Smart Tourism Kampung Di Yogyakarta

  Smart Tourism

Abstract

  Kampung Di Yogyakarta

Tourism village is a new variant object about tourist a rac on of

special interest based the village area or ex. Rukun Kampung and

has strategic role to increase people 's welfare. Good and strong

ins tu onal absolutely needed for the existence of tourism

village in order the tourism village become more develop because

to manage the event of the tourism village has many aspects.

  

There are many aspects must be applied and well implemented .

Therefore, effort to establish good ins tu onal become a priority.

  

One of the tourism village in Yogyakarta is Kadipaten Tourism

Village “Art And Heritage Tourism” in Kadipaten Village, Sub

District of Kraton, Yogyakarta. The tourism village is s ll on the

developing category. The problem is how the management model

of the tourism village “Art And Heritage Tourism”?, and another

problem is how the design pa ern of the local community

development that can support the tourism village “Art And

Heritage Tourism”?. The aim of the research is to describe of the

management model of the tourism village “Art And Heritage

Tourism”. Iden fy potency and inventory of the problem to

manage of the tourism village. The research method is descrip ve

qualita ve, Technique of data collec on by observa on,

documenta on and interview of 20 informants. Techniques to

determine of the informants use purposive par cipa on. Analysis

data using interac ve model trough processes, namely: data

reduc on, presenta on of data and conclusion. The result of the

research: first, the model of the management ac vi es is an

annual event managed by the management of the tourism village

  Household Budget, has cultural heritage and almost the people have a sense of art, friendly and polite. The problem that there are art groups have not entered on agenda of the tourism village, less coordinated also less of facili es and infrastructure, for example: costume. The tourist village has not managed professionally so the economic value is s ll low. Conclusion: the tourism village has a rac on “Art And Heritage”, less of the involvement of the local economic actors. The image of the tourism village is not yet popular among local resident. The unprofessional management of tourism village has not been able to develop of the local economy.

  Recommenda on: 1. The manager of the tourism village : Increasing the frequency of socializa on about the tourism village ac vi es, make the regular mee ng agenda for all stakeholders to support the tourism village to be success, involving young genera on in the management of the tourism village, full me officers, op mize the use of cultural heritage. Role of the local government for local economic development, coordina on for economic actors, improve the quality of the tourism promo on. Department of tourism and culture must add mentoring, use of the cultural heritage (Pojok Beteng Lor Kulon and Ndalem Kanoman) for cultural exhibi on and mentoring.

  Keyword : Tourism Village, Art and Heritage

  PENDAHULUAN

  Daerah Is mewa Yogyakarta merupakan daerah tujuan wisata, sehingga dak mengherankan jika dari waktu ke waktu jumlah wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta semakin bertambah banyak. Obyek wisata yang dikunjungi bukan saja obyek wisata yang sudah populer seper Kraton Yogyakarta, Tamansari, Candi Prambanan, KRKB Gembiraloka, Taman Pintar dan sebagainya, namun mulai merambah ke obyek-obyek wisata baru yang memiliki prinsip back to nature yang mengedepankan “wajah asli” pedesaan atau perkampungan. Beberapa kampung wisata di Kota Yogyakarta menyuguhkan dan mengembangkan obyek wisata sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Kampung wisata Warungboto mengembangkan seni dan budaya, kampung wisata Dipowinatan menyajikan ak vitas warga masyarakat, kampung wisata Tahunan dengan unggulan industri krea f, kampung wisata Kadipaten Art and Heritage Tourism dan kampung wisata Cokrodiningratan unggulannya Ecology Tourism.

  Peneli an ini dilkukan di kampung wisata Kadipaten “Art and Heritage Tourism” yang berada di Kelurahan Kadipaten Kecamatan Kraton Kota Yogyakarta. Kampung ini menawarkan paket wisata agar se ap wisatawan mendapatkan sesuatu yakni “something to see, something to do and some thing to buy”. Secara spesifik Kampung wisata ini memiliki potensi (1) letaknya di lingkungan kraton Yogyakarta, sehingga banyak tempat yang memiliki nilai seni dan cagar budaya, (2) komunitas yang berkarya di bidang seni tari, ba k, dan lukis, (3) adat is adat warga masyarakat yang masih dilestarikan. (4) sikap dan perilaku warga yang selalu mengdepankan e ka, ramah, sopan dan hormat kepada orang lain.

  Keberadaan kampung Wisata mutlak memerlukan adanya kelembagaan yang baik dan kuat supaya kampung wisata dapat berkembang. Hasil wawancara ditemukan kendala kurangnya kesadaran sebagian pelaku usaha untuk berpar sipasi dalam pengembangan kampung wisata tersebut. Mereka beranggapan bahwa dengan usaha sendiripun mereka tetap dapat berjalan/berhasil tanpa suatu pengorganisasian yang mereka anggap merepotkan. Untuk itu peneli an ini pen ng untuk dilakukan guna menjajagi sistem pembentukan kampung wisata “Art and Heritage Tourism” kemudian menerapkan pola pengembangan komunitasnya.

PERUMUSAN MASALAH

  1. Bagaimana model pengelolaan kampung wisata Art And Heritage Tourism ?

  2. Rancangan pola pengembangan komunitas lokal yang bagaimanakah yang mendukung kampung wisata Art And Heritage Tourism?

TUJUAN PENELITIAN

  1. Mendeskripsikan Model Pengelolaan Kampung Wisata

  2. Mengiden fikasi potensi dan menginventarisasi masalah untuk mengembangkan komunitas lokal.

TINJAUAN PUSTAKA

  Seiring dengan perkembangan dunia kepariwisataan, dalam kurun waktu terakhir ini telah terjadi kecenderungan adanya pergeseran karakter wisatawan. Wisatawan dak lagi hanya sekedar ingin melihat obyek atau panorama yang indah, namun cenderung mulai tertarik dengan paket wisata interak f dimana wisatawan dapat berinteraksi langsung dengan pelaku wisata serta mendapatkan pengalaman ba n sebagai pemenuhan suasana ha nya. Kampung wisata adalah sebuah varian baru obyek daya tarik wisata minat khusus yang berbasis potensi wilayah kampung atau ex. RK dan memiliki peranan strategis dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Sri Sadono DS dkk, 2012). Merujuk hal tersebut keberadaan kampung wisata merupakan sebuah solusi yang sangat tepat karena keberadaan kampung wisata dengan berbagai format yang ada seper Kampung Wisata “Art and Haritage Tourism” yang didukung dengan aneka macam performance atraksi budaya akan dimina wisatawan, sepanjang dikelola dengan baik dan professional layaknya sebuah des nasi daya tarik wisata.

  Nilai strategis lain keberadaan kampung wisata adalah dapat menjadi lokomo f baru dalam rangka mendorong dan meningkatkan perekonomian masyarakat dan sekaligus sebagai solusi untuk mengurangi jumlah pengangguran karena pengelolaan kampung wisata sepenuhnya dilakukan oleh masyarakat dan untuk masyarakat kampung setempat. Disamping aspek ekonomi keberadaan kampung wisata juga memberikan dampak posi f dalam rangka menciptakan kondisi lingkungan yang baik, bersih, sehat, sejuk dan ramah.

  Upaya pengembangan masyarakat (community development) pada dasarnya merupakan suatu upaya pemberdayaan warga komunitas. Proses pemberdayaan dapat dilakukan secara individual maupun kolek f. Merujuk pada pendapat Friedmann (1993); kemampuan individu “senasib” untuk mengorganisir diri dalam suatu kelompok cenderung dinilai sebagai pemberdayaan yang paling efek f di ngkat komunitas (collec ve self- empowerment). Melalui kelompok akan terjadi suatu dialogical encounter yang menumbuhkan dan memperkuat kesadaran dan solidaritas kelompok. Warga komunitas yang berpar sipasi dalam pengelolaan kampung wisata perlu diorganisasi menurut kepen ngannya. Kepada warga komunitas, baik secara individu ataupun kelompok akan diserahkan tugas-tugas sesuai dengan keperluan kampung wisata. Pengorganisasian warga komunitas pen ng, karena par sipasi warga komunitas dalam kegiatan kampung wisata perlu diarahkan dalam tahap-tahap kegiatan yakni tahap iden fikasi masalah dan kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi.

METODE PENELITIAN

  1. Jenis Peneli an Peneli an ini menggunakan pendekatan deskrip f kualita f ar nya sebagai prosedur peneli an ini menghasilkan data yang berupa kata-kata yang diperoleh dari para informan.

  2. Obyek Peneli an Peneli an dilakukan pada kampung wisata “Art and Heritage Tourism” di Kampung wisata Kadipaten.

  3. Teknik Pemilihan Informan Teknik untuk menentukan informan adalah purposive par cipa on

  (par sipasi bertujuan) dengan cara memilih orang yang dipandang dapat memberikan keterangan tentang permasalahan sesuai topik peneli an ini, selanjutnya dipergunakan snowball yaitu mulai dari satu key person (tokoh Kunci), terus menggelinding menjadi semakin banyak sampai informan dipandang cukup.

  4. Teknik Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi.

  5. Teknik Analisis Data dengan metode deskrip f untuk menggambarkan berbagai fenomena atau kejadian yang berhubungan dengan obyek peneli an. Dalam hal ini dengan menggunakan model interak f melalui ga proses yakni, reduksi data, pemaparan data, dan penarikan kesimpulan.

HASIL PENELITIAN

  Dalam peneli an ini untuk memperoleh data primer peneli mewawancarai 20 orang informan, yang dianggap mengetahui tentang kampung wisata Kadipaten. Adapun gambaran informan tersebut dapat dilihat melalui table iden tas informan pada lampiran.

  Mencerma tabel iden tas informan dapat dipahami bahwa informan yang menjadi sumber data primer berusia antara 22 – 68 tahun, berpendidikan SMA sampai dengan S3, yang dalam hal ini menggambarkan bahwa informan cukup berpendidikan. Dilihat dari jabatan/kedudukannya di kampung wisata Kadipaten antara lain sebagai tokoh masyarakat (pengurus RT dan RW), sebagai pengurus dan penggiat kesenian (devisi seni krea f, petugas pertunjukan), sebagai pengelola kampung wisata dan mewakili instansi terkait. Informan juga dapat dikelompokkan berdasar ak vitasnya sebagai pedagang, pelaku seni, pengelola kampung wisata dan sebagai pembina kampung wisata. Selain membentuk pengurus sebagai

  Gamelan Kanoman Gamelan di Dalem Kanoman dipergunakan untuk pentas seni dan la han karawitan.

  Sumber gambar : dokumentasi penyusun

  pengelola kampung wisata, juga merumuskan visi dan misi. Visi : Kampung wisata Kadipaten menjadi salah satu obyek daya tarik wisata di Kota Yogyakarta dan misinya: Memberdayakan potensi lokal menuju pasar wisata global.

  Kampung Wisata Kadipaten yang memiliki branding art and haritage merupakan perpaduan antara potensi kesenian dengan bangunan cagar budaya.

1. Kesenian (Art)

  Kampung wisata Kadipaten terbagi menjadi 15 RW, dan hampir se ap RW mempunyai kelompok kesenian.

  a. Pusat Pela han tari Siswo Among Bekso Yayasan Siswo Among Bekso merupakan organisasi sosial yang bergerak di bidang kesenian, dan sebagai pusat pela han tari yang didirikan sejak jaman Sultan Hamengku Buwono IX, tepatnya berdiri pada tahun 1953. Tarian yang diajarkan oleh Siswo Among Bekso, adalah tari klasik, terutama tarian yang sering dipentaskan di lingkungan Kraton Yogyakarta, untuk menyuguh tamu yang berkunjung di Kraton. Jenis tarian itu antara lain Tari Gambyong, Bedoyo, Srimpi, Klono Topeng dan Wayang Orang.

  SekretariatYayasan Siswo Among Bekso di Dalem Kanoman sampai saat ini masih menyelenggarakan la han tari se ap hari Senin, Selasa, Kamis dan Jum at pukul 16.00 – 18.00. Jumlah siswa 23 orang yang masih duduk di SMP dan SMA.

  Yayasan Siswo Among Bekso bekerja sama dengan Dalem Kanoman dalam bidang seni tari, terutama pada saat kunjungan wisatawan dari manca negara, dan pada acara Dinner dihibur tarian yang bersifat kolosal dengan melibatkan banyak penari, mementaskan serial sendra tari Ramayana dengan durasi 30 menit. Selain tari Ramayana, juga ada tarian lain seper Tari Klana, beksan Menak dan Tari olek.

  b. Kelompok kesenian Obahing Magersari Manunggal (OMM) 114 Kelompok ini sebenarnya bukan hanya bergerak dibidang seni saja, tetapi juga bidang sosial, olah raga dan kerohanian. Kegiatan kesenian merupakan ak vitas yang paling menonjol, sehingga terkesan hanya sebagai kelompok kesenian saja. Kesenian yang sering ditampilkan oleh OMM berpijak pada tari klasik Yogyakarta yang tujuannya untuk melestarikan seni tradisional, yang saat ini sudah semakin kurang mendapat dukungan dari generasi muda. Pada umumnya penari OMM sudah memiliki banyak pengalaman, karena sebagian anggota dari kelompok ini sering diminta pentas pada acara Dinner di Dalem Kanoman. Selain itu kelompok ini se ap tahun selalu diminta tampil pada pagelaran Ramayana di lingkungan Candi Prambanan, mengisi acara panggung Trimur (ruang tertutup), yang jadwal pentasnya se ap bulan November sampai dengan bulan Februari. Dalam satu bulan frekuensi pentas antara 3 - 4 kali. Selain itu OMM juga mempunyai agenda ru n tahuhan, bahwa se ap tahun selalu pentas (gebyakan) menampilkan pagelaran wayang orang di Dalem Kanoman.

  c. Gejog Lesung Puspo Sworo Seni tradisional gejok lesung sudah semakin langka, namun di RW 13 kesenian ini masih dilestarikan dengan nama Puspo Suworo. Pada mulanya alat musik yang digunakan hanya lesung saja (terbuat dari kayu yang pada mulanya untuk menumbuk padi), namun sekarang sudah dimodifikasi, selain lesung saron, biola, kendang, rebana, tambur dan suling. Kelompok ini selain tampil pada acara-acara ru n seper peringatan kemerdekaan RI, HUT Kota Yogyakarta dan Pasar Malam dan Perayaan Sekatenan, tetapi juga sering tampil pada hajatan tertentu. Jumlah anggota sekitar 40 orang baik pemain musik, penyanyi maupun penarinya, dan dalam satu tahun rata-rata pentas 4-5 kali selain pentas ru n tersebut. Tahun 2010 pernah menjadi juara III ngkat Kota Yogyakarta.

  d. Gojek Lesung Kendalisodo Di RW 7 memiliki kelompok kesenian Gojek Lesung, diberi nama

  Kendalisodo, yang pada prinsipnya sama dengan Gejog Lesung, penampilannya disamping nyanyian dan tarian, tetapi juga diselingi dengan lawak/dagelan, sehingga membuat penonton terhibur dengan guyonannya. Kelompok kesenian ini pernah memperoleh juara II pada lomba Gojek lesung ngkat Provinsi yang diselenggarakan di Kabupaten Bantul pada tahun 2012.

  e. Kelompok Orkes Keroncong Lansianos Di RW 6 terdapat kelompok kesenian Orkes Keroncong Lansia Nostalgia yang disingkat Lansianos. Sesuai dengan namanya Nostalgia, kelompok kesenian ini pelakunya sebagian besar merupakan generasi yang usianya sudah tua. Orkes Keroncong Lansia Nostalgia walaupun pemainnya sudah “sepuh”, tetapi mereka giat berla h, apalagi menjelang pentas pada acara- acara tertentu. Lansianos sebenarnya bukan keroncong asli namun sudah merupakan modifikasi dikombinasi dengan lagu-lagu barat yang bernuansa akus k.

  f. Sanggar Tari Condro Radono Di RW 3 terdapat Sanggar Tari yang bernama Condro Radono yang dibentuk pada tahun 2010. Sanggar ini menyelenggarakan la han tari klasik dan garapan. Jumlah pela h tari tetap 2 orang dan dibantu mahasiswa dari Universitas Negeri Yogyakarta. Peserta pela han berasal dari lingkungan Kadipaten dan daerah sekitarnya. Pada saat peneli an ini kampung wisata Kadipaten mendapat tugas untuk mengkoordinasikan acara ART POINT JOGJA, yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta. Adapun lokasi pentas telah ditentukan antara lain di halaman KR, Alun-alun Sewandono Pura Pakualaman dan di lapangan Karang Kotagede. Sanggar Condro Radono ditunjuk sebagai koordinator sekaligus deserahi tugas sebagai penyelenggara opening seremonial.

  g. Bang Bung Imam Baskari. Komunitas musik akus k anak muda Kadipaten dibentuk untuk menyalurkan bakat dan kreasi para pemuda setempat, dengan menciptakan musik yang terbuat dari bahan bambu. Selain itu Bang Bung Imam Baskari juga dapat menghibur wisatawan lewat alunan musik pop modern atau dangdut yang dikemas dalam nuansa indahnya view sunset di atas situs Pojok Beteng Lor Kulon (Musical at sunset heritage).

  h. Kirab Budaya. Salah satu tradisi yang dilakukan masyarakat Yogyakarta menjelang bulan Ramadhan yaitu pada bulan Sya'ban menyelenggarakan upacara

  Ruwahan. Pada bulan Sya'ban atau Ruwah banyak orang membuat makanan Apem, Ketan dan Kolak. Ke ga jenis makanan ini kemudian disusun secara ber ngkat, semakin keatas semakin runcing sehingga menyerupai gunung dan disebut Gunungan. Masing-masing eks Rukun Kampung membuat satu gunungan dan dihias sedemikian rupa, sehingga mewujudkan tatanan makanan yang sangat apik dan menarik. Selanjutnya gunungan itu dibawa ke Dalem Kanoman yang nan nya akan diarak mengelilingi wilayah Kadipaten menuju ke kantor Kecamatan Kraton. Sebelum acara ini terselenggara terdapat perbedaan pandangan diantara anggota masyarakat di Kelurahan Kadipaten. Sebagian memandang bahwa acara tersebut merupakan kegiatan yang tergolong musrik, dan sebagian masyarakat yang lain memandang bahwa kegiatan tersebut bukan musrik. Oleh karena itu untuk menghindari berbagai penafsiran yang berbeda-beda dan agar dak terjadi kesalahan dalam memahami tradisi dan ajaran agama, maka kampung Kadipaten mengadakan pengajian akbar mengundang Kyai Muhaimin untuk memberikan tausiyah mengenai perbedaanantara tradisi dan agama. Dengan cara itu akan memudahkan orang dalam membedakan kegiatan mana yang tergolong musrik dan kegiatan mana yang dak musrik. Dari uraian Kyai Muhaimin ini ternyata acara ruwahan itu dak termasuk musrik, karena acara tersebut bukan tertuju untuk sesaji, tetapi kuliner yang dikemas dalam budaya dan dinilai untuk mendapatkan kejuaraan.

2. Bangunan cagar budaya (Heritage)

  Cagar budaya yang terdapat di Kadipaten pada dasarnya merupakan bangunan-bangunan lama milik Karaton Yogyakarta, yang pada saat ini masih dilestarikan dan dimanfaatkan bagi kepen ngan masyarakat maupun digunakan untuk kepen ngan pendidikan. Beberapa bangunan cagar budaya/haritage, yang berada di wilayah Kelurahan Kadipaten antara lain Dalem Mangkubumen, Dalem Kanoman, Plengkung Jogoboyo (di sebelah barat), Plengkung Jogosuro (di sebelah utara), Tugu Pojok Beteng (Lor Kulon).

  

Gambar 1. Plengkung Jogoboyo Gambar 2. Plengkung Jogosuro

  a. Dalem Mangkubumen Pada awalnya merupakan bangunan sebagai tempat nggal bagi keluarga Pangeran Mangkubumi, sebelum dinobatkan sebagai raja di Kraton

  Yogyakarta. Kompleks dalem ini terdiri dari beberapa bangunan rumah yang besar bermo an bangunan kraton, walaupun umurnya sudah ratusan tahun namun masih berdiri kokoh karena kualitas bahan bangunan dari bahan-bahan pilihan yang sangat baik. Setelah sekian lama Dalem Mangkubumen tersebut dak lagi dimanfaatkan sebagai tempat nggal keluarga Mangkubumi, pernah digunakan sebagai rumah sakit, sebagai tempat kuliah mahasiswa Gadjah Mada dan sekarang dipergunakan sebagai Kampus Universitas Widya Mataram Yogyakarta (UWMY). Dengan berdirinya UWMY yang memiliki beberapa Fakultas sehingga banyak mahasiswa dari berbagai daerah yang menimba ilmu di perguruan ggi tersebut. Disamping itu Dalem Mangkubumen juga sering dipergunakan untuk pentas seni. Dengan demikian Dalem Mangkubumen mengalami pergeseran fungsi yang semula sebagai tempat nggal golongan ningrat, beralih fungsi sebagai pusat pelayanan kesehatan, sebagai pusat pendidikan, dan sebagai arena pentas budaya, yang berar menjadi tempat yang memiliki fungsi sosial.

  b. Dalem Kanoman Dalem Kaneman awalnya merupakan tempat nggal keluarga bangsawan Kraton Yogyakarta yaitu Gus Kanjeng Ratu Anom. Kompleks dalem Kanoman juga terdiri dari beberapa bangunan rumah besar, dengan nuansa arsitek bangunan Kraton Yogyakarta, kualitas bahan bangunan yang baik sehingga sampai saat ini masih terawat dengan baik. Dalem Kanoman banyak digunakan untuk kegiatan sosial, seper tempat berkumpulnya masyarakat saat kirap budaya, la han tari, Kantor Yayasan Siswa Among Bekso, pertunjukan/pentas kesenian, untuk kegiatan fes val Jeron Beteng, se ap memperinga HUT RI diadakan Lomba paseran (memanah) dan juga dipergunakan untuk resepsi pernikahan.Pertunjukan kesenian di Dalem Kanoman, dulu dikelola Gus Kanjeng Ratu Anom, setelah beliau awafat diteruskan oleh putranya R.M. Aryo San gi, yaitu pentas tari untuk menghibur wisatawan asing saat jamuan makan malam (dinner). Jenis tarian yang disuguhkan adalah tari Ramayana dengan durasi sekitar 30 menit. Kemudian dilajutkan dengan makan malam dengan menu tradisional jawa (Jawa, sop waluh kuning, soto ayam, sate ayam, kakap asam manis, manuk nom dan sebagainya) Penari diambil dari Yayasan Siswa Among Bekso, yang dipimpin R.M. Dinu Satomo, biaya satu kali pertunjukan Rp. 4.750.000,- untuk 15 orang, dan apabila menghendaki tambahan, maka biaya dihitungkan se ap orang tambah Rp. 275.00,-. Selain itu bagi wisatawan yang ingin mencoba la han singkat tari klasik khas Kraton Yogyakarta yang berkarakter halus dan memiliki filosofis nggi akan dila h langsung oleh penari kraton yang profesional (Java dance short course) gambar dapat di lihat pada lampiran.

  c. Plengkung Jogoboyo dan Jogosuro Kraton Yogyakarta di kelilingi oleh pagar berupa tembok, yang di ga pojoknya terdapat beteng yang dikenal dengan nama sesuai dengan letak/posisi beteng tersebut berada. Posisi beteng bagian selatan disebelah mur terkenal dengan sebutan Pojok Beteng Wetan, posisi beteng sebelah selatan bagian barat terkenal dengan Pojok Beteng Kulon dan yang berada di sudut sebelah utara bagian barat dikenal Pojok Beteng Lor Kulon. Sebagai pertanyaan mengapa disisi utara bagian mur dak terdapat Betengnya ?

  Dibeberapa tempat terdapat pintu masuk ke kraton, yang ditandai dengan bangunan yang berbentuk lengkungan sehingga dikenal dengan nama Plengkung. Di Kadipaten terdapat 2 plengkung yaitu Plengkung Jaga boyo yang terletak dibagian barat yaitu yang menuju ke arah perempatan Taman Sari dan Plengkung Jogosuro yang terletak di bagian utara yaitu di wilayah Gerjen.

  d. Pojok Beteng Lor Kulon Salah satu bangunan cagar budaya adalah Pojok Beteng Lor Kulon yang dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono II tahun

  1782, dan berfungsi sebagai benteng pertahanan Kraton Yogyakarta. Di pelataran pojok beteng bagian dalam sering dimanfaatkan oleh warga Kadipaten untuk berbagai kegiatan, antara lain “Padang mBulan ing Pojok Beteng”. Acara yang digelar Kirab budaya dan art pentas di Haritage. Tarian yang ditampilkan : Tari garapan kreasi baru berbasis tari klasik diberi nama Tari Pisungsung Kadipaten, Tari Solawat, Joget Mataram, Jathilan, Gejok Lesung.

  e. Wisata Belanja (Rotowijayan Shopping Tourism). Sebagai sarana pendukung kampung wisata Kadipaten terdapat pusat belanja barang-barang produksi khas Yogya berupa barang kerajinan seper ba k tulis, ba k cap, logo keraton Yogyakarta, kaos oblong Jogja dan handycra unik dan krea f lainnya. Barang-barang tersebut diperdagangkan di sepanjang jalan Rotowijayan, yang lokasinya berada di dekat obyek wisata kraton. Bagi wisatawan yang sudah menikma keindahan kraton, dan selanjutnya akan membeli cindera mata atau bahkan oleh-oleh khas Jogya, mereka dapat berkunjung dan belanja di Rotowijayan.

  Oleh karena itu situasi kompleks wisata belanja ini ramai dikunjungi baik wisatawan dari dalam negeri, maupun wisatawan asing. Terlebih pada libur akhir pekan, libur hari-hari besar, maupun pada musim liburan anak sekolah. Diantara barang dagangan yang dipajang di show room sepanjang jalan Rotowijayan, beberapa diantaranya merupakan produk lokal, seper ba k dan kaos Oblong di produksi di wilayah ini juga. Apabila wisatawan akan menyaksikan dan praktek secara langsung bagaimana proses memba k dan menyablon kaos dapat dilayani oleh pelaku usaha.

  PEMBAHASAN

  Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan beberapa informan, dihasilkan data:

1. Iden fikasi Potensi

  Pengelola Kampung Wisata Kadipaten telah menyusun Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, sebagai dasar untuk mengembangkan potensi Art and Heritage. Harapannya Kampung Wiasata tersebut dapat menarik lebih banyak wisatawan baik Agenda tahunan.

  a. Pisungsung Ruwahan akan diselenggarakan se ap menjelang bulan Puasa, tepatnya pada bulan Ruwah untuk melestarikan tradisi dan budaya Jawa. Di kampung wisata Kadipaten acara ini sudah berlangsung 2 kali.

  b. HUT Kota Yogyakarta, Kampung Wisata ini selalu diberi kesempatan untuk mengisi acara kesenian dalam rangka memeriahkan hari jadi Kota Yogyakarta.

  c. Even mengisi panggung hiburan Pasar Malam dan Perayaan Sekaten (PMPS). Se ap tahun pengelola juga merencanakan berpar sipasi dalam memeriahkan PMPS di Alun-Alun Lor, menampilkan kesenian lokal yang ada di Kadipaten.

  1) Agenda insidental

  a. Mengisi hiburan pada saat diundang pada acara pernikahan, tasyakuran, hari ulang tahun dan lain-lain.

  b. Agenda khusus kerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Budaya

  2) Agenda ru n Khusus kelompok kesenian Obahing Magersari Manunggal

  114, se ap tahun pada bulan November sampai dengan bulan Februari selalu diminta untuk mengisi panggung kesenian Tri Mur (panggung tertutup) di lingkungan Candi Prambanan berupa sendratari Ramayana. Walaupun jadwalnya dak tentu yang jelas kelompok kesenian ini pentas rata-rata 3-4 kali dalam satu bulan.

2. Inventarisasi Masalah

  Namun kampung wisata Kadipaten juga memiliki masalah:

  a. Masih ada kelompok kesenian yang belum masuk agenda kampung wisata yakni even di Dalem Kanoman yang dikelola secara pribadi.

  b. Kegiatan pendukung wisata masih berjalan sendiri-sendiri, kurang terkoordinir c. Sebatas mereka yang memiliki hobi berkesenian dan beberapa tokoh masyarakat.

  KESIMPULAN

  a. Model pengelolaan kampung wisata Kadipaten untuk agenda tahunan dikelola langsung oleh pengelola kampung wisata sedangkan untuk agenda incidental dan agenda khusus ap kelompok dikelola oleh masing-masing pengurus.

  b. Kampung Wisata “Art and Heritage Tourism” memiliki daya tarik wisata khususnya untuk wisatawan nusantara dan juga mancanegara.

  c. Keterlibatan pelaku ekonomi lokal pendukung kampung wisata masih rela f kecil.

  d. Image kampung wisata belum populair di kalangan warga setempat.

  e. Pengelolaan kampung wisata, belum dilaksanakan secara professional, belum memiliki personal pengelola yang penuh waktu.

  f. Kampung wisata belum mampu mengembangkan ekonomi lokal, walaupun sudah mulai tampak secara embrional khusunya pelaku seni OMM dan Pusposworo pelaku seninya sudah memperoleh penghasilan walaupun jumlahnya masih sangat kecil. Kecuali bagi pengusaha wisata belanja di jalan Rotowijayan mampu meraup keuntungan yang besar dari hasil usahanya.

  REKOMENDASI

a. Pengelola Kampung Wisata

  1) Menambah frekuensi sosialisasi tentang kegiatan kampung wisata dilingkungan warga Kadipaten, sehingga mereka akan merasa memiliki yang pada akhirnya dapat berpar sipasi dalam mempromosikan kampung wisata di Kadipaten.

  2) Perlu membuat agenda pertemuan ru n (secara periodik) yang diiku semua stakeholders pendukung kampung wisata, sehingga terjadi koordinasi antar pusat-pusat kegiatan yang ada di kampung Kadipaten.

  3) Untuk menjamin keberhasilan kampung wisata, perlu melibatkan generasi muda dalam pengelolaan kampung wisata.

  4) Untuk menjaga keprofesioanalan dalam pengelolaan kampung wisata perlu petugas yang menangani secara penuh waktu. 5) Perlu mengop malkan penggunaan tempat-tempat cagar budaya seper pojok beteng lor kulon yang dapat menarik wisatawan, seper Alun

  Alun Kidul yang kini ramai dikunjungi wisatawan.

  b. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

  1) Perlu menambah kegiatan pendampingan, dengan memanfaatkan tempat cagar budaya (Pojok Beteng Lor Kulon dan Dalem Kanoman) untuk tempat pamer budaya yang diiku oleh kampung wisata yang lain secara bergan an sekaligus digunakan untuk melaksanakan monitoring

  2) Menambah frekuensi kegiatan promosi, khususnya untuk wisatawan mancanegara

  c. Pemerintah Kelurahan.

  1) Untuk menambah peran pemerintah kelurahan dalam pengembangan ekonomi lokal, khususnya di bidang pariwisata, hendaknya bidang pariwisata masuk ke salah satu seksi yang ada.

  2) Pemerintah kelurahan dapat melaksanakan koordinasi terhadap pelaku-pelaku ekonomi yang ada di wilayahnya untuk mengembangkan promosi pariwisata di Kadipaten.

DAFTAR PUSTAKA

  Direktorat Jenderal Pariwisata Republik Indonesia, 2010, Pedoman Koordinasi Perencanaan Pembangunan Pariwisata Daerah, Jakarta. Friedman, John. 1991. Empowermnet: The poli cs of Alterna ve

  Development. Blackwell. Cambridge & Oxford. UK Nuryan , Wiendu, 1993, Concept, Perspec ve and Challenges,

  Makalah bagian dari Laporan Konferensi Internasional mengenai Pariwisata Budaya, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.