PENGARUH KONSELING TERHADAP PENGETAHUAN (1)

PENGARUH KONSELING TERHADAP
PENGETAHUAN DAN SIKAP PEMBERIAN MP-ASI
Margareta Fatimah Azzahra1, Lailatul Muniroh 2
Departemen Gizi Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya Indonesia
Email: margaretafa@gmail.com

ABSTRAK
.
Proses kegagalan pertumbuhan dimulai sejak anak masih berada didalam rahim hingga
usia dua tahun. Praktik pemberian makan menentukan keberhasilan proses pertumbuhan.
Sebanyak 59% anak Indonesia pada usia 6-23 bulan diberi MP-ASI yang belum sesuai
dengan rekomendasi terkait pengaturan waktu, frekuensi, dan kualitasnya. Pemberian
makan yang kurang tepat dapat dikurangi dengan memberikan konseling terhadap Ibu.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh konseling tentang pertumbuhan dan
pemberian makan terhadap pengetahuan dan sikap pemberian MP-ASI pada anak usia 624 bulan di wilayah kerja Puskesmas Brambang, Kabupaten Jombang. Rancangan
penelitian adalah kuasi eksperimental. Sampel adalah anak usia 6-24 bulan dengan gizi
kurang dan lebih. Responden adalah Ibu yang memiliki anak dengan status gizi kurang
dan lebih sebanyak 12 orang pada tiap kelompok. Ibu pada kelompok kontrol diberi
leaflet tentang anjuran makan anak, Kartu Menuju Sehat, dan Keluarga sadar gizi,
sedangkan pada kelompok perlakuan diberi leaflet dan konseling tentang pertumbuhan

dan pemberian makan. Pemberian konseling dilakukan satu kali setiap bulan selama 1520 menit selama tiga bulan. Wilcoxon Sign Rank test digunakan untuk menganalisis
perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap pemberian MP-ASI saat sebelum dan sesudah
diberi perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat
pengetahuan baik pada kelompok perlakuan (p=0,005) maupun kelompok kontrol
(p=0,025). Terdapat perbedaan sikap pada kelompok perlakuan (p=0,005) dan tidak ada
perbedaan sikap pada kelompok kontrol (p=0,317). Konseling tentang pertumbuhan dan
pemberian makan meningkatkan pengetahuan dan sikap pemberian MP-ASI. Konseling
perlu diberikan secara teratur dan perlu ada upaya lanjutan untuk mengkaji faktor lain
diluar gizi agar hasil akhir kegiatan menjadi lebih efektif.
Kata Kunci: Konseling, Pengetahuan, Sikap, Pemberian MP-ASI
ABSTRACT

Growth failure process started since the child was still in the womb. The success of it
process is determined by feeding practices. A total of 59% of Indonesian children age 623 months old are given food that not appropriate with the recommendations of timing,
frequency, and its quality. The lack of proper feeding can be reduced by providing
intervention in the form of counseling to mothers. The aim of the study was to analyze the
growth and feeding counseling towards knowledge and attitudes about feeding in the
area of Puskesmas Brambang, Jombang district. The study design was quasiexperimental. Samples were children aged 6-24 months old with malnutrition and
over nutrition. Respondents were 12 mothers with malnutrition and over nutrition in
each group. The control group was given a leaflet about eating guideline for children,

health care “KMS”, and nutrition-conscious family “Kadarzi” whereas the intervention
group was given leaflet and growth-feeding counseling. The counseling was given once a
month for 15-20 minutes over three months. Wilcoxon Sign Rank test was used to analyze

before-after differences in knowledge and attitudes. The results showed that there was
difference in the level of knowledge in intervention group (p= 0,005) and control group
(p= 0,0250). There was a difference of attitude in intervention group before-after
intervention (p= 0,014) but not in the control group (p= 0,317). The growth and feeding
counseling increase the knowledge and attitude of mothers about nutrition. The
counseling should be given regularly and do further efforts to assess others factors
beyond nutrition so that the results more effective.
Key words: Counseling, Knowledge, Attitude, Weaning food

Indonesia, 2012). Konseling tentang

PENDAHULUAN

pertumbuhan dan pemberian makan
Pada
menyadari


umummnya,
pentingnya

Ibu
gizi

tidak
selama

kehamilan dan dua tahun pertama
kehidupan (UNICEF Indonesia, 2012).
Proses untuk menjadikan seorang anak
mengalami

kegagalan

pertumbuhan

dimulai pada saat didalam rahim hingga

usia

dua

tahun.

Proses

tersebut

dipengaruhi oleh asupan dan praktik
pemberian makan yang diberikan. Hal
tersebut terjadi karena seringkali Ibu
tidak memiliki pengetahuan tentang gizi
dan

perilaku

kesehatan


usia

6-23

bulan

menerima

makanan pendamping ASI (MP-ASI)
belum sesuai dengan praktik yang
direkomendasikan dilihat berdasarkan
pengaturan

waktu,

frekuensi,

dan

kualitasnya (SDKI, 2007). Kegiatan

yang dapat dilakukan dalam mengurangi
praktik pemberian makan yang kurang
tepat

adalah

dengan

intervensi

memberikan

intervensi terhadap Ibu. Intervensi gizi
merupakan bagian dari program terpadu
pengembangan anak usia dini (UNICEF

yang

dapat


mengurangi

praktik gizi yang tidak tepat akibat
rendahnya pengetahuan tentang gizi
yang dimiliki Ibu. Konseling merupakan
pendekatan komunikasi interpersonal
yang

sering

digunakan

dalam

peningkatan pengetahuan dan perubahan
sikap serta perilaku dalam bidang
kesehatan (Nurhayati, 2007). Konseling
tersebut biasa dilakukan di meja empat
posyandu dan pojok gizi di Puskesmas.


(Riskesdas,

2013). Sebanyak 59% anak Indonesia
pada

pada anak merupakan salah satu bentuk

Peningkatkan pengetahuan dan
sikap tentang gizi secara signifikan
terjadi

pada

kelompok

ibu

yang

mendapatkan konseling (Hestuningtyas,

2013). Penelitian lain oleh Nikmawati
dkk (2010) menyebutkan bahwa ratarata pengetahuan gizi pada Ibu yang
mendapatkan

konseling

lebih besar

daripada Ibu pada kelompok kontrol.
Intervensi berisi stimulus akan merubah
perilaku

seseorang.

Terbentuknya

perilaku kesehatan tersebut dimulai dari
tahap kognitif, yaitu seseorang tahu
terhadap stimulus yang diberikan berupa


materi dan menimbulkan pengetahuan

homogen berdasarkan lokasi tempat

baru. Proses selanjutnya adalah terjadi

tinggalnya.

respon dalam batin dalam bentuk sikap.

Penelitian

dilakukan

di

Desa

Pada akhirnya, stimulus tersebut akan


Pandan Wangi dan Desa Jati Pelem,

disadari sepenuhnya dan menimbulkan

Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang.

respon yang lebih jauh dan ditunjukkan

Waktu penelitian dimulai pada bulan

dalam

April

bentuk

tindakan.

Konseling

hingga

Juni

2015.

Sampel

tentang pertumbuhan dan pemberian

penelitian adalah anak usia 6-24 bulan

makan berisi stimulus yang diharapkan

dengan status gizi kurang dan lebih,

dapat

sedangkan yang menjadi responden

merubah

perilaku

dalam

pemberian MP-ASI.
Studi

adalah ibu dari anak tersebut. Penelitian

mengenai

pemberian

ini dibagi menjadi dua kelompok.

konseling gizi pada Ibu balita telah

Kelompok

dilakukan oleh Hestuningtas (2013) dan

konseling tentang pertumbuhan dan

Nikmawati dkk (2010), akan tetapi

pemberian makan pada baduta (bawah

belum jelas dijabarkan mengenai teknik

usia dua tahun) dan diberi leaflet beserta

konseling macam apa yang diberikan

penjelasannya,

dan bagaimana pengaruhnya terhadap

kontrol diberikan leaflet tentang anjuran

pemberian MP-ASI untuk baduta. Oleh

makan pada baduta, Kartu Menuju Sehat

karena itu, penelitian

(KMS),

ini dilakukan

perlakuan

dan

mendapat

sedangkan

Keluarga

kelompok

sadar

gizi

dengan tujuan untuk melihat pengaruh

(Kadarzi). Leaflet yang diberikan untuk

pemberian

tentang

kedua kelompok adalah sama. Jumlah

pertumbuhan dan pemberian makan

responden adalah 24 Ibu yang dibagi

terhadap

masing-masing 12 pada tiap kelompok.

konseling

pengetahuan

dan

sikap

pemberian MP-ASI.

Kelompok

intervensi

diberi

konseling tentang pertumbuhan dan
METODE

pemberian makan yang dilakukan satu

Jenis rancangan penelitian yang

kali dalam sebulan selama tiga bulan

digunakan adalah kuasi eksperimental.

berturut-turut.

Penelitian ini digunakan karena peneliti

diberikan di rumah responden selama

mengelompokkan

15-20 menit pada setiap pertemuan.

secara

tidak

kelompok

anggota

acak

perlakuan

sampel

kedalam

dua

yang berbeda.

Sepuluh

menit

Konseling

pertama

tersebut

untuk

menentukan penyebab masalah gizi dan

dilakukan

menit selanjutnya untuk menentukan

karena sampel yang diteliti sebaiknya

alternatif pemecahan masalah secara

Pengacakan

tidak

dapat

bersama-sama. Intervensi kedua yang

seputar gizi anak. Hasil skor sikap

diberikan adalah memberikan informasi

dihitung menggunakan skala likert dan

tentang gizi

diklasifikasikan dengan tingkat yang

melalui

media

leaflet

sesudah kegiatan konseling berlangsung.

sama dengan pengetahuan.

Pada kelompok kontrol hanya diberi

Teknik analisis yang digunakan

leaflet tanpa memberikan penjelasan

adalah uji statistik Wilcoxon Sign Rank

lebih lanjut selama tiga bulan. Isi materi

untuk

pada leaflet anjuran makan adalah

pengetahuan dan sikap Ibu pada saat

aturan makan dan menyusui pada anak

sebelum dan sesudah diberi perlakuan.

usia 6-9 bulan, 10-12 bulan, dan 12-24

Tingkat kemaknaan yang digunakan

bulan. Materi pada leaflet KMS adalah

adalah

penjelasan mengenai arti grafik BB/U

mendapatkan persetujuan dari Komisi

untuk anak laki-laki dan perempuan.

Etik

Materi pada leaflet Kadarzi adalah

Kesehatan

indikator keluarga yang sadar gizi.

Airlangga dengan nomor 204-KEPK.

melihat

5%.

perbedaan

Penelitian

Penelitian

tingkat

ini

Kesehatan

Masyarakat

telah

Fakultas

Universitas

Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah kegiatan konseling tentang

HASIL DAN PEMBAHASAN

pertumbuhan dan pemberian makan,

Pengetahuan

sedangkan variabel terikatnya adalah
tingkat

pengetahuan

dan

sikap

Berdasarkan

Tabel

1.

dapat

diketahui bahwa kelompok perlakuan

pemberian MP-ASI oleh Ibu. Tingkat

mengalami

pengetahuan Ibu diukur melalui pre dan

pengetahuan pada kategori baik. Hasil

post test. Pre-test dilakukan sebelum

analisis

pemberian konseling yang pertama kali,

Wilcoxon Sign Rank Test menunjukkan

sedangkan post-test dilakukan setelah

bahwa

konseling

terakhir

peningkatan

statistik

tingkat

menggunakan

ada

perbedaan

uji

tingkat

diberikan.

Pada

pengetahuan

diberikan

enam

pemberian konseling pada kelompok

pertanyaan dengan jenis pertanyaan

perlakuan. Hal ini sesuai dengan konsep

terbuka meliputi hal seputar gizi anak.

konseling sebagai proses dua arah untuk

Hasil skor pengetahuan diklasifikasikan

menanamkan

kedalam tiga tingkat, yaitu kurang

pengetahuan sebagai tahap awal dalam

(80%) (Khomsan, 2000). Pengukuran

2013). Hasil tersebut serupa dengan

sikap dilakukan check-list terdiri dari

penelitian

enam pernyataan positif dan negatif

Nikmawati,

masing-masing

tes

sebelum

dan

yang
dkk

dan

sesudah

meningkatkan

dilakukan

oleh

(2010)

yang

Peningkatan

menyebutkan bahwa pendidikan gizi
dalam

bentuk

konseling

dapat

pengetahuan

juga

bisa dilihat berdasarkan teori Stimulus-

meningkatkan skor pengetahuan gizi

Organisme-Respon

(S-O-R)

oleh

pada Ibu sebesar 17,05 poin.

Notoadmodjo (1997), stimulus dapat
mengubah pengetahuan melalui proses

Tabel 1. Tingkat Pengetahuan tentang
Pemberian MP-ASI pada Ibu di Wilayah
Kerja Puskesmas Brambang, Kab.
Jombang Tahun 2015
Tingkat
Pengetahuan Ibu
Kurang

Kel Perlakuan
Awal

Kel Kontrol

Akhir

Awal

2
0
(16,7)
(0)
8
4
(66,7)
(33,3)
2
8
(16,7)
(66,7)
12
12
(100)
(100)
0,005

Cukup
Baik
Total
p value

Akhir

0
0
(0)
(0)
9
7
(75)
(58,3)
3
5
(25)
(41,7)
12
12
(100)
(100)
0,025

perhatian, pengertian, dan penerimaan.
Stimulus pada penelitian ini adalah
materi atau informasi yang diberikan
peneliti

saat

konseling

tentang

pertumbuhan dan pemberian makan.
Informasi

tersebut

cenderung

meningkatkan pengetahuan karena Ibu
memperhatikan dan menerima pesan
dari konseling yang diberikan.
Kelompok kontrol yang tidak

Peningkatan

pada

skor

pengetahuan gizi yang signifikan pun
terjadi pada penelitian yang dilakukan
oleh Hestuningtyas (2013), yaitu sebesar
18,2%

pada

mendapat

kelompok

konseling

Ambarwati,

dkk

menumbuhkan

Ibu

gizi.

(2013)

yang

Menurut
konseling

kerjasama

sehingga menciptakan suasana yang
nyaman. Hal tersebut membuat konselor
menggali

pengetahuan

sejauhmana

Ibu

kemudian

mengembangkan pengetahuan tersebut
menjadi

lebih

baik.

Peningkatan

pengetahuan pun terjadi karena ada
faktor

pengulangan

informasi

yang

diberikan pada saat konseling. Informasi
yang diberikan secara berulang-ulang
meningkatkan pengetahuan seseorang
(Notoadmodjo, 1997).

konseling

dan

penjelasan

mengenai isi leaflet juga mengalami
peningkatan pengetahuan pada kategori
baik (p=0.025). Hal ini dapat terjadi
karena Ibu baduta yang terlibat dalam
penelitian ini mendapatkan penyuluhan
tentang gizi dari kader atau bidan.

dan

komunikasi yang baik antar konselor,

dapat

diberi

Peningkatan pengetahuan pada
Ibu baduta tersebut bisa disebabkan
karena terpapar informasi dari berbagai
media informasi, misalnya penyuluhan.
Informasi merupakan salah satu faktor
yang

mempengaruhi

pengetahuan

(Notoadmodjo, 1997). Semakin sering
seseorang
berbagai
orang

mendapat

informasi

dari

media,

maka

pengetahuan

tersebut

dapat

meningkat.

Informasi tentang gizi yang diberikan
oleh kader membuat pengetahuan Ibu
tentang menjadi meningkat.

Hasil
bajwa

penelitian

kedua

kelompok

peningkatan
sebelum

menunjukkan
mengalami

pengetahuan

dan

sesudah

antara
pemberian

penelitian Gusti, dkk (2011) yang
mengatakan

bahwa

rata-rata

pengetahuan Ibu yang mendapatkan
konseling

lebih

tinggi

dibanding

perlakuan.

Namun,

peningkatan

kelompok Ibu yang hanya mendapatkan

pengetahuan

terkategori

baik

penyuluhan.

pada

kelompok kontrol tidak sebanyak pada
kelompok perlakuan. Hal ini terjadi
karena

pemahaman

Sikap
Berdasarkan

seseorang

dapat

diketahui

berasal

yang

perlakuan, terjadi peningkatan sikap

terjadi pada orang tersebut (Ambarwati

yang terkategori baik saat sebelum dan

dkk, 2013). Peneliti berasumsi bahwa

sesudah diberikan konseling. Hasil uji

pada kelompok perlakuan, konseling

Wilcoxon Sign Rank Test menunjukkan

yang diberikan merupakan pembahasan

bahwa ada perbedaan sikap sebelum dan

dari masalah gizi yang dihadapi oleh Ibu

sesudah pemberian konseling tentang

dan menimbulkan rasa ingin tahu terkait

pertumbuhan dan pemberian makan

penyebab masalah tersebut.

(p=0.014).

masalah-masalah

pada

2.

dipengaruhi oleh pembelajaran yang
dari

bahwa

Tabel

kelompok

Pengetahuan seseorang bertumpu
pada

keterampilan komunikasi

sumber

informasi,

suasana,

dari
dan

hubungan antar manusia (Gusti dkk,

Tabel 2. Sikap tentang Pemberian MPASI pada
Ibu di Wilayah Kerja
Puskesmas Brambang, Kab. Jombang
Tahun 2015

diberikan pada kelompok intervensi

Sikap
tentang
MP-ASI
Kurang

merupakan komunikasi dua arah secara

Cukup

interpersonal dengan suasana tenang,

Baik

sehingga pemikiran Ibu akan menjadi

Total

lebih terbuka terhadap permasalahan

p value

2011).

Kegiatan

konseling

yang

gizinya.

Kel Perlakuan
Awal

Akhir

0
0
(0)
(0)
11
5
(91,7)
(41,7)
1
7
(8,3)
(58,3)
12
12
(100)
(100)
0,014

Kel Kontrol
Awal

Akhir

0
0
(0)
(0)
11
10
(91,7)
(88,3)
1
2
(8,3)
(16,7)
12
12
(100)
(100)
0,317

Dalam konsep perilaku kesehatan

Penyuluhan yang diberikan oleh

(Notoadmodjo,

1997)

menyebutkan

kader pada kelompok kontrol sifatnya

bahwa sikap merupakan domain kedua

satu arah dan tidak kondusif secara

setelah pengetahuan dalam tingkatan

situasi karena diberikan langsung untuk

perubahan perilaku. Ibu pada kelompok

banyak
Keadaan

Ibu

(tidak

interpersonal).

perlakuan secara signifikan mengalami

ini

serupa

dengan

peningkatan pengetahuan

hasil

gizi.

Jika

perubahan

konseling, peneliti hanya memberikan

perilaku, maka sikap pada Ibu telah

satu sampai dua pesan pada Ibu agar

sesuai

lebih mudah dalam memahami isi

dikaitkan

dengan

teori

karena

ikut

peningkatan.

mengalami

Penelitian

lain

konseling

dan

bisa

memecahkan

menunjukkan bahwa rata-rata sikap Ibu

masalah gizi pada anaknya. Menurut

yang mendapat konseling gizi lebih

Elaboration Likelihood Model (ELM)

besar secara signifikan, yaitu sebanyak

oleh

6,75 poin (Nikmawati dkk, 2010).

menyebutkan bahwa proses perubahan

Petty

dan

Cacioppo

(1986)

meningkatkan

sikap perlu mempertimbangkan jumlah

sikap karena konselor dan klien berpikir

pesan yang berhubungan dengan respon

untuk

kognitif. Respon kognitif merupakan

Konseling

juga

memecahkan

masalah secara

bersama-sama. Hal ini mengandung
unsur

kognitif

dan

afektif

yang

bagian dari sikap.
Berdasarkan

Tabel

diketahui

dalam diri seseorang (Ngestiningrum,

peningkatan

2010). Sikap ini merupakan bentuk

kontrol. Hasil uji Wilcoxon Sign Rank

respon batin yang diperoleh akibat

Test menunjukkan bahwa tidak ada

penerusan stimulus (materi konseling)

perbedaan sikap sebelum dan sesudah

setelah adanya pemahaman.

diberi leaflet. Hal ini serupa dengan

dkk

(2007)

konseling

mengatakan

yang

mempengaruhi

diberikan
evaluasi

diri

bahwa

sikap

Hestuningtyas

(2013)

kelompok

menyebutkan

dapat

bahwa tidak terdapat perbedaan yang

dan

signifikan pada sikap Ibu meskipun ada
peningkatan

seseorang

kelompok kontrol.

belum

pada

terjadi

penelitian yang telah dilakukan oleh

keinginan untuk berubah dari dalam diri
yang

tidak

dapat

menimbulkan perubahan pada sikap

Studi yang dilakukan oleh Vogel,

bahwa

2.

diwujudkan

secara terbuka. Perwujudan tertutup

pengetahuan

Menurut

pada

Notoadmodjo (1997),

tersebut dinamakan perubahan sikap.

sikap dapat terwujud bila informasi yang

Perubahan sikap ini telah dibuktikan

didapatkan sesuai dengan pengalaman

dengan

seseorang. Informasi tentang gizi yang

peningkatan

kelompok

Ibu

yang

sikap

pada

mendapatkan

didapatkan

Ibu

konseling tentang pertumbuhan dan

penyuluhan

oleh

pemberian makan serta diberi penjelasan

menjadikan pengetahuan baru bagi Ibu,

leaflet.

namun tidak merubah sikap karena isi

Jika dilihat berdasarkan teknik
dalam

penyampaian pesan pada saat

informasi

tidak

pengalaman Ibu.

melalui
kader

dan

sesuai

media
bidan

dengan

Informasi yang diberikan saat

Azzahra,

M.

F.

(2015).

Pengaruh

penyuluhan pun berlangsung secara

konseling tentang pertumbuhan

searah, sehingga tidak dapat terukur

dan pemberian makan terhadap

jumlah pesan atau informasi yang bisa

status gizi anak (Skripsi tidak

dimengerti dan dipelajari (Gusti dkk,

dipublikasikan).

2011).

Airlangga, Surabaya, Indonesia.

Kesempatan

belajar

yang

diperoleh Ibu pada saat penyuluhan

Universitas

Badan Pusat Statistik. (2008). Survei

hanya sebentar dan sedikit, sehingga

demografi

informasi yang diberikan hanya akan

Indonesia 2007. Jakarta: BPS.

dan

kesehatan

diingat pada saat penyuluhan dan akan

Balitbangkes RI. (2013). Riset kesehatan

berkurang dalam beberapa hari. Hal ini

dasar 2013. Jakarta: Kementerian

terjadi pada Ibu dalam kelompok kontrol

Kesehatan RI.

yang diberikan penyuluhan setiap satu

Gusti, D., H. Bachtiar., dan Masrul.

kali dalam sebulan dan terbukti tidak

(2011).

merubah sikap.

memakai

Promo ASI

eksklusif

metode

konseling

penyuluhan

terhadap

dengan
KESIMPULAN DAN SARAN
Konseling tentang pertumbuhan
dan pemberian makan yang diberikan
pada Ibu meningkatkan pengetahuan dan
sikap tentang pemberian MP-ASI untuk
anak

usia

6-24

bulan.

Konseling

sebaiknya dilakukan secara teratur oleh
petugas kesehatan untuk meningkatkan
pengetahuan dan sikap Ibu tentang

pengetahuan dan sikap pada Ibu
menyusui.

Jurnal

masyarakat, 6(1), 4-9.

Hestuningtyas, T. R. (2013). Pengaruh
konseling

gizi

terhadap

pengetahuan, sikap, praktik Ibu
dalam pemberian makan anak
dan asupan zat gizi anak stunting
usia 1-2 tahun di Kecamatan
Semarang

pemberian MP-ASI.

Universitas

Diponegoro, Semarang.

DAFTAR PUSTAKA

Khomsan,
Ambarwati, R., S. F. Muis., dan P.
(2013).

(Skripsi

Timur.

terpublikasi).

Susantini.

kesehatan

Pengaruh

konseling laktasi intensif terhadap
pemberian air susu ibu (ASI)
eksklusif sampai 3 bulan. Jurnal
gizi Indonesia, 2(1), 15-23.

A.

(2000).

pengukuran

(Skripsi

Teknik

pengetahuan

terpublikasi).

gizi.

Institut

Pertanian Bogor, Bogor.
Ngestiningrum,

A.

Perbandingan

H.

(2010).

antara

pengaruh

layanan informasi dan konseling

kelompok terhadap sikap tentang

Cetakan

kesehatan

Indonesia: Pustaka Belajar.

reproduksi

remaja.

PERSAGI.

ISSN: 2086-3098 1(1), 7-15.

2012.

(2013).

Yogyakarta,

Konseling

gizi:

Nikmawati, E. E., C. Kusharto M.,

Proses komunikasi, tata laksana,

Khomsan A., Sukandar D., dan

serta aplikasi konseling gizi pada

Atmawikarta

berbagai diet. Jakarta, Indonesia:

A.

(2009).

Intervensi pendidikan gizi bagi
ibu balita dan kader Posyandu
untuk

meningkatkan

(Pengetahuan

PSK

Sikap

dan

Penebar Plus.
Petty, R. E. dan J. T. Cacioppo. (1986).
The elaboration likelihood model
of

persuasion.

Diakses

dari

Keterampilan) serta status gizi

http://www.communicationcache.

balita. Jurnal Kesehatan.

com/uploads/1/0/8/8/10887248/el

Notoadmodjo, S. (1997). Ilmu kesehatan
masyarakat:

Prinsip-prinsip

dasar. Jakarta, Indonesia: Rineka

Cipta.

m_original_1986.pdf.

sikap dan praktek (PSP) ibu hamil
hubungannya

dengan

anemia .

9

Agustus 2015).
Supariasa, I. D. N. (2012). Pendidikan
dan

Nugraheni, S. A. (1997). Pengetahuan,

(Sitasi

gizi.

Jakarta,

Penerbit

buku

konsultasi

Indonesia:

kedokteran ECG.
UNICEF, 2012. Ringkasan Kajian Gizi

(Tesis terpublikasi). Universitas

Ibu

Gadjah Mada, Yogyakarta.

http://www.unicef.org/indonesia/i

Nurhayati,

E.

(2011).

Bimbingan

konseling dan psikologi inovatif.

dan

Anak.

Diakses

dari

d/A6__B_Ringkasan_Kajian_Gizi.pdf.
(sitasi 12 Oktober 2014).