PENGARUH PENERIMAAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA KOTAKABUPATEN DI WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT

  

PENGARUH PENERIMAAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI

DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

PADA KOTA/KABUPATEN DI WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT

  

R. Budi Hendaris

  Program Studi Akuntani Universitas Jenderal Achmad Yani Jl. Terusan Jenderal Sudirman PO.BOX 148 Cimahi budihendaris@ymail.com

  

Abstrak - Masalah dalam penelitian ini yaitu apakah pengaruh Penerimaan Pajak Daerah Dan Retribusi

Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah secara parsial maupun secara simultan berpengaruh

signifikan secara positif. Penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah perlu mendapat perhatian suatu

Pemerintah Daerah dalam melaksanakan otonomi keuangan daerah. Karena seyognya suatu Pemerintah

Daerah yang telah berotonomi harus memiliki kemampuan kemandirian keuangan daerah.

  

Penelitian ini bertujuan untuk : mengetahui bagaimana pengaruh penerimaan pendapatan Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah.

Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriftif verifikatif bersifat kausalitas. Metode yang

digunakan adalah dengan menggunakan metode survey laporan Realisasi Anggaran Kota/Kabupaten di

Wilayah Jawa Barat. Dengan alat uji menggunakan metode Regresi Berganda.Unit analitis dalam penelitian ini

adalah Laporan Realisasi Anggaran pada Kota / Kabupaten di Wilayah Provinsi Jawa Barat.

Hasil penelitian menunjukan Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di Kabupaten dan

Kotamadya di Jawa Barat berpengaruh positif secara simultan terhadap peningkatan pendapatan asli daerah

dengan besar pengaruh sebesar 51,51%, sedangkan secara parsial pajak daerah berpengaruh positif terhadap

peningkatan pendapatan asli daerah, namun untuk variabel retrbusi daerah secara parsial tidak berpengaruh

terhadap peningkatan pendapatan asli daerah.

  Kata Kunci : Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Peningkatan Pendapatan Asli Daerah.

  Tabel 1 Uji Chow test atau Likelihood Ratio test

  3.1 Hasil Model Regresi

  effect dan sebaliknya.

  Jika nilai CHOW Statistics (F Stat) hasil pengujian lebih besar dari F tabel (Jika P-Value < α), maka hasil uji tolak H0 dan terima H1 sehingga model yang akan digunakan adalah model fixed

  untuk seluruh individu. Terkadang asumsi bahwa setiap unit cross section memiliki perilaku yang sama cenderung tidak realistis mengingat dimungkinkan saja setiap unit cross section memiliki perilaku yang berbeda. Untuk itu dipergunakan Chow Test . Dasar penolakan terhadap hipotesa nol tersebut adalah dengan menggunakan F Statistik. Hipotesis dalam uji ini adalah sebagai berikut : H0 :Pooled Least Square (PLS) H1 :Fixed Effect Model (FEM)

  model dimana menerapkan intercept yang sama

  Untuk mengetahui model Pooled Least Square (PLS) atau Fixed Effect Model (FEM) yang akan dipilih untuk estimasi data dapat dilakukan dengan uji F-test atau uji Chow Test. PLS adalah restricted

  3.1.1 Pemilihan Model Pool Effect dan Model Fixed Effect

  Data yang digunakan dalam membentuk model regresi pada penelitian ini berupa pool datayaitu gabungan antara 5 periode data timeseries (Tahun 2008

  Secara administratif pemerintahan, wilayah Jawa Barat terbagi kedalam 26 kabupaten/kota, meliputi 17 kabupaten yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bandung Barat dan 9 kota yaitu Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kota Cirebon, Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya, dan Kota Banjar

  I.PENDAHULUAN

  III.PEMBAHASAN

  Pengertian retribusi daerah menurut UU No 34 Tahun 2000 adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Jenis retribusi diantaranya meliputi retribusi jasa umum, jasa usaha dan retribusi perizinan tertentu. Pengertian Pendapatan Asli daerah menurut Undang-Undang No 32 Tahun 2004 adalah pendapatan daerah yang bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Berdasarkan Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tersebut terdapat hubungan bahwa besar kecilnya pendapatan asli daerah suatu kabupaten/kotamadya ditentukan oleh penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah.

  Menurut UU No 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah definisi pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiyai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Jenis-jenis pajak daerah kotamadya dan kabupaten diantaranya meliputi pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan dan pengolahan bahan golongan C.

  II.LANDASAN TEORI

  Dalam perkembangannya pelaksanaan otonomi daerah tidak diiringi dengan mandirinya keuangan pemerintah daerah, khususnya di pemerintah kabupaten kota yang ada di Jawa Barat. Hal mencerminkan masih tergantungnya pemerintah daerah terhadap kucuran dana dari pemerintah pusat berupa dana perimbangan dari pemerintah pusat. Oleh karena itu menjadi fenomena dalam penelitian ini mengenai kemandirian keuangan pemerintah daerah tersebut meskipun kecenderungan pendapatan asli daerahnya meningkatnya. Beberapa faktor yang bisa menentukan besarnya pendapatan asli daerah yang menjadi bahan kajian dalam penelitian ini adalah mengenai besarnya pendapatan pajak daerah dan retribusi daerah. Untuk mengetahui apakah pajak daerah dan retribusi daerah secara simultan maupun secara parsial berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan asli daerah.

  Sumber pendapatan pelaksanaan pemerintah daerah adalah salah satunya Pendapatan Asli Daerah (PAD). Menurut Undang-Undang No32 Tahun 2004 yang dirinci dalam PP No 71 Tahun 2010, sumber pendapatan asli daerah terdiri dari pendapatan pajak daerah, pendapatan retribusi daerah, pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah.

  Pada era pemerintahan otonomi daerah, pendapatan asli daerah (PAD) menjadi salah satu hal yang menjadi perhatian bagi setiap pemerintahan daerah. Karena dengan memiliki pendapatan asli daerah yang besar diharapkan mampu meningkatkan kemandirian keuangannya.

  • – Tahun 2012) dengan 26 data crossectional (kabupaten kota diwilayah Jawa Barat)
Diperoleh nilai F

  hitung

  2. Tidak Terjadi Multikolinearitas

  (chi-square ) tabel pada α =0,05.

  Nilai residual taksiran model regresi diindikasikan berdistribusi normal jika diperoleh nilai hitung Jarque-Berra lebih kecil dari χ

  2

  (chi-

  square ) tabel atau uji tidak signifikan (nilai probabilty lebih besar dari 0,05).

  Perhitungan nilai Jarque-Berra pada model regresididapat sebesar 243,2723 dengan nilai probability sebesar 0.0000. Hasil perhitungan

  Jarque-Berra menunjukkan uji signifikan karena

  diperoleh probabilitas uji Jarque-Berra yang lebih kecil dari 0,05, sehingga diduga nilai residual model persamaan tidak berdistribusi normal pada tingkat signifikan sebesar 5%. Untuk mengatasi permasalahan normalitas ini pada estimasi model dilakukan dengan metoda General Least Square

  (GLS) yaitu dengan model regresi data panel.

  Multikolinearitas merupakan masalah yang terdapat pada variabel bebas yang memiliki ikatan yang erat atau hubungan yang saling berpengaruh dalam model regresi.Suatu model persamaan diindikasikan mengandung masalah multikolinear bila R

  membandingkan nilai hitung Jarque-Berra dengan χ

  2

  nya tinggi namun hanya sedikit atau bahkan tidak ada variabel bebasnya yang signifikan pada pengujian t-statistik.

  Hasil uji multikolinearitas dalam model regresi dengan melihat nilai VIF (Varians Influence

  Factor ) model regresi dapat dilihat pada tabel

  4.3. Batas nilai VIF dinyatakan tidak ada masalah multikolinearitas adalah jika nilai VIF kurang dari

  10. Hasil pengujian kolinearitas untuk variabel bebas dalam model regresi yang diperoleh terlihat pada Tabel 4.3berikut :

  Tabel 3 Hasil Uji Multikolinearitas

  Sumber : Output E-Views 8 Hasil perhitungan uji multikolinearitas dengan pendekatan nilai Variante Inflation Factor (VIF) menunjukan bahwa antar variabel-variabel bebas yang digunakan dalam persamaan regresi tidak ada korelasi yang cukup kuat. Hal ini diperlihatkan dari nilai VIF yang lebih kecil dari 10.

  3. Uji Autokorelasi

  Masalah autokorelasi dalam model merupakan masalah linear yang menunjukkan adanya korelasi antar anggota observasi yang diurutkan menurut waktu.Untuk melihat adanya masalah autokorelasi

  2

  Berra . Keputusan uji diambil dengan

  hasil chow-test sebesar 2,2781. Nilai tabel uji F dengan derajat bebas (db) 25 dan 102 diperoleh sebesar 1,6142.

  Untuk gangguan antar individu (cross-section) bersifat tetap maka digunakan metode Fixed Effect

  Karena nilai F

  hitung

  lebih besar dari nilai F

  tabel

  dan juga dapat dilihat dari Chi- square signifikan (p-value = 0,0021 lebih kecil dari 5%) maka hasil uji menolak H0 sehingga model mengikuti Fixed

  Effect Model (FEM) model .

  3.1.2 Pemilihan Fixed Effect Model (FEM) danRandom Effect Model (REM)

  Gangguan yang terjadi dalam data panel dapat berupa gangguan antar waktu (time series), antar individu (cross-section) ataupun keduanya. Dengan adanya gangguan tersebut, terdapat dua alternatif metode dalam menaksir nilai regresi yaitu metode

  Fixed Effect Model (FEM) dan metode Random Effect Model (REM). Untuk menentukan metode

  yang tepat sesuai dengan karakteristik data panel yang digunakan, bersifat tetap (fixed) atau acak (random), maka dilakukan pengujian dengan Uji Hausman.

  Model (FEM) dan jika bersifat acak maka digunakan metode Random Effect Model (REM).

  Pengujian normalitas hasil taksiran model regresi dilakukan dengan menggunakan uji Jarque-

  Hipotesis yang digunakan dalam uji Hausman adalah sebagai berikut: H0: Random Effect model H1: Fixed Effect model

  Tabel 2 Uji Hausman Test

  Sumber : Output E-Views 8 Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai koefisien Hausman Specification Test

  (χ

  2 hitung

  ) sebesar 22,191031 lebih besar dari χ

  2 tabel

  sebesar 5,991 artinya pengujian Hausman test menunjukan signifikan (p-value 0,0000 kurang dari 5%) maka hasil uji menolak H0 sehingga digunakan metode

  Fixed Effect Model (FEM) dalam estimasi model penelitian.

  3.1.3 Hasil Uji Asumsi

1. Uji Normalitas

  dalam model regresi penelitian ini digunakan uji

  4.2.5 Koefisien Determinasi

  U

  maka disimpulkan tidak terdapat masalah autokorelasi pada model regresi yang diperoleh.Hasil keputusan uji dapat dilihat pada gambar 4.1.

  Gambar 1 Diagram Daerah Pengujian Autokorelasi dengan Uji DW

  Peningkatan PAD pada kabupaten/kota di wilayah provinsi Jawa Barat diduga dipengaruhi oleh Pajak daerah dan retribusi daerah. Untuk melihat hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat pada penelitian ini analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan model analisis panel data dengan metode perhitungan fixed effect dengan tingkat signifikansi 95% (α=0,05). Berdasarkan hasil estimasi dengan pendekatan data panel dengan metode fixed effect didapat hasil sebagai

  Tabel 5 Koefisien Regresi

  Sumber : Output E-Views 8 Diperoleh model regresi

  PAD it = -4,312973 + 0,000436 PD it - 0,000343 RD it

  Prob. (0,7274) (0,0000) (0,3250) Nilai koefisien dari Pajak daerah memiliki arah positif yaitu sebesar 0,000436. Nilai ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 juta rupiah Pajak daerah akan meningkatkan pertumbuhan PAD pada kabupaten/kota di wilayah provinsi Jawa Barat sebesar 0,000436 persen dengan asumsi bahwa variabel lain bernilai konstan.

  Nilai koefisien dari retribusi daerah memiliki arah positif yaitu sebesar 0,000343. Nilai ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 juta rupiah retribusi daerah akan meningkatkan PAD pada kabupaten/kota di wilayah provinsi Jawa Barat sebesar 0,000343 rupiah dengan asumsi bahwa variabel lain bernilai konstan.

  Nilai koefisien determinasi (R2) menunjukkan kekuatan pengaruh Pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh terhadap Peningkatan PAD pada kabupaten/kota di wilayah provinsi Jawa Barat. Hasil untuk model regresi yang digunakan diberikan pada tabel berikut :

  U

  Tabel 6 Nilai Koefisien Determinasi

  Sumber : Output E-Views 8 Berdasarkan tabel 6 tersebut di atas diketahui besarnya nilai R

  2

  (koefisien determinan) adalah 0.5151. Jadi didapat Pajak daerah dan Retribusi daerah memberikan pengaruh terhadap Peningkatan PAD pada kabupaten/kota di wilayah merupakan faktor lainnya.

  3.2 Pengujian Hipotesis

  3.2.1 Uji F-statistik

  Pengujian pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat dilakukan dengan uji F-statistik.Jika nilai F-statistik lebih besar dari pada F-hitung, maka berarti variabel bebas secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat.

  Hipotesis dalam pengujian model regresi dengan uji F adalah sebagai berikut H

  : β i = 0

  Pajak daerah dan retribusi daerah tidak berpengaruh

  dan 4-d

  W) adalah sebesar 1,960921.Karena nilai D-W dari model berada antara nilai d

  Durbin-Watson statistic (DW-stat).

  U

  Pengujian ini dilakukan dengan mambandingkan nilai Durbin-Watson statistic (DW-stat) dari hasil regresi dengan nilai dari Durbin-Watson table (DW-tabel). Uji Durbin Watson (uji DW) mengikuti hipotesis sebagai berikut:  Ho : Tidak ada masalah autokorelasi  Ha : Ada masalah autokorelasi Adapun uji Durbin Watson (uji DW) memiliki ketentuan sebagai berikut:  Jika d < d

  L

  atau d > (4-d

  L

  ) maka hipotesisi nol ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi.  Jika d

  U

  < d < (4-d

  U

  ), maka hipotesis nol (Ho) diterima, yang berarti tidak ada autokorelasi.  Jika d L < d < d

  atau (4-d

  Sumber: Hasil pengujian Hasil perhitungan statistik Durbin-Watson (D-

  U

  ) < d < (4-d

  L

  ), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti/ragu-ragu.

  Nilai d

  U

  dan d

  L

  diperoleh dari tabel statistik Durbin Watson yang bergantung dari banyaknya observasi (n) dan banyaknya variabel yang menjelaskan.Berikut merupakan batas kritis pengujian DW-stat untuk persamaan regresi penelitian.

  Tabel 4 Hasil Uji Autokorelasi

3.1.4 Hasil Estimasi Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect Model (FEM))

  terhadap Peningkatan PAD pada kabupaten/kota di wilayah provinsi Jawa Barat

  : β

  2. Variabel retribusi daerah Hipotesis dalam pengujian model regresi dengan uji t adalah sebagai berikut :

  H : β

  2

  = 0 Retribusi daerahtidak berpengaruh terhadap Peningkatan PAD pada kabupaten/kota di wilayah provinsi Jawa Barat

  H

  1

  2 ≠ 0 Retribusi daerahberpengaruh terhadap

  H

  Peningkatan PAD pada kabupaten/kota di wilayah provinsi Jawa Barat Terlihat nilai t hitung untuk koefisein regresi retribusi daerah sebesar 0,988966 dengan probability (signifikansi) sebesar 0,3250. Nilai t hitung retribusi daerah (0,988966) lebih kecil daripada nilai t tabel (1,9788). Nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 menunjukkan bahwa koefisein regresi koefisien retribusi daerah tidak signifikan (H0 diterima). Artinya dapat disimpulkan bahwa retribusi daerah tidak berpengaruh terhadap Peningkatan PAD pada kabupaten/kota di wilayah provinsi Jawa Barat secara parsial.

  3.3 Pembahasan

  Sumber: Hasil perhitungan Dari tabel 7 dapat dijelaskan nilai F-hitung yang dihasilkan sebesar 4,01314. Persamaan regresi mempunyai F-hitung yang lebih besar dari F-tabel atau 4,01314>3,0675 dan F-hitung berada pada daerah penolakan H0. Hasil yang diperoleh sejalan dengan nila signifikansi yang sangat kecil (0,000) yang berarti tingkat kesalahan untuk mengambil kesimpulan menolak H0 lebih kecil dari α = 0,05 (5%). Berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga variabel Pajak daerah dan retribusi daerah pada tingkat kepercayaan 95% secara signifikan bersama-sama mempengaruhi Peningkatan PAD pada kabupaten/kota di wilayah provinsi Jawa Barat.

  Tabel 7 Uji F-statistik Perbandingan antara F-hitung dengan F-tabel

  Hasil perhitungan nilai statistik uji F dari model regresi yang diuji dengan menggunakan Eviews 8 for Windows adalah sebagai berikut :

  : ada β i ≠ 0 Pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh terhadap Peningkatan PAD pada kabupaten/kota di wilayah provinsi Jawa Barat

  1

  Terlihat nilai t hitung untuk koefisein regresi Pajak daerah sebesar 6,757368 dengan probability (signifikansi) sebesar 0,0000. Nilai t hitung Pajak daerah (6,757368) lebih besar daripada nilai t tabel (1,9788). Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa koefisein regresi koefisien Pajak daerah signifikan (H0 ditolak). Artinya dapat disimpulkan bahwa Pajak daerah berpengaruh terhadap Peningkatan PAD pada kabupaten/kota di wilayah provinsi Jawa Barat secara parsial.

3.2.2 Uji t-statistik

  1 ≠

  Uji tstatistik dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat.Uji t-statistik dilakukan dengan membandingkan antara t-satistik dengan t-tabel. Nilai t-satistik diperoleh dengan alat bantusoftware

  Dari persamaan regresi yang diperoleh, perubahan Retribusi daerahberbanding lurus dengan Peningkatan PAD pada kabupaten/kota di wilayah provinsi Jawa Barat dengan koefisien

  Dalam penelitian ini Pajak daerah searah atau positif artinya semakin tinggi Pajak daerah, maka semakin besar Peningkatan PAD pada kabupaten/kota di wilayah provinsi Jawa Barat .

  sebesar 0,0000 lebih kecil dari 0,05 maka keputusan uji adalah menolakHo.Jadi dapat disimpulkan bahwa Pajak daerah berpengaruh terhadap Peningkatan PAD pada kabupaten/kota di wilayah provinsi Jawa Barat secara parsial.

  1

  Hasil nilai signifikansi uji statistik (p-value) untuk variabel X

  1 lebih besar dari nilai t tabel (6,757368> 1,9788).

  Hasil nilai statistik uji t yang diperoleh menunjukkan Ho ditolak. Nilai t-hitung untuk X

  Dari persamaan regresi yang diperoleh, perubahan Pajak daerahberbanding lurus dengan Peningkatan PAD pada kabupaten/kota di wilayah provinsi Jawa Barat dengan koefisien bertanda positif sebesar 0,000436. Jadi apabila Pajak daerah mengalami peningkatan sebesar 1 juta rupiah sedangkan faktor lainnya tidak mengalami perubahan (konstan), peningkatan PAD pada kabupaten/kota di wilayah provinsi Jawa Barat akan meningkat sebesar 0,000436 persen.

  Eviews

  : β

  8.0. Dengan menggunakan taraf keyakinan 95% (α=0,05) dengan derajat kebebasan (df) = n.t – k –1 = 127 diperoleh t-tabel sebesar 1,9788. Hasil uji t untuk setiap variabel bebas dapat terlihat pada tabel dibawah ini.

  Tabel 8 Perbandingan antara t-hitung dengan t-tabel

  Sumber: Hasil perhitungan 1.

  Variabel Pajak daerah Hipotesis dalam pengujian model regresi dengan uji t adalah sebagai berikut

  H : β

  1

  = Pajak daerah tidak berpengaruh terhadap Peningkatan PAD pada kabupaten/kota di wilayah provinsi Jawa Barat

  H

  1

  Pajak daerah berpengaruh terhadap Peningkatan PAD pada kabupaten/kota di wilayah provinsi Jawa Barat bertanda positif sebesar 0,000343. Jadi apabila Retribusi daerah mengalami peningkatan sebesar 1 juta rupiah sedangkan fator lainnya tidak mengalami perubahan (konstan), peningkatan PAD pada kabupaten/kota di wilayah provinsi Jawa Barat akan meningkat sebesar 0,000343 persen. Dalam penelitian ini Retribusi daerah searah atau positif artinya semakin tinggi Retribusi daerah, maka semakin besar Peningkatan PAD pada kabupaten/kota di wilayah provinsi Jawa Barat .

  Hasil nilai statistik uji t yang diperoleh menunjukkan Ho ditolak. Nilai t-hitung untuk X

  Halim, Abdul. Theresia Damayanti.(2007). Seri

  Ekonomi (SE), Jurusan Akuntansi Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi, lulus tahun 1996. Memperoleh gelar Magister Science (MSi) Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Ekonomi Universitas Padjadjaran Bandung, lulus tahun 2008. Saat ini menjadi Dosen tetap di jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi.

  Biodata Penulis R. Budi Hendaris,memperoleh gelar Sarjana

  YKPN.

  Bisnis dengan alat analisis SPSS 17.0 & Smart PLS 2.0 .Yogyakarta:UPP STIM

  Wiyono, Gendro.(2011).Merancang Penelitian

  Daerah .

  Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Undang-Undang Republik Indonesia No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. Undang-Undang Republik Indonesia No 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

  Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah Pengelolaan Keuangan Daerah .Yogyakarta:Edisi kedua.UPP STIM YKPN.

  REFERENSI

  2

  3. Secara parsial retribusi daerah tidak berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan asli daerah di kabupaten dan kotamadya di Jawa Barat.

  2. Secara parsial pajak daerah berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan asli daerah di Kabupaten dan Kotamadya di Jawa Barat.

  1. Secara simultan pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan asli daerah di Kabupaten dan Kotamadya di Jawa Barat, dengan besar pengaruhnya sebesar 51,51%.

  Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

  sebesar 0,3250 lebih besar dari 0,05 maka keputusan uji adalah menerima Ho.Jadi dapat disimpulkan bahwa Retribusi daerah tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap Peningkatan PAD pada kabupaten/kota di wilayah provinsi Jawa Barat secara parsial.

  2

  (0,988966< 1,9788). Hasil nilai signifikansi uji statistik (p-value) untuk variabel X

  tabel

  lebih kecil dari nilai t