PENGARUH VARIABEL MAKRO EKONOMI TERHADAP (1)

E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 7, No. 3, 2018: 1397-1425
DOI: https://doi.org/10.24843/EJMUNUD.2018.v7.i03.p010

ISSN : 2302-8912

PENGARUH VARIABEL MAKRO EKONOMI TERHADAP
INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN
I Putu Wahyu Putra Asmara1
Anak Agung Gede Suarjaya2
1.2

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Bali, Indonesia
email: [email protected]
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari variabel makro ekonomi terhadap
IHSG. Penelitian ini dilakukan di BEI pada tahun 2008-2015. Teknik pengambilan sampel
menggunakan metode sensus sampling. Jenis data yang digunakan adalah data time series
triwulan yang diperoleh dengan merata-ratakan data dari masing-masing variabel di setiap
triwulan. Variabel makro yang digunakan dalam meneliti IHSG ada empat variabel yaitu
suku bunga, inflasi, jumlah uang beredar, dan PDB. Teknik analisis yang digunakan adalah

regresi linier berganda. Hasil uji simultan menunjukan bahwa suku bunga, inflasi, jumlah
uang beredar, dan PDB secara simultan berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Hasil uji
parsial menunjukan bahwa secara parsial inflasi dan PDB tidak berpengaruh signifikan
terhadap IHSG, suku bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap IHSG, jumlah uang
beredar berpengaruh positif signifikan terhadap IHSG.
Kata Kunci: IHSG, suku bunga, inflasi, jumlah uang beredar, PDB.

ABSTRACT
This study aims to determine the effect of macroeconomic variables on IHSG. This research
was conducted at BEI in 2008-2015. The sampling technique used the census sampling
method. The type of data used is the quarterly time series data obtained by averaging data
from each variable in each quarter. Macro variables used in researching IHSG there are
four variables, namely interest rates, inflation, money supply, and GDP. The analysis
technique used is multiple linear regression. Simultaneous test results show that interest
rates, inflation, money supply, and GDP simultaneously have a significant effect on IHSG.
Partial test results show that partially inflation and GDP does not significantly affect the
IHSG, interest rates have a significant negative effect on IHSG, the money supply has a
significant positive effect on IHSG.

Keywords: composite stock price index, interest rate, inflation, money supply, gross

domestic product.

1397

I Putu Wahyu Putra Asmara, Pengaruh Variabel Makro...

PENDAHULUAN
Perkembangan ekonomi ke arah yang lebih maju akan membuka pikiran
masyarakat ke arah yang lebih modern termasuk dalam menginvestasikan dana
yang mereka miliki. Investasi adalah komitmen atas dana yang dilakukan pada
saat ini, dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dimasa mendatang.
Dewasa ini terdapat berbagai sarana investasi selain investasi di bank, salah
satunya ialah pasar modal.
Pasar modal adalah instrument keuangan yang memperjual belikan suratsurat berharga. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan pasar modal yang dimiliki
Indonesia. Data historis pergerakan saham sangat diperlukan oleh investor dalam
bertransaksi di BEI. Informasi mengenai kinerja saham diringkas dalam suatu
indeks yang disebut dengan indeks harga saham (stock price index) (Tandelilin,
2010:86).
Indeks dalam pasar modal berfungsi sebagai indikator trend pasar artinya
indeks saham memiliki fungsi untuk mengetahui keadaan pasar saat ini apakah

sedang aktif atau sedang lesu. Pergerakan indeks saham yang cenderung turun
mengindikasikan harga saham kebanyakan sedang mengalami penurunan, begitu
pula sebaliknya pergerakan indeks saham naik mengindikasikan kebanyakan
harga saham cenderung mengalami peningkatan.
Terdapat beberapa jenis indeks harga saham yang terdapat di BEI, yaitu
indeks harga saham individual, indek harga saham gabungan, indeks LQ45,
indeks sri-kehati, JII, indeks bisnis-27, indeks kompas 100, indeks papan utama,
indeks pefindo 25, indeks papan pengembangan (Sunariyah, 2011:137). Indeks

1398

E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 7, No. 3, 2018: 1397-1425

Harga Saham Gabungan atau yang biasa disingkat dengan IHSG merupakan
indeks sektoral BEI. Menurut Tandelilin (2010:86) IHSG adalah indeks yang
menggunakan seluruh saham yang tercatat sebagai perhitungan indeks harga. Jika
IHSG menunjukan peningkatan mengindikasikan bahwa kondisi perekonomian
indonesia berada dalam siklus membaik begitupula sebaliknya. Pergerakan IHSG
selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu. Contoh fluktuasi IHSG seperti yang
terjadi di tahun 2008-2015.


Tabel 1.
Closing Price IHSG Akhir Tahun
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Sumber : Data sekunder, 2017

Harga Penutupan Akhir Tahun (Persen)
1.355,41
2.534,36
3.703,51
3.821,99
4.316,69

4.274,18
5.226,95
4.593,01

Dilihat di dalam tabel 1. IHSG terlihat mengalami fluktuasi. Dilihat pada
tabel 1. Di tahun 2008 hingga tahun 2012 IHSG mengalami peningkatan, akan
tetapi di tahun 2013 IHSG justru mengalami penurunan. Setahun berselang
tepatnya IHSG mengalami peningkatan yang cukup drastis, akan tetapi di tahun
2015 IHSG kembali mengalami penurunan.
Tabel 1. sekaligus menjelaskan alasan terpilihnya periode tahun 2008-2015
sebagai periode penelitian. Tahun 2008 dipilih sebagai periode awal dalam
penelitian ini dikarenakan di tahun 2008 terjadi antiklimaks IHSG. Antiklimaks
IHSG yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya penurunan IHSG di
tahun 2008 setelah selama enam tahun berturut-turut selalu mengalami

1399

I Putu Wahyu Putra Asmara, Pengaruh Variabel Makro...

peningkatan. Tahun 2015 dipilih sebagai periode akhir penelitian dikarenakan di

tahun 2015 pasar sedang ramai dikarenakan ketidakpastian suku bunga AS.
Terdapat dua faktor yang menyebabkan fluktuasi IHSG (Alwi, 2008:87).
Kedua faktor tersebut adalah faktor makro dan faktor mikro. Lingkungan ekonomi
mikro adalah lingkungan yang lebih memfokuskan keputusan individu baik sektor
perusahaan ataupun sektor rumah tangga dalam mengalokasikan sumber daya
yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan. Baik-buruknya kinerja dari suatu
perusahaan bisa dilihat dari rasio keuangan yang dimiliki perusahaan. Rasio
keuangan perusahaan secara rutin diterbitkan oleh emiten. Rasio keuangan terdiri
dari beberapa jenis akan tetapi tidak semua rasio yang diperlukan oleh investor.
Rasio aktivitas dan rasio likuiditas sangat penting bagi manajemen
dikarenakan besar kecilnya profit yang diperoleh setiap bulan tergantung pada
pengelolaan persediaan dan piutang, serta dana likuiditas. Terdapat beberapa
faktor ekonomi mikro yang memiliki pengaruh terhadap harga saham perusahaan.
Faktor-faktor tesebut diantaranya adalah laba usaha persaham, rasio laba bersih
terhadap ekuitas, nilai buku persaham, laba bersih persaham, rasio ekuitas
terhadap hutang, dan cash flow persaham (Samsul, 2006:204).
Lingkungan ekonomi makro adalah lingkungan yang berada di luar
perusahaan yang mampu mempengaruhi operasi perusahaan sehari-hari.
Lingkungan ekonomi makro mempelajari perekonomian nasional secara
keseluruhan seperti para konsumen, dunia perbankan, pemerintah, dan dunia

usaha. Lingkungan ekonomi makro yang secara langsung dapat mempengaruhi
kinerja perusahaan maupun kinerja saham diantaranya adalah suku bunga, siklus

1400

E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 7, No. 3, 2018: 1397-1425

ekonomi, inflasi, kebijakan pemerintah terkait dengan perusahaan tertentu, kurs,
peraturan perpajakan, anggaran defisit, tingkat bunga pinjaman luar negeri,
kondisi ekonomi internasional, faham ekonomi, jumlah uang beredar, investasi
swasta, neraca perdagangan dan pembayaran, PrDB (Samsul, 2006:200 ;
Tandelilin, 2010:343).
Lingkungan ekonomi mikro dan lingkungan ekonomi makro akan
mempengaruhi operasi perusahaan-perusahaan yang ada. Diantara kedua
lingkungan tersebut, lingkungan makro ekonomi akan digunakan sebagai variabel
penelitian.

Alasan dipilihnya lingkungan ekonomi makro sebagai variabel

penelitian dikarenakan lingkungan makro ekonomi lebih cepat menyesuaikan diri

dengan harga saham. Alasan kedua dipilihnya lingkungan ekonomi makro
dikarenakan keberadaan variabel makro ekonomi tidak bisa dihindari dampaknya
dikarenakan variabel ekonomi makro tidak hanya mengenai satu atau dua
perusahaan saja akan tetapi seluruh perusahaan yang berada di BEI bisa terkena
dampak dari ekonomi makro (Samsul, 2006:200).
Investor yang mampu meramalkan kondisi ekonomi makro di masa yang
akan datang, akan mampu mengambil keputusan yang tepat apakah dia akan
membeli, menjual, atau menahan saham. Dari sekian banyak variabel makro
ekonomi akan dipilih variabel makro ekonomi yang memiliki peran sangat
penting dalam ekonomi makro dan paling berpengaruh terhadap investasi di suatu
negara. Tingkat suku bunga, PDB, inflasi, serta jumlah uang beredar merupakan
variabel makro ekonomi yang memiliki peran sangat penting dalam ekonomi
makro dan paling berpengaruh terhadap investasi di suatu negara (Tandelilin,

1401

I Putu Wahyu Putra Asmara, Pengaruh Variabel Makro...

2010:343;Mankiw, 2007:499). Selain alasan tersebut, pemilihan suku bunga,
jumlah uang beredar, inflasi dan PDB sebagai variabel penelitian juga

dikarenakan masih adanya research gap dalam penelitian sebelumnya.
Suku bunga adalah harga dari pinjaman yang harus dibayarkan debitur
kepada kreditur (Sunariyah, 2011:82). Kenaikan suku bunga akan membuat IHSG
melemah. Tingkat suku bunga yang terlalu tinggi akan memberi pengaruh
terhadap nilai present value aliran kas perusahaan sehingga investasi yang ada
tidak akan menarik lagi. Jika terjadi peningkatan suku bunga bank akan mampu
membuat investor memindahkan investasi dari saham ke tabungan atau deposito
yang memiliki bunga lebih tinggi dibandingkan dengan saham yang memiliki
risiko lebih tinggi (Tandelilin, 2010:343). Banyaknya investor menarik dananya
pada saham akan membuat harga saham turun. Pada saat banyak harga saham
turun akan menyebabkan IHSG melemah.
Beberapa penelitian sebelumnya telah mengkaji pengaruh suku bunga
terhadap IHSG, akan tetapi hasil penelitian yang satu dengan yang lain kurang
konsisten. Penelitian yang dilakukan oleh Gumilang dkk. (2014), Jayanti dkk.
(2014) Alam & Nadeem (2015), Kumalasari dkk. (2016), Asih & Akbar (2016),
Habib & Islam (2017) memperoleh hasil penelitian yang menyatakan bahwa suku
bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap Indeks Harga Saham. Namun
penelitian tersebut berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh
Antonio et al. (2013), Attari (2013), Majali & Assaf (2014), Wijayaningsih dkk.
(2016), Cadar & Mary (2017), Mohammad et al. (2017) yang menyatakan bahwa

suku bunga berpengaruh positif signifikan terhadap indeks harga saham.

1402

E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 7, No. 3, 2018: 1397-1425

Variabel makro ekonomi yang kedua adalah inflasi. Inflasi adalah kenaikan
harga terhadap produk secara menyeluruh. Inflasi merupakan sinyal negatif bagi
para investor. Inflasi akan menyebabkan peningkatan biaya dan pendapatan
perusahaan. Jika kenaikan harga yang dinikmati perusahaan lebih rendah
dibandingkan peningkatan biaya produksi maka profit perusahaan akan turun.
Penurunan laba perusahaan akan membuat harga saham perusahaan turun
(Tandelilin, 2010:343). Saat banyak harga saham mengalami penurunan akan
membuat IHSG melemah.
Terdapat beberapa peneliti yang pernah meneliti pengaruh inflasi terhadap
IHSG, akan tetapi antara satu peneliti dengan peneliti lain masih memperoleh
hasil yang tidak konsisten. Nofiatin (2013), Forson & Janrattanagul (2014),
Sudarsana & Candraningrat (2014), Manggala & Rani (2015) memperoleh hasil
yang menyatakan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap indeks harga saham.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Listriono & Nuraina (2015),

Ouma & Muriu (2014), Astuti dkk. (2016) dengan hasil yang menunjukan bahwa
inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap indeks harga saham. Selain itu hasil
penelitian yang berbeda juga didapat oleh Vejzagic & Zarafat (2013) yang
menyimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap indeks harga
saham.
Variabel ketiga dalam penelitian ini adalah jumlah uang beredar. Jumlah
uang beredar mencerminkan kondisi atau banyaknya uang yang beredar di
masyarakat. Kenaikan jumlah uang beredar dibarengi dengan penurunan tingkat
bunga sehingga harga saham akan naik dan IHSG akan menguat, begitu juga

1403

I Putu Wahyu Putra Asmara, Pengaruh Variabel Makro...

sebaliknya saat jumlah uang beredar menurun akan dibarengi dengan kenaikan
tingkat suku bunga sehingga harga saham turun saat banyak harga saham turun
maka IHSG akan melemah (Samsul, 2006:210). Bank Indonesia memiliki
kebijakan untuk menurunkan suku bunga saat jumlah uang beredar meningkat.
Saat terjadi kelebihan uang beredar akan mendorong investor untuk melakukan
investasi.
Teori ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Thabet (2014),
Singh (2015), Ali et al. (2016), Hasanah & Panjawa (2016), Murthy et al. (2017)
yang menunjukan bahwa jumlah uang beredar berpengaruh positif signifikan
terhadap indeks harga saham. Penelitian yang didapat oleh Forson & Janrattanagul
(2014), Juita dkk. (2014), Otorima & Kesuma (2016) justru menentang teori
tersebut dengan hasil yang menyatakan bahwa jumlah uang beredar berpengaruh
negatif signifikan terhadap indeks harga saham. Penelitian yang bertentangan
dengan teori juga didapat oleh Arif (2014), Kusuma & Badjra (2016) yang
mendapatkan hasil bahwa jumlah uang beredar tidak berpengaruh signifikan
terhadap IHSG.
Variabel makro ekonomi terakhir yang diteliti adalah PDB. Produk
Domestik Bruto (PDB) adalah nilai pasar dari semua jasa dan barang yang
diproduksi dalam kurun waktu tertentu. Pertumbuhan PDB mengindikasikan
terjadi pertumbuhan ekonomi. Membaiknya pertumbuhan ekonomi sama artinya
dengan meningkatnya daya beli masyarakat, dengan meningkatnya daya beli
masyarakat

akan

membuat

terbukanya

kesempatan

perusahaan

untuk

meningkatkan penjualan. Keuntungan perusahaan juga akan meningkat saat

1404

E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 7, No. 3, 2018: 1397-1425

terjadinya peningkatan pendapatan perusahaan, dan saat terjadinya peningkatan
keuntungan akan membuat harga saham perusahaan naik yang dibarengi dengan
penguatan IHSG (Tandelilin,2010:342).
Teori ini ditentang oleh hasil penelitian yang didapat oleh Juita dkk. (2014)
yang menyatakan bahwa PDB berpengaruh negatif signifikan terhadap IHSG.
Penelitian yang dilakukan oleh Arif (2014), Asih & Akbar (2016) juga menentang
teori tersebut dengan hasil yang didapat bahwa PDB tidak berpengaruh signifikan
terhadap IHSG. Berbanding terbalik dengan penelitain diatas, penelitian yang
dilakukan oleh Febriyanto (2016), Kusuma & Badjra (2016) Otorima & Kesuma
(2016) justru memperoleh hasil yang mendukung teori tersebut dengan hasil yang
menunjukan bahwa PDB berpengaruh positif signifikan terhadap IHSG.
Berdasarkan latar belakang tersebut diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut 1) Bagaimana pengaruh suku bunga terhadap IHSG?, 2) Bagaimana
pengaruh inflasi terhadap IHSG?, 3) Bagaimana pengaruh jumlah uang beredar
terhadap IHSG?, 4) Bagaimana pengaruh PDB terhadap IHSG?.
Berdasarkan rumusam masalah tersebut diperoleh tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menjelaskan pengaruh suku bunga terhadap IHSG, untuk
menjelaskan pengaruh inflasi terhadap IHSG, untuk menjelaskan pengaruh jumlah
uang beredar terhadap IHSG, untuk menjelaskan pengaruh PDB terhadap IHSG.
Adapun kegunaan penelitian ini secara teoritis adalah untuk memberi bukti
empiris mengenai pengaruh suku bunga, inflasi, jumlah uang beredar, PDB
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Kegunaan praktis penelitian ini adalah
penelitian ini diharapkan bisa membantu investor dalam bertransaksi di pasar

1405

I Putu Wahyu Putra Asmara, Pengaruh Variabel Makro...

modal serta membantu investor dalam mengetahui kondisi pasar saat ini.
Penelitian ini juga diharapkan bisa menjadi alat analisis yang mudah di dalam
bertransaksi saham di Bursa Efek Indonesia, terlebih lagi dalam penelitian ini
meneliti tentang IHSG yang merupakan cerminan dari keseluruhan emiten di BEI.
Investasi merupakan sejumlah dana atau sumber dana lainnya yang
dilakukan pada saat ini, untuk memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang
(Tandelin,2010:2). Ketidakpastian harga di masa depan sering kali membuat
investor tidak berani mengambil risiko dalam berinvestasi.

Risiko portofolio

adalah pilihan yang sulit yang dihadapi investor dan terkadang membuat investor
takut didalam menginvestasikan dananya. Selain itu, sangat penting untuk
menentukan di mana penempatan investasi yang benar. Menurut Tandelilin
(2010:8) ada beberapa motif seseorang melakukan investasi, diantaranya untuk
mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang, mengurangi
tekanan inflasi, sebagai usaha untuk menghemat pajak.
Indeks saham adalah harga saham yang dinyatakan dalam angka indeks
(Samsul, 2006 : 179). Indeks harga saham merupakan catatan terhadap perubahanperubahan harga saham sejak mulai pertama kali beredar sampai pada suatu saat
tertentu. Indeks harga saham gabungan (composite stock price index) merupakan
indeks gabungan dari seluruh jenis saham yang tercatat di bursa efek (Samsul,
2006:185). Jika IHSG menunjukan peningkatan mengindikasikan bahwa kondisi
perekonomian indonesia berada dalam siklus membaik begitupula sebaliknya, jika
IHSG mengalami penurunan, berarti kondisi perekonomian Indonesia sedang
mengalami kesulitan. Jika suatu saham naik harganya sedangkan IHSG

1406

E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 7, No. 3, 2018: 1397-1425

mengalami penurunan, ini berarti saham tersebut berkorelasi negatif dengan
IHSG. Menurut Anoraga dan Pakarti (2008:101) indeks harga saham gabungan
menunjukkan pergerakan harga saham perusahaan yang tercatat di bursa efek
secara umum sehingga keberadaan IHSG bisa dijadikan cerminan dari harga
saham secara keseluruhan. Metode perhitungan dalam indeks harga saham
gabungan terbagi atas dua jenis yaitu metode rata-rata (average method) dan
metode rata-rata tertimbang (weighted average method) (Sunariyah, 2011:143).
Ekonomi makro adalah lingkungan yang berada di luar perusahaan yang
mampu mempengaruhi operasi perusahaan sehari-hari (Samsul, 2006:200).
Lingkungan ekonomi makro mempelajari perekonomian nasional secara
keseluruhan seperti para konsumen, dunia perbankan, pemerintah, dan dunia
usaha. Lingkungan ekonomi makro merupakan lingkungan yang mencerminkan
kehidupan ekonomi secara keseluruhan (Pracoyo, 2006:3). Faktor makro
merupakan faktor yang berada di luar perusahaan, tetapi mempunyai pengaruh
terhadap kenaikan atau penurunan kinerja perusahaan baik secara langsung
maupun secara tidak langsung.
Suku bunga adalah harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai
persentase uang pokok per-unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga
sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur
(Sunariyah,

2011:82).

Esensinya,

tingkat

bunga

adalah

harga

yang

menghubungkan masa kini dan masa depan. Fungsi suku bunga menurut
Sunariyah (2011:82) adalah sebagai daya tarik bagi para penabung yang
mempunyai dana lebih, digunakan sebagai alat moneter dalam rangka

1407

I Putu Wahyu Putra Asmara, Pengaruh Variabel Makro...

mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar, sebagai alat
kontrol bagi pemerintah terhadap dana langsung atau investasi pada sektor-sektor
ekonomi, sebagai alat pemerintah untuk memanipulasi tingkat bunga. Terdapat
dua kekuatan yang menentukan

tingkat bunga yaitu (Sunariyah, 2011:83)

permintaan tabungan, dan penawaran Investasi.
Inflasi adalah kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk-produk
secara keseluruhan yang bersumber pada terganggunya keseimbangan antara arus
uang dan arus barang (Gilarso, 2004:200). Tingkat inflasi yang tinggi biasanya
dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (overheated) yang berarti
bahwa permintaan atas suatu produk melebihi kapasitas penawaran produknya,
sehingga harga-harga cenderung mengalami kenaikan (Tandelilin, 2010:342).
Berdasarkan tingkat keparahannya inflasi dapat dibedakan menjadi empat yaitu
(Hasoloan, 2014:34) inflasi tingkat ringan yaitu inflasi dengan tingkat dibawah 10
persen setahun, inflasi tingkat sedang yaitu inflasi dengan tingkat diatas 10 persen
sampai 30 persen dalam setahun, inflasi tingkat berat yaitu inflasi dengan tingkat
diatas 30 persen akan tetapi masih dibawah 100 persen dalam setahun, inflasi
tingkat sangat parah (hiperinflasi), yaitu inflasi dengan tingkat diatas 100 persen.
Penggolongan inflasi atas dasar sebab awal atau sumber dari inflasi dapat
dibedakan menjadi dua yaitu (Gilarso, 2004:204)
Uang adalah persediaan aset yang dapat segera digunakan untuk transaksi.
Menurut Solikin & Suseno (2017:12) terdapat tiga jenis uang yang beredar di
masyarakat yaitu uang giral, uang kartal, uang kuasi. Rahardja dan Manurung
(2016:122) mendefinisikan jumlah uang beredar (money supply) sebagai nilai

1408

E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 7, No. 3, 2018: 1397-1425

keseluruhan uang yang berada di tangan masyarakat, sedangkan uang yang berada
di tangan bank tidak dihitung sebagai uang beredar (Rahardja dan Manurung,
2016:122). Peraturan resmi memberi pemerintah hak untuk memonopoli
percetakan uang. Tingkat pengenaan pajak dan tingkat pembelian pemerintah
merupakan instrumen kebijakan pemerintah, begitu pula jumlah uang beredar.
Kontrol atas jumlah uang beredar disebut kebijakan moneter (moneter policy).
Produk domestik bruto adalah ukuran produksi barang dan jasa total suatu
negara. Menurut Mankiw (2007:19) produk domestik bruto (GDP) adalah nilai
pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama
kurun waktu tertentu. PDB merupakan cerminan perekonomian suatu negara
Tandelilin (2010:342). Semakin tinggi PDB sebuah negara maka semakin bagus
pertumbuhan ekonomi dari negara tersebut. Terdapat dua cara untuk menghitung
PDB yaitu PDB nominal (harga berlaku) dan PDB riil (konstan). PDB yang
menggunakan harga berlaku dapat memberikan hasil yang menyesatkan karena
pengaruh inflasi sehingga untuk memperoleh gambaran yang lebih akurat
perhitungan PDB menggunakan PDB riil (konstan). Manfaat perhitungan PDB
dengan harga konstan, selain dapat mengetahui pertumbuhan perekonomian, PDB
dengan harga konstan juga dapat menghitung perubahan harga (inflasi).
Bunga adalah suatu harga yang dibayar oleh debitur kepada kreditur.
Peningkatan tingkat bunga akan membuat investor memindahkan investasi saham
yang dimiliki ke investasi berupa deposito atau tabungan karena memiliki bunga
lebih tinggi, sehingga saat banyak yang memindahkan investasi dari saham
menuju tabungan ataupun deposito akan membuat harga saham turun yang

1409

I Putu Wahyu Putra Asmara, Pengaruh Variabel Makro...

dibarengi dengan melemahnya IHSG (Tandelilin, 2010:343). Penelitian yang
dilakukan oleh Gumilang dkk. (2014), Jayanti dkk. (2014) Alam & Nadeem
(2015), Kumalasari dkk. (2016), Asih & Akbar (2016), Habib & Islam (2017)
mendukung teori tersebut dengan hasil penelitian yang didapat yaitu suku bunga
berpengaruh negatif signifikan terhadap IHSG.
H1 = Suku Bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan.
Meningkatnya inflasi adalah suatu sinyal negatif untuk seorang investor.
Saat terjadi peningkatan inflasi, biaya perusahaan dan pendapatan perusahaan juga
meningkat. Saat harga yang mampu dinikmati perusahaan lebih kecil dibanding
pendapatan maka akan terjadi penurunan profitabilitas perusahaan yang dibarengi
dengan penurunan harga saham perusahaan (Tandelilin, 2010:343). Penelitian
yang dilakukan oleh Nofiatin (2013), Forson & Janrattanagul (2014), Sudarsana &
Candraningrat (2014), Manggala & Rani (2015) mendukung teori tersebut dengan
hasil yang diperoleh yaitu inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap IHSG.
H2 = Inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan.
Meningkatnya jumlah uang beredar dibarengi dengan penurunan tingkat
bunga, sehingga akan mendorong kenaikan harga saham yang dibarengi dengan
penguatan IHSG. Begitu juga sebaliknya apabila terjadi penurunan jumlah uang
beredar akan dibarengi dengan kenaikan tingkat bunga, sehingga akan
menyebabkan harga saham turun yang dibarengi dengan melemahnya IHSG
(Samsul, 2006:210). Teori ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Thabet
(2014), Singh (2015), Ali et al. (2016), Hasanah & Panjawa (2016), Murthy et al.

1410

E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 7, No. 3, 2018: 1397-1425

(2017) yang mendapatkan hasil bahwa jumlah uang beredar berpengaruh positif
signifikan terhadap IHSG.
H3 = Jumlah uang beredar berpengaruh positif signifikan terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan.
Pertumbuhan PDB mengindikasikan terjadinya pertumbuhan ekonomi.
Membaiknya pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan daya beli masyarakat.
Peristiwa ini merupakan peluang perusahaan untuk meningkatkan penjualannya.
Peningkatan penjualan akan membuat perusahaan memperoleh keuntungan yang
dibarengi dengan kenaikan harga saham perusahaan sehingga akan mendorong
IHSG menguat (Tandelilin,2010:342). Penelitian yang dilakukan oleh Febriyanto
(2016), Kusuma & Badjra (2016) Otorima & Kesuma (2016) mendukung teori
tersebut dengan hasil yang didapat yaitu PDB berpengaruh positif signifikan
terhadap IHSG.
H4 = PDB berpengaruh positif signifikan terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat asosiatif, yang mana tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menguji hubungan yang ada diantara dua variabel atau lebih. Penelitian ini
dilakukan untuk menguji pengaruh dari variabel makro ekonomi terhadap nilai
IHSG dengan data triwulan pada periode 2008-2015 di Bursa Efek Indonesia.
Nilai IHSG menggunakan rata-rata closing Prince IHSG selama triwulan dalam
kurun waktu delapan tahun. Penelitian ini menggunakan empat variabel ekonomi
makro diantaranya adalah suku bunga, Inflasi, jumlah uang beredar, dan PDB.

1411

I Putu Wahyu Putra Asmara, Pengaruh Variabel Makro...

Penelitian ini berlokasi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Obyek Penelitian ini
adalah IHSG. Periode waktu empat tahun digunakan didalam meneliti Indeks
Harga Saham Gabungan. Periode waktu tersebut diambil dari tahun 2008-2015.
IHSG merupakan variabel dependen dalam penelitian ini sedangkan suku bunga,
inflasi, jumlah uang beredar, dan PDB merupakan variabel independen penelitian
ini.
Penelitian kali ini menggunakan data closing price IHSG pertriwulan
selama tahun 2008-2015. Data triwulan IHSG dalam penelitian ini diperoleh
dengan merata-ratakan setiap tiga bulan closing price harian IHSG dari tahun
2008-2015 dengan satuan persen. Perhitungan suku bunga dalam penelitian ini
menggunakan BI rate. Penelitian ini menggunakan data publikasi BI rate
pertriwulan selama tahun 2008-2015. Data triwulan BI rate dalam penelitian ini
diperoleh dengan merata-ratakan setiap tiga bulan BI rate perbulannya dari tahun
2008-2015 dengan satuan persen.
Inflasi dalam penelitian ini menggunakan laju inflasi pertriwulan. Data
triwulan inflasi dalam penelitian ini diperoleh dengan merata-ratakan setiap tiga
bulan tingkat inflasi perbulannya dari tahun 2008-2015 dengan satuan persen.
Jumlah uang beredar yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uang
dalam arti sempit (M1). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data M1
pertriwulan. Data triwulan M1 diperoleh dengan merata-ratakan setiap tiga bulan
M1 perbulannya dari tahun 2008-2015 dengan satuan rupiah.
PDB dalam penelitian ini menggunakan GDP rill dengan menggunakan
perhitungan harga konstan. Perhitungan PDB dengan harga konstan akan

1412

E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 7, No. 3, 2018: 1397-1425

memperoleh gambaran yang lebih akurat. Kemakmuran ekonomi akan lebih
mampu dihitung dengan baik dengan PDB harga konstan dikarenakan perhitungan
output barang dan jasa tidak dipengaruhi oleh inflasi. PDB harga konstan dalam
penelitian ini menggunakan data pertriwulan dari tahun 2008-2015 dengan satuan
rupiah. Data triwulan PDB harga konstan diperoleh dari publikasi PDB. PDB
biasanya akan dipublikasikan setiap tiga bulan sekali.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan go
public yang tercatat di Bursa Efek Indonesia setiap tahunnya. Teknik pengambilan

sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sensus sampling. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi non partisipan dengan
data didapatkan bersumber dari website resmi www.finance.yahoo.com,
www.bi.go.id, www.bps.go.id. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif
dengan jenis data time series. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi
linier berganda. Sebelum melakukan analisis regresi linier berganda, terlebih
dahulu akan dilakukan uji asumsi klasik untuk memastikan model regresi linear
yang digunakan

telah memenuhi asumsi dasar dari analisis regresi linear

berganda. Uji asumsi klasik meliputi Uji Normalitas, Uji Multikoleniaritas, Uji
Heteroskedastisitas, Uji Autokorelasi. Analisis regresi linear berganda digunakan
dengan rumus sebagai berikut (Wirawan, 2014: 254).

Y

= b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e ............................................................(1)

Keterangan :
Y
= Indeks Harga Saham Gabungan
b0
= Koefisien konstanta
b1,2,3,4 = Koefisien regresi dari X1,X2,X3,X4

1413

I Putu Wahyu Putra Asmara, Pengaruh Variabel Makro...

X1
X2
X3
X4
e

= Suku Bunga
= Inflasi
= Jumlah Uang Beredar
= Produk Domestik Bruto
= error

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 2.
Hasil Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N
Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences

Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative

Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Hasil olahan SPSS, 2017

32
0E-7
,15158745
,117
,082
-,117
,661
,775

Nilai signifikansi pada tabel 2 sebesar 0,775. Hasil tersebut lebih besar dari
level signifikansi 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data yang dipergunakan
dalam model sudah berdistribusi normal atau telah memenuhi syarat normalitas.

Tabel 3.
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
1
,912a
,831
,806
,1624285
a. Predictors: (Constant), PDB, Inflasi, Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar
b. Dependent Variable: IHSG
Sumber : Hasil olahan SPSS, 2017

Durbin-Watson
2,209

1414

E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 7, No. 3, 2018: 1397-1425

Berdasarkan tabel 3 tersebut nilai Durbin-Watson adalah sebesar 2.209.
Jumlah data yang di gunakan dalam penelitian ini sebanyak 32 dan k (Jumlah
variabel bebas) sebanyak 4, sehingga didapat nilai dL sebesar 1,1769 dan dU
sebesar 1,7323. Nilai Durbin-Watson pada tabel 3 berada diantara dU dan 4-du
atau 1,1769