Makna Urbanisasi Lebih dari Perpindahan

Makna Urbanisasi Lebih dari Gerakan Massa Ke kota.
Akhir-akhir ini saya tertarik menulis definisi-definisi dalam keilmuan geografi. Alasannya saya terinspirasi
seorang kompasioner Pak Gustav Koesno. Beliau berprofesi sebagai dokter gigi, tapi gemar menulis
makna kata, mulai dari arti harafiah, sejarah, hingga penggunaan sehari-hari. Saya juga menggemari
rubrik Khas Bahasa Kita di majalah Intisari. Selain itu saya berharap bisa membagi memperbarui konsepkonsep operasional geografi yang diajarkan di sekolah. Anggap saja itu sebagai visi nan jauh, yang
penting belajar menulis dan mulai punya identitas, setelah bertahun-tahun berkutat pada kegalauan dan
sulit move on dari tema-tema anak kos-kosan di akun kompasiana terdahulu.
Pada tulisan ini saya akan mengulas tentang makna kata urbanisasi. Coba tanya pada murid-murid kita.
Apa jawaban mereka tentang apa yang dimaksud dengan urbanisasi? Saya pastikan sebagian besar akan
menyatakan urbanisasi sebagai perpindahan penduduk dari desa ke kota. Pernyataan ini benar, namun ia
hanya menjelaskan salah satu proses menjadi kota pada status de facto domisili penduduk. Jika diartikan
sebagai perpindahan penduduk, maka urbanisasi yang dimaksud cukup diwakili dengan fenomena
migrasi masuk ke daerah perkotaan.
Ditilik dari asal katanya, urbanisasi adalah serapan kata urban (kota)+ isasi. Dalam bahasa Inggris,
urbanization merupakan noun of verb, atau kata benda yang berasal dari kata kerja yang bermakna
proses dari kata dasarnya. Dengan demikian secara sederhana urbanisasi merupakan proses menjadi
perkotaan. Proses selalu mensyaratkan perubahan. Dan perubahan teramati dalam minimal dua titik
waktu.
Penjelasan ini membawa kita pada sudut pandang yang luas mengenai matra apa saja yang dapat
terlibat dalam urbanisasi sebagai suatu proses berubah menjadi kekotaan. Dalam definisi yang
mengedepankan proses ini, urbanisasi dimaknai sebagai suatu proses terbentuknya kehidupan

perkotaan yang berbeda dengan kehidupan pedesaan, dalam konteks ekonomi, sosial dan mentalitas
masyarakatnya (Soetomo, 2009). Karena sekarang kita memahami urbanisasi sebagai proses menjadi
perkotaan, maka kita mengidentifikasi indikator-indikator yang dijadikan petunjuk sedang
berlangsungnya gejala tersebut, kemudian menempatkannya dalam ruang perkotaan maupun di
perdesaan. Artinya pergerakan migrasi penduduk dari perdesaan ke perkotaan hanya merupakan satu
gejala urbanisasi yang teramati di kota.
Fokus kajian dapat kita tujukan pada dinamika penggunaan lahan, ekologi, ekonomi wilayah, dan
kehidupan sosial masyarakatnya, bahkan interaksi yang saling terkait dalam kerangka urbanisasi itu.
Penting untuk mengkaitkan kajian-kajian urbanisasi itu pada ruang atau wilayah di mana urbanisasi itu
berlangsung. Hal ini mengingat karakteristik penduduk, kondisi sosial budaya dan morfologi wilayah
bersifat khas, sehingga dampak proses urbanisasi yang teramati adalah hasil interaksi elemen-elemen
yang terlibat.

Sumber : http://www.slideshare.net/Rezkiandini/urbanisasi-sugiono juga ditampilkan dalam
Soetomo, S. 2009. Urbanisasi dan Morfologi. Yogyakarta : Graha Ilmu
Bagaimana menjelaskan urbanisasi di kota dan di desa?
Mengutip Paul Knox mengenai urbanisasi :
“Urbanization is a process of changes: Size, densities, and composition of population, economic structure
and human behavior”
Urbanisasi adalah proses perubahan, mulai dari jumlah, kepadatan, struktur ekonomi, dan perilaku

manusia yang lebih menampakkan ciri kekotaan. Beberapa gejala antara lain struktur ekonomi non
pertanian, kerapatan atau konsentrasi ruang terbangun, perubahan penggunaan teknologi, perilaku
termasuk gaya hidup.

Dalam hal ini termasuk penduduk dengan segala konsekuensi demografisnya, misal pertumbuhan
penduduk, migrasi, kualitas sumberdaya manusia. Ekonomi yang menggambarkan geliat aliran uang,
modal, investasi, pertumbuhan neraca ekonomin, dan sebagainya. Sosial seperti perupemenuhan gaya
hidup masyarakat. Juga berkaitan perub aspek ekologi seperti isu penggunaan lahan dan lingkungan. ,
penggunaan lahan,lingkungan bahkan gaya hidup. Plus kompleksitas masalah yang berjalinan antara
daerah pengirim dan daerah penerima penduduk.
Para ahli geografi membedakan ruang dari kenampakan fisik ruang yang disebut sebagai morfologi,
maupun parameter-parameter kuantitatif maupun kualitatif tertentu. Parameter kualitatif ciri kota suatu
wilayah antara lain diamati dari kenampakan pemanfaatan lahan non pertanian yang mendominasi
dibandingkan lahan pertanian. BPS menggunakan skor kepadatan penduduk, jumlah rumah tangga
pertanian dan fasilitas perkotaan untuk menentukan peringkat suatu kota. (lihat Peraturan Kepala BPS
No. 37 Tahun 2010). Migran yang pindah dari kota dengan peringkat lebih rendah ke kota dengan
peringkat lebih tinggi sedang berproses meningkatkan status sosial perkotaannya, maka ia pun sedang
ber-urbanisasi. Misalnya saya dari Pontianak kemudian pindah ke kota