PERADABAN PADA MASA BANI UMAYAH DI ANDAL

MAKALAH -- PERADABAN ISLAM PADA
MASA DAULAH BANI UMAYYAH II DI
SPANYOL/ANDALUSIA DAN DAULAH
FATIMIYAH DI MESIR 14
Apr

Assalamu'alaikum?.. selamat siang
semua, apa kabar hari ini, kali ini saya akan berbagi ilmu dari sebuah makalah,
namun sebelumnya saya ucapakan terima kasih kepada Saudara HERIS
SUHENDAR (Teman Kost Saya) yang telah mengizinkan saya untuk
memposting makalahnya di blog saya ini. Semoga ini bisa bermanfaat
khususnya buat penulis, saya, dan buat kita semua. silahkan di simak.

PERADABAN ISLAM PADA MASA
DAULAH BANI UMAYYAH II
DI SPANYOL/ANDALUSIA DAN DAULAH FATIMIYAH DI MESIR
Mata Kuliah

: Sejarah Peradaban Islam

Dosen


: Bp. Zaenuddin, M.Ag

Oleh :
Fahadil Amin AL Hasan
Heris Suhendar
Hermawati
Intan Marwatul Fuadah

JURUSAN MU'AMALAH
FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2011M/1432H

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah memberikan
kekuatan dan keteguhan hati kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Sholawat
beserta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada nabi Muhammad saw. yang
menjadi tauladan para umat manusia yang merindukan keindahan syurga.

Kami menulis makalah ini bertujuan untuk memenuhi dan melengkapi tugas akhir
yang diberikan oleh bapak dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islam dengan mengusung
judul Peradaban Islam Pada Masa Daulah Umayah II di Andalusia/Spanyol dan Daulah
Fatimiyah di Mesir. Selain bertujuan untuk memenuhi tugas, tujuan penulis selanjutnya
adalah untuk mengetahui latar belakang munculnya peradaban islam di Spanyol, menjelaskan
berdirinya daulah Umayah di Spanyol, masa kejayaan Daulah Umayah di Spanyol, dan masa
keruntuhan Daulah Umayah di Spanyol.
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan kurangnya ilmu pengtahuan. Namun, berkat kerjasama yang solid dan
kesungguhan dalam menyelesaikan makalah ini, akhirnya dapat diselesaikan dengan baik.
Kami menyadari, sebagai seorang pelajar yang pengetahuannya tidak seberapa yang
masih perlu belajar dalam penulisan makalah, bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang positif demi
terciptanya makalah yang lebih baik lagi, serta berdayaguna di masa yang akan datang.
Besar harapan, mudah-mudahan makalah yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat
dan maslahat bagi semua orang.
Wa’alamualaikum Wr.Wb

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................

i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 1
BAB II PEMBAAHSAN ............................................................................ 2
2.1 Islam di Andalusia/Spanyol .................................................................... 2
2.2 Perkembangan Islam di Spanyol ............................................................. 6
2.2.1 Periode Pertama (711-755 M) .............................................................. 7
2.2.2 Periode Kedua ( 755-912 M) ............................................................... 8
2.2.3 Periode ke-3(912-1013M) ........................................................ 14
2.2.4 Periode keempat (1013-1086 M) .............................................. 15
2.2.5 Periode Kelima (1086-1248 M) ................................................ 16
2.2.6 Periode keenam (1248-1492 M) ............................................... 17
2.3 Kemajuan Peradaban .............................................................................. 18
2.4 Sebab Runtuhnya Kerajaan ..................................................................... 21
2.5 Daulah Fatimiah di Mesir ........................................................................ 22

2.5.1 Peninggalan Peradaban ............................................................. 23
2.5.2 Para Khalifah yang Memimpin Pada Masa Daulah .................. 23
2.5.3 Sumbangsih Para Khalifah ....................................................... 24
BAB III KESIMPULAN ............................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 28
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Setelah berakhir periode klasik Islam, ketika islam mulai memasuki masa kemunduran,
Eropa bangkit dari keterbelakangannya. Kebangkitan itu bukan saja terlihat dalam bidang
politik dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan-kerajaan islam dan bagian dunia
lainnya, tetapi terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan, kemajuan
dalam bidang ilmu dan teknologhinitulah yang mendukung keberhasilan politiknya.
Kemajuan-kemajuan Eropa ini tidak dapat dipisahkan dari pemerintahan islam di Spanyol.
Dari Islam Spanyol di Eropa banyak menimba ilmu. Pada periode klasik, ketika Islam
berhasil mencapai masa keemasaan, Spanyol merupakan pusat perdaban Islam yang sangat

penting, menyaingi baghdad di timur. Ketika itu, orang-orang Eropa Kristen banyak belajar di
perguruan-perguruan tinggi Islam disana. Islam menjadi “Guru” bagi orang Eropa. Karena
itu kehadiran Islam di Spanyol banyak menarik perhatian para sejarawan.

1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Sejak kapan islam berada di wilayah Andalusia/Spanyol?
2. Bagaimana Daulah Umayah mendirikan kekuasaan di Andalusia/Spanyol?
3. Di masa siapakah Daulah Umayah di Spanyol Berjaya?
4. Apa yang menjadi sebab-sabab keruntuhan Daulah Umayah di Spanyol?
5. Sejak kapan Daulah Fathimiyah berdiri?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ISLAM DI ANDALUSIA/SPANYOL
Spanyol/Andalusia di kuasai oleh umat Islam pada zaman Khalifah Al-Walid (705715

M)

salah

seorang

khalifah

Daulah


Umayah

yang

berpusat

di

Damaskus.[1] Dan masa ini berlangsung selama hampir delapan abad ( 711 – 1492 M ).
Sebelum umat Islam menguasai Andalusia wilayah yang terletak disekitar
semenanjung Iberia dan membelah Benua Eropa dengan Afrika ini dikenal dengan berbagai
nama. Sebelum abad ke – 5 M, wilayah ini disebut dengan Iberia ( atau Les Iberes ), yang
diambil dari nama Bangsa Iberia ( penduduk tertua diwilaya tersebut ). Ketika berada
dibawah kekuasan Romawi, wilayah ini dikenal dengan nama Asbania. Pada abad ke – 5 M,
Andalusia dikuasai olah Bangsa Vandal yang berasal dari wilayah ini sejak itu wilayah ini
disebut Vandalusia yang oleh umat Islam akhirnya disebut “ Andalusia “. Setelah itu
datanglah bangsa Gothia ke Andalusia memerangi bangsa Vandal dan menguasai Andalusia.
Pada Awalnya bangsa Gothia ini kuat sekali tapi kemudian banyak perpecahan dan
menyebabkan kemunduran kerajaan itu.

Kemudian setelah Witiza, raja Gothia meninggal digantikan oleh Roderick. Peristiwa
ini menyebabkan putera-putera raja Witiza sangat marah dan mereka mengadakan perjanjian
persekutuan dengan kaum muslimin. Begitu pula telah terjadi perselisihan antara Count
Julian yang memegang pemerintah. Perselisihan ini kabarnya karena Roderik mencemarkan
kehormatan puteri dari Julian. Karena itu Julian ingin membalas dendam untuk membela
kehormatan dan nama baiknya. Ia berusaha mendorong kaum Muslimin supaya menyerbu ke
Spanyol. Tentunya ini merupakan kesempatan yang baik bagi kaum muslim.
[1] Dan masa ini berlangsung selama hampir delapan abad ( 711 – 1492 M ).

Kaum yang memusuhi Rodrick itu akhirnya meminta Graf Julian bekerja
sama Musa bin Nushair, gubernur Muawiyah di Afrika. Musa kemudian minta ijin pada
Khalifah walid bin Abdul Malik yang berkedudukan di Damascus, dan segera dikirmlah
pasukan sebanyak 500 orang dibawah pimpinan Tharif bin Malik untuk menyerbu Spanyol.
Setelah kemenangan pasukan ini, Musa mengirimkan pasukan gerak cepat di bawah
komando Thariq bin Ziyad, kemudian Thariq bin Ziyad berngkat untuk memimpin 7000
orang tentara yang terdiri dari bangsa Babar. Mereka menyebrangi selat itu dengan kapalkapal yang disediakan oleh Julian, penguasa di Septah, yang dulunya pernah pula
menyediakan kapal-kapal untuk Tharif dan pasukannya. Ini terjadi pada bulan Rajab atau
Sya’ban tahun 92 H. Thariq beserta pasukannya kemud ian mendarat dan menempati suatu
gunung yang sampai kini masih dikenal dengan namanya sendiri, yaitu “jabal Thariq”
(Giblatar). Disanalah Thariq mempersiapkan satuan-satuannya untuk menyerbu semenanjung

yang luas dan makmur itu.[2]
Thariq ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol, karena pasukannya
lebih besar dari hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang
didukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian lagi orang arab yang dikirim Khalifah AlWalid. Pasukan itu kemudian menyebrangi Selat dibawah pimpinan Thariq ibn Ziyad. Sebuah
gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya.
Dikenal dengan nama Giblatar (Jabal Thariq). Dengan dikuasainya daerah ini, maka
terbukalah pintu secara luas untuk memasuki Spanyol. Dalam Pertempuran di suatu tempat
bernama Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari situ Thariq dan pasukannya terus
menaklukkan kota-kota penting, seperti Cordova, Granada, dan Toledo (Ibu kota kerajaan
Goth saat itu). Sebelum Thariq menaklukkan kota Toledo, ia meminta tambahan pasukan
kepada Musa ibn Nushair di Afrika Utara. Musa mengirimkan tambahan pasukan sebanyak
5.000 personel, sehingga jumlah pasukan Thariq seluruhnya 12.000 orang. Jumlah ini belum
sebanding dengan pasukan Ghotik yang jauh lebih besar, 100.000 orang.
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad membuka jalan untuk
penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Untuk itu, Musa ibn Nushair merasa perlu
melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud membantu perjuangan
Thariq. Dengan suatu pasukan yang besar, ia berangkat menyebrangi selat itu dan satu
persatu kota yang dilewatinya dapat ditaklukkannya. Setelah Musa berhasil menaklukan
Sidonia, Karmona, Seville dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Gothic,
Theodomir di Orihuela, ia bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya

[2]

berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari
Saragosa sampai Navare.[3]
Selanjutnya Thariq menggerakkan pasukannya ke pusat kekuasaan Roderick di
Spanyol. Roderick terdesak sampai perbatasan tebing sungai Guadelete, di perbatasan antara
Medinia dan Sidonia. Merasa tidak ada jalan lain, akhirnya Roderick meninggal dengan
terjun ke dalam sungai Guadelete. Setelah berhasil dalam pertempuran melawan Roderick,
Thariq dengan mudah menaklukan kota Sidonia, Carmona, dan Granada. Setelah menaklukan
kota Cordova, ia segera bergerak ke Toledo, Ibukota pemerintahan Spanyol dan berhasil
menguasainya. Jadi dalam waktu singkat, pasukan Thariq berhasil menguasai sebagian besar
wilayah Spanyol.
Kesuksesan Thariq yang gemilang menarik perhatian Musa ibn Nusyair. Ia mendarat
di Spanyol dengan 18.000 pasukan pada bulan Juli 712 M., dan segera menaklukan kota
Saville dan sejumlah kota kecil lainnya. Di dekat kota Toledo Musa menjumpai Thariq.
Dengan sikap marah Musa menanyakan prihal harta rampasan perang selama ini, namun
akhirnya mereka mencapai kesepakatan sehingga terbentuklah pasukan gabungan. Pasukan
gabungan itu dengan mudah menaklukkan kota sarragosa, Terragona dan Barcelona.
Selanjutnya Musa mengerahkan pasukannya karah Timur untuk menaklukkan negeri-negeri
Eropa lainnya. Sementara itu kabar mengenai perlakuan Musa terhadap Thariq ibn Ziyad

terdengar sampai Damaskus, Sehingga Raja Walid I memerintahkan Musa kembali ke
Damaskus.[4]
Orang tak dapat membenarkan riwayat yang menggambarkan adanya rasa
permusuhan dan saling membenci antara Musa dan Thariq, dan bahwa Musa pernah
menganiaya dan mempersalahkan Thariq. Semua fakta yang ada dihadapan kita bahkan
menunjukkan adanya kerjasama yang erat antara kedua pahlawan itu. Musa telah mengirim
bala bantuan kepada Thariq, dan kemudian ia sendiri datang kesana dan menaklukkan negerinegeri yang berada di belakang pasukan Thariq. Dengan demikian ia telah berusaha untuk
menghindarkan pasukan-pasukan Thariq dari pukulan musuh dari belakang. Selanjutnya,
kedua pahlawan itu terus maju bergandeng bahu dan bekerja sama dalam menaklukkan
negeri-negeri yang masih tertinggal, hingga akhirnya mereka mencapai kemenangan yang

[3]
[4]

sempurna di daerah itu. Melihat fakta-fakta ini bagaimana pula kita bias bekata bahwa antara
kedua pahlawan itu ada rasa permusuhan?[5]
Sebelum meninggalkan Spanyol, Musa mengatur keperluan untuk tegaknya wilayah
yang baru saja ditaklukkannya. Ia mengangkat ketiga putranya : Abdul Aziz sebagai Raja
muda di Spanyol, Abdullah sebagai gubernur di Afrika, dan Abdul Malik sebagai gubernur
Maroko. Dengan membawa harta rampasan dalam jumlah yang besar, Musa kembali ke

Damaskus untuk diserahkan kepada Raja Walid I, namun sang raja meninggal sebelum Musa
tiba di Damaskus.
Penaklukan pasukan muslim terhadap Spanyol merupakan lembaran baru yang
gemilang bagi sejarah negeri ini. Penaklukan tersebut menyelamatkan wilayah Spanyol dari
Tirani. Ghotik, dengan membuka suatu era baru di mana kebenaran dan keadilan ditegakkan.
Prinsip persaudaraan universal diterapkan kepada seluruh rakyat. Kebebasan beragama
terjamin, baik bagi mereka yang beragama yahudi maupun Kristen. Sekalipun atas mereka
diwajibkan membayar jizya, namun terasa sangat ringan dibandingkan beban berbagai pajak
yang dipikul mereka pada masa sebelum pemerintahan muslim. Segala bentuk perpajakan
yang memberatkan rakyat dihapuskan dan digantikan dengan sistem perpajakan yang adil.
Para budakdan hamba sahaya dibebaskan. Perdagangan dan perniagaan mengalami kemajuan
pesat. Pertanian dikembangkan dengan membangun sejumlah sistem irigrasi. Pembangunan
menjadikan sejumlah kota di Spanyol berdiri dengan megah. Cordova merupakan simbol
kehebatan pada abad pertengahan, suatu abad di mana bangsa Eropa tengah dilanda
kegelapan dan kebodohan. Spanyol merupakan satu-satunya negeri Eropa yang pertama kali
mengalami masa pencerahan lantaran kemajuan pendidikan dan peradaban, pada saat itu
kemajuan pendidikan dan peradaban Spanyol selama masa pemerintahan muslim
mengantarkan negeri-negeri Eropa lainnya mencapai masa pencerahan di masa belakangan.
Demi ketertiban urusan administrasi, pemerintahan muslim di Spanyol dibagi menjadi
empat wilayah provinsi, masing-masing di bawah penguasaaan gubernur. Masyarkat Spanyol
diberikan kebebasan beragama dan antara mereka dengan kaum emigrant Arab Muslim
menjalin integritas masyarakat, bahkan dalam urusan perkawinan sekalipun. Mereka
diberikan kebebasan hidup, beragama dan kebebasan berfikir. Selama masa ini masyarakat
Spanyol mengalami kemajuan pesat dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan, sehingga
Spanyol mencapai puncak kemajuan, pada saat itu, selama pemerintahan Muslim.[6]
[5]
[6]

2.2 PERKEMBANGAN ISLAM DI SPANYOL/ANDALUSIA
Sejak pertama kali berkembang di Spanyol sampai dengan berakhirnya kekuasaan
Islam di sana, Islam telah memainkan peranan yang sangat besar. Masa ini berlangsung
selama hampir 8 abad (711-1492 M). Pada tahap awal semenjak menjadi wilayah kekuasaan
Islam, Spanyol diperintah oleh wali-wali yang diangkat oleh pemerintahan Bani Umayah di
Damaskus. Periode ini kondisi sosial politik di Spanyol masih diwarnai perselisihan
disebabkan karena kompleksitas etnis dan golongan. Selain itu juga timbul gangguan dari
sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang bertempat tinggal di wilayah-wilayah pedalaman.
Periode ini berakhir dengan datangnya Abdur Rahmad Al-Dhalil ke Spanyol pada tahun 138
H/755 M.[7]

2.2.1

Periode Pertama (711-755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh
Khalifah Bani Umayah yang berpusat di Damskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri
Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi baik datang dari
dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di antara elit
penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Di samping itu, terdapat perbedaan
pandangan terhadap khalifah di Damaskus dan Gubernur Afrika Utara yang berpusat di
Kairawan. Masing-masing mengaku bahwa, merekalah yang berhak menguasai daerah
Spanyol ini. Oleh karena itu, terjadi dua puluh kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam
jangka waktu yang amat singkat. Perbedaan seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada
hubungannya dengan perbedaan etnis, terutama antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Di
dalam etnis Arab sendiri, terdapat dua golongan yang terus menerus bersaing, yaitu suku
Qaisy (Arab Utara) dan Arab Yunani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini seringkali
menimbulkan konflik politik, terutama ketika tidak ada figur yang tangguh. Itulah sebabnya
di Spanyol pada saat itu tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya
untuk jangka waktu yang agak lama.
Gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang bertempat
tinggal di daerah-daerah pergunungan yang memang tidak pernah tunduk kepada
pemerintahan Islam. Gerakan ini terus memperkuat diri. Setelah berjuang lebih dari 500
tahun,
[7]

akhirnya

mereka

mampu

mengusir

Islam

dari

bumi

Spanyol.

Karena seringnya terjadi konflik internal dan berperang menghadapi musuh luar,
maka dalam periode ini Islam Spanyol belum memasuki kegiatan pembangunan dipandang
peradaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir dengan datangnya Abd Al-Rahman AlDakhil ke Spanyol pada tahun 13 H/755 M.[8]

2.2.2

Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir
(Panglima atau Gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintah. Spanyol menjadi
bagian dari imperium Islam dalam masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik. Sejak itu
Spanyol merupakan bagian dari wilayah kekuasaan Islam. Bangsa Spanyol bahagia dan
makmur di bawah pemerintahan Muslim. Ia tetap menjadi bagian dari kekhalifahan Umayah
hingga pecahnya pemberontakan Abbasiyah. Abbasiyah berhasil menegakkan kekuasaannya
di berbagai bagian imperium kecuali Spanyol. Di sana seorang putra Bani Umayah
mendirikan pemerintahan yang merdeka.
Pendiri dinasti Umayah yang merdeka ini ialah Abdurrahman bin Abi Spfyan, cucu
Khalifah Umayah ke 10, Hisyam. Dia adalah salah seorang di antara sedikit Bani Umayah
yang terlepas dari Pembalasan dendam yang keji dari khalifah Abbasyiah yang pertama,
Asaffah. Setelah singgah lima tahun di Palestina, Mesir, dan Afrika, akahirnya dia sampai di
Geuta. Disana dia diberi perlindungan oleh seorang Berber, keluarga pamannya dari pihak
ibu. Kemudian mengutus pelayannya, Badar, untuk berunding dengan orang-orang Siria di
Spanyol. Orang-orang Siria merupakan pendukung utama bani Umayah, dan mereka siap
menyambut pemuda petualang dari dinasti kesayangannya itu. Karena itu Abdurrahman pergi
ke Spanyol dan memperoleh sambutan hangat pada tahun 755 M. Pribadi yang menarik dari
seorang Petualang muda ini serta nama besar keluarganya, membuat dia memperoleh
dukungan rakyat. Gubernur Abbasiyah yang lemah memeranginya di Masarah. Pertempuran
Masarah itu merupakan pertempuran yang menentukan. Yusuf gubernur Abbasiyah untuk
Spanyol, dikalahkan karena Khalifah Manshur tidak dapat mengirimkan bantuan pada
waktunya. Abdurrahman menjadi penguasa Spanyol dan menempatkan dirinya di Singgasana
Spanyol sebagai seorang amir yang merdeka (756 M).maka di dalam masa enam tahun sejak
kejatuhan pemerintahan Umayah, suatu dinasti Umayah yang baru didirikan di Spanyol.[9]

[8]
[9]

Semenjak menjabat sebagai penguasa Spanyol, Abdur Rahman menghadapi berbagai
gerakan pemberontakan internal. Gangguan pihak luar yang terbesar adalah serbuan pasukan
papin, seorang raja prancis dan putranya bernama Charlemagne. Namun pasukan penanggung
jawab ini dapat dikalahkan oleh kekuatan Abdur Rahman. Belum selesai menangani aksi
pemberontakan ia keburu meninggal dunia pada tahun 172 H/788 M., sebelum Amirat
Umayah di Spanyol ini berdiri tegak.[10]
1.

Hisyam I (172-180 H/788-796 M)
Abdur Rahman di gantikan oleh putranya yang bernama Hisyam I (172-180 H/788796 M). Ia merupakan penguasa yang lemah lembut dan administrator yang liberal. Ia
menghadapi pemberontakan yang dilancarkan oleh saudaranya sendiri di Toledo, yakni
Abdullah dan Sualiman. Pemberontakan ini dapat ditaklukan oleh Hisyam. Selanjutnya
Hisyam mengarahkan perhatiannya ke wilayah utara. Umat Kristen yang tidak henti-hentinya
melancarkan gangguan keamanan ditindasnya sekaligus berhasil mengalahkan kekuatan
perancis. Kota Norebonne ditaklukkannya, sementara suku-suku yang tinggal di Galicia
mengajukan perdamaian.
Hisyam merupakan penguasa yang adil, dan bermurah hati khususnya terhadap
rakyatnya yang lemah dan miskin. Ia senantiasa ingin mengetahui keluhan si miskin ia
senantiasa dengan keluar malam masuk perkampungan di kordoba, dan dengan mengunjungi
mereka yang sedang sakit. Lalu meringankan beban mereka dengan membagikan sejumlah
uang. Sekalipun tempramennya lemah lembut, namun seringkali ia menunjukan sikap tegas

terhadap para pesuruh dan pemberontak yang mengancam stabilitas Negara.
2. Hakam I (796-822 M)
Hakam I menggantikan ayahnya, Hisyam I, menduduki tahta Spanyol. Dia adalah
orang yang tidak baik dan tidak mulia. Dia suka dilingkungi kemegahan dan pertunjukanpertunjukan.

Pembawaanya

suka

senang-senang

dan

menikmati

kehidupan

yang

diperolehnya, dia sangat kecanduan dengan minum anggur.
Tak lama setelah pelantikannya, hakam dihadapkan pada pemberontakan yang hebat
dari para pembelot yang dipimpin oleh seorang Faqih. Orang-orang faqih itu sangat
mempengaruhi para pembelot yang tinggal dipinggiran kota Cordova sebelah selatan, yang
ketika itu ibu kota Spanyol Muslim. Karena kedermawanan kebijakan Hisyam yang
disalahgunakan, kaum faqih itu menjadi suatu kekuatan di negeri itu. Dia menghindari semua
campur tangan dalam urusan Negara” karena frustasi dalam harapannya memperoleh
kekuasaan, dan merasa bangga akan kependetaan mereka, mereka menjadi penghasut dengan
pidato-pidato.” Oleh karena itu, kaum faqih berusaha membakar kefanatikan orang-orang
[10]

Spanyol Muslim. Pengaruh mereka di antara orang-orang itu tak terhingga. Sebagian besar
penduduk di seleruh jazirah itu adalah mualaf, yaitu orang-orang yang baru masuk Islam.
Mereka diangap rendah oleh orang-orang Arab yang berdarah murni. Pemimpin kaum faqih
itu, Yahya bin Yahya, berkomplot dengan sekelompok kaum bangsawan untuk mengangkat
seorang paman Hakam ke atas singgasana Kordofa. Akan tetapi, komplotan itu tercium
sehingga tokoh-tokoh faqih serta kaum bangsawan, sekitar 72 orang junmlahnya, dibunuh,
dan Yahya selamat melarikan diri.[11]
Hakam meninggal pada tahun 207 H/ 822 M, setelah berkuasa selama 26 tahun, suatu
periode yang paling banyak diwarnai pertempuran. Ibnu Al-Athir, mencatatnya sebagai
penguasa Andalusia pertama yang bijaksana sekaligus ksatria. Satu kekurangannya adalah
tidak bersikap ramah terhadap fuqaha. Ia tidak menghendaki campur tangan fuqaha dalam
urusan Negara. Inilah sebab timbulnya gerakan fuqaha yang berusaha menggulingkan
kekuasaan hakam. Mererka muncul sebagai oposisi hakam dan berusaha menciptakan
kegaduhan sehingga melatari gerakan pemberontakan di Gordoha.[12]
3. Abdurrahman II (822-852 M)
Hakam digantikan oleh anaknya, Abdurrahman, yang nama panggilannya
Ausad.pergantiannya tidak terlepas dari persaingan karena Abdullah, anak Abdurrahman I,
melakukan usaha untuk menduduki tahta. Namun hal ini gagal dan Abdullah harus tunduk.
Pemerintahan tidak terlepas dari kesulitan-kesulitan. “orang-orang Kristen dari
Merida bangkit memberontak di bawah pimpinan Mahmud bin Al Jabar, bekas pengumpul
pajak dan sulaiman bin Martin. Penyebab pemberontakan ini adalah pembebanan pajak atas
barang sehari-hari dan kekejaman para mentri serta para pengumpul pajak“. Abdurrahman
menumpasnya dengan kekerasan. Bajingan-bajingan itu ditundukkan dan 7000 pemberontak
di bunuh. Suatu pemberontakan yang baru pecah di Toledo. Dalam pemberontakan itu para
neo/muslim dan orang-orang Yahudi mengambil bagian. Pemberontakan itu dipimpin oleh
seorang muallaf yang bernama Hasyim. Akan tetapi, Hasyim dapat dikalahkan dan dibunuh
dan para pemberontak itu dicerai-beraikan.
Menjelang akhir pemerintahan, golongan fanatic dari penduduk Kristen di Kordova
bangkit memberontak. Pemberontakan ini mengambil sikap yang paling membahayakan.
Mereka menghina orang-orang Islamdan menjelek-jelekkan Nabi mereka. Tidak beral;asan
bagi orang-orang Kristen untuk mengeluh terhadap pemerintahan Arab. Mereka memperoleh
kebebasan beragama, kehidupan social dan ekonomi serta di beri jabatan-jabatan yang
penting dalam pengelolaan Negara. Orang-orang Kristen itu sangat terpengaruh olehj
[11]
[12]

kesusaateraan dan bahasa Arab. Mereka juga mengadopsi perilaku dan adat istiadat Arab
tanpa memeluk agama Islam. Orang-orang Kristen yang terpengaruh ooleh Arab itu, yang
disaebut Mozarab, dibenci oleh saudara-saudaranya yang fanatic dengan mencela mereka
sebagai tidak beragama. Pasra pemimpin golongan masyarakat ini adalha seorang pendeta,
Enlogios dan sahabatnya, Alvaro. Mereka menggerakkan yang tidak puas dan dengan cara itu
meningkatkan kebencian golongan yang keras kepala. “Fitnahan kepada Nabi Muhammad
dan kepada Islam oleh orang-orang Kristen mempunyai arti yang sangat pentinmg di dalam
sejarah Islam di Spanyol. Hal itu menunjukkan sikap keras kepala orang-orang Kristen yang
menolak pemerintahan Muslim dan mengutuk setiap yang berbau Muslim”. Abdurrahman
harus mengambil tindakan yang efektif di dalam masalah itu, dan mengakibatkan banyak
laki-laki maupun perempuan yang suka rela mati sebagai syuhada.[13]
Abdurrahman mewarisi kejayaan dan kemakmuran yang

diciptakan

oleh

pendahulunya yaitu Hakam. Kerusuhan yang terjadi pada saat itu antara lain ditimbulkan oleh
umat Kristen di daerah pendalaman yang dikepalai pimpinan Suku Leon, dan juga terdapat
serbuan bangsa Norman terhadap wilayah pantai Spanyol. Kedua kekuatan asing ini dapat
dikalahkan pada masa pemerintahan II selama 30 tahun ini, perekonomian rakyat mengalami
kemajuan dan kemakmuran. Ia sangat mencintai seni, kepustakaan, dan berusaha membangun
Kordoba sebagai Baghdad II. Ia mendirikan sejumlah Istana, taman dan menghiasi Ibukota
dengan berbagai bangunan mesjid yang indah. Banyak Ilmuwan berkumpul di istananya yang
sebagian mereka berasal dari Baghdad.
4. Muhammad I (238-273 H / 853-886 M)
Muhammad menggantikan kedudukan ayahnya yaitu Abdurrahman II. Pada masa ini
masyarakat Kristen Toledo dengan bantuan pimpinan suku Leon bangkit menentang
Muhammad. Pasukan Muhammad menumpas kekuatan pemberontak dalam pertempuran di
Guadelet. Di Kordoba timbul gerakan perusuh. Muhammad segera menempuh langkahlangkah pengamanan ibukota ini dengan menumpas semua kekuatan pemberopntak.
Kekacauan di pusat pemerintahan ini dimanfaatkan oleh bangsa Perancis dengan
menciptakan gangguan di wilayah utara, dan oleh Normandia yang melancarkan serbuan
terhadap wilayah pantai Spanyol.
Kedua kekuatan asing ini dapat dikalahkan oleh pasukan Muhammad I. Pada akhir
masa pemerintahan, muncul sejumlah pemberontakkan diberbagai pennjuru. Seorang muslim
Spanyol yang bernama Musa mengklaim sebagai penguasa atas kota Aragon. Pemberontakan
di wilayah barat dipimpin oleh Ibnu Marwan. Pemberontakan terbesar terjadi di wilayah
perbukitan antara kota Ronda dan Malaga yang dipimpin oleh Umar ibnu Hafsun.
[13]

5. Munzir (273-275 H/886-888 M)
Munzir merupakan penguasa yang energik dan pemberani. Seandainya ia berusia
panjang, niscaya ia cukup mampu menegakkan kedamaian dan ketertiban Negara. Munzir
memimpin sendiri pasukan untuk menghadapi kekuatan Umar ibn Hafsun. Ia keburu
meninggal sebelum mengamankan Negara dari gangguan para pemberontak.
6. Abdullah (275-300 H/888-912M)
Abdullah merupakan saudara Munzir. Menurut ibn Al-Athir, “Pada masa ini timbul
gerakan pemberontakan dan kerusuhan di segenap penjuru wilayah Spanyol. Kondisi ini
berlangsung sejak awal masa pemerintahanm Abdullah hingga berakhir”. Ia tidak hanya
mendapat perlawanan dari masyarakat Spanyol pedalaman, tetapi kelompok Aristokratis arab
juga menentangnya. Pertengkaran yang sengit terjadi antar kelangan Arab, kalangan Seville,
kalngan Elvire. Pertengkaran ini sangat mengancam kekuasaaan raja.Umar ibn Hafsun
memanfaatkan kondisi pertengkaran ini dengan upaya memperluas wilayah kekuasaan hingga
mendekati batas Ibukota. Abdullah mengarahkan pasukannya untuk menumpas gerakan
pemberontakan dibawah pimpinan Obaydullah. Pemberontakan yang terbesar selama ini,
yakni pemberontakan Umar ibn Hafsun berhasil dikalahkan oleh pasukan Obaydullah,
sehingga pemberontakan kecil lainnya segera tunduk kepadanya. Tahta kerajaan berhasil
ditegakkannya.[14]
2.2.3

Periode ke-3(912-1013M)
Periode ini berlansung mulai dari pemerintahan Aburrahman III yang bergelar “AnNasir” sampai munculnya “raja-raja kelompok” yang dikenal dengan sebutan Mulk AtThawa’if. Pada periode ini, Spanyol diperintahn oleh penguas adengan gelar khalifah,
pengguanaan gelar khalifah tersebut bermual dari berita yang sampai pada Abdurrahman III,
bahwa Al-Muktadir Khalifah Daulah Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh
pengawalnya sendiri. Menurut penilaiannya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana
pemerintahan Abbasyiah sedang berada dalam kemelut, ia berpendapat bahwa saat ini
merupakan saat yang paling tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari
kekuasaan bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena itulah, gelar ini dipakai mulai
tahun 929 M. khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang yaitu
Abdurrahman An-Nasir (912-961 M), Hakam II (961-976 M) dan Hisyam II(976-1009 M).
Pada periode ini umat islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan,
menyaingi kejayaan Daulah Abbasyiah di Baghdad. Abdurrahman An-Nasir mendirikan
universitas Kordoba. Perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II juga
[14]

seporang korektor buku dan pendiri perpustakaan. Pada masa ini, masyarakat dapat
menikmati kesejahteraan dan kemakmuran. Pembangunan kota berlangsung cepat.
Awal dari kehancuran Khalifah Bani Umayyah di Spanyol adalah ketika Hisyam naik
tahta dalam usia 11 tahun. Oleh karena itu, kekuasaan aktual berada diterangan para pejabat.
Pada tahun 981 M, khalifah menunjuk ibn Abi Amir sebagai pemegang kekuasaan secara
mutlak. Dia seorang yang ambisius yang berhasil menancapkan kekuasaannya secara mutlak
dan melebarkan wilayah kekuasaan Islam dengan menyingkirkan rekan-rekan dan saingansaingannya. Atas keberhasilan-keberghasilannya, dia mendapat gelar Al-Manshur Billah. Ia
wafat pada tahun 1002 M dan digantikan oleh anaknya Al-Muzaffar, yang masih dapat
mempertahankan keunggulan kerajaan. Akan tetapi, setelah wafat pada tahun 1008 M, dia
digantikan oleh adiknya yang tidak memilikim kualitas bagi jabatan itu. Dalam beberapa
tahun saja, Negara yang tadinya m,akmur dilanda kekacauan dan akhirnya kehancuran total.
Pada tahun 1009 M khalifah menguindurkan diri. Beberraapa orang yang dicoba untuk
menduduki jabatan itu tidak ada yang sanggup memperbaiki keadaan. Akhirnya, pada tahun
1013 M, Dewan Mentri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika
itu, Spanyol sudah berpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota
tertentu.[15]
1.
2.
3.
4.
5.

Abdurrahman III
akam II(961-976 M)
Hisyam II ( 972 M )
Hajib Al-Manshur (976-1002 M)
Sulaiman.
Kejayaan Daulah Umayah berakhir ketika meninggalnya Hakam pada tahun 366 H atau 976
M.[16]

2.2.4

Periode keempat (1013-1086 M)
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil dibawah
pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth-Thawaif, yang berpusat di suatu kota
seperti Seville, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah
Abbadiyah di Seville. Pada periode ini umat Islam Spanyol kembali memasuki masa
pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada diantara pihak-pihak yang
bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja kristen. Melihat kelemahan dan
kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya, orang-orang
[15]
[16]

kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan politik
tidak stabil, namun kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana
mendorong para sarjana dana sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke
istana lain.[17]
2.2.5

Periode Kelima (1086-1248 M)
Sekalipun pada masa ini kekuatan muslim Spanyol terpecah menjadi sejumlah negara
kecil, namun terdapat kekuatan yang dominan yakni dinasti Murabithun (1086-1143 m). dan
diansti Murabithun pada mulanya merupakan gerakan keagamaan di Afrika utara yang
dipimpin oleh tokoh-tokoh agama (kiai) yang tinggal di Ribath (sejenis surau) yang dipimpin
oleh seorang guru yang bernama Abdullah ibn Yasin. Gerakan Ribath ini berubah menjadi
gerakan militer yang melakukan gerakan expansi di bawah pimpinan ibn Tasyfin yang
berpusat di kota Marrakusy.
Ia masuk ke Spanyol atas “undangan” penguasa-penguasa Islam di sana yang telah
memikul beban berat perjuangan mempertahankan negeri-negerinya dari serangan-serangan
orang-orang kristen. Ia dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil
mengalahkan pasukan Castilia. Karena perpecahan di kalangan raja-raja muslim, Yusuf
melangkah lebih jauh untuk manguasai Spanyol dan ia berhasil untuk itu. Akan tetapi,
penguasa-penguasa sesudah ibn Tasyfin adalah raja-raja yang lemah. Pada tahun 1143 M,
kekuasaan diansti ini berakhir, baik di Afrika utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh
dinasti Muwahhidun.
Al-Muwahhidun didirikan oleh ibn Tumart, berasal dari kawasan sus di Afrika Utara.
Ibn Tumart menamakan gerakannya dengan al-Muwahhidun karena gerakan ini bertujuan
untuk

menegakkan

tauhid

(keesaan Allah),

menolak

segala

bentuk

pemahaman

anthropomorfisme (tajsim) yang dianut oleh Murabitun. Karena itu, semangat perjuangan Ibn
Tumart adalah menghancurkan kekuatan Murabithun. Ditangan Abdul Mun’im, seorang
panglima militer Ibn Tumart dan sekaligus pengganti kedudukannya, Muwahhidun berhasil
memasuki Spanyol. Antara tahun 1114-1154 M., kota-kota muslim di Spanyol.jatuh ke
tangannya; kordoba, Almeria, dan Granada. Abdul Mun’im digantikan oleh saudaranya yang
bernama Yaqub, dan kemudian tampilah Yaqub sebagai penerusnya. Dalam beberapa generasi
ini Muwahhidun mengalami masa-masa kemajuan. Setelah kematian Yaqub, Muwahhidun
memasuki masa-masa kemundurannya.bersama dengan kemunduran Muwahhidun ini,
Pasukan salib yang telah dikalahkan oleh salahuddin di palestina kembali ke eropa dan mulai
[17]

menggalang kekuasaan baru di bawah pimpinan Alfanso IX. Kekuasaan keristen ini
mengulangi serangannya ke Andalusia. Kali ini mereka berhasil mengalahkan kekuatan
muslim Muwahhidun. Setelah beberapa kali mengami kekalahan dan terusterdesak, akhirnya
penguasa Muwahhidun meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara (Marokko).
Sepeninggalan Muwahhidun ini, di Spanyol timbul kembali sejumlah kerajaan kecil. Di
antara mereka yang terbesar adalah kekuatan Muhammad ibn Yusuf ibn Nash yang lebih
terkenal sebagai " ibn Ahmad". Ia berhasil menegakkan sebuah kerajaan selama kurang lebih
2 abad.[18]
2.2.6

Periode keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini, islam hanya berkuasa di daerah Granada, dibawah dinasti bani
Ahmar (1232-1492 M). peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman
Abdurrahman an- Nasir. Akan tetapi, secara politik, dinasti ini hanya berkuasa diwilayah
yang terkecil. Kekuasaan islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir
karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan. Abu Abdullah
Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain
sebagai pengganti menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha memberantas kekuasaan.
Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh kemudian digantikan oleh Muhammad ibn
Sa'ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdinand an Isabella untuk
menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang syah dan Abu
Abdullah naik tahta.
Tentu sasja, Ferdinan dan Isabella yang mempersatukan dua kerajaan besar Kristen
melalui perkawinan itu tidak cukup merasa puas. Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir
umat islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen
tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdinan dan
Isabela. Dan keudian dia hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan
Islam di Spanyol pada tahun 1492 M. umat islam setelah itu dihadapjkan pada 2 pilihan,
masuk Krusten atau meniggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada
lagi umat islam di daerah ini.[19]

2.3 KEMAJUAN PERADABAN
1. Filsafat
[18]
[19]

Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brillian dalam
bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu
pengetahuan Yunani Arab ke Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu
pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M, selama pemerintahan penguasa bani
Umayyah yang ke-5, Muhammad bin Abdurrahman (832-886 M).
Atas inisiatif Al-Hakam(961-976 M), karya-karya ilmiah dan filosofis di impor dari
Timur dalam jumlah besar, sehingga, Cordova dengan perpustakaan dan universitasuniversitasnya mampu mernyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan didunia
Islam. Apa yang dilakukan oleh para pemimpin dinasti bani Umayyah di Spanyol ini
merupakan persiapan untuk melahirkan filosof-filosof besar pada masa sesudahnya.
Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr
Muhmmad ibn Al-Sayyigh yang lebih dikenal dengan ibn Bajjah. Dilahirkan di Saragossa ia
pindah ke Sevila dan Granada. Meninggal karena keracunan di Fez pada tahun 1138 M dalam
usia yang masih muda sepertyi Al-Farabi dan Ibn Sina di Timur, masalah yang
dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis. Magnum opusnya adalah Tadbir AlMutawahhid. Serta yang terkenal lainnya ialah Abu Bakr Ibn Thufa'il, penduduk asli Wadhi'
Asy, sebuah dusun kecil disebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun 1185 M. ia
banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang sangat
terkenal adalah Hay Ibn Yaqzhan.
Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles
yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibn Rasyd, dari Cordova. Ia lahir
tahun 1126 M dan meninggal tahun 1198 M. cirri khasnya adalah kecermatan dalam
menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah
menahun tentang keserasian filsafat dan agama.dia juga ahli Fiqh dengan karyanya Bidayatul
Mujtahid.
2. Sains
Ilmu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain juga
berkembang dengan baik. Abbas Ibn Farnash termasyhur dalam ilmu kimia dan
astronomi.ialah orang pertama yang menemukan perbuatan kaca dari batu. Ibrahim Ibnu
Yahya Al Naqqash terkenasl daalm Ilmu Astronomi. Ia dapat menentikan waktu terjadinya
gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong
modern yang dapat mnenetukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad Ibnu Ibas
dari cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm Al-Hasan binti Al Abi Jafar dan
saudara perempuan Al-Hafiz adalah dua orang ahli kedoktoran dari kalangan wanita.
Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak
pemikir terkenal. Ibnu jubair dari falencia ( 1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri

muslim Medinterania dan Sicilia dan Ibnu batutah dari tangier (1304-1377 M) mencapai
samudra pasai dan cina. Ibnu Al-Khatib (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada,
sedangkan ibnu khaldun dari Thunis perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan bertempat
tinggal sdi Spanyol, kemudian pindah ke Afrika. Itulah sebagian besar-besar nama besar
dalam bidang sains.
3. Fiqih
Dalam bidang fiqih Spanyol Islam dikenal sebagai penganut mahzab Maliki.
Memperkenalkan mahzab ini adalah ziat ibnu abdul arrahman. Perkembangan selanjutnya
ditentukan oleh ibnu Yahya yang menjadi Qodi pada masa Hisyam ibnu ala rahman. Ahli
fiqih lainnya diantaranya adalah abu baker ibnu al qutiyah, munzir ibnu said al baluti dan
ibnu hazm yang terkenal.
4. Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan bidang seni suara Spanyol Islam mencapai kecermelangan
dengan tokohnya al hasan ibnu Hafi yang dijuluki zariyab. Setiap kali diselenggarakan
pertemuan dan perjamuan zariyab selalu tampil menunjukan kebolehannya. Ia juga terkenak
sebagai pengubah lagu. Ilmu yang dimilikinya itu diturunkan kepada anak-anaknya. Baik pria
maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemashurannya tersebar luas.
5. Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol.
Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol
menduakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dalam bahasa arab baik
keterampilan membaca maupun tata bahasa mereka itu antara lain : Ibnu Sayyidi, Ibnu Malik,
Pengarang Alfiyah, Ibnu Khuruf, Ibnu al Hajj, Abu Ali Al Isybilli, Abu Al Hasan, Ibnu Usfur,
dan Abu Hayyan al Gharnathi.
Seiring dengan kemajuan bahasa itu karya-karya sastra banyak bermunculan seperti al
'Iqd Al Farid karya Ibnu Abdul Rabbih, Al Dzakhirah fi mahasin ahl al-jazirah oleh Ibnu
Bassam, kitab ala Qalaid buah karya Al Fath Ibnu Khaqam dan banyak lagi yang lain.
Cordova
Cordova adalah ibukota Spanyol sebelum Islam, dan kemudian diambil alih oleh Bani
Umayah. Oleh penguasa muslim, kota ini dibangun dan diperindah. Jembatan besar dibangun
diatas sungai yang mengalir di tengah kota. Taman-taman kota dibangun untuk menghiasi
ibukota Spanyol Islam. Pohon-pohon dan bunga di impor dari timur. Di seputar ibukota
berdiri istana-istaan yang megah yang semakin mempercantik pemandangan, setiap Istana
dan taman diberi nama tersendiri dan dipuncaknya terpancang Istana damsik.
Diantara kembanggaan kota cordova lainya adalah mesjid cordova. Menurut ibnu al
dhalai', terdapat 491 mesjid disana, di samping itu, cirri khusus kota-kota Islam adalah tempat

tempat pengundian. Di cordova saja terdapat sekitar 900 pemandian di sekitarnya berdiri
perkampungan-perkampungan yang indah. Karena air sungai tak dapat diminum, penguasa
muslim mendirikan saluran air dari pergunungan yang panjangnya 80 km.
Granada
Granada adalah tempat pertahanan terakhir umat Islam di Spanyol. Diosana
berkumpul sisa-sisa kekuatan arab dan pemikir Islam. Posisi cordova diambil alih oleh
Granada di masa-masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitektur bangunannya terkenal
diseluruh Eropa Istana al hamra yan gindah dan megah adalah pusat dan puncak ketinggian
arsitektur Spanyol Islam. Istana itu dikelilingi taman-taman yang tidak kalah indahnya.
Kisah tentang kemajuan pembangunan fisik ini masih bias di perpanjang dengan kota
dan istana al-Zahra, istana al-Gazar, menara Girilda dan lain-lain.
2.4

SEBAB

RUNTUHNYA

KERAJAAN

ISLAM

DI

SPANYOL

1. Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Mereka sudah
merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan
membiarkan mereka mempertahankan hokum dan adapt mereka termasuk posisi hierarkhi
tradisional asal tidak ada perlawanan bersenjata. Namun demikian, kehadiran Arab Islam
telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan
kehidupan Negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan
Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam
sedang

mengalami

kemunduran.

2. Kesulitan Ekonomi
Di paruh kedua masa kedua Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat "serius", sehingga lalai membina
perekonomian. Akibatnyaq timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan
mempengaruhi kondisi politik dan militer.
3. Tidak jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahliwaris. Bahkan, karena inilah
kekuasaan bani Umayyah runtuh dan Muluk At-Thawa'if muncul ke Granada yang
merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ketangan Ferdinand an Isabela,
diantaranya juga disebabkan permasalahan ini.
4. Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang
sendiri, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian tidak ada
kekuatan alternative yang mampu membendung kebangkitan Kristen disana.[20]
[20]

2.5 DAULAH FATHIMIYAH MESIR
Dinasti Fathimiyah berdiri tahun 297-567 H /909-1171 M semula di Afrika Utara
kemudian di Mesir di Syiria. Dinasti ini beraliran syiah Ismailiyah dan pendirinya Ubaidillah
al-Mahdi yang datang dari Syria ke Afrika Utara menisbahkan nasabnya hingga Fathimah
binti Rasullulah SAW istri Ali bin Abi Thalib.
Ketika Bani Fathimiah yang berkuasa di Afrika Utara sekitar 60 tahun, kemudian
pindah ke Mesir tahun 973 M, juga telah memberikan sumbangan yang tidak kecil terhadap
perkembangan peradaban di daerah itu. Salah satu peninggalan terbesar bagi peradaban Islam
yang dicapai adalah Perguruan Tinggi (Masjid) Al-Zaituna. Universitas yang berada di
Tunisia itu merupakan Universitas tertua di dunia Islam berdiri tahun 976 M. tetapi
pembangunan Universitas Itu sesungguhnya dilaksanakan setelah pusat pemerintahan pindah
ke Mesir.
2.5.1

Peninggalan Peradaban
Kota Kairo dibangun pada tanggal 17 Sya’ban 358 H/969 M oleh panglima perang
dinasti Fathimiyah yang beraliran Syi’ah Ismailiyah, Jawhar al-Siqili, atas perintah Khalifah
Fathimiyah, al-Mu’izz Lidinillah (953-975), sebagai ibu kota kerajaan dinasti tersebut.
Bentuk kota ini hampir merupakan segi empat. Di sekelilingnya dibangun pagar tembok
besar dan tinggi, yang sampai sekarang masih ditemui peninggalannya. Pagar tembok ini
memanjang dari masjid Ibn tulun sampai ke Qal’at Al-Jabal, memanjang dari Jabal AlMuqattam sampai ke tepi sungai Nil. Daerah-daerah yang dilalui oleh dinding ini sampai
sekarang disebut al-Husainiyah, bab al-luk, Syibra, dan Ahya Bulaq
c Perguruan tinggi Al-Azhar sangat berperan dalam meningkatkan kebudayaan dan
peradaban Islam, baik di negeri Arab atau di negeri bukan Arab. Selama berabad-abad
perguruan Tinggi Al-Azhar menjadi pusat pendidikan dan pertemuan para pelajar seluruh
dunia dan menimba pengetahuan agama Islam.

2.5.2

Para Khalifah yang Memimpin Pada Masa Daulah Fathimiyah
Periode Fathimiah dimulai dengan al-Mu’izz dan puncaknya terjadi pada masa
pemerintahan anaknya, al-Aziz. al-Mu’izz Lidinillah dan ‘Aziz (975-996 M) di Mesir dapat
disejajarkan dengan Harun al-Rasyid dan al-Ma’mun di Baghdad.
Khalifah-kalifah Daulah Fathimiyah secara keseluruhan ada empat belas orang, tetapi yang
berperan adalah:
1. Ubaidillah al-Mahdi
2. Qo’im (322 H/934 M)

3. Mansur (334 H/945 M)
4. Mu’izz (341 H/952 M)
5. Aziz (364 H/973 M)
6. Hakim (386 H/996 M)
7. Zahir (411 H /1020 M)
8. Mustansir (427 H/1035 M).
2.5.3

Sumbangsih Para Khalifah
Pada masa pemerintahan al-Aziz, mengadakan program dengan mendirikan Masjidmasjid, istana, jembatan, dan kanal-kanal baru. Pada masa Aziz Billah dan Hakim Biamrillah,
terdapat seorang mahaguru bernama Ibn Yunus yang menemukan pendulum dan ukuran
waktu dengan ayunannya. Karyanya Zij al-Akbar al-Hakimi diterjemahkan ke dalam
berbagai bahasa. Dia meninggal pada tahun 1009 M dan penemuan-penemuannya diteruskan
oleh Ibn an-Nabdi (1040) dan Hasan Ibn Haitham, seorang astronom dan ahli optika. Yang
disebut terakhir menemukan sinar cahaya datang dari objek ke mata dan bukan keluar dari
mata lalu mengenai benda luar.
Pada masa pemerintahan al-Hakim (996-1021 M), didirikan Bait Al-Hikmah,
terinspirasi dari lembaga yang sama yang didirikan di Cordova dan al-Ma’mun di Baghdad.
Dilengkapi dengan perpustakaan yang bernama Dar Al-Ulum yang diisi dengan bermacammacam buku tentang bermacam-macam ilmu. Lahir sarjana-sarjana dalam bermacam-macam
ilmu, diantaranya yang terkenal adalah Ibn Haitsam yang di Barat disebut dengan al-Hazen.
Bukunya kitab al-Manazhir mengenai ilmu cahaya diterjemahkan ke dalam bahasa latin di
masa Gerard of Cremona dan disiarkan tahun 1572.
Di masa khalifah ke-8 Mustansir pengembangan ilmu makin semarak dengan
perpustakaan Negara yang dipenuhi dengan 200.000 buah buku. Zaman khalifah-khalifah ini
Mesir mengalami kemakmuran. Perdagangan juga berkembang ke segala arah, ke India, ke
Italia, dan Laut tengah barat, dan kadang-kadang ke Byzantium. Kota Kairo menjadi kota
internasional yang berkembang produksi-produksinya. Kemakmuran penduduknya juga
merangsang timbulnya pemikiran dari seluruh Dunia Islam karena semangat intelektualnya
dan semangat toleransinya.
Dinasti Fathimiah ditumbangkan oleh dinasti Ayyubiah yang didirikan oleh Shalah AlDin, seorang pahlawan Islam terkenal dalam Perang Salib. Ia tetap mempertahankan
lembaga-lembaga ilmiah yang didirikan oleh Dinasti Fathimiah tetapi mengubah orientasi
keagamaannya dari Syi’ah kepada Sunni. Ia juga mendirikan lembaga-lembaga ilmiah baru,

terutama masjid yang dilengkapi dengan tempat belajar teologi dan hukum. Karya-karya
ilmiah yang muncul pada masanya dan sesudahnya adalah kamus-kamus biografi,
kompendium sejarah, manual hukum, dan komentar-komentar teologi. Ilmu kedokteran
diajarkan di rumah-rumah sakit. Prestasinya yang lain adalah didirikannya sebuah rumah
sakit bagi orang yang cacat pikiran.[21]
BAB III
KESIMPULAN
Spanyol ditaklukan oleh Thariq bin Ziyad beserta 7000 pasukannya. Menurut suatu
riwayat dia pernah membakar kapal-kapalnya untuk melenyapkan harapan anggota-anggota
pasukannya untuk melarikan diri, dan setelah itu dia berpidato:"Saudara