Fase Evolusi Teori Ekonomi Islam

CHANDRA NATADIPURBA

Mata Kuliah ke-3 Kajian Akademik

Islamic Studies of Economics Group (ISEG) Universitas Padjadjaran Bandung 2009

BAB I Pendahuluan

Dalam mata kuliah Teori Ekonomi Islam, kita akan mempelajari: (1) Meraih Kebahagiaan Kebahagiaan adalah tujuan akhir manusia. Ia mempengrauhi jiwa, motif, kehendak dan perilaku manusia. Perilaku ini juga mencakup juga perilaku ekonomi manusia. Jadi, dengan mengetahui pencapaian kebahagiaan manusia, kita dapat mengetahui, “ ada apa dibalik perilaku ekonomi manusia.”

(2) Konsumsi, Produksi dan Distribusi dalam Islam Konsumsi, produksi dan distribusi adalah perilaku ekonomi manusia yang terlihat sehari-hari. Ia bisa diamati secara empirik sehingga kita dapat menarik kesimpulan umum tentang perilaku ekonomi manusia dalam perspektif Islam.

(3) Pasar dalam Islam Pasar dalam pengertiannya yang paling sederhana adalah tempat dan sarana ekonomi yang paling nyata. Oleh karenanya, Islam menaruh perhatian yang besar mengenai perilaku manusia di pasar, mekanisme dan interaksi sosial yang terjadi di dalamnya serta pengawasan pasar.

(4) Peran Negara dalam Sistem Islam untuk Mencapai Kesejahteraan Negara merupakan kesatuan politik yang terdiri dari masyarakat dengan interaksi ekonomi, politik, budaya dan lain sebagainya. Pemerintah sebagai pemimpin negara memerlukan regulasi dan kebijakan umum untuk mencapai cita-cita bersama: kesejahteraan dan keadilan.

(5) Perekonomian Global dalam Islam Interaksi ekonomi antar manusia yang semakin luas akhirnya melintasi batas-batans negara, sehingga Islam juga memberi perhatian mengenai hal ini. Dalam pembahasan ini, kita akan melihat dampak baik dan buruk dari ekonomi global.

Pengertian Teori

Teori adalah abstraksi dan generalisasi dari dunia nyata. Sifat teori adalah simplifikasi dan generalisasi. Teori ekonomi dengan demikian adalah upaya para ilmuwan untuk menggambarkan kenyataan ekonomi dalam ide-ide.

Fase Evolusi Teori Ekonomi Islam

Pada masa Rasulullah dan para sahabat praktik ekonomi dibimbing langsung oleh Rasulullah SAW. Baru pada fase dinasti Ummayyah muncul pemikiran-pemikiran Pada masa Rasulullah dan para sahabat praktik ekonomi dibimbing langsung oleh Rasulullah SAW. Baru pada fase dinasti Ummayyah muncul pemikiran-pemikiran

Pemikir-pemikir yang muncul pada fase awal ini adalah: 1 (1) Abu Yusuf dengan kitabnya Al Kharaj (perpajakan)

(2) Al Ghazali dengan kitabnya Ihya Ulumiddin (kebangkitan ilmu-ilmu agama) (3) Ibnu Taimiyyah dengan kitabnya Al Hisbah (pengawas pasar dalam Islam) (4) Ibnu Khaldun dengan kitabnya Muqaddimah (pembukaan) (5) Abu Ubaid dengan kitabnya Al Amwal (harta kekayaan)

Namun, akibat penaklukan Baghdad oleh Mongol dan pembakaran ribuan manuskrip langka khazanah keilmuan Islam, umat ini mengalami masa stagnan yang panjang dalam teori ekonomi Islam. Baru pada tahun 1970-an ilmu ekonomi Islam digali lagi oleh sekelompok ilmuwan yang bekerja di Islamic Development Bank (IDB).

Pada masa ini, tentu saja building block ilmu ekonomi Islam belum sepenuhnya terbentuk kembali. Karena dalil-dalil ekonomi Islam belum lagi terbentuk secara sempurna sebagai bangunan ilmu.

1 Mohammad Nejatullah Shiddiqi, History of Islamic Economic Thought, Lectures on Islamic Economics: Islamic Development Bank, 1987. Bangladesh

ÉΟŠÏm§9$# Ç⎯≈uΗ÷q§9$# «!$# ÉÉΟó¡Î0

BAB II

Meraih Kebahagiaan 2

Musibah adalah realitas objektif sedangkan penderitaan adalah realitas subjektif. Kekayaan adalah realitas objektif, sedangkan kebahagiaan adalah realitas subjektif.

Menurut D.T. Campbell, “prinsip-prinsip dan nilai-nilai semua tradisi keagamaan merupakan resep hidup yang telah dikembangkan, diuji dan ditapis melalui ratusan generasi sejarah sosial umat manusia.”

Pada agama Budha, kebahagiaan adalah pembebasan manusia dari keinginan atau hasrat karena keinginan atau hasrat adalah sumber penderitaan. Pada umat Yahudi, kebahagiaan adalah mematuhi hukum Tuhan, oleh karena itulah mereka harus memahami Taurat dan mewariskan pengetahuan ini pada generasi-generasi selanjutnya. Pada agama Kristen, kebahagiaan adalah berbuat baik dan menjauhi perbuatan buruk.

Sedangkan kebahagiaan dalam Islam dilambangkan dengan kata ‘falah’. Setidaknya ada 11 tempat dalam Quran yang menyebut ‘agar kamu berbahagia.’ Ayat-ayat itu tidak hanya menunjukkan bahwa tujuan semua perintah Tuhan berujung pada bahagia namun cara rinci untuk mencapai kebahagiaan tersebut, seperti bertakwa, menjauhi riba, sabar, berjuang di jalan Allah, menjauhi perbuatan kotor, berdzikir, rukuk dan sujud, taubat serta menyebar di muka bumi.

Kebahagiaan adalah Tujuan Akhir Manusia

Menurut Aristoteles, kebahagiaan adalah good birth, good health, good look, good luck, good reputation, good friends, good money and goodness. 3 Kebahagiaan adalah summum bonum

(kebaikan tertinggi). Namun, hal ini tidak lantas manusia menjadi hedonis (mengutamakan kebahagiaan saja). Meskipun demikian, bahagia seringkali bukanlah hasil akhir namun dapat juga awal. Kita bahagia agar sehat, bahagia agar berumur panjang, supaya cerdas dan baik

2 Diadaptasi dari Jalaluddin Rakhmar, Meraih Kebahagiaan, 2006. Bandung Simbiosa. Rekatama Media

3 Aristoteles, Nichomachean Ethics, 2004. Bandung: Teraju 3 Aristoteles, Nichomachean Ethics, 2004. Bandung: Teraju

Pengertian Kebahagiaan

Kebahagiaan, secara singkat, adalah kehidupan yang baik. Sebagai episode, kebahagiaan adalah kumpulan dari kejadian-kejadian yang memuaskan kita. Sebagai sikap, kebahagiaan adalah makna rangkaian episode itu dari segi keseluruhan hidup kita. Dari sini, terlihat bahwa makna kebahagiaan orang-orang tidak sama, namun dapat dikatakan bahwa jika seseorang puas dengan hidupnya ia dapat kita katakan bahagia.

Kebahagiaan Bukan pada Kekayaan

Menurut Richard Gene Niami, John Mueller dan Tom W. Smith dalam Trends in Public Opinion: A Compendium of Survey Data (New York: Greenwood, 1989) bahwa dari tahun ke tahun pendapatan masyarakat meningkat namun kebahagiaan masyarakat cenderung menurun.

Mengapa pertambahan pendapatan tidak menambah kebahagiaan? Pertama, ketika kekayaan meningkat ekspetasi juga meningkat. Sehingga masyarakat cenderung untuk tidak pernah puas. Kedua, terjadi hedonic treadmill, artinya peningkatan pendapatan membuat manusia ingin lebih lagi. Ketiga, gaya hidup materialistis yang memang menjadikan kekayaan sebagai tujuan hidup, sehingga membuat orang tidak puas dengan berapapun kekayaan yang ia dapatkan.

Catatan Akhir Tentang Kebahagiaan

Jelaslah terlihat bahwa paradigma ekonomi yang berusaha untuk meningkatkan pendapatan nasional sebagai tujuan utamanya telah bersandar pada dinding yang salah. Justru, terjadi penurunan kebahagiaan ketika pendapatan nasional naik.

Oleh karena itulah, ilmu ekonomi berbasis etika, moral dan keutamaan spiritual adalah jawabannya, karena manusia membutuhkan kebahagiaan. Rabbana atiina fiddunya hasanah, wafil’akhiraati hasanah. Khususnya umat muslim, kebahagiaan yang ingin dicapai adalah kebahagiaan dunia dan akherat. Itulah mengapa kita memerlukan ilmu ekonomi Islam, agar manusia bahagia dunia dan akherat. Agar negara ini jadi negara yang baldatun thayyibatun warabbun ghaffur.

ÉΟŠÏm§9$# Ç⎯≈uΗ÷q§9$# «!$# ÉÉΟó¡Î0

BAB III Konsumsi, Produksi dan Distribusi dalam Islam

Mana yang lebih dahulu? Konsumsi dan produksi? Jawabannya adalah konsumsi. Karena adanya konsumsi, maka muncullah upaya manusia untuk memenuhi keinginan berkonsumsi sehingga manusia bekerja (berproduksi).

Teori Konsumsi dalam Islam

Dalam Islam, kita membedakan wants (keinginan) dan needs (kebutuhan). Kebutuhan adalah fitrah manusia, seperti untuk hidup, berketurunan, bersosialiasi dan mengembangkan diri. Al Ghazzali dan Asy-Syatibi merumuskan ini dengan konsep maqashid syariah yang khas yaitu: din (agama), nafs (jiwa), aql (akal), nasl (keturunan) dan mal (harta).

Al Ghazzali juga membedakan kebutuhan manusia menjadi tiga hal: (1) Hajat daruriyat Ini adalah kebutuhan yang bersifat pokok, seperti makanan, minuman, pendidikan, agama dan kesehatan

(2) Hajat hajiyat Ini adalah kebutuhan yang bersifat kesenangan, seperti rekreasi dan barang-barang sekunder.

(3) Hajat tahsiniyat Ini bersifat kemewahan, seperti permadani dan pesiar ke luar negeri.

Apa batasan seseorang dikatakan sejahtera? Jawabannya adalah jika harta kekayaan orang tersebut ada di atas batas nisab, yaitu 85 gram emas (kira-kira Rp 17.000.000,00). Hal ini dikarenakan orang yang hartanya di atas batas nishab mulai terkena zakat. Karena zakat adalah penyucian bagi harta karena ada hak orang lain dalam harta tersebut, maka bisa dipastikan harta yang pas mencapai batas nisab adalah sepenuhnya hak orang tersbut. Itulah batas seseorang dikatakan cukup.

Teori Produksi dalam Islam

Sebenarnya tidak ada perbedaan yang terlalu menonjol antara satu sistem produksi dengan sistem produksi lainnya di berbagai sistem ekonomi dunia ini. Semuanya menghendaki sistem yang menghasilkan produksi barang dan jasa yang paling murah, paling berkualitas dan paling banyak. Namun sistem Islam, secara untuk menempatkan diri di tengah-tengah antara kebebasan produksi yang kebablasan dan pengendalian produksi sepenunya oleh negara. Islam juga melarang praktik mubazir dan mengeksploitasi tenaga kerja dalam proses produksi.

Rasulullah SAW menyuruh setiap muslim bekerja dan melarang mengemis. Kerja dalam hal ini adalah menukarkan keahlian, tenaga atau keterampilan. Ibnu Khaldun sendiri mengatakan bahwa kekayaan sebuah bangsa sangat tergantung pada produktivitas bangsa tersebut. Bangsa yang produktif dapat memenuhi kebutuhannya sendiri serta jika surplus dapat mengekspornya sehingga menikmati neraca perdagangan yang positif dan cadangan devisa yang besar. Hal ini sudah dikatakan oleh Ibnu Khaldun sebelum Adam Smith.

Teori Distribusi dalam Islam

Menurut Taqyuddin An Nabhany, masalah ekonomi itu sebenarnya hanyat terletak pada distribusi harta dan jasa tersebut kepada tiap-tiap individu, dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan primer (basic needs) mereka secara menyeluruh, serta membantu mereka berusaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sekunder hingga kebutuhan lux

mereka. 4

Perlu diingat bahwa kebutuhan primer manusia bersifat statis, jadi hal ini lebih diutamakan untuk dipenuhi bila dibandingkan kebutuhan lux segelintir manusia lainnya. Artinya produksi barang dan jasa yang lux seharusnya dilakukan setelah semua kebutuhan primer seluruh penduduk telah terlebih dahulu dipenuhi.

Justru, perbedaan cara bangsa-bangsa mendistribusikan kekayaannya itulah kunci perbedaan sistem ekonomi yang mereka punyai dan anut.

4 Taqyudin An Nabhany, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perpspektif Islam. 1995. Surabaya: Risalah Gusti, hlm. 21

ÉΟŠÏm§9$# Ç⎯≈uΗ÷q§9$# «!$# ÉÉΟó¡Î0

BAB IV Pasar dalam Islam

Pengertian Pasar

Secara sederhana, pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli. Dengan perkembangan zaman, pasar dapat diartikan sebagai lembaga atau institusi yang dikelola oleh pemerintah sehingga transaksi perdagangan dapat terjadi dengan baik. Dalam pengertian yang lebih modern, pasar adalah mekanisme yang memungkinkan bertemunya penawaran dan permintaan, baik dalam pengertian fisik maupun non-fisik.

Evolusi Pasar

Pertamakalinya pasar adalah sebuah tempat terbuka dimana pedagang dan konsumen bertemu sesuai dengan kesepakatan atau kebiasaan yang berlaku di tempat tertentu. Misalnya, dalam sejarah hidup Nabi Muhammad beliau datang ke Syam membawa perniagaan dari Mekkah dan bertemu dengan pedagang dan pembeli dari penjuru jazirah Arabia. Contoh yang lain adalah Bukittinggi yang menjadi pasar bertemunya berbagai komoditas di Sumatera Barat karena letaknya yang strategis. Pasar Tanah Abang, pasar tekstil terbesar di Asia Tenggara, juga adalah contoh lain pasar sebagai tempat secara fisik bertemunya penjual dan pembeli.

Lambat laun, pasar yang berupa tempat terbuka ini mulai dikelola oleh pemerintah daerah agar dapat ditatakelola dengan lebih baik. Hal ini dikarenakan pasar menjadi “barang publik”

yang menjadi tanggungjawab pemerintah. 5 Pasar inilah yang kita kenal menjadi semacam “institusi” atau “lembaga” yang memiliki aturan formal dan pengawas secara resmi.

Namun, pasar yang paling mutakhir tidak lagi terdefinisi sebagai tempat, namun sudah menjadi “mekanisme” yang mengacu pada interaksi seluruh faktor, terutama permintaan dan penawaran, yang mempengaruhi harga. Jadi, permintaan dan penawaran adalah kekuatan yang tarik menarik membentuk wajah pasar.

5 Barang publik adalah barang yang tidak memiliki sifat ekskludabilitas dan bersaingan. Barang ekskludalitas adalah sifat suatu barang yang orang dapat dicegah untuk memanfaatkannya. Sedangkan

bersaingan adalah penggunaan oleh seseorang dapat mengurangi kesempatan orang lain untuk memanfaatkannya. Lihat Mankiw, Gregory. Pengantar Ekonomi. 1998. Jakarta: Penerbit Erlangga, hlm. 263

Dalil Pasar

Dari evolusi pasar yang terjadi sepanjang sejarah, para ekonom merumuskan dalil-dalil dasar dalam perekonomian. Misalnya, Alfred Marshall dalam Principle of Economics, merumuskan

“jika permintaan tinggi dan penawaran rendah, maka harga tinggi dan sebaliknya.” 6 Ini yang dikenal dengan hukum permintaan dan penawaran. Hukum ini berlaku juga dalam pasar

tempat (marketplace), pasar lembaga (institutional market) dan mekanisme pasar (market mechanism).

Bagaimana Islam memandang ini? Mengenai harga serta penawaran dan permintaan, Islam tidak memperkenankan campur tangan yang sembarangan terhadap mekanisme pasar. Ini terbukti misalnya dengan riwayat sebagai berikut:

Diriwayatkan dari Anas bahwa ia mengatakan: Harga pernah mendadak naik pada masa Rasulullah SAW. Para sahabat mengatakan: “Wahai Rasulullah! Tentukan harga untuk kita! Beliau menjawab: “Allah itu sesungguhnya adalah penentu harga, penahan dan pencurah serta pemberi rizki. Aku mengharapkan dapat menemui Tuhanku dimana salah seorang di

antara kalian tidak menuntutku karena kezaliman dalam hal darah dan harta.” 7

Dari hadits ini kita dapat menarik kesimpulan bahwa Islam tidak menyuruh pemerintah untuk menetapkan harga, karena Allah yang sesungguhnya menaikkan dan menurunkan harga lewat mekanisme yang dikehendaki-Nya. Apakah mekanisme itu adalah tangan gaib (the invisible hand)? Atau bukan tangan gaib (the invisible hand)?

Tangan Gaib

Tangan gaib atau “the invisible hand” adalah istilah Adam Smith dalam The Wealth of Nations untuk menyatakan bahwa ada “sesuatu” yang secara tidak terlacak mengatur interaksi antara jutaan pelaku ekonomi untuk menghasilkan kesejahteraan bersama.

“Manusia dalam kenyataanya hampir selalu tolong menolong, dan secara sadar atau tidak mereka menyadari tidak akan memetik keuntungan apapun apabila ia merugikan orang lain. Manusia pada dasarnya hanya akan bertahan jika ia mempertahankan kepentingannya sendiri, dan dalam kaitan itulah ia melakukan sesuatu untuk orang lain sepertinya orang lain melakukan sesuatu untuk kepentingannya.. Kita menerima jasa dari tukang daging, pembuat bir atau pemanggang roti sehingga kita dapat menikmati santapan malam bukan karena

6 Lihat Marshall, Alfred. Principle of Economics, Book 5: General Relations Between Supply, Demand and Value di http://worldlibrary.net.

7 Lihat Muhammad Akram Khan, Ajaran Nabi Muhammad tentang Ekonomi (Kumpulan Hadits Pilihan tentang Ekonomi). 1996. Jakarta: Bank Muamalat, hlm. 152-153 7 Lihat Muhammad Akram Khan, Ajaran Nabi Muhammad tentang Ekonomi (Kumpulan Hadits Pilihan tentang Ekonomi). 1996. Jakarta: Bank Muamalat, hlm. 152-153

menyengaja.” 8 Bagaimana konsep Islam tentang “tangan gaib”? Dalam hadist Rasulullah jelas dikatakan bahwa Allah SWT yang mengatur naik dan turunnya harga. Artinya, bukan tangan gaib yang menuntun pasar, melainkan Allah SWT. Dalam konsep keimanan dalam Islam, Allah SWT menciptakan makhluk gaib seperti malaikat-malaikat dengan berbagai tugas yang spesifik. Malaikat Mikail adalah malaikat yang mengatur rizqi manusia, termasuk hujan dan fenomena alam lainnya, yang kesemuanya itu sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Malaikat inilah sesungguhnya malaikat yang menjadi penuntun bagi jutaan keputusan dalam perekonomian.

∩∈∪ #XöΔr& ÏN≡tÎn/y‰ßϑø9$$sù

Dan (malaikat-malaikat) yang mengatur urusan (dunia) 9 (Q.S. An Naziat 5)

Malaikat ini mengatur lalu lintas barang dan jasa, memberikan bisikan dan petunjuk bagi seluruh pelaku ekonomi untuk berbuat, demi keuntungan mereka sendiri, namun lewat

8 Mankiw, ibid. hlm. 170. Teks aslinya adalah “But the annual revenue of every society is always precisely equal to the exchangeable value of the whole annual produce of its industry, or rather is

precisely the same thing with that exchangeable value. As every individual, therefore, endeavours as much as he can both to employ his capital in the support of domestic industry, and so to direct that industry that its produce may be of the greatest value; every individual necessarily labours to render the annual revenue of the society as great as he can. He generally, indeed, neither intends to promote the public interest, nor knows how much he is promoting it. By preferring the support of domestic to that of foreign industry, he intends only his own security; and by directing that industry in such a manner as its produce may be of the greatest value, he intends only his own gain, and he is in this, as in many other cases, led by an invisible hand to promote an end which was no part of his intention. Nor is it always the worse for the society that it was no part of it. By pursuing his own interest he frequently promotes that of the society more effectually than when he really intends to promote it. I have never known much good done by those who affected to trade for the public good. It is an affectation, indeed, not very common among merchants, and very few words need be employed in dissuading them from it.” Lihat Adam Smith, An Inquiry Into The Nature And Causes Of The Wealth Of Nations, In Four Volumes. Edinburgh:1776, pp. 291

9 Dalam ayat 1 sampai dengan 5 Allah bersumpah dengan malaikat-malaikat yang bermacam-macam sifat dan urusannya, bahwa manusia akan dibangkitkan pada hari kiamat. sebahagian ahli tafsir

berpendapat, bahwa dalam ayat-ayat itu Allah bersumpah dengan bintang-bintang.

mekanisme yang malaikat ini atur, mekanisme itu terhindar dari chaos sehingga malah menjadi sistem yang efisien dan teratur. 10

Bukti bahwa gerak malaikat ini tidak dapat dipahami dengan fisika manusia adalah ayat Al Quran sebagai berikut

∩⊆∪ 7πuΖy™ y#ø9r& t⎦⎫Å¡÷Ηs~ …çνâ‘#y‰ø)ÏΒ tβ%x. 5Θöθtƒ †Îû Ïμø‹s9Î) ßyρ”9$#uρ èπx6Íׯ≈n=yϑø9$# ßlã÷ès?

Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh

ribu tahun. (Q.S. Al Ma’arij 4) 11

Tidak ada hal di dunia ini yang terjadi dengan sendirinya. Sesungguhnya hanya Allah yang Maha Mengetahui Segala Sesuatu.

Praktik-Praktik dalam Pasar yang Dilarang dalam Islam

Sebelumnya, perlu diketahui bahwa ekonomi Islam semata-mata ekonomi yang penuh dengan larangan. Sebagai bukti, begitu banyak praktik ekonomi yang diperbolehkan Islam di dalam pasar, seperti tawar menawar, mengambil keuntungan, berpromosi dan menjanjikan kualitas barang atau memberi garansi serta banyak lagi yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Namun, sebagai rahmat Allah, di antara begitu banyak kebolehan yang Allah berikan, terdapat beberapa hal yang Allah larang lewat lisan Rasul-Nya. Mengapa hal ini terjadi? Karena, tidak ada kebebasan dalam Islam yang sepenuhnya bebas. Menurut Syed Naquib Al Attas, kebebasan mutlak dalam Islam hanya ada dalam pikiran. Jika ia sudah keluar menjadi laku atau perkataan, sesungguhnya ia terikat oleh ruang-waktu dan aturan-aturan. Jadi, pasar bebas yang sebebas-bebasnya dalam Islam tidak ada. Demikian pula yang terjadi di dunia nyata, baik dalam perdagangan domestik maupun perdagangan internasional.

Ketidakbebasan itu tercermin lewat aturan-aturan dalam Islam yang melarang aktivitas- aktivitas sebagai berikut:

10 Dengan akal manusia, mungkin sulit untuk membayangkan bagaimana malaikat ini mengatur urusan miliaran manusia dalam waktu sehari. Berikut ini penjelasannya: malaikat diciptakan dari cahaya.

Telah dibuktikan oleh para ilmuwan, kecepatan cahaya adalah 300.000.000 meter per detik. Dalam sehari mereka dapat menempuh jarak 25.920.000.000.000 meter. Diameter bumi ini saja kira-kira 10.000.000.000 meter. Jadi, sangat masuk akal, jika dalam satu hari mereka mengatur rizki miliaran manusia.

11 Maksudnya: malaikat-malaikat dan Jibril jika menghadap Tuhan memakan waktu satu hari. apabila dilakukan oleh manusia, memakan waktu limapuluh ribu tahun.

(1) Jual Beli Barang Haram (2) Menimbun Barang (Ikhtikar) (3) Menjual Barang yang Belum Dimiliki (4) Mencegat Pedagang di Perjalanan (Talaqqi rukban) (5) Menjual Buah yang Masih di Tangkainya (Muzabanah) (6) Jual Beli Al Urban

Pasar Terbuka dalam Islam 12 Walaupun Rasulullah SAW telah meletakkan kebebasan dalam pasar, namun di dunia

ini, pasar sekarang sudah dikuasai oleh segelintir kapitalis. Kebebasan berusaha masyarakat terancam oleh para pemain besar pengendali pasar. Kita membutuhkan desain mekanisme agar pasar kembali menjadi penjaga kemerdekaan ekonomi.

Antara Kebebasan dan Ekonomi

Pembangunan ekonomi tidak hanya bergantung pada pertumbuhan ekonomi, tetapi menurut Denis Goulet, juga menitikberatkan tiga nilai dasar: (1) kecukupan, (2) harga

diri dan (3) kemerdekaan. 13 Amartya Sen, Peraih Nobel Ekonomi Tahun 1998, menyatakan

…In recent discussions, the focus in asessing the market mechanism has tended to be on the results it ultimately generates, such as the incomes or the utilities yielded by the markets. This is not a negligible issue, and I shall come it presently. But the more immediate case for the freedom of market

transaction lies in the basic importance of that freedom itself... 14

Di dalam pasar terbuka, masyarakat seharusnya memiliki hak untuk menjalankan bisnis, memasuki pasar, melakukan transaksi yang saling menguntungkan, menegosiasikan harga terbaik yang menampilkan efisiensi ekonomi, mengembangkan kekayaan dan memajukan kemerdekaan berekonomi.

Namun, Islam mempromosikan kemerdekaan ekonomi ini bukan untuk segelintir kaum kaya sehingga mereka dapat memonopoli pasar. Justru kemerdekaan ekonomi

12 Dalam pembahasan mulai sub-bab ini, pasar yang dimaksud disini adalah pasar dalam bentuk fisik, yaitu tempat bertemu pembeli dan penjual dalam waktu tertentu

13 Michael Todaro, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga (2003) 14 Amartya Sen, Development as Freedom (1999) 13 Michael Todaro, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga (2003) 14 Amartya Sen, Development as Freedom (1999)

Kemerdekaan Berusaha dalam Sejarah Pasar Islam

Ibnu Khaldun, seorang ulama terkemuka yang membela kebebasan berusaha di dalam pasar dalam Muqaddimah terlihat berpendapat bahwa ekonomi dan peradaban akan

berkembang bila bisnis dan perdagangan berjalan baik dalam pasar terbuka. 15

Konsep Pasar dalam Islam

Pasar adalah shadaqa (pemberian) untuk ummah (masyarakat muslim), sama seperti masjid. 16 Kesamaan ini ditunjukkan ketika Rasulullah hijrah ke Madinah. Di

Madinah, fasilitas publik yang pertama kali dibangun adalah masjid dan pasar. Oleh karena itu, dalam tradisi Islam yang khas, pasar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Pasar adalah milik umum. Ia adalah milik umat

2) Tidak ada seorang pribadi pun berhak mengklaim satu tempat di pasar sebagai milik pribadinya, bahkan walaupun ia sanggup membayarnya

3) Orang berhak untuk masuk dan keluar dari pasar dengan bebas untuk membuka dagangannya, namun ketika ia sudah selesai menjual semua dagangannya, ia harus membiarkan orang lain menggunakan tempat tersebut

4) Setiap orang dapat membuka dagangannya tanpa membayar kepada siapapun

5) Jika seseorang sudah selesai melaksanakan aktivitas jual belinya orang lain dapat menggantikannya di tempat tersebut dengan gratis

6) Hisbah, sebuah institusi unik dalam sistem Islam, mempunyai peran utama sebagai pengatur, pengawas, pengelola dan pengendali pasar

Sejarah Islam menunjukkan konsep di atas berjalan dengan baik. Umar bin Khattab pernah menghancurkan tempat pedagang yang permanen di dalam pasar. 17 Umar juga

Ibnu Khaldun, Muqaddimah (1995). 16 Umar Ibrahim Vadillo, The Arsitecture of The Gold Dinar Economy dalam 2002 International

Conference Stable and Just Global Monetary System: Viability of The Islamic Dinar

17 Jaribah bin Ahmad Al-Haritsi, Al-Fiqh Al-Iqtishadi Li Amiril Mukminin Umar ibnu Al Khattab (2003) 17 Jaribah bin Ahmad Al-Haritsi, Al-Fiqh Al-Iqtishadi Li Amiril Mukminin Umar ibnu Al Khattab (2003)

Secara singkat, pasar adalah bukti sahih kemerdekaan masyarakat untuk melakukan perniagaan. Kemerdekaan ini melahirkan inisiatif swasta, persaingan harga, kualitas pelayanan dan berbagai pilihan bagi konsumen, sehingga ekonomi akan menghasilkan efisiensi. Efisiensi berarti harga yang murah, sehingga akan menyediakan masyarakat

kebutuhan dasar mereka dengan mudah (hajat darruriyat). 19

Di lain pihak, kesempatan yang sama untuk anggota masyarakat untuk berdagang di pasar, tanpa memandang modal yang mereka miliki dan sumberdaya lainnya, adalah keadilan bagi masyarakat. Keadilan yang dimaksud disini adalah kesetaraan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan perekonomian.

Desain Mekanisme Pasar Terbuka dalam Islam

Untuk mendesain pasar terbuka dalam Islam untuk mengakomodasi semua motif dan aktor ekonomi, kita dapat menggunakan Teori Desain Mekanisme yang diperkenalkan oleh Leonid Hurwich, Eric Maskin dan Roger Myerson, peraih Nobel Ekonomi

2007. 20 Teori ini mencoba menjawab dua pertanyaan penting: (1) bagaimana mengelola sumberdaya yang terbatas, (2) bagaimana membangun kerjasama yang

detail untuk mencegah konflik 21

Mendesain pasar terbuka dalam Islam setidaknya mencakup tiga tahap:

1) Tahap pembangunan pasar

Masyarakat dapat membangun pasar terbuka ini dengan waqf, 22 seperti yang Rasulullah lakukan di awal peradaban Madinah sebagai properti publik. Tanah

18 op. cit. 19 Al Ghazzali, Ihya Ulumiddin. (2006). Hajat daruriyat adalah istilah khusus yang diciptakan Al

Ghazzali untuk menyebut “basic needs” 20 www.ksv.org/Nobel

21 Ahmad Erani Yustika, Pasar, Informasi dan Regulasi (Market, Information and Regulation), KOMPAS 8 November 2007

22 Waqf is fix asset given to society by somebody without any commercial purpose.

waqf terlebih dahulu dikenal dalam Islam diperuntukkan sebagai masjid atau pemakaman, namun tidak ada salahnya jika diganti peruntukkannya untuk membangun pasar terbuka. Bentuk pasar ini haruslah sepeti hanggar terbuka dengan tiang tinggi hanya mempunyai satu lantai, sehingga orang dapat bernafas dengan lega dan menikmati sinar matahari langsung, mengurangi listrik karena tidak memerlukan lampu dan AC. Hal ini dapat juga mengurangi konflik antar pedagang karena jika dibangun dengan lantai 2, 3 dan seterusnya, pedagang di lantai atas biasanya kurang mendapatkan pengunjung.

2) Tahap pengelolaan pasar sehari-hari Dalam pasar terbuka, seseorang boleh berdagang di pasar ini dengan gratis tanpa memandang jenis kelamin, status sosial, asal muasal bahkan kebangsaan. Ini akan meningkatkan efisiensi ekonomi. Pasar buka dari jam 3 pagi sampai dengan jam 3 sore. Pedangan yang hendka berjualan harus antre untuk masuk ke pasar, dengan sistem siapa cepat dia dapat. Tempat di pasar adalah sumber daya terbatas, sistem antrean dalam sistem yang paling adil, jadi seorang dapat berdagang di pasar bukan karena modal, namun karena usaha dan kesabaran. Setelah seseorang selesai, ia boleh digantikan dengan

yang lain. 23 Pemerintah tidak boleh membebankan pajak kepada pedagang ini sama seperti pemerintah tidak boleh membebankan pajak bagi orang yang

shalat di masjid.

3) Tahap pengendalian pasar Hisbah adalah sebuah lembaga resmi yang operasionalisasinya dibiayai pemerintah. Hisbah bertugas: (1) membuka dan menutup pasar, (2) menghukum praktik curang di pasar, (3) mengumukan harga equilibirum yang

terjadi pasark. Ini akan mengurangi kemungkinan terjadi tadlis. 24 (4) membayar biaya kebersihan, listrik, keamanan, (5) membayar premi asuransi

pasar untuk melindungi pedagang dari kerugian musibah kebakaran, banjir dan bencana alam lainnya.

23 Pasar ini tidak cocok untuk bahan kimia yang mudah pecah, sehingga perlu penyesuaian, pasar ini paling cocok untuk pasar komoditas sembako (sembilan bahan pokok).

24 Tindakan penipuan.

Dengan desain mekanisme seperti ini akan tercapai pasar yang efisien dan adil. Efisien karena harga murah, akibat biaya bagi pedagang yang nyaris nol. Adil karena tiap orang berhak untuk berusaha di dalam pasar ini. Inilah konsep pasar dalam Islam, yang memecahkan dua trade-off dalam ekonomi modern: efisiensi dan ekuiti.

BAB V Peran Negara dalam Sistem Islam untuk Membangun Kesejahteraan

Pendahuluan

Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik, ia adalah organisasi pokok dari kekuasaan politik. Negara adalah alat dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat. Negara adalah organisasi yang dalam sesuatu wilayah dapat memaksakan kekuasaannya secara sah terhadap semua golongan kekuasaan lainnya dan yang dapat menetapkan cara-cara dan batas sampai di mana kekuasaan dapat digunakan dalam kehidupan

bersama itu. 25 Menurut Roger H. Soltau, negara adalah alat (agency) atau wewenang yang mengatur dan mengendalikan persoalan bersama, atas nama masyarakat. Sedangkan Harold J.

Laski menyatakan negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara sah lebih agung dari individu atau kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat itu. Sedangkan Robert MacIver menyatakan bahwa negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan penertiban di dalam suatu masyarakat dalam suatu wilayah dengan berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan

oleh suatu pemerintah yang untuk maksud tersebut diberi kekuasaan memaksa. 26 Dari definisi di atas, terlihat bahwa negara mempunyai sifat: (1) memaksa, (2) monopoli, dan (3) mencakup semua. Sedangkan anasir-anasir negara adalah: (1) wilayah, (2) penduduk, (3) pemerintah, dan (4) kedaulatan. 27 Untuk mempermudah pembahasan, dalam makalah ini pengertian negara terkadang disempitkan menjadi pemerintah atau government 28 .

Walaupun secara teoritis kedua pengertian ini berbeda, dimana pemerintah adalah subset dari negara, namun dalam praktik pencampuran penggunaan kedua terminologi ini tidak

Lihat Miriam Budiardjo, Dasar Dasar Ilmu Politik. 2004. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, hlm. 38 – 39. Miriam Budiardjo adalah Guru Besar Ilmu Politik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, yang juga memberikan kuliah ilmu politiknya di Lemhanas, Seskoad dan Seskoal.

26 Lihat Miriam Budiardjo, ibid. Lihat juga Harold J. Laski, The State in Theory and Practice (New York: The Viking Press, 1947), hlm. 8 – 9, Robert MacIver, The Modern State. (London: Oxford

University Press, 1955), hlm. 22, Roger F. Soltau, An Introduction to Politics (London: Longmans, 1961), hlm. 4

27 Lihat Miriam Budiardjo, op. cit., hlm. 40 – 45 28 Menurut Cambridge Learner’s Dictionary 2 nd Edition government adalah group of people who

officially control a country (sekelompok orang yang secara resmi mengatur sebuah negara).

terhindarkan. 29 Pada praktiknya juga, peran pemimpin negara dan pemerintahan (presiden atau khalifah atau sultan/raja) mewakili atau bahkan dominan dalam pelaksanaan

pemerintahan. Sehingga dalam praktiknya, peran pemerintahan bercampur dengan peran pemimpin pemerintahan. Kedua proposisi di atas kemudian melahirkan proposisi baru: ”Karena peran negara seringkali diwakili oleh pemerintah, dan peran pemerintah seringkali diwakili oleh pemimpin pemerintahan, maka peran negara seringkali diidentikkan dengan peran pemimpin pemerintahan.” Dengan demikian muncul pula pertanyaan menarik yang lebih spesifik, (1) bagaimana peran pemimpin pemerintahan negara dalam mewujudkan kesejahteraan dan (2) pemimpin seperti apa yang akan membawa negara pada kesejahteraan?

Selanjutnya kita juga mengetahui bahwa Islam adalah sebuah sistem yang sempurna dan menyeluruh. Sistem ini mencakup seluruh aspek dalam kehidupan manusia.

$YΨƒÏŠ zΝ≈n=ó™M}$# ãΝä3s9 àMŠÅÊu‘uρ ©ÉLyϑ÷èÏΡ öΝä3ø‹n=tæ àMôϑoÿøCr&uρ öΝä3oΨƒÏŠ öΝä3s9 àMù=yϑø.r& tΠöθu‹ø9$#

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat- Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (Q.S. Al Maidah 3)

Dalam sistem Islam, segala sesuatu yang diatur menurut aturan Allah sesuai dengan yang tertera dalam Al Quran yang mulia serta sunah Rasul-Nya. Seorang mujahid dan mujadid Islam abad 20, Hasan Al Banna menyatakan, “Islam adalah sistem yang menyeluruh, yang menyentuh seluruh segi kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dan umat, akhlak dan

kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan kekayaan alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran, sebagaimana

ia juga adalah aqidah dan ibadah yang benar, tidak kurang dan tidak lebih.” 30

Kesejahteraan yang dimaksud dalam makalah ini menggunakan konsep maqasid al-syariah (tujuan syariah). Imam Al Ghazali yang menyatakan bahwa manusia dikatakan sejahtera bila dapat memenuhi kebutuhan agamanya (dien), jiwanya (nafs), akal (aql), keturunan (nasl) dan

harta (maal). 31 Lima hal ini membuat definisi sejahtera menurut Islam lebih luas dari definisi

Subset bermakna himpunan bagian, yang berarti bahwa dalam konteks ini kita dapat menyatakan bahwa pemerintah adalah himpunan bagian dari negara.

30 Lihat Hasan Al Banna, Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin Jilid 2 dalam bab Risalah Ta’alim. 2002. Solo: Era Intermedia, hlm. 162

31 Lihat Muhammad Umer Chapra, Relevance and Importance of Islamic Economics, hlm. 105. Disampaikan dalam buku Lessons in Islamic Economic, sebagai proceedings of the seminar pada

Teaching of Islamic Economic for University Level in Dhaka, Bangladesh 23 Juli – 5 Agustus 1991, yang dilaksanakan oleh IRTI Islamic Development Bank and Islamic Foundation, Bangladesh. Berbicara mengenai maqasid al-syariah Chapra mengutip pendapat Imam Ghazali bahwa “tujuan dari syariah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dalam hidup manusia yang menjaga agama (dien), jiwa (nafs), akal (aql), keturunan (nasl) dan harta (maal) mereka. Apapun yang menjaga lima hal dasar Teaching of Islamic Economic for University Level in Dhaka, Bangladesh 23 Juli – 5 Agustus 1991, yang dilaksanakan oleh IRTI Islamic Development Bank and Islamic Foundation, Bangladesh. Berbicara mengenai maqasid al-syariah Chapra mengutip pendapat Imam Ghazali bahwa “tujuan dari syariah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dalam hidup manusia yang menjaga agama (dien), jiwa (nafs), akal (aql), keturunan (nasl) dan harta (maal) mereka. Apapun yang menjaga lima hal dasar

intellectual, emotional dan spiritual). Lima hal ini juga mempunyai cakupan yang tidak hanya meliputi ”dunia-masa kini” tapi bersifat ”akherat-masa depan”. Dalam ukuran sekarang, kesejahteraan ini bisa diukur lewat: ketersediaan pangan, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan. 33 Hal ini juga berarti bahwa kesejahteraan yang dimaksud tidak hanya berdimensi

ekonomi, namun juga berdimensi pemenuhan hak masyarakat dalam peribadatan dan dalam bidang politik-hukum. Sehingga peran negara yang dibahas dalam makalah ini tidak hanya dalam urusan ekonomi namun juga berdimensi politik-hukum (syariah) dan peribadatan (ibadah).

Menurut penulis, (1) ketersediaan pangan menjadi indikator terpenuhinya kebutuhan nafs (bertahan hidup), (2) ketersediaan sandang menjadi indikator terpenuhinya kebutuhan nafs (melindungi tubuh dan kehormatan) dan terpenuhinya kebutuhan maal (mempunyai perlengkapan penunjang hidup), (3) ketersediaan papan menjadi indikator terpenuhinya kebutuhan nafs (melindungi tubuh dan kehormatan), terpenuhinya kebutuhan maal (mempunyai perlengkapan penunjang hidup dan tempat berlindung permanen) dan nasl (tempat berkumpulnya keturunan dan interaksi kasih sayang diantara anggota keluarga), (4) ketersediaan kesehatan menjadi indikator terpenuhinya kebutuhan nafs (melindungi tubuh dari penyakit), terpenuhinya kebutuhan aql (kesehatan menunjang bekerjanya akal) dan dien (syarat melakukan ibadah adalah sehat), (5) ketersediaan pendidikan menjadi indikator terpenuhinya kebutuhan aql (mengembangkan ilmu dan keterampilan) dan terpenuhinya kebutuhan dien (terpenuhinya kewajiban menuntut ilmu agama yang menjadi syarat kebenaran ibadah yang berarti keselamatan akherat). Kebutuhan-kebutuhan ini harus disediakan dalam masyarakat sebuah negara Islam. 34

ini harus disediakan dan menjadi kepentingan publik dan harus diutamakan.” Lihat juga Abu Hamid Al-Ghazali (1937). Vol. I pp. 139 – 140. Leicester, U.K.

32 Sebagai contoh, lihat Walter Nicholson, Microeconomic Theory: Basic Principles and Extension, Sixth Edition. 1995. Texas: The Dryden Press, hlm. 106. Nicholson menyatakan bahwa “That spending

all one’s income is required for utility maximization is obvius. Since extra goods provide extra utility (there is no satiation) and since the is no other use for income (there is no saving in this model), to leave any unspent would be fail to maximize utility.”

33 Pendapat ini disampaikan oleh Kurniawan Saefullah, staf pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran. Kurniawan Saefullah lulus dari International Islamic University of Malaysia tahun 2003

dengan gelar Master of Economics dengan fokus tesis pada peran pendidikan sebagai motor pembangunan.

34 Negara Islam dalam makalah ini adalah sebuah negara yang mayoritas penduduknya muslim yang hidup bersama dengan minoritas non-muslim (kafir dzimmi, kafir yang tidak memusuhi kaum

muslimin) dan sudah tegak nilai dan aturan-aturan Islam.

Pertentangan antara Menguat dan Melemahnya Peran Negara

Menguat atau melemahnya peran negara dalam perekonomian dewasa ini adalah perdebatan yang cukup hangat dalam berbagai forum populer maupun ilmiah. Salah satunya adalah sebuah narasi bernada satiris oleh Goenawan Mohammad, pemimpin redaksi Majalah TEMPO, yang menulis “...Mengherankan sebenarnya bahwa pemerintah sudah lama jadi satu subjek yang sering ada dalam percakapan kita, hampir sesering Tuhan sebagai sesuatu yang

menentukan nasib dunia. Bagaimana orang bisa menghubungkan citra itu dengan mereka yang suka duduk-duduk beristirahat selama delapan jam sehari, itu misteri tersendiri. Seorang gubernur baru, artinya seorang yang baru jadi bagian dari makhluk fiktif itu, pernah mengeluh bahwa di kantornya sepucuk surat perlu waktu 30 hari untuk lepas menuju si alamat. Para pegawai berusaha keras agar surat sang gubernur matang lebih dulu melewati deretan meja dan stempel, sebelum terbang ke luar balai kota dan tentu saja terlambat. Meskipun demikian, Republik tidak runtuh. Jembatan-jembatan belum jebol, rel kereta masih terpasang sejajar, rumah sakit umum belum dijual dan penjara masih terjaga. Saya tak pernah selesai berpikir apa gerangan yang membuat alat-alat pemerintah (seraya

duduk-duduk membaca koran di kamar kerja) bisa membuat keajaiban itu.” 35 Secara tidak langsung, pemikiran ini sebenarnya merujuk pada ideologi kapitalis yang menghindari campur tangan

negara dalam perekonomian. 36

Di sisi yang lain, Samuel Huntington, profesor ilmu politik Harvard University, dalam tesisnya yang fenomenal The Clash of Civilization and The Remaking of World Order (diterjemahkan menjadi Benturan Antar Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia), juga menyatakan bahwa peran negara sudah berakhir dalam kancah politik-ekonomi dunia. Peran ini akan digantikan oleh entitas lain yang bernama: peradaban. Huntington menyatakan “Dalam dunia baru ini, politik lokal adalah etnisitas; politik global adalah peradaban. Persaingan

antara negara-negara adidaya akan digantikan oleh adanya benturan peradaban” 37

Dalam sebuah ceramah populernya sewaktu memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia sekaligus dalam acara bedah buku Dari Gerakan ke Negara, Anis Matta menyatakan bahwa ”... Sekarang, dari waktu ke waktu otoritas negara ini dikurangi terus menerus. Sekarang ini ada organisasi tidak sebesar negara tapi lebih digdaya dari negara. Namanya:

Lihat Goenawan Mohammad, Catatan Pinggir 5. 2002. Jakarta: Grafiti, hlm. 154 – 155. Esai ini adalah tulisan pada rubrik Catatan Pinggir Majalah TEMPO, 5 Desember 1999. Goenawan Mohammad, yang pernah menjabat sebagai pemimpin redaksi majalah TEMPO selama 30 tahun lahir di Batang, Jawa Tengah, 29 Juli 1941. Ia juga dikenal sebagai esais dan penyair terkemuka.

36 Ideologi kapitalis yang dimaksud disini adalah ideologi pasar bebas (free-market) atau liberalisasi. 37 Lihat Samuel P. Huntington, Benturan Antarperadaban dan Masa Depan Politik Dunia. 2003.

Yogyakarta: Penerbit Qalam, hlm. 9. Samuel P. Huntington adalah Guru Besar sekaligus Ketua Jurusan Ilmu Politik di Universitas Harvard dan Ketua Akademi Harvard untuk Kajian Internasional dan Regional di Weatherhead Center for International Affairs. Tahun 1999 – 2000, Huntington bekerja untuk meneliti pelbagai perubahan yang menonjol menyangkut persoalan identitas nasional Amerika dan implikasi-implikasi dari perbagai perubahan ini pada peran Amerika di dunia internasional.

perusahaan multinasional. Coba Anda bayangkan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Republik Indonesia $50 miliar, sedangkan Google, sebuah perusahaan search engine di internet, mampu mengkapitalisasi dana dari pasar modal (market capitalization) sampai $150 miliar. Kita perlu mengumpulkan tiga tahun APBN baru mirip dengan Google. Dan, bayangkan juga, negara sebesar

Indonesia ini bisa dibangkrutkan oleh seorang Yahudi, bernama George Soros..” 38

Dalam konteks globalisasi, John Pilger dalam sebuah laporan khususnya tentang akibat buruk globalisasi bagi sebuah negara besar seperti Indonesia, menyatakan ”... Hanya dengan 200 perusahaan, seperempat kegiatan ekonomi dunia sudah dikuasai. Sekarang ini General Motors lebih

besar dari Denmark, Ford lebih besar daripada Afrika. Luput dari mata para pembeli di jalan-jalan besar, merk-merk terkenal, mulai dari sepatu olahraga hingga pakaian bayi, hampir seluruhnya dibuat di negara-negara miskin dengan upah buruh sangat rendah, nyaris seperti budak. Untuk mempromosikan Nike, pegolf Tiger Woods dibayar lebih tinggi dibandingkan dengan seluruh upah buruh yang membuat produk Nike di Indonesia. Desa global seperti inikah yang disebut-sebut sebagai

masa depan umat manusia?” 39

Namun, menurut penulis, sebenarnya peran negara tidak lantas berakhir. Anis Matta dalam ceramah yang sama menyatakan bahwa ”jika dikelola dengan baik maka institusi ini (negara

maksudnya) bisa menjadi sangat digdaya.” 40 Sedangkan kekhawatiran Huntington sesungguhnya tidak mengecilkan peran negara dalam perekonomian, sebab dalam halaman

setelahnya, Huntington menitikberatkan pada permasalahan konflik antarbudaya yang diwakili oleh peradaban bukan permasalahan kegagalan negara dalam pencapaian kesejahteraan masyarakat. Mengutip Jacques Delros, Huntington menyatakan, ”konflik- konflik yang terjadi di masa yang akan datang lebih disebabkan oleh faktor-faktor budaya

daripada faktor-faktor ekonomi ataupun ideologi.” 41 Sedangkan gagasan Goenawan Mohammad mengenai matinya peran negara (pemerintah) adalah salah satu kesalahan

38 Ceramah ini disampaikan oleh Anis Matta di Masjid Agung Al-Ukhuwwah Bandung, pada tanggal 17 Agustus 2006. Anis Matta lahir di Bone, 28 September 2006. Dia memegang gelar Licensed (Lc.)

dalam bidang syariah dari LIPIA Jakarta. Sekarang dia adalah Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera dan anggota Majelis Hikmah Muhammadiyah. Anis Matta termasuk salah satu cendekiawan muda yang banyak mempengaruhi pemikiran kaum muda Islam di Indonesia. Beberapa bukunya yang sudah diterbitkan di antaranya Menikmati Demokrasi, Dari Gerakan ke Negara dan Mencari Pahlawan Indonesia. Khusus yang berkaitan dengan ceramah ini, lihat Anis Matta, Dari Gerakan ke Negara. 2006. Bandung: Fitrah Rabbani

39 Lihat video yang sangat menarik pengaruh globalisasi pada kemiskinan Indonesia yang berjudul New Rulers of The World oleh John Pilger yang diproduksi oleh Institute for Global Justice dan INFID.

40 Dalam ceramah yang sama, Anis Matta kemudian menguraikan syarat-syarat sebuah negara bisa digdaya. Salah satunya adalah cara berpikir khalifah pada para pemimpinnya, bukan cara pikir raja.

Lihat juga Anis Matta, ibid. dalam Rakyat untuk Sang Raja atau Khalifah. hlm. 95 – 103

41 Samuel P. Huntington, ibid. hlm. 10. Lihat juga Jacques Dolores, “Questions Concerning European Security,” Address, International Institute for Strategic Studies, Brussels, 10 September 1993, hlm. 2 41 Samuel P. Huntington, ibid. hlm. 10. Lihat juga Jacques Dolores, “Questions Concerning European Security,” Address, International Institute for Strategic Studies, Brussels, 10 September 1993, hlm. 2

berurusan pada sebuah kantor pemerintah. Hal ini berarti bahwa Goenawan tidak mendasarkan analisisnya pada sebuah penelitian ilmiah. 43 Sedangkan Pilger juga tidak

menyebutkan secara khusus mengenai ”kegagalan negara dalam mensejahterakan masyarakatnya”, dia lebih memfokuskan pernyataannya pada ekspansi perusahaan multinasional yang sudah melebihi dimensi negara. Sehingga, negara masih mempunyai peranan yang penting dalam upaya mensejahterakan rakyatnya, seperti yang dicita-citakan oleh konstitusi negara tersebut. Misalnya, dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945 dinyatakan bahwa, tujuan adanya negara Republik Indonesia adalah ”Untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia yang melindungi segenap

tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan

keadilan sosial” 44

Dalam konstitusi negara lain di dunia, motif untuk mensejahterakan rakyat juga melandasi terbentuknya negara. Misalnya jika kita membaca Declaration of Independence (Piagam Kemerdekaan Amerika Serikat) paragraf dua yang menyatakan ”That whenever any Form of Government becomes destructive of these ends, it is the Right of the People to alter or abolish it, and to institute new Government, laying its foundation on such principles and organizing its powers in such

form, as to them shall seem most likely to effect their Safety and Happiness. Prudence, indeed, will dictate that Governments long established should not be changed for light and trancient causes; and accordingly all experience hath shewn, that mankind are more disposed to suffer, while evils are

sufferable, than to right themselves by abolishing the forms to which they are accustomed.” 45

42 Overgeneralization atau biasa disebut juga fallacy of dramatic instance termasuk kesalahan berpikir karena menggunakan satu atau dua kasus untuk mendukung argumen yang bersifat general atau umum.

Hal ini terjadi biasanya diambil dari pengalaman pribadi seseorang. Lihat Jalaluddin Rakhmat, Rekayasa Sosial: Reformasi, Revolusi atau Manusia Besar. 2005. Bandung: Penerbit Rosda, hlm. 5. Kesalahan ini disebut juga Fallacy of Hasty Generalization (kekeliruan karena membuat generalisasi yang terburu-buru). Lihat juga Mundiri, Logika. 2003. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, hlm. 214 – 215

43 Ciri-ciri penelitian ilmiah disini adalah (1) berdasarkan fakta, (2) bebas dari prasangka, (3) menggunakan prinsip-prinsip analisis, (4) menggunakan hipotesis, (5) menggunakan ukuran objektif,

(6) umumnya menggunakan teknik kuantifikasi, kecuali pada hal-hal yang memang tidak bisa dikuantifikasi. Lihat Moh. Nazir, Metode Penelitian. 1983. Jakarta: Ghalia Indonesia, hlm. 36 – 37

44 Lihat Miriam Budiardjo, op. cit., hlm. 45 45 Lihat Chandra Natadipurba dan Salihuddin Harahap, 7 Hukum Kemakmuran Negara: Studi

Komparatif 10 Negara Terbesar di Dunia. 2006. Bandung: Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran, hlm. 2

Pentingnya Peran Negara dalam Sistem Non-Islam: Sebuah Bahan Perbandingan

Peran negara dalam sistem non-Islam cukup besar. Ini terbukti dengan kemajuan luar biasa yang dicapai oleh China dimana peran negara begitu dominan 46 . Ekonomi China tumbuh

9,5% dalam dua dekade terakhir (rekor pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia), dan tampaknya akan terus berlanjut, menjadi satu-satunya negara di dunia dengan prestasi seperti itu dalam 50 tahun terakhir, pendapatan nasional (Gross Domestic Product) berlipat ganda dalam delapan tahun sekali, jumlah angka kemiskinan berkurang drastis, setengah dari total pengurangan jumlah penduduk miskin dunia pada periode 1980-2000 terjadi di China, pertumbuhan ekonomi membuat tabungan meningkat, bahkan presentase tabungan yang mencapai 50% dari GDP adalah satu-satunya yang tertinggi di dunia, investasi yang membawa teknologi dan kemampuan manajemen meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang pada tahun 2003 saja, misalnya meningkat 8,5%, berkembangnya sektor jasa dan industri membuat produktivitas juga meningkat, ketimbang membiarkan rakyat tetap berkutat di sektor pertanian yang secara empiris memang memiliki tingkat produktivitas yang rendah. pertumbuhan ekonomi semakin banyak menyerap orang-orang yang tergusur dari pertanian, peran swasta membesar membuat iklim ekonomi makro membaik dan fondasi mekanisme

pasar semakin dalam dan kukuh. 47 Kemajuan tidak hanya dicatat dalam bidang ekonomi. Pendidikan diperbaiki, pemerintah mewajibkan semua warga mendapatkan pendidikan dasar

sembilan tahun dan semua desa sudah harus mendapatkannya pada tahun 2006. Pendidikan tinggi juga diperbaiki. Jumlah murid yang memasuki pendidikan tinggi naik 350% pada tahun 2003 dengan penekanan lebih kuat pada pendidikan teknik. Kualitas pekerja juga naik karenanya. Pekerja yang masuk pasar 3 kali lebih banyak daripada yang mulai memasuki sekolah. Upah pekerja membaik karena kegiatan ekonomi makin membesar disertai pendidikan yang lebih baik.