KEHIDUPAN EKONOMI SOSIAL AGAMA DAN POLIT

TUGAS SEJARAH INDONESIA
KEHIDUPAN EKONOMI SOSIAL AGAMA DAN POLITIK
KERAJAAN BULELENG,TULANG BAWANG,KOTA KAPUR
DAN DINASTI WARWADEWA

DISUSUN OLEH:
ISNAINI NURJANATI R
X IIS 2/15
SMA NEGERI I WONOSARI
2014

PEMBAHASAN
KERAJAAN BULELENG
Kerajaan Buleleng merupakan Kerajaan Hindu Budha tertua di Bali. Kerajaan ini
berkembang pada abad IX-XI Masehi. Kerajaan ini diperintah oleh Dinasti Warmadewa.
Kerajaan ini dapat dipelajari melalui prasasti Belanjong, Penempahan, dan Melatgede.
Kerajaan ini berpusat di Buleleng, Bali bagian utara. Buleleng tereletak dipesisir pantai
menyebabkan Buleleng sering disinggahi kapal-kapal.
a.

Kehidupan Politik

Dinasti Warmadewa didirikan oleh Sri Kesari Warmadewa. Berdasarkan prasasti

Belanjong, Sri Kesari Warmadewa merupakan keturunan bangsawan Sriwijaya yang gagal
menaklukan Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat. Kegagalan tersebut menyebabkan Sri
Kesari Warmadewa memilih pergi ke Bali dan mendirikan pemeerintahan baru.
Pada tahun 989-1011 Kerajaan Buleleng diperintah oleh Udayana Warmadewa.
Udayana memiliki 3 putra yaitu, Airlangga, Marakatapangkaja, dan Anak Wungsu. Nantinya
Airlangga akan menjadi raja terbesar di Medang Kemulan, Jawa Timur. Menurut prasasti
yang terdapat di pura Batu Madeg, Raja Udayan menjalin hubungan dengan Dinasti Isyana di
Jawa Timur. Hubungan ini dilakukan karena permaisuri Udayana bernama Gunapriya
Dharmapatni merupakan keturunan Mpu Sindok. Raja Udayana digantikan oleh putranya
Marakatapangkaja.
Rakyat Buleleng menganggap Marakatapangkaja sebagai sumber kebenaran hukum
karena selalu melindungi rakyatnya. Marakatapangkaja membangun beberapa tempat
peribadatan untuk rakyat. Salah satu peninggalan Marakatapangkaja adalah kompleks candi
di Gunung Kawi (Tampaksiring). Pemerintahan Marakatapangkaja digantikan oleh adiknya
yaitu Anak Wungsu. Anak Wungsu merupakan Raja terbesar dari Dinasti Warmadewa. Ia
berhasil menjaga kestabilan kerajaan dengan menanggulangi berbagai gangguan dari dalam
maupun luar kerajaan. Dalam menjalankan pemerintahannya Raja dibantu oleh badan
penasehat pusat yang disebut pakirankiran I jro makabehan. Badan ini memberikan tafsiran

dan nasihat kepada raja atas berbagai permasalahan yang muncul.

b.

Kehidupan Ekonomi
Kegiatan ekonomi masyarakat Buleleng pada sektor pertanian. Kehidupan masyarakat

Buleleng dapat dipelajari dari prasasti Bulian. Dalam prasasti Bulian terdapat bebrapa istilah
yang berhubungan dengan sistem bercocok tanam seperti sawah, parlak (sawah kering),
(gaga) ladang, kebwan (kebun), dan lain sebagainya.
Perdagangan antarpulau di Buleleng juga sudah cukup maju ditandai dengan banyaknya
saudagar yang bersandar dan melakukan kegiatan perdagangan dengan penduduk Buleleng.
Komoditas yang terkenal di Buleleng adalah kuda. Dalam prasasti Lutungan dikatakan bahwa
Raja Anak Wungsu melakukan transaksi perdagangan 30 ekor kuda dengan saudagar dari
Pulau Lombok. Keterangan tersebut membuktikan bahwa perdagangan pada saat itu sudah
maju sebab kuda merupakan binatang yang besar sehingga memerlukan kapal yang besar
pula untuk mengangkutnya.
c.

Kehidupan Agama

Agama Hindu Syiwa adalah agama yang paling banyak dianut masyarakat Buleleng.

Tetapi tradisi megalitik masih ada dalam masyarakat Buleleng. Kondisi ini dibuktukan
dengan ditemukannya beberapa bangunan pemujaan seperti punden berundak di sekitar purapura di Hindu. Pada masa pemerintahan Janasadhu Warmadewa agama Budha mulai
berkembang. Perkembangan ini ditandai dengan penemuan unsure-unsur Budha seperti arca
Budha di Gua Gajah dan stupa di pura Pegulingan.
Agama Hindu dan Budha mulai mendapat peranan penting pada masa Raja Udayana.
Pada masa ini pendeta Siwa dan brahmana Budha diangkat sebagai salah satu penasehat raja.
Masyarakat Buleleng menganut agama Hindu Waesnawa.
d.

Kehidupan Sosial
Dalam kehidupan sosial, masyarakat Bali, tidak terlepas dari agama yang
dianutnya yaitu agama hindu dari Budha sehingga keadaan sosialnya sebagai berikut:
1. Terdapat pembagian kasta dalam masyarakat yaitu Brahmana, Ksatria
dan Waisya.
2. Masing-masing golongan mempunyai tugas dan kewajiban yang tidak sama.
3. Pada masa Anak Wungsu dikenal adanya golongan pekerja khusus yaitu pande
besi, pande emas, dan pande tembaga bertugas membuat alat-alat pertanian dll.


Dari ketiga hal diatas dapa kiata ambil kesimpulan:
1. Kehidupan sosial masyarakat Bali sudah teratur dan rapi
2. Sudah ada system pembagian kerja
3. Hasil budaya kerajaan Bali antara lain berupa:
a.
b.
c.
d.

Prasasti.
Cap Materai kecil dari tanah liat yang disimpan dalam stupa kecil
Arca misalnya arca durga.
Dua kitab undang-undang yang dipakai pada masa pemerintahan Jayasakti

yaitu Uttara Widdhi Balawan dan Rajawacana/Rajaniti.
e. Pada zaman Jayasakti agam Budha dan Syiwa berlambang dengan baik
bahkan raja sendiri disebut sebagai penjelmaan dewa Wisnu (airan
Waisnawa).
f. Prasasti di Bali paling banyak menggunakan bahasa Jawa kuno
hubungan dengan Jawa diperkirakan terjalin dengan baik.


sehingga

KERAJAAN TULANG BAWANG
Kerajaan Tulangbawang adalah salah suatu kerajaan yang pernah berdiri di Lampung.
Kerajaan ini berlokasi di sekitar Kabupaten Tulang Bawang, Lampung sekarang. Tidak
banyak catatan sejarah yang memberikan keterangan mengenai kerajaan ini. Musafir
Tiongkok yang pernah mengunjungi Nusantara pada abad VII, yaitu I Tsing dalam catatannya
menyatakan pernah singgah di To-Lang P’o-Hwang (“Tulangbawang”), suatu kerajaan di
pedalaman Pulau Sumatera. Dari sumber-sumber sejarah Cina, kerajaan awal yang terletak di
daerah Lampung adalah kerajaan Tulang Bawang.
Kehidupan Ekonomi
Berita Cina dari abad ke-5, yaitu dari kitab Liu-sung-Shu, mengemukakan bahwa
pada tahun 499 M sebuah kerajaan yang terletak di wilayah Nusantara bagian barat bernama
P’u-huang atau P’o-huang mengirimkan utusan dan barang-barang upeti ke negeri Cina.
Kitab ini mengemukakan bahwa Kerajaan P’o-huang menghasilkan lebih dari 41 jenis barang
yang diperdagangkan ke Cina. Catatan sejarah dari berbagai sumber ada yang menyebut
tentang Tulang Bawang. Dalam catatan ini jelas-jelas tersurat bahwa antara Sunda dan Tulang
Bawang pernah menjalin hubungan dagang terutama lada.
Kehidupan Politik

Hubungan diplomatik dan perdagangan antara P’o-huang dan Cina berlangsung terus
sejak pertengahan abad ke-5 sampai abad ke-6, seperti halnya dua kerajaan lain di Nusantara
yaitu Kerajaan Ho-lo-tan dan Kan-t’o-li. Dalam sumber sejarah Cina yang lain, yaitu kitab
T’ai-p’inghuang- yu-chi(976–983 M), disebutkan sebuah kerajaan bernama T’o-lang-p’phuang yang terletak di daerah pantai tenggara Pulau Sumatera, di selatan sungai Palembang
(Sungai Musi). L.C. Damais menambahkan bahwa lokasi T’o-lang P’o-huang tersebut
terletak di tepi pantai seperti dikemukakan di dalam Wu-pei-chih. Namun, di samping itu
Damais kemudian memberikan pula kemungkinan lain mengenai lokasi dan identifikasi P’ohuang atau “Bawang” itu dengan sebuah nama tempat bernama Bawang yang sekarang
terletak di daerah Kabupaten Lampung Barat, yaitu di daerah Kecamatan Balik Bukit di
sebelah utara Liwah.

KERAJAAN KOTA KAPUR

Dari hasil penelitian arkeologi yang dilakukan di Kota Kapur tahun 1994, diperoleh
petunjuk tentang kemungkinan adanya sebuah pusat kekuasaan di daerah itu sebelum
munculnya Kerajaan Sriwijaya. Pusat kekuasaan ini meninggalkan temuan arkeologi berupa
sisa-sisa sebuah bangunan candi Hindu (Waisnawa) terbuat dari batu bersama dengan arcaarca batu, di antaranya dua buah arca.
Sebelumnya di situs Kota Kapur selain telah ditemukan sebuah inskripsi batu dari
Kerajaan Sriwijaya yang berangka tahun 608 Saka (686 Masehi), telah ditemukan
peninggalan-peninggalan yang lain di antaranya sebuah arca Wisnu dan sebuah arca Durga
Mahisasuramardhini. Dari peninggalan arkeologi tersebut terlihat kekuasaan di Pulau Bangka

pada waktu itu bercorak Hindu-Waisnawa, seperti di Kerajaan Tarumanegara. Temuan lain
yang penting dari situs Kota Kapur ini adalah peninggalan berupa benteng pertahanan yang
kokoh berbentuk dua buah tanggul sejajar terbuat dari timbunan tanah.Tanggul ini
menunjukkan angka tahun 530 M sampai 870 M. Benteng pertahanan tersebut dibangun
sekitar pertengahan abad ke-6.
Penguasaan Pulau Bangka oleh Sriwijaya ditandai dengan inskripsi Sriwijaya di Kota
Kapur yang berangka tahun 608 Saka (686 Masehi), isinya tentang dikuasainya wilayah ini
oleh Sriwijaya. Sejak dikuasainya Pulau Bangka oleh Sriwijaya pada tahun 686 maka
berakhirlah kekuasaan awal yang ada di Pulau Bangka.

DINASTI WARMADEWA
Kerajaan Dinasti Warmadewa merupakan kerajaan yang raja-rajanya merupakan
anggota wangsa (dinasti). Dari bukti tertulis diketahui bahwa kerajaan ini didirikan oleh Sri
Kesari Warmadewa, seseorang Buddha yang ditugaskan dari Jawa ke Bali. Kerajaan ini
memiliki hubungan dengan Kerajaan Medang yang berada di Jawa Timur. Kerajaan
Warmadewa menguasai bebrapa daerah di Pulau Bali, salah satunya adalah Buleleng. Selama
kerajaan ini berdiri, raja yang membawa pada zaman keemasan adalah raja Anak Wungsu.
Kehidupan Ekonomi
Pada zaman keemasan raja Anak Wungsu, kegiatan yang paling terkenal dari kerajaan
ini adalah perdagangan, dengan barang dagangan berupa; beras; asam; kemiri; dan hasil

pertanian lainnya. Diketahui juga bahwa kerajaan ini sudah menggunakan alat tukar berupa
uang dengan nama ma su dan piling. Dengan perkembangan perdagangan laut antar pulau di
zaman kuno secara ekonomi Buleleng memiliki peranan yang penting bagi perkembangan
kerajaan-kerajaan di Bali misalnya pada Kerajaan Dinasti Warmadewa.
Dari beberapa prasasti yang dikeluarkan oleh raja-raja Bali kuna dapat diketahui
mengenai kehidupan dan mata pencaharian masyarakat Bali kuno. Umumnya penduduk
pulau Bali sejak hidup terutama dari bercocok tanam. Dalam prasasti Songan Tambahan salah
sebuah prasasti dari raja Marakata disebutkan istilah-istilah yang berhubungan dengan cara
mengolah sawah dan menanam padi.
Pada masa pemerintahan Raja Marakata, bahkan mungkin pada masa sebelumnya, pertanian
khususnya pengolahan tanah di Bali telah maju. Macam-macam tanaman yang merupakan
hasil perkebunan antara lain adalah nyu (kepala), kelapa kering (kopra), hano (enau), kamiri
(kemiri), kapulaga, kasumbha (kesumba), tals (ales, keladi), bawang bang (bawang merah),
pipakan (jahe), mula phala (wartel dan umbi-umbian lainnya), pucang (pinang), durryan
(durian), jeruk, hartak (kacang hijau), lunak atau camalagi (asam), cabya (nurica), pisang atau
byu, sarwaphala (buah-buahan), sarwa wija atau sarwabija (padi-padian), kapas, kapir (kapuk
randu), damar (damar).
Raja raja yang pernah memerintah:
1. Shri Kesari Warmadewa (882M - 914M)
2. Shri Ugrasena(915M -942M)

3. Shri Tabanendra Warmadewa (943M - 961M)

4. Shri Candrabhaya Singha Warmadewa (961M - 975M)
5. Shri Janasadhu Warmadewa (975M - 983M)
6. Shri Maharaja Sriwijaya Mahadewi (983M - 989M)
7. 989M - 1011M Shri Udayana Warmadewa (Dharmodayana Warmadewa)- Gunaprya
Dharmapatni. Shri Udayana Warmadewa, menurunkan tiga putra:
A. Airlangga
B. Marakata
C. Anak Wungsu
8. Shri Adnyadewi / Dharmawangsa Wardhana (1011M - 1022M)
9. Shri Dharmawangsa Wardhana Marakatapangkaja (1022M - 1025M)
10. Anak Wungsu (1049M - 1077M)
11. Shri Walaprabu (1079M - 1088M)
12. Shri Sakalendukirana (1088M - 1098M) & Shri Suradhipa (1115M - 1119M)
PENINGGALAN
a. Prasasti Blanjong
Prasasti Blanjong menerangkan tentang Kerajaan Medang dan Kerajaan Dinasti
Warmadewa.
Isinya berbunyi : “Pada tahun 835 çaka bulan phalguna, seorang raja yang

mempunyai kekuasaan di seluruh penjuru dunia beristana di keraton Sanghadwala,
bernama Çri Kesari telah mengalahkan musuh-musuhnya di Gurun dan di Swal.
b.

Inilah yang harus diketahui sampai kemudian hari."
Pura antara lain:
1. Pura Tirta Empul, di daerah Tampaksiring Bali.
2. Pura Penegil Dharma, di Kubutambahan Buleleng.

SUMBER
http://asalmulalampung.blogspot.com/2009/12/kerajaan-tertua-tulang-bawang.html
http://sultansinindonesieblog.wordpress.com/sumatera/kerajaan-tulang-bawang/
http://lailameika13.blogspot.com/2014/08/kehidupan-politik-sosial-ekonomi-dan.html
http://CatatanKu-KARAKTERISTIK-KEHIDUPAN-SOSIAL-DAN-EKONOMI-MASYARAKAT-PADAERA-KERAJAAN-HINDUBUDHA-DIINDONESIA.html