PENERAPAN DEMOKRASI DAN HAK ASASI MANUSI

PENERAPAN DEMOKRASI DAN HAK ASASI MANUSIA ( HAM ) DI
INDONESIA

OLEH :
HAMDAN HARIS
30600112132
JURUSAN ILMU POLITIK 2012

PENERAPAN SISTEM DEMOKRASI DI INDONESIA
Indonesia sebagai Negara yang baru berdiri (17 Agustus 1945 ) dalam perjalanannya
mengalami pasang surut dalam menerapkan sistem demokrasi. Perjalanan demokrasi di
Indonesia dimulai dengan Demokrasi Liberal yang diterapkan pada tahun 1950 dimana saat itu
terjadi banyak sekali pergantian kabinet, dimana kabinet paling sukses hanya dapat berjalan 2
tahun Masa Liberal di Indonesia (1950-1959) biasa pula disebut masa kabinet parlementer.
Kabinet parlementer adalah kabinet yang pemerintahan sehari-hari dipegang oleh seorang
Perdana Menteri. Dalam masa Kabinet Parlementer ini ternyata konflik partai di Indonesia
sangat tinggi sehingga kabinet terpaksa jatuh bangun.Bahkan, pemilihan umum pertama yang
dilangsungkan pada tahun 1955 gagal membawa kestabilan politik pada Indonesia. Indonesia
setidaknya telah melalui empat masa demokrasi dengan berbagai versi.
1. Pertama adalah demokrasi liberal dimasa kemerdekaan (1945-1959).
2. Kedua adalah Demokrasi Terpimpin (1959-1966), ketika Presiden


Soekarno

membubarkan konstituante dan mendeklarasikan demokrasi terpimpin.
3. Ketiga adalah Demokrasi Pancasila (1966-1998) yang dimulai sejak pemerintahan
Presiden Soeharto.
4. Keempat adalah demokrasi yang saat ini masih dalam masa transisi (1998-). Nampaknya
pasang surut penerapan sistem demokrasi itu bisa dipahami karena sebagai negara yang
baru merdeka sedang dalam proses mecari bentuknya.

Kelebihan dan kekurangan pada masing-masing masa demokrasi tersebut pada dasarnya bisa
memberikan pelajaran berharga bagi kita. Demokrasi liberal ternyata pada saat itu belum bisa
memberikan perubahan yang berarti bagi Indonesia. Namun demikian, berbagai kabinet yang
jatuh-bangun pada masa itu telah memperlihatkan berbagai ragam pribadi beserta pemikiran
mereka yang cemerlang dalam memimpin namun mudah dijatuhkan oleh parlemen dengan mosi
tidak percaya. Sementara demokrasi terpimpin yang dideklarasikan oleh Soekarno (setelah
melihat terlalu lamanya konstituante mengeluarkan undang-undang dasar baru) telah
memperkuat posisi Soekarno secara absolut. Di satu sisi, hal ini berdampak pada kewibawaan
Indonesia di forum Internasional yang diperlihatkan oleh berbagai manuver yang dilakukan
Soekarno serta munculnya Indonesia sebagai salah satu kekuatan militer yang patut

diperhitungkan di Asia. Namun pada sisi lain segi ekonomi rakyat kurang terperhatikan akibat
berbagai kebijakan politik pada masa itu.
Kemudian Demokrasi terpimpin selalu diasosiasikan dengan kepemimpinan Sukarno yang
otoriter. Hal itu berawal dari gagalnya usaha untuk kembali ke UUD 1945 dengan melalui
Konstituante dan rentetan peristiwa-peristiwa politik yang mencapai klimaksnya dalam bulan
Juni 1959 yang akhirnya mendorong Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden pada
tanggal 5 Juli 1959. Dekrit itu dikeluarkan dalam suatu acara resmi di Istana Merdeka,
mengumumkan Dekrit Presiden mengenai pembubaran Konstituante dan berlakunya kembali
UUD 1945 dalam kerangka sebuah sistem demokrasi yakni Demokrasi Terpimpin (Wasino,
2009: 8)

Demokrasi terpimpin dicetuskan oleh Soekarno karena beberapa Sebab :
1. Alasan keamanan, yaitu beberapa gerakan separatis yang menyebabkan ketidakstabilan
politik pada masa demokrasi liberal.
2. Alasan ekonomi, dimana penggantian kabinet saat demokrasi liberal diterapkan
menimbulkan banyak perbedaan program, sehingga sektor ekonomi terhambat
pembangunannya.
3. Alasan politik, dimana gagalnya penyusunan UUD yang beri demi menggantikan UUDS
1950.



Demokrasi Parlementer (Liberal)
Demokrasi parlementer (Liberal) dipemerintahan kita telah dipraktekkan pada masa
berlakunya UUD 1945 periode pertama (1945-1949) kemudian dilanjutkan pada masa
berlakunya UUD Republik Indonesia Serikat (RIS) 1949 dan UUD 1950. Pelaksanaan demokrasi
parlementer tersebut secara yuridis resmi berakhir pada tanggal 5 Juli 1959 bersamaan dengan
pemberlakuan kembali UUD 1945 (Asri Tapa, 2009: 59). Pada masa berlakunya Demokrasi
Parlementer (1945-1949), kehidupan politik dan pemerintahan tidak stabil, sehingga program
pembangunan dari suatu pemerintahan tidak dapat dilakukan dengan baik dan berkeseimbangan.
Salah satu penyebab ketidaktsabilan tersebut ialah sering bergantinya pemerintahan yang
bertugas sebagai pelaksana pemerintahan. Hal ini terjadi karena dalam negara demokrasi dengan
sistem pemerintahan parlementer, kedudukan negara berada dibawah DPR dan keberadaanya
sangat bergantung kepada dukungan DPR, dan pemerintahan lain adalah timbulnya perbedaan
pendapat yang sangat mendasar diantara partai politik yang ada saat itu (Asri Tapa, 2009: 60).

Namun demikian, berbagai kabinet yang jatuh-bangun pada masa itu telah memperlihatkan
berbagai ragam pribadi beserta pemikiran mereka yang cemerlang dalam memimpin namun
mudah dijatuhkan oleh parlemen dengan mosi tidak percaya (Irwan Prayitno, 2009:1).



Sistem Multi Partai
Sistem politik pada masa demokrasi liberal telah mendorong untuk lahirnya partai –
partai politik, karena dalam sistem kepartaian menganut sistem multi partai. Konsekuensi logis
dari pelaksanaan sistem politik demokrasi liberal parlementer gaya barat dengan sistem multi
partai yang dianut, maka partai – partai inilah yang menjalankan pemerintahan melalui
perimbangan kekuasaan dalam parlemen dalam tahun 1950 – 1959, PNI dan Masyumi
merupakan partai yang terkuat dalam DPR, dan dalam waktu lima tahun (1950 -1955) PNI dan
Masyumi silih berganti memegang kekuasaan dalam empat kabinet (Anonim, Wartawarga 2011).

Sistem multi partai disamping mencerminkan adanya kehidupan demokrasi di

dunia

politik Indonesia, juga memicu terjadinya konflik antarpartai pada saat itu. Pengaruh partai
politik pada saat itu sangat besar terhadap kelangsungan hidup suatu kabinet pemerintahan.
Sering dilakukannya pergantian kabinet merupakan dampak dari konflik antar partai yang sering
terjadi,. Konflik-konflik tersebut terjadi karena di dalam menjalankan peran dan fungsi dari
masing-masing partai terjadi benturan-benturan baik dari segi ideologi, pemanfaatan isu
nasional, dan hal ini terlihat jelas pada perjalanan masing-masing partai pada masa Demokrasi
Liberal saat itu. Dengan menggunakan ideologi, sebuah partai mencoba untuk menyerang partai

lainnya. Caranya adalah menghubungkan ideologi masing-masing dengan isu-isu nasional yang
dianggap dapat mengurangi pengaruh bahkan menjatuhkan partai lainnya. Setiap partai

mempunyai kelompok-kelompok sosial tertentu yang dijadikan wahana untuk mencari pengaruh
dan memperjuangkan ideologi masing-masing (Arif Hilman Arda, 2010).
Dinamika politik yang tidak stabil yang tergambar dengan sering terjadinya pergantian
kabinet merupakan dampak dari konflik di atas. Untuk melihat bagaimana dinamika politik
selama masa Demokrasi Liberal, antara lain dapat ditempuh melalui jumlah pergantian kabinet
yang demikian cepat, dari kabinet yang satu ke kabinet yang lain.Selama Indonesia merdeka, tak
kurang dari 25 kabinet yang telah memerintah Indonesia, selain itu ahli lain juga menghitung
usia rata-rata dari 12 kabinet di era Demokrasi Liberal, tak lebih dari 8 (delapan) bulan (Rusli
Karim, 1983 : 48). Di era Demokrasi Liberal, sistem multipartai sangat mendukung terciptanya
kehidupan demokrasi di Indonesia. Partai-partai politik yang jumlahnya sangat banyak berperan
penting dalam kelancaran proses demokratisasi. Partai politik sebagai sarana komunikasi politik,
sangat berperan penting dalam penyaluran kepentingan ini terhadap pemerintah. Pada
kenyataannya peranan setiap partai dalam menyalurkan aspirasi pendukung masing-masing,
dihadapkan kepada dua pilihan,yaitu berusaha untuk menggabungkan kepentingan-kepentingan
dari seluruh partai atau memperjuangkan kepentingan masing-masing dimana konsekuensinya
adalah terjadinya banyak konflik antar partai. Ideologi dari masing-masing partai yang sangat
mempengaruhi jenis kepentingan yang mereka perjuangkan terkadang menjadi alat untuk saling

menjatuhkan.
Konflik antarpartai yang didasari oleh perbedaan ideology kemungkinan besar
dipengaruhi oleh sosialisasi politik yang diperoleh para pendukung partai dari partai politik
masing-masing. Partai politik sebagai sarana sosialisasi politik bertanggung jawab untuk
semaksimal mungkin memberikan pemahaman mengenai ideologi dari partai tersebut kepada
masyarakat sehingga terbentuk sikap dan orientasi politik yang didasari oleh ideologi tersebut.

Setiap partai politik berusaha untuk mempengaruhi setiap individu agar mau bersikap dan
mempunyai orientasi pikiran yang sesuai dengan ideologi partai tersebut. Fungsi lain dari partai
politik yang juga dapat menyebabkan terjadinya konflik antar partai adalah sebagai wadah
rekruitmen politik. Terkadang setiap partai politik cenderung mempunyai sasaran tersendiri
berupa kelompok-kelompok sosial untuk direkrut menjadi anggota partai yang turut aktif dalam
kegiatan politik partai. Kecendrungan ini berdampak kepada adanya suatu pengidentikkan suatu
partai dengan sebuah kelompok sosial didalam masyarakat. Contohnya PKI yang identik dengan
kelompok petani, karena memang sasaran utama dari rekruitmen politik yang dilakukan oleh PKI
adalah kalangan petani.Dan PNI pun dengan konsep nasionalismenya di identikkan dengan kaum
elit pemerintah yang mempunyai prinsip mempertahankan jiwa-jiwa nasional. Adanya
pemisahan secara extrim kelompok-kelompok sosial ini dapat memancing terjadinya konflik
antar kelompok sosial tersebut sehingga sulit tercapai suatu integrasi secara sosial. Sama halnya
dengan sulitnya tercipta integrasi politik disebabkan adanya konflik antar partai politik yang ada.

Contoh keberhasilan penerapan demokrasi di indonesia
Bisa dikatakan bahwa Indonesia sangat berpotensi menjadi kiblat demokrasi di kawasan
Asia, berkat keberhasilan mengembangkan dan melaksanakan sistem demokrasi. keberhasilan
Indonesia dalam bidang demokrasi bisa menjadi contoh bagi negara-negara di kawasan Asia
yang hingga saat ini beberapa di antaranya masih diperintah dengan ‘tangan besi’. Indonesia juga
bisa menjadi contoh, bahwa pembangunan sistem demokrasi dapat berjalan seiring dengan upaya
pembangunan ekonomi. Dapat dinilai juga, keberhasilan Indonesia dalam bidang demokrasi yang
tidak banyak disadari itu, membuat pihak luar termasuk Asosiasi Internasional Konsultan Politik
(IAPC), membuka mata bangsa Indonesia, bahwa keberhasilan tersebut merupakan sebuah
prestasi yang luar biasa. Prestasi tersebut juga menjadikan Indonesia sangat berpotensi

mengantar datangnya suatu era baru di Asia yang demokratis dan makmur. Demokrasi Indonesia
telah menciptakan stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Selain itu, Indonesia
juga telah berhasil menjadi sebuah negara demokrasi terbesar di dunia dan melaksanakan pemilu
yang kompleks dengan sangat sukses.Indonesia sebagai negara dengan populasi 4 besar dunia
yang berhasil melaksanakan demokrasi.
Perbedaan suku, bahasa, agama, serta budaya, telah terbentuk menjadi satu kesatuan yang
utuh (NKRI), yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Jika merujuk pada esensi atau inti
dari motto “Bhinneka Tunggal Ika” yang hakekatnya mengandung nilai-nilai nasionalisme, yaitu
persatuan, kesatuan, serta kebersamaan untuk satu niat dan tujuan (visi dan misi), yang dijalin

erat oleh rasa persaudaraan. Sudah tentu, keragaman yang terikat dalam Bhinneka Tunggal Ika
adalah aset yang paling berharga bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan cita-cita luhurnya,
yakni menata dan membangun bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa bermartabat yang mampu
berdiri sendiri: adil, makmur, damai, sentosa. Dalam demokrasi Indonesia, yang menginduk pada
Pancasila dan berorientasi pada Undang-Undang Dasar 1945, serta mengacu pada Musyawarah
Mufakat, nuansa kebebasan yang sudah diatur dan dilindungi norma-norma atau etika
kebangsaan, telah melahirkan kembali berbagai perbedaan yang kongkrit sebagai bentuk
apresiasi dari kedemokrasian tersebut, seperti partai-partai politik, organisasi massa, serta
lembaga swadaya masyarakat. Dan maraknya keberadaan kelompok, perkumpulan atau
organisasi-organisasi, baik yang bergerak di bidang politik, sosial kemasyarakatan ataupun yang
lainnya, menunjukan bukti bahwa demokrasi di Indonesia telah mengalami banyak perubahan
dan kemajuan.

Dalam hal ini, yang dibutuhkan bangsa Indonesia adalah kesadaran dari setiap
individunya untuk bisa mengevaluasi dan merevisi diri, serta berevolusi untuk sebuah perubahan
besar di dalam diri individunya atau revolusi diri, yang disebut pembinaan moral atau akhlak.
karena moral atau akhlak, merupakan kerangka utama dalam demokrasi Indonesia atau
Demokrasi Pancasila yang disistematikan oleh Bhinneka Tunggal Ika untuk menerapkan
kejujuran dan keadilan dalam kebersamaan, demi menata dan membangun peradaban bangsa
Indonesia dalam demokrasi yang berjiwa amanat: amanat dari amanat, amanat oleh amanat,

amanat untuk amanat, tanpa harus dikotori oleh kebohongan. Sebab kebohongan adalah bentuk
pengkhianatan yang tumbuh dari kemiskinan moral atau akhlak, yang menjadi titik awal dari
kebobrokan atau kehancuran.

PENERAPAN HAK ASASI MANUSIA ( HAM ) DI INDONESIA


Pengertian Hak Asasi Manusia
Hak asasi manusia (HAM) secara tegas di atur dalam Undang Undang No. 39 tahun 1999

pasal 2 tentang asas-asas dasar yang menyatakan “Negara Republik Indonesia mengakui dan
menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara
kodrati melekat pada dan tidak terpisahkan dari manusia, yang harus dilindungi, dihormati, dan
ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan
kecerdasan serta keadilan.”
Hak asasi manusia dalam pengertian umum adalah hak-hak dasar yang dimiliki setiap
pribadi manusia sebagai anugerah Tuhan yang dibawa sejak lahir. Ini berarti bahwa sebagai
anugerah dari Tuhan kepada makhluknya, hak asasi tidak dapat dipisahkan dari eksistensi pribadi

manusia itu sendiri. Hak asasi tidak dapat dicabut oleh suatu kekuasaan atau oleh sebab-sebab

lainnya, karena jika hal itu terjadi maka manusia kehilangan martabat yang sebenarnya menjadi
inti nilai kemanusiaan.Hak asasi mencangkup hak hidup,hak kemerdekaan/kebebasan dan hak
memiliki sesuatu. Ditinjau dari berbagai bidang, HAM meliputi :
1. Hak asasi pribadi (Personal Rights)
Contoh : hak kemerdekaan, hak menyatakan pendapat, hak memeluk agama.
2. Hak asasi politik (Political Rights) yaitu hak untuk diakui sebagai warga negara
Misalnya : memilih dan dipilih, hak berserikat dan hak berkumpul.
3. Hak asasi ekonomi (Property Rights)
Misalnya : hak memiliki sesuatu, hak mengarahkan perjanjian, hak bekerja dan
mendapatkan hidup yang layak.
4. Hak asasi sosial dan kebuadayaan (Sosial & Cultural Rights).
Misalnya : mendapatkan pendidikan, hak mendapatkan santunan, hak pensiun,
hak mengembangkan kebudayaan dan hak berkspresi.
5. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan Pemerintah
(Rights Of Legal Equality)
6. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum.


Ciri dan Tujuan Hak Asasi Manusia


Hak Asasi Manusia pada dasarnya bersifat umum atau universal karena diyakini bahwa
beberapa hak yang dimiliki manusia tidak memiliki perbedaan atas bangsa, ras, atau jenis
kelamin.
Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang ciri pokok
Hakikat HAM, yaitu sebagai berikut :
1. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM merupakan bagian dari
manusia secara otomatis
2. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama,
etnis, pandangan politik , atau asal usul social dan bangsanya
3. HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk melanggar
dan membatasi orang lain.
Tujuan Hak Asasi Manusia,yaitu sebagai berikut :
1. HAM adalah alat untuk melindungi orang dari kekerasan dan kesewenang
wenangan.
2. HAM mengenmbangkan saling menghargai antar manusia
3. HAM mendorong tindakan yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab untuk
menjamin bahwa hak-hak orang lain tidak dilanggar.



HAM di Indonesia
Sejak kemerdekaan tahun 1945 sampai sekarang di Indonesia telah berlaku tiga
undang-undang dalam 4 periode, yaitu :
1. Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949, berlaku UUD 1945,
2. Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, berlaku Konstitusi
Republik Indonesia Serikat.
3. Periode 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959, berlaku UUDS 1950.
4. Periode 5 Juli 1959 sampai sekarang, berlaku kembali UUD 1945.



Komisi Nasional HAM
Komnas HAM adalah lembaga mandiri yang kedudukannya setingkat dengan
lembaga Negara lainnya yang berfungsi untuk melaksanakan pengkajian, penelitian,
penyuluhan, pemantauan dan mediasi hak asasi manusia.
Tujuan Komnas HAM antara lain :

1.

Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai
dengan pancasila, UUD 1945 dan piagam PBB serta Deklarasi Universal Hak Asasi

2.

Manusia.
Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna berkembangnya
pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya berpartisipasi dalam
berbagai bidang kehidupan.



Hak Asasi Manusia Dalam Perundang-undangan Nasional
Dalam peraturan perundang undangan RI paling tidak terdapat empat bentuk
hukum tertulis yang memuat aturan tentang HAM. Pertama, dalam konstitusi (Undangundang Dasar Negara). Kedua, dalam ketetapan MPR (TAP MPR). Ketiga, dalam
Undang-undang. Keempat, dalam peraturan pelaksanaan perundang-undangan seperti
peraturan pemerintah, keputusan presiden dan peraturan pelaksanaan lainnya.
Kelebihan pengaturan HAM dalam konstitusi memberikan jaminan yang sangat
kuat, karena perubahan dan atau penghapusan satu pasal dalam konstitusi seperti dalam
ketatanegaraan di Indonesia mengalami proses yang sangat berat dan panjang antara lain
melalui amandemen dan referendum. Sedangkan kelemahannya karena yang diatur dalam
konstitusi hanya memuat aturan yang masih global seperti ketentuan tentang HAM dalam
konstitusi RI yang masih bersifat global. Sementara itu bila pengaturan HAM melalui
TAP MPR, kelemahannya tidak dapat memberikan sangsi hokum bagi pelanggarnya.
Sedangkan

pengaturan

HAM

dalam

bentuk

Undang-Undang

dan

peraturan

pelaksanaannya kelemahannya pada kemungkinan seringnya mengalami perubahan
Menurut UU no 26 Tahun 2000 pasal 1 tentang pengadilan HAM , Dalam Undangundang ini yang dimaksud dengan :
1. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan

anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,
hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia.
2. Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat adalah pelanggaran hak asasi Manusia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini.
3. Pengadilan Hak Asasi Manusia yang selanjutnya disebut Pengadilan HAM Adalah
pengadilan khusus terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat.
4. Setiap orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, baik sipil, militer, maupun
Polisi yang bertanggung jawab secara individual.
5. Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan
ada tidaknya suatu peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran hak asasi manusia
yang berat guna ditindaklanjuti dengan penyidikan sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam Undang-undang ini.


Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Banyak macam Pelanggaran HAM di Indonesia, dari sekian banyak kasus ham
yang terjadi, tidak sedikit juga yang belum tuntas secara hukum, hal itu tentu saja tak
lepas dari kemauan dan itikad baik pemerintah untuk menyelesaikannya sebagai
pemegang kekuasaan sekaligus pengendali keadilan bagi bangsa ini.
a) Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat, meliputi :
1. Pembunuhan masal (genosida: setiap perbuatan yang dilakukan dengan
maksudmenghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok
bangsa).
2. Pembunuhan sewenang-wenang atau di luar putusan pengadilan
3. Penyiksaan
4. Penghilangan orang secara paksa
5. Perbudakan atau diskriminasi yang dilakukan secara sistematis
b) Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi :.
1. Pemukulan

2. Penganiayaan
3. Pencemaran nama baik
4. Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya