PSIKOLOGI AGAMA PSIKOLOGI SHALAT DAN D

PSIKOLOGI SHALAT DAN DOA
Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Psikologi Agama
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Artani Hasbi, MA

Disusun Oleh:
Kelas V B : Kelompok 9
Firdayani

(15311539)

Maulidatul Habibah

(15311546)

Nirma

(15311549)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
TA 2017/2018

1

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT., karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Psikologi Shalat dan
Doa” dengan segenap kemampuan yang kami miliki.
Shalawat serta Salam semoga tetap tercurah kepada Sang Revolusioner sejati,
pembawa bendera Islam, Nabi Muhammad Saw., semoga kita termasuk umat yang
mendapat syafa‟at „udzma di hari kiamat nanti. Amin.
Selanjutnya, terima kasih kami sampaikan kepada dosen pengampu mata
kuliah Psikologi Agama Bapak Prof. Dr. H. Artani Hasbi, MA atas tugas makalah
yang diberikan kepada kami sebagai sarana pembelajaran. Harapan kami, semoga
makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dalam rangka mengetahui dan mengenal
segala hal yang berhubungan dengannya.
Tak lupa, untaian terima kasih kami bingkiskan kepada segenap pihak yang
telah berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini. “Tanpa anda semua, makalah ini

mungkin hanyalah sebuah angan – angan belaka. Jazakumullah Khairan Katsiran.”
Kemudian sebagai manusia biasa, kami menyadari bahwa makalah yang kami
susun ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca senantiasa kami harapkan.
Akhir kata, selamat membaca, semoga bermanfaat.

Jakarta, 25 November 2017

Pemakalah

2

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sholat, dzikir, doa, tilawah Al-Qur‟an merupakan amalan seorang muslim dalam
membangun fisikal dan psikologikal serta dapat dijadikan sebagai sarana psikoterapi
guncangan jiwa, kecemasan, dan gangguan mental. Ibadah sholat dzikir, doa, dan
tilawah Al-Qur‟an adalah supaya mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa.
Seorang individu dalam masa pengobatan dan pemulihan diharuskan berdzikir,

berdoa, dan bertilawah secara kontinu dan tidak boleh terputus, sehingga diyakini
bahwa pasien sudah benar-benar sembuh dari penyakit mental yang dihadapinya.
Berdzikir secara terus menerus merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan
kecintaan kepada Allah Swt karena yang paling berhak untuk dicintai dan dimuliakan
hanyalah Allah Swt. Dzikir bagi hati laksana air bagi ladang pertanian, bahkan seperti
air bagi ikan yang takkan hidup tanpa air.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang berkaitan dengan Ibadah?
2. Apa saja yang berkaitan dengan Shalat?
3. Apa saja yang berkaitan dengan Doa?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa saja yang berkaitan dengan Ibadah.
2. Untuk mengetahui apa saja yang berkaitan dengan Shalat.
3. Untuk mengetahu apa saja yang berkaitan dengan Doa.

3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Ibadah

1. Pengertian Ibadah
Pengertian ibadah secara harfiah adalah kerendahan diri (adz-dzall), ketundukan
(al-khudlu‟), dan kepatuhan (al-inqiyad). Dengan demikian beribadah berarti
merendahkan diri di depan Allah serta tunduk dan patuh kepada ketentuan hukumNya. Dalam Islam, ibadah tidak hanya terbatas dalam pengertian menjalankan
kewajiban ibadah seperti shalat, puasa, zakat dan haji, tetapi mencakup semua
kewajiban kepada Allah.1
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ibadah adalah perbuatan untuk
menyatakan bakti kepada Allah SWT., yang didasari ketaatan mengerjakan perintahNya dan menjauhi larangan-Nya.
Menurut Syaltut, salah seorang imam Muslim dan mufassir terkenal, menulis
dalam tafsirnya bahwa ibadah berarti tunduk tidak terhingga kepada kebenaran yang
tidak terbatas. Hal ini termanifestasikan dalam perasaan hina dan cinta serta kefanaan
diri menghadapi keindahan dan kemegahan Dzat yang diibadahi. 2
2. Prinsip Ibadah
Terdapat beberapa prinsip ibadah dalam Islam: 3
Pertama, setiap aktivitas ibadah, baik dalam arti khusus maupun dalam arti
umum, hanya ditujukan kepada Allah semata, bukan kepada selain-Nya. Pelaksanaan
ibadah dalam arti khusus harus mengikuti aturan yang telah diatur secara terperinci di
dalam Al-Qur‟an dan Hadits. Sedangkan pelaksanaan ibadah dalam arti luas bertolak
dari keikhlasan, bertujuan mencari ridha Allah, dan diwujudkan dalam bentuk amal
saleh.


1

Muhaimin. Renungan Keagamaan dan Zikir Kontekstual. (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014).
Hal. 71
2
Rafy Sapuri. Psikologi Islam: Tuntunan Jiwa Manusia Modern. (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2009) Hal. 59-60
3
Muhaimin. Renungan … Hal. 75

4

Kedua, semua aktivitas ibadah harus berdasar pada “at-tauhid” dan
menghilangkan

segala

bentuk


kemusyrikan.

Aktivitas

ibadah

merupakan

penyempurnaan dari keimanan seseorang, sebab beriman tidak hanya pembenaran
dalam hati, tetapi juga pengucapan dalam lisan, dan dimanifestasikan dalam bentuk
perbuatan, sehingga semakin tinggi tingkat amaliah ibadah seseorang, maka akan
diikuti dengan semakin tingginya tingkat keimanannya.
Ketiga, setiap ibadah harus dilakukan secara ikhlas, sebagai upaya memurnikan
dan menyucikan hati sehingga benar-benar hanya terarah kepada Allah semata, serta
dalam rangka menjaga, memelihara, mempertahankan serta meningkatkan kemuliaan
dirinya baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Keempat, setiap aktivitas ibadah harus memiliki konsekuensi-konsekuensi positif
bagi kemaslahatan manusia, masyarakat, dan lingkungan alam sekitarnya.
3. Esensi Psikologi dalam Ibadah
Kebahagiaan dalam beribadah adalah pencapaian mutlak bagi manusia yang

tekun dan taat dalam penghambaannya kepada Tuhan. Ibadah yang dilakukan secara
terpaksa dan berat hati menandakan belum mencapai kebahagiaan yang sempurna.
Betapapun manusia telah mencapai kebahagiaan, tak akan pernah lengkap tanpa
ibadah, sebab ibadah adalah sisi lain dari nilai kebahagiaan. 4
Ibadah harus terus menerus dilakukan sepanjang hayat, sebab badan, jiwa, dan
roh akan selaras hanya dengan ibadah untuk membuat akhlak meresap dan sempurna.
Akhlak adalah simbol dari kesempurnaan seorang hamba dalam beribadah sehingga
makhluk akan dapat saling memberi penilaian baik buruk ibadah seseorang dengan
melihat keluhuran budi pekerti atau akhlaknya. Totalitas diri dalam beribadah
sebenarnya bukan kewajiban lagi mereka yang sudah merasakan nikmatnya
beribadah, tapi merupakan kebutuhan, sebagaimana jasad butuh akan makanan dan
air setiap harinya. 5

4

Rafy Sapuri. Psikologi Islam: Tuntunan Jiwa Manusia Modern. (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2009) Hal. 65
5
Rafy Sapuri. Psikologi …


5

Ibadah merupakan hal terpenting dari semua tingkah laku manusia, bahkan
dikatakan bahwa apapun yang manusia lakukan menjadi sia-sia, tak memiliki nilai
dan menghabiskan waktu jika tidak disertai dengan dasar dan niat ibadah dalam
dirinya. Manusia diberi kebebasan dalam dirinya, namun perlu ditekankan bahwa
kebebasan yang diberikan kepada manusia itu adalah kebebasan mencari jalan agar
sampai pada keridhaan-Nya, bukan kebebasan untuk taat beribadah atau tidak. Maka
pantaslah jika mereka yang tidak taat diancam dengan hukuman dan siksa di akhirat
kelak, bahkan sebagian sudah diperlihatkan ketika masih hidup di dunia. 6
Dengan beribadah secara rutin sepanjang hayat diharapkan manusia semakin
berakhlak karimah. Akhlak adalah simbol pencapaian ridha Ilahi, sehingga tujuan
manusia yaitu kembali ke kampung halamannya (surga) dapat tercapai.
B. Shalat
1. Pengertian Shalat
Secara etimologi, shalat mengandung arti berdoa memohon kebaikan dan
pujian. Sedangkan secara hakikat mengandung pengertian berharap hati (jiwa) kepada
Allah dan mendatangkan takut kepada-Nya, serta menumbuhkan rasa keagungan,
kebesaran, dan kesempurnaan sang khalik di dasar jiwa. Adapun menurut
pemahaman ilmu fiqh, shalat merupakan rangkaian perbuatan, dan perkataan yang

dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun-rukun
tertentu yang dilaksanakan untuk membuktikan pengabdian dan kerendahan diri
kepada Allah SWT.7
Secara umum, kita mengenal dua macam shalat, yaitu shalat fardhu dan shalat
sunnat. Shalat fardhu adalah shalat yang diwajibkan untuk dikerjakan bagi tiap-tiap
Muslim yang telah baligh yang meliputi shalat Subuh, Dzhuhur, Ashar, Maghrib, dan
Isya. Sementara shalat sunnat adalah shalat-shalat yang dianjurkan atau disunnatkan
untuk dikerjakan, baik yang mengiringi shalat fardhu (rawatib), maupun yang tidak

6

Rafy Sapuri. Psikologi Islam: Tuntunan Jiwa Manusia Modern. (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2009) 66-67
7
Tristiadi Ardi Ardani. Psikiatri Islam. (Malang: UIN-Malang Press, 2008) Hal. 331-332

6

mengiringi shalat fardhu (tahajjud, witir, tarawih, istisqa‟, istikharah, shalat sunnat
hari raya, shalat dhuha, dll).

2. Manfaat Shalat dari Aspek Fisik dan Psikis
Shalat memiliki berbagai manfaat bagi manusia, baik secara spiritual maupun
secara fisik. Seorang muslim harus bersiap melakukan shalat sebagai simbol untuk
melakukan penyucian diri. 8 Dalam QS. Al-Mu‟minun: 1-2

‫ــح الۡـ ُ ۡؤ ِم ُــ ۡ َن ۝ أٱلـ ِܲيۡـ َ ُۡـم ِفـ َص َا ِܓــ ِۡـم َخ ٰـ ِشـ ُعـ ۡ َن۝‬
َ َ‫قَـܱۡ َأفۡل‬

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang
khusyuk dalam shalatnya

Walaupun tujuan utama shalat adalah untuk menyembah Allah, namun ritual
shalat memiliki banyak manfaat tambahan bagi orang yang melakukannya.
a. Wudhu
Wudhu merupakan kegiatan membersihkan diri dari segala kotoran yang
melekat pada tubuh. Wudhu dilakukan dengan mencuci menggunakan air bersih
ke anggota badan tertentu. Mulai dari tangan, mulut, hidung, wajah, lengan,
kepala, telinga, dan kaki. Dengan demikian, kebersihan jiwa dan tubuh seorang
muslim ditekankan dalam QS. Al-Maidah: 6


‫ي َ ٰ ٓـــــأَ يـ َـا أٱلـ ِܲيـ َ َءا َم ُ ٓ ْا ا َ ا قُـ ۡ ُت ۡـم الَـ أٱلصلَ ٰ ِة فَـأٱغۡ ِسلُ ْا ُو ُج َ ُك ۡـم الَـ أٱلۡـ َ َــܳا ِف ِ َوأٱ ۡم َســ ُح ْا‬
ِ
ِ
ِ ْ
ِ ‫ِب ُܳ ُء‬
ۚ ‫وسـ ُك ۡـم َو َأ ۡ ُجلَـ ُك ۡـم الَـ أٱلۡـ َكـ ۡع َب ۡ ِۡ ۚ َوان ُكـ ۡن ُت ۡـم ُج ُـ ًبـا فَــأٱطـ ُـܳوا‬
ِ
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu ِ hendak melaksanakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu, dan
basuh kedua kakimu sampai mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah…

Dengan sifat air yang membersihkan, wudhu merupakan prosedur preventif
dalam kesehatan. Air dapat membantu untuk menghilangkan rasa sakit, baik secara
fisik maupun emosi. Seseorang merasa segar ketika membiarkan air membasuh
dirinya dan membiarkan keluar perasaan frustasi, kemarahan, stress yang
dialaminya. Selain itu, mencuci tangan juga merupakan kebiasaan yang selalu

8

Aliah B. Purwakania Hasan. Pengantar Psikologi Kesehatan Islami. (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2008) Hal. 127

7

ditekankan dilakukan di tiap Rumah Sakit untuk mencegah menularnya kuman
penyakit. Islam telah mengajarkannya 1400 tahun yang lalu. 9

ِ ‫ضأَ فَأَحسن الْوضوء خرجت خطَايا ِمن جس ِد ِ حتَـى تَـخرج ِمن تَـح‬
‫ت‬
ْ ْ َُْ
َ َ َ ْ ُ َ َ ْ َ َ َ َ ْ ُ ُ َ َ ْ َ ‫َم ْن تَـ َو‬
)‫أَظْ َفا ِرِ (روا مسلم‬

Barang siapa berwudhu dengan baik, keluarlah dosa-dosanya dari jasadnya sampai
dari bawah kuku-kukunya. (HR. Muslim)

Membersihkan diri, baik secara fisik dan rohani penting dalam ajaran Islam.
Dalam hadis dinyatakan bahwa Nabi Muhammad saw, bersabda

ِ ‫اِ َ أَُمـتِــ ي ْد و َ يـو الْ ِ ام ِ ًُرا ُ ِ ـلِ ِمن آَا ِر الْو‬
‫اع‬
ُُ
َ َ‫استَط‬
ْ ‫ض ْوء فَ َم ِن‬
ْ َْ َ
َ َ َ َْ ْ َ ُ ْ
)‫ِمْ ُك ْم أَ ْ يَ ِطْ َل َُرتـَ ُ فَـ ْلَـ ْف َع ْل (صح ح البخاري‬

Sungguh umatku digelari di hari kiamat sebagai cahaya yang terang benderang, dari
bekas wudhunya, maka barangsiapa yang mampu di antara kalian untuk memperluas
bagian (yang disentuh air) pada anggota wudhunya, maka lakukanlah. (Shahih

Bukhari)
Dengan demikian, ajaran Islam telah memberikan penekanan tentang
pentingnya kebersihan dalam pelaksanaan ibadah sehari-hari.
b. Gerakan Shalat
Kewajiban melakukan shalat lima kali sehari dapat dipandang sebagai bentuk
praktis dari olahraga. Keseluruhan gerakan dalam shalat bersifat tenang, berulangulang, dan melibatkan semua otot dan persendian. Panas atau kalori yang
dikeluarkan secara teratur dapat menjaga keseimbangan energi. 10
Pelaksanaan shalat lima waktu yang teratur dapat menghilangkan atau
mengurangi berbagai penyakit. Gerakan shalat dapat meringankan sakit punggung
bagian bawah (lower back pain), arthritis, letak rahim yang miring (cervical
misalignments), sakit kepala, dan keluhan lain. Shalat juga memainkan peran
penting untuk melawan serangan jantung, kelumpuhan, penuaan dini, demensia,

9

Aliah B. Purwakania Hasan. Pengantar Psikologi Kesehatan Islami. (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2008) Hal. 128
10
Aliah B. Purwakania Hasan. Pengantar … Hal. 131

8

kehilangan kontrol sphineter, diabetes mellitus, dan lain-lain. Gerakan shalat
merangsang sirkulasi kolateral yang memainkan peran untuk mengurangi serangan
jantung.11
Setiap postur dalam gerakan shalat memiliki pengaruh yang sehat bagi tubuh,
dimulai dari membaca takbir. Ketika mulai berdiri untuk shalat, tubuh terasa
ringan karena berat tubuh tertumpu pada kedua kaki. Otot-otot punggung dalam
keadaan lurus, dengan pandangan terpusat pada tempat sujud. Pikiran berada
dalam keadaan terkendali. Pusat otak, atas dan bawah, menyatu membentuk
kesatuan tujuan. 12
Rukuk merupakan salah satu metode untuk menguatkan otot-otot pada
persendian kaki yang dapat meringankan tegangan pada lutut jika dikerjakan
secara teratur. Ketika rukuk, seseorang meregangkan otot punggung sebelah
bawah, otot paha, dan otot betis secara penuh. Tekanan akan terjadi pada otot
lambung, perut, dan ginjal. Darah akan terpompa ke atas tubuh.13
Ketika melakukan qauna atau berdiri setelah rukuk, postur tubuh kembali
tegak sehingga memberikan tekanan pada aliran darah untuk bergerak ke atas. Hal
ini dapat membuat tubuh mengalami relaksasi dan melepaskan ketegangan. Hal
yang serupa terjadi ketika berdiri setelah sujud, dan duduk di antara dua sujud.
Salah satu postur dalam shalat yang cukup banyak diteliti adalah posisi sujud.
Dalam Islam, konsep dan tindakan sujud merupakan hal yang penting, baik dari
segi biologis, mental, maupun spiritual. Sujud disebutkan dalam Al-Qur‟an 92 kali
dalam 22 bentuk yang berebda dan dalam 32 surat yang berbeda. 14 Dalam QS. AlSajadah: 15

‫ا ـ َ ـا يُ ۡـؤ ِمـ ُ بِـ َئاي َ ٰ ـتِ َـا أٱلـ ِܲي َ ا َ ا ُ ِّك ُܳو ْا بِـ َـا خَـܳو ْا ُسـجًܱ ا َو َس ب ُح ْا بِـ َحـ ْ ِܱ َ بِّـ ِۡـم َو ُۡـم َا‬
ِ
ِ‫ي‬
ۡ
‫ـ‬
‫ـس‬
‫ـ‬
‫ك‬
‫ت‬
‫ون ۝‬
ܳ‫ِـ‬
‫ب‬
َ
َ ُ َۡ

11

Aliah B. Purwakania Hasan. Pengantar Psikologi Kesehatan Islami. (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2008) Hal. 131
12
Aliah B. Purwakania Hasan. Pengantar …
13
Aliah B. Purwakania Hasan. Pengantar … Hal. 131-132
14
Aliah B. Purwakania Hasan. Pengantar … Hal. 132

9

Sesungguhnya mereka yang beriman dengan ayat-ayat Kami adalah orang-orang
yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat, maka menyungkur sujud dan
bertasbih serta memuji kepada Tuhannya, sedang mereka tidak menyombongkan diri

Praktik sujud merupakan metode yang dapat membawa kedamaian,
keselarasan, kesesuaian, ketenangan, dan kebahagiaan. Masyarakat dewasa ini
banyak menghadapi frustasi dalam masalah sehari-hari. Manusia juga banyak
terpapar dengan gelombang elektrostatik dalam atmosfir. Hal ini akan memicu
sistem syaraf pusat (central nervous system, CNS) yang memiliki muatan yang
terlalu penuh. Seseorang harus membuang kelebihan ini, atau memiliki
kemungkinan untuk mendapatkan sakit kepala, sakit leher, ketegangan otot, dan
lain-lain. Penggunaan obat antidepresi, obat penenang, dan obat yang
memengaruhi mood lainnya dapat dikurangi dengan melakukan praktik sujud. 15
Doa dapat dilakukan dalam berbagai posisi, namun posisi yang terbaik dalam
berdoa adalah dalam posisi sujud. Selama sujud, doa lebih sering diterima.
Berkaitan dengan ini, Nabi Muhammad bersabda:

ِ
ِ ِ
َ‫أَْـَر ُ َما يَ ُكو ُ الْ َعْب ُد م ْن َرِ َوُ َو َساج ٌد فَأَ ْ َـُروا ال ُد َاء‬

Posisi terdekat bagi seseorang dengan Allah adalah ketika bersujud. Dengan
demikian, perbanyaklah membaca doa. (HR. Ahmad, Muslim, dan Abu Dawud)

Allah mengampuni dosa-dosa dan kesalahan-kesalahannya, dan pada akhirnya
juga segala penyakit khususnya penyakit mental, serta masalah psikologis akan
diringankan. Allah Maha Pengasih dan Penerima Taubat. Seseorang yang
menderita depresi atau stress dapat diringankan melalui sujud. Berpasrah diri pada
Allah meringankan segala beban dan kekhawatiran orang atas segala hal yang
tidak diketahuinya. 16 Dalam QS. Al-Hajj: 77

‫ٱ ٱ‬
‫ٱ‬
‫َـۡ لَ َعلـ ُك ۡـم ܓُ ۡف ِلـ ُح َن ۩۝‬
َ ۡ ‫ُُܱ و ْا َوأ ۡع ُبُܱ و ْا َ ب ُك ۡـم َو أفۡ َعلُـ ْا ألۡخ‬

ۡ ‫ي َ ٰ ٓـــــأَ يـ َـا أٱلـ ِܲيـ َ َءا َم ُ ْا أٱ ۡ َك ُع ْا َوأٱ‬

Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu
dan perbuatlah kebajikan supaya kamu mendapatkan kemenangan
15

Aliah B. Purwakania Hasan. Pengantar Psikologi Kesehatan Islami. (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2008) Hal. 132-133
16
Aliah B. Purwakania Hasan. Pengantar … Hal. 134

10

Sujud baik untuk kesehatan fisik, mental, dan spiritual. Nabi Muhammad
saw., bersabda:

ِ
ِِ
‫ك اهُ ِ َـها‬
َ ‫َك اَ تَ ْس ُ ُد للَ ِ َس ْ َد ًة إاَ َرفَـ َع‬
َ ‫ك ِ َك ْـَرةِ ال ُس ُ ود للَ ِ فَِإن‬
َ َْ‫َل‬
)‫ك ِ َـها َخ ِطْئَ ً (روا مسلم‬
َ َْ ‫َد َر َج ً َو َح َط‬

Perbanyaklah sujud kepada Allah. Sesungguhnya jika engkau sujud sekali. Allah
akan mengangkatmu satu derajat dan menghapuskan satu dosamu. (HR. Muslim)

c. Psikologi Al-Fatihah
Nama-nama lain surat Al-Fatihah adalah Asy-Syâfiyah (penyembuh), AlKâfiyah (yang mencukupi), Al-Wâqiyah (yang melindungi), dan Ar-Ruqyah
(mantera). Dari nama-nama tersebut dapat disimpulkan bahwa surat Al-Fatihah
memiliki potensi terapi (penyembuhan). Menurut Ibnul Qayyim Al-Jauziah, surat
Al-Fatihah mengandung penawar qalbu. Adapun menurut M. Quraish Shihab,
surat Al-Fatihah bisa mencukupi manusia dalam mengatasi segala keresahan, serta
melindunginya dari segala keburukan, dan menjadi mantera dalam menghadapi
segala kesulitan.
Berdasarkan penafsiran surat Al-Fatihah dari berbagai sumber tafsir Al-Quran
yang berkaitan dengan proses mental dan proses perilaku, kandungan surat AlFatihah bisa mempengaruhi pikiran, perasaan, hingga perilaku individu (muslim).
Misal, “Alhamdulillâhi rabbil „âlamîn”, pikiran yang dihasilkan adalah “Cobaan
dan malapetaka itu tidak lagi berarti dibandingkan dengan besar dan banyaknya
karunia Allah selama ini” atau pikiran “Ada hikmah di balik cobaan ini”,
kemudian menghasilkan perasaan tenang, dengan mengucap “Alhamdulillâh”.
Dalam istilah psikologi, “Terapi Al-Fatihah” disebut dengan Restrukturisasi
Kognitif melalui Al-Fatihah, yang artinya upaya mengubah pikiran dan keyakinan
negatif (disfungsional) individu melalui tadabur (memikirkan dan merenungi)
ayat-ayat Al-Fatihah. Singkatnya, restrukturisasi kognitif melalui Al-Fatihah
dilakukan dengan cara mengganti pikiran dan keyakinan negatif mengenai diri,
orang lain, dan dunia dengan yang lebih positif dari kandungan ayat-ayat AlFatihah.

11

Bacaan surat Al-Fatihah relatif pendek dan hampir setiap muslim mengetahui
artinya. Bisa dihayati kapan saja, meskipun individu sedang berhalangan (misal,
mengalami menstruasi). Merupakan induk dari Al-Quran yang kandungannya bisa
ditawarkan sebagai penjelasan alternatif atau melawan pikiran negatif individu.
Paling sedikit dibaca 17 kali dalam shalat wajib, sehingga diharapkan
memudahkan individu dalam mengubah pikiran negatifnya.
Kelebihan Surat Al-Fatihahbagi yang membaca surat Al-Fatihah, setiap ayat
yang dibaca itu langsung dijawab oleh Allah, sebagaimana termuat dalam hadits
berikut ini. Abu Hurairah r.a. berkata, bahwa Nabi saw bersabda : “Allah Azza wa
Jalla berfirman, Aku telah membagi shalat itu menjadi dua bagian, antara-Ku
dengan hamba-Ku, dan terserah-Ku apa yang ia minta”. Maka jika membaca,
„Alhamdulillâhi rabbil „âlamîn‟. Jawab Allah Hamba-Ku telah memuji-Ku”
(Hamba-Ku bersyukur pada-Ku). (HR. Muslim).
Tidak hanya itu, subjek juga melaporkan bahwa ia merasa seolah-olah sedang
“berdialog langsung” dengan Allah, merasa lebih tenteram perasaannya, lebih
sehat, dan tidak mudah sakit saat melakukan banyak aktivitas. 17
Refleksi ayat-ayat Al-Fatihah terhadap pikiran, perasaan, dan perilaku
individu18
AYAT AL-FATIHAH

PIKIRAN

PERASAAN

PERILAKU

Saya mulai perbuatan
ini dengan Nama
Allah.

Bismillahirrahmanirrahim

Oleh kaena itu saya
menyandarkan
diri
kepada-Nya, sambil
memohon bantuanNya, sehingga saya
memperoleh
kekuatan.
Dengan

17
18

Tentram,
tenang
dan Melakukan
suatu
rasa percaya pekerjaan, meskipun
diri.
sulit dan berat.

kekuasaan

https://saktiyono.files.wordpress.com, diakses pada 17 Desember 2017
https://saktiyono.files.wordpress.com, diakses pada 17 Desember 2017

12

Allah
dan
pertolongan-Nya,
pekerjaan yang saya
lakukan
dapat
terlaksana
Segala puji bagi
Allah yang telah
melimpahkan
karunia-Nya.
Segalanya
telah
dipersiapkan Allah.

Alhamdulillahi
rabbil‘alamin

Saya berada dalam
curahan rahmat dan
kasih sayang Allah.
Dia tidak mebiarkan Tenang,
saya sendiri.
nikmat,
optimis.
Cobaan
dan
malapetaka itu tidak
lagi
berarti
dibandingkan dengan
besar
dan
banyaknyakarunia
Allah selama ini.

Mengucap
“Alhamdulillah”,
meskipun
mendapatkan cobaan
dan
atau
merasakan
kepahitan.
Berperilaku syukur.

Ada hikmah dibalik
cobaan ini.

Arrahmanirrahim

Maliki yaumiddin

Betapa
besarnya
rahmat yannng ada
Lapang (lega)
pada Allah, saya
dan tenang.
tidak berputus asa
dari rahmat Allah.
Dia akan memberi
setiap jiwa dengan
balasan dan ganjaran
sesuai dengan amal
perbuatan.
Tenang
Bila saya tidak dapat
membalas di dunia
ini,
maka
Allah

Mencurahkan rahmat
kasih sayang kepada
orang
lain
tanpa
membedakan
suku,
ras, agama, maupun
tingkat keimanan.
Beramal untuk bekal
sesudah mati.
Melaksanakan
perintah-Nya
dan
menjauhi
laranganNya.
Berperilaku
(waspada)

13

awas
dan

Pemilik dan Raja hari
Pembalasan itu yang
akan membalas untuk
saya.
Kepada-Mu
saya
menyembah,
mengesakan, takut,
dan berharap, wahai
Tuhan tidak ada
selain-Mu.

berhati-hati.

Berperilaku
sesuai
sebab
yang
mengantarkan pada
keberhasilan.

Saya minta tolong
kepada-Mu
untuk
menjalankan taat dan
semua Rasa berserah Menyiapkan kekuatan
Iyyakana’ budu wa iyya mencapai
keperluanku.
diri.
(manusia dan alatkanasta’in
alat).
Saya
telah
dianugerahi
Memberi bantuan atau
kemampuan
ilmu
bekerjasama dengan
pengetahuan
dan
orang lain.
kemampuan berpikir
dalam menciptakan
sebab-sebab
yang
mengantarkan pada
keberhasilan.
Semoga
Allah
menganugerahkan
saya
kemampuan
Berperilaku
sesuai
Ihdinash
shirathal melalui naluri, panca
dengan
tuntunan
Bahagia
indera,
akal dan
mustaqim
Allah dan Rasulullah.
agama
untuk
mencapai jalan yang
lurus
Jalan yang sudah
ditempuh oleh orangorang yang telah
Menghindari perilaku
diberi nikmat oleh Nikmat, tidak
yang mendatangkan
Shirathalladzina
an’amta
Allah dari para nabi, iri hati dan
murka Allah dan
‘alaihim ghairil maghdhubi
putus
shiddiqin, syuhada, tidak
perilaku
yang
‘alaihim waladh dhallin
asa.
dan shalihin.
menyesatkan.
Saya akan mencari
penyebab (kesalahan)

14

dalam
diri
yang
mengakibatkan
bencana ini menimpa
saya.
3. Shalat membawa Ketenangan Jiwa
Dalam Al-Qur‟an disebutkan bahwa orang beriman hendaknya mencari
pertolongan dari sabar dan shalat. QS. Al-Baqarah: 45

‫َوأٱ ۡسـ َت ِعي ُن ْا بِــأٱ لص ۡ ِ َوأٱلصلَ ٰ ِة ۚ َوا ـ َـا لَـ َكبِـ ۡي َـܳ ٌة اا عَلَـ أٱلۡـ َخ ٰـ ِـش ِع َۡ ۝‬
ِ
ِ
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya
yang demikian itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'.

Banyak sekali penelitian yang telah dilakukan terhadap ritual ibadah dalam
berbagai mazhab, dan terbukti bahwa ibadah dan doa berdampak sangat positif pada
diri manusia. Dengannya, ketenangan semakin terasa, semangat hidup semakin
besar, stres berkurang, pikiran tambah jernih, jiwa semakin bugar, dan sebagainya.
Shalat mampu mengatasi persoalan yang sedang dihadapi seorang hamba, karena:
฀ Saat berdiri untuk mengerjakan ibadah shalat, pikiran dan ingatan seorang
hamba akan teralih dari kesusahan dan tekanan yang sedang dialami, dan
hatinya hanya fokus pada Tuhan. Saat individu tidak hanyut dalam perasaan
sedih sewaktu menghadapi masalah, saat itu pula persoalan tersebut terasa
lebih ringan.
฀ Dalam shalat, terjalin ikatan emosional antara hamba dengan Tuhannya.
Ikatan inilah yang menciptakan kekuatan dalam hatinya sehingga dapat
merasakan ketenangan.
฀ Shalat memiliki serangkaian adab yang dapat mengantarkan jiwa manusia ke
dalam suasana penuh ketenangan.
฀ Memahami dan menghayati setiap dzikir yang diucapkan dalam shalat.
Khususnya ayat yang berbunyi: “Hanya kepada-Mu kami menyembah dan
hanya

kepadaa-Mu

kami

minta

pertolongan.”

Inilah

ayat

yang

mengilhamkan tekad dalam diri hamba untuk tidak pernah menyerah,

15

tunduk, dan tidak menyembah selain Allah SWT. Suatu hari, Abu Darda
bercerita:
Beberapa saat sebelum fajar menyingsing, aku melihat Imam Ali di
tempat ibadahnya tergeletak di atas tanah. Aku mendekatinya dan
menggerakkan tubuhnya, namun aku melihatnya tidak bergerak
sedikitpun. Aku bergegas ke rumahnya dan mengabarkan istri beliau,
Fathimah. Sesampainya di rumah beliau, putri Nabi itu bertanya, „Siapa
kamu?‟ Aku menjawab, „Aku, Abu Darda, pembantumu.‟ Ia bertanya,
„Ada apa gerangan?‟ Aku menjawab, „Aku menemukan Imam Ali
tergeletak meninggal dunia dalam kondisi beribadah!‟ Mendengar itu,
Fathimah hanya menanggapi, „Biarkan saja, ia memang seperti itu saat
beribadah karena saking takutnya kepada Allah SWT.‟
Contoh menarik lainnya adalah dicabutnya sebatang anak panah dari tubuh Imam
Ali yang saat itu sedang shalat tahajjud. Dikarenakan shalatnya sedemikian khuysu‟
dan mendalam, beliau sama sekali tidak merasakan sakit saat anak panah dicabut
dari tubuhnya. 19
Shalat adalah pencucian hati dari kotoran dosa-dosa. Apabila di dalam shalat itu
seseorang mampu memancarkan hati dan ruhnya untuk beristighfar dan bertobat
kepada Allah SWT., maka shalat itu akan menghasilkan pencucian hati dari segala
kotoran dosa. Namun, apabila yang dipancarkan adalah dorongan kemauan nafsu
syahwat belaka, artinya dengan shalatnya supaya hanya mendapatkan bagian-bagian
kehidupan duniawi, maka manusia akan terhijab dari Tuhannya dan yang disembah
sesungguhnya adalah hawa nafsunya sendiri. 20
Alexis Carrel mengakui bahwa shalat menciptakan ketenangan dan ketentraman
batin. Keadaan inilah yang dibutuhkan orang yang sedang mengalami tekanan jiwa.
Tak jarang individu memperoleh kesembuhan di tempat di mana dirinya beribadah.

Ishaq Husaini Kuhsari. Al-Qur‟an & Tekanan Jiwa: Diagnosis Problem Kejiwaan Manusia
Modern dan Solusi Qur‟ani dalam Mengatasi dan Menyembuhkannya. (Jakarta: The Islamic College
Jakarta Sadra International Institute, 2012) Hal. 190-191
20
Muhammad Luthfi Ghozali. Percikan Samudra Hikmah: Syarah Hikam Ibnu Atho‟illah AsSakandari. (Jakarta: Prenada Media Group, 2011) Hal. 312
19

16

Sertbut, psikolog Inggris, sependapat dengan William James perihal shalat, seraya
berkata, “Dengan shalat, kita mampu menggapai banyak sekali kebahagiaan yang
tidak akan mampu diraih kecuali dengan cara itu.”21
C. Doa
1. Pengertian Doa
kata “doa” dalam kamus bahasa Indonesia versi Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa diterjemahkan dengan permohonan atau permintaan. Dalam
Ensiklopedi Islam doa secara lisan dan hati merupakan ucapan lisan dan getaran hati
berupa permohonan serta pujian kepada Allah SWT., dengan cara-cara tertentu.
Dalam Mu‟jam fi Alfazh al-Qur‟an dijelaskan bahwa doa adalah seruan, permintaan,
permohonan pertolongan, dan ibadah kepada Allah SWt., supaya terhindar dari
marabahaya. 22
Doa secara istilah menurut Asqari adalah permohonan kepada Allah SWT., agar
Dia mendatangkan sesuatu yang bermanfaat dan menjauhkannya dari segala bentuk
kemudaratan. Menurut al-Gazhali, berdoa adalah respon terhadap Allah SWT.,
keutamaan dan kejuhudan itu ditandai oleh doa yang selalu dilantunkannya sebagai
manifestasi dan ungkapan kelemahan dan ketidakberdayaannya di hadapan Allah
SWT. Manusia menyampaikan doa kepada Tuhan dengan harapan keinginannya akan
dikabulkan. Respon Ilahi terhadap doa manusia disebut istijabah yang makna
harfiahnya adalah menjawab.23
Ketika Nabi Yunus ditelan oleh ikan dan berada dalam perutnya dalam keadaan
gelap gulita, beliau menyeru Allah dalam QS. Al-Anbiyaa‟: 87

‫ـܒ ُسـ ۡب َح ٰٰ َن َك ا ِ ّـ ُكـ ۡن ُܒ ِم َ أٱلۡـظ ٰٰ ِلـ ِ ـ ۡيـ َ ۝‬
َ ‫َأن ا ٓ الَ ٰٰ َ اا ٓ َأ‬
ِ
ِ ِ
Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah
termasuk orang-orang yang zalim.

Ishaq Husaini Kuhsari. Al-Qur‟an & Tekanan Jiwa: Diagnosis Problem Kejiwaan Manusia
Modern dan Solusi Qur‟ani dalam Mengatasi dan Menyembuhkannya. (Jakarta: The Islamic College
Jakarta Sadra International Institute, 2012) Hal. 191-192
22
Rafy Sapuri. Psikologi Islam: Tuntunan Jiwa Manusia Modern. (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2009) Hal. 75
23
Rafy Sapuri. Psikologi Islam: Tuntunan … Hal. 75-76
21

17

Doa pada mulanya berarti permintaan yang ditujukan kepada siapa yang dinilai
oleh si peminta mempunyai kedudukan dan kemampuan yang melebihi kedudukan
dan kemampuannya. Doa adalah permohonan hamba kepada Tuhan agar memperoleh
anugerah pemeliharaan dan pertolongan.24
2. Manfaat Doa
Doa memiliki makna ibadah yang dinamis dan mampu mengatasi setiap kondisi
yang tidak dibatasi oleh waktu. Nilai penting doa adalah mampu menyentuh ruang
kesadaran manusia untuk berhubungan dengan Allah SWT. 25 Nabi Muhammad Saw.,
telah bersabda:

‫لَْ َ َ ْـءٌ أَ ْ َرُ َلَـى اهِ ُسْب َحانَ ُ ِم َن ال ُد َ ِاء‬

Tidak ada sesuatupun yang lebih mulia di sisi Allah daripada doa. (HR. Tirmidzi dan

Ibnu Majah)
Hadis ini memberikan pengertian, bahwa orang yang berdoa amat mulia di sisi
Allah SWT. Kemuliaan adalah lambang kesuksesan yang menjadi penghantar untuk
mencapai kesuksesan-kesuksesan berikutnya. Kemampuan untuk melakukan sesuatu
atau beraktivitas merupakan salah satu anugerah yang jika disyukuri akan membawa
manusia ke tingkat orang-orang yang beruntung baik di dunia maupun di akhirat.
Doa sangat penting bagi perkembangan psikologis seseorang. Mazhahiri
menjelaskan bahwa doa adalah kenikmatan yang paling nikmat. Sehingga dengannya
manusia akan pandai bersyukur. Doa menjadikan manusia memutus keterikatan dan
ketergantungan kepada selain Allah. Sehingga pengharapan manusia semata-mata
hanya kepada Allah. Doa meniupkan ketenangan dan ketentraman jiwa, juga
membuat hari-hari diliputi oleh kebahagiaan dan ketenangan. 26
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Luhai‟ah, Nabi Saw bersabda:

ِ‫ال ُد اء م ُ الْعِبادة‬
ََ َُُ
M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur‟an tentang Zikir & Doa. (Jakarta: Penerbit Lentera Hati,
2008) Hal. 178-179
25
Rafy Sapuri. Psikologi Islam: Tuntunan Jiwa Manusia Modern. (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2009) Hal. 68
26
Rafy Sapuri. Psikologi Islam: Tuntunan Jiwa Manusia Modern. (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2009) Hal. 68
24

18

Doa adalah otaknya ibadah. (HR. Tirmidzi)

Doa berperan lebih jauh dari sekedar ibadah ritual, bahkan hampir mencakup
semua kegiatan ibadah. Di mana pun seseorang melakukan ibadah pasti ada doa di
balik semua itu. Doa merupakan pernyataan tentang kelemahan manusia di hadapan
kekuasaan Allah SWT., serta merupakan cara untuk mengingat-Nya. Dengan
demikian, doa sangat penting bagi setiap manusia, termasuk para pelajar. Doa
menghapus perasaan mampu pada diri dan perasaan bangga dengan jiwa. Ketika
terlepas dari perasaan angkuh, sombong, dan bangga dengan diri sendiri, maka
disitulah letak agungnya ketaatan. Sehingga manusia merasakan bahwa dirinya bukan
apa-apa, membutuhkan penolong, dan penuntun.27
Alexis Carrel, salah seorang ahli bedah Perancis dan peraih Nobel dalam bidang
kedokteran, menulis dalam bukunya Pray (Doa), tentang pengalaman-pengalamannya
dalam mengobati pasien. Tulisnya, “Banyak di antara mereka memperoleh
kesembuhan dengan jalan berdoa.” Menurutnya, doa adalah “suatu gejala keagamaan
yang paling agung bagi manusia, karena pada saat itu, jiwa manusia terbang menuju
Tuhannya.”28
Menurut Mazhahiri ada 6 manfaat dan keuntungan doa:
a) Doa merupakan kenikmatan yang paling tinggi, bahkan sebagian pihak
merupakan kenikmatan yang tiada taranya.
b) Berdoa berarti sama sekali tidak berharap kepada selain Tuhan yang Maha
Tinggi serta hanya bergantung dan memohon kepada-Nya.
c) Menepis musibah, kesulitan, kesedihan, kesusahan, rasa takut, dan tekanan
batin.
d) Sebagai pengganti berbagai kekurangan dan ketidakmampuan manusia.
e) Melapangkan dada, membesarkan jiwa serta menjadikan manusia mampu
bersikap tegar dan tabah dalam menghadapi berbagai kesulitan, musibah, dan
bencana

Rafy Sapuri. Psikologi Islam: Tuntunan … Hal. 70-71
M. Quraihs Shihab. Wawasan Al-Qur‟an tentang Zikir & Doa. (Jakarta: Penerbit Lentera Hati,
2008) Hal. 183
27

28

19

f) Menjadikan manusia menemukan sesuatu yang hilang dari dirinya, yakni
Allah Yang Maha Tinggi.
Kehidupan manusia, suka atau tidak suka pasti mengandung penderitaan,
kesedihan, dan kegagalan, di samping kegembiraan, prestasi, dan keberhasilan.
Memang, banyak kepedihan yang dapat dicegah melalui usaha yang sungguhsungguh serta ketabahan. Tetapi, tidak sedikit juga yang tidak dapat dicegah, seperti
kematian oleh upaya apa pun. Di sinilah semakin terasa manfaat doa. Dan harus
diingat bahwa kalaupun apa yang dimohonkan tidak sepenuhnya terjadi, namun
dengan doa tersebut seseorang telah hidup dalam suasana optimisme, harapan, dan
hal ini tidak diragukan lagi akan memberikan dampak yang sangat baik dalam
kehidupan seseorang. Karena itu jika doa tidak menghasilkan apa yang dipinta, maka
paling tidak manfaatnya adalah ketenangan batin si pendoa karena dia telah hidup
dalam harapan.29
Di kehidupan ini, tidak ada kebaikan secara mutlak dan keburukan secara mutlak
pula. Di dalam kebaikan tersimpan keburukan, namun kadarnya sedikit. Di dalam
keburukan terkandung kebaikan, meskipun masalah halal-haram. Apakah bisa
diterima oleh akal bila sesuatu yang diharamkan Allah mengandung kebaikan? Allah
berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 219

ِ ‫ي َ ۡـسـئَلُ ََك َع ِ أٱلۡـخَـ ۡ ِܳ َوأٱلۡـ َ ــۡ ِ ِ ۖ قُ ۡ ِفيـ ِ َ ـا ٓ ا ۡـ ٌم َكبِـ ۡي ٌـܳ َو َم َ ٰـ ِف ُ ِل‬
‫ـاا … ۝‬
ِ

Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya
terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia

Mengapa Allah mengharamkan khamar dan judi jika mengandung manfaat di
dalamnya? Di ayat yang lain Allah menjawab

‫ ۝‬... ۗ ‫ َوا ۡـ ُ ـ ُ َ ـا ٓ َأ ۡك َ ُ ِم ـ ۡفـ ِع ِـ َ ـا‬...
ِ

… tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya ...

Apabila doa tidak dikabulkan, hendaknya seseorang jangan beranggapan bahwa
Allah menghukumnya, atau Allah tidak menyayanginya. Sebaliknya, berpikirlah
M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur‟an tentang Zikir & Doa. (Jakarta: Penerbit Lentera Hati,
2008) Hal. 1183-184
29

20

bahwa apabila Allah tidak mengabulkan doanya, bisa jadi itu maslahat baginya.30
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah 216

ۗ ‫َ لـ ُك ۡـم‬
ٌ ۡ ‫ َوع ََسـ ٰ ٓ َأن تُ ۡك ِܳ ُ ْا َشـ ۡيئًا َو ُ َ خ‬...
ٌ َ َ ُ ‫َـۡ لـ ُك ۡـم ۖ َوع ََسـ ٰ ٓ َأن ܓُـ ِحب ْا َشـ ۡيئًا َو‬
‫۝‬٦ ‫َوأٱ ُه يَـ ۡعلَـ ُم َو َأ ـ ُت ۡـم َا ܓَـ ۡعلَـ ُ ۡ َن‬

... Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui.

3. Adab Berdoa
Berikut ini adalah adab berdoa yang dijadikan ukuran seseorang dalam mencapai
tujuan. Adab berdoa berikut adalah kombinasi dari adab berdoa al-Ghazali, Ibadi, dan
Jawziyyah:31
1) Berdoa dengan nama Allah yang indah. Allah berfirman dalam QS. Al-A‟raf:
180

‫ ۝‬... ۖ ‫َو ِ ِّ أٱ ۡ َۡ ۡسـ َ ـا ٓ ُء أٱلۡـ ُح ۡسـ َـ ٰ فَـأٱ ۡ ُع ُ بِـ َـا‬

Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan
menyebut asmaa-ul husna

2) Selalu mengkonsumsi makanan yang halal.
3) Menghadap kiblat jika memungkinkan.
4) Hari Jumat.
Dari Abu Hurairah ra Rasulullah saw bersabda:

ِ
ِ
ِ
ِِ
‫صـلِـى يَ ْسأ َُل اهُ تَـ َعالَـى َ ْئًا‬
َ ُ‫ َوُ َو َائ ٌم ي‬،‫ف َسا َ ٌ اَ يـَُواف ُ َها َْب ٌد ُم ْسل ٌم‬
ُ ‫إِاَ أَ ْ طَا ُ إِيَا‬

Di hari Jumat terdapat suatu waktu yang tidaklah seorang hamba muslim yang ia
berdiri melaksanakan shalat lantas ia memanjatkan suatu doa pada Allah
bertepatan dengan waktu tersebut melainkan Allah akan memberi apa yang dia
minta. (HR. Bukhari, Muslim, dan Ahmad)

5) Mengangkat kedua tangan sampai sebahu
30

Husain Fadhlullah. Menyelami Samudera Doa. (Jakarta: Penerbit Al-Huda, 2005) Hal. 116-118
Rafy Sapuri. Psikologi Islam: Tuntunan Jiwa Manusia Modern. (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2009) Hal. 89-94
31

21

6) Memulai dengan memuji, mengagungkan dan memuliakan-Nya. Rasulullah
pernah mendengar seorang lelaki sedang berdoa di dalam shalatnya. Namun
ia tidak memuji kepada Allah dan tidak bershalawat kepada Nabi saw, maka
Nabi bersabda kepadanya: “Kamu telah tergesa-gesa wahai orang yang
sedang shalat. Apabila anda selesai shalat, lalu kamu duduk, maka
memujilah kepada Allah dengan pujian yang layak bagi-Nya, dan
bershalawatlah kepadaku, kemudian berdoalah.” (HR. Tirmidzi)

7) Menghindari doa yang berisi keburukan
8) Tadharru‟

(merendahkan

diri),

khusyu‟,

raghbah

(berharap

untuk

dikabulkan).

9) Merendahkan suara. Rasulullah bersabda:

ِ
‫َص َم َواَ َائِبًا إِنَ َـما‬
َ ‫َاس ْارـَ ُعوا َلَـى أَنْـ ُفس ُك ْم فَِإنَ ُك ْم اَ تَ ْد ُو َ أ‬
ُ ‫أَيُ َـها ال‬
ِ ِ‫احلَت‬
ِ ‫ إِ َ الَ ِي تَ ْد و َ أَْـر إِلَـى إَح ِد ُ م ِمن ُ ِ ر‬،‫ص ا‬
ِ
ِ
َُ ُ
َ ُ ْ ْ َ
ً َ ‫تَ ْد ُو َ َ ْـ ًعا‬

Wahai sekalian manusia, kasihanilah diri kamu, karena sesungguhnya kamu tidak
berdoa kepada yang tuli dan tidak pula gaib, sesungguhnya kamu berdoa
(memohon) kepada yang Maha Mendengar dan Maha Melihat. Sesungguhnya Allah
yang kalian seru lebih dekat pada kalian dari leher binatang tunggangan kalian.

(HR. Bukhari, Muslim, dan Ahmad)
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-A‟raf: 55

‫أٱ ۡ ُع ْا َ بـ ُك ۡـم ܓ َََ ًعـا َو ُخ ۡفـ َي ًܑ ۚ ا ـ ُ ۥ َا يُـ ِحب أٱلۡـ ُ ـ ۡع َت ِܱ ۡي َ ۝‬
ِ

Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.

10) Berdoa dengan keyakinan pasti dikabulkan. Rasulullah bersabda:

ِ ‫اْ َجا َِ و ْ لَموا أَ َ اهَ اَ يَستَ ِ ْب َد َاء ِم ْن َـ ْل‬
ِْ ِ َ ‫اُْد ُوا اهَ َوأَنْـتُ ْم ُموُِو‬
‫ب‬
ُ َ
ً ُ ْ
)‫َافِ ٍل اٍَ (روا الرم ي‬

Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah
bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai. (HR. Tirmidzi)

22

11) Mengusap wajah dengan bagian dalam telapak tangan selesai berdoa. Ibnu
Abbas ra Rasulullah saw bersabda:

ِ
ِ
ِ ِ‫َ ِن ال َسائ‬
‫صلَـى اهُ َلَْ ِ َو َسلَ َم َ ا َ إِ َذا‬
َ ‫ب ا ْ ِن يَزيْد َ ْن أَِْ أَ َ الَبِ َــ‬
)‫َد َافَـَرفَ َع يَ َديِْ َم َس َح َو ْج َه ُ َِ َديِْ (روا أ و داود‬

Dari Saib bi Yazid dari ayahnya, “apabila Rasulullah saw berdoa, beliau selalu
mengangkat kedua tangannya, lalu mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.”
(HR. Abu Dawud)

Dapat disimpulkan bahwa berdoa dengan penuh pemahaman baik tempat, waktu,
dan tata caranya akan memunculkan sebuah proses lain di dalam diri seseorang.
Proses tersebut mengarah pada pemahaman makna yang mendalam dan pemahaman
tujuan dari apa yang diucapkannya dank arena doa-doa yang dicontohkan oleh
Rasulullah itu mayoritas adalah doa yang mengarah pada pencapaian karunia, rahmat,
dan surga.

23

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.

Ibadah adalah bukti ketundukan seorang hamba kepada Penciptanya. Ibadah

berarti tunduk tidak terhingga kepada kebenaran yang tidak terbatas. Ibadah
merupakan hal terpenting dari semua tingkah laku manusia, bahkan dikatakan bahwa
apapun yang manusia lakukan menjadi sia-sia, tak memiliki nilai dan menghabiskan
waktu jika tidak disertai dengan dasar dan niat ibadah dalam dirinya.
2.

Shalat secara bahasa mengandung arti berdoa memohon kebaikan dan pujian.

Sedangkan secara hakikat mengandung pengertian berharap hati (jiwa) kepada Allah
dan mendatangkan takut kepada-Nya, serta menumbuhkan rasa keagungan,
kebesaran, dan kesempurnaan sang khalik di dasar jiwa.
3.

Doa adalah seruan, permintaan, permintaan, permohonan pertolongan dan

ibadah kepada Allah SWt., supaya terhindar dari marabahaya. Doa adalah kenikmatan
yang paling nikmat. Sehingga dengannya manusia akan pandai bersyukur. Doa
menjadikan manusia memutus keterikatan dan ketergantungan kepada selain Allah.
Sehingga pengharapan manusia semata-mata hanya kepada Allah.

24

DAFTAR PUSTAKA
Ardani, Tristiadi Ardi. Psikiatri Islam. Malang: UIN-Malang Press, 2008
Fadhlullah, Husain. Menyelami Samudera Doa. Jakarta: Penerbit Al-Huda, 2005
Ghozali, Muhammad Luthfi. Percikan Samudra Hikmah: Syarah Hikam Ibnu
Atho‟illah As-Sakandari. Jakarta: Prenada Media Group, 2011
Hasan, Aliah B. Purwakania. Pengantar Psikologi Kesehatan Islami. Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2008
Kuhsari, Ishaq Husaini. Al-Qur‟an & Tekanan Jiwa: Diagnosis Problem Kejiwaan
Manusia Modern d an Sol usi Qur‟ ani dalam M engatasi dan
Menyembuhkannya. Jakarta: The Islamic College Jakarta (Sadra International
Institude), 2012
Muhaimin. Renungan Keagamaan dan Zikir Kontektual. Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2014
Sapuri, Rafy. Psikologi Islam: Tuntunan Jiwa Manusia Modern. Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2009
Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Qur‟an tentang Zikir & Doa. Jakarta: Penerbit
Lentera Hati, 2008
https://saktiyono.files.wordpress.com

25