PENCIPTAAN ALAM MENURUT ALQURAN DAN SAIN (1)

PENCIPTAAN ALAM MENURUT ALQURAN DAN SAINS
Paisal Siregar
Pascasarjana UIN Sumatera Utara
e-mail: paisalsiregar_i@yahoo.com

A. Pendahuluan
Sebagai umat Islam kita semua sudah sangat memahami bahwa perintah pertama yang
diterima Nabi Muhammad Saw, dari Allah Swt., adalah "Membaca" tapi kita belum menghayati
betul apa yang terkandung dibalik perintah itu, bahwasanya semua yang telah terjadi di alam
semesta ini semua ciptaan-Nya yang sudah dijelaskan dalam Alquran.1
Alquran adalah kitab suci yang diturunkan Allah Swt., kepada Nabi Muhammad Saw
sebagai wahyu sekaligus sebagai Mu'jizat dan didalamnya juga mengandung beberapa
kemu'jizatan diantaranya Alquran selalu benar dan singkron dengan ilmu pengetahuan modern
yang baru ditemukan seperti sekarang.
Alquran adalah sumber dari segala ilmu, suatu ungkapan yang tidak hanya terdengar
dikalangan umat Islam saja, tetapi juga sering terucap juga oleh para cendikiawan dan ilmuan
barat, dalam menghadapi situasi tertentu dan tidak seorang pun dapat menyangkal bahwa dalam
Alquran tidak hanya diletakkan dasar-dasar peraturan kehidupan manusia dalam hubungan
ibadah dengan Tuhan-Nya dan Tindakan dengan alam sekitarnya, tetapi juga dinyatakan
tentang ciptaan alam termasuk manusia di dalamnya. Dan ini semua tidak lepas dari tujuan
Allah Swt., untuk menunjukkan kuasa-Nya pada manusia agar manusia bisa berpikir dan

menemukan hakekat penciptaan alam dan dirinya sendiri.
"Sesungguhnya dalam penciptaan tata kerja langit dan bumi, malam dan siang, bahtera
yang berlayar dilaut dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu
dia hidupkan bumi sesudah matinya dan dia sebarkan di bumi segala jenis hewan dan
pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, sesungguhnya terdapat
tanda-tanda ke-Esaan dan kebesaran Allah bagi kaum yang berpikir" . (QS. Al-Baqaroh: 164).

Di makalah ini penulis akan menjelaskan tentang asal usul alam semesta di tinjau dari
teks Alquran dan penelitian para ilmuan pada realitas yang ada. Dengan harapan keberadaan
Alquran sebagai mu'jizat bisa menjadi kepercayaan atau keimanan di hati manusia.

Lihat kajian Ilhamuddin, “Reinterpretasi dan Sinergitas Teori Penciptaan Alam,” dalam Miqot: Jurnal
Ilmu-ilmu Keislaman, Vol. 38, No. 2, 2014.
1

B. Batasan Alam
Dalam bahasa Indonesia, alam mempunyai bermacam-macam arti, antara lain: a).
Dunia; b). Segala yang ada di langit dan di bumi (seperti bumi, bintang-bintang, kekuatankekuatan); c). Daerah (keadaan, masa, kehidupan, dan sebagainya); d). Segala sesuatu yang
termasuk dalam satu lingkungan (golongan) dan dianggap sebagai satu keutuhan; e). Segala
daya (kekuatan) yang menyebabkan terjadinya dan seakan-akan mengatur segala sesuatu yang

ada di dunia ini, seperti: hukum alam dan ilmu alam.2
Makna dari etimologi yang dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa alam adalah semua
yang ada; baik yang bersifat materi atau nonmateri, yang dilihat atau yang tidak. Tapi dalam
hal ini Tuhan tidak termasuk alam, walaupun Dia ada, karena Dia tidak bersifat materi atau non
materi.
Penjelasan ayat-ayat Alquran tentang alam raya disebut dengan ayat-ayat kauniyah dan
banyak menggunakan kata atau lafal ‫( الس اء‬langit) atau ‫( الس اوات‬langit-langit) yang hampir
selalu bergandengan dengan lafal ‫( اأرض‬bumi). Kata ‫ الس اء‬dalam bentuk tunggal disebutkan
dalam Alquran sebanyak 120 kali, dan 190 kali dalam bentuk jamak, kata ‫ اأرض‬digunakan
sebanyak 460 kali, ungkapan langit dan bumi atau langit-langit dan bumi dikemukakan lebih
dari 200 kali.3 Kenyataan ini mengharuskan untuk dikatakan bahwa sangat sulit untuk
membahas yang satu tanpa mengikutsertakan yang lain.
Dengan demikian, saat Allah Swt., memberitakan proses terjadinya alam maka
objeknya adalah langit dan bumi serta segala sesuatu yang ada di antara keduanya termasuk
angkasa, karena menurut pengertian bahasa bahwa ‫ الس اء‬mempunyai makna dasar “di atas” atau
“tinggi”.4 Alquran tidak menggunakan lafal ‫دنيا‬, karena pasangan ‫ دنيا‬adalah akhirat. Hal ini
bermakna bahwa langit dan bumi mewakili dimensi vertical dan statis dari kosmos, sedangkan
dunia dan akhirat mewakili hubungan horizontal dan dinamis antara situasi kita sekarang dalam
kehidupan ini, dan situasi masa depan kita setelah kematian. Hubungan statis antara langit dan
bumi akan tetap kuat sehingga hari akhir, namun selanjutnya ia akan hidup dalam bentuk yang

telah berubah.5 Sebagaimana dlam QS. Ibrahim ayat 48.

2
Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, 20008), h. 33-34.
3
Muhammad Fuad ‘Abd al-Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras li al-Faz al-Quran al-Karim (Cairo: Dar alHadis, 1991, Cet. ke-3), h. 35-42 dan h. 459-465.
4
Muhammad Fuad ‘Abd al-Baqi …, h. 469.
5
Sachiko Murata, The Tao of Islam, Terj. Rahmani Astuti dan M.S. Nasrullah (Bandung: PT Mizan
Pustaka, 2004, Cet. ke-9), h. 169.

1

Artinya: (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula)
langit, dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat
Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa . (QS. Ibrahin: 48)

Dengan uraian di atas, maka yang dimaksud dengan alam dalam Alquran adalah segala

sesuatu selain Allah, namun apabila berbicara tentang penciptaan, maka yang dimaksud alah
langit dan bumi dan apa yang ada di antara kedanya.
C. Asal Usul Alam
Salah satu yang menjadi perdebatan antara para filosof dan teolog muslim (Asy’ariyah),
adalah tentang asal usul alam. Para teolog muslim (mutakallimin) mengatakan bahwa alam ini
baharu, dan adanya dari yang tidak ada.6 Pandangan teolog sejalan dengan al-Kindi yang
berpendapat bahwa alam diciptakan dari ketiadaan, dia merupakan ciptaan Allah Swt., beredar
menurut aturannya (sunnatullah) tidak qadim tetapi mempunyai permulaan.7
Sementara filosof lain, dalam hal ini Ibn Sina dan diikuti oleh al-Farabi berpendapat
bahwa alam qadim karena diciptakan oleh Allah sejak qadim dan azali, proses penciptaannya
lewat emanasi. Akan tetapi, tentu Ibn Sina membedakan antara qadimnya Allah dan alam.
Perbedaan yang mendasar terletak pada sebab membuat alam terwujud. Kebenaran alam tidak
didahului oleh zaman, maka alam qadim dari segi zaman (taqaddum zamaniy). Adapun dari
segi esensi, sebagai hasil ciptaan Allah secara emanasi atau pancaran, alam ini baharu (huduth
zatiy), sementara Allah taqaddum zatiy, ia sebab yang ada dan pencipta Alam.8

Sementara Ibn Rusyd berpendapat tentang keazalian materi, tetapi beliau mengkritik
pendapat para filosof bahwa proses terjadinya alam lewat emanasi. Menurut Ibn Rusyd alam
diciptakan dari sesuatu yang sudah ada, yaitu al-maddah, penciptaan ini terus menerus sejak
azali. Untuk mendukung argumentasinya, Ibn Rusyd merujuk kepada Alquran. Ibnu Rusyd

mengatakan bahwa firman Allah dalam QS. Hud ayat 7.
“Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah
singgasana-Nya (sebelum itu di atas air …. ”.
Ayat ini zahirnya mengisyaratkan bahwa “ada” sebelum “yang ada” yaitu, al-‘Arsy dan
air, ada waktu sebelum waktu ini dan firman Allah dalam QS. Ibrahim ayat 48.
“(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit
…”.
Yahya Huwaldi, Dira sah fi ‘Ilm al-Kalam al-Falsafat al-islamiyah (Cairo: Dar al-Saqafah, t.t), h. 129.
Sirajuddin Zar, Filsafat Islam, Filosof dan Filsafatnya (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010, Cet.
ke-4), h. 53.
8
Sirajuddin Zar …, h. 103.
6

7

2

Ayat ini pun mengisyaratkan bahwa “ada yang kedua” setelah “yang ada ini”, begitupun
dengan firman Allah dalam qs. Fussilat ayat 11.

“Kemudian Dia menuju ke langit dan langit itu masih berupa asap ….” yang
mengisyaratkan bahwa langit diciptakan dari sesuatu. Walaupun Ibn Rusyd dikenal sebagai
seorang yang rasional dan mempercayai apa yang dihasilkan oleh akal, namun dalam penetapan
qadim-nya alam, beliau mengganggap tidak termasuk yang dapat dianalogikan dan dibuktikan
dengan penelitian, tetapi harus lewat pendengaran (wahyu).
D. Penciptaan Alam Menurut Pandangan Ulama’
1. Al-Anbiya’ ayat 30

Artinya: “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi
itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara
keduanya. dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah
mereka tiada juga beriman?”. QS. Al-Anbiya’: 30.
Tafsir Al-Maraghi
Secara umum ayat ini membahas tentang keesaan Allah Swt., yang terdapat pada
penciptaan langit dan bumi. Allah mencela orang-orang musyrik yang menyembah tuhan-tuhan
selain-Nya karena tidak memikirkan tanda-tanda ke-Esaan-Nya yang dipancangkan di dalam
alam. Kemudian, Allah mengarahkan perhatian mereka, bahwa mereka tidak patut menyembah
berhala dan patung, karena Tuhan yang Kuasa atas seluruh makhluk ini Dialah yang berhak
disembah, bukan batu atau pohon yang tidak dapat mengelakkan kemudharatan, tidak pula
kuasa mendatangkan manfaat.

Sesuai dengan ayat pertama yang artinya “Apakah orang-orang kafir tidak mengetahui
bahwa dahulu langit dan bumi itu berpadu dan saling berhubungan, kemudian Kami
memisahkan keduanya dan menghilangkan kesatuannya”. Ahli astonomi dewasa ini juga

mengatakan hal yang sama. Mereka menetapkan bahwa matahari adalah bola api yang berotasi
(berputar pada sumbunya) selama jutaan tahun. Ditengah-tengah perjalanannya yang cepat,
planet kita (bumi) dan planet-planet lain dari garis khatulistiwa matahari terpisah daripadanya
dan menjauh. Hingga kini bumi kita tetap berotasi dan berevolusi menurut sistem tertentu,
sesuai dengan hukum daya tarik.

3

Prof. Abbul Hamid, wakil peneropong bintang Kerajaan Mesir (dahulu), mengatakan:
Teori modern mengenai lahirnya bumi dan planet-planet (bintang-bintang beredar) lainnya dari
matahari, bermula dari dekatnya sebuah bintang besar kepada matahari pada masa yang silam.
Lalu, dari permukaannya tertarik timbunan kabut yang tidak lama kemudian terpisah dari
matahari dalam bentuk anak panah yang kedua tepinya berhias dan tengahnya dalam. Kemudian
timbunan kabut ini menebal di angkasa yang dingin hingga menjadi timbunan-timbunan
terpisah, yang kemudian menjadi bumi kita dan planet-planet lainnya.
“dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup” demikian pula dengan air itu, Dia

menghidupkan dan menumbuhkan setiap tumbuhan. Qatadah mengatakan: “Kami menciptakan
setiap yang tumbuh dari air”. Maka setiap yang tumbuh itu ialah hewan dan tumbuhan.
Sebagian kaum cendekia dewasa kini berpendapat bahwa setiap hewan pada mulanya
diciptakan di laut. Maka seluruh jenis burung, binatang melata dan binatang darat itu berasal
dari laut. Kemudian setelah melalui masa yang sangat panjang, hewan-hewan itu mempunyai
karakter sebagai hewan darat, dan menjadi berjenis-jenis. Untuk membuktikan hal itu, mereka
mempunyai banyak bukti.
Apakah mereka tidak beriman dengan jalan memikirkan dalil-dalil ini, sehingga mereka
mengetahui Pencipta yang tidak ada sesuatu pun menyerupai-Nya, dan mereka meninggalkan
jalan kemusyrikan.9
Tafsir Ibnu Katsir
Allah Ta’ala berfirman mengingatkan tentang kekuasaan-Nya yang sempurna dan
kerajaan-Nya yang agung. “Dan apakah orang-orang yang kafir itu tida k mengetahui”, yaitu
orang-orang yang mengingkari kekuasaan Allah. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa
Allah adalah Rabb Yang Maha Esa dalam penciptaan lagi bebas dalam penataan, maka
bagaimana mungkin Dia layak disekutukan bersama yang lain-Nya? Apakah mereka tidak
mengetahui bahwa langit dan bumi dahulunya adalah bersatu? Lalu berpecah-belah, maka
langit menjadi tujuh dan bumi menjadi tujuh serta antara langit dan bumi dipisahkan oleh udara,
hingga hujan turun dari langit dan tanah pun menumbuhkan tanam-tanaman. Untuk itu Dia
berfirman: “Dan dari air, Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka

tiada juga beriman?” yaitu, mereka menyaksikan berbagai makhluk, satu kejadian demi

9

Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi (Semarang: CV. Toha Putra, 1989), h. 37-

41.

4

kejadian secara nyata. Semua itu adalah bukti tentang adanya Maha Pencipta yang berbuat
secara bebas lagi Maha kuasa atas apa yang dikehendaki-Nya.10
Tafsir Al-Mishbah
Berbeda-beda pendapat ulama tentang firman-Nya ini. Ada yang memahaminya dalam
arti langit dan bumi tadinya merupakan gumpalan yang terpadu. Hujan tidak turun dan bumipun
tidak ditumbuhi pepohonan, kemudian Allah membelah langit dan bumi dengan jalan
menurunkan hujan dari langit dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan di bumi. Ada lagi yang
berpendapat bahwa bumi dan langit tadinya merupakan sesuatu yang utuh tidak terpisah,
kemudian Allah pisahkan dengan mengangkat langit ke atas dan membiarkan bumi tetap
ditempatnya berada dibawah lalu memisahkan keduanya dengan udara.

Ayat ini dipahami oleh sementara ilmuan sebagai salah satu mukjizat Alquran yang
mengungkap peristiwa penciptaan planet-planet. Banyak teori ilmiah yang dikemukakan oleh
para pakar dengan bukti-bukti yang cukup kuat, yang menyatakan bahwa langit dan bumi
tadinya merupakan satu gumpalan atau yang diistilahan oleh ayat ini dengan ratqan. Lalu
gumpalan itu berpisah sehingga terjadilah pemisahan antar bumi dan langit.11
Tafsir Jalalain
Menurut Tafsir Jalalain, apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasannya langit
dan bumi itu keduanya dahulu adalah sesuatu yang padu. Kemudian Allah telah menjadikan
langit tujuh lapis dan bumi tujuh lapis pula. Kemudian langit itu dibuka sehingga dapat
menurunkan hujan yang sebelumnya tidak dapat menurunkan hujan. Kami buka pula bumi itu
sehingga

dapat

menumbuhkan

tumbuh-tumbuhan,

yang


sebelumnya

tidak

dapat

menumbuhkannya.
“Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup”. Maksudnya airlah yang
menjadi penyebab bagi seluruh kehidupan baik manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan.
Namun mengapalah orang-orang kafir tiada juga beriman terhadap keesaan Allah.12
2. Adz-Zariyat ayat 47

‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 8 , (Jakarta:
Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2005), h. 446-448.
11
M. Quiaish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hati,
2002), h. 442-445.
12
Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Terjemahan Tafsir Jalalain Berikut
Asbabun Nuzul Jilid 2 (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2008), h. 126-127.
10

5

Artinya: “Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan Sesungguhnya kami
benar-benar meluaskannya ”. QS. Adz-Zariyat: 47.

Tafsir Al-Maraghi
‫ ل ْوسع ْو‬: Lamusi’un berasal dari kata Al-Wus’u yang berarti tenaga. Secara umum,
setelah Allah Swt., memasukkan terjadinya penghimpunan dan memberikan dalil-dalil yang
menunjukkan bahwa penghimpunan itu pasti terjadi tanpa diragukan lagi, maka Allah Swt.,
menunjukkan keesaan dan kebesaran kekuasaan-Nya. Diterangkan bahwa Allah Swt., telah
menciptakan langit tanpa tiang, dan menghamparkan serta membentangkan bumi ini supaya
bisa didiami oleh manusia maupun binatang, dan Dia telah menciptakan pula masing-masing
jenis binatang sejodoh-sejodoh, jantan atau betina, supaya kebaradaan segala jenis binatang
tetap berlangsung sampai dengan kebinasaan alam ini, sesuai dengan yang dikehendaki Allah
Swt.
Dan sesungguhnya Allah Swt., telah membangun langit dengan kemampuan-Nya yang
mengagumkan dan kekuasaan Yang Maha Besar. Dan sesungguhnya Allah Swt., benar-benar
Maha kuasa untuk melakukan hal itu tanpa mengalami keletihan maupun kepayahan.
Pernyataan ini merupakan sindiran terhadap kaum Yahudi yang mengatakan bahwa Allah Swt.,
menciptakan langit dan bumi dalam enam hari. Lalu beristirahat pada hari ketujuh dengan
berbaring di atas ‘Arsy.13
Tafsir Ibnu Katsir
Menurut Tafsir Ibnu Katsir, dalam ayat ini Allah Swt., berfirman seraya mengingatkan
penciptaan alam uluwwi (bagian atas) dan alam sufli (bagian bawah). Allah Swt., telah
menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara dan tinggi dengan kekuatan-Nya. Demikian
itu dikemukakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, dan Qatadah Ats-Tsauri dll. dan Allah Swt., juga
yang telah menjadikan seluruh penjurunya luas, kemudian Kami meninggikan tanpa
menggunakan tiang, sehingga ia menggantung sebagaimana adanya.14
Tafsir Al-Mishbah
Dan langit itu kami bangun yaitu ciptakan dengan kekuasaan (kami) yang Maha

Dahsyat atau berdasar nikmat Kami yang melimpah dan Sesungguhnya kami benar-benar
Maha Luas dalam kekuasaan kami tanpa ada sesuatupun yang menghalangi.

13
14

Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Terjemah …, h. 15-17.
‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir …, h. 543-544.

6

Ayat 47 ini, mengisyaratkan beberapa rahasia ilmiah. Diantaranya bahwa Allah Swt.,
menciptakan alam yang luas ini dengan kekuasaanNya. Dia maha kuasa atas segala sesuatu.
Kata sama’ (langit) pada ayat tersebut dimaksudkan sebagai segala sesuatu yang ada disekitar
benda-benda langit seperti plenet, bintang, tata surya dan galaksi juga disebut langit. Bagian
alam raya yang terlihat ini amatlah luas, tidak terbayangkan dan tidak terbatas, sebab jaraknya
bisa mencapai jutaan tahun cahaya. Menurut ilmu pengetahuan modern, satu tahun cahaya
berarti jarak yang dilalui cahaya dengan kecepatan 300.000 km/s. Frase “Wa Inna
Lamusi’un” sesungguhnya kami benar-benar maha meluaskan. Artinya, Kami meluaskan alam
tersebut yang berlangsung sepanjang masa. Ini juga telah ditemukan dalam ilmu pengetahuan
modern yang dikenal dengan teori ekspansi. Menurut teori tersebut, nebula di luar galaksi
tempat kita tinggal menjauh dari kita dengan kecepatan yang berbeda-beda. Bahkan bandabenda langit dalam satu galaksi pun saling menjauh satu sama lainnya.15
Tafsir Jalalain
Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dengan kekuatan kami. dan
Sesungguhnya kami benar-benar berkuasa dikatakan adar rajulu ya-idu qawiyyu artinya lelaki

itu menjadi kuat. Dikatakan awsa’ar rajulu, artinya ia menjadi orang yang memiliki pengaruh
dan kekuatan.16
Al-Fussilat ayat 9-12

Artinya: “Katakanlah: “Sesungguhnya Patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi
dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? (yang bersifat) demikian
itu adalah Rabb semesta alam”. Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung
yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar
makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai
jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan
langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada
bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau
terpaksa”. keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”. Maka Dia
15
16

M. Quiaish Shihab, Tafsir Al-Mishbah …, h. 350-352.
Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Terjemahan Tafsir …, h. 931.

7

menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit
urusannya. dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang
dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha
Perkasa lagi Maha mengetahui”. (QS. Al-Fussilat ayat 9-12)

Tafsir Al-Maraghi
Setelah Allah Swt., menyuruh Rasul-Nya agar berkata kepada orang-orang musyrik:
Sesungguhnya apa yang aku terima lewat wahyu ialah, bahwasanya Tuhanmu adalah Tuhan
Yang Maha Esa, maka murnikanlah untuk-Nya ibadahmu, lalu dilanjutkan dengan keterangan
yang menunjukkan atas kesempurnaan kekuasaan dan hikmah-Nya dalam menciptakan langit
dan bumi pada tahapan tahapan yang berbeda-beda secara berurut-urut, dan Bahwa Dia telah
menyempurnakan bagi masing-masing langit itu hal-hal yang mereka siap melaksanakannya,
dan Dia menghiasi langit dengan bintang-bintang dan planet-planet, baik yang tetap maupun
yang berlayar. Dan itu tidak mengherankan, karena itu semua adalah ketentuan dari Tuhan
Yang Maha Perkasa, Yang Maha Menang atas urusan-Nya, lagi Maha Mengetahui atas segala
sesuatu yang ada dilangit maupun dibumi, tidak ada sesuatupun pada keduanya yang
tersembunyi bagi Allah Swt. Maka, kamu mudah saja menganggap patung-patung dan berhalaberhala sebagai sekutu-sekutu Allah Swt., padahal patung-patung dan berhala-berhala itu tidak
mempunyai satu andil pun dalam menciptakan dan menakdirkan langit dan bumi.
Tuhan yang telah menciptakan bumi dalam dua tahapan itu, yakni setahap dimana Dia
menciptakan bumi itu padat setelah asalnya merupakan bola gas, dan tahapan berikutnya Dia
menjadikan bumi itu menjadi 26 lapisan dalam 6 periode, sebagaimana diterangkan oleh para
ahli geologi. Itulah Tuhan alam semesta, bukan semata-mata Tuhan bumi saja. Karena Dia-lah
yang mengasuh makhluk seluruhnya. Jika Allah Swt., yang menciptakan bumi dalam dua tahap,
maka Dialah yang mengetahui berapa bilangannya. Maka, bagaimanakah sesuatu dari makhlukmakhluk itu bisa menjadi tandingan dan sekutu bagi Allah Swt.
Dan Dia menjadikan pada bumi itu gunung-gunung yang kokoh yang menjulang tinggi
di atasnya, sedang pokoknya ada dalam tanah yaitu lapisan batu api. Dari lapisan inilah gununggunung muncul. Jadi, gunung-gunung itu pangkalnya jauh ada di dalam tanah, sama melewati
semua lapisan hingga sampai ke lapisan yang pertama, yaitu lapisan batu api yang sekiranya
tidak ada lapisan ini maka bumi ini takkan menjadi tanah dan tak bisa menjadi tempat tinggal.
Jadi bumi kita ini sebenarnya merupakan bola api yang dibungkus dengan lapisan batu
api, kemudian di atasnya terdapat lapisan-lapisan yang lebih lembut, dan disanalah
terbentuknya binatang dan tumbuh-tumbuhan setelah melewati masa yang panjang. Gununggunung itu merupakan tonjolan-tonjolan yang muncul dari lapisan batu api tersebut, lalu
8

menjulang tinggi di atasnya puluhan ribu kilometer, dan menjadi gudang-gudang air dan bahanbahan mineral, di samping sebagai rambu-rambu jalan serta pengendali udara dan awan.
Dan Allah Swt., menjadikan gunung-gunung itu penuh berkah dengan banyaknya
kekayaan di sana karena Allah Swt., menciptakan disana bahan-bahan yang bermanfaat.
Artinya, bahwa Allah Swt., menciptakan gunung-gunung dibumi sebagai pangkal aliran sungai
dan gudang bahan-bahan mineral.
Sesungguhnya penciptaan bumi dan dijadikannya gunung-gunung padanya dalam dua
tahapan, sedang dijadikannya kekayaan-kekayaan bumi yang banyak dan ditentukannnya kadar
bahan makanan disana adalah dalam dua tahapan pula. Jadi, seluruhnya dalam 4 tahapan. Dalam
4 tahapan yang sempurna sesuai dengan yang dikehendaki oleh pencari bahan makan dan apa
saja yang membutuhkannya. Yaitu segala binatang yang ada di atas permukaan bumi,
sebagaimana Allah firmankan:
“Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepadanya. setiap waktu dia dalam
kesibukan”.17
Jadi manusia dan binatang seluruhnya meminta kepada Tuhan mereka apa yang mereka
butuhkan. Dan oleh karena manusia memperhatikan keadaan bumi yang ada di sekelilingnya,
maka penyebutan tentang bumi didahulukan, dan Allah terangkan bahwa bumi dengan segala
yang ada di atas permukaannya telah Allah ciptakan dalam 4 tahapan: satu tahap untuk
memadatkan materi bumi setelah asalnya berupa gas, dan setahap lagi untuk menyempurnakan
lapisan-lapisan bumi selebihnya, setahap lagi untuk menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan
setahap lagi untuk pembentukan binatang.
Penciptaan bumi langit ini tidaklah hanya dalam satu tahap saja, tetapi dalam beberapa
tahap sesuai dengan hikmat dan urutan. Sedang sebagai kitab suci, maka Alquran cukup
mengatakan bahwa Allah Swt., telah menciptakan bumi dalam dua tahapan sedang menciptakan
apa-apa yang ada di atasnya dalam dua tahapan pula, dan begitu pula dalam menciptakan tujuh
langit.18
Tafsir Ibnu Katsir
Berdasarkan penafsiran Ibnu Katsir ayat 9 merupakan bentuk pengingkaran Allah
terhadap orang-orang musyrik yang menyembah selain-Nya, padahal Dia-lah Yang Maha

17

Maksudnya: Allah senantiasa dalam keadaan Menciptakan, menghidupkan, mematikan, Memelihara,
memberi rezki dan lain lain.
18
Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Terjemah …, h. 15-17.

9

pencipta, Maha memaksa dan Maha menguasai segala sesuatu. Ayat ini mengandung rincian
tentang firman Allah Ta’ala:
“Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari.”(QS. Huud: 7).
Maka, di dalam ayat ini dirinci apa yang berkenaan khusus dengan bumi dan langit. Dia
menyebutkan bahwa pertama kali Dia menciptakan bumi. Karena bumi sebagai asas (pondasi).
Persoalan pokok selalu dimulai dengan asas, baru kemudian atap. Dan Allah Swt., menciptakan
bumi ini dalam dua hari yaitu hari Ahad dan Senin.
Dalam ayat 10 dijelaskan bahwa Allah Swt., telah menciptakan gunung-gunung yang
kokoh dan menjadikan bumi penuh dengan berkah yang siap menerima kebaikan, bibit dan
tanam-tanaman. Dan Dia telah menentukan apa-apa yang dibutuhkan oleh penghuninya, berupa
berbagai rizki dan tempat-tempat yang dapat ditanami dan diolah. Hal tersebut terjadi pada hari
Selasa dan Rabu, sehingga kedua hari tersebut dengan dua hari sebelumnya menjadi empat hari.
Hal ini dapat menjadi jawaban bagi orang-orang yang bertanya.
Ayat 11 yaitu menuju pada penciptaan langit yang masih berupa asap yaitu asap air yang
mengepul katika bumi diciptakan. Kemudian Allah Swt., menanyakan kepada langit dan
bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”.
keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati” Artinya, patuhilah perintah-perintah
Allah dengan suka hati atau terpaksa.
Pada ayat 12, Dia telah menjadikan tujuh langit dalam dua masa, yaitu masa terakhir,
hari Kamis dan hari Jum’at. Kemudian Dia tetapkan ketentuan pada setiap langit apa yang
diperlukan, berupa para malaikat dan makhluk-makhluk lain yang tidak diketahui kecuali oleh
Allah. Serta menghiasi langit dengan bintang-bintang yang bersinar terang di atas bumi. “Dan
Kami memeliharanya”. Yaitu, menghalangi syaitan-syaitan dari mendengarkan berita alam atas
(langit).19
Tafsir Al-Mishbah
Dalam ayat 9 dan 10 berisikan proses penciptaan bumi serta memperindahnya dengan
gunung-gunung yang kukuh agar bumi yang terus beredar itu tidak oleng. Dan Allah Swt., juga
melimpahkan aneka kebajikan sehingga bumi dapat berfungsi sebaik mungkin dan dapat
menjadi tempat hunian yang nyaman buat manusia dan hewan. Semua itu terlaksana dalam
waktu empat hari yang terbagi secara adil yakni dua hari penciptaan bumi dan dua hari sisanya
buat pemberkahan dan penyiapan makanan bagi para penghuninya.

19

‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir …, h. 197-200.

10

Pada ayat 11 dan 12 yaitu pada proses penciptaan langit yang masih berupa dukhan atau
asap. Para ilmuan memahami kata dukhan dalam arti satu benda yang terdiri pada umumnya
dari gas yang mengandung benda-benda yang sangat kecil namun kukuh. Berwarna hitam atau
gelap dan mengandung panas. Sedangkan menurut tafsir ini bahwa sebelum terbentuknya
bintang-bintang ada sesuatu yang angkasa raya dipenuhi oleh gas dan asap, dan bahan inilah
terbentuk bintang-bintang. Hingga kini, sebagian dari gas dan asap itu masih tersisa dan tersebar
diangkasa raya.
Ayat-ayat Alquran melukiskan adanya enam hari atau periode bagi penciptaan alam
raya. Periode dukhan ini menurut ilmuan adalah periode ketiga yang didahului oleh periode
kedua yaitu masa terjadinya ledakan dahsyat “Big Bang” dan inilah yang mengakibatkan
terjadinya asap itu. Pada periode dukhan inilah tercipta unsur-unsur pembentukan langit yang
terjadi melalui gas Hidrogen dan Helium. Pada periode pertama, langit dan bumi merupakan
gumpalan yang menyatu yang dilukiskan oleh Alquran dengan nama ar-ratq. Periode pertama
dan kedua itu diisyaratkan oleh QS. Al-Anbiya’ ayat 30.20
Tafsir Jalalain
Menurut Tafsir Jalalain, Allah Swt., telah menciptakan bumi dalam dua hari yaitu hari
Ahad dan hari Senin. Dan Dia telah menjadikan gunung-gunung yang kokoh dan kuat denga
air yang banyak dan tanam-tanaman serta pohon-pohon yang banyak pula. Dan Allah Swt.,
telah enetapkan kadar-kadar makanan bagi manusia dan fauna. Sesungguhnya masa penciptaan
selama empat hari adalah masa yang paling sempurna. Hal ini dijadikannya pada hari Selasa
dan rabu.
Kemudian menuju pada penciptaan langit yang masih berupa asap yang membumbung
tinggi. Allah Swt., menciptakan langit dalam dua hari yaitu hari Kamis dan Jum’at. Dan pada
hari itu juga diciptakan Nabi Adam dan sesuai dengan makna ayat ini, yaitu ayat-ayat tentang
penciptaan langit dan bumi dalam enam hari. Dan Dia perintahkan kepada penduduk yang ada
di dalamnya, yaitu taat dan beribadah kepada-Nya. Kemudian dihiasilah langit bintang-bintang
yang cemerlang. Dan Allah Swt., telah menjaganya dengan meteor-meteor dari setan-setan
yang mau mencuri-curi pembicaraan para malaikat. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa
di dalam kerajaan-Nya.21
E. Penciptaan Alam dalam Pandangan Sains Modern

20
21

M. Quiaish Shihab, Tafsir Al-Mishbah …, h. 381-390.
Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti …, h. 737-739.

11

Alam semesta merupakan ruang kosong mahaluas tanpa batas, tanpa sinar terang, tanpa
gaya apapun, tanpa gravitasi apapun, tidak ada pengertian atas dan bawah, juga tidak ada
pengertian utara-selatan, timur dan barat,22 yang di dalamnya berisi 1 miliar galaksi dan tiaptiap galaksi terdiri dari 100 miliar bintang, dimana tiap-tiap bintang adalah matahari dengan
tata suryanya sendiri-sendiri.
Pandangan mengenai asal-usul alam mulai dapat dikoreksi dari berbagai pemikiran para
saintis berabad-abad yang lalu. Dalam era fisika klasik (abad XVII-XVIII), Isaac Newton
menggagas bahwa alam semesta ini bersifat statis. Tidak berubah status totalitasnya dari waktu
tidak terhingga lamanya yang telah lampau, sampai waktu tidak terhingga lamanya yang akan
datang. Gagasan tentang alam tersebut secara tidak langsung menggambarkan bahwa alam tidak
berawal dan tidak berakhir, atau dengan kata lain, alam ada tanpa adanya proses penciptaan.23
Pandangan klasik Newton ini didasarkan pada pengalaman para fisikawan di
laboratorium, bahwa materi itu bersifat kekal. Pandangan ini kemudian dikukuhkan oleh
Lavoisier pada akhir abad XVIII dengan “Hukum Kekekalan Materi”. Pandangan bahwa alam
ini kekal, kemudian dikenal sebagai Pandangan Klasik Newtonian.
Awal abad XX, muncullah Albert Einstein, yang berusaha melukiskan bahwa alam
benar-benar statis dalam bentuk rumus matematika yang rumit. Namun, Friedman menyatakan
bahwa rumusan Einstein itu justru menggambarkan bahwa alam ini dinamis dan hal inilah yang
tepat sehingga dikenal sebagai Model Friedman tentang alam.
Dari gagasan-gagasan di atas, maka lahirlah konsepsi, bahwa sekitar 15 miliar tahun
yang lampau di dalam ruang kosong luas tanpa batas terdapat sebongkah besar inti atom padat
meledak sangat dahsyat melepaskan zat hydrogen ke segala arah menjadi galaksi-galaksi
bintang, dengan proses pembentukan atom yang lebih berat, sehingga di bumi kita ini terdapat
106 unsur atom. Dan kini sisa energi ledakan itu mengakibatkan materi alam (galaksi-galaksi)
saling menjauh. Gagasan mengenai asal-usul alam ini kemudian dikenal sebagai Teori Big
Bang.
Teori Big Bang didukung oleh beberapa penemuan mutakhir. Pertama, penemuan
Edwin Powell Hubble, astronom kebangsaan Amerika Serikat di observatorium California
Mount Wilson thn 1924. Ketika Hubble mengamati bintang-bintang diangkasa Melalui teleskop
raksasanya, ia mendapati spectrum cahaya merah diujung bintang-bintang tersebut.24 Menurut
teori fisika yang sudah diakui, spectrum cahaya berkelap-kelip yang bergerak yang menjauhi
22

Jenal Wisaya, Awal Mula Alam Semesta (Yogyakarta: Narasi, 2008), h. 3.
Agus Purwadi, Kosmologi Haqqiyyah (Malang: UMM Press, 2002), h. 88.
24
Agus Purwadi …, h. 89.
23

12

tempat observasi cenderung mendekati warna merah. Pengamatan tersebut memberi
kesimpualan bahwa berbagai galaksi saling menjauh dengan kecepatan sampai beberapa ribu
kilometer per detik. Hal ini berarti bahwa alam sedang berekspansi (meluas/melebar) atau
dikatakan bahwa alam bersifat dinamis.
Kedua, hasil hitungan cermat Albert Einstin yang menyimpulkan bahwa alam semesta
dinamis, tidak statis artinya alam semesta terus berkembang. Meskipun pada mulanya terimbas
gagasan bahwa alam itu statis, lalu mengembangkan formula matematisnya dan berusaha
melukiskan bahwa alam benar-benar statis, namun hal itu justru menggambarkan bahwa alam
itu dinamis.
Ketiga, pada tahun 1948, George Gamov berpendapat bahwa setelah ledakan dahsyat
ini akan ada radiasi yang tersebar merata dan melimpah di alam semesta, radiasi tersebut
dinamai radiasi kosmos. Hal ini ditemukan oleh Arno Penzias dan Robert Wilson pada tahun
1965 keduanya mendapat hadiah nobel dari penemuan tersebut Penemuan ini semakin
menguatkan bahwa alam semesta terbentuk dari sebuah ledakan dahsyat.25
Keempat, adanya jumlah unsur hydrogen dan helium di alam semesta yang sesuai
dengan perhitungan konsentrasi hydrogen-helium merupakan sisa dari ledakan dahsyat
tersebut. Kalau saja alam ini tetap dan abadi maka hydrogen di alam semesta telah habis
berubah menjadi helium.
Gagasan teori Big Bang itu didasarkan juga bahwa galaksi-galaksi yang saling menjauh
itu, kurang lebih seragam di seluruh jagad raya. Ahli Fisika George Gamow menganalogikan
tentang efek perluasan tersebut seperti sebuah balon yang menggembung. Kalau kita meniup
sebuah balon yang diberi bintik-bintik, maka seluruh bintik itu akan terlihat saling menjauh.
Kini, peristiwa Big Bang yang ditengarai menandai dimulainya penciptaan alam semesta itu
bukan hanya sekedar “teori”, tetapi sudah menjadi “keyakinan ilmiah” para ilmuan. Oleh karena
itu, dapat diketahui bahwa galaksi-galaksi saling menjauh dengan kecepatan kira-kira 32
kilometer/detik untuk setiap jarak satu juta tahun cahaya, maka dapatlah diperhitungkan bahwa
alam semesta ini tercipta dengan proses Big Bang antara 15-20 milyar tahun yang lalu.
F. Hubungan Penciptaan Alam dalam Pandangan Islam dan Sains Modern
Diantara segi kemukjizatan Alquran adalah adanya beberapa petunjuk yang detail
mengenai ilmu pengetahuan umum yang telah ditemukan terlebih dahulu dalam Alquran
sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern. Penciptaan alam berdasarkan konsep Islam

25

Rosman Yunus, dkk., Teori Darwin dalam Pandangan Sains dan Islam (Jakarta: Gema Insani, 2006),

h. 8-10.

13

dan Sains modern ternyata memiliki hubungan, dan dari beberapa hasil observasi kosmolog
ternyata banyak yang sesuai dengan beberapa firman Allah Swt., antara lain sebagai berikut:
1. Surat al-Anbiya’ ayat 30

Artinya: “Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahakan antara
keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah
mereka tidak juga beriman?”. QS. Al-Anbiya’: 30.

Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa alam semesta sebelum dipisahkan Allah Swt.,
merupakan sesuatu yang padu. Sesuatu yang padu itulah yang oleh kosmolog disebut dengan
titik singularitas. Sedangkan yang dimaksud pemisahan ialah ledakan singularitas dengan
sangat dahsyat, yang kemudian menjadi alam semesta yang terhampar.26
Selanjutnya, dikatakan bahwa segala kehidupan itu berasal dari air. Tiga ahli kosmologi
dan astronomi, yaitu Georges Lamaitre, George Gamow, dan Stephen Hawking menjelaskan
bahwa atom-atom yang tebentuk sejak peristiwa Big Bang adalah atom Hidrogen (H) dan
Helium (He). Adapun air terdiri dari atom hidrogen dan oksigen (H2O), artinya, sejak tahun
1400 tahun silam Alquran telah menyebutkannya jauh sebelum tiga pakar tersebut
mengemukakan teorinya.27
2. Surat Az-Zariyat ayat 47

Artinya:“Dan langit kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benarbenar meluaskannya.” QS. Az-Zariyat: 47.
Menurut Baiquni yang dimaksud Banayna bi’abidin oleh ayat ini adalah ketika ledakan
besar terjadi dan inflasi melandanya sehingga beberapa dimensinya menjadi terbentang.
Sedangkan yang dimaksud dengan inna lamusi’un, adalah Tuhan yang membuat kosmos
berekspansi. Pernyataaan ini diperkuat oleh maksud lafal yang terpakai, yakni isim al-fa’il,

Sirajuddin Zar, Konsep Penciptaan Alam dalam Pemikiran Isalam, Sains dan Al-Qur’an (Jakarta: PT
Grafindo Persada, 1994), h.148.
27
Agus Haryo Sudarmojo, Menyibak Rahasia Sains Bumi dalam Al-Qur’an (Bandung: Pt Mizan Pustaka,
2008), h. 10.
26

14

active participle yang menunjukkan bersifat tetap dan permanen seperti yang dikemukakan

sebelumnya. Hal ini berarti ekspansi alam berlangsung sejak ledakan besar sampai seterusnya.28
Kata musi’un dalam bahasa arab sangatlah tepat diterjemahkan sebagai “meluaskan”
atau “mengembangkan” yang sesuai dengan penjelasan sains masa kini bahwa alam semesta
memang meluas atau mengembang. Stephen Hawking, dalam A Brief History of Time (1980),
mengatakan bahwa penemuan bukti mengembangkannya alam semesta merupakan salah satu
revolusi terbesar dalam ilmu pengetahuan abad ke-20. Berdasarkan teori Bing Bang yang telah
diterima, alam semesta terbentuk sekitar 13,7 miliar tahun lalu dan terus mengembang sejak
saat itu. Pakar-pakar Astronomi mengenali empat model grafik alam semesta di masa akan
datang, yaitu accelerating expansion (pengembangan yang bertambah cepat), open
universe (alam semesta terbuka), flat unirvese (alam semesta datar), dan closed universe (alam

semesta tertutup). Model closed universe menjelaskan bahwa suatu saat alam semesta akan
mengerut.29
3. Surat Al-Fusilat ayat 11

Artinya: “Kemudian Dia menuju kepada penciptaan ruang alam (al-sama’) dan ruang alam
(al-sama’) ketika penuh embunan (dukhan), lalu Dia berkata kepada ruang alam (alsama’) dan kepada materi (al-ardh): “Datanglah kamu keduanya menurut perintahKu
dengan suka hati atau terpaksa.” Keduanya menjawab:”Kami datang dengan suka
hati.” QS. Al-Fusilat: 11.
Sehubungan dengan tidak adanya Alquran menjelaskan apa sesungguhnya yang
dimaksud dengan kata dukhan, karena itu beberapa referensi berusaha menafsirkan kata ini
sedemikian rupa. Bucaille memahami kata ini sebagai asap yang terdiri dari stratum (lapisan)
gas dengan bagian-bagian yang kecil yang mungkin memasuki tahap keadaan keras atau cair
dan dalam suhu rendah atau tinggi. Ibnu Katsir menafsirkan dengan sejenis uap air. Al-Raghib
melukiskan kehalusan dan keringanan sifat dukhan. Menurut Hanafy Ahmad, karena sifat
sedemikian, Ia dapat mengalir dan beterbangan di udara seperti mengalir dan beterbangan alsahab.30

Sirajuddin Zar, Konsep Penciptaan …, h.148.
Agus Haryo Sudarmojo, Menyibak Rahasia …, h. 13-14.
30
Sirajuddin Zar, Konsep Penciptaan …, h. 136-137.
28
29

15

Agar tidak terjadi kekeliruan dalam menangkap maksud kata dukhan yang dihubungkan
dengan proses penciptaan alam semesta, maka seharusnya kata ini dipahami dengan hasil
temuan sains yang telah dihandalkan kebenarannya secara empiris. Tentu saja merupakan suatu
kesalahan bagi yang mengatakan bahwa ruang alam (al-sama’) berasal dari materi
sejenis dukhan. Berdasarkan dalam surat Al-Fusilat ayat 11, dukhan tidak menunjukkan suatu
materi asal ruang alam (al-sama’), akan tetapi ia menjelaskan tentang bentuk alam semesta
ketika berlangsungnya fase awal penciptaannya. Hal ini diperkuat dengan hasil temuan
ilmuwan bahwa pada suatu ketika dalam penciptaan terjadinya ekspansi yang sangat cepat
sehingga timbul “kondensasi” proses dimana pemuaian dan gas kehilangan panas dan akan
berubah bentuk menjadi cair. Saat pemuaian dan gas naik ke tempat lebih tinggi, temperatur
udara lingkungan sekitar akan semakin turun menyebabkan terjadinya proses kondensasi dan
kembali ke bentuk cair dan energi berubah menjadi materi.31
Sebagaimana dukhan, Alquran juga menunjukkan bahwa zat alir atau sop kosmos (alma’) telah ada sebagai salah satu kondisi terwujudnya alam semesta. Dengan kata lain, sebelum
alam semesta terbentuk seperti sekarang, ia mengalami bentuk atau sifat semacam zat alir atau
sop kosmos.32
G. Kesimpulan
1. Proses penciptaan Alam dimulai dari penyatuan antara ruang alam dan materi dari
sesuatu yang padu (Al-Anbiya’ ayat 30) kemudian terjadi pemisahan oleh Allah Swt.,
dengan mengalami proses transisi membentuk dukhan. Setelah itu ruang alam melebar,
meluas, dan memuai (Adz-Zariyat ayat 47). Proses penciptaan alam berlangsung selama
enam periode, dimana empat periode penciptaan bumi dan dua periode penciptaan langit
(Al-Fushilat ayat 9-12).
2. Penciptaan alam dalam pandangan kosmologi modern, secara kronologis alam tercipta
bermula dari ruang kosong, kemudian inti atom padat meledak, lalu menjadi galaksi,
dan menjadi bintang-bintang dengan tata suryanya sendiri-sendiri.
3. Hubungan antara penciptaan alam dalam pandangan Islam dan sains modern adalah
bersesuaian. Keduanya sama sekali tidak bertentangan sehingga adanya sains modern
dapat mengungkap rahasia proses penciptaan alam yang terdapat dalam Alquran.

31
32

Sirajuddin Zar …, h. 137.
Sirajuddin Zar, Konsep Penciptaan …, h. 138.

16

DAFTAR PUSTAKA
‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 8,
(Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2005)
Agus Haryo Sudarmojo, Menyibak Rahasia Sains Bumi dalam Al-Qur’an (Bandung: Pt Mizan
Pustaka, 2008)
Agus Purwadi, Kosmologi Haqqiyyah (Malang: UMM Press, 2002)
Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi (Semarang: CV. Toha Putra,
1989)
Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Terjemahan Tafsir Jalalain
Berikut Asbabun Nuzul Jilid 2 (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2008)
Jenal Wisaya, Awal Mula Alam Semesta (Yogyakarta: Narasi, 2008)
M. Quiaish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an (Jakarta:
Lentera Hati, 2002)
Muhammad Fuad ‘Abd al-Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras li al-Faz al-Quran al-Karim (Cairo:
Dar al-Hadis, 1991, Cet. ke-3)
Rosman Yunus, dkk., Teori Darwin dalam Pandangan Sains dan Islam (Jakarta: Gema Insani,
2006)
Sachiko Murata, The Tao of Islam, Terj. Rahmani Astuti dan M.S. Nasrullah (Bandung: PT
Mizan Pustaka, 2004, Cet. ke-9)
Sirajuddin Zar, Filsafat Islam, Filosof dan Filsafatnya (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2010, Cet. ke-4)
Sirajuddin Zar, Konsep Penciptaan Alam dalam Pemikiran Isalam, Sains dan Al-Qur’an
(Jakarta: PT Grafindo Persada, 1994)
Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional, 20008)
Yahya Huwaldi, Dirasah fi ‘Ilm al-Kalam al-Falsafat al-islamiyah (Cairo: Dar al-Saqafah, t.t)

17