DAMPAK EKONOMI SOSIAL BUDAYA DAN LINGKUN
DAMPAK EKONOMI, SOSIAL BUDAYA DAN LINGKUNGAN PARIWISATA CRUISE
Putu Diah Sastri Pitanatri
www.diahsastri.com
1. Gambaran Umum Pariwisata Cruise
Perkembangan pariwisata belakangan ini telah memunculkan banyak bentuk‐
bentuk pariwisata baru. Tahun 1970‐an dan 1980‐an adalah periode pertumbuhan
industri cruise yang sangat pesat. Saat ini, ada lebih dari 30 kapal dijadwalkan
bergabung dengan armada global selama empat tahun ke depan mewakili investasi
lebih dari US $ 20 miliar.
Sekitar 40% pendapatan dari penjualan kamar dikontribusikan langsung ke
Negara Karibia tetapi menurut World Travel and Tourism Council 'kontribusi
ekonomi pariwisata pelayaran ke negara Karibia sangat kecil sehingga dapat dibilang
diabaikan' [dikutip oleh Klein (2005a)]. Sebagian besar kapal‐kapal pesiar terdaftar di
negara yang menawarkan Flag Of Convinience (FOC) atau 'bendera kemudahan'
seperti Bahama, Panama, atau Liberia.
Kester (2002) menyatakan bahwa pendapatan rata‐rata cruise per perjalanan
hampir setinggi penerimaan rata‐rata per kedatangan wisatawan internasional.
Namun distribusi pendapatan kurang adil. Kebanyakan port memperoleh kontribusi
kecil dan menyediakan sejumlah kecil pekerjaan dan peluang usaha bagi penduduk
setempat. Pertumbuhan cruise yang terus meningkat memberi dampak yang
signifikan pada tingkat yang berbeda pada sosial‐budaya, ekonomi, politik dan
lingkungan. Ada beberapa penelitian mengenai efek terhadap destinasi tujuan,
khususnya berkaitan dengan analisis biaya‐manfaat kegiatan industri pelayaran.
2. Dampak Perekonomian
Pariwisata Cruise memiliki efek langsung, tidak langsung dan diinduksi terhadap
perekonomian daerah tujuan. Efek langsung adalah pada pemasok yang menjual
barang dan jasa secara langsung kepada kapal pesiar, penumpang kapal pesiar dan
awak. Pengeluaran yang terkait dengan kapal pesiar termasuk biaya pelabuhan,
biaya laut, makanan dan minuman, bahan bakar, air, pemeliharaan. Sementara
pengeluaran tambahan dari cruise itu sendiri meliputi pengeluaran wisatawan
seperti taksi, souvenir, wisata pantai, makanan dan minuman, pengeluaran kru
1
termasuk restoran, barang ritel, kegiatan rekreasi, transportasi, dan lain‐lain. Efek
tidak langsung merupakan hasil dari pembelian pemasok langsung seperti barang‐
barang dari perusahaan lain. Multiplier effect timbul dari pengeluaran penerima
langsung dan tidak langsung yang dihasilkan dari pendapatan mereka yang
meningkat.
Tidak mudah untuk mengukur dampak dari aktivitas pelayaran. Seperti dijelaskan
oleh Braun et al. (2002), salah satu kesulitan utama terletak pada kenyataan bahwa
banyak jalur pelayaran berlayar di bawah bendera kemudahan serta karena
mempekerjakan awak seluruh dunia dengan tingkat pengeluaran yang berbeda.
Industri pelayaran memiliki potensi untuk memberikan manfaat ekonomi bagi
negara pelabuhan. Namun, akomodasi kapal pesiar besar ke pelabuhan
membutuhkan banyak investasi modal awal dalam bentuk fasilitas infrastruktur serta
biaya pemeliharaan. Berdasarkan skenario pariwisata, dengan biaya infrastruktur
atau biaya lingkungan yang tinggi, pertumbuhan yang cepat dari pariwisata dapat
mengakibatkan stagnasi atau bahkan penurunan PDB [Gooroochurn dan Blake
(2005), Nowak et al. (2003) dan Nowak dan Sahli (2007)]. Tanpa investasi asing yang
signifikan dalam infrastruktur ini, patut dipertanyakan apakah pembangunan
terminal kapal pesiar besar bisa melewati analisis biaya‐manfaat.
3.1 Cruise Lines
Baru‐baru ini, wisata pelayaran telah merancang paket kapal pesiar
dengan durasi pendek. Paket dua atau tiga malam memungkinkan orang
dapat mengambil sebuah kapal pesiar dari Miami ke Bahama atau Barcelona
ke Palma (Majorca). Jenis‐jenis kapal pesiar yang ditujukan kepada target
market yang mengalami peningkatan: penumpang muda yang aktif.
Alasan lain dari pertumbuhan keberhasilan kapal pesiar adalah
kenyataan bahwa biasanya kapal itu sendiri adalah daya tarik wisata utama.
Sebagian besar penumpang kapal pesiar tidak turun karena mereka memiliki
hampir semua fasilitas hiburan yang sangat lengkap. Oleh sebab itu pengelola
cruise ships‐lah yang paling diuntungkan dengan aktivitas karena lebih dari
50% dari aktivitas dan permainan darat sudah tersedia diatas kapal.
2
3.2 Wholesaler Receptive Tourism Operator
Perusahaan‐perusahaan ini mampu menawarkan harga yang lebih
rendah, oleh sebab itu perusahaan wholesaler ini mendominasi
pengoperasian wisata pelabuhan tujuan. Operator dan penyedia wisata local
dengan skala kecil tidak hanya mengundurkan diri untuk mendapatkan
keuntungan, tetapi mereka juga akan harus berurusan dengan penumpang
yang tidak senang. Operator ini memilih untuk tidak bersaing dengan
pengelola cruise line karena takut kehilangan bagian kecil dari bisnis yang
mereka bagi. Salah satu risiko dari perusahaan ini adalah kenyataan bahwa
penumpang membeli paket perjalanan, dua hari atau bahkan satu hari
sebelum kedatangan. Hal ini tentu saja berakibat terhadap rendahnya jumlah
wisatawan yang mereka harapkan.
3.3 Sektor Perhotelan
Sektor Cruise menyebabkan ketakutan kepada manajer hotel karena tidak
membayar pajak dibandingkan dengan mereka yang membayar untuk
berusaha di sektor tersebut. Di Aruba misalnya, hotel dan operator merasa
bahwa paket tradisional mereka kehilangan occupancy setiap ada kapal yang
berlabuh. Berkenaan dengan pendapat ini, Manuel Butler Halter (seorang ahli
dari WTO) menyatakan bahwa pertumbuhan sektor pelayaran dan sektor
pariwisata konvensional tidak dapat didamaikan jika mereka tidak kreatif
didalam mengembangkan diversifikasi produk dan pengembangan kebijakan
yang mengakomodasi motivasi wisatawan pada daerah tujuan.
3. Dampak Terhadap Lingkungan
Johnson (2002 dalam Aguirre 2010) mengatakan ada suatu studi yang
mengidentifikasi adanya dampak wisata kapal pesiar terhadap lingkungan yang
dilakukan oleh British Airways di Seychelles yaitu: pertama, adanya modifikasi
terhadap lingkungan alam; hilangnya habitat alami, eksploitasi konstruksi oleh
masyarakat lokal. Kedua, operasional terkait dengan penggunaan energi, air dan
orang‐orang kebetulan atau sengaja merusak ekosistem laut. Ketiga, dampak yang
3
berhubungan dengan pemindahan orang ke dan dari titik keberangkatan dan tujuan,
sehingga meningkatkan penggunaan perjalanan udara. Keempat, dampak kegiatan
rekreasi pada satwa liar seperti gangguan dan membuang sampah sembarangan,
dan tekanan pada spesies yang terancam punah
4. Dampak Sosial dan Budaya
Aguirre 2010) menggambarkan perkembangan industri kapal pesiar yang cukup
pesat akan berkaitan dengan interaksi yang cukup intensif antara wisatawan dan
penduduk setempat, akan menimbulkan dampak negatif baik ketika host
berhadapan dengan wisatawan dan juga sebaliknya (Klein,2005b dalam
Aguirre,2010). Banyak literature yang membahas tentang hubungan antara
wisatawan dengan tuan rumah (host) baik dalam konteks ekonomi maupun social
(Olsen, 2002; Gibson and Bentley,2006), dimana akan terjadi berbagai perubahan;
nilai, system, hubungan keluarga, prilaku individu, rasa aman, nilai moral, kehidupan
kelompok, kreatifitas, upacara tradisi dan organisasi sosial.
Prilaku masyarakat harus dipahami sebagai pengaruh dari situasi sosial, karena
kehadiran dan prilaku yang berbeda dari wisatawan. Seperti contoh dengan destinasi
yang sangat kecil enggan dengan adanya gelombang wisatawan yang besar,
tentunya akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat terutama
kaitannya dengan penangananya. Juga akan terjadi polusi trasportasi, kemacetan
lalu lintas.(Aguirre,2010).
5. Pembahasan Perpajakan
Pajak utama yang paling banyak ditemui dalam perjalanan dan pariwisata adalah
pajak kedatangan dan keberangkatan internasional yang masih belum dapat di ukur
dampaknya secara signifikan. Sampai saat ini, analisis ekonomi mengenai pajak dari
wisatawan difokuskan terutama pada hunian hotel (tempat tidur) dan pajak sewa
mobil harian yang dikenakan oleh banyak daerah AS (Mak, 2008). Situasi ini
kemudian diperparah dengan adanya kasus jalur pelayaran yang mengadopsi
"bendera kemudahan". Pada kasus ini kapal dibebaskan dari pajak berganda, standar
keamanan rendah, hanya menjalani beberapa pemeriksaan lingkungan, biaya
4
operasional rendah, dan pererekrutan staf tanpa peraturan nasional atau
internasional.
Pelabuhan dan masyarakat yang menerima pariwisata cruise juga dihadapkan
dengan serangkaian hidden cost yang biasanya tidak memperhitungkan ketika
membuat konsesi untuk menarik kapal pesiar seperti depresiasi infrastruktur, biaya
transportasi, layanan medis, biaya perbaikan jalan, biaya kebersihan, biaya
pembatalan perjalanan, dan biaya pelestarian lingkungan. Banyak dari pelabuhan
tidak memiliki penghasilan yang memungkinkan untuk mengatasi biaya yang
disebutkan. Oleh karena itu, perlu ada inisiatif untuk mengharuskan penumbang dan
pengusaha cruise agar dapat membayar retribusi atas kerugian tersebut.
Kesimpulan
Dengan berkembangnya pariwisata dunia dan juga perubahan atas pangsa
pasar dunia membawa pengaruh positif bagi perkembangan pariwisata kapal pesiar
secara umum. Jumlah penumpang kapal pesiar mengalami pertumbuhan rata‐rata
antara 3 ‐ 5 % atau hampir sama dengan pertumbuhan pariwisata dunia, bahkan
mungkin akan mengalami pertumbuhan diatasnya. Berkembangnya pariwisata kapal
pesiar, juga ditandai dengan tumbuhnya jumlah perusahaan kapal pesiar di dunia,
seperti Holland American Line, Costa Cruise, Carnival dan lainnya yang melakukan
perjalanan ke Berbagai belahan dunia.
Berbagai dampak yang mungkin akan timbul dengan adanya perkembangan
industri kapal pesiar seperti dampak ekonomi, sosil budaya dan juga lingkungan.
Dampak positif dalam bidang ekonomi memang tidak dapat diragukan lagi, termasuk
dalam bidang penyerapan tenaga kerja. Namun dampak negatir akan menanti bila
tidak dikelola atau tanpa perencanaan yang baik.
5
Putu Diah Sastri Pitanatri
www.diahsastri.com
1. Gambaran Umum Pariwisata Cruise
Perkembangan pariwisata belakangan ini telah memunculkan banyak bentuk‐
bentuk pariwisata baru. Tahun 1970‐an dan 1980‐an adalah periode pertumbuhan
industri cruise yang sangat pesat. Saat ini, ada lebih dari 30 kapal dijadwalkan
bergabung dengan armada global selama empat tahun ke depan mewakili investasi
lebih dari US $ 20 miliar.
Sekitar 40% pendapatan dari penjualan kamar dikontribusikan langsung ke
Negara Karibia tetapi menurut World Travel and Tourism Council 'kontribusi
ekonomi pariwisata pelayaran ke negara Karibia sangat kecil sehingga dapat dibilang
diabaikan' [dikutip oleh Klein (2005a)]. Sebagian besar kapal‐kapal pesiar terdaftar di
negara yang menawarkan Flag Of Convinience (FOC) atau 'bendera kemudahan'
seperti Bahama, Panama, atau Liberia.
Kester (2002) menyatakan bahwa pendapatan rata‐rata cruise per perjalanan
hampir setinggi penerimaan rata‐rata per kedatangan wisatawan internasional.
Namun distribusi pendapatan kurang adil. Kebanyakan port memperoleh kontribusi
kecil dan menyediakan sejumlah kecil pekerjaan dan peluang usaha bagi penduduk
setempat. Pertumbuhan cruise yang terus meningkat memberi dampak yang
signifikan pada tingkat yang berbeda pada sosial‐budaya, ekonomi, politik dan
lingkungan. Ada beberapa penelitian mengenai efek terhadap destinasi tujuan,
khususnya berkaitan dengan analisis biaya‐manfaat kegiatan industri pelayaran.
2. Dampak Perekonomian
Pariwisata Cruise memiliki efek langsung, tidak langsung dan diinduksi terhadap
perekonomian daerah tujuan. Efek langsung adalah pada pemasok yang menjual
barang dan jasa secara langsung kepada kapal pesiar, penumpang kapal pesiar dan
awak. Pengeluaran yang terkait dengan kapal pesiar termasuk biaya pelabuhan,
biaya laut, makanan dan minuman, bahan bakar, air, pemeliharaan. Sementara
pengeluaran tambahan dari cruise itu sendiri meliputi pengeluaran wisatawan
seperti taksi, souvenir, wisata pantai, makanan dan minuman, pengeluaran kru
1
termasuk restoran, barang ritel, kegiatan rekreasi, transportasi, dan lain‐lain. Efek
tidak langsung merupakan hasil dari pembelian pemasok langsung seperti barang‐
barang dari perusahaan lain. Multiplier effect timbul dari pengeluaran penerima
langsung dan tidak langsung yang dihasilkan dari pendapatan mereka yang
meningkat.
Tidak mudah untuk mengukur dampak dari aktivitas pelayaran. Seperti dijelaskan
oleh Braun et al. (2002), salah satu kesulitan utama terletak pada kenyataan bahwa
banyak jalur pelayaran berlayar di bawah bendera kemudahan serta karena
mempekerjakan awak seluruh dunia dengan tingkat pengeluaran yang berbeda.
Industri pelayaran memiliki potensi untuk memberikan manfaat ekonomi bagi
negara pelabuhan. Namun, akomodasi kapal pesiar besar ke pelabuhan
membutuhkan banyak investasi modal awal dalam bentuk fasilitas infrastruktur serta
biaya pemeliharaan. Berdasarkan skenario pariwisata, dengan biaya infrastruktur
atau biaya lingkungan yang tinggi, pertumbuhan yang cepat dari pariwisata dapat
mengakibatkan stagnasi atau bahkan penurunan PDB [Gooroochurn dan Blake
(2005), Nowak et al. (2003) dan Nowak dan Sahli (2007)]. Tanpa investasi asing yang
signifikan dalam infrastruktur ini, patut dipertanyakan apakah pembangunan
terminal kapal pesiar besar bisa melewati analisis biaya‐manfaat.
3.1 Cruise Lines
Baru‐baru ini, wisata pelayaran telah merancang paket kapal pesiar
dengan durasi pendek. Paket dua atau tiga malam memungkinkan orang
dapat mengambil sebuah kapal pesiar dari Miami ke Bahama atau Barcelona
ke Palma (Majorca). Jenis‐jenis kapal pesiar yang ditujukan kepada target
market yang mengalami peningkatan: penumpang muda yang aktif.
Alasan lain dari pertumbuhan keberhasilan kapal pesiar adalah
kenyataan bahwa biasanya kapal itu sendiri adalah daya tarik wisata utama.
Sebagian besar penumpang kapal pesiar tidak turun karena mereka memiliki
hampir semua fasilitas hiburan yang sangat lengkap. Oleh sebab itu pengelola
cruise ships‐lah yang paling diuntungkan dengan aktivitas karena lebih dari
50% dari aktivitas dan permainan darat sudah tersedia diatas kapal.
2
3.2 Wholesaler Receptive Tourism Operator
Perusahaan‐perusahaan ini mampu menawarkan harga yang lebih
rendah, oleh sebab itu perusahaan wholesaler ini mendominasi
pengoperasian wisata pelabuhan tujuan. Operator dan penyedia wisata local
dengan skala kecil tidak hanya mengundurkan diri untuk mendapatkan
keuntungan, tetapi mereka juga akan harus berurusan dengan penumpang
yang tidak senang. Operator ini memilih untuk tidak bersaing dengan
pengelola cruise line karena takut kehilangan bagian kecil dari bisnis yang
mereka bagi. Salah satu risiko dari perusahaan ini adalah kenyataan bahwa
penumpang membeli paket perjalanan, dua hari atau bahkan satu hari
sebelum kedatangan. Hal ini tentu saja berakibat terhadap rendahnya jumlah
wisatawan yang mereka harapkan.
3.3 Sektor Perhotelan
Sektor Cruise menyebabkan ketakutan kepada manajer hotel karena tidak
membayar pajak dibandingkan dengan mereka yang membayar untuk
berusaha di sektor tersebut. Di Aruba misalnya, hotel dan operator merasa
bahwa paket tradisional mereka kehilangan occupancy setiap ada kapal yang
berlabuh. Berkenaan dengan pendapat ini, Manuel Butler Halter (seorang ahli
dari WTO) menyatakan bahwa pertumbuhan sektor pelayaran dan sektor
pariwisata konvensional tidak dapat didamaikan jika mereka tidak kreatif
didalam mengembangkan diversifikasi produk dan pengembangan kebijakan
yang mengakomodasi motivasi wisatawan pada daerah tujuan.
3. Dampak Terhadap Lingkungan
Johnson (2002 dalam Aguirre 2010) mengatakan ada suatu studi yang
mengidentifikasi adanya dampak wisata kapal pesiar terhadap lingkungan yang
dilakukan oleh British Airways di Seychelles yaitu: pertama, adanya modifikasi
terhadap lingkungan alam; hilangnya habitat alami, eksploitasi konstruksi oleh
masyarakat lokal. Kedua, operasional terkait dengan penggunaan energi, air dan
orang‐orang kebetulan atau sengaja merusak ekosistem laut. Ketiga, dampak yang
3
berhubungan dengan pemindahan orang ke dan dari titik keberangkatan dan tujuan,
sehingga meningkatkan penggunaan perjalanan udara. Keempat, dampak kegiatan
rekreasi pada satwa liar seperti gangguan dan membuang sampah sembarangan,
dan tekanan pada spesies yang terancam punah
4. Dampak Sosial dan Budaya
Aguirre 2010) menggambarkan perkembangan industri kapal pesiar yang cukup
pesat akan berkaitan dengan interaksi yang cukup intensif antara wisatawan dan
penduduk setempat, akan menimbulkan dampak negatif baik ketika host
berhadapan dengan wisatawan dan juga sebaliknya (Klein,2005b dalam
Aguirre,2010). Banyak literature yang membahas tentang hubungan antara
wisatawan dengan tuan rumah (host) baik dalam konteks ekonomi maupun social
(Olsen, 2002; Gibson and Bentley,2006), dimana akan terjadi berbagai perubahan;
nilai, system, hubungan keluarga, prilaku individu, rasa aman, nilai moral, kehidupan
kelompok, kreatifitas, upacara tradisi dan organisasi sosial.
Prilaku masyarakat harus dipahami sebagai pengaruh dari situasi sosial, karena
kehadiran dan prilaku yang berbeda dari wisatawan. Seperti contoh dengan destinasi
yang sangat kecil enggan dengan adanya gelombang wisatawan yang besar,
tentunya akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat terutama
kaitannya dengan penangananya. Juga akan terjadi polusi trasportasi, kemacetan
lalu lintas.(Aguirre,2010).
5. Pembahasan Perpajakan
Pajak utama yang paling banyak ditemui dalam perjalanan dan pariwisata adalah
pajak kedatangan dan keberangkatan internasional yang masih belum dapat di ukur
dampaknya secara signifikan. Sampai saat ini, analisis ekonomi mengenai pajak dari
wisatawan difokuskan terutama pada hunian hotel (tempat tidur) dan pajak sewa
mobil harian yang dikenakan oleh banyak daerah AS (Mak, 2008). Situasi ini
kemudian diperparah dengan adanya kasus jalur pelayaran yang mengadopsi
"bendera kemudahan". Pada kasus ini kapal dibebaskan dari pajak berganda, standar
keamanan rendah, hanya menjalani beberapa pemeriksaan lingkungan, biaya
4
operasional rendah, dan pererekrutan staf tanpa peraturan nasional atau
internasional.
Pelabuhan dan masyarakat yang menerima pariwisata cruise juga dihadapkan
dengan serangkaian hidden cost yang biasanya tidak memperhitungkan ketika
membuat konsesi untuk menarik kapal pesiar seperti depresiasi infrastruktur, biaya
transportasi, layanan medis, biaya perbaikan jalan, biaya kebersihan, biaya
pembatalan perjalanan, dan biaya pelestarian lingkungan. Banyak dari pelabuhan
tidak memiliki penghasilan yang memungkinkan untuk mengatasi biaya yang
disebutkan. Oleh karena itu, perlu ada inisiatif untuk mengharuskan penumbang dan
pengusaha cruise agar dapat membayar retribusi atas kerugian tersebut.
Kesimpulan
Dengan berkembangnya pariwisata dunia dan juga perubahan atas pangsa
pasar dunia membawa pengaruh positif bagi perkembangan pariwisata kapal pesiar
secara umum. Jumlah penumpang kapal pesiar mengalami pertumbuhan rata‐rata
antara 3 ‐ 5 % atau hampir sama dengan pertumbuhan pariwisata dunia, bahkan
mungkin akan mengalami pertumbuhan diatasnya. Berkembangnya pariwisata kapal
pesiar, juga ditandai dengan tumbuhnya jumlah perusahaan kapal pesiar di dunia,
seperti Holland American Line, Costa Cruise, Carnival dan lainnya yang melakukan
perjalanan ke Berbagai belahan dunia.
Berbagai dampak yang mungkin akan timbul dengan adanya perkembangan
industri kapal pesiar seperti dampak ekonomi, sosil budaya dan juga lingkungan.
Dampak positif dalam bidang ekonomi memang tidak dapat diragukan lagi, termasuk
dalam bidang penyerapan tenaga kerja. Namun dampak negatir akan menanti bila
tidak dikelola atau tanpa perencanaan yang baik.
5