kualitas kinerja dari pekerjaan-pekerjaan yang dapat diukur

c.

Standar Implementasi yaitu perluasan dari standar atribut dan standar kinerja dengan
memberikan aplikasi yang dibutuhkan untuk aktivitas Assurance dan Consulting

B. Fungsi Audit Internal
1. Fungsi Internal Audit sebagai Assurance
Fungsi internal audit pada aktivitas ini didefinisikan sebagai pemberian penilaian yang
objektif oleh Auditor Internal atas kecukupan proses tata kelola, manajemen risiko, dan
pengendalian dalam suatu organisasi. Kegiatan Assurance yang dilakukan oleh Audit Internal
ini biasanya melibatkan dua fungsi atau bagian yaitu pemilik proses (fungsi yang diperiksa),
dan Manajemen senior (Board) sebagai pengguna hasil pemeriksaan. Aktivitas assurance
(Audit) meliputi area : Keuangan (Finance), Kinerja (Operational), Kepatuhan (Compliance)
dan sistem pengendalian (Risk & Control) suatu organisasi. Hasil dari aktivitas Assurance
(Pemeriksaan) biasanya diungkapkan oleh Auditor Internal dalam bentuk opini, kesimpulan
atau penilaian dari hasil penugasan.


Reza Ardianti (2014017077) 4A3

2. Fungsi Audit internal atas aktivitas consulting
Fungsi internal audit terkait dengan jasa konsultasi ini didefinisikan sebagai aktivitas
pemberian saran atau rekomendasi oleh auditor internal tanpa terlibat langsung pada kegiatan
operasi organisasi. Dalam kegiatan konsultasi umumnya inisiasi datang dari auditee, yang
bertujuan untuk meminta Auditor Internal memberikan penilaian yang independen atas proses
tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian pada ruang lingkup yang ditentukan oleh
audit client (Auditee) yang disepakati oleh Audit Internal. Hasil konsultasi dengan Audit
Internal disajikan dalam bentuk rekomendasi, saran, nasihat dan pelatihan kepada Auditee.
3. Fungsi Audit internal terkait Tata Kelola Organisasi
Audit internal berfungsi untuk mengevaluasi proses tata kelola suatu organisasi merupakan
kombinasi proses dan struktur yang diimplementasikan oleh Manajemen Senior (Board) untuk
menginformasikan, mengarahkan, mengelola serta memantau aktivitas organisasi dalam
upaya pencapaian tujuan organisasi. Oleh karena itu aktivitas Audit Internal wajib menilai dan
membuat rekomendasi yang tepat bagi perbaikan proses tata kelola organisasi dalam upaya
pencapaian tujuan organisasi.
4. Fungsi Audit internal pada manajemen risiko
Fungsi internal audit harus melakukan evaluasi terhadap efektivitas manajemen risiko dan

berkontribusi terhadap perbaikan proses manajemen risiko. Ruang lingkup aktivitas
manajemen risiko yang perlu dievaluasi oleh Internal Auditor adalah yang berhubungan
dengan proses tata kelola organisasi, operasi dan sistem informasi. Penilaian yang dilakukan
oleh internal auditor adalah untuk menentukan apakah proses manajemen risiko tersebut telah
efektif, hasil dari penilaian Audit internal meliputi apakah : tujuan organisasi telah sejalan
dengan visi misi organisasi; risiko yang signifikan telah terdedeksi, tindakan yang dilakukan
untuk meminimalkan risiko telah sesuai dengan tingkatan risiko yang dapat diterima oleh
organisasi, informasi risiko yang relevan telah terdeteksi dan dikomunikasikan secara tepat
waktu disemua lini organisasi, yang memungkinkan staf, manajemen, dan dewan untuk
melaksanakan tanggung jawab mereka.
5. Fungsi Audit internal dalam mengevaluasi pengendalian
Fungsi Audit Internal harus membantu organisasi dalam mempertahankan pengendalian yang
efektif dengan mengevaluasi efektivitas, efisiensi dan mendorong perbaikan yang
berkelanjutan. aktivitas Audit Internal harus mengevaluasi kecukupan dan efektivitas
pengendalian untuk mengurangi atau meminimalkan risiko dalam proses tata kelola
perusahaan, operasi, dan sistem informasi organisasi, yang mempengaruhi :


Pencapaian tujuan strategis organisasi


Reza Ardianti (2014017077) 4A3



Kehandalan dan integritas informasi operasional dan keuangan



Efektivitas dan efisiensi operasional dan programnya



Pengamanan aset organisasi



Kepatuhan terhadap hukum, regulasi, kebijakan, kontrak dan prosedur

Audit internal harus mendapatkan bukti yang memadai dalam mengevaluasi efektivitas
pengendalian internal, dan berdasarkan bukti yang dimilikinya menyusun pendapat secara

keseluruhan mengenai kecukupan dan efektivitas pengendalian internal organisasi.
AUDIT OPERASIONAL
Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan
akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk
mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien, dan
ekonomis. Lingkup audit operasi berkenaan dengan setiap pengendalian yang mempengaruhi
efisiensi atau efektivitas, sedangkan lingkup dari evaluasi pengendalian internal atas
pelaporan keuangan terbatas pada efektivitas pengendalian internal atas laporan keuangan dan
dampaknya terhadap penyajian yang wajar dari laporan keuangan.
Jenis-jenis Audit Operasional Menurut Agoes, S. (2004), “Audit operasional dibagi
dalam 3 jenis, yaitu :
1. Audit Fungsional (Functional Audit) Fungsi adalah sarana untuk mengkategorikan
aktivitas perusahaan seperti fungsi penjualan atau fungsi penagihan. Audit fungsional
ini meliputi satu fungsi atau lebih dalam organisasi. Keunggulan dari audit fungsional
adalah memungkinkan auditor melakukan spesialis. Kekurangan audit fungsional adalah
tidak dievaluasinya fungsi yang saling berkaitan.
2. Audit Organisasional (Organizational Audit) Audit operasional atas suatu organisasi
menyangkut keseluruhan unit organisasi seperti departemen, cabang, atau anak
perusahaan. Penekanan audit organisasional adalah seberapa efisien dan efektif fungsifungsi dalam organisasi berinteraksi, rencana organisasi dalam metode-metode untuk
mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas merupakan hal yang penting dalam jenis

pemeriksaan ini.
3. Penugasan Khusus (Special Assignment) Penugasan audit operasional khusus timbul
atas permintaan manajemen. Terdapat banyak variasi dalam pemeriksaan tersebut,
misalnya penyelidikan kemungkinan kecurangan dalam satu divisi.” Tahap-Tahap Audit
Operasional Menurut (Arens dan Loebbecke, 2000)

Reza Ardianti (2014017077) 4A3

Ada tiga tahap yang dilakukan dalam melakukan audit operasional yaitu :
a. Perencanaan Perencanaan dalam audit operasional serupa dengan perencanaan untuk
audit atas laporan keuangan historis. Seperti dalam audit laporan keuangan, auditor
operasional harus menentukan lingkup penugasan dan menyampaikan hal itu kepada unit
organisasional, juga perlu menentukan staff yang tepat dalam penugasan, mendapatkan
informasi mengenai latar belakang unit organisasional, memakai struktur pengendalian
intern, serta menentukan bahan bukti yang tepat yang harus dikumpulkan. Perbedaan
utama antara perencanaan audit operasional dengan audit laporan keuangan adalah sangat
banyaknya keragaman dalam audit operasional. Oleh karena keragamannya, seringkali
sulit menentukan tujuan khusus pada suatu audit operasional, sehingga tujuannnya akan
didasarkan pada kriteria yang dikembangkan untuk penugasan.
b. Pengumpulan dan evaluasi bahan bukti Dengan cara yang sama seperti pada audit

keuangan, auditor operasional harus mengumpulkan cukup bahan bukti yang kompeten
agar dapat menjadi dasar yang layak guna menarik suatu kesimpulan mengenai tujuan
yang sedang diuji.
c. Pelaporan dan tindak lanjut Dua perbedaan utama dalam laporan audit operasional dan
keuangan yang mempengaruhi laporan audit operasional. Pertama, dalam audit
operasional, laporan biasanya dikirim hanya untuk pihak manajemen, dan satu salinan
untuk unit yang diperiksa. Tidak adanya pemakaian pihak ketiga, mengurangi pembakuan
kata-kata dalam laporan audit operasional. Kedua, keragaman audit operasional
memerlukan penyusunan laporan secara khusus untuk menyajikan ruang lingkup audit,
temuan-temuan

dan

rekomendasi-rekomendasi.

Hubungan

kedua

faktor


ini

mengakibatkan banyak perbedaan dalam laporan audit operasional. Penulisan laporan
seringkali memakan banyak waktu agar temuan-temuan dan rekomendasi disampaikan
secara jelas.
AUDIT KEUANGAN PEMERINTAH
Audit sektor publik adalah pemeriksaan terhadap pemerintah yang dilakukan
untuk mengetahui pertanggungjawaban (akuntabilitas) atas pengelolaan dana masyarakat
(publicmoney) yang bertujuan untuk membandingkan hasil pencapaian program,
fungsi atau kegiatan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan
secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai

Reza Ardianti (2014017077) 4A3

kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan Negara. Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) yang
bertugas melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara
sebagaimana UU No. 15 tahun 2004 atau dikenal dengan UU Pemeriksaan Keuangan Negara.

Pemeriksaan yang menjadi tugas BPK-RI meliputi pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggungjawab mengenai keuangan negara. Pemeriksaan tersebut mencakup seluruh unsur
keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 UU Nomor 17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara. Secara garis besar, lingkup pemeriksaan meliputi APBN, APBD, BUMN,
BUMD, dan kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas pemerintah.
Auditor pemerintah regional dan pusat melakukan audit operasional, yang seringkali
menjadi bagian dalam pelaksanaan audit keuangan. Kelompok auditor pemerintah yang paling
dikenal adalah BPK, namun auditor pemerintah lainnya juga harus melakukan audit keuangan
dan operasional. Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Daerah oleh BPK untuk memberikan
keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan daerah telah disajikan secara wajar dalam
semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku. Hasil akhir dari
proses audit BPK memberikan pendapat/opini kewajaran informasi keuangan yang disajikan
dalam Laporan Keuangan Daerah. Opini merupakan pernyataan profesional sebagai
kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan yang didasarkan pada kriteria :
a.

Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)

b.


Kecukupan pengungkapan

c.

Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan

d.

Efektivitas Sistem Pengendalian Intern (SPI)

Ada empat jenis opini yang dapat diberikan oleh BPK, yaitu:
4. Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan SAP.
5. Wajar Dengan Pengecualian (WDP), memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan SAP, kecuali
untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan.
6. Tidak Wajar (TW), memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan
secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan SAP.
7. Pernyataan Menolak Memberikan Opini atau Tidak Memberikan Pendapat (TMP) atau

Disclaimermenyatakan bahwa pemeriksa tidak menyatakan opini atas laporan keuangan.

Reza Ardianti (2014017077) 4A3

Pemeriksaan keuangan negara adalah meliputi pemeriksaan atas pengelolaan keuangan
negara dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan negara. Pemeriksaan keuangan
Negara mencakup beberapa pemeriksaan yaitu;
a. Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan. Pemeriksaan
keuangan tersebut bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable
assurance) apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis
akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
b. Pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri
atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta aspek efektivitas. Dalam melakukan
pemeriksaan kinerja, pemeriksa juga menguji kepatuhan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan serta pengendalian intern.
c. Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu bertujuan untuk memberikan simpulan atas suatu
hal yang diperiksa. Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu dapat bersifat: eksaminasi
(examination), reviu (review), atau prosedur yang disepakati (agreed-upon procedures).
Pemeriksaan dengan tujuan tertentu meliputi antara lain pemeriksaan atas hal-hal lain di
bidang keuangan, pemeriksaan investigatif, dan pemeriksaan atas sistem pengendalian
intern.
Pelaksanaan pemeriksaan sebagaimana dimaksudkan di atas didasarkan pada suatu
standar pemeriksaan. Standar dimaksud disusun oleh BPK dengan mempertimbangkan
standar di lingkungan profesi audit secara internasional. Sebelum standar dimaksud
ditetapkan, BPK perlu mengkonsultasikannya dengan pihak pemerintah serta dengan
organisasi profesi di bidang pemeriksaan, seperti Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Untuk pemeriksaan keuangan, UU 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
mensyaratkan laporan keuangan Pemerintah Pusat/Daerah untuk diaudit oleh BPK-RI
sebelum disampaikan kepada DPR/DPRD. Audit oleh BPK-RI tersebut merupakan proses
identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, obyektif, dan
profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan,
kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara.
Dalam pelaksanaan auditnya, BPK bebas dan mandiri dalam penentuan objek
pemeriksaan, perencanaan dan pelaksanaan pemeriksaan, penentuan waktu dan metode
pemeriksaan, serta penyusunan dan penyajian laporan pemeriksaan.Meskipun demikian,
BPK-RI menerima masukan dari lembaga perwakilan dan masyarakat apabila terdapat

Reza Ardianti (2014017077) 4A3

indikasi penyimpangan yang ditemui berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara/daerah.
Untuk itu, BPK-RI setiap tahun menganggarkan belanja pemeriksaan atas permintaan (on-call
audit) yang akan dilaksanakan apabila ada permintaan dari DPRD maupun masyarakat.
Ruang lingkup pemeriksaan keuangan
a. Anggaran dan realisasi pendapatan, belanja dan pembiayaan
b. Posisi aset, kewajiban dan ekuitas dana
c. Arus kas dan saldo kas akhir sesuai dengan sisa lebih pembiayaan anggaran (SILPA)
dalam laporan realisasi anggaran dan ekuitas dana dalam neraca; dan
d. Pengungkapan informasi yang diharuskan seperti disebutkan dalam SPKN.
e. Selain itu, pemeriksaan juga menguji efektivitas pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap peraturan perUU yang terkait dengan pelaporan keuangan dalam LK