VARIASI MORFOLOGI Pteris vittata L. (PTERIDACEAE; PTERIDOPHYTA) DAN KORELASINYA DENGAN KETINGGIAN LOKASI TEMPAT TUMBUHNYA DI JAWA Morphological Variations Pteris vittata L. (Pteridaceae; Pteridophyta) and Correlation With Altitude Locations In Java

BioLink Vol. 2 (2) Januari 2016: 100-110
BioLink Vol. 2 (2) Januari 2016

p-ISSN: 2356-458x e-ISSN:2597-5269

BioLink
Jurnal Biologi Lingkungan, Industri, Kesehatan
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/biolink

VARIASI MORFOLOGI Pteris vittata L. (PTERIDACEAE;
PTERIDOPHYTA) DAN KORELASINYA DENGAN KETINGGIAN LOKASI
TEMPAT TUMBUHNYA DI JAWA
Morphological Variations Pteris vittata L. (Pteridaceae; Pteridophyta)
and Correlation With Altitude Locations In Java
Mugi Mumpuni*
Fakultas Biologi, Universitas Medan Area, Indonesia
*Corresponding author: E-mail: mugi_mumpuni@yahoo.com

Abstrak
Pteris vittata memiliki variasi morfologi tinggi dan daerah geografi yang luas di seluruh dunia. Kajian
mengenai variasi morfologi dan korelasinya dengan ketinggian lokasi tempat tumbuhnya di Jawa

sangat sedikit. Tujuan penelitian ini adalah untuk memelajari keanekaragaman infraspesifik P. vittata
di Jawa berdasarkan karakter morfologi, dan untuk melihat hubungan antara morfologi dengan
ketinggian lokasi tempat tumbuhnya. Penelitian ini dilakukan sejak September 2012 sampai September
2013. Pengambilan material tumbuhan dilakukan dengan metode jelajah. Pengamatan morfologi
dilakukan pada 130 individu yang telah dikoleksi dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan Yogyakarta dari
berbagai ketinggian. Pada penelitian ini ditemukan variasi morfologi P. vittata yang cukup tinggi. Jenis
ini memiliki variasi morfologi meliputi ukuran dan bentuk daun utuh dan anak daun serta variasi pada
segmen apikal. Variasi morfologi tidak berkorelasi dengan ketinggian tempat asal tumbuhan. Secara
taksonomi, P. vittata di Jawa dapat dibedakan menjadi dua kelompok infraspesies, yaitu P.vittata
subspesies vittata and P.vittata subspesies emodi.
Kata kunci : Jawa, Pteris, Pteris Vittata, Morfologi, Ketinggian Tempat
Abstract
Pteris vittata has a high morphological variation and it has wide geographic regions around the world .
Study of morphology and its correlation with with altitude of plant origin area in Java is very little
informed. This aims of this research were first to study the diversity of morphological characters of P.
vittata from Java; and to know the correlations among morphological characters to the plant orignated
altitute; This study was conducted from September 2012 until September 2013. Plants materials were
collected by exploration method. Morphological observations carried out on 130 individuals that had
been collected from West Java, Central of Java and Yogyakarta in various altitude areas. Pteris vittata
from Java Island varied in the morphological characters. The varied in the morphological characters i.e.

size and shape of fronds, pinnae and apical segment. Variations in morphology was not correlated with
altitude of plant origin area. Taxonomycally, P. vittata in Java can be divided into two groups infraspecies,
namely P.vittata subspecies vittata and P.vittata subspecies emodi.
Keywords : Java, Pteris, Pteris Vittata, Morphology, Altitute

How to Cite: Mumpuni, M., (2016), Variasi Morfologi Pteris Vittata l. (Pteridaceae; Pteridophyta) dan Korelasinya
dengan Ketinggian Lokasi Tempat Tumbuhnya di Jawa, BioLink, Vol. 3 (1), Hal: 100-110

100

100

BioLink Vol. 2 (2) Januari 2016: 100-110

sporangium
yang
lebih
banyak
dibandingkan diploid. P. pellucidifolia
yang triploid berukuran lebih besar

dibandingkan dengan Pteris cretica dan P.
wulaiensis yang keduanya bersitotipe
diploid.
Salah satu contoh jenis dari tumbuhan
paku adalah Pteris vittata. Pteris vittata
memiliki ciri karakter morfologi yang
khas dibandingkan dengan jenis dari
marga Pteris lainnya, yaitu tepi daunnya
yang sederhana dengan tangkai daun
yang pendek, sehingga seolah-olah
melekat pada batang, dan anak daun yang
panjang.
Jenis ini memiliki batang
pendek, tegak atau rebah yang dilengkapi
sisik yang ketika masih muda akan
berwarna hijau muda dan ketika dewasa
akan berwarna coklat muda. Panjang
tangkai daun bisa mencapai 40 cm dan
ditutupi oleh sisik ketika masih muda,
bagian daun terlebar berada di atas daun

keseluruhan, semakin ke atas semakin
mengerucut, anak daun yang paling
pangkal berukuran kecil. Daun menyirip
satu kali dengan ukuran panjang daun
20-80 cm; Anak daun banyak dengan
panjang mencapai 15 cm dan lebar 7-10
mm, ujung anak daun meruncing hingga
tumpul dan pangkal daun berbentuk
jantung hingga rata, pangkal anak daun
biasanya lebih lebar dan memiliki cuping
pada salah satu sisi atau kedua pangkal.
Pertulangan anak daun menggarpu, sorus
terletak di sepanjang pinggiran daun,
namun tidak mencapai ujung maupun
dasar daun (Holttum 1966; Edie 1978).
Pteris vittata dilaporkan tumbuh di
habitat dengan pH basa, seperti area yang
terkontaminasi arsenik (Ma et al. 2001)
dan juga tembaga (Zheng dan Xu 2008).
Oleh karena itu P. vittata berperan tak

hanya sebagai tanaman ornamen saja
tetapi juga sebagai fitoremediator yang

PENDAHULUAN
Karakter morfologi merupakan
karakter
yang
memberikan
jalan
termudah untuk mengenali jenis dan
menjabarkan adanya keanekaragaman
hayati. Hal ini disebabkan karena
karakter morfologi mudah dilihat
sehingga variasinya dapat dinilai dan
dibandingkan dengan karakter lainnya
(Rifai 2011).
Variasi-variasi karakter morfologi
dapat terjadi karena adanya pengaruh
perbedaan ekologi, poliploidi dan
genetika. Ketinggian lokasi tumbuh dapat

menyebabkan variasi pada fenotip
tumbuhan (Vitasse et al. 2009). Peran
kromosom sebagai pembawa gen-gen
pewaris
sifat
pada
keturunan
berkontribusi
terhadap
perubahan
fenotip (Sharp 1943).
Pada tumbuhan paku sering
dijumpai adanya variasi dalam karakter
morfologi. Pada Dryopteris sparsa
ditemukan adanya variasi bentuk dan
ukuran daun, ada yang memiliki helaian
daun lebih kecil dengan pasangan anak
daun lebih jarang dan pangkal anak daun
terbawah sederhana dan ada juga yang
memiliki helaian anak daun yang rapat

dengan ujung meruncing, pangkal anak
daun lebih besar dan menyirip (Darnaedi
1987; Zubaidah 2006). Hastuti et al..
(2011) menemukan variasi pada Pteris
multifida dalam karakter anatomi berupa
perbedaan jumlah sel epidermis, jumlah
stomata dan indeks stomata. Walaupun
demikian variasi morfologinya tidak
begitu signifikan.. Huang et al. (2007;
2011), melaporkan bahwa ukuran spora
dari dua varietas Pteris fauriei yaitu
diploid dan triploid yang ditemukan di
Taiwan menunjukkan bahwa sitotipe
triploid memiliki ukuran tubuh yang
lebih besar dan jumlah spora dalam satu
101
101

BioLink Vol. 2 (2) Januari 2016: 100-110


baik untuk membersihkan air tanah yang
terkontaminasi arsenik dengan cara
menyerap arsenik dari dalam tanah dan
dipindahkan
ke
tubuhnya
dalam
konsentrasi yang lebih besar dari
konsentrasi arsenik di tanah, dan dalam
20 minggu tanah akan bebas dari arsenik
(Ma et al. 2001; Srivastava et al. 2007).
Pteris vittata tersebar sangat luas
mulai dari ekosistem tropis dan subtropis
(Winter dan Amoroso 2003). Pteris vittata
dapat hidup dari ketinggian 0 – 2000 m
dari permukaan laut (m dpl) (FraserJenkins 2008; Saputra dan Qotrunnada
2011). Jenis ini termasuk paku epilitik
yang memiliki daya tahan yang tinggi
terhadap
pengaruh

lingkungan,
menyukai
cahaya
matahari
dan
lingkungan alkalin. Pteris vittata biasa
tumbuh di sepanjang pinggiran jalan, di
hampir semua substrat berkapur seperti batu
tua, trotoar dan celah bangunan, dapat
hidup pula pada ekosistem savana,
ekosistem hutan tropis campuran dan
pegunungan hingga ketinggian 1800 m
dpl (Ruma 2002).
Pteris vittata termasuk “species
complex”. Variasi morfologi dan poliploidi
sangat umum dijumpai pada jenis ini.
Berdasarkan variasi morfologi, FraserJenkins
(2008)
mengelompokkan
P.vittata yang ditemukan di Nepal

menjadi tiga subspesies, yaitu P.vittata
subspesies vittata, P.vittata subspesies
emodi dan P. vittata subspesies vermae.
Di India, P. vittata dilaporkan sebagai
jenis yang memiliki lima sitotipe yaitu
diploid, triploid, tetraploid, pentaploid
dan heksaploid (Khare dan Kaur 1983).
Di Cina, tipe diploid P. vittata juga
ditemukan terdapat di beberapa daerah
seperti Sichuan, Yunnan, Guizhou, Hubei
dan Hunan (Wang 1989).

Studi mengenai P. vittata di
Indonesia masih terbatas pada studi
sitologi. Ruma (2002) melaporkan jumlah
kromosom P. vittata di Nusa Tenggara
timur adalah bersitotipe tetraploid (2n =
116).
Praptosuwiryo dan Darnaedi
(2008) juga

menemukan
sitotipe
tetraploid P. vittata di Jawa.
Minimnya informasi mengenai
variasi morfologi P. vittata di Indonesia,
khususnya di pulau Jawa, dan korelasi
antara
variasi
morfologi
dengan
ketinggian tempat tumbuh menjadi latar
belakang dalam penelitian ini. Penelitian
ini
bertujuan
untuk
memelajari
keanekaragaman infraspesifik P. vittata
di Jawa berdasarkan karakter morfologi
yang dihubungkan dengan ketinggian
lokasi tempat tumbuhnya.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada bulan
September 2012 – September 2013.
Pengambilan sampel dilakukan di Jawa
Barat, Jawa Tengah, dan Yogyakarta.
Pengamatan morfologi dilakukan di
laboratorium Taksonomi Tumbuhan
Departemen
Biologi,
Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(FMIPA), Institut Pertanian Bogor (IPB).
Spesimen herbarium disimpan di
Herbarium
Bogoriense
(BO)
dan
Herbarium Medanense (MEDA).
Alat
yang
digunakan
dalam
penelitian ini antara lain Global
Positioning System (GPS), alat tulis,
gunting
tanaman,
kamera
(alat
dokumentasi), kertas koran, kantong
plastik bening, label gantung, selotip, alat
herbarium. Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sampel jenis
material tumbuhan, dan alkohol 70%.
Pengambilan sampel dilakukan
dengan menggunakan metode eksplorasi
102

103

BioLink Vol. 2 (2) Januari 2016: 100-110

atau jelajah yaitu menyusuri setiap lokasi
yang diketahui dan memungkinkan
dijumpainya P. vittata. Sampel yang
diambil adalah semua bagian tubuh yang
telah memiliki spora. Material berupa
daun dipilih dan diatur dalam lipatan
kertas koran, dimasukkan ke dalam alat
pengepresan, dikeringkan menggunakan
oven listrik untuk dijadikan herbarium
yang selanjutnya digunakan untuk
pengamatan morfologi.
Penentuan ketinggian lokasi dan
posisi
tempat
dilakukan
dengan
menggunakan Global Positioning System

(GPS). perbedaan tingkat ploidi dan tipe
reproduksi
Karakter morfologi yang diamati
meliputi ukuran panjang dan lebar stipe,
bentuk dan ukuran daun, jumlah total
anak daun, jumlah anak daun subur,
jumlah anak daun mandul, pertulangan
anak daun, ukuran panjang dan lebar
anak
daun
terminal
dan
rasio
perbandingan antara anak daun terminal
dengan anak daun dibawahnya, ukuran
dan bentuk anak daun subur dan mandul
(Gambar 1).

Gambar 1.
Karakter morfologi P.vittata . A. stipe, B. helaian daun, C. anak daun, D. anak
daun subur E. anak daun mandul, F. anak daun terminal, G. segmen apical

Analisis data dilakukan dengan
menggunakan program NTSys - PC versi
2.1.1a. Data morfologi diberi skor kemudian
dikelompokkan membentuk data matrik
melalui program Microsoft Excel. Matrik
data diolah dengan Simqual (Similarity for
Qualitative Data) untuk menghitung
koefisien kesamaan Simple Matching (SM)
(Rohfl 2000). Matriks kesamaan ini
kemudian digunakan untuk membuat
fenogram
dengan
metode
UPGMA
(Unweighted Pair-Group Method with

Arithmetic means) kemudian dilanjutkan
dengan analisis komponen utama (Principal
Component Analysis atau PCA) untuk
melihat pengelompokkan yang terjadi
berdasarkan perbandingan antara karakter
morfologi dengan ketinggian tempat.

103
104

BioLink Vol. 2 (2) Januari 2016: 100-110

(TNGGP), Jawa Barat, dengan ketinggian
2161 m dpl (Tabel 1).
Pada penelitian Saputra dan
Qotrunnada (2011), P. vittata ditemukan
pada ketinggian 0 m dpl di Pulau
Karimunjawa, Jawa Tengah. FraserJenkins (2008) melaporkan P. vittata di
Nepal tumbuh sampai ketinggian 2000 m
dpl. Ruma (2002) menemukan P. vittata
terdistribusi pada berbagai ekosistem di
Nusa Tenggara Timur, yaitu ekosistem
savana, ekosistem hutan hujan campuran
dan ekosistem Montana. Munir (2003)
menemukan jenis ini pada ekosistem
hutan hujan tropis pegunungan rendah
Kendari, Sulawesi Tenggara pada
ketinggian mencapai 1000 m dpl.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, P.
vittata umumnya dijumpai di pelbagai
ketinggian tempat dan ekosistem serta
menyukai lokasi terbuka yang terpapar
cahaya matahari. Pteris vittata ditemukan
di berbagai substrat tumbuh antara lain
tembok batu, aliran air panas dan tanah
yang kering (Gambar 2).
Ketinggian tempat tumbuh P.vittata
juga beragam. Ketinggian lokasi tumbuh
Pteris vittata yang paling rendah yang
dijumpai dalam penelitian ini adalah
pada 30 m di bawah permukaan laut (m
dpl) di Dusun Pituruh Pereng, Kabupaten
Purworejo, Jawa Tengah sedangkan yang
paling tinggi adalah di daerah Air Panas,
Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango

B

A

Gambar 2. Habitat alami P. vittata. Keberadaan P. vittata ditunjukkan dengan tanda
panah. A. aliran air panas di Rawa Denok, TNGGP. B. tembok selokan di tepi jalan
Tabel 1. Lokasi dan ketinggian tempat tumbuh Pteris vittata ditemukan
No
1

Provinsi
Jawa Barat

2
3

Jawa Tengah
Yogyakarta

Nama Lokasi
Depok
Bogor, Tajur, Ciawi
Cisarua
TNGGP, Jalur Cibodas
TNGGP, Jalur Gunung Putri
TNGGP, Jalur Salabintana
Kebun Raya Cibodas
Purworejo
Sleman
104

105

Ketinggian (m dpl)
91 - 96
275 - 702
825 - 1250
1683 - 2161
1114 – 1683
924 – 1217
1259 – 1418
30 – 45
210

BioLink Vol. 2 (2) Januari 2016: 100-110

Morfologi P. vittata bervariasi
dalam bentuk dan ukuran daunnya
(Holtum 1966). Variasi morfologi P.
vittata terlihat pada ukuran panjang dan
lebar dari tangkai daun, helaian daun,
bagian terlebar helaian daun, jumlah
anak daun, anak daun paling ujung, anak
daun subur dan mandul, bentuk ujung
dan ukuran anak daun subur dan mandul
yang terpanjang dan terpendek (Gambar
3).
Analisis pengelompokan dilakukan
pada 130 nomor koleksi P. vittata dengan
menggunakan 24 karakter morfologi.
Karakter morfologi yang dianalisis antara
lain adalah Panjang Tangkai Daun
(PStipe), Lebar Tangkai Daun (LStipe),
Panjang Daun (PFronds), Lebar Daun
(LFronds), Bentuk Daun (bntkFrond),
Jumlah Total Anak Daun (JTPinnae),

Jumlah Anak Daun Subur (jadS), Jumlah
Anak Daun Mandul (jadM), Panjang Anak
Daun Terminal (PadT), Lebar Anak Daun
Terminal (LadT), Ratio anak daun
Terminal dengan dua daun di bawahnya
(Rat), Panjang Anak Daun Subur
Terpanjang (PadSP), Lebar Anak Daun
Subur Terpanjang (LadSP), Bentuk ujung
Anak Daun Subur Terpanjang (UjadSP),
Panjang Anak Daun Mandul Terpanjang
(PadMP), Lebar Anak Daun Mandul
Terpanjang (LadMP), Bentuk Bangun
adMP (BtkadMP), Bentuk ujung adMP
(UjadMP), Bentuk pangkal adMP (Pang
adMP), Panjang Anak Daun Mandul
Terpendek (PadMK), Lebar Anak Daun
Mandul Terpendek (LadMK), Bentuk
Bangun adMK (BtkadMK), Bentuk ujung
adMK (UjadMK), dan Bentuk pangkal
adMK (PangadMK).

C

A

B

D

Segmen apikal

E

5 cm

5 cm

F

G

5 cm

Gambar 3. Variasi morfologi daun P. vittata : A. daun berukuran pendek B. daun berukuran panjang
C. Anak daun sempit. D. Anak daun lebar E-G. Ukuran anak daun yang paling ujung (apikal), E. segmen
apikal panjang, F – G. segmen apikal pendek
105
106

BioLink Vol. 2 (2) Januari 2016: 100-110

Pendekatan morfologi ini kemudian
divisualisasikan dalam bentuk fenogram
(Gambar 4). Berdasarkan fenogram
tersebut, koefisien kesamaan antara
individu berkisar 55% sampai dengan
100%. Pada nilai kesamaan 55% terdapat
dua kelompok besar (I dan II). Kelompok
I memisah dengan nilai kesamaan sekitar
61%, dan kolompok II memisah dengan
nilai kesamaan 56.3%. Kelompok I
merupakan kelompok yang memiliki
karakter ukuran tanaman pendek dan
bagian terlebar daun terdapat di bagian
atas helaian dengan anak daun terminal
yang panjang sehingga membentuk
segmen apikal yang panjang pula.
Kelompok II adalah kelompok dengan
ukuran tanaman yang panjang dan
bagian terlebar daun berada di bagian
tengah helaian dengan ukuran anak daun
yang mengerucut secara gradual menuju
apikal sehingga membentuk segmen
apikal yang lebih pendek. Berdasarkan
karakter morfologi, P. vittata yang
ditemukan di Jawa tergolong ke dalam
dua subspecies, yaitu P. vittata subsp.
vittata dengan ciri-ciri pada kelompok I
dan P. vittata subsp. emodi dengan ciriciri pada kelompok II.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
pengelompokkan Fraser-Jenkins (2008)
yang membagi P.vittata yang ditemukan
di India menjadi tiga subspesies
berdasarkan kemantapan habitat dan
variasi morfologi dan dua subspesies
diantaranya yaitu P.vittata subspesies
vittata dan P.vittata subspesies emodi.
P.vittata subspesies vittata yang
dijumpai di India biasanya litofit pada
tembok batu tua, diantara bebatuan
dengan ukuran anak daun sempit, anak
daun terpisahkan dengan jelas, memiliki
segmen apikal yang panjang, arah
tumbuh tumbuhan rebah. P.vittata

subspesies
emodi
dijumpai
pada
ketinggian 600 m - 2000 m terestrial
pada tepi jalan, tepi sungai, air terjun dan
aliran air dengan semi terbuka pada
daerah semak, daun besar, tegak atau
menggantung, anak daun lebar dan
banyak, anak daun tidak terpisahkan
dengan jelas, apikal segmen pendek,
sehingga panjang anak daun terlihat
secara gradual menuju apikal.
Berdasarkan analisis komponen
utama (Principal Component Analysis/
PCA) (Gambar 5), hubungan antara
karakter morfologi dan ketinggian
tempat tumbuh tidak memisah secara
jelas. Hal ini menunjukkan bahwa
individu-individu yang yang ditemukan
pada ketinggian > 1000 m dpl memiliki
kemiripan karakter morfologi dengan
individu-individu yang tumbuh pada
ketinggian < 1000 m dpl.
Berdasarkan hasil korelasi ini,
diduga bahwa variasi morfologi P. vittata
tidak hanya dipengaruhi oleh ketinggian
tempat tumbuh saja, namun dapat
dipengaruhi faktor lingkungan lainnya
seperti kesuburan tanah dan iklim,
ataupun faktor biologi seperti tingkat
ploidi, tipe reproduksi dan genetika.
Variasi morfologi dapat disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain faktor
ekologi meliputi perbedaan habitat,
elevasi, tutupan awan, curah hujan, suhu,
iklim, paparan matahari dan keadaan
tanah (Aldasoro et al.. 2004) ), poliploidi
dan tipe reproduksi, serta genetika.
Wang (1989) melaporkan bahwa variasi
morfologi pada P. vittata berkorelasi
dengan tingkat ploidinya, yaitu sitotipe
triploid dan tetraploid memiliki ukuran
lebih besar dan kokoh dibandingkan
diploid.

106
107

BioLink Vol. 2 (2) Januari 2016: 100-110

101b
131b
204b
101a
101c
119c
124a
136c
131c
137a
149a
135e
153a
131a
123a
103a
112a
138c
89d
130b
112b
92a
123b
100b
110c
137d
117a
136b
115d
136a
136e
101d
119a
119d
132b
135b
137c
129c
134a
132d
138a
133h
107a
130a
122a
132c
134c
113a
122b
133c
134f
139a
134h
135a
109b
120a
126a
132a
138e
133d
134i
135c
134d
134g
132e
138b
134j
133f
98a
88b
108a
121b
90a
88a
92b
103c
121a
110a
98c
98b
89b
113a
114a
122d
118a
112a
129b
113b
131d
137e
203b
141g
141b
141d
141c
141a
139d
140c
130c
140b
139e
140a
141f
202a
140d
140e
138d
121c
139b
96a
116c
123c
94a
196b
95a
95b
117b
123d
115b
116a
112c
139c
136d
115c
196a
196c
204c
204a
100b
100a

101bMW

II

I

0.55

0.66

0.78

0.89

1.00

Coefficient
Gambar 4 Fenogram P. vittata dengan metode UPGMA berdasarkan karakter morfologi.
Angka di sebelah kanan menunjukkan nomor koleksi. I. Pteris vittata subsp. vittata, II.
Pteris vittata subsp. emodi.
107
108

BioLink Vol. 2 (2) Januari 2016: 100-110

139b

0.00

137c

I
-0.09

140b
131d 119d
140e
140d

133d 119a
134g
130c140c
129c 149a
138b
135b
126a
132a
138e
134i
135c
124a
203b
134j
131a
153a
139e141d 134d
131c 135e
140a120a 138c
130a
132b
138d
131b
R2 -0.18
132d
132e
141f
137a
109b 136b
133f
137e 136c
101a 110a 117a
134a
100a
103a
141c
202a
118a107a 101b
101b
130b 121b 88a
137d
139d
90a
129b
112a
134h
134c
122a
139a141b
123b92b
138a
134f
141a
204b
204c100b
135a
114a
139c
119c
122d
133c
121a 115d
113a
122b
101c
141g
108a 103c
-0.26
123a
98b 112a
112c
112b
113a 98a
92a 136a110c
89b
132c
113b
88b
136e
133h
89d
136d
204a
-0.35
-0.38

-0.08

R2
R2

196b

116a

95b
95a

196c
100b
116c
117b
123c

115b
196a

115c

123d
94a

98c
-0.23

II

96a

121c

0.06

0.21

R1

Gambar 5
Diagram PCA berdasarkan karakter morfologi P. vittata dengan ketinggian
tempat. Lambang menunjukkan individu pada ketinggian > 1000 m dpl, menunjukkan
individu pada ketinggian < 1000 m dpl. Angka-angka yang tertera dalam diagram
menunjukkan nomor koleksi
Nomenclature
in
The
Indian
Subcontinent. Dehra Dun. India: Shiva
Offset Pr.
Hastuti DV, Praptosuwiryo TN, Djuita NR. 2011.
Sitologi dan tipe reproduksi Pteris
multifida Poir (Pteridaceae). Bul Kebun
Raya 14(1): 8-18.
Holttum RE, 1966. Flora of Malaya. Volume ke2. Singapore. Government Pr.
Huang YM, Chou HM, Wang JC & Chiou WL.
2007. The distribution and habitats of the
Pteris fauriei complex in Taiwan.
Taiwania 52(1): 49-58.
Huang YM, Hsu SY, Hsieh TH, Chou HM,
Chiou WL. 2011. Three Pteris species
(Pteridaceae: Pteridophyta) reproduce by
apogamy. Bot Stud 52: 79-87.
Khare PB & Kaur S. 1983.
Intraspecific
Polyploidy in Pteris vittata Linn.
Cytologia 48: 21-25.
Ma LQ et al. 2001. A fern that hyperaccumulates
arsenic: a hardy, versatile, fast-growing
plant helps to remove arsenic from
contaminated soils. Nature 409: 579.
Munir A. 2003. Keanekaragaman jenis
tumbuhan paku di Taman Nasional Rawa
Aopa Watumohai Sulawesi Tenggara
[Tesis]. Bogor: IPB

SIMPULAN
Pteris vittata memiliki variasi pada karakter
morfologi, yaitu pada ukuran stipe,
ukuran dan bentuk helaian daun utuh
dan anak daun serta variasi pada segmen
apikal. Berdasarkan karakter morfologi,
P. vittata yang dijumpai di Jawa dapat
digolongkan menjadi dua kelompok
infraspesifik yaitu P.vittata subspesies
vittata dan P.vittata subspesies emodi.
Faktor ketinggian tidak mempengaruhi
karakter morfologi.
DAFTAR PUSTAKA
Aldasoro JJ, Cabezas F, Aedo C. 2004. Diversity
and distribution of fern in Sub-Saharan
Africa, Madagaskar and some islands of
the South Atlantic. J Biogeogr 31: 15791604.
Darnaedi D. 1987. Sitokasonomi Dryopteris
sparta di Taman Nasional Gunung GedePangrango. Floribunda 1 (2): 5-8.
Edie HH. 1978. Fern of Hong Kong. Hong Kong:
Hong Kong Univ Pr. 228-229.
Fraser-Jenkins CR. 2008. Taxonomic Revision of
Three Hundred Indian Subcontinental
Pteridophytes with A Revised Cencus List
: A New Picture of Fern Taxonomy and
108
109

BioLink Vol. 2 (2) Januari 2016: 100-110
cytotypes
of
Pteris
vittata
L.
(Pteridaceae) species complex in India.
Current Sci 93: 81-85.
Vitasse et al. 2009. Altitudinal differentiation in
growth
and
phenology
among
populations of temprate-zone tree
species growing in a common garden.
Can J for Res. 30: 1259-1269
Wang Z. 1989. A preliminary study on cytology
of Chinese Pteris. Acta Phytotax sin 27:
421-438.
Zheng Y, Xu W. 2008. Plant regeneration of the
arsenic hyperaccumulator Pteris vittata
L. form spores and identification of its
tolerance and accumulation of Arsenic
and Copper. Acta Physiol Plant 30: 249255.
Zubaidah S. 2006. Tingkat ploidi dan tipe
reproduksi Dryopteris sparsa di hutan
wisata Cangar Kotatif Batu Jawa Timur.
Berk. Penel. Hayati 11: 113–11

Praptosuwiryo TN & Darnaedi D. 2008.
Cytological observations on fern genus
Pteris in Bogor Botanic Gardens. Bul
Kebun Raya 11(2): 15-24.
Rifai MA. 2011. Azas - Azas Sistematika Biologi.
Herbarium Bogoriense. Bogor: Puslit
Biologi LIPI.
Rohlf FJ. 2000. NTSYSpc. Numerical Taxonomy
and Multivariate Analysis System.
Version 2.1. Exeter Software, Setauket,
New York: Appl Biost.
Ruma MTL. 2002. The fern of West Timor East
Nusa Tenggara [thesis]. Bogor [ID].
Institut Pertanian Bogor.
Saputra F & Qotrunnada L. 2011. Study of
pteridophytes diversity and vegetation
analysis in Jatikerep Legonlele and
Nyamplung, Karimunjawa island Central
Jawa. J Bio Ind 7 (2): 207-212.
Sharp LW. 1943. Fundamentals of Cytology.
Newyork: McGraw Hill
Srivastava J, Ranade SA & Khare PB. 2007.
Distribution and threat status of the

109
110

BioLink Vol. 2 (2) Januari 2016: 100-110