KESIAPAN TENAGA KERJA DAN EKONOMI KREATI (1)

KESIAPAN TENAGA KERJA DAN EKONOMI KREATIF INDONESIA

DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

DISUSUN OLEH :

1. ASWIN GANTINA (P056154182.55E)

2. DIAN RINALDY (P056154212.55E)

3. DIENI FITRIANI (P056154222.55E)

4. LUTHFA JAMILAH (P056154302.55E)

5. MUHAMMAD ABDULLAH (P056154322.55E) DOSEN PENGAMPU :

Prof. Dr. Ir. M. Syamsul Maarif, M.Eng, Dipl.Ing, DEA ANGKATAN E-55 TAHUN 2015

1. PENDAHULUAN

Pada era tahun 1990-an, lima negara ASEAN yakni Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand

a a - a a Asia erkat egitu elesat ya laju pertumbuhan ekonomi di negara-negara tersebut. Seiring perubahan jaman dan peta ekonomi-politik

da Filipi a se pat e ya da g predikat

global, kesadaran memperkuat kerja sama ekonomi pun seperti tak bisa ditunda-tunda lagi. Terpaan badai krisis 1998 dan 2008 sudah cukup menjadi pelajaran berharga untuk memasang kuda-kuda sebagai langkah antisipasi.

Di tengah hiruk pikuk tarik ulur kepentingan politik-ekonomi antar kawasan terhadap keberadaan ASEAN, para pemimpin ASEAN pun mencoba melihat eksistensi diri dan keluar dengan sebuah sikap proaktif. Sikap proaktif itu direfleksikan dengan membangun komitmen bersama mewujudkan visi bersama, yakni membangun Masyarakat ASEAN (ASEAN Community). Tiga pilar menjadi penopang Masyarakat ASEAN ini, yaitu Masyarakat Ekonomi ASEAN, Masyarakat Politik Keamanan ASEAN, dan Masyarakat Sosial Budaya ASEAN. Masyarakat ASEAN membidik menjadi sebuah kawasan yang mampu berkontribusi dalam pertumbuhan dunia, dan dapat mengambil manfaat optimal dari pertumbuhan tersebut.

Salah satu pilar masyarakat ASEAN menyangkut arah dan tujuan kehidupan ekonomi dalam mencapai visi bersama yang dikenal sebagai ASEAN Economic Community atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Kehadiran MEA merupakan buah dari kesepakatan para pemimpin ASEAN di Bali pada 2003 melalui Bali Concord II. Kesepakatan itu menggariskan MEA 2015 adalah tujuan akhir integrasi ekonomi kawasan dalam mendukung pencapaian Visi ASEAN (ASEAN Vision 2020). Visi ini menginginkan agar ASEAN menjadi sebuah kawasan yang stabil, makmur berdaya saing tinggi dengan pembangunan ekonomi yang berimbang serta pengurangan kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi.

Perubahan dan dinamika ekonomi global yang begitu cepat membuat persaingan antar kawasan ekonomi dunia semakin ketat. Hal ini mendorong para pemimpin ASEAN mempercepat pencapaian visi kawasan dari target awal 2020 menjadi 2015 untuk sektor-sektor strategis tertentu dengan merilis Deklarasi Cebu pada Januari 2007. Percepatan ini semata untuk memacu semangat dan upaya kerja yang lebih keras lagi dari negara-negara anggota ASEAN untuk mencapai cita-cita bersama. Proses dan kerangka kerja dilakukan atas dasar kesepakatan berbagai inisiatif di waktu lalu ataupun inisiatif baru dengan target waktu pencapaian yang jelas. Kumpulan dari berbagai inisiatif itu kemudian digodok menjadi sebuah cetak biru MEA 2015 yang disepakati para pemimpin ASEAN pada KTT ASEAN Ke-13 di SIngapura pada 2007. Cetak biru itu berpijak pada prinsip-prinsip open, outward looking, inclusive and market driven economy yang didukung dengan kegiatan penelitian, pengembangan SDM, kerangka kelembagaan di tingkat kawasan, political will, dan implementasi sesuai target yang disepakati.

Terdapat 4 (empat) tujuan utama yang kait berkait dalam cetak biru MEA 2015, yaitu:

1. Pembentukan pasar tunggal dan basis produksi (single market and production base). Tujuan ini akan menyasar terjadinya aliran bebas barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja terampil serta aliran modal yang lebih bebas antar negara di kawasan. Sebagai langkah awal disepakati 12 sektor prioritas yang mewakili lebih dari 50% perdagangan intra ASEAN, yaitu sektor pengolahan agro, industri berbasis karet dan kayu, angkutan udara otomotif, elektronik, e-ASEAN, perikanan, kesehatan, logistik, tekstil, serta pariwisata.

2. Peningkatan daya saing kawasan (competitive economic region). Tujuan ini merupakan prakondisi yang dibutuhkan untuk mendukung pencapaian pasar tunggal dan basis produksi internasional yang berdaya saing. Pencapaian tujuan ini dilakukan melalui kerja sama di berbagai bidang yang meliputi perkembangan infrastruktur (transportasi, informasi, energi, pertambangan dan keuangan), kebijakan kompetisi, perlindungan konsumen, intellectual property rights, perpajakan, dan e-commerce.

3. Pembangunan ekonomi yang berimbang (region of equtable economic development). Negara-negara ASEAN memiliki kemajuan pembangunan ekonomi yang berbeda, sehingga berdampak pada kesiapan dan kecepatan negara-negara untuk melakukan liberalisasi. Untuk menjaga kesinambungan integrasi ekonomi kawasan, maka ASEAN harus dapat menjamin manfaat integrasi yang dirasakan seluruh negara anggota dan seluruh lapisan masyarakat ASEAN. Kemajuan ekonomi kawasan yang merata ini akan menjadi prasyarat dan pendorong laju pertumbuhan yang berkesinambungan (sustainable).

4. Terintegrasi ke perekonomian global (regional fully integrated into the global economy). Ketika pasar tunggal ASEAN terbentuk dengan mesin pendorong pertumbuhan yang berkesinambungan, maka di atas kertas keberadaan pasar ini semakin molek dan punya daya tarik kuat menggaet penanaman modal asing dan membangun industri ASEAN semakin kompetitif dalam global production supply chain.

1.1 Latar Belakang Percepatan target MEA menjadi tahun 2015 dari rencana tahun 2020 dimaksudkan untuk

mempersiapkan diri dalam menghadapi persaingan di pasar global yang semakin berat, terutama dalam menghadapi ekspansi produk China dan India yang tidak terserap oleh negara maju (US dan EU) yang sedang mengalami krisis, dan akan semakin sulit untuk disaingi oleh negara-negara ASEAN secara individual. Dengan pembentukan pasar tunggal ASEAN diharapkan daya saing kolektif regional produk negara ASEAN menjadi lebih kompetitif. Selain mewujudkan integrasi pasar ASEAN, pembentukan MEA juga diharapkan akan mendorong terwujudnya kesatuan basis produksi ASEAN yang didukung oleh aliran bebas barang, jasa, tenaga kerja, dan modal (investasi), atau yang selanjutnya disebut dengan pasar tunggal.

Secara teori pasar tunggal merupakan suatu kondisi, bahwa hambatan dalam pasar barang, jasa, tenaga kerja, modal dan investasi antar negara telah dihapus. Hambatan-hambatan itu meliputi ketentuan yang berlaku di dalam negeri, perbatasan, atau lintas negara yang dapat membatasi pergerakan barang, jasa, dan faktor produksi. Jika berhasil dieliminiasi, semua barang dan jasa yang Secara teori pasar tunggal merupakan suatu kondisi, bahwa hambatan dalam pasar barang, jasa, tenaga kerja, modal dan investasi antar negara telah dihapus. Hambatan-hambatan itu meliputi ketentuan yang berlaku di dalam negeri, perbatasan, atau lintas negara yang dapat membatasi pergerakan barang, jasa, dan faktor produksi. Jika berhasil dieliminiasi, semua barang dan jasa yang

Pasar tunggal juga mensyaratkan terjadinya pergerakan bebas dari faktor produksi tenaga kerja. Tenaga kerja yang dapat bebas berpindah antar satu wilayah ke wilayah lain merupakan tenaga kerja terampil (skilled labor). Definisi tenaga kerja terampil sendiri adalah pekerja yang mempunyai keterampilan khusus, pengetahuan, atau kemampuan di bidangnya. Pekerja itu bisa berasal dari lulusan perguruan tinggi, akademi, atau sekolah teknik. Pekerja terampil juga dapat didefinisikan sebagai pekerja yang mempunyai keahlian tertentu yang diperoleh melalui pekerjaan sehari-hari (pengalaman yang diperoleh selama bekerja).

Gambar1. Grafik upah tenaga kerja negara ASEAN, sumber: ILO

Gambar1. Grafik upah tenaga kerja negara ASEAN, sumber: ILO

Praktik liberalisasi tenaga kerja terampil akan difasilitasi dengan penerbitan visa dan employment pass oleh ASEAN. Tenaga kerja terampil ASEAN bebas masuk negara ASEAN lain memerlukan pengakuan saling kesetaraan profesi yang disebut Pengaturan Saling Pengakuan (Mutual Recognition Arrangement/MRA) atau Kerangka Kerja Perjanjian Saling Pengakuan (Mutual Recognition Agreement Framework/MRA Framework). Melalui pengakuan kesetaraan itu, seorang pekerja yang memiliki sertifikasi kompetensi di level tertentu akan diakui kemampuannya secara sama di semua negara ASEAN. Mereka tak perlu lagi mengikuti ujian tertentu di negara tujuan, cukup menunjukkan sertifikat kompetensi yang diperolehnya di negara asal. Setelah kesepakatan arus bebas tenaga kerja terampil ASEAN disepakati, sejumlah negara bersiap. Tahap awal pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN, arus bebas tenaga kerja dibatasi menjadi lima sektor jasa, yaitu jasa pariwisata, pelayanan kesehatan, logistik, telematika, dan transportasi udara, serta tujuh sektor produk, yaitu elektronik, pertanian, perikanan, karet, kayu, otomotif, dan tekstil.

ASEAN memiliki jumlah tenaga kerja yang besar di dunia, hal ini memberikan implikasi bahwa pasokan tenaga kerja yang melebihi permintaan, sehingga upah tenaga kerja di ASEAN relatif lebih ASEAN memiliki jumlah tenaga kerja yang besar di dunia, hal ini memberikan implikasi bahwa pasokan tenaga kerja yang melebihi permintaan, sehingga upah tenaga kerja di ASEAN relatif lebih

Dari sisi produktivitas, dapat terlihat pada tabel 1 di bawah bahwa produktivitas ASEAN 5 masih berada jauh di bawah negara maju. Secara khusus, produktivitas tertinggi dimiliki oleh Singapura terutama pada sektor listrik, gas, dan air bersih. Sementara Indonesia memiliki produktivitas terendah terutama pada tenaga kerja di sektor pertanian.

Tabel 1. Produktivitas Sektor Perekonomian Beberapa Negara

Pertanian, Peternakan,

Pertambangan

Industri

Listrik, Gas dan

Kehutanan Konstruksi Jasa Total

dan Penggalian

Pengolahan

Air Bersih

dan Perikanan

0.77 58.95 10.29 49.4 7.46 3.83 3.3 Sumber : ADB, 2012

Tenaga kerja terampil Indonesia – dengan menggunakan definisi tenaga kerja dengan lulusan minimal SMA/Perguruan Tinggi – memiliki jumlah yang paling minim. Pada tahun 2006, data JETRO menunjukkan bahwa Indonesia hanya memiliki 5,3% tenaga kerja dengan lulusan perguruan tinggi ke atas, jauh di bawah negara ASEAN 5 lainnya (dengan rata-rata 12,75% dari total keseluruhan tenaga kerja). Sementara itu, angkatan kerja dengan lulusan SMA hanya sebesar 25,5% yaitu pada level yang sama dengan Thailand.

Gambar 2. Persentase Angkatan Kerja Lulusan SMA dan Perguruan Tinggi di Negara ASEAN-4

Beberapa potensi dampak negatif MEA terhadap pasar tenaga kerja Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Upah yang rendah di Indonesia disertai dengan produktivitasnya yang juga rendah, sehingga secara relatif tenaga kerja Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif. Tenaga kerja Indonesia akan bersaing langsung dengan Malaysia dan Filipina. Kedua negara ini memiliki upah yang rendah namun dengan produktivitas yang tinggi.

2. Jumlah tenaga kerja terampil (dilihat dari sisi pendidikan, status , dan jenis pekerjaan) yang minim, memberikan kemungkinan Indonesia hanya akan menjadi pasar masuknya tenaga kerja asing, terutama di sektor pertambangan yang menjanjikan upah yang besar.

3. Sektor lain yang memiliki shortage tenaga kerja profesional dengan pendidikan yang tinggi adalah sektor jasa dan keuangan. Sektor ini diindikasikan akan menjadi sasaran masuknya tenaga kerja asing (terutama tenaga kerja dari Singapura dan Malaysia).

4. Perpindahan tenaga kerja masih ke wilayah-wilayah yang menawarkan pendapatan yang lebih tinggi. Sementara itu, tujuan perpindahan tenaga kerja Indonesia masih ke wilayah Singapura, Malaysia dan Thailand.

5. Tenaga kerja yang memiliki peluang tinggi untuk berpindah ke negara ASEAN lain dengan adanya MEA adalah tenaga profesional yang bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai dengan lulusan minimal perguruan tinggi. Pekerja dengan karakteristik tersebut sebagian besar berada di sektor jasa. Akan tetapi di era MEA sekalipun, tenaga kerja Indonesia yang pindah tetap unskilled labor. Hal itu karena produktivitas dari skilled labor utamanya tenaga profesional di sektor jasa masih berada di bawah ASEAN-4 lainnya.

6. Sementara itu, di dalam negeri terdapat potensi perpindahan tenaga kerja ke sektor pertanian dan perdagangan, terutama akibat persaingan yang ketat antar negara ASEAN dan serangan barang dari China/India (menjadi produsen bukan menjadi alternatif bagi TKI).

7. Perpindahan tenaga kerja ke sektor pertanian dan perdagangan menunjukkan degradasi kualitas tenaga kerja Indonesia. Hal ini bukan saja sebagai akibat rata-rata pendidikan tenaga kerja Indonesia yang rendah tetapi juga akibat persaingan yang ketat, serta biaya menjadi produsen terutama di sektor industri yang lebih mahal. Kedua sektor ini buka saja memiliki upah yang rendah tetapi produktivitas yang minim. Isu penurunan produktivitas atau GNP, menjadi isu yang perlu diwaspadai.

8. Perpindahan tenaga kerja bukan saja ke sektor dengan produktivitas dan tingkat kemampuan yang rendah, tetapi juga terdegradasi ke sektor non formal yang tidak mempunyai kepastian usaha, jumlah jam kerja lebih banyak, tetapi pendapatan lebih kecil.

Meskipun demikian, terdapat sejumlah potensi dampak positif MEA bagi pasar tenaga kerja, yaitu:

1. Terdapat peluang munculnya FDI dan perusahaan multinasional yang akan beroperasi di Indonesia, oleh karena itu membuka lapangan pekerjaan baru bagi Indonesia untuk bekerja pada perusahaan tersebut.

2. Dampak positif dari masuknya tenaga kerja terampil ke Indonesia juga akan dirasakan pada era MEA 2015. Pelatihan, transfer knowledge dan skill akan memberikan dampak positif terhadap produktivitas dalam negeri.

3. Terbukanya peluang bagi tenaga kerja terampil Indonesia untuk bersaing dalam pasar tenaga kerja ASEAN dan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi di negara lain utamanya Singapura dan Malaysia.

1.2 Perumusan Masalah Dalam makalah ini akan dipaparkan bagaimana persiapan Indonesia menuju MEA 2015,

khususnya kesiapan di sektor tenaga kerja terampil dan juga kesempatan/opportunity Indonesia untuk menguasai pasar sektor jasa dan atau sektor produk di negara ASEAN. Melalui studi literatur, makalah ini akan memaparkan mengenai persiapan yang dilakukan oleh Indonesia dalam mempersiapkan tenaga kerja terampilnya melalui berbagai lembaga pendidikan formal maupun informal melalui analisa data dan paparan informasi lain dari sumber yang kredibel. Selain itu, akan disampaikan pula perubahan apa yang harus dilakukan oleh Indonesia agar kompetitif menghadapi MEA khususnya di sektor tenaga kerja terampil.

1.3 Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Mengetahui kesiapan Indonesia menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, terutama kesiapan di pilar pertama, yang difokuskan pada tenaga kerja terampil.

2. Mengetahui posisi kesiapan tenaga kerja terampil Indonesia dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya.

3. Mengetahui kesempatan/opportunity Indonesia dalam menguasai pasar untuk produk tertentu di negara ASEAN.

2. TINJAUAN TEORITIS

2.1. Sejarah MEA Dalam ASEAN Economics Community Blueprint (2008), disebutkan bahwa perjalanan terbentuknya ASEAN Economics Community (AEC) – dalam Bahasa Indonesia disebut sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) – dimulai pada ASEAN Leaders Summit pada Desember 1997 di Kualalumpur. Para pemimpin ASEAN kala itu mencetuskan Visi ASEAN 2020, yaitu untuk mentransformasikan ASEAN menjadi kawasan yang stabil, makmur, dan sangat kompetitif dengan pengembangan ekonomi yang adil dan dengan mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial- ekonomi.

Selanjutnya pada ASEAN Leaders Summit (Konferensi Tingkat Tingi – KTT Pemimpin ASEAN) ke-9 di Bali pada Oktober 2003, mencanangkan Masyarakat Ekonomi ASEAN -MEA (ASEAN Economics Community-AEC) sebagai tujuan integrasi ekonomi regional 2020, bersama-sama Komunitas Keamanan Politik ASEAN (ASEAN Political-Security Community) dan Komunitas Sosial-Budaya ASEAN (ASEAN Socio-Cultural Community). Ketiga pilar ini diharapkan bekerja bersama untuk mewujudkan ASEAN Community di 2020. Deklarasi pernyataan ini disebut juga sebagai the De laratio of ASEAN Co ord II .

Lalu diikuti oleh Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN yang diselenggarakan pada bulan Agustus 2006 di Kuala Lumpur, Malaysia, sepakat untuk mempercepat realisasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dengan target yang jelas dan jadwal untuk pelaksanaan yang lebih awal, yaitu pada 2015, dari yang sebelumnya 2020.

Pada KTT ASEAN ke-12 Januari 2007 di Cebu, Filipina, kembali ditegaskan komitmen para pemimpin ASEAN untuk mempercepat pembentukan ASEAN Community pada tahun 2015 seperti yang tertuang pada ASEAN Vision 2020 dan ASEAN Concord II. Akhirnya disahkan dalam Deklarasi Cebu tentang Percepatan Pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015 De laratio o the

5 untuk mempercepat pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN pada tahun 2015 dan untuk mengubah ASEAN menjadi daerah dengan perdagangan bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran modal yang lebih bebas. Sebagai landasan legal dan konstitusional bagi negara anggota ASEAN maka disusunlah ASEAN Charter (Piagam ASEAN). Selanjutnya, Indonesia telah meratifikasi piagam tersebut dengan menerbitkan UU no. 38 tahun 2008 sebagai payung berbagai perjanjian kerjasama di tingkat ASEAN.

A eleratio of the Esta lish e t of a A“EAN Co

u ity y

Akhirnya pada 21 November 2015, dalam Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke-27 di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 21-22 November 2015, Para pemimpin negara dan pemerintahan anggota ASEAN mendeklarasikan ASEAN Community atau Masyarakat ASEAN. Deklarasi Masyarakat ASEAN tersebut menjadi satu tonggak sejarah bagi ASEAN. Deklarasi ini juga menandai berakhirnya cetak- biru MEA 2015 dan terbitnya cetak-biru MEA 2025.

Gambar 3 dibawah menggambarkan ke-10 anggota ASEAN yang menjadi anggota MEA.

GAMBAR 3: NEGARA ANGGOTA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015

2.2. Cetak Biru MEA (AEC Blueprint) 2015 Lebih jauh pada tahun 2007 tersebut, para Menteri Ekonomi ASEAN telah menginstruksikan Sekretariat ASEAN untuk menyusun Blue Print A“EAN E o o i Co

u ity AEC , dan Cetak Biru tersebut ditandatangani oleh seluruh pemimpin ASEAN pada 20 November 2007. Saat itu Indonesia

diwakili oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Cetak Biru MEA tersebut berisi rencana kerja strategis dalam jangka pendek, menengah dan panjang hingga tahun 2015 menuju terbentuknya integrasi ekonomi ASEAN, yaitu:

1. Menjadi arus perdagangan bebas untuk sektor barang, jasa, investasi, pekerja terampil dan modal (Pasar tunggal dan basis produksi)

2. Menuju penciptaaan kawasan regional ekonomi yang berdaya saing tinggi

3. Menuju suatu kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata melalui pengembangan UKM dan program-program inisiatif untuk integrasi ASEAN (Initiative for ASEAN Integration - IAI)

4. Menuju integrasi penuh pada ekonomi global (pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi eksternal serta mendorong keikutsertaan dalam global supply network)

Dalam strategi pertama; menuju Pasar Tunggal dan Basis Produksi Regional, Negara-negara di kawasan Asia Tenggara ini akan dijadikan sebuah wilayah kesatuan pasar dan basis produksi. Dengan terciptanya kesatuan pasar dan basis produksi maka akan membuat arus barang, jasa, investasi, modal dalam jumlah yang besar, dan skilled labour menjadi tidak ada hambatan dari satu negara ke negara lainnya di kawasan Asia Tenggara.

Dalam hal ini MEA akan memiliki lima prinsip utama, yaitu:

1. Aliran bebas barang (free flow of goods) mencakup penghapusan tariff dan non-tariff barriers terhadap perdagangan internal ASEAN, dan penerapan fasilitas perdagangan termasuk ASEAN Harmonized Tariff Nomenclature (AHTN). Dalam konsep ini diidentifikasi

12 sektor prioritas untuk integrasi, yaitu: produk berbasis pertanian (agro-based products), perikanan (fisheries), produk berbahan dasar karet (rubber-basedproducts), produk berbahan dasar kayu (wood-based products), Tekstil dan Pakaian (textiles and apparel), Otomotif (automotive), Alat-alat Elektronik (electronics), e-ASEAN, Transportasi udara (air transport), Layanan Kesehatan (healthcare), Logistik (logistics), dan Pariwisata (tourism).

2. Aliran bebas jasa (free flow of sevice), penghapusan pembatasan atas perdagangan jasa, dengan prioritas dimulai pada sector e-ASEAN, Transportasi udara (air transport), Layanan Kesehatan (healthcare), Logistik (logistics), dan Pariwisata (tourism). Tujuannya adalah untuk secara bertahap memungkinkan partisipasi asing (ASEAN) sebesar 70 persen untuk semua sektor jasa dan termasuk pengaturan untuk layanan profesional seperti arsitek, akuntansi, survei, medis, kedokteran gigi, dan lain- lain.

3. Aliran bebas investasi (free flof of investment), menawarkan perlindungan investasi ditingkatkan untuk semua investor ASEAN dan investasi mereka di negara-negara ASEAN lainnya.

4. Aliran bebas modal (free flow of capital) menawarkan harmonisasi yang lebih besar dalam standar pasar modal di ASEAN

5. Aliran bebas tenaga kerja terampil (free flow of skilled labour), memfasilitasi penerbitan visa dan Ijin Kerja untuk para profesional ASEAN.

Strategi kedua; menuju penciptaaan kawasan regional ekonomi yang berdaya saing tinggi, meliputi kebijakan persaingan, perlindungan konsumen, Hak Kekayaan Intelektual, pembangunan infrastruktur, kerjasama energi, perpajakan, dan e-Commerce. Dengan demikian, dapat tercipta iklim persaingan yang adil; terdapat perlindungan berupa sistem jaringan dari agen-agen perlindungan konsumen; mencegah terjadinya pelanggaran hak cipta; menciptakan jaringan transportasi yang efisien, aman, dan terintegrasi; menghilangkan sistem Double Taxation, dan; meningkatkan perdagangan dengan media elektronik berbasis online.

Strategi ketiga adalah; menuju suatu kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata dengan menitikberatkan pada pengembangan UKM dan program-program inisiatif untuk Integrasi ASEAN (IAI), MEA akan dijadikan sebagai kawasan yang memiliki perkembangan ekonomi yang merata, dengan memprioritaskan pada Usaha Kecil Menengah (UKM). Kemampuan daya saing dan dinamisme UKM akan ditingkatkan dengan memfasilitasi akses mereka terhadap informasi terkini, kondisi pasar, pengembangan sumber daya manusia dalam hal peningkatan kemampuan, keuangan, serta teknologi.

Strategi keempat; menuju integrasi penuh pada ekonomi global, dilakukan pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi eksternal serta mendorong keikutsertaan dalam global supply

network. MEA akan diintegrasikan secara penuh terhadap perekonomian global. Dengan membangun sebuah sistem untuk meningkatkan koordinasi terhadap negara-negara anggota. Selain itu, akan ditingkatkan partisipasi negara-negara di kawasan Asia Tenggara pada jaringan pasokan global melalui network. MEA akan diintegrasikan secara penuh terhadap perekonomian global. Dengan membangun sebuah sistem untuk meningkatkan koordinasi terhadap negara-negara anggota. Selain itu, akan ditingkatkan partisipasi negara-negara di kawasan Asia Tenggara pada jaringan pasokan global melalui

Gambar 4 dibawah memperlihatkan keempat pilar MEA tersebut.

GAMBAR 4. 4 PILAR MEA 2015

Sumber: Deloitte, The ABC of AEC To

5 a d eyo d ,

Pelaksanaan rencana kerja strategis tersebut dijabarkan lebih lanjut melalui priority actions yang pencapaiannya dievaluasi dan dimonitor dengan menggunakan score card. Disamping itu, diperlukan dukungan berupa kemauan politik, koordinasi dan mobilisasi sumber daya, pengaturan pelaksanaan, peningkatan kemampuan (capacity building) dan penguatan institusi, serta peningkatan konsultasi antara pemerintah dan sektor swasta. Pelaksanaan rencana kerja strategis tersebut juga akan didukung dengan program pengembangan sumber daya manusia dan kegiatan penelitian serta pengembangan di masing-masing negara.

2.3. Konsep Cetak Biru MEA dalam arus Tenaga Kerja Terampil Seperti diketahui, negara-negara anggota ASEAN berada pada berbagai tahap pembangunan ekonomi dan pendapatan per kapita PDB. Salahsatu yang bisa dijadikan parameter adalah indikator pembangunan manusia (Human Development Indicator) seperti kemiskinan, harapan hidup, melek huruf, pengeluaran publik untuk kesehatan dan pendidikan dan infrastruktur. Tabel 2 memaparkan perbedaan indikator tersebut khususnya di ASEAN. Pada Tabel tersebut kita bisa membandingkan, - contoh, Singapura memiliki peringkat terbaik diantara Negara-negara ASEAN dengan tingkat pendapatan kapita (US $ 36.631), yang merupakan 87 kali lebih tinggi dari tingkat kapita Myanmar per pendapatan US $ 419 per. Tabel 2 dibawah memperlihatkan indikator pembangunan manusia pada tahun 2011 untuk Negara-negara ASEAN, diterbitkan oleh UNDP pada 2012. Terlihat dalam Tabel tersebut Indonesia pada peringkat ke-124 dunia, atau dalam urutan Negara-negara ASEAN, Indonesia 2.3. Konsep Cetak Biru MEA dalam arus Tenaga Kerja Terampil Seperti diketahui, negara-negara anggota ASEAN berada pada berbagai tahap pembangunan ekonomi dan pendapatan per kapita PDB. Salahsatu yang bisa dijadikan parameter adalah indikator pembangunan manusia (Human Development Indicator) seperti kemiskinan, harapan hidup, melek huruf, pengeluaran publik untuk kesehatan dan pendidikan dan infrastruktur. Tabel 2 memaparkan perbedaan indikator tersebut khususnya di ASEAN. Pada Tabel tersebut kita bisa membandingkan, - contoh, Singapura memiliki peringkat terbaik diantara Negara-negara ASEAN dengan tingkat pendapatan kapita (US $ 36.631), yang merupakan 87 kali lebih tinggi dari tingkat kapita Myanmar per pendapatan US $ 419 per. Tabel 2 dibawah memperlihatkan indikator pembangunan manusia pada tahun 2011 untuk Negara-negara ASEAN, diterbitkan oleh UNDP pada 2012. Terlihat dalam Tabel tersebut Indonesia pada peringkat ke-124 dunia, atau dalam urutan Negara-negara ASEAN, Indonesia

Tabel 2. ASEAN Human Development Indicators

Public Expenditure

Expenditure on

Development

(PPP

at Birth

age 15 &

on Health Education

Index (Rank)

(% of GDP) (% of GDP)

(2010) (2010) Brunei Darusalam

69.4 92.2 1 3 Lao PDR

65.2 92 0 N.A Philippines

75.2 92.8 3 5.3 “u er: Deloitte, The ABC of AEC To

Sejauh ini Progres MEA dalam bidang aliran bebas tenaga kerja ahli adalah dengan disepakatinya Mutual Recognition Arrangements (MRA) terhadap Conformity Assessment untuk sector-sektor spesifik dalam ASEAN Framework, yaitu keteknikan (Engineering), Arsitektur, Survey, Kesehatan, Keperawatan, Akuntansi, dan Kedokteran Gigi. Artinya dalam hal ini ketujuh bidang tersebut sudah memiliki kesamaan dalam persyaratan kualifikasi dan keahlian, sehingga yang diperlukan selanjutnya dalam MEA adalah perjanjian dalam perpindahan tenaga kerja di antara penduduk Negara-negara ASEAN (ASEAN Agreement on Movement of Natural Persons -MNP), meski sampai saat ini belum benar-benar dijelaskan dan disepakati bersama.

AEC Blueprint (2008) pada section A5. Free flow of skilled labour menambahkan bahwa ASEAN sedang bekerja dalam harmonisasi dan standarisasi dengan cara:

1. Meningkatkan kerja sama antara jaringan Universitas di ASEAN (ASEAN University Network- AUN) anggota untuk meningkatkan mobilitas bagi mahasiswa dan staf di kawasan ASEAN;

2. Mengembangkan kompetensi inti dan kualifikasi untuk pekerjaan / kerja dan keterampilan pelatih yang dibutuhkan dalam sektor jasa prioritas (pada tahun 2009); dan di sektor jasa lainnya (2010-2015)

3. Memperkuat kemampuan penelitian dari masing-masing Negara Anggota ASEAN dalam hal mempromosikan keterampilan, penempatan kerja, dan mengembangkan jaringan informasi pasar kerja di antara Negara-negara Anggota ASEAN

2.4. Dampak MEA terhadap Indonesia Tujuan dibuatnya Ekonomi ASEAN 2015 adalah untuk meningkatkan stabilitas perekonomian dikawasan ASEAN, dengan dibentuknya kawasan ekonomi ASEAN 2015 ini diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah dibidang ekonomi antar negara ASEAN. Bagi Indonesia sendiri, MEA akan menjadi kesempatan yang baik karena hambatan perdagangan di antara Negara-negara ASEAN akan cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal tersebut akan berdampak pada peningkatan eskpor yang pada akhirnya akan meningkatkan GDP Indonesia.

Dari sisi Investasi, Negara-negara ASEAN bervariasi dalam hal penyelenggaraan iklim usaha yang ramah, seperti terlihat pada ranking Negara-negara ASEAN menurut World Bank dalam Urutan Negara berdasarkan Kemudahan untuk Melakukan Bisnis, yaitu pada Tabel 3 berikut. Terlihat bahwa Indonesia berada pada urutan ke-7 dari 10 negara ASEAN dalam iklim Investasi.

Tabel 3. Urutan Negara berdasarkan Kemudahan untuk Melakukan Bisnis menurut World Bank

Ease of Doing

country

Business Rank

Starting a

Protecting

Trading Across

Borders Singapore

(out of 183)

18 91 12 24 Brunei Darussalam

Sumber: http://www.doingbusiness.org/rankings Dalam Tabel itu terlihat, pada umumnya Negara-negara ASEAN memiliki potensi besar untuk

lebih banyak berkontribusi dalam perdagangan dunia dan iklim investasi dunia, sehingga investasi- investasi yang masuk bisa mendorong perekonomian nasional. Namun di sisi lain, hal tersebut menggambarkan tantangan sekaligus resiko bagi khususnya Indonesia, dalam hal perdagangan internasional. Resiko yang dihadapi Indonesia berupa:

1. Resiko Kompetisi, muncul berupa banyaknya barang impor yang akan mengalir dalam jumlah banyak yang akan mengancam industri lokal dalam bersaing dengan produk-produk luar negeri yang jauh lebih berkualitas. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan defisit neraca perdagangan bagi Negara Indonesia sendiri.

2. Resiko Eksploitasi. Indonesia masih memiliki tingkat regulasi yang kurang mengikat sehingga dapat menimbulkan tindakan eksploitasi dalam skala besar terhadap ketersediaan sumber daya alam oleh perusahaan asing yang masuk ke Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah sumber daya alam melimpah dibandingkan negara-negara lainnya. Tidak tertutup 2. Resiko Eksploitasi. Indonesia masih memiliki tingkat regulasi yang kurang mengikat sehingga dapat menimbulkan tindakan eksploitasi dalam skala besar terhadap ketersediaan sumber daya alam oleh perusahaan asing yang masuk ke Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah sumber daya alam melimpah dibandingkan negara-negara lainnya. Tidak tertutup

3. Risiko ketenagakerjaan bagi Indonesia. Dilihat dari sisi pendidikan dan produktivitas Indonesia masih kalah bersaing dengan tenaga kerja yang berasal dari Malaysia, Singapura, dan Thailand serta fondasi industri yang bagi Indonesia sendiri membuat Indonesia berada pada peringkat keempat di ASEAN.

Untuk itu beberapa strategi yang harus dilakukan oleh Indonesia adalah; sinkronisasi program dan kebijakan antara pemerintah daerah dan pusat, perbaikan kualitas tenaga kerja, perbaikan infrastruktur negara, meningkatkan jumlah pelaku usaha dan memfasilitasi kebutuhan serta sosialisasi MEA 2015, mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten, memperkuat sektor pembina dalam mempersiapkan peraturan domestik, meningkatkan koordinasi lintas sektoral dengan seluruh pemangku kepentingan bidang jasa, memperkuat industri jasa domestik, menstimulasi pelaku bidang jasa untuk melakukan joint venture dengan pelaku jasa negara-negara ASEAN, serta yang paling utama adalah pemerintah perlu menyiapkan kebijakan resmi yang memuat strategi pemerintah untuk menghadapi MEA 2015.

Selain itu dalam hal strategi peningkatan sumberdaya UMKM, Indonesia juga perlu memfokuskan diri pada strategi pemanfaatan potensi komoditi ekspor. Indonesia memiliki beberapa komoditi yang menjadi Produk Unggulan Ekspor Indonesia ke ASEAN, yaitu:

• Tekstil dan produk tekstil: Malaysia, Thailand, dan Vietnam • Elektronik: Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. • Karet: Singapura • Produk hutan: Malaysia, Vietnam, Singapura, Thailand. • Otomotif: Thailand, Filiipina, Malaysia, Singapura, dan Myanmar • Udang: Vietnam, Singapura, dan Malaysia • Coklat: Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand • Kopi: Malaysia dan Singapura Disamping itu Indonesia juga masih menyimpan potensi akan Produk Potensial Ekspor Indonesia

Ke ASEAN, diantaranya: • Kulit dan produk kulit: Vietnam, Malaysia, Thailand, dan Filipina.

• Peralatan dan instrumen medis: Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina. • Rempah-rempah untuk obat: Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Thailand. • Makanan olahan: Malaysia, Filipina, Singapura, Kamboja, Thailand, Myanmar dan Vietnam

• Essential oil: Singapura. • Ikan dan produk ikan: Thailand, Vietnam, Singapura, dan Malaysia. • Produk Kerajinan: Singapura dan Malaysia. • Perhiasan: Singapura, Thailand, dan Malaysia. • Bumbu (spices): Vietnam, Singapura, Malaysia, dan Thailand. • Peralatan tulis selain kertas: Malaysia, Thailand, Filipina, dan Singapura.

2.5. Indonesia menuju MEA : Situasi terkini

2.5.1 Jumlah Angkatan Kerja Terdidik di Indonesia Penyerapan tenaga kerja hingga Februari 2015 masih didominasi oleh penduduk bekerja berpendidikan rendah yaitu SD ke bawah sebanyak 54.6 juta orang (45.19%) dan Sekolah Menengah Pertama sebanyak 21.5 juta (17.77 %). Penduduk Berkeja berpendidikan tinggi hanya sebanyak 13.1 juta mencakup 3.1 juta orang (2.60 %) berpendidikan Diploma dan sebanyak 10 juta orang (8.29 %) berpendidikan Universitas

Perbaikan kualitas Penduduk bekerja ditunjukan oleh kecenderungan menurunnya penduduk bekerja berpendidikan rendah (SMP ke bawah) dan meningkatnya penduduk bekerja berpendidikan tinggi (Diploma dan Universitas). Dalam setahun terakhir, peduduk bekerja berpendidikan rendah menurun dari sebanyak 76.4 juta orang (64.63 %) pada Februari 2014 menjadi 76.1 juta orang (62.69%) pada Februari 2015. Sementara penduduk bekerja berpendidikan tinggi meningkat dari 12 juta orang (10.14%) pada Februari 2014 menjadi 13.1 juta orang (10.89%) pada Februari 2015.

Tabel 4. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang

Ditamatkan (juta orang), 2013-2015

2014 2015 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Agustus Februari

SD ke bawah 55.95 53.81 55.31 53.96 54.61 Sekolah Menengah Pertama

20.37 20.56 21.06 20.35 21.47 Sekolah Menengah Atas

17.97 17.88 18.91 18.58 19.81 Sekolah Menengah Kejuruan

10.34 9.97 10.91 10.52 11.8 Diploma I/II/III

Sumber : BPS

2.5.2 Jumlah Pengangguran Jumlah Pengangguran pada Februari 2015 mencapai 7.4 juta orang, dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) cenderung menurun dari 5.94 % pada Agustus 2014 menjadi 5.81 % pada Februari 2015. Pada Februari 2015, TPT pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan menempati posisi tertinggi yaitu sebesar 9.05 %, disusul oleh TPT Sekolah Menengah Atas sebesar 8.17 %, sedangkan TPT terendah terdapat pada tingkat pendidikan SD ke bawah yaitu sekitar sebesar 3.61 %. Jika dibandingkan keadan Agustus 2014, TPT yang mengalami peningkatan yaitu pada tingkat pendidikan Diploma I/II/III dan SD ke bawah

Tabel 5. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (persen), 2013-2015

2015 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Agustus Februari

SD ke bawah

3,04 3,61 Sekolah Menengah Pertama

7,15 7,14 Sekolah Menengah Atas

9,55 8,17 Sekolah Menengah Kejuruan

11,24 9,05 Diploma I/II/III

Sumber : BPS

2.5.3 Jumlah Pengusaha di Indonesia Jumlah pengusaha atau wirausaha di Indonesia jauh lebih sedikit, dibandingkan negara lain di Asia Tenggara (ASEAN). Singapura masih menjadi yang terdepan dalam mencetak pengusaha di negara

ASEAN. Di Singapura, jumlah pengusaha sudah mencapai 7% (dari jumlah penduduk), Malaysia 5%, Thailand 3%, sedangkan di Indonesia yang jumlah penduduknya 250 juta jiwa hanya 1,65%. Meskipun jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat minim, namun survey yang dilakukan oleh Global Entrepreneurship Monitor (GEM) pada tahun 2013, menunjukkan bahwa keinginan berwirausaha masyarakat Indonesia adalah yang kedua tertinggi di ASEAN setelah Filipina. Di belakang Indonesia terdapat negara Vietnam, Thailand, Singapura, dan Malaysia.

2.5.4 Jumlah Industri Kreatif Perkembangan perekonomian semakin cepat seiring dengan munculnya potensi ekonomi baru yang mampu menopang kehidupan perekonomian masyarakat dunia. Pada awalnya kegiatan perekonomian hanya bertumpu pada perekonomian berbasis sumber daya alam, seperti pertanian. Kini, perekonomian dunia sudah bergeser ke perekonomian berbasis sumber daya manusia, yakni industri dan teknologi informasi.

Terkait hal itu, seperti diungkapkan pakar ekonomi Alvin Toffler, perkembangan peradaban ekonomi dunia setidaknya terbagi dalam tiga gelombang ekonomi, yakni gelombang ekonomi pertama berupa perekonomian yang didominasi oleh kegiatan pertanian, gelombang ekonomi kedua berupa Terkait hal itu, seperti diungkapkan pakar ekonomi Alvin Toffler, perkembangan peradaban ekonomi dunia setidaknya terbagi dalam tiga gelombang ekonomi, yakni gelombang ekonomi pertama berupa perekonomian yang didominasi oleh kegiatan pertanian, gelombang ekonomi kedua berupa

Setelah gelombang ekonomi ketiga tersebut, bakal muncul gelombang ekonomi keempat atau yang disebut gelombang ekonomi kreatif, yakni perekonomian yang berbasis pada ide-ide atau gagasan yang kreatif dan inovatif. Gelombang keempat inilah yang kini sudah mulai terlihat nyata di Tanah Air. Secara kebetulan, Indonesia memiliki banyak insan kreatif yang mampu menghasilkan produk industri kreatif yang khas dan andal. Jadi, wajar jika pemerintah maupun pelaku industri memberikan perhatian serius terhadap perkembangan industri kreatif.

Cetak biru rencana pengembangan industri kreatif yang terfokus pada 14 subsektor industri kreatif, yakni arsitektur, desain, fashion, film, video dan fotografi, kerajinan, layanan komputer dan peranti lunak, musik, pasar barang seni, penerbitan dan percetakan, periklanan, permainan interaktif, riset dan pengembangan, seni pertunjukan, serta televisi dan radio. Meski begitu, selama ini, yang paling menonjol dalam kontribusi perekonomian adalah fashion dan kerajinan.

Industri Kreatif sangatlah perlu dikembangkan di Indonesia karena:

1. Memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan, yaitu meningkatkan PDB, Menciptakan lapangan kerja, dan juga meningkatkan ekspor

2. Menciptakan iklim bisnis yang positif, dengan menciptakan lapangan usaha baru, sekaligus juga memiliki dampak pada bidang yang lain, contohnya bidang pemasaran.

3. Membangun citra dan identitas bangsa, melalui kepariwisataan, menggunakan ikon nasional, membangun dan mempertahankan warisan budaya dan nilai-nilai kearifan lokal

4. Berbasis kepada sumber daya yang terbarukan berbasis pengetahuan, teknologi, dan green community

5. Menciptakan inovasi dan kreativitas yang merupakan keunggulan kompetitif suatu bangsa

6. Memberikan dampak sosial yang positif dengan meningkatkan kualitas hidup, pemerataan kesejahteraan, dan peningkatan toleransi sosial.

Dengan berbagai keuntungan yang didapat dari industri kreatif tersebut, diharapkan Indonesia mampu menciptakan berbagai lapangan kerja baru sehingga bisa menyerap tenaga kerja dan menurunkan tingkat pengangguran. Kaitannya dengan adanya MEA adalah, industri kreatif juga menyimpan potensi besar untuk Indonesia bisa menguasai pasar barang dan jasa di ASEAN, sekaligus juga untuk mengatasi potensi negatif dari arus bebas tenaga kerja terampil, khususnya dalam kerangka agar para tenaga kerja terampil Indonesia tidak berbondong-bondong pindah untuk mencari kerja di Negara-negara ASEAN sehingga berdampak pada peningkatan kemajuan Negara-negara yang dituju tersebut, atau sebaliknya-para pekerja terampil Negara lain akan menguasai pasar tenaga kerja terampil di Indonesia sehingga malah mempersempit lahan kerja dan peluang bagi tenaga kerja Indonesia, di negerinya sendiri.

Tabel 6. Jenis – Jenis Industri Kreatif di Indonesia Sumber: Departemen Perdagangan RI

NO JENIS

KETERANGAN

1 Periklanan Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi dan produksi iklan, antara lain: riset pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak dan elektronik

2 Arsitektur Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan cetak biru bangunan dan informasi produksi antara lain: arsitektur taman, perencanaan kota, perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, dokumentasi lelang, dll.

3 Pasar seni dan Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi dan perdagangan, pekerjaan, barang antik

produk antik dan hiasan melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet. 4 Kerajinan

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi dan distribusi produk kerajinan antara lain barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga, aksesoris, pandai emas, perak, kayu, kaca, porselin, kain, marmer, kapur, dan besi

5 Desain Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, interior, produk, industri, pengemasan, dan konsultasi identitas perusahaan.

6 Desain Fesyen Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen

7 Video, Film Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi Video, film, dan jasa fotografi, dan Fotografi

serta distribusi rekaman video, film. Termasuk didalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron, dan eksibisi film

8 Permainan Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan interaktif

komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi 9 Musik

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, distribusi, dan ritel rekaman suara, hak cipta rekaman, promosi musik, penulis lirik, pencipta lagu atau musik, pertunjukan musik, penyanyi, dan komposisi musik.

10 Seni Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha yang berkaitan dengan Pertunjukan

pengembangan konten, produksi pertunjukan, pertunjukan balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera, termasuk tur musik etnik,desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung,

dan

tata pencahayaan.

11 Penerbitan & Kegiatan kreatif yang terkait dengan dengan penulisan konten dan penerbitan Percetakan

buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita.

12 Layanan Kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi Komputer

termasuk jasa layanan komputer, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, dan

piranti desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak

lunak & piranti keras, serta desain portal

13 Televisi dan Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan, radio

penyiaran, dan transmisi televisi dan radio.

14 Riset dan Kegiatan kreatif yang terkati dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan Pengembang

ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk an

perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar.

Perkembangan ekspor industri kreatif di Indonesia sebagaimana terlihat pada Tabel 7 dibawah ini.

Tabel 7. Perkembangan Nilai Ekspor Industri Kreatif Indonesia Tahun 2002- 2008 (Jutaan Rupiah)

LAPANGAN USAHA RATA- NO

57.908.311 71.695.510 50.350.907 FILM, VIDEO DAN 4 FOTOGRAFI

34.351.715 39.673.977 26.492.752 LAYANAN 6 KOMPUTER

77.821 263.603 PASAR DAN BARANG 8 SENI

60 78 82 108.409 32.653 PENERBITAN DAN 9 PERCETAKAN

170.233 81.702 RISET DAN 12 PENGEMBANGAN

13 SENI PERTUNJUKAN

14 TELEVISI DAN RADIO

SUMBER : BPS

Dari Tabel 7 diatas diketahui bahwa industri fesyen dan kerajinan mempunyai nilai ekspor tertinggi. Secara rata-rata selama tahun 2002 – 2008 nilai ekspor kedua industri tersebut masing- masing adalah sebesar Rp 50.350.907 juta rupiah dan Rp 26.492.752 juta rupiah. Ini berarti peran kedua industri ini cukup besar dalam transaksi ekspor Indonesia untuk industri kreatif. Dari tabel tersebut dapat diperoleh informasi bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai potensi dalam pengembangan industri kreatif baik di kawasan ASEAN maupun pasar dunia. Ini tidak terlepas dari potensi bahan baku di Indonesia yang melimpah. Namun demikian, kemampuan SDM Indonesia dalam alih teknologi dan kreativitas masih relatif rendah. Ini berdampak pada perkembangan industri kreatif yang cenderung lamban.

3 PEMBAHASAN

Pada bagian ini kami akan memaparkan kesiapan Indonesia dalam menghadapi MEA yang akan dimulai sejak 1 Januari 2016. Ruang lingkup bahasan kami adalah pada 2 hal, yaitu i) Kesiapan dalam menghadapi arus bebas tenaga kerja terampil terhadap pasar tenaga kerja, khususnya di Indonesia, dan ii) Kesiapan dalam memanfaatkan potensi perdagangan terbuka di ASEAN dengan memaksimalkan UMKM berbasis Ekonomi Kreatif. Dalam bagian ini kami juga akan membahas strategi-strategi yang harus dilakukan oleh Indonesia untuk memanfaatkan keuntungan dari MEA dan meminimalkan efek negatifnya.

Sejauh ini , persiapan untuk mengimplementasikan AEC BluePrint (Cetak Biru MEA) pada 1 Januari 2016 telah memperlihatkan perubahan-perubahan positif. Implementasi ASEAN Free Trade Area (AFTA) adalah yang paling signifikan, yaitu dengan mengurangi tarif menjadi nol atau mendekati nol. Peningkatan pengangguran dari sepuluh negara ASEAN bisa ditekan kurang dari 3,3 persen, karena ASEAN atraktif menarik penanaman modal asing langsung. Kontribusi ASEAN terhadap produk domestik bruto global telah meningkat dua kali lipat. Bahkan pertumbuhan ekonomi di ASEAN yang ditopang oleh pertumbuhan negara-negara seperti Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam kini jauh lebih cepat dibanding dengan kawasan lain. Tahun 2014 pertumbuhan ekonomi ASEAN mencapai 4,4 persen, dengan permintaan domestik yang tetap tinggi sebab didukung oleh konsumsi regional, Sementara itu, total perdagangan di kawasan ASEAN pada 2014 tercatat sebesar US$ 2,53 triliun atau meningkat 0,6 persen dari 2013. Di sisi investasi, terdapat aliran masuk investasi ke ASEAN mencapai US$ 136,2 miliar atau meningkat 11,3 persen.

3.1 Kesiapan Negara-negara ASEAN dalam Arus Tenaga Kerja Terampil MEA

Monika Aring (Februari 2015) dalam ASEAN Economic Community 2015 mempublikasikan

E ha i g o petitive ess a d e ploya ility through skill develop e t yang mengulas daya saing ekonomi kawasan dan negara anggota ASEAN, kualitas sumber daya manusia serta akses dan kualitas pendidikan dan pelatihan, lembaga pendidikan dan kebijakan masing-masing negara, khususnya pada pendidikan teknis dan kejuruan dan pelatihan (TVET), di negara-negara ASEAN yang terbagi dalam 3 kelompok yaitu Negara dengan Pendapatan per Kapita Tinggi seperti Singapura dan Brunei, group ASEAN-4 yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand; dan CLMV countries; Kamboja (Cambodia), Laos the Lao People’s De o rati Repu li , Myanmar dan Viet Nam.