PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP HARGA SAHAM EMITEN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP HARGA SAHAM EMITEN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

Peneliti : Bantu Tampubolon, SE,MBA,Ak Ardin Doloksaribu, SE. LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN 2011

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karuniaNya peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini walaupun disadari bahwa dalam penelitian masih terdapat banyak kekurangan baik dalam penulisan maupun analisis. Penelitian ini membahas tentang Pengaruh Faktor Fundamental Dan Investment Opportunity Set (Ios) Terhadap Harga Saham Emiten Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. Peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran dari pihak

pembaca untuk dapat membangun penelitia ini dimasa yang akan datang.

Pada kesempatan ini, peneliti mengicapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian penelitian ini yaitu:

1. Rektor Universitas HKBP Nommensen Medan

2. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen Medan

3. Ketua Lembaga Penelitian Universitas HKBP Nommensen Medan

Medan, 11 Agustus 2011

Ketua Peneliti,

Bantu Tampubolon, SE, MBA, M.Si, Ak

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu...............................................

28 Tabel 4.1

33 Tabel 4.2

Jadwal Penelitian..................................................................

35 Tabel 4.3

Pengambilan Sampel ………………………………………

36 Tabel 5.1

Operasionalisasi Variabel …………………………………

45 Tabel 5.2

Deskripsi Statistik ………………………………….............

51 Tabel 5.3

Kolmogorov Smirnov ……………………………...............

52 Tabel 5.4

Kolmogorov Smirnov Sesudah Transformasi ……………

53 Tabel 5.5

Uji Multikolinearitas Sebelum Transformasi.......................

53 Tabel 5.6

Uji Multikolinearitas Sesudah Transformasi.......................

54 Tabel 5.7

Nilai Durbin-Watson ………………………… ……………

57 Tabel 5.8

Uji Park …………………………………….........................

58 Tabel 5.9

Pengujian Goodness of Fit...................................................

59 Tabel 5.10

Uji F......................... ………………………… ……………

Uji T …………………………………….........................

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual …………………………..……….

29 Gambar 5.1 Uji Normalitas…………………………..………………

47 Gambar 5.2 P- P Plot…………………………..……………………...

48 Gambar 5.3 Normalitas Setelah Transformasi..……………………...

49 Gambar 5.4 P- P Plot Setelah Transformasi..……………………........

50 Gambar 5.5 Uji Heteroskedastisitas ..……………………...................

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pasar modal merupakan wahana yang mempertemukan pihak yang kelebihan dana (investor) dan pihak yang membutuhkan dana (peminjam) dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Pasar modal juga merupakan bagian dari indikator perekonomian suatu negara. Keberadaan pasar modal diharapkan dapat menjadi alternatif pendanaan dan investasi bagi masyarakat.

Krisis keuangan global yang masih berlangsung hingga kini, mengakibatkan kondisi pasar keuangan dunia menjadi terpuruk, termasuk pasar modal di Indonesia. Hingga saat ini pasar modal Indonesia masih bergulat di tengah krisis global yang menyebabkan pertumbuhan pasar modal melambat dan penundaan Initial Public Offering (IPO) dari sejumlah perusahaan akibat kondisi pasar modal yang belum menentu. Rontoknya indeks bursa di hampir seluruh dunia pada Oktober 2008 lalu turut menghempaskan Indeks Harga Saham gabungan (HSG) hingga level terendah, yang mengakibatkan BEI terpaksa disuspend sebab mengalami penurunan signifikan. Puncaknya terjadi pada 8 Oktober 2008, IHSG terkoreksi sebesar 10,38% hingga menyentuh level 1.451,669. Namun dibuka kembali pada 13 Oktober 2008. Suspensi tersebut untuk memberikan perlindungan kepada investor dan pasar. Kemudian pasar modal kembali bergerak naik, namun hal tersebut hanya disebabkan oleh dana jangka pendek.

Namun optimisme bahwa bursa saham akan kembali membaik terlihat dari rencana IPO pada 2009 dimana tercatat sekitar 19 perusahaan. Termasuk diantaranya perusahaan yang gagal melakukan IPO pada 2008. Beberapa perusahaan yang gagal melakukan IPO pada 2008 akan merealisasikan pada tahun ini. Seperti diketahui, beberapa perusahaan yang gagal menggelar IPO pada 2008 lalu adalah PT Prime Petroservices, PT Power Telecom, PT Mitrasurya Cemerlang, PT Wahanaartha Harsaka, dan PT Garuda Food. Kemudian juga PT Bank Tabungan Negara (BTN), PT Krakatau Steel, PT Pembangunan Perumahan, PT Waskita Karya, PT Garuda Indonesia, dan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III, IV, dan VII.

Sejumlah BUMN yang akan masuk bursa, saham BUMN sangat ditunggu investor di pasar modal. Kementerian BUMN melepas 11 BUMN melakukan privatisasi melalui program IPO, sebagai upaya menyehatkan kinerja keuangan perusahaan. Perusahaan yang benar-benar siap untuk melaksanakan IPO ada tiga perusahan, yaitu PT Krakatau Steel, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VII, dan Bank Tabungan Negara (BTN).

Sementara itu, kinerja emiten sepanjang triwulan I/2009 relatif lebih baik dibanding triwulan akhir 2008. Hal ini didukung oleh kinerja emiten berbasis pasar domestik yang masih tumbuh menjadi faktor utama pertumbuhan positif ditengah krisi global yang masih berlangsung. Dilihat dari sisi jumlah emiten maupun kapitalisasinya, Bursa Efek Indonesia (BEI) masih tertinggal dibandingkan dengan pasar modal di negara lain di kawasan regional Asia. Menurut data World Federation of Exchange per Maret 2009, emiten di BEI hanya 396 emiten. Jumlah ini relatif kecil Sementara itu, kinerja emiten sepanjang triwulan I/2009 relatif lebih baik dibanding triwulan akhir 2008. Hal ini didukung oleh kinerja emiten berbasis pasar domestik yang masih tumbuh menjadi faktor utama pertumbuhan positif ditengah krisi global yang masih berlangsung. Dilihat dari sisi jumlah emiten maupun kapitalisasinya, Bursa Efek Indonesia (BEI) masih tertinggal dibandingkan dengan pasar modal di negara lain di kawasan regional Asia. Menurut data World Federation of Exchange per Maret 2009, emiten di BEI hanya 396 emiten. Jumlah ini relatif kecil

Sedangkan dari sisi nilai kapitalisasi, dengan nilai US$ 113 milar, kapitalisasi di BEI masih berada dibawah kapitalisasi bursa regional khususnya negara tetangga. Bursa Singapura mencatat nilai kapitalisasi mencapai US$ 249 miliar, kemudian disusul oleh Malaysia sebesar US$ 197 miliar. Minimnya jumlah emiten di BEI dan masih terbatasnya jumlah investor yang berinvestasi di pasar modal, menyebabkan jika terjadi gejolak eksternal, pasar modal Indonesia lebih mudah terguncang. Karena dari sisi `supply` (emiten) dan `demand` (investor) masih terbatas, sehingga jika terjadi guncangan dari luar, misalnya dampak krisis global sejak tahun lalu dampaknya sangat terasa di bursa Indonesia.

Pasar modal sebagai salah satu instrumen penggalang dana juga menghadapi goncangan yang kuat. Goncangan tersebut berupa penurunan Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) dari 637,40 di tahun 1997 menjadi 401,70 di tahun 1998. Kapitalisasi pasar juga mengalami hal serupa, yaitu di tahun 1997 Rp 215,10 trilyun turun menjadi Rp 159,90 di tahun 1998, sedangkan total transaksi menurun dari 120,40 trilyun pada tahun 1997 menjadi 99,60 trilyun untuk tahun 1998 (Bursa Efek Indonesia 2002). Dampak serius yang dialami sektor perbankan akibat krisis ekonomi berimbas pada dilikuidasinya 16 bank pada tahun 1997, disusul dengan pembekuan

10 bank di tahun 1998 dan penutupan sendiri 2 bank campuran pada tahun 1999. Dalam laporan tahunan yang tertuang dalam fact book IDX, tergambar jelas bahwa kinerja BEI terus memperlihatkan peningkatan yang signifikan. Meningkatnya 10 bank di tahun 1998 dan penutupan sendiri 2 bank campuran pada tahun 1999. Dalam laporan tahunan yang tertuang dalam fact book IDX, tergambar jelas bahwa kinerja BEI terus memperlihatkan peningkatan yang signifikan. Meningkatnya

Tabel 1.1

Daftar IHSG Tahun 2002-2007

Close 424,945 691,895 1.000,233 1.162,635 1.805,523 2.745,826 Sumber : www.bei.co.id, diolah (17 Agustus 2008)

Pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa IHSG tahun 2007 mengalami kenaikan 52 persen dibandingkan penutupan tahun 2006. Sementara penutupan tahun 2006 IHSG lebih tinggi, dibandingkan tahun 2005, demikian juga dengan 2004 dan 2003. Kenaikan IHSG tersebut merupakan cerminan dari keberhasilan investor menanamkan modalnya di pasar modal, karena emiten atau perusahaan yang menjual sahamnya tidak kesulitan dalam mencari modal guna pengembangan usaha. Peningkatan tersebut tentunya dapat mendorong investor untuk berinvestasi di pasar modal indonesia.

Fenomena tersebut disebabkan tingginya suku bunga perbankan, yaitu mencapai 77,63% di tahun 1998. Suku bunga yang tinggi dan tidak adanya dukungan dari sektor riil membuat banyak kredit pinjaman mengalami penundaan pembayaran sehingga dikategori sebagai kredit macet.

Setiap investasi tentu memiliki risiko dan return yang berbeda-beda. Para investor sendiri tentu selalu berharap dapat memaksimalkan return atas investasinya berdasarkan tingkat toleransinya terhadap risiko. Investor yang berani mengambil risiko (risk taker) cenderung memilih saham-saham dengan tingkat risiko yang tinggi dengan pengharapan akan menuai return yang tinggi pada akhirnya. Sebaliknya, investor yang kurang berani (risk averse) cenderung memilih saham-saham dengan return yang normal.

Salah satu tujuan investor dalam berinvestasi adalah memperoleh deviden. Tujuan lain adalah memperoleh capital gain, yaitu selisih lebih antara harga investasi saat ini dengan harga investasi di masa lalu. Perilaku investor seperti itu mengindikasikan bahwa mereka membeli saham pada saat harga saham turun dan menjualnya kembali pada saat harga saham meningkat. Indikasi ini menyimpulkan bahwa seorang calon investor yang ingin membeli saham di pasar sekunder harus senantiasa memperhatikan pergerakan harga saham tersebut.

Analisis terhadap saham secara umum terbagi dua, yaitu: analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal menggunakan data harga saham di masa lalu, sedangkan analisis fundamental menggunakan faktor yang diidentifikasikan sehingga dapat mempengaruhi harga saham di masa mendatang. Dasar dari analisis fundamental adalah faktor fundamental suatu perusahaan.

Faktor fundamental perusahaan secara umum dapat diartikan sebagai faktor internal perusahaan yang digambarkan sebagai kinerja keuangan perusahaan yang dituangkan dalam bentuk laporan keuangan (Halim, 2003:5). Pengukuran kinerja Faktor fundamental perusahaan secara umum dapat diartikan sebagai faktor internal perusahaan yang digambarkan sebagai kinerja keuangan perusahaan yang dituangkan dalam bentuk laporan keuangan (Halim, 2003:5). Pengukuran kinerja

Setiap investasi tentu memiliki risiko dan return yang berbeda-beda. Para investor sendiri tentu selalu berharap dapat memaksimalkan return atas investasinya berdasarkan tingkat toleransinya terhadap risiko. Investor yang berani mengambil risiko (risk taker) cenderung memilih saham-saham dengan tingkat risiko yang tinggi dengan pengharapan akan menuai return yang tinggi pada akhirnya. Sebaliknya, investor yang kurang berani (risk averse) cenderung memilih saham-saham dengan return yang normal.

Tingkat keuntungan (return) merupakan motivasi investor dalam berinvestasi, karena itu, return seringkali dijadikan sebagai ukuran dalam membandingkan berbagai alternatif investasi. Pengukuran return historis memberikan dua keuntungan bagi investor. Hal yang pertama, pengukuran return historis yaitu memungkinkan investor mengetahui keberhasilan mereka dalam melakukan suatu investasi. Hal yang kedua, pengukuran return historis juga ikut berperan dalam memperkirakan return masa depan.

Salah satu tujuan investor dalam berinvestasi adalah memperoleh deviden. Tujuan lain adalah memperoleh capital gain, yaitu selisih lebih antara harga investasi saat ini dengan harga investasi di masa lalu. Perilaku investor seperti itu mengindikasikan bahwa mereka membeli saham pada saat harga saham turun dan menjualnya kembali pada saat harga saham meningkat. Indikasi ini menyimpulkan bahwa seorang calon investor yang ingin membeli saham di pasar sekunder harus senantiasa memperhatikan pergerakan harga saham tersebut. Kekuatan analisis investor dalam menilai dan memperkirakan harga saham akan berpengaruh terhadap capital gain yang akan diterimanya. Hal tersebut dikarenakan kekuatan analisis ini akan memberikan informasi kepada investor waktu yang tepat untuk membeli atau menjual saham yang dimilikinya.

Kewajaran harga saham yang terbentuk di pasar modal dapat dinilai oleh investor melalui pendekatan fundamental, sedangkan risiko sistematis (market risk) dapat mengurangi besarnya tingkat keuntungan yang akan diperoleh investor. Pendekatan fundamental bermula dari pemikiran bahwa harga saham yang wajar ditentukan oleh ekspektasi atas dividen, pertumbuhan keuntungan dan tingkat bunga diskon di masa mendatang. Ekspektasi-ekspektasi ini dipengaruhi oleh kondisi makro ekonomi terhadap suatu perusahaan.

Investment Opportunity Set (IOS) merupakan pengukuran atas pertumbuhan perusahaan yang diwakilkan atau diproksikan dengan harga, investasi dan varian, dimana IOS yang memiliki level yang tinggi cenderung untuk membagikan deviden yang rendah serta IOS yang memiliki level rendah akan membagikan deviden yang Investment Opportunity Set (IOS) merupakan pengukuran atas pertumbuhan perusahaan yang diwakilkan atau diproksikan dengan harga, investasi dan varian, dimana IOS yang memiliki level yang tinggi cenderung untuk membagikan deviden yang rendah serta IOS yang memiliki level rendah akan membagikan deviden yang

Penelitian yang dilakukan oleh Rudy Santoso pada tahun 2001 tentang pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Surabaya dimana secara simultan ROE, NPM dan EPS berpengaruh terhadap harga saham sedangkan secara parsial EPS dan ROE tidak berpengaruh terhadap harga saham.

Penelitian ini menggunakan variabel ROA, ROE, EPS, PER dan IOS. Motivasi peneliti dengan menambahkan variabel IOS yang merupakan variabel yang diproksikan dengan harga, investasi dan varian yang sangat berpengaruh terhadap perubahan harga saham. Variabel IOS mengukur pertumbuhan perusahaan. Bagi investor, variabel ini penting untuk memprediksi tingkat pengembalian di masa mendatang yang berupa pembagian dividen diakhir tahun, sehingga investasinya tidak sia-sia.

Tingkat keuntungan (return) suatu investasi selalu berjalan beriringan dengan risiko. Risiko dalam investasi umumya terbagi dua, yaitu risiko tidak sistematis dan risiko sistematis. Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang tidak berkorelasi dengan perusahaan lain dan dapat dihilangkan dengan diversifikasi portfolio yang baik. Risiko sistematis (beta) merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dan berkorelasi antar perusahaan karena variabel yang mempengaruhinya sama, yaitu Tingkat keuntungan (return) suatu investasi selalu berjalan beriringan dengan risiko. Risiko dalam investasi umumya terbagi dua, yaitu risiko tidak sistematis dan risiko sistematis. Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang tidak berkorelasi dengan perusahaan lain dan dapat dihilangkan dengan diversifikasi portfolio yang baik. Risiko sistematis (beta) merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dan berkorelasi antar perusahaan karena variabel yang mempengaruhinya sama, yaitu

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di muka, maka rumuskan masalah sebagai berikut: Apakah faktor fundamental dan IOS berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap harga saham manufaktur di Bursa Efek Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor fundamental dan IOS secara simultan dan parsial terhadap harga saham manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

a. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan wawasan dan pemahaman mendalam tentang pendekatan fundamental dan IOS yang a. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan wawasan dan pemahaman mendalam tentang pendekatan fundamental dan IOS yang

b. Bagi praktisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi ilmiah untuk menyusun perencanaan investasi.

c. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.5. Originalitas

Penelitian ini merupakan penelitian berbentuk replikasi dan kelanjutan dari penelitian terdahulu, yaitu mereplikasi dari penelitian Jati (2003) dengan judul : Relevansi Nilai PER dan Deviden Yield dan Moderasi Investment Opportunity Set (IOS) dalam penilain harga saham dengan data dari Bursa Efek Jakarta dan Santosa (2001) yang berjudul pengaruh ROE, NPM dan EPS terhadap harga saham. Perbedaannya dengan peneliti ini adalah menggunakan variabel independen dengan ROA, ROE dan PER yang berbeda dari penelitian sebelumnya serta menggunakan variabel IOS, dimana IOS diproksikan dengan harga saham dan jenis perusahaan yang diteliti yaitu pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teoritis

2.1.1. Pasar Modal

Pasar modal merupakan alternatif investasi yang paling populer saat ini. Hal ini dikarenakan dalam pasar modal, perusahaan emiten dapat memperoleh dana untuk menjalankan aktivitas operasi dan bisnisnya dengan cara menjual saham. Sebaliknya, para calon investor membeli saham dari perusahaan emiten disebabkan kepercayaan mereka terhadap kinerja manajemen perusahaan emiten yang diyakini akan memberikan tingkat keuntungan (return) yang optimal.

Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Sedang tempat di mana terjadinya jual beli sekuritas disebut dengan bursa efek. Oleh karena itu, bursa efek merupakan arti dari pasar modal secara fisik. Tandelilin (2001:13)

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa peran utama dari pasar modal adalah sebagai sarana penghubung antara perusahaan emiten dengan para investor sehingga kedua belah pihak secara bersama dapat menikmati keuntungan yang seimbang.

Pembagian pasar modal dalam mekanisme perdagangan sekuritas, yaitu:

a. Pasar Perdana Pasar perdana terjadi pada saat perusahaan emiten menjual sekuritasnya kepada investor umum untuk pertama kalinya (Tandelilin, 2001:14). Proses ini dikenal dengan sebagai Penawaran Saham Perdana atau istilah asingnya adalah Initial Public Offering (IPO). Penawaran saham perdana didahului dengan dikeluarkannya prospektus, yaitu informasi mendetail mengenai perusahaan. Prospektus berfungsi untuk memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada calon investor, sehingga calon investor dapat mengetahui prospek perusahaan di masa datang dan selanjutnya, tertarik untuk membeli sekuritas yang ditawarkan emiten (Tandelilin, 2001:14).

b. Pasar Sekunder

Pasar sekunder merupakan tempat jual-beli sekuritas emiten oleh dan antar investor setelah sekuritas emiten tesebut dijual di pasar perdana (Tandelilin, 2001:16). Sekuritas yang umumnya diperdagangkan di pasar sekunder Indonesia antara lain: saham biasa, saham preferen, obligasi, obligasi konversi, waran, bukti right, dan reksadana (Tandelilin, 2001:16).

Investasi dalam bentuk saham memberikan dua keuntungan bagi investor berupa:

a. Dividen Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan emiten kepada para pemegang saham sebagai hasil dari keuntungan yang dihasilkan a. Dividen Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan emiten kepada para pemegang saham sebagai hasil dari keuntungan yang dihasilkan

b. Capital Gain Capital Gain adalah selisih lebih antara harga beli dengan harga jual. Capital Gain terbentuk dari aktivitas perdagangan saham yang terjadi di pasar sekunder. Investor dengan orientasi jangka pendek biasanya cenderung mengejar keuntungan melalui capital gain.

2.1.2. Penilaian Harga Saham

Tujuan dari penilaian harga saham adalah untuk membantu investor dalam menentukan saham mana yang paling menguntungkan. Investor akan selalu membandingkan nilai intrinsik dengan harga pasar saham yang bersangkutan dalam perdagangan saham. Saham yang memiliki nilai pasar lebih tinggi daripada nilai intrinsiknya (overvalued) merupakan saham yang layak untuk dijual dan sebaliknya, saham yang memiliki nilai pasar lebih rendah daripada nilai intrinsiknya (undervalued) merupakan saham yang layak untuk dibeli. Kenyataan tersebut mengharuskan para investor untuk menganalisis harga saham secara akurat. Analisis terhadap harga saham terbagi atas: analisis teknikal dan analisis fundamental.

a. Analisis Teknikal Analisis teknikal merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan pasar untuk mengestimasi permintaan dan penawaran saham suatu perusahaan

emiten maupun pasar secara keseluruhan. Data yang digunakan dalam analisis teknikal merupakan data yang dipublikasikan seperti harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham baik secara individual maupun gabungan, serta faktor teknis lainnya. Model analisis teknikal lebih menekankan sisi psikologis dari investor, yaitu memutuskan pembelian dan penjualan suatu saham di masa datang berdasarkan kebiasaannya di masa lalu. Para pegikut analisis ini menyatakan bahwa harga saham mencerminkan informasi yang relevan. Informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga di waktu lalu. Perubahan-perubahan tersebut nantinya akan memiliki pola yang berulang (Natarsyah dalam Husnan et.al, 2002:537). Ketepatan waktu dalam memprediksi harga (price movement) jangka pendek suatu saham merupakan sasaran yang ingin dicapai dari analisis ini. Keinginan untuk mencapai sasaran inilah yang membuat faktor-faktor teknis menjadi penting bagi seorang investor untuk menentukan waktu yang tepat untuk pembelian dan penjaulan saham. Alat analisis yang utama digunakan adalah grafik atau chart, seringkali disebut charist .

Berdasarkan pernyataan diatas, maka disimpulkan bahwa dalam memprediksi harga saham di masa mendatang, analisis teknikal cenderung menggunakan data- data di masa lalu seperti analisis naik-turunnya harga saham atau analisis indeks perdagangan saham. Francis (1988:603)

b. Analisis Fundamental

Analisis fundamental merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan kinerja keuangan perusahaan yang dituangkan dalam laporan keuangan sebagai pedoman untuk memprediksi harga saham di masa mendatang.

Analisis fundamental menyatakan bahwa setiap investasi saham memiliki landasan yang kuat yang disebut nilai instrinsik yang dapat ditentukan melalui suatu analisa yang sangat hati-hati terhadap kondisi perusahaan pada saat ini dan prospeknya di masa mendatang. Nilai instrinsik merupakan suatu fungsi dari faktor- faktor perusahaan yang dikombinasikan untuk menghasilkan suatu keuntungan (return) yang diharapkan dengan suatu resiko yang melekat pada saham tersebut. Nilai inilah yang diestimasi oleh para investor atau analis dan hasil dari estimasi ini dibandingkan dengan nilai pasar sekarang (current market price) sehingga dapat diketahui saham-saham yang overprice atau underprice (Natarsyah dalam Husnan et.al, 2002:542).

Berdasarkan pernyataan diatas, menurut Natarsyah dalam Husnan et.al (2002:542) dapat disimpulkan bahwa para analis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang melalui beberapa hal berikut ini:

1) Mengestimasi nilai dari faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa mendatang.

2) Menerapkan hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.

2.1.3. Faktor Fundamental

Analisis fundamental atau analisis perusahaan adalah analisis untuk menghitung nilai intrinsik saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan (Jogiyanto, 2003:89). Umumnya analisis kinerja perusahaan dapat dilakukan melalui analisa rasio. Analisis fundamental bertolak dari anggapan dasar bahwa setiap investor adalah makhluk rasional. Oleh karena itu, seorang fundamentalis mencoba mempelajari hubungan antara harga saham dengan kondisi perusahaan. Argumentasi dasarnya adalah bahwa nilai saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai intrinsik suatu saat tapi juga, dan bahkan lebih penting, harapan akan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai di kemudian hari.

Analisis fundamental sangat berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Menurut (Darmadji dan Fakhrudin, 2006:189) “analisis fundamental merupakan salah satu cara melakukan penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator terkait kondisi makro ekonomi dan kondisi industri suatu perusahaan, termasuk berbagai indikator keuangan dan manajemen perusahaan”. Dengan demikian, analisis fundamental merupakan analisis yang

berbasis pada berbagai data riil untuk mengevaluasi atau memproyeksi nilai suatu saham.

Beberapa data atau indikator yang umum digunakan dalam analisis fundamental adalah : pendapatan, laba, pertumbuhan penjualan, imbal hasil atau pengembalian atas ekuitas (return on equity), margin laba (profit margin), dan data- Beberapa data atau indikator yang umum digunakan dalam analisis fundamental adalah : pendapatan, laba, pertumbuhan penjualan, imbal hasil atau pengembalian atas ekuitas (return on equity), margin laba (profit margin), dan data-

Analisis fundamental memfokuskan pada data laporan keuangan perusahaan untuk memperhitungkan apakah harga saham sudah diapresiasikan secara akurat. Tujuan analisis fundamental adalah untuk menentukan apakah nilai saham berada pada posisi underpriced atau overpriced. Saham dikatakan underpriced bilamana harga saham di pasar modal lebih kecil dari harga wajar atau nilai yang seharusnya (nilai intrinsik), dan harga saham dikatakan overpriced apabila harga saham di pasar modal lebih besar dari nilai intrinsiknya.

Indikator faktor fundamental yang digunakan dalam penelitian ini :

a. Return on Asset (ROA) ROA merupakan rasio yang membandingkan net income dengan total asset (Sawir, 2005:33). Jika dihubungkan investasi saham, maka investor cenderung memilih saham dengan ROA yang tinggi.

b. Return on Equity (ROE) ROE merupakan rasio yang membandingkan net income dangan stockholder equity (Sawir, 2005:33). Jika dihubungkan investasi saham, maka investor cenderung memilih saham dengan ROE yang tinggi.

c. Earnings per Share (EPS) Dalam lingkaran keuangan, alat ukur yang paling sering digunakan adalah EPS. Angka yang ditunjukkan dari EPS inilah yang sering dipublikasikan mengenai performance perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat luas (go public) karena investor maupun calon investor berpandangan bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya dividen per saham di kemudian hari dan tingkat harga saham di kemudian hari, serta EPS juga relevan untuk menilai efektivitas manajemen. Earning Per Share (EPS) merupakan ukuran yang digunakan untuk menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan dari setiap lembar saham biasa.

2.1.4. Price Earnings Ratio

Price Earning Ratio merupakan salah satu indikator yang sering digunakan analis sekuritas untuk menilai harga saham yang diperdagangkan di pasar modal. Jones (2004) menyatakan bahwa Price Earning Ratio is simply the number of times investors value earnings as expressed in the stock price . Selain itu juga sebagaimana yang dikemukakan oleh Brealey and Myers (1991:61) The high P/E shows that investors think that the firm has good growth opportunities . Dengan demikian sebuah perusahaan yang mempunyai PER yang tinggi akan menarik investor untuk membeli saham perusahaan tersebut. Rasio ini dilihat oleh investor sebagai suatu ukuran menghasilkan laba dimasa depan (future earnings) dari suatu perusahaan. Investor Price Earning Ratio merupakan salah satu indikator yang sering digunakan analis sekuritas untuk menilai harga saham yang diperdagangkan di pasar modal. Jones (2004) menyatakan bahwa Price Earning Ratio is simply the number of times investors value earnings as expressed in the stock price . Selain itu juga sebagaimana yang dikemukakan oleh Brealey and Myers (1991:61) The high P/E shows that investors think that the firm has good growth opportunities . Dengan demikian sebuah perusahaan yang mempunyai PER yang tinggi akan menarik investor untuk membeli saham perusahaan tersebut. Rasio ini dilihat oleh investor sebagai suatu ukuran menghasilkan laba dimasa depan (future earnings) dari suatu perusahaan. Investor

Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi (high growth) biasanya mempunyai PER yang besar, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah (low growth) biasanya memiliki PER yang rendah (Gibson : 1992, 380 -381). Disamping itu dapat juga berarti bahwa semakin besar PER memungkinkan harga pasar dari setiap lembar saham akan semakin membaik, demikian pula sebaliknya (Purnomo, 2008, 34). Dalam penelitiannya, Basu (1977: 670) menemukan bahwa PER dan return adalah berkaitan/berhubungan. Saham dengan PER yang tinggi akan memperoleh pengembalian lebih tinggi daripada yang diperoleh saham dengan per yang rendah. PER digunakan investor untuk menghubungkan laba perusahaan dengan harga saham yang dapat dirumuskan :

Market price per share PER =

x 100 %

Earnings per share Dari formula tersebut jelas bahwa PER merupakan perbandingan antara harga saham

dengan EPS, dimana hal tersebut dapat diperoleh dari masing – masing neraca (balance sheet) pada laporan keuangan masing – masing bank yang diobservasi.

Terdapat bukti yang mengindikasikan terjadi penurunan harga saham secara signifikan selama pengumuman dari pembelanjaan modal yang baru atau hutang yang dapat dipertukarkan (convertible debt). Penawaran hutang secara terbuka atau saham preferen menghasilkan reaksi harga saham yang signifikan.

2.1.5. Investment Opportunity Set (IOS)

IOS merupakan pengukuran atas pertumbuhan perusahaan yang diwakilkan atau diproksikan dengan harga, investasi dan varian, dimana ios yang memiliki level yang tinggi cenderung untuk membagikan deviden yang rendah serta IOS yang memiliki level rendah akan membagikan deviden yang tinggi sehingga investor akan melihat perusahaan yang memiliki ios rendah karena akan memberikan deviden yang tinggi dan akan menaikkan harga saham dan tentunya akan memberikan capital gains yang besar .

IOS merupakan keputusan investasi dalam bentuk kombinasi aktiva yang dimiliki (assets in place) yang dinilai secara independent dari kesempatan investasi perusahaan dimasa yang akan datang dan pilihan pertumbuhan serta opsi investasi dimasa yang akan datang, dimana IOS tersebut mempengaruhi nilai suatu perusahaan (value of firm) . Nilai perusahaan akan diukur dengan total aktiva atau total hutang jangka panjang (long term liabilities) dengan jumlah ekuitas, juga melakukan pengukuran atas leverage perusahaan yang pada akhirnya memberikan format didalam struktur modal perusahaan.

Kombinasi aktiva yang dimiliki dan opsi investasi dimasa yang akan datang yang diukur dengan investment opportunity set (IOS) akan menunjukkan nilai perusahaan. Penelitian yang mengkaji IOS dengan berbagai variabel pertumbuhan perusahaan dan variabel lainnya yang terkait dengan IOS telah banyak dilakukan. Penelitian yang mengevaluasi berbagai proksi IOS yang berasosiasi dengan pertumbuhan perusahaan telah dilakukan oleh Kallapur dan Trombley (1999) dalam

Pagalung (2003). Kebijakan pendanaan (financing), deviden, kompensansi dan akuntansi (Smith dan Watts 1992, Gaver dan Gaver 1993, 1995 dan Skinner 1993), Pemilihan kebijakan pengungkapan (Cahan dan Hossain 1996) kebijakan deviden dan hutang korporasi konglomerat (Chaebol) Korea (Gul dan Kealey 1999), kebijakan korporasi perusahaan-perusahaan di Australia (Jones dan Sharma 2001), perusahaan multinasional (Belkaoui dan Picur 1998), model penilaian pasar (Belkaoui dan Picur 2001), dan model umum kesempatan tumbuh (AlNajjar dan Belkaoui 2001).

Investment Opportunity Set (IOS) perusahaan menentukan kemampuannya memperoleh keuntungan dari prospek pertumbuhan. Nilai opsi perusahaan tergantung kepada pengeluaran-pengeluaran discretionary selanjutnya oleh manajer akan menambah besar biaya perusahaan dan tentunya akan memperkecil laba perusahaan dengan assumsi pendapatan konstan (agency theory), sementara assets in place tidak memerlukan investasi tersebut (Gaver and Gaver dalam I.Ketut Jati,2003). Potensi pertumbuhan dapat ditunjukkan dengan perbedaan antara nilai pasar saham (market value of share) dengan nilai buku (book value of share). IOS merupakan variable yang tidak dapat diobservasi, oleh karena itu diperlukan proksi (Hartono dalam I Ketut Jati, 2003).

Proksi IOS itu sendiri bervariasi bentuknya dan diklasifikasikan menjadi tiga jenis utama proksi (Gaver and Gaver 1993, Jones dan Sharma 2001, Kallapur dan Trombley 2001 dalam Gagaring Palagung, 2003) yaitu :

1. Proksi berdasarkan harga (price based proxies),

2. Proksi berdasarkan investasi (investment based proxies), dan

3. Proksi berdasarkan varian (variance measurement based proxies).

1. IOS berdasarkan harga merupakan proksi yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga pasar. Proksi yang didasari pada suatu ide yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan dalam harga-harga saham, dan perusahaan-perusahaan yang tumbuh akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relatif untuk aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan (assets in place). IOS yang didasari pada harga akan berbentuk suatu rasio sebagai suatu ukuran aktiva yang dimiliki dan nilai pasar perusahaan. Rasio-rasio yang telah digunakan dalam beberapa penelitian yang berkaitan dengan proksi pasar adalah sebagai berikut :

a. Market to book value of equity dihitung dengan formula : Jumlah Saham Beredar x Harga Penutupan Saham x 100 %

Total Ekuitas

b. Book to market value of assets dihitung dengan formula : Total Aktiva-Total Ekuitas+Jumlah Shm Beredar x Harga Penutupan Shm

Total Aktiva

c. Earning to price ratios dihitung dengan formula :

Laba Per Lembar Saham Harga Penutupan Saham

d. Tobin’s Q² dihitung dengan formulasi :

(Jumlah Saham Beredar x Harga Penutupan Saham) + (Total Hutang + sediaan) - Jumlah Aktiva Lancar

Total Aktiva

e. Debt ratios dihitung dengan formula :

Total Hutang x 100 % Total Aktiva

f. Debt to equity ratios dihitung dengan formula :

Total Hutang x 100 % Total Modal Sendiri

g. Gross Profit Margin dihitung dengan formula : Penjualan – Harga Pokok Penjualan x 100 %

Penjualan

h. Total Assets Turn Over dihitung dengan formula :

Penjualan x 100 % Total Aktiva

2. Proksi IOS kedua berdasarkan investasi yang mengungkapkan bahwa suatu kegiatan investasi yang besar berkaitan secara positif dengan nilai IOS suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki suatu IOS yang tinggi seharusnya juga memiliki suatu tingkatan investasi yang tinggi pula dalam bentuk aktiva yang ditempatkan atau yang diinvestasikan untuk waktu yang lama. Bentuk proksi ini adalah rasio yang membandingkan suatu pengukuran investasi yang telah diinvestasikan dalam bentuk aktiva tetap atau suatu hasil operasi yang diproduksi dari aktiva yang telah diinvestasikan. Rasio-rasio yang telah digunakan dalam penelitian yang berkaitan dengan proksi investasi tersebut diantaranya :

a. The ratio of R & D to assets

b. The ratio of R & D to sales

c. Ratio of capital expenditure to firm value

d. Investment Intensity

e. Ratio of capital expenditure to book value of assets

f. Investment to sales ratios f. Investment to sales ratios

h. Investment to earnings ratio

i. Log of firm value

3. Proksi IOS ketiga didasarkan kepada pengukuran penyimpangan (variance measurement) yang mengungkapkan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh, seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan aktiva. Ukuran yang digunakan dalam beberapa penelitian diantaranya :

a. Variance of returns

b. Assets beta

c. The variance of assets deplated sales. Ketiga jenis proksi diatas yang menggambarkan beragamnya ukuran IOS

sehingga memungkinkan beberapa peneliti menggunakan beragam rasio sebagai proksi IOS. Hal ini terjadi karena IOS bersifat unobservable (Gaver dan Gaver 1993). Pendekatan yang digunakan beberapa peneliti sebagian besar menggunakan ukuran variabel rasio-rasio dalam bentuk pengukuran rasio tunggal (single ratio), namun demikian beberapa penelitian hanya menggunakan pendekatan pengukuran komposit (composite measures) yaitu menggabungkan beberapa rasio sehingga membentuk suatu ukuran baru sebagai proksi. Pendekatan yang dapat digunakan dalam pengukuran komposit tersebut adalah dengan menggunakan analisis faktor untuk membentuk suatu varibel komposit yang dapat dikembangkan dan diuji lebih lanjut.

Hal ini dilakukan karena selain IOS bersifat unobservable, IOS kurang tepat bila diproksi dari satu ukuran empiris tunggal saja, sehingga dibutuhkan proksi-proksi yang merupakan proksi komposit (Gaver dan Gaver 1993). Selain itu dengan menggunakan pendekatan proksi komposit akan dapat mengurangi kesalahan pengukuran yang secara inheren melekat dalam variabel tunggal (single variable) untuk proksi IOS (Kallapur dan Trombley 2001).

2.1.6. Harga Saham

Jogiyanto (2003:80) mengatakan bahwa untuk menghitung nilai buku suatu saham, beberapa nilai yang berhubungan dengannya perlu diketahui. Nilai-nilai tersebut adalah :

1. Nilai Nominal (Par Value) Nilai nominal (par value) dari suatu saham merupakan nilai kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham. Kepentingan dari nilai nominal adalah untuk kaitannya dengan hukm. Nilai nominal ini merupakan modal per lembar yang secara hokum harus ditahan di perusahaan untuk proteksi kepada kreditor yang tidak diambil oleh pemegang saham.

2. Agio Saham (Additional Paid-in Capital) Agio saham (additional paid-in capital atau in excess of par value) meupakan selisih yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan dengan nilai nominal sahamnya.

3. Nilai Modal Disetor (Paid in Capital)

Nilai modal disetor (paid in capital) merupakan total yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan emiten untuk ditukarkan dengan saham preferen atau dengan saham biasa. Nilai modal disetor merupakan penjumlahan total nilai nominal ditambah dengan agio saham.

4. Laba Ditahan (Retained Earnings) Laba Ditahan (Retained Earnings) merupakan laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham. Laba yang tidak dibagi ini diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai sumber dana internal.

b. Nilai Pasar (Market Value)

Nilai pasar (market value) berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku merupakan nilai yang dicatat pada saat saham dijual oleh perusahaan, maka nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa.

c. Nilai Intrinsik (Intrinsic Value)

Nilai intrinsik (intrinsic value) atau nilai fundamental (fundamental value) merupakan nilai seharusnya dari suatu saham. Ada dua macam analisis yang banyak digunakan untuk menentukan nilai sebenarnya dari suatu saham, yaitu atau analisis perusahaan (company analysis) dan analisis teknikal (technical analysis ).

1. Analisis Sekuritas Fundamental (Fundamental Security Analysis)

Analisis sekuritas fundamental (fundamental security analysis) atau analisis perusahaan (company analysis) menggunakan data fundamental, yaitu data yang berasal dari keuangan perusahaan (misalnya laba, dividen yang dibayar, penjualan dan lain sebagainya). Untuk analisis fundamental, ada dua pendekatan yang dipergunakan untuk menghitung nilai intrinsik saham, yaitu dengan pendekatan nilai sekarang (present value approach) dan pendekatan PER (P/E ratio approach). Pendekatan nilai sekarang disebut juga dengan metode kapitalisasi laba (capitalization of income method) karena melibatkan proses kapitalisasi nilai-nilai masa depan yang didiskontokan menjadi nilai sekarang. Pendekatan PER (price earning ratio ) disebut juga dengan pendekatan earnings multiplier. PER menunjukkan rasio dari harga saham terhadap earnings. Rasio ini menunjukkan berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan dari earnings. Misalnya nilai PER adalah 5, maka ini menunjukkan bahwa harga saham merupakan kelipatan 5 kali dari earnings perusahaan. Misalnya earnings yang digunakan adalah earnings tahunan dan semua earnings dibagikan dalam bentuk dividen, maka nilai PER sebesar 5 juga menunjukkan lama investasi pembelian saham akan kembali selama 5 tahun. Analisis fundamental banyak digunakan oleh para akademisi dalam menentukan harga saham.

2. Analisis Teknikal (Technical Analysis)

Analisis teknikal merupakan analisis untuk mengetahui nilai intrinsik dari suatu saham dengan menggunakan data pasar dari saham (misalnya harga dan volume Analisis teknikal merupakan analisis untuk mengetahui nilai intrinsik dari suatu saham dengan menggunakan data pasar dari saham (misalnya harga dan volume

Menurut M ishkin (2003: 281) : “Technical analysis is to study past stock price data and search for patterns suc h as trends and regular cycles”. Berdasarkan pengertian tersebut, bahwa analisis teknikal bertujuan mempelajari data-data pergerakan harga saham di masa lalu (yang telah lewat) dan menggunakannya untuk mencari pola pergerakan harga saham seperti kecenderungan pergerakan harga saham dan siklus yang teratur.

2.2. Review Penelitian Terdahulu (Theoritical Mapping)

Penelitian ini mereview beberapa penelitian terkait diantaranya yang dilakukan oleh Limbong (2006), Pagalung (2003), Jati (2003), Santoso (2001), Haryanto (2003), Sasongko dan Wulandari (2003) dan Daniati (2006),

Adapun beberapa literatur penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 2.1 : Tabel Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti No

& Tahun

Judul Penelitian

Variabel penelitian

Hasil dari Penelitian

Secara simultan faktor fundamental dan

Fundamental dan Risiko

capital adequacy ratio,

risiko sistematik berpengaruh terhadap

keuntungan saham, sedangkan secara Albed Eko

Sistematis

Terhadap

return on risk asset, return

parsial, hanya ROA, NPM, OPM, dan Limbong (2006)

Tingkat

Keuntungan

to asset ratio, net profit

Saham Perbankan di Bursa

margin, return on asset,

LDR

yang berpengaruh terhadap

Efek Indonesia.

keuntungan saham.

Operating profit margin dan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

Keunggulan hanya diwakili oleh satu

variabel yaitu reputasi perusahaan dan Gagaring Pagalung,

Keterbatasan Perusahaan

2. Multinasional

berkorelasi positif dengan IOS, Penelitian (2003)

terhadap Set Kesempatan

3. Size

Investasi (IOS)

4. Profitabilitas

ini mendukung penelitian yang dilakukan

Keterbatasan :

oleh Al Najar dan Belkaoui 2001.

1. Leverage 2. Risiko Sistematis

IOS

Tidak ditemukan perbedaan relevansi nilai Yield dan Price Earning

3 Relevansi nilai Devidend

1. Deviden Yield

deviden yield dan price earning ratio I Ketut Jati

2. Price Earning ratio

dengan nilai saham (2003)

Ratio dengan moderasi

3. IOS

investment opportunity set dalam

penilaian

harga

saham di Bursa Efek Jakarta 4 Pengaruh

Ada pengaruh yang signifikan antara rasio profitabilitas

rasio

1. GPM

profitabilitas dengan harga saham Rudy Santoso,

terhadap

2. NPM

harga saham

3. ROI

4. ROE 5. Profit Margin 6. Harga Saham

5 Pengaruh Rasio

Hanya ROE yang berpengaruh terhadap Profitabilitas Terhadap

Return On Assets (ROA),

perubahan harga saham, sedangkan ROA Haryanto

Return On Equity (ROE),

dan NPM tidak berpengaruh terhadap (2003)

Harga Saham Pada

dan Net Profit Margin

harga saham Minuman di BEJ

Perusahaan Industri

(NPM)

Harga saham merupakan variabel dependen.

6 Sasongko dan Pengaruh EVA dan Rasio- Return On Assets (ROA), Hanya EPS yang berpengaruh terhadap Wulandari (2003)

rasio

harga saham, sedangkan ROA, ROS, dan Terhadap Harga Saham

Profitabilitas

Earning Per Share (EPS),

Return On Sales (ROS)

BEP tidak berpengaruh terhadap harga

dan Basic Earning Power

saham

(BEP) Harga saham merupakan variabel dependen

7 Daniati, Ninna dan Pengaruh

Adanya pengaruh yang signifikan antara Suhairi. (2006)

Kandungan

Laporan Arus Kas, Laba

Informasi

arus kas dari aktivitas operasi terhadap Laporan Arus Kas, Laba

Komponen

Kotor, Size dan Expected

expected return saham. Kotor, dan Size Perusahaan Terhadap Expected Return Saham

Automotive yang Terdaftar di BEJ)

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis, penelitian terdahulu, dan uraian di atas, maka dirumuskan kerangka konseptual penelitian ini sebagai berikut:

Return on Assets

(X 1 )

Return on Equity

(X 2 )

Harga Earning per share

Price Earnings Ratio (PER)

(X 4 )

Investment Opportunity Set

(X 5 )

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

Laporan keuangan merupakan laporan kinerja dari suatu perusahaan. Laporan ini berisi sejumlah informasi yang dapat dijadikan sebagai alat pertimbangan bagi pihak-pihak yang membutuhkan, terutama para investor dan calon investor. Informasi ini berguna bagi mereka untuk mengambil keputusan investasi di pasar modal.

Penilaian kinerja atau faktor fundamental perusahaan biasanya menggunakan analisis rasio keuangan. Menurut Tandelilin (2001), beberapa rasio yang penting adalah sebagai berikut:

1. Return on Asset Return on Asset adalah rasio yang mengukur kemampuan aset perusahaan untuk memberikan penghasilan bagi perusahaan. Semakin tinggi ROA suatu perusahaan maka semakin menarik bagi investor untuk menarik investor untuk berinvestasi dengan membeli saham perusahaan tersebut.

2. Return on Equity Return on Equity adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan bagi para pemegang saham. Semakin tinggi ROE suatu perusahaan maka semakin menarik bagi investor untuk menarik investor untuk berinvestasi dengan membeli saham perusahaan tersebut karena memberikan keuntungan yang memadai.

3. Earning Per Share Earning Per Share merupakan rasio yang menggambarkan besarnya pendapatan per lembar saham yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi EPS suatu perusahaan

maka semakin menarik bagi investor untuk menarik investor untuk berinvestasi maka semakin menarik bagi investor untuk menarik investor untuk berinvestasi

Dokumen yang terkait

LAPORAN PENELITIAN PERBANDINGAN PENERIMAAN PAJAK SEBELUM DAN SESUDAH SUNSET POLICY PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) MEDAN TIMUR Peneliti :

0 0 62

LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISA PENGARUH KEPUASAN KERJA, KEPEMIMPINAN, DAN KEMAMPUAN PEGAWAI TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PEGAWAI BALAI PELAYANAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (BP3TKI) MEDAN

0 0 71

JURNAL EKONOMI DAN BISNIS

0 2 58

PENGARUH BAURAN PEMASARAN JASA TERHADAP KEPUTUSAN MAHASISWA MEMILIH AKADEMI KEBIDANAN

0 0 74

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN POTENSI EKONOMI DI KABUPATEN DELI SERDANG Marlina Mahdalena Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen Parulian Simanjuntak Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen Nancy Nopeline Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen A

0 0 10

DAMPAK EKONOMI DAN SOSIAL PENANGKAPAN IKAN PORA-PORA ( Pontius Binotatus) DAN IMPLIKASINYA BAGI SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN BAKTI RAJA, KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Parulian Simanjuntak

0 0 19

DAMPAK EKONOMI DAN SOSIAL PENANGKAPAN IKAN PORA-PORA ( Pontius Binotatus) DAN IMPLIKASINYA BAGI SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN BAKTI RAJA, KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Parulian Simanjuntak

0 0 19

PENGARUH EKSPOR TERHADAP PENIGKATAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KOTA MEDAN (ANALISIS BASIS EKONOMI) PROVINSI SUMATERA UTARA Ateng Piater Sinaga Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen Elvis F. Purba, SE., M.Si Fakultas Ekonomi Universitas HK

0 0 9

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - SPESIALISASI REGIONAL KOTA DAN KABUPATEN DI SUMATERA UTARA

0 0 10

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAK JURNAL ILMIAH POLITEKNIK MBP

0 0 13