TAPPDF.COM PDF DOWNLOAD 1 PERBEDAAN HASIL BELAJAR DENGAN ... JURNAL ONLINE UM

PERBEDAAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN
METODE SIMULATION GAMES DAN METODE CERAMAH
DALAM MATA PELAJARAN PKn PADA SISWA KELAS VIII
DI SMP NEGERI 2 GROGOL KABUPATEN KEDIRI
DIFFERENCE OF RESULT STUDY BY USING
SIMULSTION GAMES METHOD AND SPEECH METHOD
ON CIVIC OF THE EIGHTH YEARS STUDENTS
OF JUNIOR HIGH SCHOOL 2 GROGOL KEDIRI
Premita Sari Octa Elviana
Pembimbing:

Dr. H. A. Rosyid Al Atok, M.Pd, M.H
Dra. Arbaiyah Prantiasih, M.Si

Universitas Negeri Malang
Fakultas Ilmu Sosial
Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan
Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Email: premitaocta@ymail.com

ABSTRAK- Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya perbedaan yang

signifikan terhadap hasil belajar siswa antara kelompok siswa yang diajar dengan
metode simulation games dan kelompok siswa yang diajar dengan metode
ceramah pada kelas VIII SMP Negeri 2 Grogol Kabupaten Kediri. Penelitian ini
merupakan penelitian Eksperimental Semu dengan menggunakan dua kelompok,
yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang dipilih tidak secara acak.
Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Tidak terdapat perbedaan hasil belajar
yang berarti pada kelas kontrol (kelas VIII F) antara sebelum dan setelah
diterapkannya metode ceramah. Selisih antara prestasi belajar awal siswa dengan
prestasi belajar akhir siswa hanya 1,59; (2) Terdapat perbedaan hasil belajar yang
berarti pada kelas eksperimen (kelas VIII A) antara sebelum dan setelah
diterapkannya metode simulation games. Selisih antara prestasi belajar awal siswa
dengan prestasi belajar akhir siswa sebesar 5,24; (3) Ada perbedaan yang
signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan metode simulation games
dengan siswa yang diajar dengan metode ceramah.
Kata Kunci: hasil belajar, simulation games, ceramah, Pendidikan
Kewarganegaraan
ABSTRACT- The purpose of this research was to prove there is significant
difference between result study on the student using simulation games method and
speech method on 8th grade of Junior High School 2 Grogol Kediri. This research
was Quasi Experimental with using two groups, that is control group and

exsperimental group that wasn’t selected at random The outcome of this research
showed that (1) There isn’t difference meaningful result study of control group

1

(VIII F class) between before and after use the speech method. Difference
between the pretest and posttest achievement is only 1,59; (2) There is difference
meaningful result study of exsperimental group (VIII A class) between before and
after use the simulation games method. Difference between the pretest and
posttest achievement is 5,24; (3) There is significant difference between result
study on the student using simulation games method and speech method on 8th
grade of Junior High School 2 Grogol Kediri.
Key Words : result study, simulation games, speech, civics education
Dalam jalur pendidikan sekolah terdapat mata pelajaran yang wajib ada
pada setiap jenjang pendidikan, baik jenjang pendidikan dasar maupun jenjang
pendidikan menengah, yakni Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan
Kewarganegaraan juga harus ada dalam kumpulan mata kuliah di jenjang
pendidikan tinggi. Pendidikan Kewarganegaraan sangat diperlukan dalam dunia
pendidikan Indonesia karena dengan adanya mata pelajaran ini di sekolah,
diharapkan dapat membentuk anak-anak bangsa menjadi anak-anak yang beradab.

Sebagaimana yang dikemukakan Zamroni yang dikutip oleh Supandi (2010)
pendidikan kewarganegaran adalah pendidikan demokrasi yang memiliki tujuan
untuk menyiapkan warga masyarakat Indonesia yang dapat berpikir kritis dan
bertindak demokratis.
Pendidik atau pengajar sangat berperan dalam proses atau kegiatan
pembelajaran. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dilaksanakan di
sekolah-sekolah sering membuat siswa-siswa merasa bosan untuk mengikutinya.
Hal ini disebabkan selain karena mata pelajaran Pendidikan Kewarganegraan
merupakan pelajaran hafalan, juga karena materi yang dimuat dalam mata
pelajaran ini adalah tentang hal-hal yang ada di lingkungan sekitar. Faktor-faktor
ini juga membuat siswa tidak merasa tertantang untuk mempelajarinya karena
menganggap hal tersebut adalah hal yang mudah atau malah tidak penting.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas pun cenderung menggunakan
metode ceramah. Dalam penggunaan metode ini guru yang berperan aktif dalam
pembelajaran karena menyampaikan materi kepada peserta didik, sedangkan
siswa cenderung pasif karena hanya menerima informasi dari guru. Melihat
fenomena di atas perlu adanya metode pembelajaran yang dapat membuat situasi
belajar di kelas menjadi lebih menyenangkan sehingga mampu mengajak siswa

2


untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Salah satunya adalah metode pembelajaran
simulasi.
Sudjana (2013: 77) mengatakan bahwa ceramah adalah penuturan bahan
pelajaran secara lisan. Selama ceramah itu berlangsung dalam kegiatan
pembelajaran guru bisa menggunakan alat-alat bantu seperti gambar-gambar
bagan agar uraiannya lebih jelas. Tetapi metode utama dalam perhubungan guru
dengan murid-murid adalah berbicara. (Suryosubroto, 2009: 165-166)
mengatakan bahwa prosedur pelaksanaan metode ceramah dapat diikuti langkahlangkah sebagai berikut: (1) Guru mempersiapkan alat-alat peraga dan alat-alat
lain, sebelum pelajaran dimulai; (2) Mengajukan pertanyaan sebagai bahan
apersepsi, guru mengungkap pelajaran yang lalu; (3) Guru berceramah
(mengadakan uraian-uraian, keterangan-keterangan) mengenai bahan pokok.
Disini pihak murid hanya mendengarkan baik-baik; (4) Mengontrol pemahaman
murid dengan pertanyaan-pertanyaan, dan sebagainya; (5) Mencatat ikhtisar
pelajaran, gambar-gambar, supaya dipelajari di rumah.
Wahab (2009: 108) mengungkapkan bahwa metode pembelajaran simulasi
adalah strategi yang meminta siapa saja ikut terlibat didalamnya untuk
menganggap dirinya sebagai orang lain, guna mempelajari bagaimana orang lain
tersebut bertindak dan merasakan sesuatu hal. (Romlah, 2006: 121)
mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaan simulation games, dapat diikuti

langkah-langkah sebagai berikut: (1) Menentukan peserta yang terlibat dalam
permainan simulasi, dimana terdiri dari fasilitator, penulis, pemain, pemegang
peran, penonton; (2) Menyediakan alat permainan beserta kelengkapannya; (3)
Fasilitator menjelaskan tujuan permainan. Yang menjadi fasilitator adalah
konselor, guru, atau wali kelas; (4) Menentukan pemain, pemegang peran, dan
penulis; (5) Menjelaskan aturan permainan; (6) Bermain dan berdiskusi; (7)
Menyimpulkan hasil diskusi setelah seluruh permainan selesai dan menyelesaikan
masalah-masalah yang belum diselesaikan pada saat itu; (8) Menutup permainan.
Proses pembelajaran dilaksanakan bagi peserta didik bertujuan agar
peserta didik memperoleh hasil belajar yang baik. Hasil belajar yang maksimal
dapat dikatakan sebagai prestasi belajar. Hasil usaha atau hasil belajar ini dapat
bersifat sementara atau pun menetap. Sebagaimana yang dikemukakan oleh

3

Mulyana (2012) keberhasilan belajar adalah prestasi belajar yang dicapai siswa
dalam proses pembelajaran dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan
tingkah laku seseorang. Guru sangat berperan penting dalam pencapaian
keberhasilan belajar ini, dimana penerapan metode pembelajaran yang tepat
diharapkan mampu mendorong siswa untuk mencapai keberhasilan belajar.


METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Eksperimental Semu ( QuasiExperimental). Rancangan penelitian Quasi-Expermental memiliki beberapa

desain dan penelitian ini menggunakan desain The Nonequivalent Control Group
Design. Berdasarkan desain di atas, Emzir (2012: 102) menjelaskan prosedur

penelitiannya sebagai berikut: (1) Memilih dua kelompok yang bertindak sebagai
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut dipilih
secara purposive sample; (2) Kedua kelompok yang ada diberi pretest; (3)
Kelompok eksperimen diberikan perlakuan, sedangkan kelompok kontrol tidak
diberi perlakuan; (4) Kedua kelompok yang ada diberi posttest.
Sugiyono (2013: 80) mengatakan bahwa populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Arikunto (2010: 174) mengatakan bahwa sampel adalah
sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Grogol Kabupaten Kediri. Sedangkan sampel
dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A dan siswa kelas VIII F SMP Negeri
2 Grogol Kabupaten Kediri. Kelas VIII F berlaku sebagai kelas kontrol dan kelas

VIII A berlaku sebagai kelas eksperimen.
Instrumen penelitian yang digunakan meliputi instrumen perlakuan dan
instrumen pengukuran. Instrumen perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah silabus dan RPP. Sedangkan Instrumen pengukuran yang digunakan untuk
mengukur hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
adalah tes tulis yang disusun dalam bentuk test objektif, yaitu pilihan ganda
dengan jumlah 50 butir soal. Sebelum nantinya digunakan dalam penelitian
sesungguhnya, instrumen penelitian ini akan diujicobakan terlebih dahulu kepada

4

siswa (selain sampel) yang telah memperoleh materi yang akan diajarkan, yaitu
kelas IX C dengan jumlah 32 siswa. Untuk mengetahui kualitas butir soal objektif
yang digunakan maka dilakukan uji yang meliputi validitas, reliabilitas, taraf
kesukaran, dan daya beda. Terdapat dua pengujian validitas soal objektif, yaitu
validitas isi dan validitas butir soal. Dalam uji validitas isi yang bertindak sebagai
validator adalah 1 dosen Hukum dan Kewarganegaraan dan 1 guru mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan kelas VIII A dan kelas VIII F SMP Negeri 2 Grogol
Kabupaten Kediri.
Data yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian berupa data kuantitatif,

yakni skor dari pengukuran hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Data hasil belajar siswa dikumpulkan melalui pretest dan
posttest. Dalam data kuantitatif teknik analisis datanya menggunakan metode

statistik yang sudah tersedia. Semua data yang telah diperoleh di awal maupun
akhir pertemuan sebelum dianalisis dengan uji hipotesis, maka dilakukan uji
prasyarat analisis yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas varian. Data
yang akan diuji adalah data pretest, posttest, dan gain score.

HASIL ANALISIS
Deskripsi Data Kelas Uji Coba Instrumen
Berdasarkan hasil penelitian terhadap prestasi belajar siswa dapat
diketahui bahwa kelas IX C memiliki nilai tertinggi 100, nilai terendah 40, ratarata hitung 70,19, dan standar deviasi sebesar 24,10. Diketahui bahwa jumlah
siswa yang memiliki kriteria nilai sangat kurang sebanyak 16 siswa dengan
presentase 50%. Jumlah siswa yang memiliki kriteria nilai baik sebanyak 8 siswa
dengan presentase 25%. Sedangkan jumlah siswa yang memiliki kriteria nilai
sangat baik sebanyak 8 siswa dengan presentase 25%. Berdasarkan hasil
penelitian di atas dapat dilakukan uji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan
daya beda pada kelas IX C.


Hasil Uji Kualitas Butir Soal Objektif
Berdasarkan hasil uji validitas isi dari dosen Hukum dan Kewarganegaraan
menunjukkan bahwa pada penilaian pertama dan kedua masih banyak butir soal

5

yang tidak sesuai dengan KD. Sedangkan pada penilaian yang ketiga
menunjukkan bahwa terdapat 17 butir soal yang masuk kualifikasi 2 karena tidak
sesuai KD, 18 butir soal masuk kualifikasi 3 karena bahasa kurang bisa dipahami,
15 butir soal masuk kualifikasi 4 karena sesuai materi dan bahasa mudah
dipahami. Sedangkan berdasarkan hasil uji validitas isi dari guru mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan kelas VIII A dan kelas VIII F SMP Negeri 2 Grogol
Kabupaten Kediri menunjukkan bahwa terdapat 3 butir soal yang masuk
Kualifikasi 3 karena susunan kalimat kurang tepat, 47 butir soal masuk kualifikasi
4 karena sesuai materi dan bahasa mudah dipahami. Berdasarkan hasil yang telah
diuraikan tersebut, peneliti melakukan perbaikan sehingga seluruh butir soal
masuk dalam kualifikasi 4.
Berdasarkan hasil uji validitas butir soal menunjukkan bahwa koefisien
validitas butir soal pada nomor 10 menunjukkan nilai 0,166. Koefisien validitas
butir soal pada nomor 28 menunjukkan nilai 0,139. Sedangkan koefisien validitas

butir soal pada nomor 48 menunjukkan nilai 0,114. Nilai koefisien validitas butir
soal pada ketiga butir soal di atas menunjukkan bahwa validitas ketiga butir soal
tersebut sangat rendah. Berdasarkan hasil penelitian di atas dilakukan uji validitas
kedua dan menunjukkan bahwa seluruh butir soal memiliki koefisien validitas
sedang.
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan peneliti di
kelas IX C SMP Negeri 2 Grogol Kabupaten Kediri dan setelah data tersebut diuji
reliabilitasnya diperoleh nilai koefisien reliabilitas soal uji coba adalah 0,954.
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa derajat reliabilitas soal uji coba
sangat tinggi. Hal ini juga menunjukkan bahwa soal yang digunakan untuk
penelitian adalah instrumen yang baik dan dapat dipercaya sebagai alat
pengumpul data.
Setelah dilakukan uji taraf kesukaran, berdasarkan hasil penelitian
diperoleh bahwa butir soal yang memiliki kategori sukar sebanyak 3 buah dengan
presentase 6%. Butir soal yang memiliki kategori sedang sebanyak 21 buah
dengan presentase 42%. Butir soal yang memiliki kategori mudah sebanyak 26
buah dengan presentase 52%. Setelah dilakukan uji daya beda, berdasarkan hasil
penelitian diperoleh bahwa butir soal yang memiliki kategori cukup sebanyak 24

6


buah dengan presentase 48%. Butir soal yang memiliki kategori baik sebanyak 25
buah dengan presentase 50%. Butir soal yang memiliki kategori sangat baik
sebanyak 1 buah dengan presentase 2%.

Deskripsi Data Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Setelah kualitas butir soal objektif diketahui instrumen dapat diterapkan
pada kelas kontrol (kelas VIII F) dan kelas eksperimen (kelas VIII A) sehinggga
dapat diketahui prestasi belajar awal, prestasi belajar akhir, dan gain score pada
kedua kelas. Berdasarkan hasil penelitian terhadap prestasi belajar awal siswa
dapat diketahui bahwa kelas kontrol (kelas VIII F) memiliki nilai tertinggi 86,
nilai terendah 56, rata-rata hitung 74,71, dan standar deviasi sebesar 6,17.
Diketahui bahwa jumlah siswa yang memiliki kriteria nilai sangat kurang
sebanyak 2 siswa dengan presentase 5,88%. Jumlah siswa yang memiliki kriteria
nilai kurang sebanyak 16 siswa dengan presentase 47,06%. cukup sebanyak 14
siswa dengan presentase 41,18%. Jumlah siswa yang memiliki kriteria nilai baik
sebanyak 2 siswa dengan presentase 5,88%.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap prestasi belajar awal siswa dapat
diketahui bahwa kelas eksperimen (kelas VIII A) memiliki nilai tertinggi 86, nilai
terendah 54 rata-rata hitung 73,76, dan standar deviasi sebesar 7,06. Diketahui
bahwa jumlah siswa yang memiliki kriteria nilai sangat kurang sebanyak 2 siswa
dengan presentase 5,88%. Jumlah siswa yang memiliki kriteria nilai kurang
sebanyak 18 siswa dengan presentase 52,94%. Jumlah siswa yang memiliki
kriteria nilai cukup sebanyak 11 siswa dengan presentase 32,35%. Jumlah siswa
yang memiliki kriteria nilai baik sebanyak 3 siswa dengan presentase 8,82%.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap prestasi belajar akhir siswa dapat
diketahui bahwa kelas kontrol (kelas VIII F) memiliki nilai tertinggi 86, nilai
terendah 68, rata-rata hitung 76,29, dan standar deviasi sebesar 5,49. Diketahui
bahwa jumlah siswa yang memiliki kriteria nilai kurang sebanyak 15 siswa
dengan presentase 44,12%. Jumlah siswa yang memiliki kriteria nilai cukup
sebanyak 14 siswa dengan presentase 41,18%. Jumlah siswa yang memiliki
kriteria nilai baik sebanyak 5 siswa dengan presentase 14,71%.

7

Berdasarkan hasil penelitian terhadap prestasi belajar akhir siswa dapat
diketahui bahwa kelas eksperimen (kelas VIII A) memiliki nilai tertinggi 88, nilai
terendah 72 rata-rata hitung 79, dan standar deviasi sebesar 5,26. diketahui bahwa
jumlah siswa yang memiliki kriteria nilai kurang sebanyak 10 siswa dengan
presentase 29,41%. Jumlah siswa yang memiliki kriteria nilai cukup sebanyak 15
siswa dengan presentase 44,12%. Jumlah siswa yang memiliki kriteria nilai baik
sebanyak 9 siswa dengan presentase 26,47%.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap gain score dapat diketahui bahwa
kelas kontrol (kelas VIII F) memiliki gain score maksimal 12, gain score minimal
-4, rata-rata hitung 1,59, dan standar deviasi sebesar 3,47. Sedangkan kelas
eksperimen (kelas VIII A) memiliki gain score maksimal 18, gain score minimal
-2, rata-rata hitung 5,24, dan standar deviasi sebesar 4,46.

Hasil Uji Prasyarat Analisis
Berdasarkan hasil penelitian prestasi belajar awal siswa baik kelas kontrol
(kelas VIII F) maupun kelas eksperimen (kelas VIII A) dapat diketahui bahwa
data pretest berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan pada kelas kontrol nilai
Kolmogorof-Smirnov memiliki tingkat signifikansi 0,149 dan pada kelas
eksperimen nilai Kolmogorof-Smirnov memiliki tingkat signifikansi 0,172 yang
berarti kedua kelas memiliki Asymp.Sig. > 0,05. Begitu pula pada data posttest,
berdasarkan hasil penelitian prestasi belajar akhir siswa baik kelas kontrol (kelas
VIII F) maupun kelas eksperimen (kelas VIII A) dapat diketahui bahwa data
posttest berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan pada kelas kontrol nilai

Kolmogorof-Smirnov memiliki tingkat signifikansi 0,113 dan pada kelas
eksperimen nilai Kolmogorof-Smirnov memiliki tingkat signifikansi 0,177 yang
berarti kedua kelas memiliki Asymp.Sig. > 0,05. Berbeda dengan data gain score,
berdasarkan hasil penelitian terhadap gain score diketahui bahwa data gain score
dari kelas kontrol (kelas VIII F) berdistribusi tidak normal, sedangkan data gain
score dari kelas eksperimen berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan bahwa pada

kelas kontrol nilai Kolmogorof-Smirnov memiliki tingkat signifikansi 0,001 yang
berarti memiliki Asymp.Sig. < 0,05. Pada kelas eksperimen (kelas VIII A) nilai

8

Kolmogorof-Smirnov memiliki tingkat signifikansi 0,051 yang berarti memiliki
Asymp.Sig. > 0,05.

Berdasarkan hasil penelitian prestasi belajar awal siswa baik kelas kontrol
(kelas VIII F) maupun kelas eksperimen (kelas VIII A) dapat diketahui bahwa
nilai Levene Statistic sebesar 1,033 dan nilai Sig sebesar 0,329. Berdasarkan hasil
penelitian prestasi belajar akhir siswa baik kelas kontrol (kelas VIII F) maupun
kelas eksperimen (kelas VIII A) dapat diketahui bahwa nilai Levene Statistic
sebesar 0,014 dan nilai Sig sebesar 0,905. Berdasarkan hasil penelitian gain score
siswa baik kelas kontrol (kelas VIII F) maupun kelas eksperimen (kelas VIII A)
dapat diketahui bahwa nilai Levene Statistic sebesar 1,238 dan nilai Sig sebesar
0,270. Berdasarkan data pretest, posttest, dan gain score memiliki hasil
Asymp.Sig. > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data pretest, posttest, dan gain
score pada kelas kontrol dan kelas eksperimen tesebut homogen.

Hasil Uji Hipotesis
Setelah uji prasyarat analisis dilakukan, langkah selanjutnya adalah uji
hipotesis. Berdasarkan hasil penelitian prestasi belajar awal siswa baik kelas
kontrol (kelas VIII F) maupun kelas eksperimen (kelas VIII A) dapat diketahui
bahwa nilai Sig 0,560 yang berarti Sig.> 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa, ratarata prestasi belajar awal siswa, baik yang menggunakan metode ceramah (kelas
VIII F) maupun siswa yang menggunakan metode simulation games (kelas VIII
A) memiliki rata-rata sampel yang tidak berbeda. Berbeda dengan data posttest,
Berdasarkan hasil penelitian prestasi belajar akhir siswa baik kelas kontrol (kelas
VIII F) maupun kelas eksperimen (kelas VIII A) dapat diketahui bahwa nilai Sig
0,042 yang berarti Sig.< 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa, rata-rata kemampuan
akhir siswa, baik yang menggunakan metode ceramah (kelas VIII F) maupun
siswa yang menggunakan metode simulation games (kelas VIII A) memiliki ratarata sampel yang berbeda. Hasil ini sejalan dengan data gain score, Berdasarkan
perhitungan tersebut diperoleh nilai Asymp.Sig. 0,001 yang berarti Asymp.Sig. <
0,05. Hal ini menunjukkan bahwa, rata-rata gain score siswa, baik yang
menggunakan metode ceramah (kelas VIII F) maupun siswa yang menggunakan

9

metode simulation games (kelas VIII A) memiliki rata-rata gain score yang
berbeda.
Berdasarkan hasil penelitian pada kelas kontrol (kelas VIII F) diperoleh
bahwa db = 34-1 = 33 sehingga t(α,db) = t(0,025,33) = 2,042 dan thitung sebesar -1,165
yang berarti -2,042 < -1,165. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan antara prestasi belajar siswa sebelum dan setelah diterapkan metode
ceramah pada kelas kontrol. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian pada kelas
ekperimen (kelas VIII A) diperoleh bahwa db = 34-1 = 33 sehingga t(α,db) =
t(0,025,33) = 2,042 dan thitung sebesar -6,805 yang berarti -2,042 > -6,805. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara prestasi belajar siswa sebelum dan
setelah diterapkan metode simulation games pada kelas eksperimen.

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti, kelas IX C memiliki
nilai rata-rata 70. Nilai rata-rata ini diambil dari hasil belajar siswa kelas IX C
yang terakhir setelah sebelumnya mengikuti tes uji coba sebanyak tiga kali. Nilai
rata-rata tersebut masih tergolong belum maksimal mengingat nilai KKM mata
pelajaran Pendidikan Kewaraganegaraan adalah 75. Belum maksimalnya nilai
rata-rata siswa kelas IX C disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu tidak adanya
kesiapan siswa kelas IX C untuk mengikuti tes uji coba karena peneliti melakukan
tes uji coba tersebut tanpa adanya kesepakatan dengan siswa kelas IX C. Hal ini
sesuai dengan Suyono dan Hariyanto (2011: 126) yang menyatakan bahwa salah
satu unsur dalam proses belajar adalah kesiapan. Selain itu tidak adanya balikan
dan penguatan dari guru mengenai hasil belajar yang diperoleh siswa. Hal ini
sesuai dengan Dimyati dan Mudjiono (2009: 48-49) yang menyatakan bahwa
siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil
yang baik. Siswa juga terdorong untuk belajar lebih giat apabila mengetahui dan
mendapatkan hasil yang buruk.
Berdasarkan perhitungan dua sampel pretest dan posttest pada kelas
kontrol (kelas VIII F) diperoleh bahwa nilai rata-rata pada pretest dan posttest
tidak terdapat perbedaan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu hasil
belajar yang diperoleh siswa bersifat isidental dan adanya gangguan dalam

10

menggali hasil belajar yang telah tersimpan dikarenakan penerimaan, pengolahan,
dan penyimpanan pesan yang kurang baik. Hal ini sesuai dengan Dimyati dan
Mudjiono (2009: 243) yang menyatakan bahwa bila proses-proses penerimaan,
pengaktifan, pra-pengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk
pembangkitan pesan dan pengalaman tidak baik, maka siswa dapat berprestasi
kurang atau gagal.
Berdasarkan perhitungan dua sampel pretest dan posttest pada kelas
eksperimen (kelas VIII A) diperoleh bahwa nilai rata-rata pada pretest dan
posttest terdapat perbedaan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu hasil

belajar yang diperoleh siswa tahan lama diingat dan mengendap dalam pikirannya
sehingga cukup mempengaruhi perilaku siswa tersebut dan siswa mampu
menggali hasil belajar yang telah tersimpan dengan baik. Hal ini sesuai dengan
Dimyati dan Mudjiono (2009: 243) yang menyatakan bahwa kemampuan
berprestasi terpengaruh oleh proses-proses penerimaan, pengaktifan, prapengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk pembangkitan
pesan dan pengalaman. Jika proses-proses tersebut baik, maka siswa mampu
berprestasi dengan baik.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Eksperimental Semu yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa: (1) Hasil belajar siswa kelas VIII F yang diajari dengan
menggunakan metode ceramah menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil
belajar yang berarti antara sebelum dan setelah diterapkannya metode ceramah.
Selisih antara prestasi belajar awal siswa dengan prestasi belajar akhir siswa hanya
1,59; (2) Hasil belajar siswa kelas VIII A yang diajari dengan menggunakan
metode simulation games menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar
yang berarti antara sebelum dan setelah diterapkannya metode simulation games.
Selisih antara prestasi belajar awal siswa dengan prestasi belajar akhir siswa
sebesar 5,24; (3) Berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan, didapatkan hasil
bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan
metode simulation games dengan siswa yang diajar dengan metode ceramah.

11

Saran
Berdasarkan hasil penelitian Eksperimental Semu yang dilakukan, peneliti
menyampaikan beberapa saran sebagai berikut: (1) Bagi pengajar yaitu: Pertama,
diharapkan mampu menerapkan metode pembelajaran ceramah dan metode
pembelajaran simulation games dengan baik dalam proses pembelajaran,
khususnya pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sehingga dapat
mengantarkan pada kualitas pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan dan
siswa dapat memperoleh hasil belajar yang selalu mengalami peningkatan. Kedua,
mempersiapkan dengan matang sebelum menerapkan metode pembelajaran
ceramah dan metode pembelajaran simulation games, sehingga guru harus bisa
menentukan atau memilih topik yang bisa diterapkan dengan metode tersebut
dalam proses pembelajaran, khususnya pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal; (2) Bagi peserta
didik yaitu: Pertama, diharapkan tidak ramai ketika mengikuti proses
pembelajaran, khususnya pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Kedua, bisa
lebih berani mengungkapkan pendapatnya, kritis dalam bertanya, serta aktif
berdiskusi dalam kelompoknya dengan atau tanpa menerapkan metode
pembelajaran ceramah dan metode pembelajaran simulation games; (3) Bagi
peneliti selanjutnya yaitu: Pertama, diharapkan dapat menggunakan skripsi ini
dengan baik sebagai bahan acuan atau pembanding dalam penelitian yang
serumpun dengan penelitian ini. Kedua, dapat melakukan penelitian pada sekolahsekolah yang lebih tinggi tingkatannya.

DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Mulyana, Aina. 2012. Pengertian Hasil Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya , (Online),
http://ainamulyana.blogspot.com/2012/01/pengertian-hasil-belajardan-faktor.html, diakses tanggal 3 Mei 2013).
Romlah, Tatiek. 2006. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang:
Universitas Negeri Malang.

12

Sudjana, Nana. 2013. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar . Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D . Bandung:
Alfabeta.
Supandi, Dody. 2010. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan , (Online),
(http://dodisupandiblog.blogspot.com/2010/05/pengertian-pendidikankewarganegaraan.html, diakses tanggal 3 Mei 2013).
Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah . Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Wahab, Abdul Azis. 2009. Metode dan Model-model Mengajar Ilmu Pengetahuan
Sosial. Bandung: Alfabeta.

13