PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI EDAMAME (Glycine max (L.) Merr.) PADA BERBAGAI DOSIS ZEOLIT DAN JENIS PUPUK NITROGEN GROWTH AND PRODUCTION OF EDAMAME SOYBEAN (Glycine max (L.) Merr.) ON VARIOS DOSAGES OF ZEOLITE AND NITROGEN FERTLIZERS

82

Yulianti et al.

Pupuk nitrogen dan dosis yang tepat

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI EDAMAME (Glycine max (L.) Merr.) PADA
BERBAGAI DOSIS ZEOLIT DAN JENIS PUPUK NITROGEN
GROWTH AND PRODUCTION OF EDAMAME SOYBEAN (Glycine max (L.) Merr.) ON
VARIOS DOSAGES OF ZEOLITE AND NITROGEN FERTLIZERS
N Yulianti1a, A Rahayu2, dan Setyono2
1Alumni Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Djuanda Bogor
2Staf Pengajar Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Djuanda Bogor

Jl. Tol Ciawi No.1 Kotak Pos 35 Bogor 16720
a Korespondensi: Nani Yulianti, Email: [email protected]

(Diterima: 06-06-2013; Ditelaah: 09-06-2013; Disetujui: 13-06-2013)

ABSTRACT
The study was aimed at assessing the right type of nitrogen fertilizer and the right rate of zeolite to

increase the growth and production of edamame soybean. The study was conducted from February
to April 2013 at the Trial Farm of Department of Agrotechnology, Djuanda University, Bogor. A
factorial completely randomized design with two factors was used. The first factor was types of
nitrogen fertilizer consisting of urea, ZA (ammonium sulphate), NPK, and compost. Each type of
fetilizer provided N at the rate of 0,375 g/plant. The second factor was rates of zeolite (0 g/plant, 4
g/plant, 7 g/plant, and 10 g/plant). Results showed that plants treated with zeolite of 10 g/plant had
significantly lower vegetative growth rate as compared to those given lower rates of zeolite. Type of
N fertilizer was found not to give any significant effects on the growth and production of edamame
soybean. Leaf width and number of three-seeded pods of the plants given ZA fertilizer and zeolite of
10 g/plant were significantly higher than those given other treatments.
Key words: edamame, zeolite, nitrogen fertilizer, and three-seeded pod.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis pupuk nitrogen dan dosis zeolit yang tepat dalam
meningkatkan pertumbuhan dan produksi kedelai edamame. Penelitian dilaksanakan mulai bulan
Februari 2013 sampai dengan April 2013, di Kebun Percobaan Jurusan Agroteknologi Universitas
Djuanda, Ciawi-Bogor. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan
dua faktor. Faktor pertama adalah jenis pupuk nitrogen yang terdiri atas empat taraf yaitu A0 = Urea
(45%N) sebanyak 0,8 gram/tanaman, A1 = Amonium Sulfat (21%N) sebanyak 1,8 g/tan, A2 = NPK
(15%N) sebanyak 2,5 g/tan dan A3=kompos (2,25 % N) sebanyak 16,7 g/tan, dosis N pada tiap jenis

pupuk adalah 0,375 g/tan. Faktor kedua adalah dosis zeolit yang terdiri atas empat taraf yaitu Z0
(tanpa zeolit), Z1 (4 g/ tan), Z2 (7 g/ tan) dan Z3 (10 g/tan). Hasil penelitian menunjukkan tanaman
edamame yang diberi zeolit dengan dosis 10 g/tan, memiliki pertumbuhan tinggi tanaman paling
rendah (3-5 MST), jumlah daun paling sedikit (3-5 MST), bobot akar paling rendah (3 dan 6 MST),
bobot tajuk paling rendah (6 MST), bobot total tanaman (basah) paling rendah dan jumlah bunga
paling rendah (42 HST), tetapi jumlah dan bobot bintil paling tinggi (3 MST) dibanding tanaman yang
diberi zeolit dengan dosis lebih rendah. Luas daun dan jumlah polong berbiji tiga pada tanaman
kedelai yang dipupuk ZA dengan zeolit 10 g/tan (A1Z3) nyata lebih tinggi dibanding dengan
perlakuan lain.
Kata kunci: edamame, zeolit, urea, ZA, NPK, kompos.
Yulianti N, A Rahayu, dan Setyono. 2013. Pertumbuhan dan produksi kedelai edamame (Glycine max
(L.) Merr.) pada berbagai dosis zeolit dan jenis pupuk nitrogen. Jurnal Pertanian 4(2): 82–90.

Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 Volume 4 Nomor 2, Oktober 2013

PENDAHULUAN
Kedelai banyak digemari oleh masyarakat
sebagai bahan pangan yang dapat dikonsumsi
baik dalam bentuk olahan (tahu, tempe, susu,
kecap) atau segar (cukup direbus). Masyarakat

Indonesia pada umumnya mengonsumsi
kedelai dalam bentuk olahan, hanya sebagian
kecil masyarakat menengah ke atas yang
mengkonsumsi
kedelai
segar.
Menurut
Soewanto et al. (2007), penggunaan kedelai
segar sebagai sayuran dan kudapan sekitar 5%
dari total hasil panen. Kedelai segar yang bisa
digunakan adalah edamame.
Permintaan kedelai segar di Indonesia
sangat rendah dibandingkan kedelai kering,
berbeda dengan masyarakat Jepang yang
menyukai kedelai segar. Menurut Benziger dan
Shanmugasundaram (1995), Jepang merupakan
konsumen dan pasar utama edamame baik
dalam bentuk segar maupun beku. Total
kebutuhan pasar edamame beku di Jepang
berkisar antara 150.000-160.000 ton/tahun.

Kebutuhan tersebut dipenuhi dengan cara
mengimpor edamame dari berbagai negara,
termasuk Indonesia. Kebutuhan kedelai
masyarakat Indonesia meningkat setiap
tahunnya. Pada tahun 2010, produksi kedelai di
Indonesia sebesar 907.031 ton dan pada tahun
2011 mengalami penurunan menjadi 870.068
ton (Badan Pusat Statistik 2012). Untuk
memenuhi konsumsi kedelai dalam negeri
sebesar 2,9 juta ton, Indonesia mengimpor
kedelai sebanyak 2,08 juta ton atau senilai US$
1,24 miliar. Produksi kedelai dalam negeri yang
rendah disebabkan oleh rata-rata produktivitas
kedelai di tingkat petani yang masih rendah
(1,3 ton per hektar) (Balitbang Pertanian 2008).
Upaya peningkatan produksi kedelai
mencakup berbagai subsistem, mulai dari hulu
(faktor produksi), produksi (on farm), hilir
hingga
penunjang.

Pemerintah
memproyeksikan swasembada kedelai dapat
dicapai pada tahun 2015. Upaya peningkatan
produksi ini ditempuh melalui dua cara yaitu
perluasan areal tanam dan peningkatan
produktivitas.
Teknologi
utama
yang
dibutuhkan dalam peningkatan produktivitas
adalah penggunaan benih unggul, pengendalian
organisme pengganggu tanaman secara
terpadu, perbaikan kesuburan lahan dengan
pemupukan sesuai kebutuhan, dan waktu
musim tanam yang sesuai dan rotasi tanaman
(Balitbang Pertanian 2008).

83

Pemupukan yang sesuai kebutuhan tanaman

dapat meningkatkan pertumbuhan dan
produktivitas
tanaman
karena
hara
menentukan pertumbuhan tanaman dan hasil
biji (John dan David 2001). Pemupukan N pada
kedelai dengan dosis 400 kg/ha menghasilkan
bobot biji kering tertinggi (1762,7 kg ha-1)
(Ghulamahdi dan Azis 1992). Pada padi,
peningkatan penggunaan pupuk urea 600kg/ha
dapat meningkatkan kadar protein beras
sebesar 2,96% (Setyono 2008).
Berdasarkan senyawa dasar pembentuknya,
pupuk N dibedakan atas amida, amonium, dan
nitrat. Urea merupakan sumber pupuk nitrogen
yang bersenyawa dasar amida. Urea dapat
langsung dimanfaatkan oleh tanaman, akan
tetapi biasanya di dalam tanah diubah menjadi
amonium dan nitrat melalui proses amonifikasi

dan
nitrifikasi
oleh
bakteri
tanah
(Leiwakabessy dan Sutandi 2004). Swavelzure
amoniak (ZA) atau amonium sulfat (AS)
merupakan pupuk nitrogen yang bersenyawa
dasar amonium (Leiwakabessy dan Sutandi
2004), bersifat mudah larut, dan cara kerjanya
cepat (Hardjowigeno 2003). Selain dari pupuk
urea dan ZA, sumber N juga dapat diperoleh
dari pupuk NPK dan kompos. NPK merupakan
pupuk majemuk yang mengandung N dalam
bentuk amonium dan nitrat dengan sifatnya
yang sangat higroskopis (Hardjowigeno 2003).
Kompos adalah bahan organik yang telah
mengalami dekomposisi sehingga dapat
meningkatkan unsur hara tersedia bagi
tanaman (Hartatik dan Widowati 2006).

Sifat utama N adalah mobilitasnya yang
tinggi, baik di dalam floem maupun pada
larutan tanah sehingga diperlukan upaya untuk
mengurangi kehilangannya. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan adalah dengan
menggunakan bahan yang dapat menyerap
unsur tersebut, seperti zeolit. Zeolit merupakan
bahan pembenah tanah alami yang dapat
mengikat hara yang diberikan melalui pupuk
sehingga mencegah pencucian hara (Al-Jabri et
al. 2011). Berdasarkan sifat pupuk nitrogen
yang mudah hilang dan kemampuan zeolit
untuk mengikat hara, maka perlu dilakukan
penelitian mengenai jenis pupuk N dan dosis
zeolit yang tepat untuk pertumbuhan dan hasil
produksi tanaman kedelai edamame.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis
pupuk nitrogen dan dosis zeolit yang tepat


84

Yulianti et al.

untuk meningkatkan pertumbuhan
produksi kedelai edamame.

Pupuk nitrogen dan dosis yang tepat

dan

Pelaksanaan Penelitian
Persiapan Media Tanam

Hipotesis
Berikut beberapat hipotesi dari penelitian ini.
a. Terdapat jenis pupuk nitrogen yang tepat
untuk pertumbuhan dan produksi kedelai
edamame.

b. Terdapat dosis zeolit yang tepat untuk
pertumbuhan bintil akar pada tanaman
kedelai edamame.
c. Terdapat pengaruh interaksi antara jenis
pupuk
nitrogen
dan
zeolit
pada
pertumbuhan dan produksi kedelai
edamame.

MATERI DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan bulan Februari sampai
April 2013 di Kebun Percobaan Jurusan
Agroteknologi Universitas Djuanda, CiawiBogor.

Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini

meliputi: benih kedelai edamame, Urea (45%N),
ZA (21 % N), NPK (15-15-15), kompos (2,25 %
N), SP-36 (36% P2O5), KCl (60% K2O), fungisida,
insektisida dan zeolit. Alat yang digunakan
dalam penelitian ini meliputi polybag, pisau,
timbangan analitik, meteran, emrat, timbangan
digital, dan oven.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) Faktorial dengan dua faktor.
Faktor pertama adalah jenis pupuk nitrogen
yang terdiri dari empat taraf yaitu N1= Urea
(45% N) sebanyak 0,8 gram/tanaman, N2=
Amonium Sulfat (21% N) sebanyak 1,8
gram/tanaman, N3= NPK (15% N) sebanyak 2,5
g/tan, dan N4= kompos (2,25 % N) sebanyak
16,7 g/tan. Dosis N pada tiap jenis pupuk
adalah 0,375 g/tan (Puslitbang Horti 2012).
Faktor kedua adalah dosis zeolit yang terdiri
atas empat taraf yaitu Z0 (tanpa zeolit), Z1 (4 g/
tan), Z2 (7 g/tan), dan Z3 (10 g/tan)
(Ernawanto et al. 2011).

Tanah yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tanah top soil pada kedalaman 0-20 cm.
Tanah dikeringkan selama tiga hari di dalam
green
house,
kemudian
disaring
dan
dimasukkan ke dalam polybag berukuran 35 cm
x 35 cm sebanyak 8 kg/polybag. Zeolit
diberikan seminggu sebelum tanam dengan
cara dicampur dengan tanah.

Pemupukan
Pemupukan dilakukan dua kali yaitu pada saat
tanam dan umur 4 MST, serta masing-masing
setengah dosis.

Penanaman
Benih kedelai ditanam pada lubang dengan
kedalaman 3-4 cm dengan jarak antar polybag
20 cm x 20 cm. Setiap lubang ditanam dua
benih kedelai. Bersamaan dengan penanaman
diberikan Furadan 3G dengan dosis 0,3
gram/tanaman. Penyulaman dilakukan pada
tanaman berumur 1 MST sampai dengan umur
2 MST.

Pemeliharaan
Pengendalian hama dan penyakit mulai
dilakukan pada minggu kedua. Pengendalian
hama penyakit ini menggunakan insektisida,
fungisida, dan sex feromonoid, sedangkan
pengendalian gulma dilakukan secara manual.

Pengamatan
Peubah yang diamati antara lain:
a. Tinggi tanaman
b. Jumlah daun
c. Luas daun
d. Jumlah polong
e. Jumlah polong isi 1, 2 dan 3
f. Persentase polong isi (PPI), dihitung pada
saat panen. Rumus yang digunakan adalah:
jumlah polong isi
x100%
PPI =
jumlah polong yang dihasilkan
g. Persentase polong hampa, dihitung pada
saat panen. Rumus yang digunakan adalah:
PPH =

jumlah polong hampa
100%
jumlah polong yang dihasilkan

h. Bobot polong per tanaman (segar dan
kering)
i. Bobot tanaman total (basah dan kering)

Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 Volume 4 Nomor 2, Oktober 2013

j. Bobot akar (basah dan kering)
k. Bobot tajuk (basah dan kering)
l. Jumlah dan bobot bintil akar dihitung
berdasarkan jumlah bintil akar yang
terbentuk, tanpa memperhatikan ukuran
bintil.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tinggi Tanaman

85

umur 5 MST tidak berbeda nyata dengan yang
diberi zeolit 7 g/tan (Tabel 2).
Tabel 2. Jumlah daun kedelai edamame pada
berbagai dosis zeolit
Perlakuan
Dosis Zeolit
(g/tan)
0
4
7
10

Jumlah daun
3 MST
4 MST
5 MST

2,75 b
2,81 b
2,58 b
2,33 a

5,94 bc
6,69 c
5,83 b
4,78 a

12,11 b
11,77 b
10,91 ab
9,83 a

Pada umur 3-5 MST, tinggi tanaman kedelai
edamame yang diberi zeolit dengan dosis 10
g/tan nyata lebih rendah dibanding 0 g/tan, 4
g/tan, dan 10 g/tan (Tabel 1).

Keterangan: Nilai rata-rata pada kolom yang sama
diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji DMRT taraf 5%.

Tabel 1. Tinggi kedelai edamame pada berbagai
dosis zeolit

Tanaman kedelai edamame yang tidak diberi
pupuk N menunjukkan luas daun tidak berbeda
nyata pada berbagai dosis zeolit. Sementara
pada tanaman kedelai yang dipupuk ZA, luas
daun tanaman yang diberi zeolit 10 g/tan nyata
lebih besar dibandingkan yang diberi zeolit
dengan dosis lebih rendah. Luas daun tanaman
kedelai yang diberi pupuk NPK dengan zeolit 10
g/tan nyata lebih rendah dibandingkan tanpa
diberi zeolit, tetapi tidak berbeda nyata dengan
yang diberi 4 dan 7 g zeolit /tan. Tanaman
kedelai yang diberi pupuk kompos dengan
zeolit 7 g/tan nyata lebih tinggi dibanding tanpa
diberi zeolit. Tanaman kedelai yang diberi zeolit
10 g/tan dengan pupuk ZA nyata memiliki luas
daun lebih lebar dibanding dengan yang diberi
pupuk urea, NPK dan kompos (Tabel 3).

Tinggi tanaman (cm)
3 MST
4 MST
5 MST

Perlakuan
Dosis Zeolit
(g/tan)
0
4
7
10

21,88 b
21,85 b
21,60 b
19,06 a

31,88 b
33,46 b
33,42 b
27,46 a

39,11 b
38,92 b
39,17 b
33,03 a

Keterangan: Nilai rata-rata pada kolom yang sama
diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji DMRT taraf 5%.

Jumlah Daun
Tanaman yang diberi zeolit 10 g/tan
menunjukkan jumlah daun nyata lebih rendah
dibandingkan dengan tanaman yang diberi
zeolit lebih rendah (Z0, Z1 dan Z2), tetapi pada

Luas Daun

Tabel 3. Luas daun kedelai edamame pada kombinasi dosis zeolit dan pupuk N
Perlakuan
Jenis Pupuk N
Urea
ZA
NPK
Kompos

0
131,25 abc
113,60 ab
134,42 bc
108,17 ab

Dosis zeolit (g/tan)
4
7
140,75 bc
141,20 bc
112,24 ab
117,67 abc

120,84 abc
143,02 bc
125,37 abc
162,02 cd

10
109,52 ab
189,18 d
85,99 a
119,03 abc

Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5%.

Bobot Basah Akar, Bintil, Tajuk, dan
Total Tanaman
Tanaman kedelai edamame (3 MST) yang diberi
pupuk kompos menunjukkan bobot akar nyata
lebih besar dibandingkan tanaman kedelai yang
dipupuk urea dan ZA, tetapi tidak berbeda

nyata dengan yang diberi pupuk NPK. Pada
umur 3 dan 6 MST, tanaman kedelai edamame
yang diberi zeolit 10 g/tan nyata lebih rendah
dibanding dengan yang diberi zeolit dengan
dosis lebih rendah tetapi tidak berbeda nyata
dengan yang diberi zeolit 7 g/tan pada umur 3
MST. Pada umur 3 MST, jumlah bintil akar yang
diberi dosis zeolit 10 g/tan lebih banyak

86

Yulianti et al.

Pupuk nitrogen dan dosis yang tepat

dibandingkan dengan yang diberi zeolit lebih
sedikit. Pada umur 6 MST, tanaman kedelai
yang diberi dosis zeolit 10 g/tan menunjukkan
bobot tajuk nyata lebih rendah dibandingkan
dengan yang diberi zeolit lebih sedikit. Pada

umur 10 MST, tanaman kedelai edamame yang
diberi dosis zeolit 10 g/tan menunjukkan bobot
basah tanaman total nyata lebih rendah
dibandingkan yang diberi zeolit dengan dosis
lebih rendah (Tabel 4).

Tabel 4. Bobot basah akar, bintil, tajuk, dan total tanaman pada jenis pupuk N dan berbagai dosis zeolit
Akar (g)

Perlakuan
Jenis Pupuk N
Urea
ZA
NPK
Kompos
Dosis Zeolit (g/tan)
0
4
7
10

3 MST

Bintil (g)
3 MST

6 MST

Tajuk (g)
6 MST

Total (g)
10 MST

2,60 a
2,75 a
3,07 ab
3,82 b

12,71
15,57
14,49
15,50

0,13
0,11
0,12
0,09

23,09
33,15
26,00
28,57

126,63
142,22
115,00
126,47

3,38 b
3,54 b
2,84 ab
2,48 a

16,42 b
18,47 b
15,32 b
8,06 a

0,06 a
0,06 a
0,04 a
0,27 b

29,37 b
33,31 b
29,49 b
18,65 a

136,04 b
132,77 b
132,08 b
109,42 a

Keterangan: Nilai rata-rata pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT
taraf 5%.

Jumlah Bintil dan Bunga
Tanaman kedelai edamame yang diberi 10 g
zeolit/ tan pada umur 3 MST menunjukkan
jumlah bintil nyata lebih banyak dibandingkan
tanaman kedelai yang diberi zeolit pada dosis
yang lebih rendah. Pada umur 32 HST jumlah
bunga tanaman edamame yang diberi zeolit 10
g/tan nyata lebih sedikit dibandingkan dengan
yang diberi zeolit 4 g/tan, tetapi tidak berbeda
nyata dengan yang tidak diberi zeolit dan yang

diberi zeolit 7 g/tan. Pada umur 35 HST jumlah
bunga tanaman edamame yang diberi zeolit 10
g/tan nyata lebih sedikit dibandingkan yang
tidak diberi zeolit dan yangk berbeda diberi
zeolit 4 g/tan, tetapi tidak berbeda nyata
dengan yang diberi zeolit 7 g/tan. Jumlah bunga
tanaman edamame yang diberi zeolit 10 g/tan
pada umur 42 HST nyata lebih sedikit
dibandingkan yang diberi zeolit lebih sedikit
(Tabel 5).

Tabel 5. Jumlah bintil dan bunga kedelai edamame pada jenis pupuk N dan berbagai dosis zeolit
Perlakuan
Jenis Pupuk N
Urea
ZA
NPK
Kompos
Dosis Zeolit (g/tan)
0
4
7
10

Jumlah bintil
3 MST
32 MST

Jumlah bunga
35 MST
42 MST

40,67
36,42
28,75
30,33

10,77
10,44
9,90
10,33

19,80
20,64
18,55
20,64

28,81
30,39
26,25
28,64

25,92 ab
34,58 b
17,83 a
57,83 c

10,61 ab
12,61 b
9,26 a
8,97 a

21,17 b
21,30 b
19,66 ab
17,50 a

32,92 c
29,44 b
28,08 b
23,64 a

Keterangan: Nilai Rata-rata pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5%

Persentase Polong Isi
Perbedaan persentase polong isi hanya tampak
pada tanaman yang diberi pupuk NPK dan 7 g

zeolit/tan, nyata memiliki persentase polong isi
lebih rendah dibandingkan perlakuan yang
lainya (Tabel 6).

Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 Volume 4 Nomor 2, Oktober 2013

87

Tabel 6. Persentase polong isi kedelai edamame pada kombinasi zeolit dan pupuk N
Perlakuan
Jenis Pupuk N
Urea
ZA
NPK
Kompos

Dosis zeolit (g/tan)
4
7

0

10

100,00 b
100,00 b
100,00 b
99,00 b

98,33 b
100,00 b
100,00 b
100,00 b
100,00 b
100,00 b
100,00 b
88,17 a
99,00 b
100,00 b
98,10 b
98,33 b
zeolit sampai 10 g/tan nyata meningkatkan
Kualitas Polong
jumlah polong berbiji tiga dan pada tanaman
yang diberi pupuk kompos jumlah polong
Pada tanaman yang diberi pupuk urea,
berbiji tiga terbanyak terdapat pada tanaman
pemberian zeolit menyebabkan penurunan
yang diberi zeolite 7 g/tan (Tabel 7).
jumlah polong berbiji tiga. Sementara itu, pada
tanaman yang diberi pupuk ZA penambahan

Tabel 7. Jumlah polong kedelai edamame berbiji 3 pada kombinasi dosis zeolit dan jenis pupuk N
Perlakuan
Jenis Pupuk N
Urea
ZA
NPK
Kompos

Dosis zeolit (g/tan)
7

0

4

4,00 bc
2,33 ab
2,67 ab
1,00 a

2,00 ab
4,00 bc
2,00 ab
2,67 ab

10

1,00 a
2,00 ab
2,00 ab
5,00 cd

1,00 a
6,33 d
1,33 a
1,00 a

Keterangan: Nilai rata-rata pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT
taraf 5%.

Bobot Kering
Bobot akar tanaman yang diberi zeolit 10 g/tan
nyata lebih rendah dibanding yang diberi zeolit
lebih sedikit. Bobot bintil akar tanaman yang
diberi pupuk ZA nyata lebih tinggi
dibandingkan yang diberi pupuk NPK, tetapi

tidak berbeda nyata dengan yang diberi pupuk
urea dan kompos. Bobot polong tanaman
kedelai edamame yang diberi zeolit 10 g/tan
nyata lebih rendah dibanding yang tidak diberi
zeolit dan yang diberi zeolit, tetapi tidak
berbeda nyata dengan Z2 (Tabel 8).

Tabel 8. Bobot kering akar, bintil, tajuk, polong dan total tanaman pada jenis pupuk N dan berbagai
dosis zeolit
Perlakuan
Jenis pupuk N
Urea
ZA
NPK
Kompos
Dosis Zeolit (g/tan)
0
4
7
10

Akar

Bintil

Bobot kering
Tajuk

2,63
3,00
2,19
2,53

1,46 ab
1,67 b
1,25 a
1,49 ab

11,26
13,46
9,80
11,34

15,92
18,03
14,78
15,64

31,27
36,16
28,02
31,01

2,79 b
2,72 b
2,95 b
1,90 a

1,52
1,41
1,42
1,51

12,42
12,35
11,94
9,15

17,72 b
17,45 b
14,85 ab
14,35 a

34,46
33,92
31,17
26,91

Polong

Total

Keterangan: Nilai rata-rata pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT
taraf 5%.

88

Yulianti et al.

Pembahasan
Pertumbuhan Vegetatif
Jenis pupuk N pada awal pertumbuhan tidak
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman,
jumlah daun, bobot tajuk, panjang akar, bobot
akar, jumlah bintil, dan bobot bintil akar. Hal ini
diduga karena dosis pupuk N yang diberikan
untuk setiap perlakuan sama sehingga tanaman
mendapatkan unsur hara yang sama dan cukup
untuk pertumbuhannya. Menurut Jumin (2005),
pertumbuhan vegetatif tanaman akan baik
apabila unsur hara yang diberikan cukup bagi
tanaman. Hasil analisis tanah yang digunakan
memiliki nilai KTK sedang (24,57 cmol/kg), pH
tanah agak masam (6,0), dan kandungan N
tanah rendah (0,14%). Berdasarkan data
tersebut tanah yang digunakan cocok untuk
pertumbuhan tanaman kedelai.
Tanaman yang diberi zeolit dengan dosis 10
g/tan menunjukkan pertumbuhan tinggi
tanaman paling rendah, jumlah daun paling
sedikit, dan bobot akar paling rendah.
Menurunnya pertumbuhan pada tanaman yang
diberi perlakuan 10 g/tan diduga karena
menurunnya unsur hara N yang diserap oleh
tanaman karena dijerap oleh zeolit. Semakin
tinggi dosis zeolit yang diberikan, maka semakin
banyak amonium yang dapat dijerap (Suwardi
2006), sehingga menurunnya serapan N
mengakibatkan
pertumbuhan
tanaman
terganggu karena unsur N merupakan penentu
pertumbuhan vegetatif tanaman (Hardjowigeno
2003). Selain itu, pertumbuhan akar yang
kurang baik pada umur 3 dan 6 MST diduga
karena meningkatnya kadar Na yang
disebabkan oleh penambahan zeolit. Dewi
(2009) melaporkan bahwa menurunnya
serapan hara N, P, dan K pada tanaman caisim
bangkok yang diberi zeolit disebabkan
meningkatnya kadar Na yang mengakibatkan
terjadinya pemadatan tanah karena dispersi
tanah oleh kadar Na yang tinggi sehingga akar
tanaman akan sulit berkembang dan menyerap
hara dengan baik.
Pertumbuhan akar kedelai edamame pada
awal pertumbuhan (3 MST) yang diberi pupuk
kompos lebih baik dibandingkan yang diberi
pupuk urea dan ZA. Hal ini diduga karena
kompos memberikan lingkungan yang baik
untuk tumbuhnya mikroba tanah sehingga
tanah menjadi subur dan gembur. Menurut
Setyorini et al. dalam Simanungkalit et al.

Pupuk nitrogen dan dosis yang tepat

(2006), gemburnya tanah yang diberi kompos
disebabkan oleh senyawa-senyawa polisakarida
yang dihasilkan oleh mikroorganisme pengurai
pada kompos. Dengan struktur tanah yang baik
berarti difusi O2 atau aerasi akan lebih banyak
sehingga proses fisiologi di akar menjadi lebih
baik.
Selain
itu,
aktivitas
berbagai
mikroorganisme pada kompos menghasilkan
berbagai macam hormon pertumbuhan (auksin,
sitokinin, dan giberelin) yang memacu
pertumbuhan akar-akar rambut.
Jumlah dan bobot bintil akar pada tanaman
yang diberi dosis zeolit Z3 paling tinggi pada
awal pertumbuhan. Hal ini diduga karena
amonium dan nitrat di sekitar tanaman dijerap
sementara oleh zeolit. Selain itu, zeolit juga
dapat menghambat konversi NH4+ menjadi NO3(Al-Jabri
2009),
dengan
terjerap
dan
terhambatnya konversi amonium dan nitrat di
sekitar tanaman menyebabkan pertumbuhan
bintil akar berkembang lebih banyak.
Pertumbuhan bintil akar dapat terhambat
dengan pemberian pupuk N (Ray et al. 2006 dan
Basu et al. 2008).

Pertumbuhan Generatif
Pada
pertumbuhan
generatif,
tanaman
edamame yang diberi dosis zeolit 10 g/tan,
nyata memiliki jumlah bunga yang paling sedikit
dibanding perlakuan lain (Z0, Z1, Z2). Hal ini
masih berhubungan dengan kurang baiknya
perkembangan akar tanaman pada perlakuan
dosis 10 g/tan yang menyebabkan hara yang
diserap oleh tanaman kurang.
Peningkatan jumlah dan bobot bintil akar
tanaman kedelai edamame terjadi pada fase
generatif. Jumlah dan bobot bintil akar tanaman
edamame yang diberi zeolit 10 g/tan menjadi
tidak berbeda nyata dengan yang diberi zeolit
dengan dosis lebih rendah. Ini diduga karena
kebutuhan tanaman akan unsur hara N
meningkat sehingga pembentukan bintil akar
meningkat sejalan dengan berkurangnya
ketersediaan unsur hara N yang diberikan
melalui pemupukan akibat volatisasi. Menurut
Salisbury dan Ross (1995), tahap pertumbuhan
juga memengaruhi penambatan N2. Pada
tanaman kedelai laju penambatan N2 tertinggi
terjadi setelah pembungaan ketika kebutuhan
akan nitrogen di dalam biji yang sedang
berkembang
meningkat.
Sekitar
90%
penambatan N2 pada tanaman legum terjadi
selama periode perkembangan reproduktif dan
10% pada masa vegetatif. Sementara itu, dengan

Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 Volume 4 Nomor 2, Oktober 2013

berkurangnya pupuk N di sekitar tanaman
(akibat pencucian) mengakibatkan penambatan
N2 secara biologi meningkat sehingga jumlah
dan bobot bintil akar meningkat. Menurut
Robertson dan Farnden (1980), serta Streeter
(1988), penambatan N2 menurun sejalan dengan
penambahan pupuk nitrogen yang diserap.
Tanaman yang diberi dosis zeolit 10 g/tan,
pada fase pertumbuhan vegetatif mengalami
pertumbuhan yang paling rendah dibanding
perlakuan yang lain. Akan tetapi, pada saat
pembentukan dan pengisian polong tidak
berbeda nyata dengan perlakuan yang diberi
zeolit lebih rendah (Z0, Z1, dan Z2). Hal ini
diduga unsur hara N yang dijerap oleh zeolit
diberikan kembali pada saat pembentukan dan
pengisian polong edamame. Menurut Suwardi
(2006), zeolit akan melepaskan kembali unsur
hara N yang dijerapnya dan dilepasnya kembali
unsur hara N oleh zeolit menyebabkan tanaman
yang diberi dosis 10 g/tan pada fase
pembentukan dan pengisian polong tidak
berbeda dengan tanaman yang diberi perlakuan
lain.
Tanaman kedelai edamame yang diberi
pupuk urea dengan zeolit 10 g/tan (A1Z3) nyata
memiliki luas daun dan kualitas polong isi yang
lebih banyak dibanding dengan perlakuan lain.
Hal ini diduga karena pupuk ZA yang memiliki
reaksi fisiologi masam (dapat memasamkan
tanah) dapat berinteraksi dengan zeolit.
Menurut Trisunaryati (2009), zeolit dapat
teraktivasi dengan asam. Al-Jabri (2009)
melaporkan bahwa pemberian 3 ton zeolit dan 1
ton pupuk ZA memberikan peningkatan hasil
kedelai 46%.

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
Tanaman edamame yang diberi zeolit dengan
dosis 10 g/tan memiliki pertumbuhan tinggi
tanaman paling rendah (3-5 MST), jumlah daun
paling sedikit (3-5 MST), bobot akar paling
rendah (3 dan 6 MST), bobot tajuk paling
rendah (6 MST), bobot total tanaman (basah)
paling rendah, dan jumlah bunga paling rendah
(42 HST), tetapi jumlah dan bobot bintil paling
tinggi (3 MST) dibanding tanaman yang diberi
zeolit dengan dosis lebih rendah. Luas daun dan
jumlah polong berbiji tiga pada tanaman kedelai
yang dipupuk ZA dengan zeolit 10 g/tan (A1Z3)
nyata lebih tinggi dibanding dengan perlakuan
lain.

89

Perlu adanya penelitian lanjutan tentang
dosis zeolit dan dosis pupuk N pada urea, NPK,
ZA dan kompos untuk mengetahui berapa besar
N yang dapat dijerap oleh zeolit. Perlu adanya
uji tanah pada media tanam setelah penelitian
untuk mengetahui unsur hara yang dapat
digunakan untuk penanaman berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Jabri M, Setyorini D, dan Hartatik W. 2011.
Mineral zeolit untuk pembenah anah sawah
intensifikasi.
Warta
Penelitian
dan
Pengembangan Pertanian. Vol 3 (22).
Al-Jabri M. 2009. Peningkatan produksi tanaman
pangan dengan pembenah tanah zeolit. Balai
Penelitian Tanah, Badan Litbang Pertanian,
Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2012. Luas panen,
produktivitas dan produksi kedelai nasional.
Diunduh
07 September 2013 dari
http//www.bps.go.id.
Balitbang Pertanian. 2008. Ketersediaan
Teknologi dalam Mendukung Peningkatan
Produksi Kedelai Menuju Swasembada.
Departemen Pertanian, Jakarta Selatan.
Basu M, Bhadoria PBS, dan C Mahapatra. 2008.
Growth, nitrogen fixation, yield, and kernel
quality of peanut in response to lime, organic
and inorganic fertilizer levels. Bioresource
Technol 99:4675-4683.
Benziger V dan Shanmugasundaram. 1995.
Taiwan’s frozen vegetable soybean industry.
AVRDC Tecnical Bul. 22, 15p. h. Shan Hua,
Taiwan.
Dewi DAL. 2009. Pengaruh zeolit dan biosoil
pada sifat kimia tanah dan produksi tanaman
Caisim Bangkok. Skripsi. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Ernawanto QD, BS Noeriwan, dan Sugiono.
2011. Pengaruh pemberian zeolit terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai.
Prosiding seminar Hasil Penelitian Tanaman
Aneka Kacang dan Umbi, Jawa timur. [07
Maret 2013]
Ghulamahdi M dan Azis SA. 1992. Pengaruh
pupuk N dan ZN terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman kedelai pada budidaya
jenuh air. Bul. Agr. 21(1):37-45
Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika
Presindo, Jakarta.
Hartatik W dan LR Widowati. 2006. Pupuk
kandang, pupuk organik, dan pupuk hayati.
Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan

90

Yulianti et al.

Pertanian,
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan Pertanian, Bogor.
John RF dan LH David. 2001. Soybean yield
response to reproductive stage soil-applied
Nitrogen and foliar-applied Boron. J Agron.
93: 1200-1209.
Jumin HB. 2005. Dasar-dasar agronomi. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Leiwakabessy FM dan A Sutandi. 2004. Pupuk
dan pemupukan. Jurusan Tanah, Fakultas
Pertanian, IPB, Bogor.
Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan
Hortikultura (Puslitbang Horti). 2012.
Ray DJ, Heatherly LG, Fritschi, FB. 2006.
Influence of large amount of nitrogen on
nonirrigated and irrigated soybean. Crop
Science 46:52-60.
Robertson J G and K J F. Farnden. 1990. Ultrastructure and metabolism of the developing
legume root nodule. The Biochemistry of
Plant, Vol 5. Academic Press, New York.
Salisburry FB dan CW Ross. 1995. fisiologi
tumbuhan. Jilid 2 (diterjemahkan dari Plant
Physiologi, penerjemah: Diah R Lukmana dan
Sumarya). Penerbit ITB, Bandung.
Setyono et al. 2008. Unsur nitrogen tanah dapat
meningkatkan kadar protein beras. Balai

Pupuk nitrogen dan dosis yang tepat

Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Bogor.
Simanungkalit RDM, DA Suriadikarta, R
Saraswati, dan W Hartatik. 2006. Pupuk
organik dan pupuk hayati. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya
Lahan Pertanian, Bogor.
Soewanto, Prasongko, dan Sumarno. 2007.
Kedelai
teknik
produksi
dan
pengembangannya (agribisnis edamame
untuk ekspor). Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
Streeter J. 1988. Inhibition of legume nodule 9
formation and N2 fixation by nitrate. CRC
Critical Reviews in Plant Sciences 7:1-23
Suwardi P et al. 2006. Studi release fertilizer
(SRF): uji efisiensi pupuk tersedia lambat
campuran urea dengan zeolit. Prosiding
Seminar Nasional Zeolit V, Bandar Lampung.
Trisunaryati W. 2009. Zeolit Alam Indonesia
Sebagai Absorben dan Katalis dalam
Mengatasi Masalah Lingkungan dan Krisis
Energi. Pidato pengukuhan jabatan guru
besar dalam ilmu kimia pada fakultas
matematika dan ilmu pengetahuan alam
Universitas Gadjah Mada. Universitas Gadjah
Mada.

Dokumen yang terkait

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

AN ANALYSIS OF GRAMMATICAL ERRORS IN WRITING DESCRIPTIVE PARAGRAPH MADE BY THE SECOND YEAR STUDENTS OF SMP MUHAMMADIYAH 06 DAU MALANG

44 306 18

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25