Pendidikan Agama Islam Internalisasi N

Pendahuluan
Ilmu Akidah Islamiyah merupakan ilmu yang paling mulia, paling agung dan paling
tinggi, hal ini dikarenakan kemuliaan suatu ilmu berkaitan erat dengan materi yang
terkandung di dalamnya. Selain itu kedudukan suatu ilmu itu diukur juga dari kebutuhan
manusia terhadapnya dan manfaat yang diterima oleh pemiliknya baik di dunia ini maupun di
akhirat kelak.
Kebutuhan para hamba kepada Ilmu Akidah ini melebihi kebutuhannya dari yang lain,
dan ketergantungan terhadapnya melebihi kepada yang lainnya. Dimana hati tidak akan hidup,
merasakan kenikmatan dan ketenangan jika tidak mengenal Tuhan dan Sesembahannya
melalui nama, sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya, juga mengetahui apa yang wajib bagi-Nya
dan yang harus disucikan dari-Nya. Sehingga dengan hal-hal tersebut Dia menjadi dzat yang
paling dicintainya, melebihi apapun, dan dalam setiap langkahnya dia senantiasa berusaha
untuk terus mendekatkan diri kepada-Nya.
Tatkala benar dan sempurna pengetahuan hamba tentang Tuhannya maka ia akan
semakin mengagungkan dan mengikuti syariat Allah dan hukum-hukum-Nya, serta lebih
mengerti tentang nilai akhirat. Maka jika nilai-nilai mulia ini telah tertancap pada diri seorang
hamba, mulai dari ilmu tentang Allah ta’ala, mentauhidkan-Nya, mencintai-Nya, takut
kepada-Nya, mengagungkan perintah dan larangan-Nya, serta membenarkan janji dan
ancaman-Nya, maka dia akan bahagia di dunia dan di akhirat, juga lingkungannya akan
bahagia karenanya. Hal itu terjadi, karena baiknya perilaku seseorang sesuai dengan aqidah
dan pemikirannya yang lurus. Demikian pula rusaknya perilaku seseorang, sesuai dengan

aqidah dan pemikirannya yang menyimpang.
Setiap manusia memiliki fitrah bertuhan (Q.S Al-Araf (7) : 172). Manusia juga
memerlukan agama dalam memecahkan berbagai persoalan hidup yang dihadapinya. Secara
naluriah, agama merupakan suatu kebutuhan asasi manusia yang bersifat fundamental.
Sebagai mahluk bertuhan, manusia senantiasa merindukan-Nya dan selalu berupaya sekuat
tenaga untuk berdialog dengan-Nya. Manusia memerlukan zat yang berada di atas dirinya
dalam segala-galanya. Manusia selalu membutuhkan pertolongan dan perlindungan-Nya
dalam setiap langkah hidup.

INTERNALISASI NILAI-NILAI AKIDAH DALAM
KEHIDUPAN
I. Definisi Akidah
1

Internalisasi Nilai-nilai Aqidah dalam Kehidupan

 Menurut Bahasa
Akidah berasal dari kata ‘aqada-ya’qidu-aqdan-aqiidatan. Aqdan artinya simpul,
ikatan, perjanjian dan kukuh. Akidah berarti keyakinan, kepercayaan. Dengan demikian,
aqidah berarti sesuatu yang dipegang teguh dan kuat dalam lubuk jiwa dan tidak dapat

beralih dari padanya.
 Menurut Istilah
Adapun menurut istilah, akidah adalah kumpulan kebenaran yang dapat diterima
secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu, dan fitrah serta diyakini
kebenarannya dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengannya. Oleh karena
merupakan keyakinan, maka aqidah dapat menentramkan jiwa manusia.
Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa akidah islam adalah sesuatu yang
dipercayai dan diyakini kebenarannya oleh hati manusia, sesuai ajaran islam dengan
berpedoman pada Al-Qur’an dan As-sunah. Dengan berpedoman pada Al-Qur’an dan Assunah mengandung nilai-nilai yang murni dan benar, akidah islam itu dapat menentramkan
setiap orang yang menganut dan mempertahankannya. Adapun segala kepercayaan dan
keyakinan yang tidak bersumber dari pedoman islam harus dihindari karena dapat
menyesatkan dan menghancurkan kehidupan manusia, baik dunia maupun akhirat.
Akidah bagaikan pondasi bangunan yang kokoh yang harus dirancang sebelum
membangunnya begitu juga dengan akidah. Kita harus merancang semua rencana agar
dapat membangun Islam yang sempurna (Kamil), menyeluruh (Syamil), dan benar
(Syahih)
Akidah hampir semakna dengan iman. Ada sedikit perbedaan diantara akidah dan
iman. Iman adalah sesuatu yang diyakini didalam hati, diucapkan dengan lisan dan
diamalkan dengan anggota badan. Jadi, iman mengandung tiga aspek, yaitu keyakinan
dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan melalui anggota badan. Adapun, akidah

hanya berupa keyakinan. Jadi, jika akidah berkaitan dengan aspek dalam ( aspek hati ) dari
iman, iman tidak hanya menyangkut aspek hati, tapi juga aspek luar. Aspek dalam iman
adalah keyakinan dan aspek luarnya berupa pengakuan lisan dan pembuktiannya dengan
amal perbuatan.

II. Dalil Naqli Tentang Akidah
1. Q.S Al-Anbiya’ (21) : 21
“… Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan dari bumi (pemujaan kepada makhlukmakhluk di bumi yang tidak dapat menghidupkan dan mematikan) yang akan
menghidupkan (orang mati)?...”
2. Q.S Al-Ankabut (29) : 2-3
2

Internalisasi Nilai-nilai Aqidah dalam Kehidupan

“… Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan berkata, “Kami telah
beriman”, sedang mereka tidak diuji? Dan sungguh Kami telah menguji orang-orang
sebelum mereka, maka sungguh Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sungguh
Dia mengetahui orang-orang yang dusta...”
3. Q.S An-Nahl (16) : 106
“… Barang siapa ingkar kepada Allah sesudah dia beriaman kecuali orang yang

dipaksa sedang hatinya tentram (tetap) dengan iman, tetapi barang siapa yang hatinya
terbuka dengan kekafiran, maka atas mereka kemurkaan dari Allah. Dan bagi mereka azab
yang besar…”
4. Q.S Muhammad (47) : 19
“… Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tiada Tuhan melainkan Allah dan mohon
ampunlah bagi dosamu dan dosa orang-orang mukmin laki-laki dan mukmin perempuan.
Allah mengetahui tempat berpindah-pindah kamu (di dunia) dan tempat kamu menetap (di
akhirat)…”
5. Q.S Al-Baqarah (2) : 163
“… Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di-dalamnya menjadi petunjuk bagi
orang-orang yang bertakwa (mengikuti segala perintah Allah dan menjauhi segala larangNya)…”

III.Aspek Keyakinan / Akidah
Aspek keyakinan yang harus ditimbulkan adalah:

1.
2.
3.
4.


Islam adalah satu-satunya agama yang benar disisi Allah.
Islam adalah agama yang universal.
Islam yang dibawa oleh Rasul Muhammad SAW adalah agama terakhir.
Setelah alam itu diyakini maka haruslah ditindak lanjuti dengan amal, ilmu, da’wah

5.

atau jihad dan sabar atau teguh dalam berislam.
Sempurnanya islam mencakup dua hal pokok yaitu: Sunnatullah Islam dalam
bentuk ketentuan- ketentuan dasar.

IV. Fungsi Akidah dalam Akhlak
Jika manusia memiliki akidah ( kepercayaan ) ia akan yakin dalam setiap pengambilan
tindakan berdasarkan akidah tersebut. Akidah berfungsi membimbing tindakan manusia.
Jika manusia memilki akidah yang benar, akidah tersebut akan membimbingnya di
dalam berbuat kebajikan. Akidah membimbing manusia dalam berakhlak baik dan buruk.
Jika seseorang memiliki akidah yang benar dan memahaminya dengan baik, akidah itu akan

3


Internalisasi Nilai-nilai Aqidah dalam Kehidupan

membimbingnya untuk berbuat kebaikan. Sebaliknya, jika seseorang memilki akidah yang
tidak benar, akidah itu akan membimbingnya menuju akhlak yang tercela.
Mewujudkan kebahagiaan dalam hidup merupakan tujuan akhir dari setiap aktivitas
manusia. Oleh karena umat islam memiliki akidah yang mempercayai adanya kehidupan
akhirat, maka tujuan hidupnya tidak hanya memperoleh adanya kebahagian hidup di dunia,
tetapi juga untuk mencari kebahagian hidup di akhirat. Bagi sebagian mukmin, kehidupan
yang sebenarnya adalah kehidupan akhirat karena kehidupan akhirat itu kekal sedangkan
kehidupan dunia itu hanya sekecap. Oleh karena itu, seorang mukmin selalu memanfaatkan
waktunya untuk beribadah kepada Allah. Aktivitas apapun di dunia ini selalui diikuti niat
untuk beribadah dan untuk mencari keridhaan Allah.
Jika seseorang memiliki akidah islam yang kuat dan iman yang sempurna, ia akan
menjadi teladan umat karena setiap tindakannya merupakan alat terpuji. Oleh karena setiap
tindakannya diawali dengan niat yang baik. Segala tindakannya selalu dibimbing oleh
akidahnya yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-sunah. Ijma’ dan qiyas juga merupakan
pedoman manusia setelah Al-Qur’an dan Assunah.
Ijma’ merupakan kesepakatan para ulama terkait dengan hukum yang belum jelas di
dalam Al-Qur’an dan As-sunah. Dasar hukum ijma’ adalah Q.S An-Nissa (4) :59. Adapun,
qiyas adalah mempersamakan suatu kejadian yang sudah ada ketentuan dengan hukum yang

ditetapkan oleh nash tersebut karena adanya kesamaan illat hukum pada hukum. Ijma’ dan
qiyas yang sesuai dengan ajaran islam. Dengan demikian, keduanya dapat dijadikan sumber
hukum ajaran islam setelah Al-Qur’an dan As-sunah
Jadi fungsi akidah dalam mendasari akhlak al-karimah dapat disimpulkan sebagai
berikut ;
1)
2)
3)
4)
5)

Akidah sebagai dasar perilaku manusia
Akidah yang benar akan mendasari akhlakulkarimah pada tindakan manusia
Akidah yang akan menghindari dari perilaku yang tercela
Pemahaman yang tinggi seseorang terhadap dalil yang menjadi sumber akidah
Lemahnya akhlak seseorang menunjukan lemahnya akidah

V. Ruang Lingkup Pembahasan Akidah Islam
Ruang lingkup pembahasan akidah islam ada empat, yaitu Akidah Ilahiyah, Akidah
Nubuwah, Akidah Ruhaniyah, dan Akidah Samiyyah.

1. Akidah Ilahiyah (Bersifat Ketuhanan)

4

Internalisasi Nilai-nilai Aqidah dalam Kehidupan

Akidah Ilahiyah yaitu pembahasan segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah,
seperti wujud Allah, sifat-sifatnya, perbuatannya dan lain-lain. Wujud adanya Allah adalah
sesuatu yang badihiyah. Artinya segala sesuatu yang kebenarannya memerlukan dalil
pembuktian, tapi karena sudah umum dan mendarah daging maka kebenaran itu tidak
memerlukan pembuktian lagi. Namun demikian, banyak bukti tentang wujud Allah
tersebut. Manusia dengan akalnya dapat merenungkan tentang dirinya, alam semesta , dan
seisinya. Misalnya bagaimana manusia diciptakan ( Q.S Al-Mu’min : 67 ), bagaimana
buah-buahan itu ada, bagaimana malam dan siang, matahari dan bulan itu silih berganti,
bagaiman gunung-gunung itu ditanjapkan, dan masih banyak lagi dalil lewat alam semesta
yang menunjukan bahwa Allah itu ada dan Maha Kuasa.
2. Akidah Nubuwah
Akidah Nubuwah yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
para nabi dan rasul, kitab-kitab Allah, mukjizat, karamah, dan lain-lain. Kitab-kitab Allah
yang diturunkan kepada para nabi dan rasul merupakan kumpulan wahyu. Wahyu adalah

kalam Allah yang diturunkan kepada para nabi dan rasul-Nya. Yang dimaksud kitab-kitab
Allah yang diturunkan kepada para nabi dan rasul-Nya, seperti ;
a)
b)
c)
d)

Kitab Taurat, yang diturukan kepada Nabi Musa as (Q.S Al-Isra (17) : 2 )
Kitab Zabur, yang diturunkan kepada Nabi Daud as (Q.S Al-Isra (17) :55 )
Kitab Injil, yang diturunkan kepada Nabi Isa as (Q.S Al-Maidah (5) : 46 )
Kitab Al-Qur’an, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW (Q.S Fatir

(35) : 31, Q.S Al-Kahfi (18) : 1-2, Q.S Yasin (36) : 69 )
3. Akidah Ruhaniyah (Metafisis)
Akidah Ruhaniyah yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan alam metafisik, seperti malaikat, jin, iblis, setan, dan lain-lain. Kita mengimani
wujud makhluk gaib tersebut melalui informasi yang didapat dalam Al-Qur’an dan Assunah, juga lewat bukti-bukti nyata yang ada dalam alam semesta. Misalnya, malaikat
pencabut nyawa manusia datang setiap saat sebagaimana yang kita saksikan dalam
kehidupan sehari-hari. Malaikat memberi wahyu, misalnya Al-Qur’an dapat kita lihat
wujud Al-Qur’an tersebut. Setan menyesatkan dan menakut-nakuti manusia agar manusia

lupa dengan Allah. Setan menyesatkan manusia kepada jalan bisikan, melupakan hati,
angan-angan sesat dan maksiat, memandang baik perbuatan yang maksiat, janji palsu, tipu
daya, menghambat manusia menjalankan perintah Allah, memiliki sifat bermusuhan dan
lain-lain.
4. Akidah Samiyyah (Pendengaran)

5

Internalisasi Nilai-nilai Aqidah dalam Kehidupan

Akidah Samiyyah yaitu membahas tentang segala sesuatu yang hanya bisa kita ketahui
lewat sam’i yaitu lewat dalil naqli Al-Qur’an dan As-sunah. Misalnya, tentang berita
adanya alam barzah, hari kiamat, alam kubur, kehidupan akhirat, azab kubur, surga,
neraka, dan lain-lain.
Dari ruang lingkup akidah islam tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya ruang
lingkup akidah termasuk pembahasan rukun iman. Disamping itu sistematika tersebut,
pembahasan akidah juga dapat dipilah-pilah berdasarkan rukun iman yang enam, yaitu
pembahasan tentang iman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab Allah, nabi dan rosul Allah,
hari akhir, dan takdir Allah.


VI. Internalisasi Nilai Akidah
Internalisasi merupakan suatu proses pendalaman atau penghayatan. Internalisasi
sebagai upaya dalam menghayati nilai-nilai ajaran Islam, sehinggga nilai dalam ajaran Islam
dapat tertanam dalam diri kita untuk selanjutnya dapat menjadi sumber motivasi bagi diri kita
untuk bergerak, bertindak dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Internalisasi juga
dapat dilakukan dengan sistem pembiasaan. Pembiasaan yang diajarkan mulai dari usia dini,
agar tertanam dalam dirinya hingga dewasa, tidak hanya diperdalam untuk diketahui tetapi
ditanamkan untuk melakukannya. Internalisasi juga menanamkan atau menghayati nilai-nilai
batiniyah dalam hal-hal nilai tauhid agar manusia itu sendiri tidak goyah Imannya dan tidak
lemah yang padahal kesehariannya tetap melakukan ibadah-ibadah formal.

VII. Akidah untuk Kehidupan Manusia
1.

2.

3.

Tujuan Hidup
Mencari Ridha Allah / Mardatillah
“… Tiada sekutu bagi-Nya. Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang
yang mula-mula muslim (diantara penduduk Mekkah)…” (QS. Al-An’am : 163)
Tugas Hidup
Mengabdikan diri kepada Allah dalam berbagai aspek kehidupan / ’ibadah
“… Dan Aku tidak ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu…” (QS. Adz-Dzariyat : 56)
Peranan Hidup
Khalifah, wakil Allah untuk mewujudkan kehendak Illahi di bumi, memakmurkan alam
dan lain-lain. Pelanjut Risalah / menampaikan ajaran - ajaran Allah dan membelanya
“… Dan Dia-lah yang menjadikan kamu pemimpin-pemimpin di bumi, dan dia
meninggikan sebahagiaan kamu atas sebahagiaan beberapa derajat, untuk mengujimu
tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhan engkau amat cepat

6

Internalisasi Nilai-nilai Aqidah dalam Kehidupan

memberikan siksaan, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang…”
(QS. Al An’am : 165)
“… Kamu adalah sebaik-baiknya umat yang dilahirkan manusia, kamu menyuruh
(berbuat) yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan kamu beriman kepada Allah;
dan sekiranya Ahli Kitab itu beriman, niscahya lebih baik bagi mereka; di antara mereka
ada yang beriman dan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang fasik. (QS. Ali’ Imran
4.

:110)
Pedoman Hidup
Al-Qur’an dan As-Sunnah
“… Bahwa sesungguhnya Al-Qur’an ini memberi petunjuk kepada (jalan) yang lebih
lurus dan membawa kabar gembira untuk orang-orang mukmin yang beramal shaleh,
sesungguhnya bagi mereka pahala yang besar…” (QS. Al Isra : 9)
“… Hai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu
kepada Rasul dan kepada pemangku kekuasaan di antaramu. Maka jika kamu berselisih
dalam sesuatu (urusan), kembalikanlah ia kepada (Kitab) Allah dan (Sunnah) Rasul, jika
kamu benar-benar beriman terhadap Allah dan hari kemudian. Itulah yang lebih baik dan
lebih bagus kesudahannya…” (QS. An Nisa : 59)
“… Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan sebenarnya,
supaya engkau menghukum antara manusia dengan apa yang telah Allah perlihatkan
kepadamu. Dan janganlang engkau menjadi pembela bagi orang-orang yang

5.

berkhianat…” (QS. An Nisa : 105)
Teladan Hidup
Muhammad Rasulullah SAW
“… Muhammad tiadalah bapak salah seorang laki-laki diantara kamu, tetapi dia
adalah utusan Allah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah mengetahui segala

6.

sesuatu…” (QS. Al Azhab:40)
Kawan Hidup
Mu’minin, Mu’minat
“… Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, maka damaikanlah antara
kedua saudaramu itu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat…”

7.

(QS. Al Hujurat : 10)
Lawan Hidup
Syaitan dan sifat-sifat syaithan seperti :syirik, kufur dan lain-lain
“... Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di
bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan
itu musuh yang nyata bagimu…” (QS. Al-Baqarah : 168)
“… Dan diantara ternak itu ada pemikul beban dan ada yang untuk disembelih.
Makanlah dari rezeki yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, dan janganklah kamu

7

Internalisasi Nilai-nilai Aqidah dalam Kehidupan

turut lankah-langkah setan, sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu…” (QS.
8.

Al-An’am : 142)
Bekal Hidup
Seluruh alam raya dan isinya
“… Dan Dia memudahkan (pula) untuk kamu apa yang di langit dan apa yang
dibumi semuanya (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
menjadi tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir…” (QS. Al-Jasiyah : 13)

VIII. Aqidah dalam Kehidupan
Perlu dipahami bahwa dakwah Rasulullah Saw. selama di Mekkah ditujukan untuk
menguatkan akidah. Ini menghasilkan kualitas keimanan yang sempurna yang ditunjukan oleh
rasul dan para sahabat. Pada saat itu, belum diturunkan aturan hukum-hukum lain yang
mengatur kehidupan pribadi dan bermasyarakat, seperti mu'amalah, puasa dan sebagainya.
Bahkan salat pun diturunkan Allah SWT. kepada Rasul SAW. menjelang hijrah ke Madinah.
Di sini disadari bahwa peranan aqidah sangat penting dalam pembinaan manusia dan
masyarakat. Benar bahwa Rasul SAW. diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia, tetapi
akhlak yang sempurna ini tidak akan dapat terwujud tanpa disandarkan pada landasan aqidah
yang mantap. Bila aqidah sudah dapat diwujudkan dalam amal, maka dengan otomatis akhlak
manusia pun akan dapat mengikutinya.
Salah satu hal yang harus diketahui dalam mengkaji aqidah adalah melakukan
reinterpretasi terhadap makna syahadah. Syahadah sendiri merupakan salah satu bagian dari
rukun iman, bahkan merupakan rukun iman yang pertama. Syahadah menempati kedudukan
utama sebagai awal keislaman dan keimanan seseorang. Mengucapkan kalimat tersebut
menjadikan seseorang sebagai Muslim dan mempunyai kewajiban-kewajiban yang sama
dengan Muslim lainnya. Syahadah merupakan pembatas (border) antara domain (wilayah)
jahiliyah dengan domain Islam. Bila seseorang tidak menganut Islam walaupun ia
berpendidikan atau mempunyai kedudukan tinggi, tetap saja orang tersebut tergolong dalam
domain jahiliyah. Sementara itu, bila seseorang telah berislam / ber-syahadah walaupun dia
seorang yang miskin dan tidak punya apa-apa, tidak berkuasa dan tidak berkedudukan, tetap
saja dia mempunyai nilai yang terhormat di sisi Allah Swt. Pada konteks ini Rasulullah Saw.
bersabda, " Siapa saja yang dalam hidupnya pernah mengucapkan syahadah maka dia akan
dimasukkan dalam surga".
Syahadah terdiri dari dua kategori, yaitu; syahadah tauhid dan syahadah Rasul.
Syahadah tauhid mengesakan Allah Swt. sebagai satu-satunya Tuhan dan tidak ada tuhan lain
8

Internalisasi Nilai-nilai Aqidah dalam Kehidupan

yang menyamai-Nya. Sementara syahadah Rasul berarti mengimani Muhammad sebagai
utusan Allah. Sedikitnya ada tiga makna yang harus dipahami dalam syahadah yaitu:
1. Tasdiiqun bil qolbi
Tasdiiqun bil qolbi yaitu syahadah yang harus dibenarkan dalam hati. Bila unsur ini
tidak dimiliki maka keraguan Islam akan muncul. Unsur ini merupakan nilai terpenting dalam
keimanan seseorang. Ada seorang sahabat Rasulullah yang bernama Amer bin Yassar. Ia
dikisahkan memiliki keteguhan iman luar biasa sehingga harus disiksa oleh kaum kafir
Quraisy kemudian secara tidak sadar mengungkapkan kata-kata kekufuran karena kerasnya
siksaan yang datang kepadanya. Akhirnya hal itu diketahui oleh Rasullullah. Beliau
membolehkannya selama hatinya tidak membenarkannya. Ini membuktikan keimanan itu
harus ada di dalam qalbu seorang Muslim.
2. Iqroorun bil lisan
Iqroorun bil lisan yaitu syahadah yang harus diucapkan atau diumumkan melalui
lisan/ ucapan. Syahadah ini menuntut pembuktian secara nyata tentang keislaman kita kepada
orang lain. Makanya bagi orang yang masuk Islam, langkah pertama yang harus dilakukan
adalah dengan mengucapkan syahadah ini. Setelah itu ia berhak menyandang gelar Muslim
dan mempunyai kewajiban yang sama dengan Muslim lainnya. Dengan syahadah ini, akan
nampak perbedaan antara seorang Muslim dengan non Muslim.
3. Amalun bil arkan
Amalun bil arkan yaitu syahadah yang mengharuskan setiap Muslim mengaplikasikan
syahadahnya dengan amal ibadah secara nyata. Syahadah bukan sekadar diucapkan dan
dibenarkan oleh hati tapi sampai tingkat pelaksanaan hukum-hukum Allah baik berupa
larangan maupun perintah-Nya. Oleh sebab itu, bukan seorang Muslim yang benar jika ia
hanya sekadar bersyahadah saja, namun ia tidak beribadah sesuai perintah Allah SWT. Pada
tingkatan inilah seseorang dinilai sebagai Muslim sejati atau tidak.

IX.

Akidah

Menjadi

Bingkai

&

Kendali

dalam

Berperilaku
Bagaimana akidah memberi pengaruh dalam kehidupan seorang Muslim? Berikut ini
adalah uraian bagaimana akidah menjadi bingkai sekaligus kendali dalam setiap perilaku
kaum Muslim yang dikutip dari tulisan Drs. H. Syamsyul Arifin Nababan “Indahnya BerAqidah PENGARUH AKIDAH DALAM KEHIDUPAN” :
Pertama, berpandangan luas. Menurut al-Maududi, orang yang memiliki aqidah benar
tidak mungkin mempunyai pandangan yang sempit karena dia percaya kepada Yang
Menciptakan langit dan bumi, Pemilik alam semesta, Pemilik barat dan timur, Pemberi rezeki
dan Pendidik makhluk. Dia tidak akan menemui sesuatu yang ganjil dalam alam ini karena
9

Internalisasi Nilai-nilai Aqidah dalam Kehidupan

segala sesuatu yang ada di dalamnya adalah milik Allah Swt. Tidak ada sesuatu pun dalam
alam ini yang dapat menghalangi dan membatasi rasa cintanya dan kecenderungannya untuk
memberi pertolongan kepada sesama manusia. Bagaimanapun pandangan seperti ini tidak
mungkin ada pada orang yang menganut politeisme. Paham ini meyakini bahwa Allah Swt.
mempunyai sifat serba kekurangan dan terbatas seperti manusia.
Kedua, melahirkan rasa bangga dan harga diri. Orang yang memiliki aqidah benar
akan merasa bangga sebagai manusia dan mempunyai harga diri. Dia mengetahui Allah
adalah Pemilik sebenarnya dari segala kekuatan yang ada dalam alam ini, tidak ada yang
memberi manfaat dan mudarat kecuali Allah, tidak ada yang menghidup dan mematikan
kecuali Allah serta tidak ada yang memiliki hukum, kekuasaan dan kedaulatan kecuali Allah.
Oleh karena itu, keimanannya kepada Allah menyebabkan dia tidak berhajat kepada yang lain
kecuali kepada Allah. Tercabut dari dalam hatinya rasa takut kepada yang lain kecuali kepada
Allah. Dia tidak menundukkan kepalanya di hadapan makhluk, tidak merendahkan diri dan
mengemis kepada manusia dan tidak gentar dengan kesombongan dan kebesaran manusia.
Ketiga, rendah hati kepada sesama manusia. Orang yang akidahnya benar tidak
mungkin menjadi angkuh, tidak mensyukuri nikmat dan tidak terpedaya dengan kekuatan dan
kemahiran yang dimilikinya. Karena dia tahu dan yakin semua itu adalah karunia Allah
kepadanya.
menghendaki.

Malah dia sadar Allah berkuasa mengambilnya kembali apabila Dia
Manusia

yang

akidahnya

tidak

benar

akan

mengingkari

nikmat,

menyombongkan diri dan mengangkat kepala apabila memperolehi nikmat. Ia menganggap
nikmat itu hasil usaha dan kecakapannya.
Keempat, jiwa yang bersih dan beramal saleh. Orang yang berakidah secara benar
yakin bahwa tidak ada jalan untuk mencapai keselamatan dan keuntungan kecuali dengan
jiwa yang bersih dan beramal saleh. Kesadaran itu timbul karena dia beriman kepada Allah
yang Maha Kaya dan Maha Adil, bergantung harap segala sesuatu kepada-Nya. Sebaliknya
orang yang musyrik dan kafir menghabiskan masa hidup mereka untuk angan-angan palsu.
Di antara mereka ada yang berkata: "Sesungguhnya anak Allah telah menjadi penebusan
dosa-dosa kita kepada Bapanya." Ada juga yang berkata: "Kami adalah putera Allah dan
kekasihnya, maka Ia tidak akan menyiksa kami karena dosa kami." Ada juga yang berkata:
"Kami akan meminta syafaat pada sisi Allah kepada pembesar kami dan orang yang
bertaqwa di kalangan kami." Ada juga di kalangan mereka yang mempersembahkan nazar
dan korban kepada tuhan mereka dan menganggap dengan cara demikian mereka telah
mendapat izin untuk berbuat sekehendak hati mereka.
Kelima, tidak berputus asa dan hilang harapan. Orang yang akidahnya benar tidak
mudah dihinggapi rasa putus asa dan hilang harapan dalam setiap keadaan. lman memberikan
Internalisasi Nilai-nilai Aqidah dalam Kehidupan
10

ketenteraman yang luar biasa pada hatinya. lman mengisi hatinya dengan ketenangan dan
harapan meskipun dia dihina di dunia dan diusir dari semua pintu kehidupan sehingga
kelihatan jalan hidupnya sempit dan seluruh saluran materi terputus darinya. Dia yakin Allah
tidak pernah terlena dan tidak membiarkan hidupnya terlantar. Oleh karena itu, ia senantiasa
mencurahkan tenaganya dengan bertawakkal kepada Allah dan meminta pertolongan
daripada-Nya dalam semua urusan. Ketenteraman hati dan ketenangan iiwa seperti ini tidak
mungkin dimiliki kecuali dengan aqidah. Orang kafir, musyrik dan mulhid (atheis)
mempunyai hati yang lemah. Mereka bersandar kepada kekuatan yang terbatas. Maka
alangkah cepatnya mereka dihinggapi rasa putus asa ketika menghadapi kesukaran.
Kadangkala menyebabkan mereka membunuh diri mereka sendiri.
Keenam, memiliki hati dan pendirian yang teguh. Akidah yang benar mendidik
manusia dengan kekuatan yang besar, bulat, tekad, berani, sabar, tabah dan tawakkal ketika
menghadapi perkara besar di dunia demi mengharapkan keridhaan Allah. Dia yakin kekuatan
Allah yang memiliki langit dan bumi menyokongnya dan membimbingnya dalam setiap aspek
kehidupan. Oleh karena itu, hatinya menjadi lebih teguh, dan tabah. Hampir tidak ada suatu
musibah dalam dunia yang dapat melawan tekad yang telah dibuatnya.
Ketujuh, berani dan tabah. Akidah yang benar akan menjadikan manusia berani dan
mengisi hatinya dengan ketabahan. Ada dua perkara yang menjadikan seseorang manusia itu
pengecut dan lemah semangat. Pertama, cinta pada diri, harta dan keluarganya. Kedua,
percaya bahwa ada yang lain selain Allah yang dapat mematikan manusia dan dia tidak dapat
menolak kematian itu dengan beragam tipu daya. Akidah yang benar dapat mencabut kedua
persoalan itu dari hati manusia dan sekaligus membersihkannya. lman dapat mencabut yang
pertama dengan menjadikan dia yakin bahwa Allah adalah satu-satunya Pemilik diri, harta
dan keluarganya. lman menjadikan dia sedia berkorban untuk jalan dan keridhaan Allah. Dia
rela berkorban dengan segala sesuatu yang ada padanya dengan sesuatu yang mahal maupun
murah. lman juga dapat mencabut persoalan kedua dengan menanamkan ke dalam iiwa
manusia bahwa tidak ada seorang manusia atau seekor binatang pun yang dapat merampas
hidupnya.
Kedelapan, menjauhi perbuatan hina. Iman kepada Allah mengangkat derajat manusia
dan menimbulkan dalam dirinya sifat menjauhkan diri dari perbuatan yang dapat
merendahkan martabatnya. Dia juga merasa cukup dengan apa yang ada dan tidak
memerlukan pemberian orang, menyucikan hatinya dari sifat tamak, rakus, dengki, rendah diri
dan segala sifat buruk serta kecenderungan yang hina. Tidak terlintas dalam hatinya memilih
jalan yang keji untuk mencapai kejayaan karena dia yakin rezeki berada di tangan Allah. Dia
Internalisasi Nilai-nilai Aqidah dalam Kehidupan
11

yakin Allah melimpahkan rezeki kepada orang yang dikehendaki-Nya dan menentukan
kepada orang yang dikehendaki-Nya. Tidak ada kemuliaan, kekuatan, kemasyhuran,
kekuasaan, pengaruh dan kemenangan melainkan di tangan Allah. Manusia wajib berusaha
dengan cara yang mulia menurut kemampuannya. Kejayaan atau kegagalan bergantung
kepada Allah. Tidak ada yang dapat menahan apa yang diberi-Nya dan tidak ada yang dapat
memberi apa yang ditahan-Nya.
Sembilan, terikat dan patuh pada peraturan Allah. Akidah yang benar akan menjadikan
manusia terikat dan patuh pada undang-undang Allah. Orang yang beriman yakin bahwa
Allah mengetahui segala sesuatu. Allah lebih dekat kepada diri mereka daripada urat leher
mereka sendiri. Orang beriman yakin apabila mereka melakukan sesuatu perbuatan di dalam
gelap ataupun terang, Allah tetap mengetahui. Apabila terlintas dalam hatinya sesuatu yang
tidak baik, Allah tetap mengetahui. Walaupun dia dapat menyembunyikan perbuatannya
daripada orang lain, dia tidak dapat menyembunyikannya dari Allah. Walaupun dia dapat
melepaskan dirinya dari berbagai kekuatan, dia tidak dapat melepaskan dirinya dari Allah.
Semakin kukuh akidah ini melekat dalam jiwa seseorang, semakin tekun ia mengikuti hukum
Allah dan menjauhi larangan-Nya. Ia bergegas menuju kebajikan dan mengerjakan apa yang
diperintah oleh Allah dimanapun berada. Di hadapan matanya senantiasa terbayang
pengadilan tinggi dan tidak ada orang yang dapat melepaskan diri daripada pemeriksaan-Nya.

Penutup

Internalisasi Nilai-nilai Aqidah dalam Kehidupan
12

Akidah adalah sumber energi jiwa yang senantiasa memberikan kita kekuatan untuk
bergerak menyemai kebaikan, kebenaran dan keindahan dalam kehidupan. Atau bergerak
mencegah kejahatan, kebatilan dan kerusakan dipermukaan bumi. Akidah adalah gelora yang
memberi inspirasi kepada pikiran-pikiran kita untuk mempertajam bashirah (mata
batin). Akidah

adalah

cahaya

yang

menerangi

dan

melapangkan

jiwa

kita

untuk "taqwa". Akidah adalah bekal yang menjalar di seluruh bagian tubuh kita untuk
melahirkan

"harakah". Akidah

menentramkan

perasaan,

menguatkan

tekad

dan

menggerakkan raga kita. Akidah mengubah individu menjadi baik, dan kebaikan individu
menjalar dalam kehidupan masyarakat, maka masyarakat menjadi erat dan dekat. Dengan
akidah, yang kaya diantara mereka menjadi dermawan, yang miskin diantara mereka
adalah "iffah" (menjaga kehormatan dan harga diri), yang berkuasa diantara mereka adalah
adil, yang ulama diantara mereka adalah taqwa, yang kuat diantara mereka adalah penyayang,
yang pintar diantara mereka adalah rendah hati, yang bodoh diantara mereka adalah
pembelajar.
Dalam kehidupan pula nilai akidah menjadi sangat penting kerena merupakan
keyakinan yang akan membimbing akhlak dalam menjalani kehidupan sehingga tidak terjadi
penyelewengan dalam mendasari perilaku.

Daftar Pustaka
Kholisin, A. Tohe, Hanik Mahlihatussikah. 2008. Akidah Akhlak. Sidoarjo: Media Ilmu.
Faridl Mahmud. 1980. Pokok-pokok Ajaran Islam. Bandung : Pustaka.
Nababan Drs. H. Syamsyul Arifin. 2012. Indahnya Ber-Aqidah PENGARUH AKIDAH
DALAM KEHIDUPAN, (Online), www.annabacenter.com/main/kajian/detail.php?
detail=20120920111957
Internalisasi Nilai-nilai Aqidah dalam Kehidupan
13

Internalisasi Nilai-nilai Aqidah dalam Kehidupan
14