Ketegaran Upah Nominal Untuk Turun Sebagai Sarana Rekonsiliasi Keinginan Pekerja dan Pengusaha Selama Masa Krisis | Susanto | Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia 1 PB

Crisis

Joko Susanto a, ✝

a Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Yogyakarta

Abstract The decreasing of worker productivity, that happened in the crisis, would be a reason for employ-

er to lower nominal wages. However, the crisis also led to a reduction of worker’s real incomes due to higher inflation so the workers ask higher nominal wage to maintain their welfare. This research analysis nominal wage determination in Indonesian chemical industries during the crisis. This research uses regression analysis based on the dynamic panel data model. The results show that during the crisis, nominal wage rate is not decrease. Employer state that decline in nominal wage have a negative impact on company performance. During the crisis, downward nominal wage rigidity is a way for industrial relations reconciliation. Keywords: Crisis; Nominal Wage; Rigidity; Reconciliation; Industrial Relations

Abstrak Penurunan produktivitas pekerja, yang terjadi dalam masa krisis, menjadi alasan bagi pengusaha

untuk menurunkan upah nominal. Sementara itu, masa krisis juga menyebabkan penurunan upah riil akibat tingginya inflasi sehingga pekerja menuntut kenaikan upah nominal guna memperta- hankan kesejahteraannya. Studi ini menganalisis penentuan upah nominal pada industri kimia dalam masa krisis. Studi ini menggunakan alat analisis regresi berdasar model data panel dinamis. Hasil studi menunjukkan bahwa selama masa krisis, tingkat upah nominal tidak mengalami penurunan. Pengusaha menyatakan bahwa penurunan upah nominal berdampak negatif pada kinerja perusahaan. Dalam masa krisis, ketegaran upah nominal untuk turun merupakan sarana rekonsiliasi hubungan industrial. Kata kunci: Krisis; Upah Nominal; Ketegaran; Rekonsiliasi; Hubungan Industrial

JEL classifications: J30; J38

Pendahuluan

dap rupiah telah menyebabkan kenaikan harga barang impor. Di antara barang-barang yang

Krisis ekonomi yang dimulai dengan kenaikan diimpor tersebut merupakan input bagi sektor nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terha-

industri manufaktur (Tambunan, 2000). Kena- ikan harga input impor menyebabkan kenaikan

✝ Alamat Korespondensi: Program Studi Ekonomi

biaya produksi. Hal tersebut berdampak nega-

Pembangunan, Fakultas Ekonomi UPN ”Veteran” Yo-

tif pada kinerja industri manufaktur.

gyakarta. Jl. Lingkar Utara (SWK 104 ) Condong Ca- tur, Yogyakarta 55283. E-mail : jk.susanto.68@gmail.

Dampak krisis ekonomi terhadap indus-

com .

tri manufaktur akan berbeda-beda sesuai de-

Ketegaran Upah Nominal sebagai Sarana Rekonsiliasi...

ngan ketergantungan industri tersebut terha- ekonomi juga menyebabkan penurunan penda- dap bahan baku dan penolong (raw materials

patan konsumen. Sebagai konsekuensinya, alo- and materials ) impor, pasar tujuan produk,

kasi belanja konsumen terhadap barang sekun- dukungan jaringan, dan pemasarannya. Sela-

der mengalami penurunan. Konsumen meng- ma krisis ekonomi, subsektor industri dapat

alihkan dananya dari belanja barang sekun- mengalami tiga kemungkinan yang berbeda,

der ke barang primer, di antaranya makanan yaitu (1) subsektor industri yang tidak mampu

(Feridhanusetyawan et al., 2000). Hal terse- bertahan terhadap krisis ekonomi (loser ); (2)

but mempertajam penurunan permintaan ter- subsektor industri yang mengalami penurunan

hadap output industri kimia. output pada awal krisis ekonomi tetapi meng-

Penurunan permintaan output menyebab- alami peningkatan output pada periode beri-

kan penurunan pemanfaatan kapasitas terpa- kutnya (survivor ); dan (3) subsektor industri

sang industri kimia sehingga laba yang dipe- yang mengalami peningkatan output pada ma-

roleh turun. Selanjutnya, penurunan laba akan sa krisis ekonomi (gainer ) (Feridhanusetyawan

menurunkan kemampuan industri kimia dalam et al ., 2000).

pemberian upah kepada pekerjanya. Sementara Berdasarkan pengelompokan di atas, maka

itu, di sisi lain pekerja juga menghadapi masa- subsektor industri yang termasuk dalam ke-

lah penurunan daya beli akibat tingginya infla- lompok loser adalah subsektor industri yang

si selama masa krisis sehingga tingkat kesejah- memiliki kandungan bahan baku impor ting-

teraan pekerja turun. Untuk mempertahan- gi (Feridhanusetyawan et al., 2000). Salah sa-

kan tingkat kesejahteraannya, pekerja menun- tu subsektor industri yang memiliki kandungan

tut kenaikan upah nominal. Tuntutan kenaik- bahan baku impor (import content) tinggi ada-

an upah menyebabkan timbulnya perselisihan lah subsektor industri kimia di mana industri

antara pekerja dengan pengusaha. Perselisihan ini sangat bergantung kepada bahan baku im-

antara pekerja dan pengusaha mengakibatkan por.

terganggunya kegiatan perusahaan tersebut. Nilai import content menunjukkan persen-

Masalah hubungan industrial telah lama tase bahan baku impor terhadap keseluruhan

menjadi masalah pelik dan berkepanjangan. bahan baku (Alessandria et al., 2008). Suatu

Ketidakserasian hubungan kerja antara peker- industri dikelompokkan menjadi industri de-

ja dan pengusaha banyak disebabkan oleh ke- ngan import content tinggi apabila 70% atau

tidakpuasan pekerja terhadap sistem pengu- lebih bahan bakunya harus diimpor (Flatters,

pahan yang ada. Masalah hubungan industrial 2005). Berdasarkan kriteria ini, maka objek

menjadi lebih kompleks karena beberapa per- studi selanjutnya dipusatkan pada industri ki-

usahaan masih menggunakan perjanjian kerja mia yang memiliki import content tinggi.

(PK), akibat belum memiliki kesepakatan kerja Kenaikan harga input impor menyebabkan

bersama (KKB) atau perjanjian kerja bersama kenaikan biaya produksi. Agar tidak mengala-

(PKB).

mi kerugian, maka pengusaha menaikkan har- Selanjutnya, sistem hubungan industrial di

ga output. Kenaikan harga output akan menu- Indonesia telah mengalami perubahan seiring runkan jumlah output yang diminta dan ber-

dengan pengesahan Undang-Undang Nomor 21 dampak pada penurunan penggunaan kapa-

Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja/Serikat sitas terpasang. Jumlah output yang dihasil-

Buruh. Pengesahan undang-undang tersebut kan relatif lebih kecil dibandingkan kemam-

menunjukkan perubahan pada sisi kelembaga- puan perusahaan untuk menghasilkan output

an yang memberikan kemudahan bagi pekerja tersebut. Kondisi ini menyebabkan penurun-

untuk membentuk serikat pekerja. Sistem hu- an produktivitas pekerja. Sementara itu, krisis

bungan industrial berubah dari sistem yang sa-

Susanto, J.

175 ngat terpusat dan dikendalikan penuh oleh pe-

merintah pusat ke sistem yang terdesentralisasi (Feridhanusetyawan dan Pangestu, 2004).

Pengesahan undang-undang serikat pekerja memberikan kemudahan bagi pendirian seri- kat pekerja, sehingga jumlah serikat pekerja menjadi sangat banyak. Akan tetapi, kenaik- an jumlah serikat pekerja ternyata tidak dii- kuti oleh kenaikan jumlah anggota, sehingga banyak serikat pekerja yang memiliki anggota dalam jumlah relatif kecil. Kesadaran peker- ja untuk berserikat masih rendah (APINDO, 2011).

Selain itu, tidak jarang dalam suatu per- usahaan terdapat lebih dari satu serikat pe- kerja. Kerja sama antar-serikat pekerja rela- tif sulit dilakukan. Banyaknya serikat peker- ja menyebabkan pengusaha kesulitan menen- tukan serikat pekerja mana yang mewakili pe- kerja dan berhak berunding dalam penyusun- an PKB termasuk penentuan tingkat upah. Di samping itu, banyak serikat pekerja tidak me- miliki cukup dana. Dana serikat pekerja masih banyak yang bergantung pada bantuan pihak lain, bahkan pada dana bantuan manajemen perusahaan. Hal tersebut menyebabkan perju- angan serikat pekerja menjadi tidak efektif.

Walaupun banyak serikat pekerja dengan jumlah anggota yang relatif kecil dan kebu- tuhan dana mereka bergantung pada pihak la- in (termasuk perusahaan), tetapi serikat pe- kerja mampu mengatasi gejolak pekerja. Seri- kat pekerja cenderung memprioritaskan nego- siasi dan hanya menggunakan pemogokan se- bagai pilihan terakhir. Sebagian besar konflik hubungan industrial diselesaikan secara bipar- tit (melalui perundingan antara serikat peker- ja dengan pengusaha). Di samping itu, aspek- aspek hubungan industrial telah berfungsi le- bih mulus daripada yang diharapkan sehingga perselisihan antara pekerja dengan pengusaha berkurang. Serikat pekerja mulai terlibat da- lam perundingan antara pengusaha dengan pe- kerja mengenai persyaratan dan kondisi kerja termasuk tingkat upah (SMERU, 2002).

Kompleksitas masalah ketenagakerjaan di Indonesia juga disebabkan faktor kelebihan jumlah pasokan tenaga kerja, yang relatif ter- hadap permintaannya (labor surplus). Kele- bihan pasokan tenaga kerja ditandai dengan kelebihan jumlah pencari kerja di atas jum- lah lapangan kerja yang tersedia (Tjiptoheri- janto, 1993). Kelebihan pasokan tenaga kerja menyebabkan rendahnya tingkat upah nomi- nal yang diterima pekerja. Pemerintah beru- paya mengatasi masalah ini dengan pemberla- kuan ketentuan upah minimum guna mening- katkan kesejahteraan pekerja (Suryahadi et al., 2003). Tingkat upah minimum ini besarnya melebihi tingkat upah pasar. Ketentuan upah minimum merupakan faktor kelembagaan dan diwujudkan dalam peraturan upah minimum provinsi (UMP) atau upah minimum kabupa- ten (UMK). Ketentuan upah minimum menga- kibatkan upah nominal yang terjadi sulit untuk turun di bawah tingkat upah minimum.

Dengan mempertimbangkan dampak terha- dap moral pekerja, maka upah nominal pekerja industri kimia sudah melebihi kebutuhan hi- dup minimum. Walaupun tingkat upah nomi- nal pekerja sektor industri kimia sudah mele- bihi UMP, tetapi menurut sebagian pekerja, tingkat upah tersebut dinilai belum memuas- kan. Hal ini dikarenakan acuan yang diguna- kan dalam penetapan UMP adalah kebutuhan hidup minimum (KHM) pekerja lajang (Sur- yahadi et al., 2003). Acuan ini menghasilkan UMP yang terlalu rendah dan dipandang ti- dak mencerminkan kondisi pekerja yang sudah berkeluarga.

Ketidakpuasan pekerja terhadap tingkat upah nominal yang diterimanya tercermin dari banyaknya kasus pemogokan. Pemogokan pe- kerja merupakan suatu upaya untuk mewu- judkan tuntutan pekerja terhadap tingkat upah dan kondisi kerja yang lebih baik. Terjadinya pemogokan mengakibatkan hilangnya jumlah jam kerja. Pemogokan juga membuat kacau target produksi yang sudah ditetapkan pengu- saha. Selama pemogokan, perusahaan tidak da-

Ketegaran Upah Nominal sebagai Sarana Rekonsiliasi...

pat menghasilkan output, sedangkan perusaha- industri makanan jadi, bahan pakaian, karet, an biasanya sudah terikat perjanjian dengan

dan plastik. Dampak krisis pada industri ki- pembeli untuk mengirimkan output sesuai de-

mia akan berbeda dengan dampak krisis pada ngan pesanan. Di samping itu, pemogokan juga

industri makanan jadi, bahan pakaian, karet, merugikan pihak pekerja karena yang bersang-

dan plastik. Di samping menggunakan data se- kutan bisa kehilangan mata pencaharian aki-

kunder, studi ini dilengkapi dengan data pri- bat pemutusan hubungan kerja (Barutu, 2003).

mer yang berfungsi sebagai konfirmasi kualita- Hal ini justru berlawanan dengan tujuan hu-

tif terhadap hasil analisis kuantitatif. Studi ini bungan industrial yang berupa peningkatan ke-

diharapkan dapat memberikan kontribusi da- sejahteraan pekerja maupun pengusaha.

lam penyusunan sistem dan kebijakan pengu- Upaya meminimalkan konflik pekerja dengan

pahan.

pengusaha merupakan pilihan terbaik. Untuk itu, perlu diperhatikan masalah kondisi ker-

Tinjauan Referensi

ja termasuk tingkat upah. Peluang terjadinya perselisihan sangat kecil pada perusahaan yang

Hubungan Tingkat Upah dan Produk- memiliki kondisi kerja yang baik dan memenu-

tivitas

hi harapan pekerja dalam hal pemberian upah, tunjangan, dan fasilitas lain (SMERU, 2002).

Salah satu indikator kinerja perusahaan ada- Selanjutnya, agar dapat dicapai rekonsiliasi da-

lah produktivitas pekerja (Pernia dan Salas, 2006). Produktivitas pekerja berkaitan dengan

lam hubungan industrial, maka baik pekerja maupun pengusaha harus berupaya mencari ti-

upah nominal (Manning, 2000). Tingkat upah tinggi yang menjadikan pekerja sejahtera ha-

tik temu. Upaya ini perlu dilakukan agar kedua belah pihak tidak mengalami kerugian. Pekerja

nya dapat dipenuhi apabila ada peningkatan produktivitas yang memadai sesuai dengan ha-

dan pengusaha harus bisa mencapai kesepakat- an tentang tingkat upah nominal.

rapan pengusaha (Tjiptoherijanto, 1993; SME- RU, 2002). Peningkatan produktivitas pekerja

Penurunan produktivitas pekerja sebagai menunjukkan kenaikan kontribusi pekerja da- akibat krisis, menimbulkan kesulitan dalam pe-

lam menghasilkan output sehingga pekerja ber- nentuan tingkat upah nominal. Hal ini dikare-

hak memperoleh balas jasa lebih besar dan di- nakan upah nominal tegar untuk turun. Ke-

wujudkan dalam bentuk upah yang lebih ting- naikan produktivitas pekerja diikuti kenaikan

gi.

upah nominal, tetapi penurunan produktivitas Kenaikan nilai tukar dolar AS terhadap ru- pekerja tidak diikuti penurunan upah nominal.

piah menyebabkan kenaikan harga bahan ba- Hasil studi Susanto (2009) yang menganalisis

ku impor. Selanjutnya hal ini akan mengaki- upah nominal pekerja produksi di bawah man-

batkan industri kimia mengalami kesulitan un- dor pada industri makanan jadi, bahan pakai-

tuk mendapatkan bahan baku impor. Realisasi an, karet, dan plastik berdasar data sekunder

produksi industri kimia menjadi terlalu kecil menunjukkan bahwa upah nominal tegar untuk

dibandingkan kapasitas terpasang. Penurunan turun.

realisasi produksi berdampak pada penurunan Perbedaan studi ini dengan studi Susanto

produktivitas pekerja. Penurunan produktivi- (2009) terletak pada cakupan objek studi dan

tas pekerja menimbulkan kesulitan dalam pe- jenis data yang digunakan. Studi ini menga-

nentuan tingkat upah nominal. Tingkat upah nalisis ketegaran upah nominal untuk turun

nominal ditentukan antara lain berdasar pro- pada industri kimia. Industri kimia memili-

duktivitas pekerja yang mencerminkan kemam- ki kandungan bahan baku impor yang lebih

puan pekerja untuk menghasilkan output da- tinggi daripada kandungan bahan baku impor

lam waktu tertentu. Penurunan produktivitas

177 pekerja industri kimia menunjukkan penurun-

Susanto, J.

saha harus dapat menemukan cara untuk me- an sumbangan (kontribusi) pekerja dalam pro-

maksimalkan laba dengan menghilangkan ma- ses produksi. Hal ini akan menjadi alasan bagi

salah keagenan (McConnell et al., 2003). Pe- pengusaha untuk menurunkan upah.

ngusaha dapat saja menurunkan jumlah peker- Sementara itu, bagi pekerja upah merupakan

ja malas dengan melakukan pengawasan (mo- sarana untuk meningkatkan kesejahteraan pe-

nitoring ) terhadap pekerjanya dengan menggu- kerja dan keluarganya secara langsung. Ting-

nakan mandor (supervisi). Akan tetapi, peng- gi rendahnya upah berpengaruh langsung pada

gunaan mandor memerlukan biaya besar. Peru- kesejahteraan hidup pekerja (Tjiptoherijanto,

sahaan tidak mungkin memperkerjakan sejum- 1993). Penurunan upah nominal menyebabkan

lah mandor guna mengawasi setiap pekerja. penurunan konsumsi pekerja. Jumlah barang

Untuk itu diperlukan cara lain untuk memper- dan jasa yang dapat dibeli menjadi berkurang

temukan kepentingan pengusaha dengan pe- sehingga utilitas pekerja menurun. Oleh sebab

kerja. Salah satu cara yang dilakukan adalah itu, pekerja akan melakukan berbagai upaya

dengan cara memberikan upah tinggi bagi pe- agar pada saat produktivitas pekerja mengala-

kerjanya.

mi penurunan, upah nominal yang diterimanya Pada beberapa perusahaan, terutama yang

tidak turun. memperkerjakan pekerja terampil, seringkali

Di sisi lain, industri kimia yang terkena dam- tingkat upah yang diterima pekerja tersebut pak krisis ekonomi berupaya mempertahankan

melebihi tingkat upah minimum sekaligus me- kinerjanya. Upaya ini memerlukan kerja keras

lebihi tingkat upah pasar. Tingkat upah ini di- semua pihak termasuk pekerja. Pada umum-

namakan upah efisiensi (Bosworth et al., 1996). nya, pekerja industri kimia memiliki keahlian

Pemikiran dasar bagi model upah efisiensi ada- tinggi dan berpengaruh besar terhadap maju

lah bahwa terdapat keuntungan bagi perusaha- mundurnya perusahaan. Perusahaan akan ber-

an dengan memberikan upah lebih tinggi kepa- upaya memenuhi tuntutan pekerjanya walau-

da pekerjanya. Upah tinggi menjadikan ting- pun sedang mengalami kesulitan untuk mem-

ginya biaya kehilangan pekerjaan bagi seorang pertahankan apalagi meningkatkan pendapa-

pekerja. Hal tersebut menyebabkan pekerja be- tannya. Pengusaha juga berupaya melakukan

kerja lebih giat. Upah tinggi dapat menurun- rekonsiliasi dengan pekerja guna memperta-

kan jumlah pekerja malas (Romer, 2001). Upah hankan kinerja perusahaan. tinggi juga dapat meningkatkan effort dan ka-

pabilitas pekerja sehingga produktivitas peker- Upah Efisiensi

ja meningkat. Peningkatan produktivitas pe- kerja akan menurunkan biaya tenaga kerja per

Baik pekerja maupun pengusaha, keduanya unit output (McConnell et al., 2003). berkaitan erat dengan kelangsungan hidup

perusahaan. Namun demikian, dalam bebera- Pekerja akan memandang upah yang le- pa hal mereka memiliki perbedaan kepenting-

bih tinggi sebagai hadiah dari pengusaha dan an. Pengusaha ingin memaksimalkan laba, se-

membuat mereka bekerja lebih keras sebagai dangkan pekerja ingin memaksimalkan utilitas.

balas jasa atas kebaikan pengusaha. Suatu pe- Hal tersebut menyebabkan terjadinya masalah

kerjaan (jabatan) memerlukan motivasi. Pe- keagenan (principal agent problem). Pekerja se-

ngusaha menyadari hal ini dan berusaha me- bagai agent mungkin melakukan tindakan ber-

mengaruhi moral pekerjanya. Salah satunya beda dengan yang diinginkan pengusaha (prin-

adalah dengan menggunakan alat (instrument) cipal ).

upah. Pemberian upah tinggi dapat dibenar- Pekerja mungkin saja meningkatkan leisure

kan apabila dapat membuat pekerja termo- dengan cara malas bekerja. Untuk itu, pengu-

tivasi untuk bekerja keras yang akhirnya a-

178 Ketegaran Upah Nominal sebagai Sarana Rekonsiliasi... kan memberikan manfaat berupa laba bagi pe-

ngusaha. Tingkat upah yang rendah, seringkali membuat pekerja keluar dari perusahaan, hal ini tentu juga berkaitan dengan motivasi kerja yang rendah. Ini berarti terjadi motivasi tim- bal balik (reciprocity). Pekerja yang menerima upah lebih tinggi akan berpikir bahwa pengu- sahanya santun dan membalasnya dengan ke- sediaan dan motivasi untuk bekerja lebih keras.

Ketegaran Upah Nominal untuk Tu- run

Teori ekonomi untuk menjelaskan ketegaran upah nominal adalah adanya money illusion. Pelaku ekonomi dengan berbagai alasan lebih menyukai penentuan upah dalam nominal da- ripada riil. Pekerja merespons secara berbeda terhadap penurunan upah riil yang disebabkan oleh kenaikan harga dan yang disebabkan oleh penurunan upah nominal. Penurunan upah ri- il yang terjadi ketika inflasi melebihi kenaik- an upah nominal dinilai fair. Sebaliknya, penu- runan upah riil akibat penurunan upah nomi- nal dinilai tidak fair. Pekerja akan menolak pe- nurunan upah nominal karena akan menurun- kan upah riilnya relatif terhadap tingkat upah umum (Froyen, 1996).

Penurunan tingkat upah tidak disukai bu- kan saja oleh pekerja tetapi juga oleh pengu- saha. Bagi pengusaha yang menerapkan prin- sip upah efisiensi (seperti pada industri kimia), maka tidak ada untungnya bila pengusaha me- nurunkan upah nominal. Upah rendah menja- dikan pekerja malas dan selanjutnya akan ber- dampak negatif bagi kinerja perusahaan. De- ngan demikian akan lebih menguntungkan ba- gi pengusaha untuk mempertahankan tingkat upah nominal. Tingkat upah nominal bersifat tegar untuk turun (Bewley, 2004).

Salah satu alasan upah nominal tegar un- tuk turun selama masa resesi adalah adanya kontrak antara pekerja dengan pengusaha. Me- lalui kontrak tersebut disepakati bahwa peru- sahaan akan mempertahankan upah nominal, kecuali terdapat hal-hal yang di luar kendali

misalnya perusahaan mengalami kebangkrutan (McConnell et al., 2003). Pertimbangan peru- sahaan untuk mengadakan kontrak karena di- rasakan lebih mahal bila pekerja di perusahaan tersebut sering berganti. Perusahaan harus me- nanggung biaya rekrutmen dan pelatihan pe- kerja baru. Perusahaan lebih suka untuk mem- perkerjakan pekerja selama waktu tertentu gu- na menghindari biaya rekrutmen dan pelatihan pekerja baru.

Teori kontrak lebih menekankan pada ting- kat upah nominal stabil daripada pengerjaan (employment) yang stabil. Hal ini berdasarkan pemikiran bahwa pekerja lebih menyukai upah nominal stabil daripada pengerjaan stabil. Pe- kerja merasa bahwa tidak ada untungnya bila upah nominal diturunkan. Pekerja yang meng- anggur akan menerima tunjangan pengang- guran (unemployment benefit), mencari peker- jaan baru, atau menikmati leisure (kegiatan non-kerja). Adanya kontrak antara pihak pe- kerja dengan pengusaha menentukan tingkat upah nominal tertentu dan menjadikan nego- siasi upah sulit untuk dilakukan. Upaya penye- suaian upah nominal memerlukan biaya tran- saksi. Semakin sering penyesuaian upah nomi- nal dilakukan, semakin besar pula biaya tran- saksi yang diperlukan. Adanya biaya transak- si mendorong pekerja maupun pengusaha un- tuk menggunakan kontrak jangka panjang. Ba- ik pekerja maupun pengusaha cenderung un- tuk mempertahankan kontrak yang telah di- buat. Upaya mempertahankan kontrak meru- pakan suatu bentuk rekonsiliasi antara peker- ja dan pengusaha guna menjamin keberlang- sungan perusahaan. Penurunan upah nominal merupakan pelanggaran terhadap kesepakatan (kontrak) antara pekerja dengan pengusaha.

Hasil Studi Sebelumnya Agell dan Lundborg (2003) melakukan survei

tentang upah nominal dengan menyebarkan kuesioner kepada para manajer perusahaan manufaktur besar, sedang, dan kecil di Swe- dia. Studi tersebut menggunakan variabel fair-

Susanto, J.

179 ness , moral pekerja, jumlah pekerja, dan in-

tensitas serikat pekerja. Responden studi ini pada tahun 1991 berjumlah 179 perusahaan. Studi tersebut diulangi lagi pada tahun 1998 dengan sampel sejumlah 157 perusahaan. Res- ponden menyatakan bahwa penurunan upah nominal akan ditentang oleh para pekerja. Pe- kerja sangat memperhatikan aspek fairness da- lam pengupahan. Tindakan menurunkan upah nominal dinilai tidak adil. Hasil studi Age- ll dan Lundborg sangat mungkin dipengaruhi oleh hukum di Swedia yang membuat sulit un- tuk melakukan penurunan upah nominal. Hasil studi juga menunjukkan bahwa adanya rekon- siliasi dalam wujud hubungan yang baik antara pekerja dengan manajemen memiliki peran le- bih besar dibandingkan peran faktor upah dan pengawasan.

SMERU (2002) meneliti hubungan industrial di Indonesia setelah adanya kebebasan berseri- kat bagi pekerja (UU Nomor 21 Tahun 2000) pada berbagai perusahaan di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi (Jabotabek), Bandung, dan Surabaya. Studi ini menggunakan meto-

de deskriptif dengan variabel mencakup seri- kat pekerja, upah minimum, PKB, dan jum- lah perselisihan industrial. Hasil studi menun- jukkan bahwa aspek-aspek hubungan industri- al lainnya di tingkat perusahaan ternyata te- lah berjalan dengan baik. Pelaksanaan bebera- pa aspek hubungan industrial di tingkat peru- sahaan, seperti pemberlakuan UMP, keberada- an serikat pekerja, dan keberadaan PKB telah berjalan cukup baik. Serikat pekerja merupa- kan sarana efektif untuk meminimalkan gejolak pekerja yang lebih besar, karena mereka cende- rung memprioritaskan negosiasi di tingkat per- usahaan dan hanya menggunakan pemogokan sebagai pilihan terakhir. Sebagian besar konflik hubungan industrial dapat diselesaikan secara bipartit.

Suryahadi et al. (2003) mengkaji dampak ke- naikan upah minimum pada tingkat employ- ment dengan menggunakan pendekatan eko- nometri pada berbagai lapangan usaha. Data

studi merupakan data runtun waktu (time seri- es ) dengan variabel mencakup upah minimum, produk domestik bruto, dan jumlah penduduk. Hasil studi menunjukkan bahwa kenaikan upah minimum berdampak negatif terhadap tingkat pengerjaan sektor formal, kecuali untuk peker- ja non-produksi. Untuk semua pelaku, elastisi- tas pengerjaan total terhadap upah minimum berkisar -0,1 dan signifikan secara statistik. Hal ini berarti setiap kenaikan upah minimum se- besar 10%, akan mengurangi sekitar 1% ting- kat pengerjaan (employment). Untuk pekerja muda, perempuan, dan berpendidikan rendah maka elastisitas pengerjaan terhadap upah mi- nimum lebih tinggi, artinya lebih rentan ter- hadap kenaikan upah minimum. Pemutusan hubungan kerja terjadi terutama pada kelom- pok pekerja tersebut. Sementara itu, pekerja non-produksi merupakan kelompok yang diun- tungkan dari kenaikan upah minimum. Elas- tisitas pengerjaan pekerja non-produksi terha- dap upah minimum bernilai positif. Hal ini ber- arti bila terjadi kenaikan upah minimum, ma- ka akan terjadi penggantian pekerja produk- si dengan pekerja non-produksi, sehingga ting- kat pengerjaan pekerja non-produksi mengala- mi kenaikan.

Oyer (2005) menguji ketegaran upah nomi- nal untuk turun di AS berdasar data tahun 1953–1977. Data studi mencakup berbagai in- dustri dan termuat pada publikasi dari US Bu- reau of Labor Statistics (BLS), dengan varia- bel ekonomi makro meliputi pertumbuhan, in- flasi, dan pengangguran. Variabel pertumbuh- an merupakan proksi bagi produktivitas pe- kerja secara makro. Studi tersebut mengguna- kan alat analisis ekonometri dan metode esti- masi ordinary least square (OLS). Hasil studi menunjukkan bahwa upah nominal bersifat te- gar untuk turun, sehingga perusahaan meng- alami kesulitan untuk menurunkan upah no- minal termasuk pada saat kondisi perekonomi- an memburuk. Untuk itu, perusahaan meng- gunakan skema tunjangan. Biaya tenaga ker- ja terdiri dari upah dan tunjangan. Pada saat

Ketegaran Upah Nominal sebagai Sarana Rekonsiliasi...

tingkat inflasi tinggi, upah nominal cenderung pekerja, dan intensitas modal. Studi ini meng- naik agar nilai riil upah tidak mengalami pe-

gunakan alat analisis regresi dengan metode es- nurunan. Perusahaan dapat menurunkan biaya

timasi OLS. Hasil studi menunjukkan bahwa tenaga kerja dengan cara menurunkan tunjang-

penurunan produktivitas pekerja tidak menga- an.

kibatkan penurunan upah pokok pekerja pro- Holden dan Wulfsberg (2007) meneliti kete-

duksi di bawah mandor, sehingga pokok pe- garan upah nominal untuk turun pada bebera-

kerja produksi tegar untuk turun. Sementara pa industri manufaktur di negara-negara Orga-

itu, penurunan produktivitas pekerja berdam- nisation for Economic Co-operation and Deve-

pak pada penurunan upah lembur pekerja pro- lopment (OECD) selama tahun 1973–1999. Va-

duksi di bawah mandor.

riabel studi mencakup intensitas serikat peker- ja dan tingkat pengangguran. Sementara itu,

Metode

alat analisis studi menggunakan ekonometri de- ngan data runtun waktu dan metode estimasi

Studi ini menggunakan data Statistik Indus- OLS. Hasil analisis menunjukkan bahwa upah

tri 1997 sampai dengan Statistik Industri 2006 nominal bersifat tegar untuk turun. Faktor te-

yang dipublikasikan BPS. Dalam periode ini kanan serikat pekerja dan ketatnya undang-

terjadi krisis ekonomi yang ditandai oleh rela- undang perlindungan tenaga kerja di negara-

tif rendahnya pemanfaatan kapasitas terpasang negara OECD menjadikan upah nominal tegar

sektor industri, termasuk industri kimia diban- untuk turun. Pada saat pengangguran rendah,

dingkan kapasitas terpasang periode sebelum- upah nominal akan semakin tegar untuk turun.

nya. Sementara itu setelah tahun 2006 peman- Dohmen et al. (2008) meneliti perkembang-

faaatan kapasitas terpasang sudah mengala- an tingkat upah nominal pada perusahaan-

mi kenaikan sebagaimana kapasitas terpasang perusahaan manufaktur di Rusia selama kri-

periode sebelum krisis. Studi ini menganalisis sis keuangan (1997–2002). Studi ini mengguna-

upah nominal pekerja produksi. Hal ini dike- kan alat analisis deskriptif dan ekonometri run-

ranakan sebagian besar pekerja industri kimia tun waktu dengan metode estimasi OLS. Varia-

adalah pekerja produksi.

bel studi meliputi masa kerja, umur dan status Data studi mencakup upah nominal dan pro- pekerja, tingkat pendidikan pekerja, serta sta-

duktivitas pekerja produksi. Sementara itu, da- tus pekerjaan. Hasil studi menunjukkan bahwa

ta upah minimum provinsi diambil dari pu- selama krisis keuangan, perusahaan tidak me-

blikasi Kementerian Tenaga Kerja dan Trans- nurunkan upah nominal karena akan mengaki-

migrasi 1 . Selanjutnya, data sekunder ini di- batkan pekerja keluar dari perusahaan. Walau-

lengkapi dengan data primer sebagai sarana pun perusahaan dapat menghindari penurunan

untuk memperoleh informasi yang tidak da- upah nominal, tetapi tidak mampu menghinda-

pat diperoleh dari data sekunder. Data pri- ri penurunan upah riil akibat inflasi.

mer diperoleh melalui wawancara dengan me- nelepon kepada pejabat (direktur atau mana-

Susanto (2009) menguji ketegaran upah no- jer) pada perusahaan kimia yang menjadi res- minal pekerja produksi di bawah mandor pada ponden. Wawancara dilakukan kepada direktur industri besar dan sedang makanan jadi, bahan atau manajer karena materi wawancara terka- pakaian, karet, dan plastik. Studi ini menggu- it dengan kebijakan perusahaan. Lokasi peru- nakan data sekunder dari Badan Pusat Statis- sahaan kimia yang menjadi sampel penelitian tik (BPS) yang tercantum pada publikasi Sta- tersebar di berbagai daerah mulai dari Ban- tistik Upah 1997 sampai dengan Statistik Upah

2005 . Data studi mencakup upah nominal pe- kerja produksi di bawah mandor, produktivitas

1 www.nakertrans.go.id .

181 ten, Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.

Susanto, J.

kan bobot jumlah perusahaan di tiap-tiap Lokasi perusahaan yang tersebar dan keterba-

provinsi.

tasan waktu dari direktur dan manajer menjadi Variabel upah dinyatakan dalam nilai no- kendala untuk melakukan wawancara langsung

minal, sedangkan untuk variabel produktivitas dengan menemui pejabat tersebut. Untuk itu

pekerja digunakan nilai riil. Pengenaan nilai wawancara dilakukan melalui telepon.

nominal pada variabel upah dikarenakan stu- Sampel yang diambil untuk studi ini pada

di ini mengkaji ketegaran upah nominal. Se- mulanya sejumlah 30 perusahaan kimia yang

mentara itu, produktivitas pekerja merupakan termasuk dalam 8 industri kimia (KLUI 5 di-

ukuran jumlah output yang dapat dihasilkan git) yang menjadi objek studi ini. Akan tetapi,

setiap pekerja. Penggunaan nilai riil pada va- sampai dengan studi ini ditulis, hanya sejumlah

riabel produktivitas pekerja lebih tepat karena delapan perusahaan kimia yang bersedia diwa-

dapat menunjukkan jumlah output riil yang di- wancarai. Sebagian perusahaan tidak bersedia

hasilkan setiap pekerja.

diwawancarai dan lainnya meminta penunda- Dalam studi ini, cakupan kelompok industri an. Dengan demikian, data primer dari dela-

dibatasi pada industri kimia dengan kandung- pan perusahaan kimia tersebut adalah jumlah

an bahan baku impor tinggi. Hal ini dikarena- maksimum yang dapat diperoleh dan merupa-

kan krisis moneter akan berdampak pada ki- kan konfirmasi kualitatif terhadap hasil analisis

nerja industri yang memiliki kandungan ba- kuantitatif.

han baku impor tinggi. Subsektor industri ki- Berikut ini dijelaskan definisi operasional da-

mia yang diteliti mencakup kelompok industri ri masing-masing variabel:

berikut: (1) kimia dasar anorganik khlor dan alkali; (2) kimia dasar anorganik gas industri;

Upah nominal pekerja produksi (W) (3) kimia dasar anorganik pigmen; (4) kimia adalah keseluruhan pengeluaran upah un- dasar anorganik yang tidak diklasifikasikan di tuk pekerja produksi pada industri besar tempat lain; (5) kimia dasar organik, bahan ba- dan sedang kimia dibagi jumlah pekerja ku zat warna dan pigmen; (6) kimia dasar or- produksi pada industri tersebut. Satuan ganik bersumber minyak bumi, gas bumi, dan yang digunakan adalah ribu rupiah per pe- batu bara; (7) kimia dasar organik yang meng- kerja. hasilkan bahan kimia khusus; serta (8) damar Produktivitas pekerja (Y) adalah nilai ri- buatan dan bahan plastik. il barang yang dihasilkan oleh industri be-

sar dan sedang kimia dibagi jumlah pe- Studi ini mengamati dampak perubahan kerja pada industri tersebut. Satuan pro-

produktivitas pekerja terhadap tingkat upah duktivitas pekerja adalah ribu rupiah per

nominal pekerja produksi pada beberapa sub- pekerja. Dalam studi empiris, konsep pro-

sektor industri kimia selama kurun waktu duk rata-rata sebagai proksi bagi produk-

1997–2006 sehingga dilakukannya observasi tivitas pekerja lebih banyak digunakan da-

terhadap sejumlah objek (industri) selama be- ripada konsep produk marjinal. Selanjut-

berapa periode. Sehingga berbentuk data panel nya diasumsikan bahwa produk rata-rata

yang merupakan gabungan dari data belah si- pekerja mencapai nilai maksimum sehing-

lang dan runtun waktu. Data panel memiliki

ga nilai produk rata-rata pekerja sama de- beberapa keunggulan sebagai berikut (Baltagi, ngan nilai produk marjinal pekerja.

Upah Minimum Provinsi (UPMIN) ada-

1. Data panel mampu mengontrol hetero- lah rata-rata upah minimum provinsi yang

genitas individual. Individu, perusahaan, berlaku di provinsi tempat perusahaan ki-

ataupun daerah bersifat heterogen. Data mia berlokasi. Untuk variabel ini diberi-

panel mampu mengontrol varian tempat

Ketegaran Upah Nominal sebagai Sarana Rekonsiliasi...

dan waktu, sedangkan data runtun wak-

dengan:

tu dan belah silang tidak mampu. Studi W : upah nominal pekerja; berdasarkan data runtun waktu dan belah

Y : produktivitas pekerja; silang tidak dapat mengontrol heterogeni-

DU M : variabel dummy. Variabel DU M ber- tas sehingga hasil yang diperoleh bias.

nilai 1 bila produktivitas pekerja turun

2. Data panel lebih banyak memberikan in- dan bernilai 0 untuk yang lain. formasi, variabilitas, derajat kebebasan

(degree of freedom), dan mengurangi ko- Sementara itu, b 1 dan b 2 adalah koefisien linieritas antar-variabel.

yang merepresentasikan respons terhadap upah

3. Data panel lebih mampu untuk menga- nominal dari produktivitas pekerja dan perka- mati dinamika penyesuaian. Estimasi de-

lian produktivitas pekerja dengan suatu varia- ngan data belah silang dapat mengesti-

bel dummy (DU M ). Tanda koefisien yang di- masi kondisi variabel pada saat tertentu.

harapkan dari Persamaan (1) adalah b 1 →0 dan Apabila estimasi belah silang diulang, ma-

b 2 ➔0.

ka dapat menunjukkan bagaimana kondi- Studi ini menggunakan analisis regresi da- si tersebut berubah sepanjang waktu pe-

ta panel berdasarkan model koreksi kesalahan ngamatan. Dengan data panel yang ber-

(Error Correction Model /ECM). Model korek- perspektif panjang, perubahan-perubahan

si kesalahan ECM memiliki keseimbangan yang tersebut dapat diamati sehingga kecepat-

tetap dalam jangka panjang antar-variabel- an penyesuaian ekonomi dapat diikuti per-

variabel ekonomi. Apabila dalam jangka pen- kembangannya.

dek terdapat ketidakseimbangan, maka ECM

4. Data panel mampu mengidentifikasi dan akan melakukan koreksi pada periode beri- mengukur dampak yang tidak terdeteksi

kutnya. Mekanisme koreksi kesalahan meru- dalam data runtun waktu dan belah silang

pakan penyelaras perilaku jangka pendek dan murni.

jangka panjang. Melalui mekanisme ini, ma-

5. Data panel memungkinkan untuk memba- salah regresi lancung dapat dihindari dengan ngun dan menguji model perilaku secara

penggunaan variabel-variabel difference, tanpa lebih lengkap daripada data runtun waktu

menghilangkan informasi jangka panjang aki- dan belah silang murni. Pada model yang

bat penggunaan data difference. mengandung variabel senjang, dapat dila-

Salah satu keunggulan model ECM adalah kukan pembatasan dan restriksi yang lebih

bahwa model ini lebih realistis dalam meng- sedikit.

hubungkan kenyataan yang terjadi dengan te-

6. Data panel diperoleh dari unit mikro mi- ori ekonomi. Dalam kenyataannya, variabel- salnya individu perusahaan. Banyak vari-

variabel ekonomi saling memengaruhi dan se- abel yang dapat diukur dengan lebih tepat

nantiasa mengalami perubahan dari waktu ke pada tingkatan mikro sehingga bias karena

waktu. Kebanyakan variabel ekonomi tidak agregasi beberapa perusahaan dapat diku-

terlepas satu sama lain dan secara bersama- rangi.

sama akan menuju keseimbangan. Keseimbang- an jangka panjang akan tercapai pada saat variabel-variabel ekonomi tersebut sudah tidak

Model Ketegaran Upah Nominal un- memiliki kecenderungan untuk berubah. Da-

tuk Turun lam kondisi ini, yang diinginkan (desired ) sa-

Mengacu pada hubungan antara upah dengan ma dengan yang terjadi (actual ). Keseimbang- produktivitas, dapat dibangun model berikut.

an jangka panjang tercapai melalui proses pe- nyesuaian yang terjadi dalam jangka pendek,

W t ✏b 0 b 1 Y t b 2 DU M t Y t u t

ditandai dengan pergerakan variabel-variabel

183 ekonomi menuju keseimbangan. Kemampuan

Susanto, J.

Perbedaan antar-unit belah silang ditun- ECM melakukan koreksi dari ketidakseimbang-

jukkan oleh perbedaan intersep. Untuk sejum- an jangka pendek menuju keseimbangan jang-

lah N unit belah silang, maka akan terdapat ka panjang, mendorong dilakukannya berba-

sejumlah N intercept. Masing-masing intersep gai studi empiris untuk membuktikan fenome-

tersebut tidak berubah-ubah menurut waktu na yang terjadi dengan teori yang mendasari.

(time invariant), sedangkan slope (koefisien re- Studi ini menganalisis ketegaran upah nomi-

gresi) tidak berbeda antar-unit belah silang nal untuk turun pada industri kimia. Berda-

dan antar-waktu.

sarkan Persamaan (1) dilakukan pembentukan Sementara itu, dalam model RE, maka in- model dinamis dengan memasukkan lag, baik

tersep α terdistribusi secara acak untuk setiap pada variabel sisi kanan maupun sisi kiri persa-

unit belah silang. Dalam model ini diasumsikan maan. Dengan memasukkan variabel upah mi-

bahwa unit-unit belah silang memiliki nilai in- nimum (U P M IN ) dan unsur koreksi kesalah-

tersep yang seragam (common) α, tetapi secara an, diperoleh model ketegaran upah nominal

individu terdapat perbedaan intersep yang ter- untuk turun.

cermin dari error term ε i . Komponen kesalah- ➳ k

an ε i menunjukkan deviasi intercept individual dLW it ✏α 1 ω ij dLW it ✁j

β ij dLY it ✁j

secara acak dari nilai rata-ratanya.

Kesalahan dalam memilih model yang benar ➳ k

j ✏1

j ✏0

akan berdampak pada kesalahan interpretasi. γ ij dLY it ✁j ✝ DUM it

Penggunaan variabel dummy yang begitu ba-

nyak dalam model FE akan berdampak pada ➳ k δ ij dLU P M IN

berkurangnya degree of freedom. Berdasarkan

i,t ✁j

pertimbangan ini, maka model RE memiliki ke- unggulan. Akan tetapi, model FE juga memili-

j ✏1

λ ij ECT i,t ✁1 e it

ki keunggulan lain. Pada model FE, tidak perlu

justifikasi guna memperlakukan efek individual dengan: yang tidak berkorelasi dengan variabelvariabel

i : macam industri kimia (unit belah silang); bebas sebagaimana diasumsikan dalam model t : dimensi waktu.

RE. Konsistensi pada model RE berkurang bila W : upah nominal pekerja produksi;

beberapa variabel berkorelasi dengan efek indi- Y : produktivitas pekerja;

vidual (Greene, 2000).

DU M : variabel dummy; U P M IN : upah mininum provinsi;

Asumsi dalam model regresi adalah bahwa ECT

: Error Correction Term (unsur koreksi E ♣u it ④x it q ✏ 0. Residual u it dimungkinkan ber- kesalahan).

korelasi dengan x it , misalnya dalam estimasi fungsi pendapatan, u it yang menunjukkan pen-

Model regresi data panel berbeda dengan re- dapatan yang tidak terobservasi mungkin ber- gresi berdasarkan data runtun waktu maupun

korelasi dengan tingkat pendidikan sebagai va- belah silang yang tercermin dari efek indivi-

riabel regressor. Dalam kasus ini, E ♣u it ④x it q✘ dual ditunjukkan oleh intersep yang bersifat

0 dan estimasi GLS ( ˆ β RE ) menjadi bias dan konstan selama periode t dan spesifik untuk

tidak konsisten. Sementara estimasi dengan setiap unit belah silang i. Dalam regresi data

transformasi Within menghapus u i sehingga panel terdapat dua model dasar yaitu model fi-

β ˜ FE tidak bias dan konsisten. Baltagi (2003) xed effects (FE) dan random effects (RE). Pada

menganalisis perbandingan antara ˆ β RE dan model FE, maka intersep diasumsikan spesifik

β ˜ FE . Keduanya akan menghasilkan estimator untuk setiap unit belah silang.

yang konsisten jika hipotesis nol E ♣u it ④x it q✏0

Ketegaran Upah Nominal sebagai Sarana Rekonsiliasi...

observasi tidak stasioner atau stasioner, digu- sisten baik jika hipotesis nol ditolak maupun

tidak ditolak. Koefisien ˜ β FE akan tetap kon-

nakan uji akar-akar unit. Data studi ini meru- tidak ditolak. Koefisien ˆ β RE merupakan esti-

pakan data panel sehingga dilakukan uji akar- mator yang Best Linear Unbiased Estimator

akar unit berdasar data panel. Berbagai litera- (BLUE), konsisten, dan efisien jika hipotesis

tur menunjukkan bahwa uji akar-akar unit de- nol E ♣u it ④x it q ✏ 0 tidak ditolak, tetapi akan

ngan data panel memiliki kekuatan lebih tinggi merupakan estimator yang tidak konsisten jika

daripada uji akar-akar unit pada data runtun hipotesis nol E ♣u it ④x it q ✏ 0 ditolak.

waktu. Pengujian akar-akar unit dalam studi Untuk menguji model yang unggul apakah

ini menggunakan model Im et al. (2003). Pe- model FE ataukah RE, maka dilakukanlah uji

ngujian akar-akar unit Im memiliki small sam- Hausman. Pengujian Hausman dilakukan ber-

ple properties yang lebih baik daripada pengu-

jian Levin dan Lin pada saat N melebihi T . potesis nol ˆ β FE ✁ ˜β RE ✏ 0, berarti kedua mo-

dasar perbedaan dari ˜ β FE dan ˆ β RE , dengan hi-

Hasil simulasi Monte Carlo yang dilakukan oleh del estimasi tidak berbeda. Uji Hausman akan

Im et al. (2003) menunjukkan bahwa uji t-bar menguji hipotesis yang menyatakan efek indi-

dari model yang dihasilkannya lebih baik di- vidual berkorelasi dengan variabel-variabel be-

bandingkan model yang dikemukakan oleh Le- bas. Apabila efek individual berkorelasi dengan

vin dan Lin.

variabel-variabel regessor, maka melanggar sa- Pengujian akar-akar unit model Im et al. lah satu asumsi Gauss-Markov sehingga model

(2003) memperhitungkan intersep, sedangkan yang dipilih adalah FE. Untuk Σ digunakan ko-

untuk tren linier bisa diperhitungkan dalam pe- varian matriks dari slope estimator pada model

ngujian maupun tidak. Berdasarkan hasil simu- FE (estimator konsisten) dan RE (estimator

lasi Monte Carlo menunjukkan bahwa pengu- efisien) di luar konstanta. Uji Hausman akan

jian akar-akar unit dengan memperhitungkan mengikuti distribusi menurut Chi-Square de-

tren linier cenderung memiliki kekuatan uji ngan derajat kebebasan sesuai jumlah variabel

yang lebih rendah untuk T dan N kurang dari bebas (k). Apabila nilai m lebih kecil daripa-

25 (Im et al., 2003; Moon et al., 2005). Un- pada derajat keyakinan tertentu, maka

tuk itu, pengujian akar-akar unit dalam studi model yang dipilih adalah RE. Sebaliknya, bi-

da χ 2

2 la nilai m lebih besar daripada χ ini dilakukan dengan memasukkan intersep sa- maka model ja tanpa memasukkan tren linier.

yang pilih adalah FE. Hasil uji akar-akar menunjukkan bahwa vari-

abel upah pekerja produksi (W ) stasioner pada

Hasil dan Analisis

level, sedangkan variabel produktivitas peker- ja (Y ) dan upah minimum provinsi (U P M IN )

Salah satu konsep penting dalam teori ekono- tidak stasioner pada level. Untuk itu, uji akar- metri adalah anggapan stasioneritas variabel-

akar unit perlu dilanjutkan dengan uji derajat variabel yang akan diestimasi. Data yang sta-

integrasi. Selanjutnya, hasil uji derajat integra- sioner memiliki kecenderungan untuk kembali

si menunjukkan bahwa seluruh variabel memi- menuju nilai rata-ratanya. Sementara itu, da-

liki statistika t bertanda negatif dengan nilai ta yang non-stasioner tidak memiliki kecen-

mutlak melebihi nilai kritis. Dengan demikian derungan untuk kembali menuju nilai rata-

seluruh variabel telah stasioner pada derajat ratanya. Apabila dua atau lebih variabel tidak

integrasi pertama (Tabel 1). stasioner, maka regresi yang menggunakan da-

Pada derajat integrasi pertama, variabel- ta tersebut menghasilkan estimator yang bias

variabel dalam model persamaan upah nomi- dan tidak konsisten.

nal memiliki kecenderungan untuk kembali me- Untuk mengetahui apakah variabel yang di-

nuju nilai rata-ratanya. Penggunaan variabel

Susanto, J.

Tabel 1: Hasil Uji Akar-Akar Unit dan Derajat Integrasi

Differensi Pertama Variabel

Aras (level)

Nilai Kritis (α=5%) LNW1it

t-statistik

Nilai Kritis (α=5%)

-1,645 LNUPMIN i,t

LNY2 i,t

-1,645 Sumber: Im et al. (1997), diolah Keterangan: ** signifikan pada taraf 5%

stasioner dalam model regresi dapat menghin- kategori kedua, 2 dari 3 uji menggunakan ko- darkan dari masalah spurious regression. Re-

reksi non-parametrik, sementara kategori keti- gresi yang menggunakan data stasioner (sta-

ga menggunakan uji ADF. bil) menghasilkan estimator yang tidak bias

Hasil pengujian kointegrasi menunjukkan dan konsisten. Dengan demikian, hasil estima-

adanya penolakan terhadap hipotesis H0 yang si model persamaan upah nominal dengan da-

menyatakan tidak adanya kointegrasi antar- ta first difference menunjukkan bahwa terda-

variabel untuk model panel Philips-Perron sta- pat hubungan yang signifikan secara statistik

tistik dan panel ADF statistik, baik menurut antar-variabel dalam model regresi. Selanjut-

pooling within dimension maupun between di- nya model analisis akan dibangun berdasarkan

mension . Hal ini berarti berdasarkan model variabel-variabel yang stasioner yaitu variabel

statistik panel kointegrasi nomor 3, 4, 6, dan pada derajat integrasi pertama.

7 dari model yang dibangun Pedroni (1999) Setelah variabel stasioner pada derajat in-

menunjukkan adanya kointegrasi untuk kese- tegrasi pertama, maka pengujian dilanjutkan

luruhan model. Adanya kointegrasi menunjuk- dengan uji kointegrasi guna mengetahui apa-

kan bahwa untuk suatu set variabel dalam seti- kah suatu set variabel berkointegrasi atau ti-

ap model terdapat suatu kombinasi linier dari dak. Pendekatan ini berkaitan dengan kemung-

variabel-variabel tersebut yang stasioner (sta- kinan adanya hubungan keseimbangan jangka

bil). Residual yang dihasilkan dari estimasi se- panjang antar-variabel ekonomi seperti yang

tiap model adalah stasioner I ♣0q. Hal ini berar- dikehendaki dalam teori ekonomi. Kointegra-

ti variabel-variabel dalam model tersebut me- si mengacu pada pemikiran bahwa untuk su-

miliki hubungan keseimbangan jangka panjang atu set variabel terdapat suatu kombinasi li-

sesuai dengan teori (Tabel 2). Model yang dies- nier dari variabel-variabel tersebut yang sta-

timasi memiliki konsistensi dalam jangka pan- sioner. Apabila terdapat hubungan kointegrasi

jang, atau setidaknya terdapat hubungan ka- di antara dua variabel, maka setidaknya terda-

usalitas dalam satu arah di antara variabel- pat hubungan kausalitas jangka panjang dalam

variabel dalam model tersebut. satu arah di antara kedua variabel tersebut.

Salah satu isu penting dalam pembentukan Pengujian kointegrasi dalam studi ini menggu-

model dinamis adalah penentuan panjang lag. nakan model Pedroni (1999).

Hal ini dikarenakan lag terlalu pendek berisiko Pedroni (1999) membahas pengembangan

terjadi kesalahan spesifikasi model, sedangkan tujuh statistik panel kointegrasi; yaitu 4 ber-

lag terlalu panjang banyak mengurangi derajat dasarkan pooling within dimension dan 3 ber-

kebebasan. Untuk menghindari kesalahan spe- dasarkan pooling between dimension. Pada ka-

sifikasi, penentuan panjang lag dalam studi ini tegori pertama, 3 dari 4 pengujian menca-

menggunakan kriteria Akaike (Akaike informa- kup penggunaan koreksi non-parametrik dari

tion criterion /AIC). Hal ini dikarenakan kri- Philips-Perron (1988), sedangkan model keem-

teria Akaike (AIC) lebih unggul dibandingkan pat dengan parameter berdasar uji ADF. Pada

kriteria lain (Liew, 2004). Nilai kriteria Aka-

Ketegaran Upah Nominal sebagai Sarana Rekonsiliasi...

Tabel 2: Hasil Uji Kointegrasi Pedroni

No.

Panel Statistik

Kriteria Nilai Kritis Pedroni

1 Panel V-stat

2 Panel Rho-stat

3 Panel PP-stat

4 Panel ADF-stat

5 Panel Rho-stat

6 Panel PP-stat

7 Panel ADF-stat

Variabel terikat LW i,t Variabel bebas LY i,t , DU M LY i,t , LU P M IN i,t

Sumber: Hasil Pengolahan Penulis Keterangan: ** signifikan pada taraf 5%

ike (AIC) yang lebih kecil menunjukkan mo- kan dalam 1 tahun. Nilai koefisien determina- del yang lebih baik. Berdasarkan hasil estimasi

si (R 2 ) sebesar 0,6463. Hal ini berarti sebesar Vector Autoregression (VAR), maka nilai AIC

64,63% variasi upah nominal pekerja produk- minimum terjadi pada saat panjang lag ada-

si dapat dijelaskan oleh variasi produktivitas lah satu tahun. Estimasi VAR dengan panjang

pekerja dan upah minimum provinsi, sisanya lag 1 akan terhindar dari kesalahan spesifikasi

dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Se- model dan masalah pengurangan derajat kebe-

mentara itu, nilai F hitung sebesar 5,93 dan sig- basan. Dalam penentuan upah nominal, pelaku

nifikan (nilai F tabel (5%) = 2,04). Hal ini berar- ekonomi mempertimbangkan variabel-variabel

ti variabel-variabel bebas secara bersama-sama ekonomi pada tahun berjalan dan satu tahun

berpengaruh pada variabel terikat. lalu.

Berdasarkan hasil estimasi, terdapat bebera- Setelah diketahui panjang lag optimum ada-

pa variabel yang tidak signifikan seperti per- lah satu tahun, maka dilakukan pengujian Ha-

ubahan upah nominal pekerja produksi satu usman untuk mengetahui model data panel

tahun yang lalu (DLW i,t ✁1 ) dan upah mini- yang tepat, apakah FE ataukah RE. Hasil pe-

mum (DLU P M IN i,t ). Koefisien regresi upah ngujian Hausman menunjukkan nilai m sebe-

nominal pekerja produksi tahun sebelumnya

(DW 1 i,t ✁1 ) yang tidak signifikan menunjukkan sebesar 11,07. Dengan demikian, nilai m lebih

sar 25,58. Sementara itu nilai χ 2 tabel (α=5%)

bahwa kenaikan upah nominal pekerja produk- besar daripada χ 2 sehingga model yang dipilih

si industri kimia pada tahun lalu tidak diikuti adalah FE.

oleh kenaikan upah yang sama pada tahun ber- Selanjutnya, melalui estimasi model FE dan

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24