DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Makalah

TEKNIK EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK

Disusun oleh:
Kelompok 7
Rashidah
Annisah
Indah Meyliza
Dindadikusuma

04108705109
04108705025
54061001071
54061001103

Pembimbing:
dr. Mariatul Fadillah, MARS

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2011

1

ABSTRAK
TEKNIK EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK
Evaluasi merupakan salah satu dari proses ataupun siklus kebijakan publik
setelah perumusan masalah kebijakan, implementasi kebijakan, dan monitoring atau
pengawasan terhadap implementasi kebijakan. Sedangkan kebijakan publik adalah
keputusan-keputusan yang mengikat bagi orang banyak pada tataran strategis atau
bersifat garis besar yang dibuat oleh pemegang otoritas publik evaluasi kebijakan
bertujuan untuk menilai apakah tujuan dari kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan
tersebut telah tercapai atau tidak.
William N Dunn (1998) mengemukakan terdapat enam belas teknik dalam
mengevaluasi kinerja kebijakan dengan menggunakan tiga pendekatan, yaitu evaluasi
semu, evaluasi formal, dan Decision-Theoretic Evaluation. Dari metoda dan teknik
tersebut, hampir keseluruhannya digunakan dalam hubungannya dengan metodametoda analisis kebijakan lainnya. Hal ini sebenarnya menunjukkan sifat saling
ketergantungan dari perumusan masalah, peramalan, rekomendasi, pemantauan,
dan evaluasi di dalam analisis kebijakan. Sedangkan menurut Dye, terdapat lima

teknik dalam melakukan evaluasi kebijakan public, yaitu Hearing and reports, Site
Visit, Program Measures, Comparison with Professional Standar, Evaluation of
Citizen Complaint.
Evaluasi diakui sebagai suatu hal yang penting dalam mengembangkan
manajemen yang berorientasi kepada hasil karena evaluasi memberikan umpan balik
kepada efisiensi, efektivitas, dan kinerja kebijakan publik. Evaluasi memiliki peran
yang kritikal kepada penciptaan inovasi dan perbaikan kebijakan. Tetapi evaluasi
tidak hanya sekedar menghasilkan sebuah kesimpulan mengenai tercapai atau
tidaknya sebuah kebijakan atau masalah telah terselesaikan, tetapi evaluasi juga
berfungsi sebagai klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari kebijakan,
membantu dalam penyesuaian dan perumusan masalah pada proses kebijakan
selanjutnya.
Kata Kunci: Evaluasi, Kebijakan Publik
2

ABSTRACT
TECHNICAL EVALUATION OF PUBLIC POLICY
Evaluation is one of the processes or public policy cycle after the formulation of
policy,


policy implementation,

and

monitoring

or

supervision

of

policy

implementation. While the public policy decisions that are binding for the crowds at
the level of strategic or outline is made by a public authority policy evaluation aimed
to assess whether the objectives of the policy made and implemented has been
reached

or


not.

William N Dunn (1998) suggests there are sixteen techniques in evaluating the
performance of the policy by using three approaches, namely the evaluation of
superficial, formal evaluation, and Decision-Theoretic Evaluation. Of methods and
techniques, almost entirely used in conjunction with methods of analysis of other
policies. This actually shows the nature of the interdependence of the formulation of
the problem, forecasting, recommendation, monitoring, and evaluation in policy
analysis. Meanwhile, according to Dye, there are five techniques in evaluating public
policy, namely hearing and reports, a Site Visit, Measures Program, Comparison with
Professional Standards, Evaluation of Citizen Complaint.
Evaluation is recognized as an important thing in developing a results-oriented
management for the evaluation provides feedback to the efficiency, effectiveness, and
performance of public policy. Evaluation has a critical role to the creation of
innovation and improvement policy. But the evaluation does not merely produce a
conclusion is reached regarding whether or not a policy or issue has been resolved,
but the evaluation also serves as a clarification and critique of the values underlying
the policies, assist in the adjustment process and the formulation of the problem at the
next


policy.

Keywords: Evaluation, Public Policy

3

BAB I
PENDAHULUAN
Menurut William N Dunn dalam Publik Policy Analisis: An Introduction
menjelaskan bahwa evaluasi merupakan salah satu dari proses ataupun siklus
kebijakan publik setelah perumusan masalah kebijakan, implementasi kebijakan, dan
monitoring atau pengawasan terhadap implementasi kebijakan. Pada dasarnya,
evaluasi kebijakan bertujuan untuk menilai apakah tujuan dari kebijakan yang dibuat
dan dilaksanakan tersebut telah tercapai atau tidak. Tetapi evaluasi tidak hanya
sekedar menghasilkan sebuah kesimpulan mengenai tercapai atau tidaknya sebuah
kebijakan atau masalah telah terselesaikan, tetapi evaluasi juga berfungsi sebagai
klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari kebijakan, membantu dalam
penyesuaian dan perumusan masalah pada proses kebijakan selanjutnya. 1
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik oleh pemerintah diharapkan

berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan di dalam perumusan (formulation)
kebijakan, dan perlu mendapatkan evaluasi (Evaluation). Evaluasi tersebut sebagai
proses penilaian apakah kebijaksanaan yang telah ditetapkan dilaksanakan sesuai
dengan

ketentuannya,

apakah

terdapat

penyimpangan-penyimpangan

dalam

pelaksanaannya atau bahkan kebijakan tersebut belum sama sekali dilaksanakan. Hal
tersebut tergantung pada pelaksana dalam hal ini penyelenggara pelayanan public.
Oleh karena itu, pentingnya evaluasi dalam upaya meningkatkan kualitas
pelayanan publik sebagai standar penilaian dan standar alat ukur terhadap
keberhasilan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah terhadap masyarakat.

Berhasil tidaknya suatu kebijakan dilihat dari indikator dari respon masyarakat
terhadap pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah, bila tanggapan masyarakat
positif berarti pelayanan publik semakin optimal, dan bila tanggapan masyarakat
negatif berarti pelayanan publik semakin buruk
Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang
menyangkut

estimasi

atau

penilaian

kebijakan

yang

mencakup

substansi,


implementasi dan dampak (Winanrno, 2008: 225). Dalam hal ini , evaluasi dipandang

4

sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan
pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan
demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalh-masalah
kebijakan, program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah kebijakan,
implementasi, maupun tahap dampak kebijakan.
Sama halnya pandangan yang dikemukakan Menurut Lester dan Stewart
(dalam Agustino, 2006: 204), Evaluasi kebijakan sebenarnya juga membahas
persoalan perencanaan, isi, implementasi, dan tentu saja efek atau pengaruh dari
kebijakan itu sendiri. evaluasi ditujukan untuk melihat sebab-sebab kegagalan suatu
kebijakan dan untuk mengetahui apakah kebijakan yang telah dirumuskan dan
dilaksanakan dapat menghasilkan dampak yang diinginkan.
Dari paparan di atas yang berkaitan dengan kebijakan yang akan dirumuskan,
dibuat dan dilaksanakan serta berhasil atau tidaknya suatu kebijakan, evaluasi hadir
sebagai upaya untuk meningkatkan pelayaan yang berkaitan dengan kebijakan yang
di buat oleh pihak yang berwenang untuk public sehingga suatu kebijakan akan terus

mengalami peningkatan dan sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan publik. Oleh
sebab itu, makalah ini di buat untuk memaparkan fungsi evaluasi terhadap kebijakan
beserta uraian tentang unsur unsur yang mendukung suatu kebijakan dapat dikatakan
berhasil.

5

BAB II
ISI

2.1 Pengertian Kebijakan Publik
Kebijakan (policy) secara etimologis berasal dari kata polis, dalam bahasa Yunani
yang berarti negara-kota. Dalam bahasa latin, kata ini menjadi politia, artinya negara.
Masuk ke dalam bahasa Inggris lama, kata tersebut menjadi policie, yang
pengertiannya berkaitan dengan urusan perintah atau administrasi pemerintah.
Kebijakan adalah aturan tertulis yang merupakan keputusan formal organisasi, yang
bersifat mengikat, yang mengatur perilaku dengan tujuan untuk menciptakan tata nilai
baru dalam masyarakat. Kebijakan akan menjadi rujukan utama para anggota
organisasi atau anggota masyarakat dalam berperilaku. Kebijakan pada umumnya
bersifat problem solving dan proaktif. Berbeda dengan hukum (law) dan peraturan

(regulation), kebijakan lebih bersifat adaptif dan intepratatif, meskipun kebijakan
juga mengatur “apa yang boleh, dan apa yang tidak boleh”.1,2
Sedangkan publik dalam rangkaian kata public policy mengandung tiga konotasi:
pemerintahan, masyarakat, dan umum. Ini dapat dilihat dalam dimensi subjek dan
objek dari kebijakan. Dalam dimensi subjek, kebijakan publik adalah kebijakan dari
pemerintah, maka salah satu ciri kebijakan adalah ”what government do or not to do.”
Kebijakan dari pemerintahlah yang dapat dianggap kebijakan yang resmi dan dengan
demikian mempunyai kewenangan yang dapat memaksa masyarakat untuk
mematuhinya. Sedangkan dalam dimensi objek, pengertian publik disini adalah
masyarakat.2
Ada banyak definisi mengenai kebijakan publik. Definisi tentang kebijakan
publik tersebut mempunyai makna yang berbeda-beda, sehingga pengertianpengertian tersebut dapat diklasifikasikan menurut sudut pandang masing-masing
penulisnya. Berikut ini beberapa definisi tentang kebijakan publik:

6

1. Chandler dan Plano (1988)
Kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumber daya
sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau
pemerintah. Kebijakan publik merupakan suatu bentuk intervensi yang

dilakukan secara terus menerus oleh pemerintah demi kepentingan kelompok
yang kurang beruntung dalam masyarakat agar mereka dapat hidup dan ikut
berpartisipasi dalam pembangunan secara luas. Pengertian kebijakan publik
menurut Chandler dan Plano dapat diklasifikasikan kebijakan sebagai intervensi
pemerintah. Dalam hal ini pemerintah mendayagunakan berbagai instrumen
yang dimiliki untuk mengatasi persoalan publik3.
2. Thomas R. Dye (1981)
Kebijakan publik dikatakan sebagai apa yang tidak dilakukan maupun apa
yang dilakukan oleh pemerintah. Pokok kajian dari hal ini adalah negara.
Pengertian ini selanjutnya dikembangkan dan diperbaharui oleh para ilmuwan
yang berkecimpung dalam ilmu kebijakan publik. Definisi kebijakan publik
menurut Thomas R. Dye ini dapat diklasifikasikan sebagai keputusan (decision
making) dimana pemerintah mempunyai wewenang untuk menggunakan
keputusan otoritatif, termasuk keputusan untuk membiarkan sesuatu terjadi,
demi teratasinya suatu persoalan publik3,4.
3. Easton (1969)
Kebijakan publik diartikan sebagai pengalokasian nilai-nilai kekuasaan
untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat. Dalam hal ini hanya
pemerintah yang dapat melakukan suatu tindakan kepada masyarakat dan
tindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah
yang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat.
Definisi kebijakan publik menurut Easton ini dapat diklasifikasikan sebagai
suatu proses management, yang merupakan fase dari serangkaian kerja pejabat
publik. Dalam hal ini hanya pemerintah yang mempunyai andil untuk
melakukan tindakan kepada masyarakat untuk menyelesaikan masalah publik,
sehingga definisi ini juga dapat diklasifikasikan dalam bentuk intervensi
pemerintah.3
4. Anderson (1975)
7

Kebijakan publik adalah sebagai kebijakan-kebijakan yang dibangun oleh
badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah, dimana implikasi dari kebijakan
tersebut adalah:3
a. Kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai
tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan.
b. Kebijakan publik berisi tindakan-tindakan pemerintah.
c. Kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh
pemerintah jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk
dilakukan.
d. Kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti
merupakan tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah
tertentu, atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan
pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu.
e. Kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang positif
didasarkan pada peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan
memaksa.
Definisi kebijakan publik menurut Anderson dapat diklasifikasikan
sebagai proses manajemen, dimana didalamnya terdapat fase serangkaian
kerja pejabat publik ketika pemerintah benar-benar bertindak untuk
menyelesaikan

persoalan

di

masyarakat.

Definisi

ini

juga

dapat

diklasifikasikan sebagai decision making ketika kebijakan publik yang
diambil bisa bersifat positif (tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu
masalah) atau negatif (keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu).3
5. Woll (1966)
Kebijakan publik adalah sejumlah aktivitas pemerintah untuk memecahkan
masalah di masyarakat, baik secara langsung maupun melalui berbagai lembaga
yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Adapun pengaruh dari tindakan
pemerintah tersebut adalah:3
a. Adanya pilihan kebijakan yang dibuat oleh politisi, pegawai pemerintah
atau yang lainnya yang bertujuan menggunakan kekuatan publik untuk
mempengaruhi kehidupan masyarakat.
b. Adanya output kebijakan, dimana kebijakan yang diterapkan pada level
ini menuntut pemerintah untuk melakukan pengaturan, penganggaran,

8

pembentukan personil dan membuat regulasi dalam bentuk program
yang akan mempengaruhi kehidupan masyarakat.
c. Adanya dampak kebijakan yang merupakan efek pilihan kebijakan yang
mempengaruhi kehidupan masyarakat.
Definisi kebijakan publik menurut Woll ini dapat diklasifikasikan
sebagai intervensi pemerintah (intervensi sosio-kultural) yaitu dengan
mendayagunakan berbagai instrumen untuk mengatasi persoalan publik.
Definisi ini juga dapat diklasifikasikan sebagai serangkaian kerja para
pejabat publik untuk menyelesaikan persoalan di masyarakat.3
6. Jones (1977)
Jones menekankan studi kebijakan publik pada dua proses, yaitu:3,5
a. Proses-proses dalam ilmu politik, seperti bagaimana masalah-masalah
itu sampai pada pemerintah, bagaimana pemerintah mendefinisikan
masalah itu, dan bagaimana tindakan pemerintah.
b. Refleksi tentang bagaimana seseorang bereaksi tehadap masalahmasalah, terhadap kebijakan negara, dan memecahkannya.

Menurut Charles O. Jones (1977) kebijakan terdiri dari komponenkomponen:3,5
a. Goal atau tujuan yang diinginkan.
b. Plans atau proposal, yaitu pengertian yang spesifik untuk mencapai
tujuan.
c. Program, yaitu upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan.
d. Decision atau keputusan, yaitu tindakan-tindakan untuk menentukan
tujuan, membuat rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program.
e. Efek, yaitu akibat-akibat dari program (baik disengaja atau tidak, primer
atau sekunder).
Jones memandang kebijakan publik sebagai suatu kelanjutan kegiatan
pemerintah di masa lalu dengan hanya mengubahnya sedikit demi sedikit.
Definisi ini dapat diklasifikasikan sebagai decision making, yaitu ketika
pemerintah membuat suatu keputusan untuk suatu tindakan tertentu.
Klasifikasi ini juga dapat didefinisikan sebagai intervensi negara dengan

9

rakyatnya ketika terdapat efek dari akibat suatu program yang dibuat oleh
pemerintah yang diterapkan dalam masyarakat.3
7. Heclo (1972)
Heclo menggunakan istilah kebijakan secara luas, yakni sebagai rangkaian
tindakan pemerintah atau tidak bertindaknya pemerintah atas sesuatu masalah.
Jadi lebih luas dari tindakan atau keputusan yang bersifat khusus. Definisi ini
dapat diklasifikasikan sebagai decision making yaitu apa yang dipilih oleh
pemerintah untuk mengatasi suatu masalah publik, baik dengan cara melakukan
suatu tindakan maupun untuk tidak melakukan suatu tindakan.3
8. Henz Eulau dan Kenneth Previt (1973)
Merumuskan kebijakan sebagai keputusan yang tetap, ditandai oleh
kelakuan yang berkesinambungan dan berulang-ulang pada mereka yang
membuat

kebijakan

dan

yang

melaksanakannya.

Definisi

ini

dapat

diklasifikasikan sebagai decision making yaitu ketika pemerintah memilih
untuk membuat suatu keputusan (to do) dan harus dilaksanakan oleh semua
masyarakat.3
9. Robert Eyestone
Secara luas kebijakan publik dapat didefinsikan sebagai hubungan suatu unit
pemerintah dengan lingkungannya. Definisi ini dapat diklasifikasikan sebagai
democratic governance, di mana di dalamnya terdapat interaksi negara dengan
rakyatnya dalam rangka mengatasi persoalan publik.6
10. Richard Rose
Kebijakan hendaknya dipahami sebagai serangkaian kegiatan yang sedikit
banyak berhubungan beserta konsekuensi-konsekuensinya bagi mereka yang
bersangkutan daripada sebagai suatu keputusan tersendiri. Kebijakan ini
dipahami sebagai arah atau pola kegiatan dan bukan sekedar suatu keputusan
untuk melakukan sesuatu. Definisi ini dapat diklasifikasikan sebagai intervensi
Negara dengan rakyatnya dalam rangka mengatasi persoalan publik, karena
melalui hal tersebut akan terjadi perdebatan antara yang setuju dan tidak setuju
terhadap suatu hasil kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.6
11. Carl Friedrich
Ia memandang kebijakan sebagai suatu arah tindakan yang diusulkan oleh
seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkup tertentu, yang

10

memberikan hambatan-hambatan dan kesempatan kesempatan terhadap
kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka
mencapai suatu tujuan, atau merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud
tertentu. Definisi ini dapat diklasifikasikan sebagai intervensi pemerintah
(intervensi sosio-kultural) dengan mendayagunakan berbagai instrumen (baik
kelompok, individu maupun pemerintah ) untuk mengatasi persoalan publik.6
12. James Anderson
Kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang
ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu
masalah atau persoalan. Definisi ini dapat diklasifikasikan sebagai intervensi
pemerintah (intervensi sosio-kultural) yaitu dengan mendayagunakan berbagai
instrument untuk mengatasi persoalan publik.6
13. Amir Santoso
Pada dasarnya pandangan mengenai kebijakan publik dapat dibagi kedalam
dua kategori, yaitu:6
a. Pendapat ahli yang menyamakan kebijakan publik sebagai tindakantindakan pemerintah. Semua tindakan pemerintah dapat disebut sebagai
kebijakan publik. Definisi ini dapat diklasifikasikan sebagai decision
making dimana tindakan-tindakan pemerintah diartikan sebagai suatu
kebijakan.
b. Pendapat ahli yang memberikan perhatian khusus pada pelaksanaan
kebijakan. Kategori ini terbagi dalam dua kubu, yakni:
- Mereka yang memandang kebijakan publik sebagai keputusankeputusan pemerintah yang mempunyai tujuan dan maksud-maksud
tertentu dan mereka yang menganggap kebijakan publik sebagai
memiliki akibat-akibat yang bisa diramalkan atau dengan kata lain
kebijakan publik adalah serangkaian instruksi dari para pembuat
keputusan kepada pelaksana kebijakan yang menjelaskan tujuantujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Definisi ini
dapat diklasifikasikan sebagai decision making oleh pemerintah dan
dapat juga diklasifikasikan sebagai interaksi negara dengan
rakyatnya dalam mengatasi persoalan publik.

11

-

Kebijakan publik terdiri dari rangkaian keputusan dan tindakan.
Kebijakan publik sebagai suatu hipotesis yang mengandung kondisikondisi awal dan akibat-akibat yang bisa diramalkan (Presman dan
Wildvsky). Definisi ini dapat diklasifikasikan sebagai decision
making dimana terdapat wewenang pemerintah didalamnya untuk
mengatasi suatu persoalan publik. Definisi ini juga dapat
diklasifikasikan sebagai intervensi antara Negara terhadap rakyatnya
ketika negara menerapkan kebijakan pada suatu masyarakat.

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik
adalah:7,8
-

Kebijakan publik dibuat oleh pemerintah yang berupa tindakan-tindakan
pemerintah

-

Kebijakan publik baik untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu itu
mempunyai tujuan tertentu

-

Kebijakan publik ditujukan untuk kepentingan masyarakat.

Kebijakan publik adalah keputusan-keputusan yang mengikat bagi orang
banyak pada tataran strategis atau bersifat garis besar yang dibuat oleh pemegang
otoritas publik. Sebagai keputusan yang mengikat publik maka kebijakan publik
haruslah dibuat oleh otoritas politik, yakni mereka yang menerima mandat dari publik
atau orang banyak, umumnya melalui suatu proses pemilihan untuk bertindak atas
nama rakyat banyak. Selanjutnya, kebijakan publik akan dilaksanakan oleh
administrasi negara yang di jalankan oleh birokrasi pemerintah. Fokus utama
kebijakan publik dalam negara modern adalah pelayanan publik, yang merupakan
segala sesuatu yang bisa dilakukan oleh negara untuk mempertahankan atau
meningkatkan kualitas kehidupan orang banyak.
2.2 Tahapan Pembuatan Kebijakan Publik
Tahap-tahap kebijakan publik menurut Michael Howlet dan M. Ramesh
menyatakan bahwa proses kebijakan publik terdiri dari lima tahapan sebagai
berikut:9.10,11
12

1. Penyusunan agenda (agenda setting)
Penyusunan agenda adalah suatu proses agar suatu masalah bisa mendapat
perhatian dari pemerintah. Penyusunan agenda merupakan sebuah fase dan proses
yang sangat strategis dalam realitas kebijakan publik. Dalam proses ini memiliki
ruang untuk memaknai apa yang disebut sebagai masalah publik dan prioritas dalam
agenda publik. Jika sebuah isu berhasil mendapatkan status sebagai masalah publik,
dan mendapatkan prioritas dalam agenda publik, maka isu tersebut berhak
mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih daripada isu lain. Penyusunan
agenda kebijakan sebaiknya dilakukan berdasarkan tingkat urgensi dan esensi
kebijakan. Dalam penyusunan agenda juga sangat penting untuk menentukan suatu
isu publik yang akan diangkat dalam suatu agenda pemerintah. Issue kebijakan
(policy issues) sering disebut juga sebagai masalah kebijakan (policy problem).
2. Formulasi kebijakan (policy formulation)
Formulasi kebijakan yakni proses perumusan pilihan-pilihan kebijakan oleh
pemerintah. Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas
oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian
dicari pemecahan masalah yang terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari
berbagai alternatif atau pilihan kebijakan yang ada. Sama halnya dengan perjuangan
suatu masalah untuk masuk dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan
kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan
yang diambil untuk memecahkan masalah.
3. Pembuatan kebijakan (decicion making)
Pembuatan kebijakan yakni proses ketika pemerintah memilih untuk melakukan
suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan.
4. Implementasi kebijakan (policy implementation)
Implementasi kebijakan yaitu proses untuk melaksanakan kebijakan supaya
mencapai hasil.
5. Evaluasi kebijakan (policy evaluation)
Evaluasi kebijakan yakni proses untuk memonitor dan menilai hasil atau kinerja
kebijakan. Dalam hal ini, evaluasi dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional.

13

Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan
dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan demikian, evaluasi kebijakan bisa
meliputi tahap perumusan masalah-masalah kebijakan, program-program yang
diusulkan untuk menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi, maupun tahap
dampak kebijakan.

Gambar 1.1 Proses Kebijakn Publik

Gambar 1.2 Tahap Analisis Kebijakan

14

Tahap

Karakteristik

Perumusan Masalah

Memberikan informasi mengenai kondisi-kondisi yang

Forecasting

menimbulkan masalah
Memberikan informasi mengenai konsekuensi di masa

(Peramalan)

mendatang dari diterapkannya alternative kebijakan

Rekomendasi

termasuk apabila membuat kebijakan
Memberikan informasi mengenai manfaat bersih dari

Kebijakan

setiap alternatif dan merekomendasikan alternatif

Monitoring Kebijakan

kebijakan yang memberikan manfaat bersih paling tinggi
Memberikan informasi mengenai kosekuensi sekarang dan
masa lalu dari diterapkannya alternative kebijakan

Evaluasi kebijakan

termasuk kendala-kendalanya
Memberikan informasi mengenai kinerja atau hasil dari
suatu kebijakan.

Sumber: Subarsono, 2005:10

15

16

2.3

Perumusan Kebijakan dan Pengambilan Keputusan
Perumusan kebijakan menurut Raymond Bouer merupakan proses transformasi

atau pengubahan input politik menjadi output politik. Menurut Chief Jo Udoji,
perumusan kebijakan adalah keseluruhan proses yang menyangkut: pendefinisian
masalah, perumusan, kemungkinan pemecahan masalah, penyaluran tuntutan atau
aspirasi, pengesahan, dan pelaksanaan atau implementasi, monitoring dan evaluasi.10
Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan tertentu yang
dilakukan oleh seorang aktor atau beberapa aktor berkenaan dengan suatu masalah.
Tindakan para aktor kebijakan dapat berupa pengambilan keputusan yang biasanya
bukan merupakan keputusan tunggal, artinya kebijakan diambil dengan cara
mengambil beberapa keputusan yang saling terkait dengan masalah yang ada.
Pengambilan keputusan adalah proses pendekatan yang sistematis terhadap suatu
masalah, mulai dari identifikasi dan perumusan masalah, pengumpulan dan
penganalisaan data dan informasi, pengembangan dan pemilihan alternatif, serta
pelaksanaan tindakan yang tujuannya untuk memperbaiki keadaan yang belum
memuaskan. Ada beberapa teori yang paling sering digunakan dalam mengambil
keputusan yaitu :10
1. Teori Rasional Komprehensif
Barangkali teori pengambilan keputusan yang biasa digunakan dan diterima
oleh banyak kalangan adalah teori rasional komprehensif yang mempunyai
beberapa unsur:
a. Pembuatan keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang
dapat dibedakan dari masalah-masalah lain atau setidaknya dinilai
sebagai masalah-masalah yang dapat diperbandingkan satu sama lain
(dapat diurutkan menurut prioritas masalah)
b. Tujuan-tujuan, nilai-nilai atau sasaran yang menjadi pedoman pembuat
keputusan sangat jelas dan dapat diurutkan prioritasnya/kepentingannya.
c. Berbagai alternatif untuk memecahkan masalah diteliti secara saksama.
d. Asas biaya manfaat atau sebab-akibat digunakan untuk menentukan
prioritas.

17

e. Setiap alternatif dan implikasi yang menyertainya dipakai untuk
membandingkan dengan alternatif lain.
f. Pembuat keputusan akan memilih alternatif terbaik untuk mencapai
tujuan, nilai, dan sasaran yang ditetapkan
Ada beberapa ahli antara lain Charles Lindblom , 1965 (Ahli Ekonomi
dan Matematika) yang menyatakan bahwa pengambilan keputusan itu
sebenarnya tidak berhadapan dengan masalah-masalah yang konkrit akan
tetapi mereka seringkali mengambil keputusan yang kurang tepat terhadap
akar permasalahan.
Teori rasional komprehensif ini menuntut hal-hal yang tidak rasional
dalam diri pengambil keputusan. Asumsinya adalah seorang pengambil
keputusan memiliki cukup informasi mengenai berbagai alternatif sehingga
mampu meramalkan secara tepat akibat-akibat dari pilihan alternatif yang
ada,

serta

memperhitungkan

asas

biaya

dan

manfaatnya

serta

mempertimbangkan banyak masalah yang saling berkaitan.
Pengambil keputusan sering kali memiliki konflik kepentingan antara
nilai-nilai sendiri dengan nilai-nilai yang diyakini oleh masyarakat. Karena
teori ini mengasumsikan bahwa fakta-fakta dan nilai-nilai yang ada dapat
dibedakan dengan mudah, akan tetapi kenyataannya sulit membedakan
antara fakta di lapangan dengan nilai-nilai yang ada.
Ada beberapa masalah di berbagai negara berkembang seperti
Indonesia untuk menerapkan teori rasional komprehensif ini karena
beberapa alasan yaitu:
- Informasi dan data statistik yang ada tidak lengkap sehingga tidak bisa
dipakai untuk dasar pengambilan keputusan. Kalau dipaksakan maka
-

akan terjadi sebuah keputusan yang kurang tepat.
Teori ini diambil/diteliti dengan latar belakang berbeda dengan nagara

-

berkembang ekologi budanyanya berbeda.
Birokrasi dinegara berkembang tidak bisa mendukung unsur-unsur
rasional dalam pengambilan keputusan, karena dalam birokrasi negara
berkembang kebanyakan korup sehingga menciptakan hal-hal yang tidak
rasional.

18

2. Teori Inkremental
Teori ini dalam mengambil keputusan dengan cara menghindari banyak
masalah yang harus dipertimbangkan dan merupakan model yang sering
ditempuh oleh pejabat-pejabat pemerintah dalam mengambil keputusan. Teori
ini memiliki pokok-pokok pikiran sebagai berikut:
a. Pemilihan tujuan atau sasaran dan analisis tindakan empiris yang
diperlukan untuk mencapainya merupakan hal yang saling terkait.
b. Pembuat keputusan dianggap hanya mempertimbangkan beberapa
alternatif yang langsung berhubungan dengan pokok masalah, dan
alternatif-alternatif ini hanya dipandang berbeda secara inkremental atau
marjinal
c. Setiap alternatif hanya sebagian kecil saja yang dievaluasi mengenai
sebab dan akibatnya.
d. Masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan di redefinisikan secara
teratur dan memberikan kemungkinan untuk mempertimbangkan dan
menyesuaikan tujuan dan sarana sehingga dampak dari masalah lebih
dapat ditanggulangi.
e. Tidak ada keputusan atau cara pemecahan masalah yang tepat bagi
setiap masalah. Sehingga keputusan yang baik terletak pada berbagai
analisis yang mendasari kesepakatan guna mengambil keputusan.
f. Pembuatan keputusan inkremental ini sifatnya adalah memperbaiki atau
melengkapi keputusan yang telah dibuat sebelumnya guna mendapatkan
penyempurnaan.
Karena diambil berdasarkan berbagai analisis, maka sangat tepat
diterapkan bagi negara-negara yang memiliki struktur mejemuk. Keputusan
dan kebijakan diambil dengan dasar saling percaya diantara berbagai pihak
sehingga secara politis lebih aman. Kondisi yang realistik diberbagai negara
bahwa dalam mengambil keputusan/kebijakan para pengambil keputusan
dihadapkan pada situasi kurang baik seperti kurang cukup waktu, kurang
pengalaman, dan kurangnya sumber-sumber lain yang dipakai untuk analsis
secara komprehensif.
Teori ini dapat dikatakan sebagai model pengambilan keputusan yang
membuahkan hasil terbatas, praktis dan dapat diterima.

19

-

Ada beberapa kelemahan dalam teori inkremental ini, antara lain:
keputusan–keputusan yang diambil akan lebih mewakili

atau

mencerminkan kepentingan dari kelompok yang kuat dan mapan
-

sehingga kepentingan kelompok lemah terabaikan.
Keputusan diambil lebih ditekankan kepada keputusan jangka pendek

-

dan tidak memperhatikan berbagai macam kebijakan lain
Di negara berkembang teori ini tidak cocok karena perubahan yang
inkremental tidak tepat karena negara berkembang lebih membutuhkan

-

perubahan yang besar dan mendasar.
Menutut Yehezkel Dror (1968) gaya inkremental dalam membuat
keputusan cenderung mengahsilkan kelambanan dan terpeliharanya
status quo.

3. Teori Pengamatan Terpadu (Mixed Scaning Theory)
Beberapa kelemahan tersebut menjadi dasar konsep baru yaitu seperti yang
dikemukakan oleh ahli sosiologi organisasi Aitai Etzioni yaitu pengamatan
terpadu (Mixid Scaning) sebagai suatu pendekatan untuk mengambil keputusan
baik yang bersifat fundamental maupun inkremental. Keputusan-keputusan
inkremental memberikan arahan dasar dan melapangkan jalan bagi keputusankeputusan fundamental sesudah keputusan-keputusan itu tercapai.
Model pengamatan terpadu menurut Etzioni akan memungkinkan para
pembuat keputusan menggunakan teori rasional komprehensif dan teori
inkremental pada situasi yang berbeda-beda.
Model pengamatan terpadu ini pada hakikatnya merupakan pendekatan
kompromi yang menggabungkan pemanfaatan model rasional komprehensif
dan model inkremental dalam proses pengambilan keputusan
A.

Faktor-faktor

Strategis

yang

Berpengaruh

Terhadap

Perumusan

Kebijakan Publik
Dalam perumusan kebijakan publik, terdapat faktor-faktor strategis yang
berpengaruh, antara lain:10
1. Faktor politik

20

-

Perlu dipertimbangkan, karena dalam perumusan kebijakan diperlukan
dukungan dari berbagai aktor kebijakan (policy actors), baik dari

-

kalangan pemerintah maupun bukan pemerintah.
Isi kebijakan akan sangat diwarnai / dipengaruhi oleh visi dan
kepentingan aktor kebijakan tersebut.

2. Faktor ekonomi / finansial
-

Perlu dipertimbangkan terutama apabila kebijakan tersebut akan
menggunakan dana yang cukup besar atau akan berpengaruh pada
situasi eknomi dalam negara.

-

Indikator yang perlu diperhatikan antara lain : tingkat inflasi dan hutang
luar negeri, daya beli dan pendapatan perkapita penduduk, potensi
daerah dan komoditas unggulan, dsb.

3. Faktor administratif / organisatoris
Perlu dipertimbangkan apakah dalam pelaksanaan kebijakan itu benar-benar
akan didukung oleh kemampuan administratif yang memadai, atau apakah
sudah ada organisasi yang akan melaksanakan kebijakan itu.

4. Faktor teknologi
Perlu mempertimbangkan apakah teknologi yang ada dapat mendukung,
apabila kebijakan tersebut akan diimplementasikan.
5. Faktor sosial, budaya, dan agama
Perlu dipertimbangkan apakah kebijakan tersebut tidak menimbulkan
benturan sosial, budaya dan agama atau yang sering disebut masalah SARA.
6. Faktor pertahanan dan keamanan
Perlu dipertimbangkan apakah kebijakan yang akan dikeluarkan ini tidak
akan menggangu stabilitas keamanan negara.
B.

Jenis-jenis Kebijakan Publik 10
1. Distributive Policy

21

Kebijaksaan yang mengatur tentang pemberian pelayanan kepada individuindividu atau kelompok perusahaan. Contoh : Tax Holiday.
2. Redistributive Policy
Kebijaksaan yang mengatur tentang pemindahan alokasi kekayaan,
pemilikan, atau hak-hak. Contoh: pembebasan tanah untuk kepentingan
umum.
3. Regulatory Policy
Kebijakan yang mengatur tentang pembatasan /pelarangan terhadap
perbuatan /tindakan. Contoh: larangan memiliki dan menggunakan senjata
api.
2.3 Analisis Kebijakan Publik
Evaluasi merupakan salah satu dari prosedur dalam analisis kebijakan publik.
Metodologi analisis kebijakan adalah sistem standar, aturan, dan prosedur untuk
menciptakan, secara kritis menilai, dan mengkomunikasikan pengetahuan yang
relevan dengan kebijakan. Metodologi analisis kebijakan mempunyai beberapa
karakteristik utama yaitu perhatian yang tinggi pada perumusan dan pemecahan
masalah, komitmen kepada pengkajian baik yang sifatnya deskriptif maupun kritik
nilai, dan keinginan untuk meningkatkan efisiensi pilihan di antara sejumlah alternatif
lain. 11,12
Metodologi analisis kebijakan publik pada hakikatnya menggabungkan empat
prosedur umum yang lazim dipakai dalam pemecahan masalah, ke lima prosedur
tersebut dapat di lihat pada tabel 1, yaitu :11,12
1. Metode perumusan masalah
2. Metode peliputan (deskripsi), menghasilkan informasi mengenai sebab akibat
kebijakan di masa lalu.
3. Metode peramalan (prediksi), menghasilkan informasi mengenai akibat kebijakan
di masa depan.
4. Metode evaluasi, pembuatan informasi mengenai nilai atau harga di masa lalu dan
masa datang.

22

5. Metode rekomendasi (preskripsi), memungkinkan analis menghasilkan informasi
mengenai kemungkinan arah tindakan dimasa datang akan menimbulkan akibat
yang bernilai.

Kinerja
Kebijakan

Perumusan
Masalah

Hasil
Kebijakan

Perumusan
Masalah
Masalah
Kebijakan

Peramalan
Perumusan
Masalah

Evaluasi

Masa Depan
Kebijakan

Perumusan
Masalah
Evaluasi

Rekomendasi
Aksi
Kebijakan

Gambar 1. Analisis Kebijakan yang berorientasi pada masalah

Upaya untuk menghasilkan informasi dan argumen, analisis kebijakan dapat
menggunakan beberapa pendekatan, yaitu: 13
1. Pendekatan Empiris, memusatkan perhatian pada masalah pokok, yaitu apakah
sesuatu itu ada (menyangkut fakta). Pendekatan ini lebih menekankan penjelasan
sebab akibat dari kebijakan publik.
2. Pendekatan evaluatif, memusatkan perhatian pada masalah pokok, yaitu berkaitan
dengan penentuan harga atau nilai dari beberapa kebijakan. Jenis informasi yang
dihasilkan bersifat evaluatif.
3. Pendekatan normatif, memusatkan perhatian pada masalah pokok, yaitu tindakan
apa yang semestinya di lakukan. Pengusulan arah tindakan yang dapat
memecahkan masalah problem kebijakan, merupakan inti pendekatan normatif.

23

Jenis informasi ini bersifat anjuran atau rekomendasi. Contoh: peningkatan
pembayaran pasien puskesmas (dari Rp.300 menjadi Rp.1000) merupakan
jawaban untuk mengatasi rendahnya kualitas pelayanan di puskesmas.
Peningkatan ini cenderung tidak memberatkan masyarakat.
Masalah kebijakan merupakan suatu nilai, kebutuhan atau kesempatan yang
belum terpenuhi, tetapi dapat diindentifikasikan dan dicapai melalui tindakan publik.
Tingkat masalah tergantung pada nilai dan kebutuhan apa yang dipandang paling
penting. Menurut Dunn terdapat beberapa karakteristik masalah pokok dari masalah
kebijakan, adalah: 13
1. Interdepensi (saling tergantung), yaitu kebijakan suatu bidang seringkali
mempengaruhi masalah kebijakan lainnya. Kondisi ini menunjukkan adanya
sistem masalah. Sistem masalah ini membutuhkan pendekatan holistik, satu
masalah dengan yang lain tidak dapat di pisahkan dan diukur sendirian.
2. Subjektif, yaitu kondisi eksternal yang menimbulkan masalah diindentifikasi,
diklasifikasi dan dievaluasi secara selektif.
3. Artifisial, yaitu pada saat diperlukan perubahan situasi problematis, sehingga
dapat menimbulkan masalah kebijakan.
4. Dinamis, yaitu masalah dan pemecahannya berada pada suasana perubahan yang
terus menerus. Pemecahan masalah justru dapat menimbulkan masalah baru yang
membutuhkan pemecahan masalah lanjutan.
5. Tidak terduga, yaitu masalah yang muncul di luar jangkauan kebijakan dan sistem
masalah kebijakan.

2.4 Bentuk Analisis Kebijakan
Analisis kebijakan terdiri dari beberapa bentuk, yang dapat dipilih dan digunakan.
Beberapa bentuk analisis kebijakan yang lazim digunakan, yaitu : 13
1. Analisis Kebijakan Prospektif

24

Bentuk analisis ini berupa penciptaan dan pemindahan informasi sebelum
tindakan kebijakan ditentukan dan dilaksanakan. Menurut Wiliam, ciri analisis ini
adalah:
a. Mengabungkan informasi dari berbagai alternatif yang tersedia, yang dapat
dipilih dan dibandingkan
b. Diramalkan secara kuantitatif dan kualitatif untuk pedoman pembuatan
keputusan kebijakan
c. Secara konseptual tidak termasuk pengumpulan informasi.
2. Analisis Kebijakan restropektif
Bentuk analisis ini selaras dengan deskripsi penelitian dengan tujuannya adalah
penciptaan dan pemindahan informasi setelah tindakan kebijakan diambil. Beberapa
analisis kebijakan restropektif, adalah:
a. Analisis berorientasi disiplin, lebih terfokus pada pengembangan dan pengujian
teori dasar dalam disiplin keilmuan, dan menjelaskan sebab akibat kebijakan.
Orientasi pada tujuan dan sasaran kebijakan tidak terlalu dominan. Dengan
demikian, jika ditetapkan untuk dasar kebijakan memerlukan kajian tambahan
agar lebih operasional.
b. Analisis berorientasi masalah, menitikberatkan pada aspek hubungan sebab
akibat dari kebijakan, bersifat terapan, namun masih bersifat umum.
c. Analisis beriorientasi penerapan, menjelaskan hubungan kausalitas, lebih tajam
untuk mengidentifikasi tujuan dan sasaran dari kebijakan dan para pelakunya.
Informasi yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengevaluasi hasil kebijakan
khusus, merumuskan masalah kebijakan, membangun alternatif kebijakan yang
baru, dan mengarah pada pemecahan masalah praktis.
3. Analisis Kebijakan Terpadu
Bentuk analisis ini bersifat komprehensif dan kontinyu. Menghasilkan dan
memindahkan informasi gabungan baik sebelum maupun sesudah tindakan kebijakan
dilakukan. Menggabungkan bentuk prospektif dan restropektif, serta menghasilkan
informasi dari waktu ke waktu dan bersifat multidispliner.

25

C.

Teknik-teknik Analisis Kebijakan PubliK
William N. Dunn (2000) mengemukakan bahwa analisis kebijakan adalah suatu

disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai macam metode penelitian
dan argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan
kebijakan, sehingga dapat dimanfaatkan di tingkat politik dalam rangka memecahkan
masalah-masalah kebijakan.1
Mustopadidjaja (1988), menyatakan langkah-langkah analisis kebijakan publik,
yaitu:10,14
1. Perumusan masalah kebijakan
Dimaksudkan untuk menemukan dan memahami hakikat permasalahan,
kemudian merumuskan dalam bentuk sebab akibat, mana faktor penyebab
(independent variable) dan mana yang merupakan faktor akibat (dependent
variable).
2. Penentuan tujuan
Tujuan adalah sesuatu akibat yang secara sadar ingin dicapai atau dihindari
(mencapai kebaikan sekaligus mencegah timbulnya hal-hal yang tidak
diinginkan).
3. Perumusan alternatif
Alternatif adalah pilihan tentang alat atau cara-cara yang dapat digunakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
4. Penentuan Kriteria
Analisis kebijakan memerlukan kriteria yang jelas untuk menilai, misalnya:
politik, ekonomi / finansial, administratif / organisatoris, teknologi, sosial /
budaya / agama, hankam.
5. Penyusunan Model
Model adalah abstraksi dari dunia nyata, dapat pula didefinisikan sebagai
gambaran sederhana dari realitas permasalahan yang kompleks sifatnya.
Model dapat dituangkan dalam berbagai bentuk yang dapat digolongkan
sebagai berikut: Skematik model (contoh: flow chart), fisikal model
(contoh: miniatur), game model (contoh: latihan pemadam kebakaran),
simbolik model (contoh: rumus matematik). Manfaat model dalam analisis
kebijakan publik adalah mempermudah deskripsi persoalan secara

26

struktural, membantu dalam melakukan prediksi akibat-akibat yang timbul
dari ada atau tidaknya perubahan-perubahan dalam faktor penyebab.
6. Penilaian alternatif
Alternatif-alternatif yang ada perlu dinilai berdasarkan kriteria. Tujuan
penilaian adalah mendapatkan gambaran lebih jauh mengenai tingkat
efektivitas dan fisibilitas tiap alternatif dalam pencapaian tujuan, sehingga
diperoleh kesimpulan mengenai alternatif mana yang paling layak , efektif
dan efisien. Perlu juga menjadi perhatian bahwa, mungkin suatu alternatif
secara ekonomis menguntungkan, secara administrasi bisa dilaksanakan
tetapi bertentangan dengan nilai-nilai sosial atau bahkan mempunyai
dampak negatif kepada lingkungan. Maka untuk gejala seperti ini perlu
penilaian etika dan falsafah atau pertimbangan lainnya yang mungkin
diperlukan untuk bisa menilai secara lebih obyektif.
7. Perumusan rekomendasi
Langkah terakhir dalam analisis kebijakan adalah merumuskan saran
(rekomendasi) mengenai alternatif yang diperhitungkan akan dapat
mencapai

tujuan

secara

optimal.

Dalam

rekomendasi

ini

sering

dikemukakan juga “strategi pelaksanaannya”.
Model analisis kebijakan publik dibagi menjadi 9 macam, yaitu:1,10
1. Model institusional
Check and balances konstitusional antara legislatif, eksekutif dan yudikatif.
2. Model proses
Aktivitas politik dilakukan melalui kelompok yang memiliki hubungan
dengan kebijakan publik, hasilnya adalah suatu proses kebijakan yg berisi:
-

Identifikasi/pengenalan masalah

-

Perumusan agenda

-

Formulasi kebijakan

-

Adopsi kebijakan

-

Implementasi kebijakan

-

Evaluasi kebijakan

3. Model group/kelompok
27

Model kelompok merupakan abstraksi dari proses pembuatan kebijakan
dimana beberapa kelompok kepentingan berusaha untuk mempengaruhi isi
dan bentuk kebijakan secara interaktif. Dengan demikian, pembuatan
kebijakan terlihat sebagai upaya untuk menanggapi tuntutan dari berbagai
kelompok kepentingan dengan cara bargaining, negoisasi dan kompromi.
4. Model elite
-

Kebijakan publik tidak menyangkut orang banyak untuk mengerjakan
nilai – nilai dan minat elite.

-

Masyarakat tidak memiliki kekuatan utk mempengaruhi & menciptakan
opini tentang isu kebijakan yg seharusnya menjadi agenda politik di
tingkat atas, masyarakat dianggap pasif, masa bodoh, dan mempunyai
sedikit informasi sehingga sering digerakkan oleh elit.

5. Model rasional
-

Kebijakan rasional diartikan sebagai kebijakan yang mampu mencapai
keuntungan sosial tertinggi.

-

Hasil kebijakan harus memberikan keuntungan bagi masyarakat yang
telah membayar lebih, dan pemerintah mencegah kebijakan bila biaya
melebihi manfaatnya.

6. Incremental
-

Konservatif, pembuat kebijakan tidak mau ambil resiko, hanya
melanjutkan atau memodifikasi kebijakan sebelumnya.

7.

Perhatian hanya dipusatkan pada program baru.

Game theory
- Dua atau lebih partisipan punya pilihan untuk membuat kebijakan dan
hasilnya tergantung kepada pilihan yang dibuat masing – masing pihak.
- Pembuat keputusan harus terlibat dalam pilihan – pilihan yang saling
ketergantungan /interdependen. ’Pemain’ harus menyesuaikan yang
tidak hanya mencerminkan keinginannya sendiri tapi juga harus bisa
mewakili kepentingan kelompok lain.

28

- Mendeskripsikan bagaimana orang / kelompok membuat keputusan
dalam situasi yang kompetitif .
8. Teori pilihan publik
-

Individu ternyata memperjuangkan kepentingan pribadinya baik di
sektor politik seperti halnya di pasar, namun keduanya bisa saling
memberikan manfaat (mutual benefit) melalui pembuatan keputusan
kolektif.

-

Pemerintah sendiri tumbuh dari kontrak sosial dengan masyarakatnya
yang setuju untuk taat hukum dan mendukung pemerintah, dan sebagai
gantinya pemerintah memberikan perlindungan, kemerdekaan dan hak
milik.

9. Teori sistem
Kebijakan publik adalah output dari sistem politik. Elemen dari sistem
adalah saling berhubungan, dan sistem dapat merespon kepada kekuatankekuatan yang ada di dalam lingkungannya untuk menjaga keberlangsungan
sistem itu sendiri.
2.5 Evaluasi
Mengenai pengertian evaluasi, Vackmias mendefinisikan evaluasi kebijaksanaan
sebagai suatu pengkajian secara sistematik, empiris terhadap akibat-akibat dari suatu
kebijaksanaan dan program pemerintah yang sedang berjalan dan kesesuaiannya
dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh bebijaksanaan tersebut. Sedangkan
Dunn menyamakan evaluasi dengan penaksiran (appraisal), pemberian angka
(rating) dan penilaian (assessment), kata-kata yang menyatakan usaha untuk
menganalisis hasil kebijakan dalam arti satuan nilai. Dalam arti yang spesifik,
evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil
kebijakan. Dengan demikian evaluasi kebijakan, tidak lain adalah mengukur
kesesuaian antara rencana dan pelaksanaan, dan mengukur seberapa jauh telah terjadi
penyimpangan dan ketidakpastian. 1,15

29

Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang
berhubungan dengan estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi,
implementasi dan dampak. Dalam hal ini, evaluasi dipandang sebagai suatu kegiatan
fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja,
melainkan dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan demikian, evaluasi
kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalah-masalah kebijakan, programprogram yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi,
maupun tahap dampak kebijakan.
Evaluasi adalah upaya yang berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai
atau manfaat hasil kebijakan. Sehingga tujuan evaluasi adalah untuk menilai secara
keseluruhan pengaruh dan dampak pada akhir program, yang akan menjadi landasan
untuk

meningkatkan

atau

menyempurnakan

kebijakan

berkenaan

dengan

program/kebijakan berikutnya. Jadi, evaluasi dilakukan pada akhir pelaksanaan suatu
program. Oleh karena itu perlu dibedakan antara monitoring dan evaluasi. Siagian
dalam bukunya Filsafat Administrasi mengemukakan bahwa monitoring ialah proses
pengamatan dari pelaksanaan seluruh pelaksanaan kebijakan untuk menjamin agar
pelaksanaannya berjalan sesuai dengan rencana atau tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Sedangkan evaluasi didefinisikan sebagai proses pengukuran dan
pembandingan dari hasil-hasil pekerjaan yang nyatanya dicapai dengan hasil-hasil
yang seharusnya di capai. Baik pengawasan maupun evaluasi dilaksanakan sebagai
upaya untuk melakukan perbaikan atas segala kegiatan. Atau menurut Said Zainal
Abidin dalam Kebijakan Publik, monitoring ditujukan untuk menjawab pertanyaan
tentang apaa yang terjadi dalam proses pelaksanaan, bagaimana terjadinya dan
mengapa terjadi. Sedangkan evaluasi akhir menjawab persoalan tentang perubahanperubahan apa yang terjadi. Sehingga konsekuensi dari perbedaan fungsi ini terdapat
perbedaan pada informasi yang dihasilkan. Monitoring menghasilkan informasi yang
sifatnya empiris, sedangkan evaluasi menghasilkan informasi yang bersifat penilaian
dalam memenuhi kebutuhan, peluang dan/atau memecahkan permasalahan.

30

Secara konseptual ada pandangan yang menyatakan bahwa evaluasi dapat
dilakukan pada seluruh periode kegiatan, artinya dapat dilakukan pada saat kegiatan
belum dilaksanakan, evaluasi pada saat kegiatan berjalan, dan setelah kegiatan
dilaksanakan. Oleh karena itu berdasarkan pandangan tersebut, evaluasi dapat
dibedakan menjadi:16,17
1. Pra Evaluasi
Yakni evaluasi yang dilakukan pada saat program belum berjalan/beroperasi pada
tahap perencanaan. Evaluasi pada periode ini biasanya difokuskan pada masalahmasalah persiapan dari suatu kegiatan. Dapat pula evaluasi itu didasarkan pada hasilhasil pelaksanaan kegiatan sebelumnya yang secara substansial memiliki keterkaitan
dengan kegiatan yang akan dilaksanakan. Atau dapat pula merupakan sebuah studi
kelayakan (feasibility) dari sebuah program untuk dilaksanakan. Evaluasi pada
periode ini biasanya meliputi aspek keuangan dan analisis ekonomis dari suatu
kegiatan (cost and benefit analysis).
2. Evaluasi pada saat program tengah berjalan
Yang dikenal dengan on going evaluation atau in operation evaluation, atau oleh
Bintoro (1988) disebut juga dengan mid term evaluation. Evaluasi pada periode ini
biasanya difokuskan pada penilaian dari setiap tahap kegiatan yang sudah
dilaksanakan, walaupun belum bisa dilakukan penilaian terhadap keseluruhan proses
program. Dalam prakteknya, evaluasi seperti ini berbentuk seperti laporan triwulan,
semester, atau tahunan (untuk kegiatan jangka menengah). Pada saat program atau
kegiatan tengah berjalan analisis evaluasi bersumber pada hasil pemantauan yang
dilaksanakan pada tahapan-tahapan kegiatan secara berkelanjutan dan akan
memberikan umpan balik untuk perencana dan pelaksana pembangunan.
3. Evaluasi setelah program selesai atau setelah program berakhir

31

Evaluasi ini biasa disebut ex post evaluation. Pada evaluasi ini dilakukan
penilaian terhadap seluruh tahapan program yang dikaitkan dengan tingkat
keberhasilannya, sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan dalam rumusan sasarn
atau tujuan program.
2.6 Sifat Evaluasi
Evaluasi dapat diartikan sebagai penaksiran (appraisal), pemberian angk