MODEL PREDIKSI FUNGSI TIROID BERDASARKAN FAKTOR UMUR DAN KADAR PLUMBUM (Pb) DALAM DARAH

  Model Prediksi Fungsi Tiroid... (M. Samsudin, B. Suryono , R. S. Padmawati)

MODEL PREDIKSI FUNGSI TIROID BERDASARKAN FAKTOR UMUR

DAN KADAR PLUMBUM (Pb) DALAM DARAH

1 2 2 M. Samsudin ,B. Suryono , R.S. Padmawati 1 Balai Litbang GAKI Magelang 2 Kapling Jayan Borobudur Magelang

CE & BU - Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta

  

Jl. Farmako, Sekip Utara, Yogyakarta

E-mail: sam_gaki@yahoo.co.id

Naskah masuk: 28 September 2009, review: 2 Oktober 2009, naskah layak terbit: 21 Desember 2009.

  ABSTRACT

Recently, there were many reports a occurence of iodine deficiency disorders

(IDD) and extension of goitre area in lowlands urban which should be enough

of iodine. Air pollution caused by motor-vehicle has reached high level in urban

area (60-70%). Research in Yogyakarta (1997) found 55,9% subject was

contaminated by plumbum. Another research found there were mothers with

low iodine status. It is expected other factors were inhibiting iodine utilization

process. The child bearing age women (CBAW) are among vulnerable group

when incured lead exposure. It is related to possible hazard to their pregnancy

and foetus. The aim of this study was to find prediction model the thyroid function

based on age and blood lead level factors among CBAW with risk of plumbum

exposure in urban area. Study design was cross-sectional. This study conducted

in crowded traffic area in Yogyakarta. Subject were 99 CBAW 15-49 year. Blood

lead level was analyzed by AAS method; TSH-FT4 by ELISA; UIE by APDM;

haemoglobin by CyanmetHb; data of cyanide and protein intake were collected

by interview using Semi-FFQ; and nutritional status was determined by BMI.

Proportion of hypothyroidism was 19,2% (95%CI: 11,4%–26,9%). The CBAW

with high blood lead level was 49,5%. Logistic regression test result showed

there was relationship between blood lead level with thyroid function (p=0,018,

RR=3,99). The contribution of age was very small (p=0,031, RR=0,92). The t test

result showed there was no relationship between cyanide, protein and iodine

consumtion, haemoglobin level, and nutrition status with thyroid function. The

high blood lead level was the risk factor of hypothyroidism among CBAW with

risk of plumbum (Pb) exposure in urban area.

  

Keywords: Blood lead, thyroid function, hypothyroidism, child bearing age

women.

  

PENDAHULUAN iodium. Hasil survei pemetaan GAKI

  tahun 2002 menunjukkan prevalensi Gangguan Akibat Kekurangan gondok (Total Goitre Rate, TGR) kembali

  Iodium (GAKI) merupakan problem gizi naik dari 9,8% (1998) menjadi 11,1% utama di Indonesia, dan banyak terdapat

  (2002) dan ditemukan wilayah–wilayah di daerah dataran tinggi/pegunungan 1 . baru defisiensi iodium akibat defisiensi iodium. Akhir–akhir

  Dataran rendah yang cukup ini banyak dilaporkan masalah GAKI sumber iodium seharusnya tidak ada dan perluasan daerah gondok baru di kejadian GAKI. Beberapa peneliti dataran rendah termasuk wilayah pantai menduga ada kontribusi faktor lain yang dan perkotaan yang sebenarnya cukup menghambat proses utilisasi iodium

  11

  12 MGMI Vol. 1, No. 1, Desember 2009: 11-22 Wanita usia subur (WUS) yang bekerja di lokasi padat lalulintas merupakan kelompok usia produktif yang berisiko lebih sering terpapar asap kendaraan bermotor. Menurut Sutomo, orang yang tinggal berdekatan dengan jalan lalulintas kendaraan bermotor dan yang beraktifitas di area terminal bus berpotensi terpapar Pb lebih tinggi dibanding masyarakat lain 12 . Dengan demikian, kelompok ini sangat rentan dan berbahaya akibat seringnya terpapar Pb, hal ini terkait dengan kemungkinan kehamilan yang dapat mengakibatkan kelainan kongenital dan akibat buruk lain bagi janin yang akan dilahirkan. Dilaporkan kemampuan kognitif di bawah normal pada anak 4–5 tahun dikaitkan dengan eksposur Pb sebelum lahir. Menurut WHO, kadar Pb darah ibu maternal 10–15 µg/dl atau lebih rendah dapat mengakibatkan kerusakan perkembangan sistem saraf pada anaknya 13 . Akumulasi Pb juga dapat mengakibatkan gangguan sistem endokrin dan menurunkan fungsi hormon tiroid 14 . Menurut

  DeGroot dkk, di dalam tubuh Pb dapat membentuk ikatan kompleks yang sangat kuat dengan unsur iodium sehingga penyerapan iodium tidak optimal

  5

  . Dengan demikian, WUS yang sering terpapar Pb berisiko fungsi tiroidnya terganggu. Wanita usia subur juga rawan terkena GAKI, hal ini terkait dengan meningkatnya kebutuhan iodium pada periode kehamilan. Posisi WUS paling strategis dalam program GAKI, hal ini berkaitan dengan upaya mencegah hipotiroid kongenital dengan perkembangan otak terganggu.

  Penelitian ini bertujuan untuk mencari model prediksi fungsi tiroid berdasarkan faktor umur dan kadar sehingga mengakibatkan fungsi tiroid terganggu. Faktor lain tersebut, antara lain adalah defisiensi protein 2 dan zat besi (Fe) 3 . Adanya goitrogenik alami seperti sianida 4 , polutan logam berat

  (non-alami) seperti plumbum (Pb)

  5

  , serta penggunaan kontrasepsi dan obat hormonal 6 . Pencemaran udara merupakan masalah lain di perkotaan, kontribusi terbesar adalah polusi yang bersumber dari emisi gas buang kendaraan bermotor. Tingkat pencemarannya dilaporkan mencapai 60–70%

  7 .

  Sekitar 70–98% Pb dikeluarkan dari knalpot kendaraan bermotor 8 . Seiring perkembangan kota Yogyakarta, ken- daraan bermotor bertambah padat, sedangkan bensin sebagai bahan bakar masih banyak dipakai, maka polusi Pb udara akibat emisi gas buang kendaraan bermotor semakin meningkat. Penelitian Sutomo dkk di Yogyakarta mendapatkan kepadatan lalulintas tertinggi berada di perempatan Jombor (2.334 per jam), dengan Pb udara 0,059 ppm; sedangkan di perempatan Tugu 1.499 per jam, dengan Pb udara 0,057 ppm; dan dilaporkan sebanyak 55,9% pengguna jalan telah terkontaminasi timbal akibat emisi kendaraan bermotor 9 . Studi

  Sunartini mendapatkan kasus hipotiroid kongenital (0,08% permanen; 0,37% transien) yang seharusnya jarang muncul 10 . Hasil survei GAKI 1996 di

  DIY juga menunjukkan status iodium ibu hamil/menyusui rendah. Sebanyak 18,4% ibu menderita gondok; 25,6% mengalami defisit iodium (ekskresi iodium urine, EIU < 100 µg/l); dan 25,6% ibu dengan TSH tinggi (>5 µU/ml) 11 . Menurut kriteria WHO, angka tersebut sudah mengarah pada endemisitas daerah.

  13 Model Prediksi Fungsi Tiroid... (M. Samsudin, B. Suryono , R. S. Padmawati) plumbun (Pb) dalam darah pada WUS risiko tinggi terpapar Pb di daerah perkotaan Yogyakarta.

  15 .

  ; kadar Pb darah dengan metode AAS 18 , kadar Hb dengan Cyanmet Hb 20

  17

  Pemeriksaan klinis dilakukan oleh dokter untuk mengetahui riwayat penyakit calon subyek. Pengukuran antropometri dan wawancara kebiasaan makan oleh ahli gizi. Tinggi badan diukur dengan microtoise, ketelitian 0,1 cm; berat badan ditimbang dengan timbangan injak digital, ketelitian 0,1 kg. Wawancara kebiasaan makan menggunakan kuesioner dengan metode Semi-FFQ 19 . Pengambilan dan pemeriksaan darah dan urin dilakukan oleh analis kesehatan. Sampel darah diambil 6 cc menggunakan spuit. Sampel urine diambil urin sesaat minimal 1 cc ditampung dalam botol plastik. Kadar FT4 dan TSH dianalisis dengan metode ELISA

  . Skala ordinal, kategori: hipotiroid dan normal. Kategori hipotiroid yaitu kombinasi TSH dan FT4 yang menunjukkan HL, HN, NL, dan LL; sedangkan kategori normal apabila kombinasinya NN (H=high, N=normal, L=low). Variabel bebas adalah kadar Pb darah, skala ordinal, batas normal ≤ 50 µg/l 18 ; serta variabel status gizi; konsumsi makanan; dan kadar hemoglobin, skala rasio.

  17

  . Batas normal kadar TSH menurut WHO adalah 0,3–5,0 µU/ ml, dan FT4 adalah 0,8–2,0 ng/dl

  Asociation (ATA) 16

  Variabel terikat adalah fungsi tiroid. Diagnosis fungsi tiroid ditentukan dari hasil pemeriksaan TSH dan FT4 serum secara simultan sesuai rekomendasi American Thyroid

  Jumlah tersebut telah melebihi syarat besar sampel minimal (n=81), yang dihitung dengan rumus besar sampel minimal untuk studi cross-sectional

  METODE

  Dengan demikian sampel yang diikutkan dalam analisis lanjut meliputi 99 orang.

  Jumlah subyek sebanyak 118 orang (16,1% di sekitar Terminal Jombor; 12,7% di depan SMU BOPKRI/ RS Bethesda; 16,1% di perempatan Tugu; 18,6% di belakang Pasar Kranggan; 16,1% di sekitar Pasar Demangan; dan 20,4% di dalam lokasi Terminal Giwangan). Dari 118 subyek yang diperiksa, ditemukan sebanyak 19 orang menderita hipertiroid. Untuk menghindari kemungkinan menjadi faktor perancu, ke-19 subyek hipertiroid dikeluarkan dari analisis selanjutnya.

  pemakai kontrasepsi/obat hormonal; tinggal/pernah tinggal di daerah endemik GAKI >3 tahun.

  consent). Kriteria eksklusi adalah

  tidak hamil/menyusui usia 15–49 tahun; telah bekerja >= 3 tahun di lokasi padat lalulintas; tidak menderita sakit kronis; bersedia ikut penelitian (informed

  Kriteria inklusi adalah WUS

  lalulintas dan kadar Pb udara menurut hasil penelitian Sutomo dkk serta hasil observasi lapangan 9 . Subyek adalah sampel terpilih dan mengikuti seluruh proses kegiatan penelitian.

  purposif berdasarkan tingkat kepadatan

  Penelitian ini menggunakan disain cross-sectional. Sampel adalah WUS yang bekerja di lokasi ramai kendaraan bermotor di daerah perkotaan Yogyakarta pada lokasi terpilih, dan telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi berdasarkan hasil seleksi sampel. Lokasi penelitian dipilih secara

  ; dan kadar EIU dengan metode APDM 21 .

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Karakteristik Responden

  (nilai IMT>27,0); ditemukan 2,5% subyek berstatus kurus, dan 1 orang diantaranya KEK berat (nilai IMT< 17,0)

  mengandalkan fortifikasi garam beriodium (iodisasi garam). Masalah GAKI selain akibat defisiensi iodium, juga dapat diperberat oleh adanya faktor lain, maka timbulnya masalah GAKI di perkotaan harus diwaspadai. Perlu dipantau status iodium masyarakat khususnya kelompok risiko tinggi terpapar Pb dan perlunya promosi garam beriodium di tingkat rumah tangga.

  ringan

  Diagnosis fungsi tiroid (hasil pemeriksaan TSH dan FT4 secara simultan) terhadap 99 sampel yang dianalisis menunjukkan proporsi subyek menderita hipotiroid (fungsi tiroid menurun) sebesar 19,2%. Interval kepercayaan (95% CI): 11,4% – 26,9%, artinya proporsi WUS hipotiroid pada populasi terjangkau terletak antara 11,4% sampai 26,9%. Penilaian status iodium tubuh secara tunggal (satu indikator) memperoleh proporsi WUS menurut kriteria TSH sebesar 7,1% dan menurut kriteria FT4 sebesar 13,1%. Penelitian terdahulu mendapatkan prevalensi gondok di Yogyakarta rendah, tetapi ditemukan TSH tinggi 32,9% dan defisit iodium 25,6% 11 . Penelitian di bebarapa daerah dataran rendah di Indonesia melengkapi informasi timbulnya masalah GAKI di daerah yang semula dikategorikan non endemik 1 . Konsentrasi program GAKI diarahkan di daerah endemik berat dan sedang melalui pemberian kapsul iodium; sedang di daerah endemik

  2. Fungsi Tiroid

  . Hasil wawancara terhadap subyek menunjukkan rerata Lama Tahun Kerja (LTK) adalah 14,5 ± 7,8 tahun dan rerata Jam Kerja Sehari (JKS) adalah 9,0 ± 2,8 jam (Tabel 1)

  25

  14 MGMI Vol. 1, No. 1, Desember 2009: 11-22 Hasil perhitungan zat gizi dibandingkan dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG) 22 . Tingkat konsumsi menurut klasifikasi Depkes 23

  . Penetapan kadar sianida mengacu hasil penelitian sebelumnya 24 . Status gizi ditentukan menurut IMT

  IMT>25,0), dan 34,3% diantaranya

  Karakteristik subyek meliputi, umur, tingkat pendidikan, status kesehatan dan gizi, serta lama bekerja (tahun kerja dan jam kerja sehari) di lokasi penelitian. Hasil analisis terhadap 99 sampel, menemukan rerata umur WUS 39,4 ± 6,7 tahun. Tingkat pendidikan WUS relatif rendah, yaitu sebesar 40,4% berpendidikan SD ke bawah atau kurang dari 9 tahun. Hasil pemeriksaan klinis mendapatkan 17,2% WUS menderita gondok (TGR). Rerata Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah 25,6 ± 4,4 kg atau sedikit di atas normal. Status gizi IMT menurut kriteria Depkes, ditemukan sebanyak 42,9% subyek berstatus gemuk (nilai

  untuk mencari model prediksi fungsi tiroid berdasarkan variabel bebas yang diteliti.

  mulitvariabel dengan uji reresi logistik

  data; bivariabel, dengan uji kai kuadrat dan uji t untuk melihat beda rerata; dan

  univariabel untuk melihat karakteristik

  . Analisis data meliputi

  25

  obes

  Model Prediksi Fungsi Tiroid... (M. Samsudin, B. Suryono , R. S. Padmawati) Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Karakteristik Data

  

Karakteristik Kategori n %

Tingkat pendidikan: TS/TT SD/T SD 40 40,4 T SMP

  24 24,2 T SMA + 35 35,4 Kelainan klinis: Sklera anemis 34 34,3 Hipertrofi tiroid (TGR) 17 17,2 Status gizi IMT:

  3 Kurus (IMT < 18,5) 2,5 48,3 Normal (IMT 18,5-25,0)

  57 49,2 Gemuk (IMT > 25,0)

  58 Kadar Pb darah: 49 49, Tinggi (PbD > 50 µg/l)

  5 Fungsi tiroid: Hipotiroid 19 19,2 Kecukupan iodium: 4 4,0 Defisiensi berat (< 20 µg/l)

  Defisiensi sedang (20- 9 9,1 49 µg/l) 31 31,3 Defisiensi ringan (50-99 µg/l)

  4 47 7,5 Normal (EIU 100 – 299 µg/l) 8 8,1 Excess (EIU ≥ 300 µg/l) Status hemoglobin: Anemia berat (< 10 gr%)

  6 6,1 38 38,4 Anemia ringan (10 – 11,9 gr%) Kecukupan zat besi:

  62 62,6 Defisit (< 70% AKG) Kurang (70 – 79% AKG) 15 15,2 13 13,1 Sedang (80 – 99% AKG) 9 9,1 Baik ≥ 100% AKG (26 mg) Kecukupan protein:

  14 14,1 Defisit (< 70% AKG) 10 10,1 Kurang (70 – 79% AKG)

  1 17 7,2 Sedang (80 – 99% AKG) Baik (≥ 100% AKG)

  58 58,6

3. Kadar Pb dalam Darah

  Pb tinggi pada populasi terjangkau terletak antara 39,6% sampai 59,3%. Penelitian ini menemukan

  Hasil penelitian ini lebih rendah 49,5% subyek memiliki kadar Pb di dibanding hasil penelitian Sutomo atas normal (PbD: > 50 µg/l). Interval dkk di Yogyakarta yang menemukan kepercayaan (CI) 95%= 29,6% – 59,3%,

  55,9% pengguna jalan terkontaminasi artinya proporsi WUS dengan kadar 9 Pb akibat emisi kendaraan bermotor .

  16 MGMI Vol. 1, No. 1, Desember 2009: 11-22 Penelitian lain menemukan rerata kadar Pb urine masyarakat sekitar jalan raya Kota Yogyakarta 0,22 mg/l atau sudah melewati ambang batas 0,15 mg/l 26

  . Data tersebut menunjukkan polusi Pb udara di Yogyakarta sudah perlu perhatian. Literatur dan hasil penelitian menyebutkan berbagai efek buruk pencemaran Pb bagi kesehatan, antara lain menurunkan fungsi tiroid 14 . Berbagai upaya perlu dilakukan untuk mengurangi tingkat pencemaran Pb yang semakin hari diperkirakan akan bertambah parah. Pemerintah sebenarnya telah mengeluarkan berbagai kebijakan dalam rangka mengurangi tingkat pencemaran Pb udara di perkotaan, seperti pemakaian bahan bakar tanpa Pb (unleaded

  gasoline

  ); penggunaan bahan bakar gas (BBG) sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM); pemasangan katalik konverter pada kendaraan bermotor; serta pemantauan kualitas udara pada titik-titik ramai kendaraan

  27 .

  Namun upaya-upaya tersebut belum berjalan maksimal sehingga tingkat pencemaran Pb udara masih belum dapat dikurangi. Upaya pencegahan secara mandiri dapat dilakukan oleh WUS risiko tinggi terpapar Pb melalui penggunaan masker penutup hidung saat beraktifitas di tempat kerja. Logam berat merupakan bahan pencemar yang berbahaya karena bersifat toksik. Menurut Pinto dkk, logam berat dapat menyebabkan kerusakan oksidatif melalui peningkatan konsentrasi oksigen reaktif dalam sel (radikal bebas), serta menurunkan kapasitas antioksidasi sel 31 . Sebagai logam berat, dalam tubuh

  Pb juga akan menghasilkan radikal bebas. Menurut Muhilal, beberapa zat gizi, seperti vitamin E, karoten, dan vitamin C, serta mineral selenium (Se), cuprum (Cu), sinc (Zn) dan mangan (Mn) merupakan zat antioksidan yang dapat memunahkan radikal bebas, zat– zat gizi tersebut banyak terdapat pada sayuran dan buah-buahan 32 . Dengan demikian, kebiasaan mengkonsumsi sayur dan buah–buahan bagi WUS yang sering terpapar timbal (Pb) akan lebih menguntungkan.

  4. Konsumsi Zat Gizi dan Kadar Hb

  Hasil wawancara kebiasaan makan dengan metode Semi-FFQ memperoleh rerata konsumsi energi 1.802 ± 525 Kcal. Konsumsi energi dibanding angka kecukupan (AKG) sudah cukup baik (tingkat konsumsi: sedang) atau setara 84,0% AKG. Intake protein 55,2 ± 20,0 gram sudah baik atau setara dengan 119,5% AKG, tetapi masih ditemukan 14,1% subyek mengalami

  defisit protein (< 70%

  AKG) 22,23 . Rerata konsumsi zat besi (Fe) dari makanan sebesar 15,5 gr (3,8–30,7) atau setara 59,6% AKG. Subyek dengan konsumsi Fe <70% AKG sebesar 62,6%.

  Konsumsi Fe dapat tercermin dari kadar hemoglobin (Hb). Hasil pemeriksaan sampel darah memperoleh nilai rerata kadar Hb 12,1 ± 1,4 gr%. Menurut WHO, batas normal kadar Hb wanita dewasa ≥12 gr%, bila lebih rendah disebut anemia 20 . Mengacu kriteria tersebut, penelitian ini menemukan 44,5% WUS menderita anemia. Hasil pemeriksaan klinis, proporsi WUS menderita anemia lebih rendah yaitu 34,3%. Hal ini karena gejala anemia secara klinis sering kurang nyata (Tabel 1). Model Prediksi Fungsi Tiroid... (M. Samsudin, B. Suryono , R. S. Padmawati) Tabel 2. Hubungan Kadar Pb dalam Darah dengan Fungsi Tiroid

  Kadar Pb darah Fungsi Tiroid Jumlah

Hipotiroid Normal

  Tinggi 14 (28,6%) 35 (71,4%) 49 (100,0%) Normal

  5 (10,0%) 45 (90,0%) 50 (100,0%)

Jumlah 19 (19,2%) 80 (80,8%) 99 (100,0%)

  X 2 = 5,504; df= 1; p=0,019

  5. Konsumsi Sianida Makanan

  Penelitian ini menemukan rerata konsumsi sianida sebesar 3,5 ± 2,5 mg atau masih dalam batas normal. Menurut FAO/WHO, batas aman konsumsi sianida adalah sebesar 10 mg per hari 28 . Mengacu kriteria tersebut, penelitian ini hanya menemukan 2,5% WUS dengan konsumsi sianida lebih dari 10 mg per hari. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa makanan sumber sianida yang dikonsumsi subyek belum menimbulkan gangguan fungsi tiroid.

  6. Konsumsi Iodium Berdasarkan Nilai IEU

  Menurut WHO/ICCIDD, kon- sumsi iodium harian dapat diprediksi berdasarkan pemeriksaan Ekskresi Iodium Urine (EIU) 21 . Hasil pemeriksaan sampel urin memperoleh nilai median

  EIU 108,4 µg/l (10,0 – 380,5) atau masih dalam batas normal. Kecukupan iodium menurut kriteria WHO/ICCIDD menunjukkan 44,5% WUS mengalami defisiensi iodium (EIU <100 µg/l) dengan 4,0% diantaranya defisiensi tingkat berat (EIU < 20 µg/l).

  7. Faktor yang Berhubungan dengan Fungsi Tiroid

  Pada analisis bivariabel ini, variabel bebas kadar Pb darah dibagi menjadi 2 kategori (Pb tinggi vs normal). Variabel terikat fungsi tiroid dibagi menjadi 2 kategori (hipotiroid vs normal). Hasil uji kai kuadrat (Tabel

  2) menunjukkan ada hubungan antara kadar Pb darah dengan fungsi tiroid.

  Proporsi WUS menderita hipotiroid pada kelompok kadar Pb tinggi 2,8 kali lebih besar dibanding kelompok kadar Pb normal, dan secara statistik berbeda bermakna (p=0,019 < 0,05). Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Liang QR di China yang menemukan bukti bahwa kadar Pb yang tinggi dalam darah dapat mengakibatkan kerusakan fungsi tiroid khususnya pada proses deiodinasi T4 29 . Literatur menyebutkan efek negatif pencemaran Pb terhadap kesehatan, antara lain menimbulkan gangguan pada sistem endokrin dan menurunkan fungsi hormon tiroid 14 .

  • 0,239 0,811 (-2,49

  • – 1,96) Protein (gr) 53,6 ± 20,1 55,6 ± 20,1
  • – 8,26) HCN (mg) *)
    • 0, 376 0, 700 (-12,12

  • – 0,32) EIU (µg/l)
  • – 37,6)
    • 0, 259 0, 796 (-48,8

  . Berdasarkan acuan tersebut, maka variabel bebas yang disertakan dalam analisis regresi logistik adalah kadar Pb dalam darah (p=0,019) dan umur (p=0,035). Hasil analisis multivariabel dapat memper- jelas adanya kaitan antara tingginya kadar Pb dalam darah dengan penurunan fungsi tiroid (Tabel 4). Hasil uji regresi logistik menunjukkan ada hubungan antara kadar Pb dalam darah dengan fungsi tiroid, p=0,018 (RR=3,99; 95% CI: 1,3 – 12,6). Nilai RR (≈rasio prevalens) untuk Pb darah=3,99 dan interval kepercayaan (CI): 1,3 –

  Variabel bebas yang diikutkan sebagai kandidat dalam analisis multivariabel adalah variabel yang berdasarkan analisis bivariabel mempunyai nilai p<0,25 30

  FAO batas aman konsumsi sianida adalah 10 mg per hari 28 . Hasil analisis univariabel menunjukkan sianida yang dikonsumsi subyek masih dalam batas normal (rerata: 3 mg/hr). Status gizi buruk dan defisiensi berat protein dapat mengganggu proses sintesis hormon tiroid 2 . Penelitian ini mendapatkan rerata IMT (25,6 ± 4,4) dan konsumsi protein (55,2 ± 20,2 gram) sudah cukup baik atau sedikit di atas normal.

  IMT, konsumsi iodium (berdasarkan nilai EIU), konsumsi protein, kadar hemoglobin (Hb), dan faktor umur. Hasil uji t terhadap variabel–variabel tersebut menunjukkan hanya variabel umur yang berhubungan dengan fungsi tiroid. Sedangkan variabel lain tidak berhubungan dengan fungsi tiroid (p>0,05). Rerata umur WUS hipotiroid lebih rendah dibandingkan WUS dengan fungsi tiroid normal, dan secara statistik berbeda bermakna, p=0,035 < 0,05 (Tabel 3). Menurut Greenspan, perubahan fungsi tiroid juga berkaitan dengan penuaan 6 . Zat goitrogenik sianida diketahui dapat menghambat penyerapan iodium dalam tubuh 4 , hal ini terjadi bila dikonsumsi dalam jumlah besar. Menurut WHO/

  Variabel bebas lain adalah konsumsi sianida makanan, status gizi

  Ket. : *) = transformasi fungsi log.

  1 25,1 ± 81,3 130,

7 ± 86,3

  11,8 ± 1,5 12,2 ± 1,4 -1,100 0,274 (-1,10

  5 0,499 0,619 (-0, 97 – 1,62) Hb (gr%)

  3,8 ± 2,6 3,4 ± 2,

  25,4 ± 4,2 25,7 ± 4,4

  35 (-6, 97 – -0,26) Nilai IMT

  Umur (thn) 36,5 ± 8,3 40,1 ± 6,2 -2,136 0,0

  Tabel 3. Variabel Lain yang Berhubungan dengan Fungsi Tiroid Confounder Rerata ± SD t p 95% CI Hipotiroid (n=19) Normal (n=80)

8. Model Persamaan Regresi Logistik

  18 MGMI Vol. 1, No. 1, Desember 2009: 11-22

  )

  5

  Dari model persamaan ter- sebut, apabila seorang WUS dengan karakteristik: umur 40 tahun dan kadar Pb dalam darah (PbD) di atas normal (PbD > 50 µg/l), maka P(Y =1

  penduga probabilitas akan terjadinya penurunan fungsi tiroid (hipotiroid) pada WUS dengan kadar Pb darah di atas normal adalah sebagai berikut: 1/1 + e

  (Tabel 4), maka dapat dibuat model

  Dari hasil uji regresi logistik

  Efek inhibisi logam Pb ini dimungkinkan pula terjadi pada tahapan oksidasi iodida dan iodinasi residu tirosil di tiroglobulin. Proses iodinasi terganggu akibatnya pembentukan MIT dan DIT yang merupakan precursor hormon T4 dan T3 terhambat. Produksi hormon tiroid terganggu, maka kadar hormon tiroksin dalam sirkulasi darah menurun.

  , kelebihan Pb akan mengganggu proses sintesis hormon tiroid karena logam Pb ini akan membentuk ikatan yang sangat kuat dengan unsur iodium. Akibatnya iodium tidak dapat dimanfaatkan secara optimal untuk pembentukan hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. Dikaitkan dengan tahapan sintesis hormon tiroid dalam sel tiroid dan proses metabolisme hormon di perifer, maka peran Pb dapat dimungkinkan terjadi pada proses konversi iodium di jaringan target, melalui inhibisi enzim deiodinase. Timbal (Pb) yang tidak mampu dinetralisir oleh proses metabolisme tubuh, akan bereaksi dengan produk biosintesis, seperti enzim, protein, iodium, sehingga menimbulkan efek merusak pada proses biomolekul dan akhirnya pada organ target (reseptor).

  Menurut DeGroot dkk

  19 Model Prediksi Fungsi Tiroid... (M. Samsudin, B. Suryono , R. S. Padmawati)

  .Secara bertahap TSH akan dilepas oleh hipofisis anterior dan meningkat dengan bertambahnya umur, tetapi nilainya masih normal. Nilai RR untuk umur 0,92 dan CI: 0,852–0,997 menunjukkan umur sebagai faktor protektif. Tetapi variabel ini sifatnya menetap, sehingga dalam upaya mengurangi risiko hipotiroid, tidak ada yang dapat dilakukan karena tidak dapat intervensi.

  12,6 menunjukkan variabel Pb darah merupakan faktor risiko terjadinya hipotiroid. Risiko menderita hipotiroid pada WUS dengan kadar Pb tinggi 3,99 kali lebih besar dibanding WUS dengan kadar Pb normal. Nilai RR untuk umur= 0,92 menunjukkan peran dari variabel umur ini kecil sekali. Greenspan dan Resnick menjelaskan adanya beberapa perubahan yang berkaitan dengan umur pada fisiologis dari aksis hipotalamik– hipofisis–tiroid 6

  2,214

  79 0,031 0,924 0,860 0,993 Constant 0,795 0,575

  Pb darah 1, 385 0,018 3,996 1,263 12,648 Umur -0,0

  Tabel 4. Hasil Analisis Multivariabel (Regresi Logistik) Variabel B Sig. Exp (B) 95% CI Lower Upper

  • – (0,795 + 1,385.Pb – 0,079.Umur) .
  • – (0,795 + 1,385.Pb – 0,079.Umur) .

  20 MGMI Vol. 1, No. 1, Desember 2009: 11-22 = 0,2729; berarti setiap 10.000 WUS dengan karakteristik seperti di atas, risiko akan menimbulkan penurunan fungsi tiroid (hipotiroid) sebanyak 2.729 orang. Sebaliknya, jika kadar Pb dalam darah masih dalam batas normal (PbD ≤ 50 µg/l), maka diperoleh nilai P(Y =0

  ) = 0,0859; berarti setiap 10.000 WUS dengan karakteristik serupa, risiko akan menderita hipotiroid sebanyak 859 orang. Besaran angka ini dapat dijelaskan oleh peran faktor lain di luar variabel bebas yang telah dibahas dalam penelitian ini.

  KESIMPULAN

  Ada hubungan antara kadar 1. plumbum (Pb) dalam darah dengan fungsi tiroid (TSH-FT4) pada WUS risiko terkena paparan Pb di daerah perkotaan di Yogyakarta (p=0,018; RR= 3,99; 95% CI: 1,3–12,6). Ada hubungan faktor umur dengan fungsi tiroid tetapi perannya sangat kecil (p=0,031; RR=0,92; 95% CI: 0,860–0,993).

  Tidak ada hubungan antara 2. faktor konsumsi iodium harian (berdasarkan nilai EIU), konsumsi protein dan sianida makanan, kadar hemoglobin, serta status gizi menurut IMT dengan fungsi tiroid (p>0,05).

  Model penduga probabilitas akan 3. terjadinya penurunan fungsi tiroid (hipotiroid) pada WUS dengan kadar Pb darah di atas normal adalah: 1/1 + e

  SARAN

  Perlu pemantauan status iodium 1. melalui pemeriksaan EIU khususnya pada kelompok risiko tinggi terpapar

  Pb dan pemantauan garam beriodium melalui uji kualitas garam konsumsi di tingkat rumah tangga. Perlu dipertimbangkan polusi 2. timbal (Pb) udara sebagai faktor risiko terjadinya penurunan fungsi tiroid. Dengan demikian, untuk mengetahui dan mengurangi tingkat pencemaran Pb udara akibat emisi gas buang kendaraan bermotor, perlu dipantau kualitas udara pada titik-titik ramai lalu lintas kendaraan bermotor, perlunya pemasangan katalik konverter pada kendaraan bermotor dan perlunya penerapan penggunaan bensin tanpa timbal (unleaded gasoline). Membiasakan makan dengan pola 3. makanan pokok/nasi, lauk hewani– nabati, sayur dan buah; selalu menggunakan garam beriodium dalam masakan; dan membiasakan menggunakan masker penutup hidung pada saat beraktifitas di tempat kerja, dapat merupakan upaya pencegahan secara mandiri yang memungkinkan dilakukan oleh masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

  Ministry of Health. Technical 1. Assistance for Evaluation on Intensified Iodine Deficiency Control Project. Final Report. Jakarta: Directorate General of Community Health, Directorate of Community Nutrition, 2003.

  Brody T. Nutritional biochemistry.

  2. USA: Academic Press; 1994.

  Beard JL, Borel MJ. Impaired 3. thermoregulation and thyroid

  Sutomo AH, Sarwono D, Hadiwidjojo, 12. Iskandar G, Triyono H, Cahyaningsih, Lawoasal P, Kasjono HS, Priyanto B, Rubiyo, Sumaryoto M. Pencemaran Pb di Pemukiman-pemukiman Kota Yogyakarta 1999/2000. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Tim ADKL; 2000.

H. Dampak 7.

  Saunders Company; 1990. Dwyer JT. Dietary Assessment, 19. dalam: Shils dkk (Editors). Modern Nutrition in Health and Disease 8 th Ed. Volume 1, p.842-860. USA: Lea & Febiger; 1994.

  Haddad, L.M and Weinchester, J.F (editors). Clinical Management of Poisoning and Drug Overdose. 2 nd Ed, p.1017-1023. Philadelpia: W.B.

  Garrettson LK. Lead, 18. dalam:

  Human Gesellschaft fur Biochemica und Diagnostica mbH, Max-Planck- Rink 21 – D-65205. Wiesbaden – Germany; 2004.

  Human. ELISA Test for the 17. Quantitative Determination of Free Thyroxine (FT4) in Human Serum.

  Eastman CJ. Thyroid Function 16. Testing. 1996. dalam: Djokomoeljanto dkk (Editor). Temu Ilmiah & Simposium Nasional III Penyakit Kelenjar Tiroid, hal 121- 135. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

  Lemeshow S, Hosmer Jr DW, Klar 15. J. Adequacy of Sample Size in Health Studies. Jeneva: John Wiley & Sons; 1990.

  Darmono. Logam Berat Sistem 14. Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: UI Press; 1995.

  WHO. Trace Elements in Human 13. Nutrition and Health. Geneva: WHO; 1996.

  21 Model Prediksi Fungsi Tiroid... (M. Samsudin, B. Suryono , R. S. Padmawati) function in iron deficiency anemia. Am.J.Clin Nutr. 1990; 52: 813-9.

  Gaitan E. Goitrogens. Bailiere’s 4. Clinical Endocrinology and Metabolism. 1988; 1(3): 683-702.

  Sunartini. Dampak Hipotiroidisme 10. Kongenital Terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia. Berkala Kesehatan Klinik. 1994. ISSN 0854- 2805.

  D, 9. Hadiwidjojo, Iskandar G, Hardjoko, Triatmo D, Nugroho, Sukotjo FA, Priyanto B, Kasjono HS, Muslichah S, Rubiyo, Cahyaningsih. Pengaruh Gas Buang Kendaraan Bermotor Terhadap Kesehatan Masyarakat di Propinsi DIY Tahun 1999. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Tim ADKL Kanwilkes–S2 IKM UGM; 1999.

  Sutomo AH, Sarwono

  A, 8. Syamsudin U, Setyawati. Pengaruh Timbal dari Emisi Kendaraan Bermotor Terhadap Kualitas Semen (Air Mani) Polisi Lalu Lintas di Jakarta 1995. Majalah Kedokteran Kerja Indonesia. 1996; 1(1).

  H, Tjokronegoro

  Ludirdja

  Pencemaran Udara dan Air Terhadap Kesehatan, Lingkungan dan Pembangunan. Jakarta: 1996.

  Ed. New York: John Wiley & Sons; 1984. Greenspan FS, Baxter JD. Alih 6. bahasa: Wijaya, C dkk. Endokrinologi Dasar dan Klinik Edisi ke-4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Kusnoputranto

  DeGroot LJ, Larsen PR, Refetoff 5. S, Stanbury JB. The Thyroid and Its Disease. 5 th

  Djokomoeljanto. Evaluasi Masalah 11. Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) di Indonesia. Jurnal GAKY Indonesia. 2002; 3(1).

  22 MGMI Vol. 1, No. 1, Desember 2009: 11-22 Depkes RI. Pedoman Pemberian 20.

  Besi Bagi Petugas. Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Jakarta: Ditjen Binkesmas, 1995.

  WHO, ICCIDD, CCM, AIIMS.

  21. Second Inter-Country Training Workshop on Iodine Monitoring, Laboratory Procedures & National

  IDD Programme. New Delhi 110 029, India. 2003. Muhilal, Jalal F, Hardinsyah. Angka 22. Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan, dalam: Prosiding WNPG VI. Jakarta: LIPI; 1998. Depkes RI. Buku Pedoman Petugas 23. Gizi Puskesmas. Jakarta: Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas, 1990. Dahro AM, Saidin S. Kadar Sianida 24. Dalam Sayuran dan Umbi-umbian di Daerah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Penelitian Gizi dan Makanan: Jilid 24, hlm. 33-37. Bogor: Puslitbang Gizi dan Makanan Depkes; 2001.

  Depkes RI. 13 Pesan Dasar Gizi 25. Seimbang. Jakarta: Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas, 1996.

  Irwansyah T, Broto SM. Hubungan 26. Kepadatan Jenis Kendaraan Terhadap Kadar Timbal Udara dan Urin Masyarakat Sekitar Jalan Raya Kota Yogyakarta. Manusia dan Lingkungan. 2003; X(1): 10-18.

  Riyadina W. Hubungan Antara 27. Hipertensi Dengan Kadar Plumbum (Pb) Udara. Laporan Penelitian.

  Jakarta: Balitbangkes Depkes RI; 2001. Rosling H. 1994. Measuring Effect 28. in Humans of Dietary Cyanide Exposure from Cassava, dalam: Bokanga, M., dkk (eds). International Workshop on Cassava Safety. Ibadan – Nigeria: March 1-4 1994. p.271-283. Liang QR, Liao RQ, Su SH, Huang 29. SH, Pan RH, Huang JL. Effects of lead on thyroid function on occupationally exposed workers. Zhonghua Lao Dong Wei Sheng Zhi Ye Bing Za Zhi. 2003; 21(2): 111-3. Hosmer DW, Lemeshow S. Applied 30. Logistic Regression. Canada: John Wiley & Sons; 1989. p. 82-134. Setyawan AD, Indrowuryatno, 31. Wiryanto, Winarno K. Pencemaran Logam Berat Fe, Cd, Cr dan Pb pada Lingkungan Mangrove di Propinsi Jawa Tengah. Enviro. 2004; 4(2): 45–49. Surakarta: PPLH–LPPM UNS; 2004. Muhilal. Trend Pola Konsumsi 32. Makanan dan Implikasinya bagi Kesehatan. Prospek Makanan Tradisional dalam Pengembangan Pariwisata. Persatuan Ahli Gizi (Persagi) DPC Sulawesi Selatan. Makassar: 15 April 1993 .