PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN KOMIK DAN AK

1

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN “KOMIK” DAN AKTIVASI
HEMISFER OTAK DOMINAN TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS
KARYA ILMIAH
(Eksperimen Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Di Jakarta Timur)
Randi Ramliyana
085711032191
randi.ramliyana@gmail.com
Dosen Bahasa Indonesia
Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Teknik, Matematika, dan IPA
Universitas Indraprasta PGRI
Abstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan hasil
kemampuan menulis karya ilmiah siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia dengan
perbandingan menggunakan media pembelajaran komik dan media pembelajaran konvensional
pada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas di Jakarta Timur. Metode dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan eksperimen dan jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.
Sementara desain penelitian eksperimen ini menggunakan Anava dua jalur, kemudian penelitian
dilakukan di dua tempat berbeda, yaitu di SMA Negeri 93 Jakarta sebagai kelas eksperimen dan
di SMA Negeri 39 Jakarta sebagai kelas kontrol. Proses penelitian ini berlangsung hampir

sebulan, di mana peneliti mengajar langsung di kedua kelas tersebut. Selesai dari pembelajaran
dilakukan tes psikotes untuk mengelompokkan siswa yang memiliki aktivasi hemisfer otak
dominan kanan dan kiri sebagai variabel atributifnya. Akhirnya peneliti memperoleh hasil
penelitian: (1) bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara media pembelajaran terhadap
kemampuan menulis karya ilmiah siswa; (2) menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara aktivasi hemisfer otak dominan terhadap kemampuan menulis karya ilmiah
siswa; (3) membuktikan bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara media
pembelajaran dan aktivasi hemisfer otak dominan terhadap kemampuan menulis karya ilmiah
siswa.
Kata Kunci: media pembelajaran, komik, menulis karya ilmiah, aktivasi hemisfer otak dominan.
Abstract. The purpose of this research is to describe the increase in student’s ability to writing
scientific papers in Bahasa subject with by comparison using comic as a textbook and
conventional textbook in grade XI public high school in East Jakarta. Method in this research
using the experimental approach and the kind of the research is quantitative. While the design
in this research using Anova two lines, then the research is done in two different places, namely
at 93 public high schools Jakarta as the eksperimental class and 39 public high schools as
control class. This research process lasted nearly a month, in which researchers directly taught
in both the classroom. Completion of the classroom conducted psychological tests to classify
students who had dominant hemisphere activation of the right and left as a variable attributive.
Eventually researchers obtained results: (1) that there is a significant relationship between

instructional media on the students ability to write scientific papers; (2) showed no significant
effect between brain hemisphere dominant activation of the ability of student’s to writing
scientific papers; (3) prove that there is no significant interaction effect between instructional
media and dominant brain hemisphere activation of the ability to writing scientific paper and
dominant brain hemisphere activation and the ability of student to write scientific papers.
Keyword: instructional media, comics, writing scientific papers, dominant brain hemisphere
activation

2

PENDAHULUAN
Kemampuan berbahasa terdiri atas empat kemampuan yang berkesinambungan satu
dengan yang lainnya. Empat kemampuan tersebut ialah kemampuan menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Dalam pembelajaran bahasa, siswa dituntut untuk menguasai semua
kemampuan berbahasa. Mata pelajaran bahasa tidak seperti mata pelajaran lainnya yang
menuntut siswa untuk hafal dan paham saja, tetapi mata pelajaran bahasa menuntut siswa untuk
terampil dan mampu berbahasa dengan baik. Di sinilah guru bertugas menyediakan dan
menciptakan suasana menyenangkan selama proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru bahasa
tidak dapat memperlakukan seluruh siswanya sama, karena setiap siswa adalah individu yang
berbeda dan unik.

Banyak cara menciptakan suasana yang menyenangkan ke dalam proses pembelajaran.
Salah satunya dengan menggunakan media pembelajaran yang disukai anak-anak, yaitu komik.
Anak-anak menyukai komik karena sangat menyenangkan untuk dibaca. Selain itu, komik juga
memberikan beragam informasi di dalamnya. Oleh karena itu, komik dapat menjadi media
pembelajaran yang efektif, karena anak-anak senang membacanya dan mendapatkan materi
pembelajaran (edukatif) di dalamnya.
Komik sebagai media pembelajaran sudah lama diterapkan dan memberikan dampak
yang positif selama proses pembelajaran. Media komik selain menyenangkan, juga selalu
dikaitkan dapat meningkatkan minat membaca, serta mengembangkan perbendaharaan kosakata
dalam berbahasa. Komik digunakan sebagai langkah awal untuk membangkitkan minat
membaca siswa, terutama yang tidak suka membaca. Selain karena komik menghibur,
menyenangkan dan edukatif, komik juga merupakan jembatan untuk membaca buku yang lebih
serius. Jadi, dapat disimpulkan bahwa media komik memiliki kaitan yang erat dengan
pembelajaran bahasa, karena selalu dikaitkan dengan peningkatan keterampilan berbahasa. Oleh
karena itu, jika membicarakan tentang media komik yang berpengaruh penting dalam
peningkatan minat membaca siswa, maka secara otomatis kemampuan siswa dalam menulis pun
akan meningkat.
Masalah yang terjadi di dunia pendidikan Indonesia saat ini adalah kurangnya minat
membaca yang mengakibatkan rendahnya keterampilan menulis siswa. Kurangnya minat
membaca pada siswa dikarenakan mereka tidak terbiasa dengan budaya membaca sejak usia

dini. Sementara membaca merupakan jendela semua ilmu pengetahuan, dengan membaca
banyak informasi yang didapat.
Selain kurangnya minat membaca juga ditemukan berbagai penyebab masalah yang
mengakibatkan rendahnya keterampilan menulis siswa. Berbagai masalah tersebut antara lain
terkait dengan keunikan otak setiap individu siswa, menyebabkan perbedaan kemampuan siswa
sendiri dalam mengolah beragam informasi yang mereka dapat selama pembelajaran.
Komik dan bahasa memang memiliki kaitan yang erat, tetapi proses pengolahan
informasinya terjadi di hemisfer (belahan) otak yang berbeda. Informasi yang berasal dari
komik yang berbentuk rentetan gambar, akan dikelolah di hemisfer otak kanan. Sementara
informasi yang berupa bahasa akan dikelolah di hemisfer otak kiri. Alasan itulah yang
menjadikan media pembelajaran komik dapat menjadi solusi terbaik untuk menyampaikan
beragam informasi yang edukatif dan menyenangkan kepada anak. Informasi yang akan
diterima dari media komik akan dikelolah di dalam hemisfer otak yang berbeda, sehingga dapat
memaksimalkan kedua fungsi hemisfer otak.
Dunia pendidikan telah menyejajarkan langkah dengan ledakan penelitian terhadap
otak selama dua dekade terakhir yang terbukti memang menantang. Namun, para pendidik yang
cakap telah mengaplikasikan berbagai penemuan tersebut dengan kesuksesan yang
mengagumkan. Wawasan ilmiah yang semakin mendalam tentang fungsi otak manusia
menumbuhkan kegairahan besar di kalangan pendidik. Namun, proses menerapkan temuan
bidang neurobiologis dalam dunia pendidikan sejauh ini masih belum konsisten.

Oleh sebab itu, penelitian ini akan berfokus pada pengaruh menggunakan media
pembelajaran “komik” dan aktivasi hemisfer otak dominan terhadap kemampuan menulis karya

3

ilmiah siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas (SMA) di Jakarta Timur. Peneliti berharap
penelitian ini akan berguna bagi dunia pendidikan di Indonesia dan memberikan solusi baru
dengan menggunakan komik sebagai media pembelajaran yang menyenangkan dan tepat bagi
semua siswa baik yang didominasi hemisfer otak sebelah kanan maupun sebelah kiri.
TINJAUAN PUSTAKA
Hakikat Menulis Karya Ilmiah
Menulis pada umunya merupakan proses kreatif. Seperti pendapat Syihabuddin (dalam
Widjono, 2007:237) mengatakan: pertama, tahap persiapan yaitu mengumpulkan informasi,
merumuskan masalah, menentukan arah dan fokus penulis, mengamati objek yang akan ditulis,
dan memperkaya pengalaman kognitif untuk proses selanjutnya. Misalnya, penentuan topik
yang kreatif, unik, menarik, memikat, dan menimbulkan dorongan pembaca untuk
mengembangkan potensinya sehingga menghasilkan daya cipta baik bagi pembaca maupun
penulisnya. Kedua, tahap inkubasi (pendadaran) yaitu proses logis dengan memanfaatkan
seluruh informasi yang dikumpulkan dari sebab ke akibat. Ketiga, tahap ilumnasi atau kejelasan
yang ditandai dengan adanya inspirasi pemecahan masalah. Keempat, tahap verifikasi yaitu

mengevaluasi, memeriksa kembali, atau menyeleksi seluruh tahapan, dan menyusunnya kembali
sesuai dengan fokus tujuan penulisan. Ini berarti setiap bahasan penulisan menghendaki adanya
pemikiran dengan kesungguhan, semangat penuh, dan serius sehingga menghasilkan kreativitas
yang terus mengalir.
Menurut Dalman (2012:5), “Karya ilmiah merupakan karya tulis yang menyajikan
gagasan, deskripsi atau pemecahan masalah secara sistematis, disajikan secara objektif dan
jujur, dengan menggunakan bahasa baku, serta didukung oleh fakta, teori, dan bukti-bukti
empirik.”
Dalam hal ini, karya tulis ilmiah dapat dikatakan sebagai hasil rangkaian gagasan yang
merupakan hasil pemikiran yang didasarkan pada fakta, peristiwa, dan gejala yang disampaikan
secara akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Karya ilmiah merupakan karya tulis yang
isinya berusaha memaparkan suatu pembahasan secara ilmiah yang dilakukan oleh seorang
penulis atau peneliti. Tujuannya untuk memberitahukan sesuatu hal secara logis dan sistematis
kepada para pembaca. Karya ilmiah biasanya ditulis untuk mencari jawaban mengenai sesuatu
yang terdapat dalam objek tulisan. Oleh sebab itu, tulisan ilmiah sering mengangkat tema
seputar hal-hal yang baru (aktual) dan belum pernah ditulis orang lain. Meskipun tulisan
tersebut sudah pernah ditulis dengan tema yang sama. Namun, tujuannya adalah sebagai upaya
pengembangan dari tema terdahulu. Hal itu disebut dengan penelitian lanjutan.
Finoza (dalam Dalman, 2012:6) “Mengklasifikasikan karangan menurut bobot isinya
atas tiga jenis: karangan ilmiah, karangan semi ilmiah atau ilmiah populer, dan karangan

nonilmiah. Yang tergolong ke dalam karangan ilmiah, antara lain: makalah, laporan, skripsi,
tesis, disertasi; yang tergolong ke dalam karangan semi ilmiah atau ilmiah populer, antara lain:
artikel, editorial, opini, feuture, reportase; yang tergolong ke dalam karangan nonilmiah, antara
lain: anekdot, hikayat, dongeng, cerpen, novel, roman, dan naskah drama.”
Ketiga jenis karangan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Karangan ilmiah
memiliki aturan baku dan sejumlah persyaratan khusus yang menyangkut metode dan
penggunaan bahasa, sedangkan karangan nonilmiah adalah karangan yang tidak terikat pada
karangan baku. Sementara itu, karangan semi ilmiah berada di antara keduannya.
Karya tulis ilmiah sebagai sarana komunikasi ilmu pengetahuan yang berbentuk
tulisan menggunakan sistematika yang dapat diterima oleh komunitas keilmuan melalui suatu
sistematika penulisan yang disepakati. Dalam karya tulis ilmiah, ciri-ciri keilmiahan dari suatu
karya harus dapat dipertanggungjawabkan secara empiris dan objektif. Teknik penulisan ilmiah
mempunyai dua aspek yakni gaya penulisan dalam membuat pernyataan ilmiah secara teknik
notasi dalam menyebutkan sumber pengetahuan ilmiah yang digunakan dalam penulisan.
Penulisan ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sebuah kalimat yang tidak
bisa diidentifikasikan mana yang merupakan subjek dan predikat serta hubungan apa antara

4

subjek dan predikat kemungkinan besar merupakan informasi yang tidak jelas. Penggunaan kata

harus dilakukan secara tepat artinya kita harus memilih kata-kata yang sesuai dengan pesan apa
yang harus disampaikannya.
Dalam penelitian, yang digunakan sebagai bahan penulisan karya ilmiah dapat berupa
kutipan atas pernyataan orang lain sebagai dasar atau sebagai landasan penyususnan penelitian.
Pernyataan ilmiah ini digunakan untuk bermacam-macam tujuan sesuai dengan bentuk
argumentasi yang diajukan. Pernyataan tersebut dapat digunakan sebagai definisi dalam
menjelaskan suatu konsep, atau dapat digunakan sebagai premis dalam pengambilan simpulan
pada suatu argumentasi. Isi karya ilmiah harus mengandung kajian pengetahuan ilmiah dengan
menggunakan metode berpikir keilmuan dan membentuk tulisan keilmuan pula seperti logis dan
empiris (berdasarkan fakta), sistematis, lugas, jelas, dan objektif.
Tulisan ilmiah pada dasarnya dapat berwujud artikel, makalah, naskah siaran radio,
dan berbagai wujud yang lain. Karya ilmiah dapat dibagi menjadi karya ilmiah murni dan karya
ilmiah populer. Karya ilmiah murni disebut juga dengan karya ilmiah akademik, yaitu karya
ilmiah yang ditulis oleh para ilmuwan dan akademisi berdasarkan hasil penelitian dan hasil
pemikiran atau kajian pustaka untuk tujuan tertentu dengan menaati aturan keilmiahan dan
disajikan dengan menggunakan bahasa baku atau bahasa keilmuan. Karya ilmiah populer
adalah karya ilmiah yang disajikan dengan gaya bahasa yang populer atau santai sehingga
mudah dipahami oleh masyarakat dan menarik untuk dibaca.
Dalam karya ilmiah murni, penulis harus memperhatikan metode penulisan karya
ilmiah. Misalnya, untuk menulis karya ilmiah berdasarkan hasil penelitian, kita harus

menggunakan metode berpikir ilmiah atau metode keilmuan. Dalam hal ini, Dalman (2012:10)
mengatakan: metode ilmiah penelitian dan pengembangan adalah suatu cara perencanaan yang
sistematik dan objektif yang mengikuti tahap-tahap sebagai berikut: melakukan observasi dan
menetapkan masalah dan tujuan; menyusun hipotesis; menyusun rencana penelitian;
melaksanakan percobaan berdasarkan metode yang direncanakan; melaksanakan pengamatan
dan pengumpulan data; menganalisis dan menginterpretasikan data; merumuskan simpulan dan
teori.
Metode keilmuan merupakan cara berpikir yang spesifik menggabungkan cara
berpikir deduktif dan induktif. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan dengan ciri yang
khusus. Ilmu di antaranya diperoleh dari penelitian yang dilakukan melalui metode spesifik
yang umum disebut sebagai metode (berpikir) keilmuan. Penelitian merupakan suatu kegiatan
pengkajian terhadap suatu permasalahan yang dilakukan berdasarkan metode ilmiah yang
bertujuan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dari hal yang dipermasalahkannya.
Sistematika suatu karya ilmiah sangat perlu disesuaikan dengan sistematika yang
diminta oleh media publikasi (jurnal atau majalah ilmiah), sebab bila tidak sesuai akan sulit
untuk dimuat. Suatu karya ilmiah tidak ada artinya sebelum dipublikasikan. Walaupun ada
keragaman permintaan penerbit tentang sistematika karya ilmiah yang akan dipublikasikan.
Namun, pada umunya penerbit meminta penulis untuk menjawab lima pertanyaan berikut: apa
yang menjadi masalah; kerangka acuan teoretik apa yang dipakai untuk memecahkan masalah;
bagaimana cara yang telah dilakukan untuk memecahkan masalah itu; apa yang ditemukan;

makna apa yang dapat diambil dari temuan itu.
Tentu saja sistematika ini tidak baku atau harga mati. Sistematika karya ilmiah sangat
bergantung pada tradisi masyarakat keilmuan dalam bidang terkait, jenis karya ilmiah (makalah,
laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi, dan lain-lain). Dalam suatu karya ilmiah yang
mempunyai tingkat kefromalan yang tinggi, seperti skripsi, sistematika penulisan lebih baku,
dan beberapa paparan lainnya sering diminta dari mahasiswa, seperti simpulan dan rekomendasi
(saran-saran) pada bagian akhir, atau kata pengantar pada bagian awal.
Menurut Zulfikar (dalam Dalman, 2012:12-14) menjelaskan, “Ciri-ciri karya ilmiah
ialah objektif, netral, sistematis, logis, menyajikan fakta (bukan emosi atau perasaan), dan tidak
Pleonastis. Maksudnya kata-kata yang digunakan tidak berlebihan atau dengan kata lain hemat
kata dan langsung tepat menuju sasaran Bahasa yang digunakan adalah ragam formal.”

5

Dalam menulis karya ilmiah, peneliti tidak boleh menggunakan bahasa ragam santai.
Oleh sebab itu, bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia ragam formal, yaitu bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
Ciri-ciri penulisan karya ilmiah di atas harus diperhatikan bagi penulis karya ilmiah.
Dalam hal ini, karya tulis ilmiah berbeda dengan karya tulis nonilmiah. Dalam karya tulis
ilmiah ciri keobjektifannya sangat tinggi, sedangkan pada karya tulis nonilmiah ciri

kesubjektifannya yang sangat tinggi.
Dalam penulisannya, karya ilmiah memiliki syarat-syarat tertentu. Menurut Zulfikar
(dalam Dalman, 2012:14) syarat-syarat karya ilmiah adalah sebagai berikut.
1. Karya tulis ilmiah memuat gagasan ilmiah lewat pikiran dan alur pikiran.
2. Keindahan karya tulis ilmiah terletak pada bangun pikir dengan unsur-unsur yang
menyangganya.
3. Alur pikir dituangkan dalam sistematika dan notasi.
4. Karya tulis ilmiah terdiri atas unsur-unsur: kata, angka, tabel, dan gambar, yang tersusun
mendukung alur pikir yang tertentu.
5. Karya tulis ilmiah harus mampu mengekspresikan asas-asas yang terkandung dalam
hakikat ilmu dengan mengindahkan kaidah-kaidah kebahasaan.
6. Karya tulis ilmiah terdiri atas serangkaian narasi (penceritaan), eksposisi (paparan),
deskripsi (lukisan), dan argumentasi (alasan).
Di dalam menulis karya ilmiah, persyaratan di atas sebaiknya diperhatikan oleh
penulis agar ide atau gagasan yang dituangkannya dalam bentuk tulisan dapat terarah dan
tersusun secara sistematis sehingga enak dibaca dan mudah dipahami maksud dan tujuannya.
Karya ilmiah memiliki banyak sekali fungsi terutama bagi seorang penulis. Menulis
karya ilmiah bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis. Berlatih
menintegrasikan berbagai gagasan dan menyajikannya secara sistematis, memperluas wawasan,
serta memberi kepuasan intelektual. Sejalan dengan hal tersebut, Direktorat Tenaga
Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
(2008:9), karya tulis ilmiah hasil penelitian berfungsi mengomunikasikan ikhwal gagasan atau
hasil penelitian yang telah dilakukan, khususnya:
1. gagasan: apa yang menjadi permasalahan, dan bagaimana gagasan yang dikemukakan
dalam memecahkan masalah,
2. penelitian: apa yang diteliti, mengapa penelitian dilakukan dan apa yang menjadi fokusnya,
apa yang menjadi acuan konseptualnya, bagaimana desainnya, bagaimana data
dikumpulkan dan dianalisis, temuan apa yang diperoleh, apa simpulan akhirnya, dan apa
rekomendasi yang dinyatakan dengan temuan tersebut bagi kepentingan praktis dan
pengembangan ilmu.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seorang penulis dituntut untuk
berpikir secara ilmiah dalam mencari solusi atas masalah yang muncul baik yang diperoleh baik
dari data empiris maupun yang berasal dari kajian pustaka. Hasil penelitian tersebut dapat
dijadikan sebagai karya tulis ilmiah yang memiliki manfaat bagi orang banyak. Dengan
demikian, karya tulis ilmiah berfungsi untuk memublikasikan gagasan seserang atau
sekelompok orang berupa hasil penelitian dan hasil pemikiran (kajian pustaka) yang bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman pembaca. Dalam hal ini, menulis karya
ilmiah bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis, berlatih
mengintegrasikan berbagai gagasan dan menyajikannya secara sistematis, memperluas wawasan
atau cakrawala pengetahuan, serta memberi kepuasan intelektual bagi penulis.
Hakikat Otak
Salah satu organ tubuh yang mengagumkan adalah otak. Benda kecil yang beratnya
tidak lebih dari satu setengah kilogram ini, dengan seratus miliar sel saraf aktif ( neuron)
merupakan organ yang paling inti dari tubuh manusia. Dengan organ kecil ini, manusia bisa

6

berpikir, merasa, melihat, berbicara, dan mencipta. Di situlah pusat utama kecerdasan manusia
berada.
Otak manusia merupakan benda paling kompleks yang pernah dikenal di alam semesta
ini. Muhammad (2011:7) mengatakan, “Otak manusia adalah satu-satunya organ yang sangat
berkembang, sehingga dapat mempelajari dirinya sendiri. Bahkan, jika dirawat oleh tubuh yang
sehat dan lingkungan yang menimbulkan rangsangan, otak manusia dapat tetap aktif dan reaktif
selama lebih dari seratus tahun.”
Otak inilah yang dipakai oleh manusia untuk berpikir dan sekaligus menjadi salah satu
tanda perbedaan manusia dengan makhluk lainnya. Manusia menggunakan otak sebagai alat
untuk mengetahui segala sesuatu meskipun sangat rumit. Selain itu, otak juga sebagai media
berpikir untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang kemudian diaplikasikan dalam kehidupan
nyata. Hal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
Otak merupakan struktur yang sangat kompleks. Para filsuf, ilmuwan, penjelajah,
pemimpin dunia, peraih Nobel, dan orang-orang terbaik dalam setiap aspek kehidupan hanya
memfungsikan sedikit dari sekian banyak sel yang terdapat di dalam otak mereka.
Berbagai studi menunjukkan betapa hebatnya otak yang dimiliki manusia. Penelitian
mutakhir menunjukkan bahwa otak manusia terdiri atas dua hemisfer atau belahan, yakni
hemisfer otak kiri dan hemisfer otak kanan. Kedua hemisfer tersebut memiliki fungsi dan peran
yang berbeda, akan tetapi keduanya saling melengkapi satu sama lain. Walaupun demikian,
setiap orang memiliki kecenderungan untuk dominan pada salah satu hemisfer otak tersebut.
Kondisi yang merugikan adalah apabila dominasi itu menyebabkan fungsi belahan otak lainnya
menjadi lemah. Hal itu tentunya akan membuat kemampuan berpikir kita menjadi kurang
optimal. Yang paling bagus adalah dapat memanfaatkan kedua belahan otak tersebut secara
keseluruhan.
Sayangnya, sistem pendidikan formal yang ada, umumnya cenderung lebih
menghargai kemampuan hemisfer otak kiri. Hal ini tentunya akan merugikan para siswa yang
hemisfer otak kanannya lebih dominan. Pendidikan formal merugikan sebagian besar siswa
karena hanya 15% dari semua anak yang diteliti diketahui dominan hemisfer otak kirinya.
Salah satu karakteristik menarik dari otak manusia adalah kemampuannya untuk
mengintegrasikan aktivitas-aktivitas yang kelihatannya berbeda-beda dan tidak saling
berhubungan, yang sedang berlangsung dalam area-area terspesialisasi pada otak, menjadi satu
aktivitas yang bersatu secara utuh. Pemindaian otak memperlihatkan bagaimana area-area
tertentu otak terlibat dalam pemprosesan dan pelaksanaan tugas-tugas tertentu. Sebagai contoh,
korteks auditori merespon input berupa suara, lobus frontal merespons pengulangan kognitif,
dan bagian-bagian hemisfer kiri merespons bahasa lisan. Kemampuan area-area tertentu otak
untuk melakukan tugas-tugas tertentu diistilahkan sebagai spesialisasi otak. Jika aktivitas
terutama terbatas hanya pada satu hemisfer, maka diistilahkan lateralisasi.
Tabel 1 Fungsi-Fungsi Hemisfer Otak Kanan dan Hemisfer Otak Kiri
Fungsi-fungsi hemisfer kiri
C Fungsi-fungsi hemisfer kanan
Berhubungan dengan bagian tubuh O Berhubungan dengan bagian tubuh sebelah
R kiri
sebelah kanan
Memproses input dengan cara sekuensial P Memproses input dengan cara yang
U cenderung holistik dan abstrak
(berurutan) dan analitikal
Pengenalan waktu (sensitif terhadap S
Pengenalan ruang (sensitif terhadap ruang)
waktu)
Menginterpretasikan bahasa melalui sikap,
Menghasilkan bahasa lisan
tubuh, mimik wajah, emosi, dan bahasa
tubuh
C Mengerjakan operas-operasi matematika
Mengerjakan operasi-operasi aritmetika
Terspesialisasi dalam mengenali kata dan A Terspesialisasi dalam mengenali wajah,
L tempat, objek, dan musik
angka/bilangan (dalam bentuk kata)

7

Aktif dalam mengonstruksi memorimemori palsu
Mencari penjelasan mengapa setiap
peristiwa terjadi
L
Baik dalam membangkitkan perhatian O
S
untuk menghadapi stimulus luar
U

Lebih terpercaya dalam mengingat
Menempatkan berbagai peristiwa dalam
pola spasial ruang
Baik dalam pemprosesan internal

Hakikat Komik
Peneliti memilih komik sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan
menulis karya ilmiah siswa, karena komik merupakan media yang menyenangkan dan dapat
menjadi media edukatif selama proses pembelajaran berlangsung. Meskipun masyarakat masih
beranggapan bahwa komik hanya cerita bergambar yang ringan dan menyenangkan. Banyak
orang yang belum tahu definisi tentang komik. Oleh sebab itu, banyak yang telah mencoba
mengemukakan definisi komik, di antaranya adalah sebagai berikut.
Menurut McCloud (2001:20), “Komik adalah gambar-gambar dan lambang-lambang
lain yang terjuktaposisi dalam tuturan tertentu, bertujuan untuk memberikan informasi dan
mencapai tanggapan estetis dari pembaca.”
Harvey (dalam McCloud, 2008:128) menyarankan, “Pernyataan kombinasi berseni
dari kata dan gambar harus terliput dalam semua definisi tentang komik, McCloud
menambahkan tentang kekuatan kata adalah bagian tak terpisahkan dari pesona karya seni yang
disebut komik.”
Sudjana dan Rivai (2001:64) berpendapat, “Komik dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk
kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat
dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada para pembaca.”
Masdiono (2001:9) mengatakan, “Komik adalah gamcer atau gambar bercerita atau
sebuah dunia tutur gambar, suatu rentetan gambar yang bertutur menceritakan suatu kisah.”
Kamus Umum Bahasa Indonesia (KBBI), “Komik adalah bacaan bergambar, cerita bergambar
(dalam majalah, surat kabar, atau berbentuk buku).” Sementara dalam situs Wikipedia Indonesia
menjelaskan tentang pengertian komik sebagai berikut.
Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak
yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak di
atas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai
dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku tersendiri
(www.wikipedia.com)
Eisner (2002:123) mendefinisikan teknis dan struktur komik sebagai sequential art,
“Susunan gambar dan kata-kata untuk menceritakan sesuatu atau mendramatisasi suatu ide.”
Para ahli masih belum sependapat mengenai definisi komik, sebagian di antaranya berpendapat
bahwa bentuk cetaknya perlu ditekankan, yang lain lebih mementingkan kesinambungan
gambar dan kata, dan sebagian lain lebih menekankan sifat kesinambungannya (sequential).
Berdasarkan beberapa definisi tentang komik di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
komik adalah salah satu karya sastra bernilai estetis yang terdiri atas perpaduan antara gambar
dan kata yang membentuk sebuah cerita. Selain itu, bertujuan untuk memberikan informasi dan
hiburan kepada pembaca.
Daya tarik berbagai jenis komik mengikuti pola yang dapat diprediksikan. Hurlock
(2000:338) berpendapat bahwa anak-anak usia sekolah menyukai komik karena beberapa hal di
antaranya:
1.
melalui identifikasi dengan karakter di dalam komik, anak
memperoleh kesempatan yang baik untuk mendapat wawasan mengenal masalah pribadi
dan sosialnya. Hal ini akan membantu memecahkan masalahnya,
2.
komik menarik imajinasi anak dan rasa ingin tahu tentang
masalah supranatural,

8

3.

komik memberi anak pelarian sementara hirup-pikuk hidup
sehari-hari,

4.

komik mudah dibaca, bahkan anak yang kurang mampu
membaca dapat memahami arti dari gambarnya,
5.
karena komik tidak mahal dan juga ditayangkan di televisi
sehingga semua anak mengenalnya,
6.
karena banyak komik yang menggairahkan, misterius, dan lucu,
komik mendorong anak untuk membaca yang tidak banyak diberikan buku lain,
7.
bila berbentuk serial, komik memberi sesuatu yang diharapkan,
8.
dalam komik, tokoh sering melakukan atau mengatakan hal-hal
yang tidak berani mereka lakukan sendiri, walaupun mereka ingin melakukannya, ini
memberikan kegembiraan,
9.
tokoh dalam komik sering kuat, berani, dan berwajah tampan,
jadi memberikan tokoh pahlawan bagi anak untuk mengidentifikasikannya,
10.
gambar dalam komik berwarna-warni dan cukup sederhana
untuk dimengerti anak-anak.
METODE
Penelitian ini dilakukan di dua sekolah di Jakarta Timur. Pertama, penelitian akan
dilakukan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 39 Jakarta, Jl. Dr. Fadillah. Kedua,
penelitian akan dilakukan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 93 Jakarta, Jl. SMA 93.
Sementara waktu penelitian (dari pengajuan judul hingga pengetikan) dimulai dari Desember
2012 hingga akhir September 2013, dan penelitian ini dilakukan pada 15-30 September 2013.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain penelitian Anava dua arah. Pada
penelitian ini menggunakan dua kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen
diajarkan dengan menggunakan media pembelajaran “komik” sedangkan kelas kontrol diajarkan
dengan media pembelajaran konvensional. Setelah penelitian dilakukan kedua kelas diuji
dengan menggunakan tes psikotes dan tugas pembuatan makalah karya ilmiah dari kedua kelas
tersebut. Konstelasi masalah yang akan diteliti dapat tergambar dalam desain penelitian seperti
di bawah ini.
Tabel 2 Faktorial 2x2 Anava Dua Jalur
Media
pembelajaran
Hemifer
Dominan
Kanan B1
Kiri B2
∑A

Komik A1

Konvesional A2

∑B

Y11
Y21
∑A1

Y12
Y22
∑A2

∑ B1
∑ B2

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Adapun ringkasan hasil analisis data dengan menggunakan ANOVA dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 3 Ringkasan Hasil ANOVA Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Kemampuan Menulis Karya Ilmiah
Source
Type III Sum ofdf
Mean Square F
Signifikan.
Squares
Corrected Model 1931,994a
3
643,998
4,331
,007
Intercept
326739,730
1
326739,730
2197,259 ,000
MP
1467,489
1
1467,489
9,869
,002
HOD
204,249
1
204,249
1,374
,245
MP * HOD
6,448
1
6,448
,043
,836

9

Error
10706,638
72
148,703
Total
376686,000
76
Corrected Total 12638,632
75
a. R Squared = .153 (Adjusted R Squared = .118)
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa:
1.
pengaruh media pembelajaran terhadap
kemampuan menulis karya ilmiah memiliki nilai F hitung sebesar 9,869 dengan sig 0,002 <
0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan media
pembeljaran terhadap kemampuan menulis karya ilmiah.
2.
pengaruh aktivasi hemisfer otak
dominan terhadap kemampuan menulis karya ilmiah siswa memiliki nilai F hitung sebesar
1,374 dengan sig 0,245 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh
yang signifikan aktivasi hemisfer otak dominan terhadap kemampuan menulis karya
ilmiah.
3.
pengaruh interaksi antara media
pembelajaran dan aktivasi hemisfer otak dominan terhadap kemampuan menulis karya
ilmiah memiliki F hitung sebesar 0,043 dengan sig 0,836 > 0,05. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan interaksi antara media
pembelajaran dan aktivasi hemisfer otak dominan terhadap kemampuan menulis karya
ilmiah.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa kemampuan menulis karya ilmiah
siswa dapat dipengaruhi oleh media pembelajaran “komik”, hal ini sejalan dengan Hurlock
(2000:339) memberikan argumen yang menguntungkan untuk komik adalah sebagai berikut.
1.
Komik membekali anak dengan kemampuan membaca yang
terbatas melalui pengalaman membaca yang menyenangkan.
2.
Komik
dapat
digunakan
untuk
memotivasi
anak
mengembangkan kemampuan membaca.
3.
Prestasi pendidikan yang dicapai anak yang sering membaca
komik hampir identik dengan mereka yang jarang membacanya.
4.
Anak diperkenalkan dengan kosakata yang luas.
5.
Komik menyediakan teknis bagus untuk menyebarluaskan
propaganda, terutama propaganda yang menentang prasangka.
6.
Komik memberikan sumber katarsis emosional bagi emosi
yang tertahan.
7.
Anak mungkin mengidentifikasi dirinya dengan tokoh buku
komik yang memiliki sifat yang dikaguminya.
Sehingga tidak heran jika media pembelajaran “komik” pada kelas eksperimen
memberikan hasil yang jauh lebih baik daripada kelas kontrol yang menggunakan media
pembelajaran konvensional.
Aktivasi hemisfer otak dominan kanan dan hemisfer otak dominan kiri memiliki
fungsi yang berbeda. Sesuai dengan teori dari Souza (2012:135), “Hemisfer otak dominan kiri
lebih unggul dalam hal logika dan hemisfer kanan lebih unggul dalam hal perasaan.” Hal
tersebut tidak membedakan hasil menulis karya ilmiah siswa. Karena keduanya menghasilkan
tulisan karya ilmiah dengan nilai yang tidak jauh berbeda. Terkadang siswa dengan hemisfer
otak dominan kiri bisa lebih unggul bisa juga siswa dengan hemisfer otak dominan kanan jauh
lebih unggul juga.
Pada kelas kontrol, hasil kemampuan menulis karya ilmiah siswa yang menggunakan
media pembelajaran konvensional baik siswa yang memiliki aktivasi hemisfer otak dominan
kanan maupun hemisfer otak kiri tergolong kurang baik. Hal tersebut juga membuktikan bahwa

10

media pembelajaran konvensional yang selama ini digunakan tidak begitu memberikan
peningkatan baik dengan siswa yang memiliki hemisfer otak dominan kanan maupun hemisfer
otak dominan kiri.
Sesuai dengan teori Gunawan (dalam Muhammad, 2010:17-18) yang menjelaskan
tentang sembilan prinsip genius learning berdasarkan pemahaman akan cara kerja otak dan
memori. Kesembilan prinsip tersebut adalah sebagai berikut.
1. Otak akan bekerja secara maksimal dalam lingkungan yang kaya akan stimulus
multisensoris dan tantangan berpikir. Lingkungan demikian akan menghasilkan jumlah
koneksi yang lebih besar di antara sel-sel otak.
2. Besarnya pengharapan berbanding lurus dengan hasil yang dicapai. Otak selalu berusaha
mencari dan menciptakan arti dari suatu pembelajaran. Proses pembelajaran berlangsung
pada tingkat pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Motivasi akan meningkat saat murid
menetapkan tujuan pembelajaran yang positif dan bersifat pribadi.
3. Lingkungan belajar yang aman adalah lingkungan belajar yang memberikan tantangan
tinggi. Namun, dengan tingkat ancaman yang rendah. Dalam kondisi ini, otak neocortex
dapat diakses dengan maksimal sehingga proses berpikir dapat dijalankan dengan
maksimal.
4. Otak sangat membutuhkan umpan balik yang bersifat segera dan mempunyai banyak
pilihan.
5. Musik membantu proses pembelajaran dengan tiga cara. Pertama, musik membantu mencharge otak. Kedua, musik membantu merilekskan otak sehingga otak siap untuk belajar.
Dan ketiga, musik dapat digunakan untuk membawa informasi yang ingin dimasukkan ke
dalam memori.
6. Ada beberapa jenis memori yang berbeda di dalam otak kita. Dengan menggunakan teknik
dan strategi yang khusus, kemampuan untuk mengingat dapat ditingkatkan.
7. Kondisi fisik dan emosi saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Untuk bisa mencapai
hasil pembelajaran secara maksimal, kedua kondisi ini, yaitu kondisi fisik dan kondisi
emosi, harus benar-benar diperhatikan.
8. Setiap otak adalah unik dengan kapasitas pengembangan yang berbeda berdasarkan pada
pengalaman pribadi. Ada beberapa jenis kecerdasan. Kecerdasan dapat dikembangkan
dengan proses pengajaran dan pembelajaran yang sesuai.
9. Walaupun terdapat perbedaan dan fungsi antara otak kanan dan kiri. Namun, keduanya
dapat bekerja sama dalam mengolah suatu informasi.
Berdasarkan teori tersebut dapat dijelaskan mengapa tidak terdapat pengaruh interkasi
dikarenakan otak manusia memiliki sembilan prinsip genius learning berdasarkan pemahaman
dan cara kerja otak dan memori. Meskipun dilakukan pengelompokkan siswa dengan aktivasi
hemisfer otak dominan kanan dan hemisfer kiri dengan tujuan awal adalah untuk melihat siswa
dengan hemisfer otak dominan mana yang lebih unggul. Ternyata itu tidak memberikan hasil
yang jauh berbeda. Anak dengan aktivasi hemisfer otak dominan kiri tidak selalu memiliki nilai
bahasa yang jauh lebih baik daripada siswa yang memiliki hemisfer otak dominan kanan.
Begitupun sebaliknya, siswa yang emmiliki hemisfer otak dominan kanan bukan berarti
memiliki kemampuan berbahasa yang buruk. Karena salah satu perbedaan fungsi hemisfer otak
kanan dan kiri adalah pada sistem kerjanya. Hemisfer otak kanan lebih cenderung kepada
kecerdasan spasial, kesenian, dan berpikir secara acak; sementara hemisfer otak kiri cenderung
kepada berpikir secara sistematis, memiliki kemampuan berbahasa, dan kemampuan logika.
Secara tidak langsung penelitian ini juga mematahkan paradigma yang ada jika anak denang
hemisfer otak kiri jauh lebih unggul dibandingkan siswa dengan yang berhemisfer kanan.
Sementara adanya perlakuan media pembelajaran itu berjalan sendiri dan tidak ada interaksi
atau hubungan timbal balik dari media pembelajaran “komik” terhadap aktivasi hemisfer otak
dominan.
PENUTUP

11

Simpulan
Berdasarkan dari hasil pengujian hipotesis penelitian dan analisis pengolahan data
pada bab IV, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1.
Terdapat pengaruh signifikan media pembelajaran terhadap kemampuan menulis
karya ilmiah siswa. Hasil pengujian diperoleh dari nilai signifikan untuk media
pembelajaran (MP) sebesar 0,002 < 0,05, maka hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis
alternatif (H1) diterima. Hal ini membuktikan bahwa perbedaan rerata (mean) siswa yang
diajar dengan media komik dan media konvensional adalah perbedaan yang signifikan.
2.
Tidak terdapat pengaruh signifikan aktivasi hemisfer otak dominan terhadap
kemampuan menulis karya ilmiah siswa. Berdasarkan tabel mengenai ringkasan hasil
ANOVA (output SPSS 21) terlihat bahwa signifikan untuk hemisfer otak dominan (HOD)
sebesar 0,245 > 0,05, maka hipotesis nol (H0) diterima dan hipotesis alternatif (H1) ditolak.
Hal ini membuktikan bahwa perbedaan rerata (mean) responden yang mempunyai hemisfer
otak dominan kanan dengan siswa yang mempunyai hemisfer otak dominan kiri tidak
memiliki perbedaan yang signifikan.
3.
Tidak terdapat pengaruh signifikan interaksi antara media pembelajaran dan
aktivasi hemisfer otak dominan terhadap kemampuan menulis karya ilmiah siswa.
Berdasarkan tabel mengenai ringkasan hasil ANOVA (output SPSS 21) terlihat bahwa
signifikan untuk interaksi (MP*HOD) sebesar 0,836 > 0,05, maka hipotesis nol (H0)
diterima dan hipotesis alternatif (H1) ditolak.
Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian, maka beberapa saran terkait yang
dapat penulis sampaikan pada penelitian ini.
1. Proses pembelajaran akan menjadi lebih baik jika guru dapat menciptakan atau memilih
media pembelajaran yang menyenangkan di kelas selama proses pembelajaran. Dan media
pembelajaran yang menyenangkan adalah media pembelajaran yang disukai oleh siswa dan
dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Salah satunya adalah media pembelajaran
komik. Buku komik dapat menjadi media pembelajaran yang baru yang menyenangkan
dibandingkan media konvensional. Sehingga sudah ada beberapa negara yang mengganti
buku pelajaran mereka menjadi buku komik.
2. Sebaik apapun media pembelajaran yang ada, semua itu tidak dapat dilepas begitu saja
kepada siswa tanpa adanya seorang guru. Peranan guru di dalam kelas dengan
menggunakan media pembelajaran adalah sebagai seorang fasilitator yang akan
menjelaskan isi dari dalam media tersebut. Sehingga adanya media pembelajaran bukan
berarti peranan seorang guru lepas begitu saja melainkan peranannya sedikit berkurang
karena hanya sebagai fasilitator saja.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efektivitas dari media pembelajaran komik
ini, serta analisis terhadap faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi lebih
lanjut hasil belajar bahasa Indonesia siswa untuk materi atau pokok bahasan serta tingkat
pendidikan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek . Jakarta.
PT. Rineka Cipta.
Arysad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Bragdon, Allen D. dan David Gamin. 2005. Cara Baru Mengasah Otak dengan Asyik. Bandung:
Kaifa PT Mizan Pustaka.
Eisner, Will. 1986. Comics and Sequential Art. Florida: Poorhouse Press
Enterprise, Jubilee. 2011. Melejitkan Otak Lewat Gaya Menulis Bebas. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Finoza, Lamudin. 2009. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
Given, Barbara K. 2007. Brain Based Teaching. Bandung: Kaifa PT Mizan Pustaka.

12

Hurlock, Elizabeth B. 2000. Child Development. Jakarta: Erlangga.
Jensen, Eric. 2008. Memperkaya Otak. Jakarta: Indeks.
---------------. 2008. Brain Based Learning. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
Kadir, Abdul. 2010. Misteri Otak Kiri Manusia. Jogjakarta: Diva Press.
Kountur, Ronny. 2001. Metode Penelitian. Jakarta: PMM
Masdiono, Toni. 2001. 14 Jurus Membuat Komik. Jakarta: Creativ Media
McCloud, Scott. 2001. Understanding Comic. Jakarta: Kepustakaan Populer
Gramedia.
--------------------. 2008. Membuat Komik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Muhammad, As’adi. 2010. Miliaran Keluarbiasaan Otak Kita. Jogjakarta: Flashbook.
Muhammad, Najmuddin. 2011. Memahami Cara Kerja Gelombang Otak Manusia. Jogjakarta:
Diva Press.
Pink, Daniel. 2006. Otak Kanan Manusia. Jogjakarta: Think.
Poerwadarminta, W.J.S. 1982. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai
Pustaka.
Rahayu, Minto. 2009. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Grasindo.
Riduwan. 2008. Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sadiman, Arief. 2009. Media Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo.
Stenberg, Robert J. 2008. Psikologi Kognitif. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudjana, Nana dan Rivai Ahmad. 1991. Media Pengajaran. Bandung : C.V Sinar
Baru Bandung.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.
-----------. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Solso, Robert L., Otto H. Maclin, dan M. Kimberly Maclin. 2007. Psikologi Kognitif. Jakarta:
Erlangga.
Sousa, David A. 2012. Bagaimana Otak yang Berbakat Belajar. Jakarta: PT Indeks.
---------------------. 2012. Bagaimana Otak Belajar. Jakarta: PT Indeks.
Universitas Indraprasta PGRI. 2013. Buku Panduan Penulisan Tesis. Jakarta: Universitas
Indraprasta PGRI.
U.S, Supardi. 2012. Aplikasi Statistk dalam Penelitian. Jakarta: Ufuk Press.
LAMPIRAN
Media Pembelajaran “Komik Bahasa Indonesia: Klub Bermain Bahasa Indonesia
(KBBI)”

13

Gambar 1 Halaman Buku Komik Tentang Teori Karya Ilmiah

Gambar 2 Halaman Buku Komik Tentang Pembuatan Halaman Sampul

Gambar 3 Halaman Buku Komik Tentang Penulisan Bab dan Subbab

14

Gambar 4 Halaman Buku Komik Tentang Penulisan Kutipan

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENGARUH GLOBAL WAR ON TERRORISM TERHADAP KEBIJAKAN INDONESIA DALAM MEMBERANTAS TERORISME

57 269 37

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PENGARUH DIMENSI KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DI CAFE MADAM WANG SECRET GARDEN MALANG

18 115 26

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124

HUBUNGAN ANTARA STRES DAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

11 143 2